Upload
trinhnguyet
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
31
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tinjauan Umum BPKD Provinsi DKI Jakarta
3.1.1 Sejarah dan Perkembangan BPKD Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan Perturan Daerah pasal 105 Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah menjelaskan bahwa Badan Pengelola Keuangan
Daerah (BPKD) merupakan unsur pendukung Pemerintah Daerah di bidang
pengelolaan keuangan dan aset daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan
yang berkududukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Wakil
Kepala Badan.
Dan setelah itu ditetapkannya Peraturan Gubernur No 39 tahun 2009
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengelola Keuangan Daerah tanggal 14
April 2009. Pembentukan BPKD adalah hasil peleburan atas 3 Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD), yaitu: Biro Keuangan, Kantor Penerimaan Kas Daerah
(KPKD) dan Biro Perlengkapan. Setelah BPKD terbentuk, maka SKPD Biro
Keuangan, Kantor Penerimaan Kas Daerah dan Biro Perlengkapan dibubarkan.
Tidak lama setelah itu, munculah Peraturan Daerah No 12 tahun 2014 tentang
organisasi daerah. Maka untuk melaksanakan ketentuan pasal-pasal 123 ayat 2
Peraturan Daerah No 12 tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka
perlu ditetapkan Peraturan Gubernur No 254 tahun 2014 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah ditetapkan pada tanggal
32
24 Desember 2014. Maka pada tahun 2015 BPKD berubah menjadi Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi DKI Jakarta. Karena
dari peraturan daerah tersebut terlampir bahwa fungsi BPKD tidak hanya
menangani pengelolaan keuangan daerah, namun juga pengelolaan aset daerah.
Maka dari itu nama BPKD berubah menjadi BPKAD tetapi masih dalam satu
SKPD yang sama yaitu BPKAD Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan
pasal-pasal 13 Peraturan Daerah No 5 tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta, maka perlu ditetapkan Peraturan
Gubernur (Pergub) No 254 tahun 2016 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan
Pengelola Keuangan Daerah. Pergub ini ditetapkan pada tanggal 29 Desember
2016. Dan di dalam Pergub tersebut dijelasan dalam Bab 2 pasal 2 dan pasal 3,
yaitu:
1. BPKD merupakan unsur pelaksana fungsi penunjang urusan pemerintahan
bidang keuangan.
2. BPKD dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
3. BPKD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berkoordinasi dengan
Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretaris Daerah.
4. BPKD mempunyai tugas melaksanakan fungsi penunjang urusan
pemerintahan bidang keuangan.
Sehingga pada tahun 2017 BPKAD Provinsi DKI Jakarta dipecah menjadi
SKPD, yaitu: Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Provinsi DKI Jakarta
dan Badan Pengelola Aset Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta dengan tugas
dan kewenangan masing-masing.
33
3.1.2 Struktur dan Tata Kerja BPKD Provinsi DKI Jakarta
A. Struktur Organisasi BPKD Provinsi DKI Jakarta.
Berdasarkan Peraturan Gubernur nomor 39 Tahun 2009 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengelola Keuangan Daerah susunan organisasi
pada BPKD DKI Jakarta terdiri dari:
1. Kepala Badan;
2. Wakil Kepala Badan;
3. Sekretariat, terdirri dari:
a. Subbagian Umum;
b. Subbagian Kepegawaian;
c. Subbagian Program dan Anggaran;
d. Subbagian Keuangan.
4. Bidang Anggaran, terdiri dari:
a. Subbidang Anggaran Sekretatiat Daerah, Sekretariat DPRD dan Wilayah;
b. Subbidang Anggaran Dinas;
c. Subbidang Anggaran Retribusi dan Lain-lain Pendapatan.
5. Bidang Pendapatan Daerah, terdiri dari:
a. Subbidang Pajak;
b. Subbidang Dana Perimbangan
c. Subbidang Retribusi dan Lain-lain Pendapatan.
6. Bidang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, terdiri dari:
a. Subbidang Akuntansi I;
b. Subbidang Akuntansi II;
c. Subbidang Akuntansi Pelaporan dan Pertanggungjawaban.
34
7. Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah, terdiri dari:
a. Subbidang Perbendaharaan;
b. Subbidang Kas dan Bank;
c. Subbidang Pelaporan Arus Kas.
8. Bidang Pemanfaatan Aset Daerah, terdiri dari:
a. Subbidang Pemanfaatan dan Kebutuhan Aset;
b. Subbidang Kerjasaa Pemanfaatan Aset;
c. Subbidang Penerimaan Aset dari Pihak III.
9. Bidang Pengendalian dan Perubahan Status Aset, terdiri dari:
a. Subbidang Pengendalian dan Standarisasi;
b. Subbidang Perubahan Status Aset;
c. Subbidang Inventarisasi dan Dokumentasi.
10. Bidang Pembinaan, terdiri dari:
a. Subbidang Pembinaan Keuangan Daerah;
b. Subbidang Penyertaan Modal Daerah;
c. Subbidang Pembinaan Badan Layanan Umum.
11. Unit Pelaksana Teknis.
12. Kelompok Jabatan Fungsional.
Sedang struktur organisasi Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)
DKI Jakarta di mana Penulis melakukan penelitian disajikan seperti gambar III.1
sebagai berikut:
35
Sumber: Badan Pengelola Keuangan Daerah DKI Jakarta
Gambar III.I. Struktur Organisasi BPKD DKI Jakarta.
B. Tata Kerja BPKD DKI Jakarta
Badan Pengelola Keuangan Daerah DKI Jakarta merupakan unsur
pelaksana fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang keuangan dimana BPKD
dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan dan bertanggung jawab
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah (Sekda) dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya berkoordinasi dengan Asisten Perekonomian dan Keuangan
Sekretaris Daerah.
Dengan mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi yang dimiliki serta
visi dan misi Gubernur yang tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka
36
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017, maka visi
BPKD Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut :
“Mewujudkan Penyelenggaraan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah yang Transparan, Akuntabel, Responsif,Partisipatif dan
Meningkatkan Pertumbuhan Perekonomian Jakarta”
Pernyataan visi tersebut mengandung rumusan yang hendak diwujudkan
oleh pemerintah saat ini hingga 5 (lima) tahun ke depan, yakni menjadikan BPKD
sebagai lembaga yang profesional dalam mengelola keuangan dan aset daerah,
yaitu dalam arti :
1. Transparan
Terbuka, baik dalam proses penyusunan rencana keuangan maupun dalam
pelaksanaan pengelolaan keuangan dan aset daerah.
2. Akuntabel
Dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan dalam pelaksanaan pengelolaan
keuangan dan aset daerah.
3. Responsif
Menerima dengan baik berbagai masukan yang diberikan oleh berbagai pihak
yang berkepentingan, terutama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/Unit
Kerja Perangkat Dareah (UKPD), serta menjadikan masukan tersebut sebagai
bahan pertimbangan, baik dalam perencanaan, pengawasan maupun
pengelolaan keuangan daerah.
4. Partisipatif
37
Membuka kesempatan kepada pihak yang berkepentingan, terutama
SKPD/UKPD, untuk turut serta dalam proses perencanaan dan pengawasan
pengelolaan keuangan daerah.
5. Meningkatkan Pertumbuhan Perekonomian Jakarta
Peran serta pengelolaan keuangan dan aset daerah dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan perekonomian Jakarta, dengan berupaya
seoptimal mungkin untuk memberikan pelayanan administrasi keuangan dan
aset secara sistematis, mudah dan tepat waktu kepada seluruh SKPD/UKPD
dan meningkatkan kepercayaan kepada masyarakat terhadap pengelolaan
keuangan dan aset milik Pemerintah Daerah dengan tetap mentaati prosedur
dan berlandaskan peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka misi yang akan
dilaksanakan adalah :
1. Terlaksananya Pengelolaan Keuangan Daerah dalam rangka terwujudnya
“Good Governance” (Tata Kelola Pemerintah yang baik).
2. Terlaksananya Pengelolaan Aset secara administrasi maupun fisik untuk
menunjang terwujudnya akuntabilitas inventarisasi aset daerah.
3. Terlaksananya sistem dan prosedur Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
untuk terwujudnya pelayanan kepada SKPD/UKPD dan masyarakat yang
cepat dan akurat mengacu pada Peraturan Perundang-undangan.
4. Terlaksananya penyusunan, pelaksanaan, pertanggungjawaban APBD yang
transparan, akuntabel dan partisipatif untuk terwujudnya APBD yang efektif
dan efisien serta meningkatkan pertumbuhan perekonomian Jakarta.
38
Berdasarkan Peraturan Gubernur nomor 39 Tahun 2009 Tentang
Organisasi Dan Tata Badan Pengelola Keuangan Daerah susunan organisasi pada
BPKD DKI Jakarta terdiri dari:
1. Kepala Badan adalah pejabat pengelola keuangan daerah disingkat PPKD dan
bendahara umum daerah disingkat BUD mengkoordinasikan pelaksanaan
tugas dan fungsi Dinas Pelayanan Pajak, dimana Kepala Badan mempunyai
tugas sebagai berikut:
a. memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi BPKD
b. mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat, Bidang,
Suku Badan, Unit Pelaksana Teknis, dan Kelompok Jabatan Fungsional;
c. melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/UKPD dan/atau
instansi pemerintah/swasta, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
BPKD; dan
d. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi
badan.
2. Wakil Kepala Badan mempunyai tugasnya berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Badan dengan tugas sebagai berikut:
a. membantu Kepala Badan dalam memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi
BPKD;
b. membantu Kepala Badan dalam pelaksanaan koordinasi dengan instansi
pemerintah;
c. membantu Kepala Badan dalam koordinasi pengendalian pelaksanaan
kebijakan yang ditetapkan Kepala Badan dan pelaksanaan rencana
strategis Badan;
39
a. membantu Kepala Badan dalam mengkoordinasikan pelaksanaaan tugas
dan fungsi Sekretariat, Bidang, dan Unit Pelaksana Teknis Badan;
b. membantu Kepala Badan dalam monitoring dan pengendalian penerimaan
pendapatandaerah dan pengeuaran belanja daerah;
c. membantu Kepala Badan dalam mengkoordinasikan dan mengendalikan
penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD;
d. membantu Kepala Badan dalam koordinasi, monitoring, pengendalian dan
evaluasi pengelolaan aset daerah;
e. melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kepala Badan;
f. mewakili Kepala Badan apabila berhalangan dalam melaksanakan
tugasnya.
3. Sekretariat merupakan unit kerja staf BPKD. Sekretariat dipimpin oleh
seorang Sekretaris Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Badan. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan
administrasi BPKD. Sekretariat menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan
anggaran (DPA) Sekretariat;
b. pelaksanaan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Sekretariat;
c. pengoordinasian penyusunan rencana strategis, rencana kerja dan anggaran
(RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) BPKD;
d. pelaksanaan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan dokumen
pelaksanaan anggaran badan (DPA) badan oleh unit kerja BPKD;
e. pegelolaan kepegawaian, keuangan dan barang BPKD
40
f. pembinaan dan pengembangan tenaga fungsional dan tenaga teknis BPKD;
g. pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan BPKD;
h. pelaksanaan pengaturan acara BPKD;
i. pelaksanaan surat menyurat dan kearsipan BPKD;
j. pemeliharaan dan perawatan, prasarana dan sarana kerja BPKD;
k. pengoordinasian penyusunan laporan (keuangan, kinerja, kegiatan dan
akuntabilitas) BPKD; dan
l. penyusunan bahan kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang terkait
dengan tugas dan fungsi Sekretaris;
m. penyiapan bahan laporan badan yang terkait dengan tugas dan fungsi
Sekretariat;
n. pengelolaan sistem informasi manajemen pengelolaan keuangan daerah;
o. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi.
Sekretariat terdiri dari beberapa Subbagian diantara lain sebagai berikut:
a. Subbagian Umum merupakan Satuan Kerja Sekretariat dalam
pelaksanaan administrasi umum BPKD;
b. Subbagian Kepegawaian merupakan Satuan Kerja Sekretariat dalam
pelaksanaan pengelolaan kepegawaian BPKD;
c. Subbagian Program dan Anggaran merupakan Satuan Kerja Sekretariat
dalam pelaksanaan tugas program dan anggaran;
d. Subbagian Keuangan merupakan satuan kerja Sekretariat BPKD dalam
pelaksanaan pengelolaan keuangan BPKD.
4. Bidang Anggaran mempunyai tugas penganggaran APBD dimana bidang ini
mempunyai fungsi sebagai berikut:
41
a. Penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen
pelaksanaan anggaran (DPA) Bidang Anggaran;
b. pelaksanaan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Bidang Anggaran;
c. penyusunan bahan kebijakan umum anggaran (KUA), berkoordinasi
dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
d. penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara/anggaran
(PPAS/PPA), berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah;
e. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
f. penyusunan rancangan penjabaran APBD;
g. penyusunan kebijakan teknis APBD;
h. penyusunan pedoman pelaksanaan APBD;
i. pelaksanaan proses pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA)
SKPD/UKPD;
j. penyusunan bahan kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang terkait
ddengan tugas dan fungsi bidang anggaran;
k. penerbitan surat penyediaan dana (SPD);
l. penyusunan rancangan peraturan daerah mengenai APBD/APBD
perubahan;
m. penyusunan nota/sumbangan/penjelasan/jawaban ubernur terkait dengan
rancangan APBD, penetapan APBD dan perubahan APBD;
n. penyiapan bahan laporan Badan yang terkait dengan tugas dan fungsi
Bidang Anggaran;
42
o. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang
Anggaran.
Bidang Anggaran mempunyai beberapa Subbidang diantara lain sebagai
berikut:
a. Subbidang Anggaran Sekretatiat Daerah, Sekretariat DPRD dan Wilayah;
b. Subbidang Anggaran Dinas;
c. Subbidang Anggaran Retribusi dan Lain-lain Pendapatan.
5. Bidang Pendapatan Daerah merupakan unit kerja lini BPKD dalam
pengelolaan pendapatan daerah dan mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen
pelaksanaan anggaran (DPA) Bidang Pendapatan Daerah;
b. pelaksanaan dkumen pelaksanaan anggaran (DPA) Bidang Pendapatan
Daerah;
c. pelaksanaan koordinasi perencanaan pendapatan daerah dari pajak
daerah, dana perimbangan, retribusi daerah dan lain-lain pendapatan
daerah;
d. pelaksanaan koordinasi perumusan kebijakan teknis pemungutan pajak
daerah, retribusi daerah dan lain-lain pendapatan daerah;
e. pelaksanaan penetapan plafon pendapatan daerah dari pajak daerah,
retribusi daerah dan lain-lain pendapatan;
f. pelaksanaan monitoring, pengendalian dan evaluasi realisasi pendapatan
daerah dari pajak daerah, dana perimbangan, retribusi daerah, dan lain-
lain pendapatan daerah;
g. pelaksanaan perhitungan pendapatan daerah dari dana perimbangan;
43
h. pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemerintahan terkait dengan
dana perimbangan termasuk dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi
khusus (DAK);
i. penyajian rencana dan realisasi penerimaan pendapatan daerah;
j. pelaksanaan penelitian dan pengembangan potensi sumber pedapatan
daerah;
k. penyusunan bahan perumusan kebijakan pengelolaan keuangan daerah
yang terkait dengan tugas dan fungsi Bidang Pendapatan Daerah;
l. penyusunan bahan mota keuangan di Bidang Pendapatan;
m. penyiapan bahan laporan Badan yang terkait dengan tugas dan fungsi
Bidang Pendapatan Daerah;
n. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang
Pendapatan Daerah.
Bidang Pendapatan Daerah mempunyai beberapa Subbidang terdiri dari:
a. Subbidang Pajak;
b. Subbidang Dana Perimbangan
c. Subbidang Retribusi dan Lain-lain Pendapatan.
6. Bidang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan merupakan Unit kerja lini BPKD
dalam penyusunan akuntansi dan pelaporan keuangan daerah, dipimpin oleh
seorang Kepala Bidang yang berkududukan dibawah dan bertanggung jawab
keapda Kepala Badan. Untuk melaksanakan tugas pada Bidang Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan mempunyai fungsi sebagai berikut:
44
a. penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen
pelaksanaan anggaran (DPA) Bidang Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan;
b. pelaksanaan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Bidang Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan;
c. penyusunan kebijakan, sistem dan prosedur akuntansi dan pelaporan
keuangan daerah;
d. pelaksanaan bimbingan dan konsultasi teknis penyusunan laporan
keuangan antara lain meliputi pencatatan dan pengikhtisaran dalam
rangka penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
e. penyusunan laporan keuangan daerah antara lain meliputi laporan
realisasi anggaran (LRA), laporan arus kas (LAK), neraca dan catatan
atas laporan keuangan (CALK) sesui dengan standar akuntansi
pemerintahan (SAP);
f. pelaksanaan konsolidasi laporan keuangan dari seluruh SKPD/UKPD dan
instansi yang menggunakan APBD sebagai bahan penyusunan laporan
keuangan daerah;
g. pelaksaanaan bimbingan dan konsuktasi teknis pelaksanaan sistem
akuntansi keuangan daerah terhadap SKPD/UKPD atau instansi yang
menggunakan APBD;
h. pelaksaanaan bimbingan dan konsultasi teknis pelaksanaan laporan
akuntansi keuangan daerah terhadap SKPD/UKPD atau instansi yang
menggunakan APBD;
45
i. pelaksanaan koordinasi dengan lembaga negara atau instansi pemerintah
terkait dengan pertanggungjawaban keuangan daerah;
j. penyiapan bahan kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang terkait
dengan tugas dan fungi Bidang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan;
k. penyiapan bahan laporan badan yang terkait dengan tugas dan fungsi
Bidang Akuntansi dan pelaporan keuangan;
l. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
Bidang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan mempunyai beberapa Subbidang
yang terdiri dari:
a. Subbidang Akuntansi I;
b. Subbidang Akuntansi II;
c. Subbidang Akuntansi Pelaporan dan Pertanggungjawaban.
7. Bidang perbendaharaan dan Kas Daerah merupakan unit kerja lini BPKD
dalam pelaksanaan tugas perbendaharaan dan pengelolaan kas daerah, tugas
dan fungsinya sebagai berikut:
a. penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen
pelaksanaan anggaran (DPA) bidang perbendaharaan dan kas daerah;
b. pelaksanaan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) bidang
perbendaharaan dan kas daerah;
c. penerimanaan dan pencatatan/pembukuan penyetoran pendapatan daerah;
d. penyimpanan uang daerah;
e. pengaturan optimalisasi dana daerah yang diperlukan dalam pelaksanaan
APBD;
46
f. penempatan uang daerah pada Bank;
g. monitoring dan evaluasi pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD
oleh Bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;
h. pembayaran tagihan belanja berdasarkan permintaan pejabat pengguna
anggaran atas beban rekening kas umum daerah dengan penerbitan dan
pengesahan surat perintah pencairan dana (SP2D);
i. penerbitan surat keputusan penghentian pembayaran (SKPP) gaji
pegawai daerah;
j. penyusunan bahan kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang terkait
dengan perbendaharaan dan kas daerah;
k. penyusunan bahan kebijakan pengelolan keuangan daerah yang terkait
dengan pelaksanaan perbendaharaan dan pengelolaan kas daerah;
l. penyiapan bahan laporan yang terkait dengan tugas dan fungsi bidang
perbendaharaan dan kas daerah;
m. penyusunan laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan
fungsi bidang perbendaharaan dan kas daerah.
Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah mempunyai beberapa Subbidang
yang terdiri dari:
a. Subbidang Perbendaharaan;
b. Subbidang Kas dan Bank;
c. Subbidang Pelaporan Arus Kas.
8. Bidang Pemanfaatan Aset Daerah merupakan unit kerja lini BPKD dalam
pelaksanaan pengelolaan pemanfaatan aset daerah, dimana tugas dan fungsi
sebagai berikut:
47
a. penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen
pelaksanaan anggaran (DPA) Bidang Pemanfaatan Aset Daerah;
b. pelaksanaan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Bidang
Pemanfaatan Aset Daerah;
c. penyusunan bahan kebijakan pengelolaan ekuangan daerah yang terkait
dengan pemanfaatan aset daerah;
d. pelaksanaan optimalisasi pemanfaatan aset daerah;
e. pencatatan/pembukuan penerimaan fasilitas umum dan fasilitas sosial
aset daerah dari pihak ketiga;
f. penerimaan penganalisaan dan pemrosesan permohonan pemanfaatan
aset daerah dari pihak ketiga antara lain build transfer operate (BTO),
build operate transfer (BOT), dan kerja sama operasional (KSO)
g. penilaian aset daerah dalam rangka pemanfaatan aset daerah oleh pihak
ketiga;
h. pengawasan, pengendalian dan evaluasi pemanfaatan aset daerah oleh
pihak ketiga;
i. penerimaan, penilaian dan pembukuan penerimaan aset daerah dari
hibah/bantuann pihak ketiga baik langsung ke BPKD maupun melalui
SKPD/UKPD yang bukan fasilitas umum atau fasilitas sosial;
j. penyusunan bahan pedoman pemanfaatan aset daerah oleh pihak ketiga;
k. pembukuan, pemeliharaan, dan penyajian data, informasi dan dokumen
pemanfaatan aset daerah dari pihak ketiga;
l. pelaksanaan proses pengakhiran dan penarikan pemanfaatan aset daerah
dari pihak ketiga;
48
m. penyiapan bahan laporan Badan yang terkait dengan tugas dan fungsi
Bidang Pemanfaatan Aset Daerah;
n. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaa tugas dan fungsi Bidang
Pemanfaatan Aset daerah.
Bidang Pemanfaatan Aset Daerah mempunyai beberapa Subbidang yang
terdiri dari:
a. Subbidang Pemanfaatan dan Kebutuhan Aset;
b. Subbidang Kerjasaa Pemanfaatan Aset;
c. Subbidang Penerimaan Aset dari Pihak III.
9. Bidang Pengendalian dan Perubahan Status Aset merupakan unit kerja lini
BPKD dalam pelaksanaan pengendalian dan perubahan status aset, dimana
tugasnya adalah melakukan pencatatan, penetapan pengunan, pengendalian
dan penatausahaan dokumen aset daerah. Bidang Pengendalian dan
Perubahan Status Aset mempunyai fungsi:
a. penyusunan rencanan kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen
pelaksanaan anggaran (DPA) Bidang Pengendalian dan Perubahan
Status Aset Daerah;
b. pelaksanaan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Bidang
Pengendalian dan Perubahan Status Aset Daerah;
c. penyusunan bahan kebijakan pengelolaan daerah yang terkait dengan
pengendalian dan perubahan status aset daerah;
d. pencatatan/pembukuan, peentapan penggunaan dan pengendalian aset
daerah;
49
e. menerima, menganalisa dan memproses permohonan mutasi,
pemindahtangan dan penghapusan aset daerah;
f. pelaksanaan inventarisasi aset daerah;
g. penyelesaian pembuatan dokumen hukum otentik/asli aset daerah;
h. penyusunan harga satuan barang;
i. pelaksanaan pengamanan dan penjaminan aset daerah;
j. pelaksanaan analisis, penilaian dan proses penjualan, tukar menukar dan
hibah aset daerah;
k. pencatatan/pembukuan dan pengakuntasian aset daerah termasuk
penilaian aset daerah dalam rangka penyusunan neraca daerah;
l. pelaksanaan penyimpanan, pemeliharaan dan penyajian dokumen
hukum otentik/asli aset daerah;
m. penanganan penyelesaian aset daerah bermasalah;
n. pelaksanaan monitoring, pengendalian, penilaian dan evaluasi (fisik,
penggunaan dan doumen hukum) aset daerahh dalam penggunaan
SKPD/UKPD;
o. penyiapan bahan laporan badan yang terkait dengan tugas dan fungsi
Bidang Pengendalian dan Perunahan Status Aset;
p. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
Bidang Pengendalian dan Perubahan Aset.
Bidang Pengendalian dan Perubahan Status Aset mempunyai beberapa
Subbidang yang terdiri dari:
a. Subbidang Pengendalian dan Standarisasi;
b. Subbidang Perubahan Status Aset;
50
c. Subbidang Inventarisasi dan Dokumentasi.
10. Bidang Pembinaan merupakan unit kerja lini BPKD pembinaan pengelolaan
keuangan dan aset daerah yang tugasnya melaksanakan pembinaan
pengelolaan keuangan dan aset daerah, dimana mempunyai fungsi sebagai
berikut:
a. penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen
pelaksanaan anggaran (DPA) Bidang Pembinaan;
b. pelaksanaan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Bidang Pembinaan;
c. penyusunan kebijakan dan pedoman pelaksanaan pengelolaan keuangan
daerah antara lain sistem, prosedur dan peraturan keuangan daerah
antara lain sistem, prosedur dan peraturan perundang-undangan daerah
(peraturan daerah) dibidang pengelolaan keuangan dan aset daerah;
d. pelaksanaan sosialisasi pelaksanaan/penerapan ketentuan peraturan
perundang-undangan pengelolaan keuangan dan aset daerah kepada
SKPD/UKPD;
e. pembinaan (penyusunan petunjuk pelaksanaan, monitoring,
pengendalian, evaluasi, bimbingan dan konsultasi) pengelolaan
keuangan SKPD/UKPD yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD);
f. pelaksanaan pengkajian, pengendalian dan evaluasi penanaman modal
daerah pada badan usaha milik daerah (BUMD) dan/atau badan usaha
lainnya;
51
g. inventarisasi dan evaluasi peraturan perundang-undangan daerah di
bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah, dan menyampaikan
rekomendasi pelaksanaan, penerapan, kendala atau penyempurnaanya;
h. pengoordinasian pejabat yang bertanggungjawab dalam pengelolaan
keuangan daerah antara lain meliputi pengguna anggaran/pengguna
barang, kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang, bendahara,
bendahara pembantu dan pengurus barang;
i. pelaksanaan kegiatan publikasi BPKD;
j. penindaklanjutan hasil pemeriksaan intern dan ekstern atas kerugian
daerah;
k. pemrosesan peminjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah
daerah;
l. pengoordinasian penyusunan bahan materi pendidikan dan pelatihan
pegawai di bidang pengelolaan keuangan daerah;
m. pembinaan (petunjuk pelaksanaan, monitoring, pengendalian, evaluasi,
bimbingan dan konsultasi) pengelolaan keuangan daerah;
n. penyusunan bahan kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang terkait
dengan tugas dan fungsi Bidang Pembinaan;
o. penyiapan bahan laporan Bahan yang terkait dengan tugas dan fungsi
Bidang Pembinaan;
p. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
Bidang Pembinaan.
Bidang Pembinaan mempunyai beberapa Subbidang yang terdiri dari:
a. Subbidang Pembinaan Keuangan Daerah;
52
b. Subbidang Penyertaan Modal Daerah;
c. Subbidang Pembinaan Badan Layanan Umum.
11. Unit Pelaksana Teknis, BPKD dapat mempunyai unit pelaksana teknis untuk
melaksanakan fungsi pelayanan langsung kepada masyarakat atau untuk
melaksanakan fungsi pendukung terhadap tugas dan fungsi BPKD dimana
pembentukan, organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis diatur dengan
Peraturan Gubernur.
12. Kelompok Jabatan Fungsional, BPKD dapat mempunyai kelompok jabatan
fungsional untuk melaksanakan tugas dalam susunan organisasi struktural
BPKD.
3.1.3 Kegiatan BPKD Provinsi DKI Jakarta
Berikut ini merupakan kegiatan organisasi yang berhubungan dengan tugas
melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang keuangan, sebagai
berikut:
1. penyusunan, dan pelaksanaan rencana kerja dan anggaran badan
pengelolaan keuangan daerah;
2. penyusunan dan penyelenggaraan kebijakan pengelolaan keuangan dan
aset daerah;
3. penyusunan kebijakan umum anggaran (KUA) berkoordinasi dengan
badan perencanaan pembangunan daerah;
4. penyusunan prioritas dan plafon anggaran (PPA) berkoordinasi dengan
5. badan perencanaan pembangunan daerah;
6. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
7. pelaksanaan pemungutan pendapatan daerah;
53
8. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD;
9. penyusunan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
10. pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat
daerah;
11. pengendalian pelaksanaan APBD;
12. pemberian petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan
pengeluaran kas daerah;
13. pemantauan pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh Bank
dan/atau lembaga-lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk;
14. pengusahaan dan pengaturan dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
APBD;
15. penyimpanan uang daerah;
16. penetapan Surat Penyediaan Dana;
17. pelaksanaan penempatan uang daerah dan pengelolaan/penatausahaan
investasi daerah;
18. pelaksanaan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna
anggaran atas beban rekening kas umum daerah;
19. penyiapan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama
pemerintah daerah;
20. pelaksanaan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;
21. pengelolaan utang dan piutang daerah;
22. penagihan piutang daerah termasuk fasilitas umum dan fasilitas sosial;
23. pelaksanaan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
54
24. penyajian informasi keuangan dan aset daerah;
25. penyusunan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan
barang milik daerah;
26. penunjukan Kuasa Bendahara Umum Daerah;
27. pembinaan dan pengembangan tenaga fungsional di bidang pengelolaan
keuangan;
28. fasilitasi pengembangan kerjasama keuangan;
29. penelitian pengembangan keuangan daerah;
30. pengelolaan aset daerah yang tidak dalam penggunaan dan/atau tidak
tercatat dalam neraca satuan kerja perangkat daerah/unit kerja perangka
daerah tertentu;
31. pengadaan, penatausahaan, penyimpanan, pendistribusian, dan
penghapusan barang daerah yang tidak diserahkan kepada satuan kerja
perangkat daerah/unit kerja perangkat daerah tertentu;
32. penyusunan harga satuan barang;
33. pengoordinasian pelaporan pertanggungjawaban dana dekonsentrasi;
34. pengoordinasian, monitoring, dan pengendalian pelayanan pajak dan
pemungutan retribusi daerah;
35. penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana kerja;
36. pemberian dukungan teknis dan administratif kepada masyarakat dan
perangkat daerah;
37. pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang, dan ketatausahaan BPKD;
38. pelaporan, dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi.
55
3.2 Hasil Penelitian
3.2.1 Data dan Analisa Tingkat Pencapaian Realisasi Pajak Reklame pada
BPKD Provinsi DKI Jakarta Terhadap Target Yang Ditetapkan oleh
PemProv DKI Jakarta
Tabel III.1
Data Realisasi Penerimaan Pajak Reklame
No Tahun Target Penerimaan (Rp) Realisasi Penerimaan (Rp) Persentase
1 2 3 4 5
1 2012 410.000.000.000 483.178.532.223 118%
2 2013 515.000.000.000 654.644.317.921 127%
3 2014 2.400.000.000.000 850.675.199.089 35%
4 2015 1.800.000.000.000 717.631.254.842 40%
5 2016 1.150.000.000.000 894.239.811.591 78%
6 2017 850.000.000.000 955.578.757.485 112%
Sumber: Humas BPRD Provinsi DKI Jakarta (Audited)
Dari tabel III.I di atas dapat diketahui realisasi penerimaan pajak reklame
pada tahun 2012 melebihi target yang telah ditentukan, dari target yang telah
ditentukan sebesar Rp 410.000.000.000 realisasi penerimaan pajak reklame
mencapai angka Rp 483.178.532.223 atau dengan persentase 118% dari target
yang telah ditentukan. Pada tahun 2013 target penerimaan pajak reklame
mengalami peningkatan sebesar Rp 515.000.000.000 yang disebabkan karena
potensi penerimaan pajak reklame yang besar sehingga dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi DKI Jakarta. Selain itu realisasi
penerimaan pajak reklame juga mengalami peningkatan sebesar Rp
171.465.785.698, peningkatan realisasi penerimaan pajak reklame ini disebabkan
karena banyaknya Wajib Pajak Baru yang mendaftarkan objek pajaknya, sehingga
penerimaan pajak reklame pun meningkat, realisasi penerimaan pajak reklame
56
pada tahun ini yaitu sebesar Rp 654.644.317.921 atau dengan persentase 127%
dari target yang telah ditentukan.
Pada tahun 2014 target penerimaan pajak Pemprov DKI Jakarta khususnya
Pajak Reklame mengalami kenaikan dari Rp 515.000.000.000 menjadi Rp
2.400.000.000.000 disebabkan karena kenaikan APBD DKI Jakarta yang naik
tinggi, sehingga pihak dari BPRD Provinsi DKI Jakarta harus bekerja keras untuk
dapat merealisasikan APBD DKI Jakarta 2014 sebagai salah satu kebijakan yang
dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta pada masa itu, akan tetapi pada realisasinya
hanya mencapai angka Rp 850.675.199.089 hanya mencapai 35% dari target yang
direncanakan karena adanya kenaikan tarif nilai sewa reklame yang berdampak
pada beralihnya pemasangan reklame ke media elektronik. Pada tahun 2015 target
penerimaan pajak reklame mengalami penurunan sebesar Rp 6.000.000.000,
mengingat penerimaan pada tahun 2014 mengalami pelemahan dan tidak
mencapai setengahnya dari target yang ditentukan dan realisasi pada tahun 2015
hanya mencapai 40% dari target penerimaan Rp 1.800.000.000.000 yaitu sebesar
Rp 717.631.254.842, hal ini disebabkan potensi penerimaan pajak dari reklame
rokok yang tidak di ijinkan penyelenggaraannya di Ibu Kota dimana jenis reklame
rokok yang digunakan adalah jenis reklame LED (Large Electronic Display).
Pada tahun 2016 target penerimaan pajak reklame hanya berkisaran sebesar
Rp 1.150.000.000.000 sehingga pada realisasinya mencapai 78% dari penerimaan
pajak reklame yaitu sebesar Rp 894.239.811.591 dimana jumlah realisasi pada
tahun 2016 lebih baik dari tahun 2015, dikarenakan adanya optimalisasi
penerimaan melalui fiscal cadaster (penyusunan monografi wilayah) dengan
melakukan pendaataan potensi pajak disuatu wilayah. Kemudian upaya penagihan
57
pajak secara door to door dan mendorong integritas perizinan pemasangan
reklame.
Penerimaan pajak reklame mengalami kenaikan kembali pada tahun 2017
sebesar Rp 955.578.757.485 dengan persentase 112% dari target penerimaan
sebesar Rp 850.000.000.000, kenaikan realisasi penerimaan pajak reklame dapat
dilihat secara jelas dari tahun 2015 sampai tahun 2017 ini membuktikan bahwa
Pemprov DKI Jakarta sedang melakukan pembangunan besar-besaran yang
menyebabkan naiknya anggaran APBD untuk saat ini dan upaya tersebut dapat
dilihat secara jelas pada Pergub DKI Jakarta Nomor 148 tahun 2017 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggara Reklame dimana Pemprov DKI
menghimbau kepada para penyelenggara reklame menggunakan Reklame jenis
LED (Large Electronic Display)/videotron. Dimana penyelenggara reklame
mendapat insentif seperti pembebasan pajak reklame seluruhnya terhadap reklame
nama gedung yang terpasang di LED/videotron, pembebasan pajak reklame dapat
diberikan terhadap 30% kewajiban penayangan materi program pemerintah, Nilai
Sewa Reklame (NSR) sebagai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang dihitung
berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB), dan pemberian keringanan pajak
sebesar 30% dari 70% pajak reklame dan terus menurun untuk tahun ketiga.
Insentif dapat diberikan kepada penyelenggara reklame dan pemilik gedung
karena biaya pembuatan reklame berbentuk LED/videotron untuk listrik dan
perawatannya dapat menelan biaya yang tinggi.
58
3.2.2 Data dan Analisa Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak Reklame
Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah di wilayah Provinsi DKI
Jakarta pada BPKD Provinsi DKI Jakarta
Tabel III.2
Data Kontribusi Pajak Reklame terhadap Realisasi PAD
No Tahun Realisasi PAD (Rp) Realisasi Pajak Reklame (Rp)
Persentase
Kontribusi
Pajak
Reklame 1 2 3 4 3
1 2012 22.040.801.447.924 483.178.532.223 2,19%
2 2013 26.852.192.452.636 654.644.317.921 2,43%
3 2014 31.274.215.885.720 850.675.199.089 2,72%
4 2015 33.686.176.815.708 714.967.327.356 2,13%
5 2016 37.886.623.633.394 894.271.331.591 2,36%
6 2017 40.119.225.821.317 955.578.757.485 2,38%
Sumber: Bidang Akuntansi BPKD Provinsi DKI Jakarta (Audited)
Dari tabel III.2 di atas dapat dihitung tingkat kontribusi penerimaan
terhadap pendapatan asli daerah dengan menggunakan rumus:
1. Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak Reklame tahun 2012
a. Realisasi Pajak Reklame = Rp 483.178.532.223
b. Realisasi PAD = Rp
2. Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak Reklame tahun 2013
a. Realisasi Pajak Reklame = Rp 654.644.317.921
b. Realisasi PAD = Rp 26.852.192.452.636
3. Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak Reklame tahun 2014
a. Realisasi Pajak Reklame = Rp 850.675.199.089
59
b. Realisasi PAD = Rp 31.274.215.885.720
4. Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak Reklame tahun 2015
a. Realisasi Pajak Reklame = Rp 717.631.254.842
b. Realisasi PAD = Rp 33.686.176.815.708
5. Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak Reklame tahun 2016
a. Realisasi Pajak Reklame = Rp 894.239.811.591
b. Realisasi PAD = Rp 37.886.623.633.394
6. Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak Reklame tahun 2017
a. Realisasi Pajak Reklame = Rp 955.578.757.485
b. Realisasi PAD = Rp 40.119.225.821.317
Berdasarkan pada Kepmendagri Nomor 690.900.327 tentang Pedoman Penilaian
dan Kinerja Keuangan, kriteria nilai kontribusi dinyatakan sebagai berikut :
Tabel III.3
Pedoman Klasifikasi Kriteria Kontribusi Persentase Kriteria
0,00%-10`% Sangat Kurang
>10,00%-20% Kurang
>20,00%-30% Sedang
>30,00%-40% Cukup Baik
>40,00%-50% Baik
Lebih dari 50,00% Sangat Baik
Sumber: Depdagri, Kemendagri No 690.900.327
60
Berdasarkan Tabel III.2 dan Tabel III.3 dapat disimpulkan klasifikasi kontribusi
realisasi penerimaan pajak reklame terhadap realisasi PAD, sebagai berikut:
Tabel III.4
Klasifikasi Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Terhadap PAD
No Tahun
Persentase Kontribusi Penerimaan
Pajak Reklame terhadap Realisasi
PAD
Kriteria
1 2 3 4
1 2012 2,19% Sangat Kurang
2 2013 2,43% Sangat Kurang
3 2014 2,72% Sangat Kurang
4 2015 2,13% Sangat Kurang
5 2016 2,36% Sangat Kurang
6 2017 2,38% Sangat Kurang
Klasifikasi kriteria hasil kontribusi pajak reklame terhadap realisasi PAD bahwa
kurang dari 0,00% kriteria kontribusinya Sangat Kurang, 10%-20% kriteria
kontribusi Kurang, 20%-30% kriteria kontribusi Sedang, 30%-40% Cukup Baik,
40%-50% kriteria kontribusi Baik dan 50% ke atas kriteria kontribusinya Sangat
Baik. Semakin tinggi rasio kontribusi dalam penelitian maka semakin baik. Tetapi
berdasarkan Tabel III.4 klasifikasi Realisasi Penerimaan Pajak Reklame terhadap
PAD dari tahun 2012 sampai 2017 termasuk dalam kriteria kurang baik dalam
kontribusinya, dimana PAD terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain PAD dan
dikarenakan Pajak Reklame merupakan bagian dari Pajak Daerah yang
penerimaannya harus dijumlahkan terlebih dahulu dengan jenis Pajak yang lain,
seperti pajak kendaraan bermotor, BBNKB, PAT, PBB, BPHTB, pajak parkir,
pajak penerangan jalan dsb.
61
3.2.3 Analisa Upaya BPKD Provinsi DKI Jakarta Dalam Menangani
Reklame Tanpa Ijin Khususnya Untuk Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Upaya BPKD Provinsi DKI Jakarta dalam menangani Pajak Reklame
tanpa ijin khususnya untuk wilayah Prvinsi DKI Jakarta antara lain:
a. Melakukan pendataan secara lengkap dan akurat terhadap data
penyelenggara reklame yang belum daftar ulang, reklame baru dan
perpanjang agar mempermudah peninjauan langsung di lapangan oleh
SKPD masing-masing wilayah.
b. Meningkatkan koordinasi eksternal (antar instansi terkait) dan koordinasi
internal (antar bagian/unit dalam instansi)
c. Meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayarkan Pajak
Reklamenya dengan Memberi insentif kepada wajib pajak reklame yang
memperpanjang masa sewa reklame atau membayar pajak reklame belum
daftar ulang (BDU) sebelum batas waktu yang telah ditetapkan
d. Meningkatkan pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan yang kurang
optimal dari SKPD/UKPD.
e. Mengoptimalkan pegawai yang ada BPKD agar selalu memaksimalkan
pengawasan, pengendalian dan pendataan terkait terlaksananya sistem
dan prosedur pengelolaan data penerimaan Pajak Reklame.
f. Melakukan kerja sama dengan pihak ketiga atau instansi lain untuk
memudahkan dalam penagihan kepada wajib pajak reklame
62
3.2.4 Analisa Sosialisasi Yang Dilakukan BPKD Provinsi DKI Jakarta
Untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnnya
Pajak Reklame Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
Wilayah DKI Jakarta
Sosialisasi yang telah dilakukan BPKD untuk meningkatkan penerimaan
Pajak Reklame terhadap realisasi Pendapatan Asli Daerah antara lain:
a. Mengadakan sosialisasi di kecamatan-kecamatan, terutama Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD)/Unit Kerja Perangkat Dareah (UKPD), serta
menjadikan masukan tersebut sebagai bahan pertimbangan, baik dalam
perencanaan, pengawasan maupun pengelolaan keuangan daerah
b. Bagi SKPD yang ditugaskan untuk melakukan pendataan di setiap
wilayah mereka, dan meningkatkan pengawasan terhadap pihak BPRD
yang akan melihat data reklame yang terpasang dan dapat
melihat/memantau langsung reklame yang baru, yang lama, dan yang
sudah atau belum membayar pajak
c. Mengadakan sosialisasi sistem pengelolaan selain tunggu bola harus pula
secara aktif jemput bola terhadap SKPD pada wilayahnya masing-
masing.
d. Meningkatkan kerja sama dengan pihak ketiga atau instansi lainnya
untuk membentuk sebuah penyuluhan memlalui iklan layanan
masyarakat mengenai kepatuhan wajib pajak.
e. Memberikan materi sosialisasi kewajiban pajak untuk bendahara dari
setiap UKPD wilayah masing-masing melalui Bidang Pembinaan
63
Pengelolaan Keuangan Daerah demi meningkatkan kinerja SDM yang
ada sebagai salah satu bentuk pengawasan, pengendalian dan pendataan
agar menjadi lebih optimal.