31
Lampiran 1. PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA DAN GAMBARAN OBSERVASI A. Wawancara Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur. Berikut pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti kepada beberapa lesbian di kota Salatiga sebagai objek penelitian: 1. Sejak kapan anda mengetahui bahwa anda memiliki ketertarikan terhadap perempuan? 2. Menurut anda, apakah yang membuat anda memiliki ketertarikan terhadap perempuan? 3. Apakah anda cukup terbuka tentang perbedaan orientasi seksual anda? 4. Apakah orang tua/ keluarga anda mengetahui keadaan tersebut? Jika Ya, bagaimana respon dan pengaruhnya terhadap hubungan/interaksi anda dengan orang tua/ keluarga? Jika TIDAK, kemungkinan apa yang akan terjadi ketika orang tua / keluarga anda mengetahuinya? Mengapa anda menutupi perbedaan orientasi seksual anda terhadap keluarga anda? Apakah orang tua/ keluarga pernah merasa curiga terhadap anda berkaitan dengan perbedaan orientasi seksual anda? 5. Siapa saja orang yang mengetahui perbedaan orientasi seksual anda, dan bagaimana mereka bisa mengetahuinya? 6. Menurut anda, apakah orang-orang yang mengetahui perbedaan orientasi seksual anda merasa risih/ terganggu? 7. Bagaimana komentar orang-orang di sekitar anda tentang perbedaan orientasi seksual anda? NO. Butchy Femme 1. Cara Berpakaian/ berpenampilan: - Butchy cenderung memilih untuk menggunakan pakaian layaknya laki- - Femme umumnya berpakaian seperti umumnya perempuan heterokseksual.

Lampiran 1. PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA ......Hal ini termasuk penampilan, cara penyampaian pesan, cara bicara serta sikapnya selama wawancara berlangsung (pengamatan baik secara

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Lampiran 1.

    PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA DAN GAMBARAN OBSERVASI

    A. Wawancara

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur.

    Berikut pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti kepada beberapa lesbian di kota Salatiga

    sebagai objek penelitian:

    1. Sejak kapan anda mengetahui bahwa anda memiliki ketertarikan terhadap perempuan?

    2. Menurut anda, apakah yang membuat anda memiliki ketertarikan terhadap perempuan?

    3. Apakah anda cukup terbuka tentang perbedaan orientasi seksual anda?

    4. Apakah orang tua/ keluarga anda mengetahui keadaan tersebut?

    Jika Ya, bagaimana respon dan pengaruhnya terhadap hubungan/interaksi anda

    dengan orang tua/ keluarga?

    Jika TIDAK, kemungkinan apa yang akan terjadi ketika orang tua / keluarga anda

    mengetahuinya?

    Mengapa anda menutupi perbedaan orientasi seksual anda terhadap

    keluarga anda?

    Apakah orang tua/ keluarga pernah merasa curiga terhadap anda berkaitan

    dengan perbedaan orientasi seksual anda?

    5. Siapa saja orang yang mengetahui perbedaan orientasi seksual anda, dan bagaimana

    mereka bisa mengetahuinya?

    6. Menurut anda, apakah orang-orang yang mengetahui perbedaan orientasi seksual anda

    merasa risih/ terganggu?

    7. Bagaimana komentar orang-orang di sekitar anda tentang perbedaan orientasi seksual

    anda?

    NO. Butchy Femme

    1. Cara Berpakaian/ berpenampilan:

    - Butchy cenderung memilih untuk

    menggunakan pakaian layaknya laki-

    - Femme umumnya berpakaian seperti

    umumnya perempuan heterokseksual.

  • laki. Bagaimana tanggapan orang di

    sekitar anda ketika melihat anda

    sebagai perempuan namun berpakaian

    layaknya laki-laki?

    - Bagaimana cara anda mengetahui

    seorang perempuan tersebut lesbian

    (femme) melalui penampilan luarnya?

    Bagaimana cara mengenali atau

    mengidentifikasi perempuan tersebut

    lesbian/ tidak dari penampilan luarnya?

    - Menurut anda, apakah setiap

    perempuan dengan penampilan

    maskulin/ tomboy adalah lesbian?

    Bagimana cara anda mengetahuinya?

    2. Apa yang anda lakukan agar anda dapat

    diterima dengan baik oleh lingkungan

    sekitar anda, dan bagaimana caranya?

    Apa yang anda lakukan agar anda dapat

    diterima dengan baik oleh lingkungan

    sekitar anda, dan bagaimana caranya?

    3. Siapa orang yang paling nyaman untuk anda

    ajak cerita (curhat) segala hal, termasuk

    tentang perbedaan orientasi seksual anda?

    Mengapa?

    Siapa orang yang paling nyaman untuk anda

    ajak cerita (curhat) segala hal, termasuk

    tentang perbedaan orientasi seksual anda?

    Mengapa?

    Untuk meneliti lebih jauh tentang bagian depan (front), peneliti akan melakukan wawancara

    terhadap beberapa rekan kerja/ teman sekolah/ teman kuliah objek (A). Berikut beberapa

    pertanyaan yang akan diajukan:

    1. Bagaimana penampilan A menurut anda? (cara berpakaian, cara berjalan, cara berbicara,

    dan lain-lain)

    2. Bagaimana sifat A menurut anda? (personality)

    3. Berdasarkan jawaban pertanyaan nomor 1 dan 2, apakah hal tersebut mempengaruhi anda

    untuk berinteraksi dengan A? Mengapa?

    4. Apakah anda cukup dekat atau mengenal A dengan baik?

    Jika Ya, apa yang membuat anda nyaman untuk berkawan dengan A?

    Jika TIDAK, apa yang membuat anda tidak nyaman atau enggan untuk berkawan

    dengan A?

    B. Observasi

    Di samping melakukan wawancara, peneliti juga akan melakukan observasi. Observasi

    atau pengamatan juga dilakukan saat melakukan wawancara dengan informan sebagai subjek

  • penelitian. Hal ini termasuk penampilan, cara penyampaian pesan, cara bicara serta sikapnya

    selama wawancara berlangsung (pengamatan baik secara verbal maupun nonverbal).

    Selain melakukan pengamatan langsung terhadap subjek, peneliti juga akan melakukan

    pengamatan di lingkungan sekitar subjek seperti lingkungan rumah (keluarga), lingkungan

    kerja/ lingkungan pergaulannya sehari-hari. Observasi yang dilakukan di lingkungan sekitar

    subjek penelitian akan membantu peneliti dalam melihat dan mengamati interaksi antara

    subjek penelitian (lesbian) dengan orang-orang di sekitar lingkungan terdekatnya (lingkungan

    rumah/ keluarga, lingkungan kerja/ lingkungan kuliah/ lingkungan sekolah/ lingkungan

    pergaulan).

  • Lampiran 2.

    TRANSKRIP WAWANCARA

    I. Transkrip Wawancara dengan Informan 1

    Informan 1 : Ambar (butchy)

    Hari, tanggal : Minggu, 23 April 2017

    Waktu : 18.35 WIB

    Lokasi : Depot Es Dhaw’t

    Keterangan : P sebagai Peneliti, I1 sebagai Informan 1

    P : Langsung aja ya kak.

    I1 : Iya. Mbak aja nggakpapa. Jangan kak. Emang cah pramuka?

    P : Oke, mbak. Pertama kali kamu tahu kalau kamu suka sama perempuan itu kapan?

    Terus kamu taunya gimana mbak?

    I1 : Sejak SMP kayaknya. Dulu tu aku suka lihat cewek-cewek yang menurutku cantik gitu.

    Lha terus kalau pas pada tahu kalau tak liatin pada senyum. Pas disenyumin tu rasane

    gimana ,,,,, gitu. Langsung seneng banget pokoke.

    P : Kamu anak ke berapa mbak?

    I1 : Anak terakhir. Kakak 1, perempuan. Tapi jarak umurnya juga jauh banget, 10-12 tahun

    kayaknya. Wong kakakku juga udah punya anak. Anaknya 3

    P : Lha tinggalnya dimana?

    I1 : Ya di rumah. Bareng aku, sama ibuku.

    P : Lha bapakmu mbak?

    I1 : Mbuh, nggak tau dimana.

    P : Loh kok bisa?

    I1 : Iya, dari kecil ki aku cuma tinggal sama ibuku, sama kakakku. Waktu aku baru umur

    berapa ya, aku juga nggak inget. Bapakku pergi sama istri pertamanya. Terus nggak pernak

    mbalik. Kakakku ya sama. Suaminya juga pergi gitu aja.

    P : Keluargamu tahu nggak kalau kamu lesbian?

    I1 : Who, jangan sampe. Iso entek aku.

    P : Lah kenapa mbak?

  • I1 : Ya pokoknya jangan sampe pada tahu. Apalagi ibuku. Eh, tapi ibuku pernah diomongi

    orang-orang gitu sih. Terus tanya mbek aku. Ya aku mesti njawab endak lah. Ibuku ki juga

    pernah bilang nek aku sampe kayak Fita (bukan nama sebenarnya), mending ibuku mati aja.

    Jangan sampe lah pokoknya. Fita ki ya sama, lesbian juga. Di kampung udah pada tahu.

    Terus kan aku penampilane ya kayak gini. Rambut pendek banget kayak cowok. Terus

    ibuku ngomong gitu. Untunge ibuku ki orange kalau belum lihat sendiri ya belum percaya.

    P : Berarti di rumah sama sekali nggak ada yang tahu? Kalau kamu pasang atau upload foto

    di sosmed gitu, apa nggak pada curiga mbak?

    I1 : Ada sih, ponakanku sing anake mbakku yang paling besar. Tapi ya dia diem aja. Nggak

    bilang-bilang sama orang rumah. Kalo aku pasang foto gitu ya santai aja. Nek sama orang

    rumah ki aku cuma pake telpon atau SMS. Kalau sosmed-sosmed gitu, BBM dan lain-lain

    enggak. Nek ibuku ki sing penting isoh telpon wes cukup.

    P : Kalau misal ibumu sampai tahu, kamu mau gimana mbak?

    I1 : Ya pokoknya ya jangan sampe tahu lah. Gimana caranya pokoknya jangan sampe tahu.

    P : Lha kalo sampe tahu?

    I1 : Ya piye ya? Ya jangan sampe tahu. Mbuh, aku nggak tahu gimana kalau sampe ibuku

    tahu.

    P : Lha temen-temenmu sendiri gimana mbak pas tahu kalau kamu lesbian?

    I1 : Ya nggak tahu pada piye. Nek aku kan santai. Sing penting aku koyo’ ngene. Meh

    konconan monggo, ora yo ra masalah. Aku sih santai orange.

    Hari, tanggal : Minggu, 30 April 2017

    Waktu : 19.05 WIB

    Lokasi : Angkringan, Jalan Jendral Sudirman

    P : Mbak, kalau secara penampilan atau tampak luar bisa nggak kita tahu kalau perempuan

    itu lesbian atau bukan?

    I1 : Em.... kalau butchy sih kelihatan ya. Kayak misalnya aku. Kan kamu bisa lihat, model

    rambutku kayak gini dan aku juga kalau potong rambut mesti pendek. Malah semakin

    pendek kalo tiap potong. Jadi kalau butchy tu ya kelihatan dari cara berpakaiannya,

  • potongan rambutnya juga. Pasti kayak cowok, tomboi. Semua cewek tomboi itu 80% pasti

    butchy.

    P : Kalau femme gimana cara tahunya?

    I1 : Nek femme susah sih. Kalau dia nggak bilang kalau dia lesbi ya kita juga nggak tahu.

    Soalnya kan kalau femme penampilannya sama kayak cewek-cewek biasa lainnya. Jadi

    nggak kelihatan.

    P : Berarti walaupun butchy juga nggak bisa tahu mana yang femme mana yang bukan?

    I1 : Ya iya, susah soalnya. Kalo mereka nggak bilang kalo mereka „menggok‟ ya kita-kita

    yang butchy juga nggak akan tahu.

    P : Lha kalau sama-sama butchy?

    I1 : Ya Kalo pas liat cewek tomboy di jalan dan nggak kenal, terus misal pas liat-liatan,

    pasti dia bakal ngliatin kitanya tu sok cool gitu dan biasanya kayak sinis gitu. Nah itu pasti

    dia juga butchy

    P : Kalau kamu di rumah gitu apa nggak ditanyain mbak, kok potong rambutnya pendek

    model cowok, terus pakaiannya juga model-model cowok?

    I1 : Kalau rambut sih pernah ditanyai ibuku sih. Kok potong rambut terus. Ya untunge aku

    juga kerja kan jadi satpam. Jadi ya bisa buat alesan.

    P : Lha kamu bilang piye mbak?

    I1 : Ya aku bilang aja biar lebih enak dilihatnya. Kan kalau potong pendek kelihatan rapi.

    Gitu aja.

    P : Terus kalau masalah baju piye mbak? Kamu ndak yo gelem nek suruh pake rok atau

    dress gitu mbak?

    I1 : Ya nggak masalah sih. Nek di kampung kadang kan aku juga nge-MC. Kayak acara-

    acara tujuhbelasan gitu gitu. Kalau pas suruh pake rok ya aku pake rok. Pokoknya pake baju

    yang lebih feminine, ya pantes-pantese aja gimana. Dandan juga, ning yo tipis-tipis aja.

    P : Nggak risih?

    I1 : Enggak sih. Kan emang aku dasare juga cewek to, jadi ya biasa aja

    P : Lha kan sekarang berarti kamu dah umur berapa mbak? 25? 26?

    I1 : Emm ..., berapa yo? 26 kayake ya? Ho‟o, 26

    P : Lha pernah ditanya buat nikah apa ndak?

    I1 : Ya iya, pernah. Ibuku ya pernah tanya soal kui.

  • P : terus kamu langsung piye mbak ditanya gitu?

    I1 : Yo aku bilang we, nek kepengenku wes kabeh, wes terlaksana, gek aku mikirke nikah.

    Lagian sekarang juga kan aku sing cara-carane jadi tulang punggung keluarga. Ibuku kerja

    seadanya. Mbakku juga sama. Siapa lagi sing meh diandelke nek nggak aku?”

    P : Kamu sendiri pernah pacaran sama cowok atau nggak mbak?

    I1 : Pernah 1 kali. Tapi dah dulu banget jaman SMA.

    P : Itu pacar pertama apa gimana mbak?

    I1 : Enggak. Pacaran pertama dulu aku pas SMP. Tapi ya sama cewek. Terus pas SMA itu

    sama cowok. 3 tahun ada kayake.

    P : Lha kok terus sekarang sama cewek lagi mbak. 3 tahun ki lumayan lama lhoo..

    I1 : Aku yo nggak tahu kok bisa lama gitu. Pokoke dulu ki aku pacaran sama yang cowok itu

    kan pas jaman jek sekolah. Terus abis dia lulus, dia pergi nerusin sekolah pendidikan buat

    tentara gitu di Malang. Jadi terus LDR-an. Itu ya masih pacaran mbek aku. Tapi let sebentar

    terus putus.

    P : Kenapa mbak?

    I1 : Ya nggak kenapa-kenapa. Cuma kan emang feel-nya beda. Soalnya pas LDR kui, aku

    sendiri juga deket sama cewek-cewek gitu. Daripada aku nggak bebas tur ngapusi terus, ya

    makanya mending tak putus aja. Pas dia balik terus tak putusin.

    P : Terus kamu ketemu sama pacarmu yang sekarang itu gimana mbak? Kan kalau secara

    umum atau kalau kita lihat biasa, femme itu nggak bisa langsung ketahuan kalau dia femme?

    I1 : Dari broadcast-an di BBM.

    P : Udah pacaran berapa lama?

    I1 : Sekarang udah 2 tahun

    P : Orang-orang lai tu biasanya tahu kamu lesbian dari mana ekh mbak?

    I1 : Dari .. menyimpulkan sendiri sih paling. Aku kan kalo di sosmed kayak BBM,

    Instagram gitu-gitu kan kadang posting juga fotone pacarku. Jadi ya paling pada tahunya dai

    situ.

    P : Ada rencana buat serius sama pacarmu sekarang ini mbak?

    I1 : Piye ya? Nek di sini tu kan susah ya. Tapi aku juga belum tahu sih. Aku sih Cuma

    pengen menuhi kepengene ibuku. Cuma sampe saiki yo angel sih. Nek aku mikire ya aku

    nggak bisa selamanya „menggok‟ gini terus. Suk mben yo kudu „lurus‟ meneh. Tapi yo mbuh

  • carane piye karena kan memang di Indonesia sendiri kan susah ya buat yang lesbi atau

    homo gitu. Malah nek menurutku, orang-orang sing demo sana-sini tu berlebihan. Nek

    butchy sing nganggep dirinya itu cowok malah menurutku bodo. Soale meh piyeo ya kita itu

    cewek.

    I1 : Yo nek pengenku sih, misal aku putus mbek iki yo kudu sama-sama „lurus‟. Nek putus

    terus sama cewek lagi yo podo wae. Soale Alin kan juga anak tunggal, lha kalo de’e

    „menggok‟ nggak punya keturunan, sing neruske silsilah keluargane sopo jal?

    P : Iya juga sih. Lha tapi yang bikin kamu lebih milih pacaran sama cewek apa mbak?

    Padahal kan dulu kamu udah sempet pacaran lama juga sama cowok?

    I1 : Ya karena aku lebih tertarik sama cewek. ... Soalnya juga pacaran sama cewek kan

    nggak beresiko.

    II. Transkrip Wawancara dengan Informan 2

    Informan 2 : Alin (femme)

    Hari, tanggal : Minggu, 23 April 2017

    Waktu : 18.35 WIB

    Lokasi : Depot Es Dhaw’t

    Keterangan : P sebagai Peneliti, I2 sebagai Informan 2

    P : Sejak kapan kamu tertarik dengan perempuan?

    I2 : Mungkin sejak SD, mbak. Soale jaman SD dulu tu sering nggoda-nggodain cewek-

    cewek gitu. Aku dulu lebih sering maine kan sama temen-temen sing cowok. Terus senenge

    ki do nggodani cewek-cewek sing do lewat wi lhoo mbak. Aku yo melu-melu wae. Tapi nek

    aku luwih seneng nggodani cewek-cewek sing modele kayak cowok mbak. Yang tomboy

    gitu.

    P : Mulai pacaran dengan perempuan sejak kapan?

    I2 : Sejak SMP aku mbak.

    P : Pernah pacaran sama cowok?

    I2 : Nggak pernah malah mbak. Pacarku dari dulu sampe sekarang ki ya cewek semua mbak.

    P : Emang udah berapa kali pacaran?

    I2 : Sama Ambar ini berarti... kelima

    P : Selama ini orang tua tahu?

  • I2 : Ya dulu sih awale ya nggak tau mbak, Tapi terus ibuku tau.

    P : Tau darimana?

    I2 : Ya tau aja sendiri. Kan kalo sama pacarku kan ya sering tak ajak main ke rumah. Terus

    ibuku lama-lama mungkin menyimpulkan sendiri. Terus ya taunya dari situ.

    P : Reaksi pertamanya gimana?

    I2 : Nggak gimana-gimana mbak. Ya cuma tanya, iya apa nggak. Terus aku bilang iya. Tapi

    ibuku ya nggak marah, nggak piye-piye. Cuma bilang ya udah. Gitu tok.

    P : Kalau bapak?

    I2 : Bapakku dah nggak bareng aku sama ibuku okh mbak. Sama kayak Ambar, bapakku

    pergi juga sama istri pertamane. Tapi ibuku sekarang juga dah nggak tinggal bareng-bareng

    aku. Ibuku tinggal mbek bapak tiriku. Lha aku tinggal sendiri sekarang.

    P : Terus temen-temenmu gimana mbak pas tahu kalau kamu lesbian?

    I2 : Nggak gimana-gimana mbak. Ya pada biasa aja. Aku juga biasa aja, kan juga pada tahu

    mbak kalo aku sukanya yang tomboy-tomboy gitu.

    III. Transkrip Wawancara dengan Informan 3

    Informan 3 : Rika (butchy)

    Hari, tanggal : Jumat, 28 April 2017

    Waktu : 11.15 WIB

    Lokasi : UKSW

    Keterangan : P sebagai Peneliti, I3 sebagai Informan 3

    P : Dulu pertama kali kamu merasa mulai tertarik sama cewek itu gimana kak? Sejak kapan

    kak?

    I3 : Kalo aku udah dari lama sih. Dari aku kecil malah. Tapi ya dulu kan belum ngerti.

    Cuma suka suka aja gitu. Soalnya dulu tu kan papaku sebenernya pengen punya anak cowok

    to. Cuma ya keluarnya aku. Ya karena papaku pengen banget anak cowok, terus aku ya

    diajari sama papaku kayak anak cowok. Mainan-mainan yang dikasih ke aku juga maianan

    yang biasane buat anak cowok.

    P : Emang pertama kali suka itu gimana kak ceritanya?

  • I3 : Kalo dulu aku pertama suka tu sama apa tuh namanya. Nanny. Apa ya? Kayak

    babysitter itu lho. Nah ya itu, pertama kali aku suka ya sama dia. Sampe sekarang aja aku

    masih inget jelas okh orangnya. Mukanya kayak gimana itu aku masih inget banget.

    P : Berarti itu baru suka sebatas seneng aja gitu kak?

    I3 : Iya, ya seneng aja liatnya. Tapi belum ngerti kalo itu suka yang naksir, tertarik gitu

    belum.

    P : terus mulai nyadar kalo kamu lebih tertarik ke cewek kapan kak?

    I3 : Pas SMP sih menurutku. Tapi pas SD juga aku suka, seneng gitu lihat temen-temenku

    yang cewek. Pas di SD itu ya aku juga kalo main sama anak-anak cowok. Main bola juga.

    Pas SMP aku tambah tomboy. Nah pas SMP itu aku pacaran sama femme Semarang.

    P : Kok bisa langsung dapetnya sama femme tapi di Semarang kak? Kenalannya gimana?

    I3 : Iya. Dulu tu masik jamane mig33 tu llho. Tau ndak? Ya kenalnya dari situ. Cuma dia

    umurnya lebih tua dari aku. 5 tahun di atasku umurnya.

    P : Terus selama ini ya pacarannya sama cewek terus kak?

    I3 : Enggak sih. Aku pernah pacaran sama cowok juga. Pas SMP. Tapi nggak kayak pacaran.

    Ngrasane ya kayak sama temen biasa aja.

    Hari, tanggal : Jumat, 9 Juni 2017

    Waktu : 15.25 WIB

    Lokasi : Food Court Kampoeng Kemiri

    P : Kalau dari keluarga, kamu anak ke berapa dari berapa bersaudara kak?

    I3 : Aku anak ke dua. Kakaku 11 tahun di atasku, cowok.

    P : Orangtuamu tahu nggak kalau kamu lesbian?

    I3 : Tahu

    P : Tahu bener-bener tahu atau?

    I3 : Ya tahu, tahu... terpaksa tahu. Maksude ... kan ketahuan. Bukannya aku came out gitu

    lho. Tapi ya udah, ketahuan gitu lho.

    P : Ketahuannya dari mana kak?

    I3 : Dari... ya aku kan orange terbuka. Maksude nggak yang menutupi kalo kayak gini di

    lingkunganku.

  • P : Di rumah juga?

    I3 : Ya. Bukan di rumah. Maksude .. dulu kan di sekolah to. Aku biasa-biasa aja. Nggak

    yang nutupin kayak gimana... gitu. Terpaksa ya papa mamaku tahu. Karena kan Salatiga kan

    kecil banget to. Aku juga nggak.. gimana ya? Em, rata-rata temen-temenku yang kayak gini

    tu nutupin gitu lho. Nggak yang terbuka kayak aku.

    P : Terus berarti orangtuamu tahunya dari mana kak?

    I3 : Dulu, mamaku tahunya dari itu, apa.. temennya dia di sekolah. Kan dia guru, nah

    tahunya ya dari temen sesama guru itu.

    P : Terus ditanyain?

    I3 : Ya nggak dtanyai. Di sidang lah. Di sidang gitu, dimarahin blablablaa.. Diomongin

    „kamu tu harus hidup yang normal‟. Lha aku nggak tahu, hidup yang normal tu yang kayak

    gimana. Maksudnya dari kecil pun aku tahunya aku suka sama cewek gitu lho. Aku nggak

    tahu, yo mungkin aku pernah kan pacaran sama cowok juga. Cuman ih, nggak ada feel gitu

    lho. Piye ya? Coba kamu pacaran sama cewek, nggak ada feel to? Ya sama aja. Jadi kayak,

    kamu tu sukanya sama cowok, tapi nek suruh pacaran sama cewek kan nggak suka to. Y

    sama, kayak aku juga gitu.

    P : Tapi sampai sekarang juga apa nggak disuruh berubah pacaran sama cowok dan lain-

    lain?

    I3 : O disuruh, disuruh. Yo disuruh, udahlah kamu sama, eh ya bukan suruh sama cowok

    langsung gitu ya. Kayak, hiduplah normal kayak cewek-cewek lain. Ya dulu aku pernah

    berubah. Ya mencoba untuk berubah tapi ya nggak bisa.

    P : Maksudnya konteks berubah tu berubah yang gimana kak? Penampilan atau dai segi apa?

    I3 : Nggak bisa, kalo penampilan aku nggak bisa. Karena dari kecil emang aku udah kayak

    gini.

    P : Tapi kan dulu pas SD kamu rambutnya masih panjang juga kak?

    I3 : Ya rambut panjang. Cuma kan aku kayak memilih pakaian yang celana panjang lah,

    yang kayak-kayak gitu. Nggak yang rok, dress, atau apalah yang kayak gitu lho.

    P : Berarti nggak pernah pakai dress atau rok atau berpenampilan feminine gitu kak?

    I3 : Ya pernah, kalau disuruh. Kayak wisuda kemarin kan aku juga pake kain. Jadi kayak

    event-event kayak gitu ya aku ya mikir nggak mungkinlah pake pakaian yang senyamanku.

  • Soalnya waktu itu aku perah liat ada anak apa ya? Dia wisuda, cewek. Tapi pake jas. Ya

    wisuda kemarin ini. Tapi makeup-an, rapi gitu.

    P : Kamu kenal kak? Atau tahu kalau dia butchy?

    I3 : Nggak tahu, aku tu nggak tahu butchy-butchy sini. Soalnya mereka tu kayak

    berkelompok gitu lho. Nah sedangkan aku kan temenannya sama yang normal-normal gitu,

    biasa aja.

    P : Kalau sekarang dah di komunitas atau belum?

    I3 : Nggak. Nggak mau aku.

    P : Kalau di Salatiga sebenernya ada komunitas nggak sih kak?

    I3 : Ada, banyak. Memang sudah ada sih sejak dulu.

    P : Maksudnya komunitas yang komunitas atau Cuma kumpul-kumpul aja?

    I3 : Kalo komunitas tu jadi satu sama yang LGBT-LGBT itu lho. Bukan yang khusus lesbi

    tok. Itu ketuanya yang ketua kostum-kostum itu.

    P : Terus orangtuamu sekarang udah biasa aja berarti kak?

    I3 : Ya biasa aja. Mungkin juga karena aku udah nggak tahu lagi aku gimana. Soalnya juga

    aku udah yang nggak terlalu vulgar gitu lho untuk „ni lho aku pacaran mbek sapa, aku deket

    mbek sapa‟.

    P : Tapi nggak pernah tanya-tanya?

    I3 : Enggak. Ya taunya aku gek proses untuk berubah. Tapi aku dah berubah atau belum tu

    ya mereka juga nggak pernah tanya.

    P : Kalau latar belakang budaya orang tua apa kak?

    I3 : Papaku jawa. Kalau mamaku Belanda tapi papanya mamaku tu Ambon

    P : Kakakmu dah married?

    I3 : Udah, tapi nganu, cerai. Tinggal di Jakarta

    P : Kesibukan sekarang apa kak? Mau lanjut S2 atau kerja?

    I3 : Belum tahu sih. Aku pengen sekolah lagi sih jane. Tapi belum tahu juga. Kalau

    sekarang ini paling bantu-bantu mamaku di kafe. Soale pegawainya kan pada dipecati to.

    Jadi nggak ada yang bantu juga.

    P : Kalau sekarang kamu sama siapa kak?

    I3 : Ada. Tapi ya sama kayak mantanku sing kemarin itu.

    P : Kalau mantanmu yang dulu itu, orangtuanya tau nggak kak?

  • I3 : Sebenernya nggak tahu. Cuma kan pernah ketahuan pas sama aku dulu. Cuma kan

    nggak dikerasi sama orangtuanya. Jadi ya Cuma dibilangi aja, „kamu sekarang kayak gitu to?

    Ya udah jangan‟. Gitu tok sih

    P : Yang membedakan kamu kalau di rumah sama di luar rumah kira-kira apa kak?

    I3 : Sama aja sih nek menurutku. Kalau di rumah manja sih, tapi sama aja kalau di luar juga

    gitu. Soalnya kan aku anak terakhir dan kakakku juga beda umure kan jauh juga, jadi ya

    pasti lebih dimanja.

    P : Di rumah sering ngobrol sama orang tua?

    I3 : Jarang sih. Ngobrol kalau hal penting tu jarang. Kalau cuma basa-basi sering. Kayak

    missal tanya tentang kucingku, kan aku pelihara kucing di rumah. Kalau masalah penting ya

    kayak misalnya aku mau kuliah lagi atau ngomongin tentang kerjaan gitu sih

    P : Lebih deket sama papa atau mama?

    I3 : Sama papa. Kalau ada apa-apa aku bilangnya sama papa dulu. Soalnya nggak tau sih,

    males. Aku juga nggak tau ya, mama-mama yang lain kayak apa ya. Eem, nek menurutku ki

    hawane nek cerita sama mama tu rempong gitu lho. Terus tanya macem-macem. Nah itu

    sing aku males, sumpah, nggak suka. Kalau papaku lebih yang to the point.

    Kenapa kamu nggak cari yang femme?

    P : Agak susah sih kak

    I3 : Iya sih, susah. Kecuali kalau di kota-kota besar gitu tinggal nongkrong di club pasti

    ketemu. Apalagi kalau femme. Mereka kan juga lebih gampang sih untuk berubah. Lha nek

    butchy susah.

    P : Kamu sendiri nggak kepikiran untuk nikah kak?

    I3 : Enggak lah. Yo, yo mbuh yo. Aku sih ikut aja sama rencana Tuhan kayak gimana.

    P : Tapi nggak berencana apa-apa kak?

    I3 : Enggak. Aku nggak percaya sama pernikahan okh

    P : Karena apa kak?

    I3 : Karena aku nggak percaya sama orang, dalam hal apapun. Menurutku manusia itu

    nggak bisa berkomitmen.

    P : Kalau untuk pacaran kak?

    I3 : Pacaran yo percaya percaya aja sih. Nek untuk nikah aku nggak mau.

    P : Kenapa pacaran bisa percaya percaya aja kak?

  • I3 : Ya karena masih belum ada ikatan gitu lho. Nek aku mikir, pernikahan ya harus buat

    seumur hidup lah, dan itu kan 2 orang. Mosok aku tok?

    P : Kalau pacaran kan hampir sama kak, istilahnya aku sama kamu, kamu sama aku?

    I3 : Iya, tapi kan bisa sewaktu-waktu putus to. Nah yang aku bingung tu, ada temenku, dia

    femme. Pacaran gitu kan sama cewek. Terus putus, pacaran sama cowok. Jadi susah banget

    buat lihat atau tahu dia tu femme bener apa nggak.

    P : Sering curhat nggak sama temen-temen?

    I3 : Ya sering, tapi tertentu. Aku kalau curhat yang kayak maslaah sama pacarku gitu ya

    paling sama sahabatku aja. Sekarang ngapain curhat sama banyak orang? Aku Cuma pengen

    didenger aja sih. Ya beruntungnya sih di fakultasku dulu tu orang-orangnya open minded

    banget. Jadi buat berteman gitu nggak sulit. Sejauh ini juga kayaknya nggak ada yang nggak

    suka sama aku sih. Soalnya aku sendiri juga kalo temenan ya nggak milih-milih. Nggak

    Cuma temenan sama yang terkenal-terkenal tok, atau sama yang cupu-cupu tok. Di

    fakultasku sih nek menurutku ya, orang-orange lebih lihat dari kualitas sih. Bukan dari kamu

    lesbi/nggak, kamu cantik/nggak. Tapi nek kamu orange njelehi terus pada nggak suka ya

    tetep aja pada nggak suka. Jadi bukan karena kamu lesbi atau nggak. Nyatanya ada anak

    sastra yang kayak gitu aja temennya banyak, dimana-mana malah. Semua temen-temenku ya

    tahu aku kayak gini okh. Bahkan yang cuma kenal-kenal, nggak deket gitu ya biasa aja.

    P : Waktu temen-temen di fakultas atau misa di kampus gitu tahu kalau kamu lesbian pada

    gimana kak?

    I3 : Yo .... mbuh ya.. Aku sih luweh. Sing penting kan aku emang kaya‟ gini. Meh piye?

    I3 : Aku sama aja sih, kalau di rumah atau nggak. Tapi lebih manja di rumah. Manja banget.

    Di kumpulan ya sama, manja. Ya kayak misalnya tadi, tolong belike ini. Kalo sama temenku

    yang lain juga, kayak missal „eh mbok belike rokok‟. Ya kayak-kayak gitu. Jadi aku juga

    pengen mereka tu mengayomi aku. Dasare juga aku tu kan anak paling kecil di rumah jadi

    ya pasti dimanjane, jadi ya pengennya dimanja terus.

    P : Dari kecil kamu mainannya ya kayak mobil-mobilan gitu-gitu kak?

    I3 : Iya. Ya layangan juga, ya mainan-mainan cowok gitu. Di SD juga, tanya aja sama

    kakakmu. Nek pada main bola gitu ya aku ikut. Temen-temen cewek ya juga ada, tapi nggak

    yang terus aku ikut mereka yang nggosiplah, atau apa main rok-rokan, enggak. Sodara-

    sodaraku juga cowok-cowok semua. Dulu pas kecil juga kan di rumahku banyaknya cowok-

  • cowok, soalnya kan buat kost-kostan gitu. Jadi ya emang dari kecil bergaulnya sama cowok-

    cowok juga. Papa mamaku juga kan pengennya punya anak cowok, tapi kok tiba-tiba yang

    keluar aku kan nggak tau juga.

    P : Kalau saudara-saudara gitu ada yang tahu?

    I3 : Ya mungkin ada, sebagian. Tapi yo luweh. Soalnya papaku juga orangnya cuek sih.

    P : Kalau pacarmu yang sekarang itu asli femme atau gimana kak?

    I3 : Nah itu, aku juga belum tahu sih. Kayaknya masih setengah-setengah gitu. Kayak

    mantanku yang kemarin itu kan juga gitu. Tapi sekarang dia udah bener-bener femme

    kayaknya. Soalnya kalau pacarku yang ini aku juga nggak tahu sih dia lesbi bener atau

    nggak. Ya sama kayak aku sama mantanku dulu itu, kan dulu aku juga nggak tau dia pure

    atau nggak. Ternyata sekarang kan pure to de-en.

    P : Kamu kenal sama pacarmu yang sekarang itu gimana kak?

    I3 : Udah kenal sek. Ya nggak kenal banget sih, cuma tahu. Tapi terus kan mulai deket,

    deket, deket terus nyaman, ya wes. Tapi aku nggak yang punya harapan terus dia suka sama

    aku enggak. Tapi ya aku cuma bilang, „aku suka sama kamu‟ gitu tok. Ternyata dia juga

    suka.

    P : Tapi dia juga pernah pacaran sama cowok?

    I3 : Iya, pernah. Tapi ya mbuh dia tu piye. Soalnya aku juga nggak prefer kamu lesbi banget

    atau gimana. Yang penting aku suka kamu, kamu suka aku ya wes.

    P : Kalau suatu saat nanti pacarmu terus berpaling ke cowok gimana kak?

    I3 : Yo luweh, karepmu. Hahaha .. Aku lihatnya tu yang sekarang sekarang gitu lho. Nggak

    mikir yang ke depan depan itu piye. Lha itu tadi yang aku bilang aku nggak percaya sama

    pernikahan itu ya itu, karena aku nggak tahu ke depannya itu kayak gimana. Misal sekarang

    aku janji itu sama kamu, tapi besoknya kamu dah nggak mau kan aku juga nggak tahu. Jadi

    aku ndak mau gitu lho.

    P : Kalau untuk menikah sama cewek? Ada keiinginan untuk sampai ke sana nggak?

    I3 : Belum tahu aku. Kalau pengen sih pengen, tapi belum tahu aku.

    P : Belum tahu dalam hal apa kak?

    I3 : Ya ada nggak to orang yang mau sama aku?

    P : Nyatanya kan ada kak?

  • I3 : Itu kan pacaran? Kalau nikahnya? Soalnya aku orangnya susah banget. Aku selalu

    individu gitu lho. Terlalu ... apa ya.. ini wilayahku, wilayahku. Meskipun kowe pacarku,

    kowe nggak boleh pegang ini.

    P : Misalnya apa kak? Contohnya

    I3 : Misale kamar, dan aku mikire sesuk nek aku misalnya nikah, itu aku harus share

    kamarku gitu lho. Aku nggak mau.

    P : Karena apa?

    I3 : Ya nggak mau, nggak bisa aja gitu lho.

    P : Kalau ada temen masuk, main gitu berarti nggak boleh?

    I3 : Em, nggak. Itu .. aku membayangkannya jangka panjang. Misalnya temen masuk ke

    kamarku ya nggak apa-apa, main. Nah kalau nikah kan setiap waktu, tiap hari. Jadi aku

    harus cari orang yang nggak bakalan nyentuh barang-barangku dan aku juga bilang mbek

    pacarku kalau misalnya nikah besok aku bakal bangun rumah yang kamarnya sendiri-sendiri.

    Kamu nggak boleh masuk kamarku, tapi kalau aku masuk kamarmu boleh. Aku nggak tau

    sih perasaannya dia kayak apa pas aku ngomong gitu. Jadi mungkin orang susah nerima aku

    kayak gitu.

    I3 : Kamu ndak meneliti tentang eh, em.. mempelajari tentang lesbi itu apa? Penyakit atau

    apa?

    P : kalau menurutku sih bukan penyakit kak. Kalau penyakit kan berarti bisa menular ya.

    Ini kan enggak. Kalau dari literature yang tak baca pengaruhnya macem-macem sih. Ada

    yang genetik, psikologis gitu juga ada kak.

    I3 : Soalnya aku sendiri tu nggak tahu ikh aku tu kenapa. Cuma satu hal yang aku tahu pasti

    tu dari pas kecil pun aku dah tahu kalau aku suka sama cewek.

    P : Tahunya dari mana kak?

    I3 : Ya aku suka sama nanny, apa ya namanya... babysitter.. dan sampe sekarang pun aku

    masih inget orangnya kayak apa.

    P : Emang kriteria cewekmu yang kayak gimana kak?

    I3 : Sebenere yang dewasa. Lebih dewasa daripada aku.

    P : Cuma dewasa aja?

    I3 : Ho‟o...

    P : Dari penampilan?

  • I3 : Luweh, yang penting rambute panjang nggak sama kayak aku. Meh secantik apa pun

    nek rambute pendek, aku tetep ngomong elek. Nggak suka aku. Penting nggak suka aku.

    Kan ada, cewek yang feminine tapi rambute pendek. Meh cantiknya kayak gimana pun aku

    tetep ngomonge elek.

    P : Jadi kriterianya dewasa dan rambut panjang tok?

    I3 : Dulu sih aku bingunge antara dewasa atau tua tu aku nggak mudeng. Soale pertamanan

    aku kan sama yang anak Semarang itu beda 5 tahun, tua dia 5 tahun. Nah aku suka banget

    gitu lho. Tapi semakin ke sini ya nggak peduli umurmu berapa ya yang penting kowe dewasa.

    P : Ukuran dewasa menurutmu itu yang gimana?

    I3 : Ya nggak childish. Soalnya aku tahu kalau aku masih kadang childish. Nek sama-sama

    childish yo berat to, berantem terus. Nggak bisa.

    P : Contohnya kak?

    I3 : Contohnya, kan ada to cewek yang pengennya dimanja, lha itu aku susah. Nggak bisa,

    karena aku yang kayak gitu. Aku yang manja. Kayak kalau dulu sama yang anak Semarang

    itu, itu dia dewasa. Mungkin emang udah umure pa ya. Nah kalau mantanku yang kemarin,

    itu kan seumuran dan dia masih childish banget.

    P : Tapi lama kan kak sama yang kemarin itu?

    I3 : Ya lama, tapi itu aku yo mbek nahan-nahan. Jadi pas sama yang kemarin itu ya sering

    gelut. Jadi ya akhire 50:50 gitu lho. Aku gek pengen manja sek, y awes aku sek. Nnati baru

    kamu.

    P : Berarti kalau yang ngemong harus satune?

    I3 : Yang ngemong harus sing lain. Nggak aku. Ya aku bisa tapi mungkin 25%, dianya harus

    75%.

    P : Kalau sama yang sekarang kak?

    I3 : Mbek sing sekarang ya tak paksain harus kayak gitu. Cuma mungkin dia masih masa-

    masa... apa ya.. settle down gitu lho. Masa-masa pengenalan sek sama aku. Soalnya kita

    jadiannya juga cepet. Jadi kita deket cuma 1 minggu terus aku bilang suka, tapi itu aku

    nggak berharap dia juga suka sama aku. Tapi ternyata dia juga suka sama aku, ajdi ya udah.

    P : Itu dikenalke atau gimana kak?

    I3 : Enggak, ya emang udah kenal. Kan satu fakultas sama aku. Aku pernah sak kelas sama

    dia. Pertamane kita nggak kenal, terus abis tu pernah sekelompok, terus kenalan. Y awes,

  • ternyata orange enak gitu lho diajak omong. Aku ndeketin juga Cuma seminggu itu tok

    akhire aku bilang sama dia.

    P : Yang membuat kamu tertarik sama dia apa kak?

    I3 : Lali sampe’an.. hahaha.. Beda sih, beda. Perbedaan. Kayak kamu lihat aku, kan yo kek

    cewek, ngerokok. Nah orang itu beda. Kayak beda dari circle-ku gitu lho. Kayak orange tu ...

    cupu. Cupu dalam artian yang postif ya. Biasa aja gitu lho anaknya. Kalau kayak aku kan

    „slengekan‟, blablabla, macem-macem. Nek kayak dia tu yang alim, terus ya aku mikir kok

    apik men dan ternyata aku bisa to suka sama cewek yang kayak gitu. Aku tertarik dalam

    ketertarikanku sendiri.

    P : Kongkritnya gimana kak?

    I3 : Jadi misalnya kayak Nonik gitu, ngrokokan. Dia temenku, termasuk dalam circle-ku

    gitu lho. Tapi kalau yang rajin, rajin kuliah, nggak ngrokokan, itu kayak yang ... amazed gitu

    lho.

    P : Berarti kalau yang tipically kayak Nonik gitu bukan untuk jadi pasangan? Cuma temen

    aja?

    I3 : Iya. Ya mungkin beda ya. Kayak mantan-mantanku yang dulu tu kan juga ngrokokan,

    seneng nongkrong. Tipe-tipe cewek nakal kayak aku gitu. Tapi kalo yang ini beda gitu lho.

    Ada sesuatu yang beda, makanya aku penge banget deket sama dia. Waktu aku pertama kali

    deketin dia juga aku ngomong sama diriku sendiri kalau nothing to lose gitu lho. Aku cuma

    ngomong „aku seneng mbek kowe‟ dan ternyata responnya juga ... positif. Jadi ya udah lah

    jalani dulu. Dan dari situ kita baru proses pengenalan. Dulu kowe piye, mbek sopo wae.

    Makanya kau ngomong ini kita baru proses settle down gitu lho. Jadi ya baru tahu kalau aku

    orange gini gini gini. Jadi kita jalani aja, kalau baru tahu aku orange gini, ya terus gelut ya

    gelut aja. Baru kan nanti dia tahu, „oh dia nggak suka to aku kayak gini‟. Kalo sebelum

    pacaran udah tahu dulu kan nggak enak. Maksude piye ya... ya sebenernya aku PDKT juga

    terbuka banget sih. Aku juga bilang, „ki lho aku orange gini gini gini, aku lesbi, dan lain-

    lain‟. Pokoke tak omongke sing elek-elek.

    IV. Transkrip Wawancara dengan Informan 4 dan 5

    Informan 4 : Imanuel (teman kerja dari Ambar)

    Hari, tanggal : Selasa, 30 Mei 2017

  • Waktu : 20.13 WIB

    Lokasi : Bulu, Tegalrejo

    Keterangan : P sebagai Peneliti, I4 sebagai Informan 4

    P : Menurutmu Ambar orangnya kayak gimana kalo secara penampilan?

    I4 : Pakaiannya santai, lebih ke cowok banget sih. Cara jalannya juga kayak cowok, tomboy

    nya kenceng. Feminimnya sih kadang-kadang, tapi jarang banget feminim. Wong kalo tak

    bilangin “mbok kowe ki rodok feminin sithik” malah bilang “hiihh geli”

    P : Menurutmu personality-nya gimana?

    I4 : Orangnya grapyak, gampang bergaul. Intine nyantai, nggak yang terlalu pilih-pilih gitu.

    P : Alasan kamu nyaman temenan sama dia apa?

    I4 : ya karena grapyaknya itu. Gampang nyambung kalo diajak ngobrol, wong kalo ngobrol

    sama dia tu kayak nggak ngobrol sama cewek. Malah kayak sama temen cowok, jadi juga

    nggak canggung. Ngomong ya sak jeplak-jeplake

    P : Berarti kamu lebih liat dia sebagai cowok?

    I4 : Iya, lebih ke cowok. Ya walaupun aku tau kalo dia cewek. Lhaa wong dia tu kalo

    dipeluk cewek malah geli jal. Soalnya waktu itu aku pernah liat dia dipeluk-peluk sama

    Laila, security juga. Terus malah geli gitu, sampe gilo banget.

    P : Kalo dilihat kan dia orangnya santai, kelihatan seneng, tanpa beban gitu. Kalau

    menurutmu dia aslinya memang gitu atau ada yang ditutupi? Atau kamu pernah lihat dia

    sedih/galau gitu nggak?

    I4 : Nggak tau juga sih. Mungkin emang gitu orange. Soalnya juga nggak pernah liat dia

    sedih/galau gitu. Nyantai banget kok.

    Informan 5 : Vina (teman dekat Rika)

    Hari, tanggal : Jumat, 9 Juni 2017

    Waktu : 16.10 WIB

    Lokasi : Food Court Kampoeng Kemiri

    Keterangan : P sebagai Peneliti, I5 sebagai Informan 5

    P : Menurutmu yang membedakan Rika di rumah dan di luar lingkungan rumah apa?

  • I5 : Beda. Kalo di rumah tu ya kayak anak rumah biasa gitu sih. Ya manja... ya sama, kalau

    di rumah ya selayaknya kalau kayak kita di rumah gitu sih. Kalau di luar ya lebih macho.

    Penampilan sih sama.

    P : Kamu tahu kalau Rika lesbi dari mana?

    I5 : Emm, aku taunya dari itu sih. Dulu kan waktu awal-awal masuk. Kan dia kan kakak

    angkatanku ya, ada sih satu lagi kakak angkatanku juga meh sama. Terus ada temenku, dia

    normal to, itu kalau lihat satune Rika tu dia sampe „ih ya ampun, keren banget‟. Kayak gitu

    gitu. Terus pas basket ada Rika to, terus temenku juga bilang „itu kayaknya juga sama deh‟.

    Aku sih ya jawabe cuma „oh, iya to?‟ gitu tok sih. Terus ya udah, aku biasa aja sih. Cuma

    gitu aja.

    P : Kalau menurutmu dia tipe orang yang gimana kak?

    I5 : Dia Ambivert. Jadi setengah ekstrovert setengah introvert.

    P : Kenapa kamu mau temenan sama dia?

    I5 : Orangnya enak sih. Biasa aja, apa adanya gitu. Baik juga orangnya.

    P : Yang buat kamu nggak masalah kalau dia lesbi apa?

    I5 : Apa ya? Aku biasa aja sih orangnya. Nggak yang lihat dia dari dia lesbi/normal.

    Soalnya juga di fakultasku kan mungkin nggak Cuma 1 atau 2 orang yang lesbi, gay, kayak

    kayak gitu. Jadi kita lihatnya kualitas dia, bukan dari dia lesbi/nggak-nya.

  • Lampiran 3.

    TRANSKRIP OBSERVASI

    Subjek yang di observasi : Ambar

    Pengamatan 01

    Hari, Tanggal Pengamatan : Minggu, 23 April 2017

    Waktu : 18.35 WIB

    Lokasi : Depot Es Dhaw‟t

    No. Aspek yang Diamati Keterangan

    1. Penampilan (model rambut, pakaian,

    dan sebagainya)

    Ambar sebagai seorang butchy berpenampilan

    tomboy dengan model potongan rambut sangat

    pendek (panjang rambut di atas bahu). Pakaian

    yang digunakan cukup santai dengan kaos

    oblong uni-sex dengan celana 7/8 yang longgar

    atau gombrang (model pakaian laki-laki) dan

    menggunakan jaket dengan ukuran yang lebih

    besar yang biasanya digunakan seseorang

    untuk mendaki gunung. Dari kaos yang

    digunakan peneliti melihat bahwa Ambar tidak

    ingin menonjolkan bentuk tubuh terutama

    bagian payudara dengan cara menggunakan

    kaos yang lebih longgar.

    2. Cara berjalan, cara berinteraksi dan

    gestur

    Cara berjalan terlihat seperti laki-laki pada

    umumnya. Saat diwawancarai sering

    melakukan kontak mata langsung. Tidak

    terlihat gugup, cukup santai dan rileks ketika

    menjawab pertanyaan. Sesekali memasukan

    tangan ke saku celana dan bersandar. Kadang

  • memagang rambutnya walaupun tidak ada apa-

    apa dirambutnya. Sesekali Ambar juga

    melontarkan guyonan-guyonan.

    3. Cara berinteraksi dengan pacarnya

    (Alin)

    Saat melakukan wawancara dengan peneliti,

    Ambar datang bersama pacarnya (femme).

    Selama proses wawancara, Ambar sesekali

    melontarkan gombalan kepada pacarnya.

    Bahasa yang digunakan campur antara bahasa

    Jawa dengan bahasa Indonesia, misalnya “lha

    kamu wes ngomong belum?”. Ambar cukup

    percaya diri dan santai saat memanggil

    pacarnya dengan istilah „yang‟ seperti

    pasangan heteroseksual pada umumnya.

    Ambar sesekali mencolek pipi pacarnya,

    sedangkan pacarnya kadang bersandar di

    pundak Ambar.

    Pengamatan 02

    Hari, Tanggal Pengamatan : Minggu, 21 Mei 2017

    Waktu : 11.20 – 14.45 WIB

    Lokasi : Rumah Ambar

    No. Aspek yang Diamati Keterangan

    1. Penampilan (pakaian yang dikenakan

    saat di rumah)

    Ambar berpenampilan sama, dengan kaos

    oblong yang longgar saat di rumah. Ambar

    juga mengenakan celana pendek boxer saat di

    rumah. Saat akan keluar rumah, ia mengenakan

    celana 7/8 sebagai luaran dengan model celana

    yang longgar atau gombrang (model celana

  • laki-laki)

    2. Lingkungan dan keadaan rumah Rumah Ambar terletak di lingkungan

    perkampungan/desa. Di rumahnya tersebut,

    keluarganya memelihara beberapa ekor ayam.

    Keadaan rumahnya cukup sederhana, dengan

    sebagaian dari rumahnya masih berdinding

    kayu, serta lantai rumah yang hanya di semen

    halus saja. Saat peneliti datang ke rumahnya,

    peneliti bertemu dengan kakak perempuan

    Ambar yang ramah. Selain itu peneliti juga

    bertemu dengan keponakan-keponakan Ambar,

    serta anak dari keponakannya. Di samping itu

    peneliti juga bertemu dengan ibu dari Ambar.

    Keluarga Ambar adalah keluarga dengan latar

    belakang budaya Jawa. Hal tersebut nampak

    ketika mempersilahkan peneliti untuk masuk

    ke dalam rumah, makan, serta berbincang di

    mana ibu dan kakaknya menggunakan bahasa

    Jawa dalam berkomunikasi.

    3. Interaksi Ambar di tengah keluarganya Ambar sangat dekat dan akrab dengan

    keponakan-keponakannya yang masih kecil.

    Keponakan-keponakannya tersebut sangat

    senang bermain atau hanya berada dekat

    dengan Ambar. Peneliti melihat bahwa

    keponakan-keponakannya tersebut cenderung

    menganggap Ambar sebagai kakaknya, bukan

    tantenya. Ambar mengaku bahwa setiap akhir

    minggu ia selalu mengusahakan untuk pulang

    karena keponakan-keponakannya akan

    mencarinya apabila ia tidak pulang.

    Saat peneliti berada di sana, Ambar sesekali

  • mengajak keponakannya bermain dan juga

    mengajak mereka keluar untuk nonton

    penampilan reog di dekat rumahnya.

    4. Kedekatan Ambar dengan ibunya Ambar terlhat sangat menyayangi ibunya. Hal

    tersebut nampak ketika peneliti hendak

    berpamitan untuk pulang, Ambar melontarkan

    sedikit candaan kepada ibunya lalu kemudian

    memeluk ibunya dengan erat tanpa rasa

    canggung atau malu saat ada peneliti.

    5. Interaksi Ambar dengan pacarnya Saat peneliti berkunjung, Alin sebagai pacar

    Ambar juga akan datang dan berkunjung ke

    rumahnya. Selama Alin berkunjung, Ambar

    tidak terlalu banyak menunjukan kemesraan di

    antara mereka.

    Pengamatan 03

    Hari, Tanggal Pengamatan : Selasa, 6 Juni 2017

    Waktu : 19.25 – 21.20 WIB

    Lokasi : Kontrakan Ambar

    No. Aspek yang Diamati Keterangan

    1. Penampilan (pakaian yang dikenakan

    saat di kontrakan)

    Ambar menggunakan kaos oblong yang

    longgar pula saat di kontrakan, sertacelana

    pendek boxer. Saat menjemput peneliti di

    depan gang, ia mengenakan celana 7/8 sebagai

    luaran dengan model celana yang longgar atau

    gombrang (model celana laki-laki)

    2. Keadaan di kontrakan Ambar tinggal di kontrakan dengan salah

    seorang rekan kerjanya yang juga bekerja

  • sebagai security di tempat yang sama. Rekan

    kerjanya tersebut juga seorang butchy yang

    tinggal bersama dengan pacarnya (femme).

    Sesekali pacar Ambar menginap juga di

    kontrakan tersebut. Saat peneliti berkunjung,

    salah seorang teman Ambar yang dulu adalah

    pacar dari rekan kerja satu kontrakannya

    tersebut akan datang dan menginap. Namun

    semua penghuni kontrakan pun juga sudah

    mengganggap dia sebagai teman. Teman

    Ambar tersebut kini memilik pasangan laki-

    laki.

    3. Interaksi dengan teman-teman di

    kontrakan

    Ambar banyak melontarkan guyonan-guyonan

    sehingga suasana di kontrakan menjadi

    semakin hidup.

    4. Interaksi dengan pacar saat di kontrakan Ambar terlihat perhatian dengan pacarnya.

    Kadang saling manja satu sama lain. Saat

    teman Ambar akan datang dan minta

    dijemput, Ambar merajuk pada pacarnya

    untuk menjemput temannya tersebut

    dengan íming-iming uang sangu Rp

    20.000,-. Saat pacarnya merajuk karena

    kakinya sakit pun Ambar memijit kaki

    pacarnya.

    Saat pacarnya meminta sebatang rokok

    pada teman Ambar ketika sudah di

    kontrakan, Ambar mengingatkan, “he

    kamu ki cewek, jangan banyak-banyak

    ngrokok”. Malah pacarnya menjawab,

    “Lha kan kamu juga cewek to”

    Secara spontan Ambar langsung menutupi

  • bagian dadanya dan terkekeh.

    Pengamatan 04

    Hari, Tanggal Pengamatan : Sabtu, 10 Juni 2017

    Waktu : 18.43 – 19.08 WIB

    Lokasi : Depan SMP Negeri 01 Salatiga

    No. Aspek yang Diamati Keterangan

    1. Penampilan Ambar mengenakan sweter putih uni-sex

    namun tidak terlalu longgar dengan celana

    jeans panjang yang sedikit longgar.

    2. Gestur yang ditunjukan oleh teman

    Ambar

    Saat bertemu dengan peneliti di depan SMP

    Negeri 01 Salatiga, Ambar datang bersama

    seorang temannya. Teman Ambar adalah

    perempuan heteroseksual dan berhijab.

    Teman Ambar tetap santai dan terlihat cukup

    dekat dengan Ambar. Ia tidak menunjukan rasa

    jijik atau tidak nyaman meskipun tahu bahwa

    Ambar adalah seorang lesbian.

    3. Interaksi Ambar dan teman Ambar Saat bertemu dengan peneliti tersebut,

    Ambar dan temannya melihat salah

    seorang teman peneliti dan mengatakan

    bahwa teman peneliti mirip dengan salah

    seorang artis Indonesia, yaitu Vino

    Bastian. Seperti perempuanpada

    umumnya, mereka menunjukan reaksi

    sedikit heboh dan penasaran.

    Peneliti menawarkan untuk

    memperkenalkan mereka dan juga

  • mengatakan bahwa teman peneliti sudah

    punya pacar dan pacarnya juga ada di

    sana. Kemudian Ambar menjawab dengan

    candaan, “wah ojo. Ojo mbok kenalke.

    Ngko nek malah aku naksir cewek’e pie?”

    Subjek yang diobservasi : Alin (femme)

    Pengamatan 01

    Hari, tanggal pengamatan : Minggu, 23 April 2017

    Waktu : 18.35 WIB

    Lokasi : Depot Es Dhaw‟t

    No. Aspek yang Diamati Keterangan

    1. Penampilan (model rambut, pakaian,

    dan sebagainya)

    Alin seorang femme berpenampilan feminine

    dengan kaos ketat yang dapat lebih

    menonjolkan bentuk tubuhnya. Selain itu Alin

    juga mengenakan celana jeans model pensil.

    Pilihan pakaian yang digunakan adalah pakaian

    yang sesuai dengan ukuran badan dan body-fit.

    Dari model atau tatanan rambutnya, Alin

    memiliki rambut yang panjang dan lebih sering

    diurai, atau hanya diikat sebagaian saja dan

    sisanya terurai.

    2. Cara berjalan, berinteraksi dan gestur Saat bertemu dengan peneliti pertama kali,

    Alin menunjukan sikap sedikit malu namun

    tetap berusaha santai dan rileks. Cara berjalan

    yang ditunjukan sama seperti perempuan

    heteroseksual pada umumnya. Pada saat

    peneliti mengajukan beberapa pertanyaan

  • padanya, Alin hanya menjawab dengan singkat

    sehingga peneliti berusaha untuk membuat

    informan lebih nyaman dan mau menceritakan

    lebih banyak tentang dirinya.

    Bahasa yang sering digunakan adalah bahasa

    sehari-hari, campuran antara bahasa Jawa

    ngoko dan bahasa Indonesia dengan aksen

    medok Jawa.

    3. Cara berinteraksi dengan pacarnya

    (Ambar)

    Alin tidak sungkan untuk menunjukan

    kedekatannya dengan Ambar. Selama

    wawancara, peneliti mengamati bahwa Alin

    cenderung lebih manja terhadap pasangannya.

    Alin tidak malu saat Ambar mencolek pipinya

    di depan peneliti. Selama wawancara tersebut

    pun Alin juga tidak merasa canggung untuk

    menyandarkan kepalanya di pundak Ambar

    dan menerima suapan makanan dari Ambar.

    Pengamatan 02

    Hari, Tanggal Pengamatan : Minggu, 21 Mei 2017

    Waktu : 11.20 – 14.45 WIB

    Lokasi : Rumah Ambar

    No. Aspek yang Diamati Keterangan

    1. Penampilan Menggunakan kaos ketat, celana panjang, dan

    sepatu. Berpenampilan casual namun tetap

    feminin.

    2. Interaksi Alin dengan pacarnya (Ambar) Saat berkunjung ke rumah Ambar, Alin dan

    Ambar tidak banyak menunjukan kemesraan.

  • Alin lebih banyak berinteraksi dengan

    keponakan-keponakan Ambar.

    Pengamatan 03

    Hari, Tanggal Pengamatan : Selasa, 6 Juni 2017

    Waktu : 19.25 – 21.20 WIB

    Lokasi : Kontrakan Ambar

    No. Aspek yang Diamati Keterangan

    1. Penampilan (pakaian yang dikenakan

    saat di kontrakan)

    Alin sering berkunjung dan bermalam di

    kontrakan Ambar. Pada saat peneliti datang,

    Alin pun sedang berada di kontrakan. Peneliti

    mengamati bahwa dari penampilan baik

    pakaian dan tatanan rambut yang ditunjukan

    Alin tidak jauh berbeda seperti pada saat

    peneliti pertama kali bertemu.

    2. Interaksi dengan teman-teman di

    kontrakan

    Peneliti mengamati bahwa Alin sudah

    mengenal baik teman-teman Ambar di

    kontrakan. Alin juga menunjukan sikap

    manjanya tidak hanya melalui gestur pada

    Ambar, namun juga dari caranya berbicara.

    Tidak hanya saat berbicara pada Ambar saja,

    namun juga ke teman-teman di kontrakan.

    3. Interaksi dengan Ambar saat di

    kontrakan

    Alin terlihat lebih manja ketika berada di

    kontrakan. Peneliti mengamati bahwa interaksi

    yang dilakukan oleh AMbar dan Alin tidak

    jauh berbeda seperti pasangan heteroseksual

    pada umumnya.

  • Subjek yang diobservasi : Rika (butchy)

    Pengamatan 01

    Hari, Tanggal Pengamatan : Jumat, 28 April 2017

    Waktu : 11.15 WIB

    Lokasi : UKSW

    No. Aspek yang Diamati Keterangan

    1. Penampilan (model rambut, pakaian,

    dan sebagainya)

    Rika sebagai seorang butchy memiliki

    penampilan tomboy, maskulin dan terbilang

    sangat macho. Selain itu, Rika juga seorang

    perokok berat. Dalam berpakaian, Rika selalu

    menggunakan pakaian laki-laki, baik kaos,

    kemeja, kaos kerah hingga celana panjang

    maupun celana pendek gombrang. Rika

    memiliki tubuh yang besar. Apabila orang

    tidak mengenalnya maka orang tersebut dapat

    mengasumsikan bahwa Rika adalah seorang

    laki-laki karena bagian payudaranya pun tidak

    menonjol, model rambut yang cepak serta

    pakaian yang dikenakannya sangat

    menunjukan sisi maskulin. Rika juga memiliki

    beberapa tato di tubuhnya seperti di tangan dan

    di kakinya. Selain itu suaranya juga sangat

    berat.

    2. Cara berjalan, interaksi dan gestur Cara berjalan yang ditunjukan Rika sangat

    menunjukan cara berjalan seperti laki-laki

    heteroseksual pada umumnya.

    Saat peneliti melakukan wawancara dan

    berbincang, Rika tidak banyak melakukan

  • kontak mata secara langsung dengan

    peneliti.

    Pengamatan 02

    Hari, tanggal pengamatan : Jumat, 9 Juni 2017

    Waktu : 15.25 WIB

    Lokasi : Food Court Kampoeng Kemiri

    No. Aspek yang Diamati Keterangan

    1. Penampilan Peneliti mengamati bahwa dari segi

    penampilan, Rika selalu tampil tomboy,

    maskulin dan macho seperti pada saat peneliti

    bertemu pertama kali.

    2. Gestur Rika selalu memegang sesuatu dan tidak

    banyak melakukan kontak mata (misalnya

    memegang rokok, sedotan, gelas, dan lain-lain)

    Pada beberapa acara di UKSW, peneliti sempat bertemu dengan Rika. Menurut pengamatan

    peneliti, dari segi penampilan (cara berpakaian dan lain-lain), informan memiliki konsistensi

    terhadap pakaian, model rambut dan sebagainya.

    Hanya pada saat wisuda informan menggunakan kebaya dan kain serta makeup tipis pada

    wajahnya. Namun tetap maskulin dan macho. Selain itu setelah upacara wisuda selesai, Rika

    berfoto dengan teman-temannya dan sudah mengganti alas kakinya dengan sandal jepit.