Upload
lekiet
View
216
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
29
Bab III Pembentukan Kadaster Tiga Dimensi (3D) untuk Kepentingan
Pendaftaran Tanah Terhadap Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
(HMASRS)
III.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian sesuai dengan metodologi penelitian yang telah
dibahas pada bab sebelumnya dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah, yaitu melakukan identifikasi kesenjangan yang ada antara
sistem Pendaftaran Tanah khususnya terhadap HMASRS yang sedang berjalan
(existing) dengan sistem yang seharusnya.
2. Studi Literatur, yaitu melakukan kajian pustaka mengenai teori-teori yang relevan
dengan tema penelitian serta melakukan kajian berdasarkan aspek yuridis normatif
dan aspek teknis sesuai dengan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berlaku.
3. Pendekatan Konsep Model Kadaster 3 dimensi (3D), yaitu melakukan pendekatan
terhadap konsep model kadaster 3 dimensi yang berkembang berdasarkan hasil
penelitian terdahulu untuk dapat diterapkan dalam kegiatan pendaftaran tanah
terhadap HMASRS yang ditinjau dari aspek teknis dan yuridis.
4. Pemilihan Wilayah Study Kasus, yaitu menetapkan wilayah studi kasus yang
relevan dengan tema penelitian yakni obyek Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.
5. Pengumpulan Data, yaitu melakukan pengumpulan data-data yang diperlukan
untuk pembentukan kadaster tiga dimensi (3D) untuk kepentingan pendaftaran
tanah terhadap HMASRS.
6. Pengolahan Data, yaitu melakukan pengolahan data yang telah dikumpulkan
untuk dapat membentuk data spasial 3 dimensi dan data atribut obyek HMASRS.
7. Pembuatan Relation/Link antara data spasial 3 dimensi yang terbentuk dengan
data atributnya, sehingga terbentuk kadaster 3 dimensi untuk kepentingan
pendaftaran tanah terhadap HMASRS.
8. Analisis Hasil Penelitian, yaitu melakukan analisis dan pembahasan secara
komprehensif terhadap hasil penelitian yang terbentuk dengan tujuan untuk dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.
9. Menarik Kesimpulan, yaitu merumuskan hasil analisis dalam suatu kesimpulan
dan menyampaikan saran-saran.
30
Tahapan pelaksanaan penelitian dapat diuraikan dalam bentuk diagram sebagai
berikut :
Gambar III.1 Diagram tahapan pelaksanaan penelitian
31
III.2. Wilayah, Bahan dan Alat Penelitian
Wilayah, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagaimana di
bahas berikut ini.
III.2.1 Wilayah Studi Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah HMASRS di Braga City
Walk, terletak Jalan Braga No. 99-110 Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung,
Kota Bandung, dengan luas tanah seluas 7.131 m2 dan luas bangunan 44.266 m2
(terdiri dari 19 lantai dan 4 Basement), serta tiap lantai memiliki tinggi 3 m. Status
Hak Atas Tanah Braga City Walk adalah Hak Guna Bangunan No. 676/Kelurahan
Braga, yang akan berakhir haknya pada tanggal 02-12-1025, dengan Surat Ukur
tanggal 31-01-2005 No. 213/Braga/2005. Braga City Walk dibangun oleh
pengembang PT. Bangun Mitra Mandiri dengan akta pendirian perseroan tanggal 30-
9-2003 No. 25 yang dibuat oleh Lieyono, SH. Notaris di Jakarta Utara dan disyahkan
Menteri Kehakiman dan HAM RI tanggal 22-12-2003 No. C-29710
HT.01.01.TH.2003.
Braga City Walk merupakan Rumah Susun yang dibangun dengan penggunaan
campuran (untuk hunian dan non hunian), dan telah menempuh proses panjang
perijinan dengan memperoleh berbagai perijinan antara lain sebagai berikut :
a. Persetujuan Pemanfaatan Ruang No.644.1/1136-BAPPEDA tanggal 20-04-2004;
b. Ijin Pematangan Tanah dari Dinas Bina Marga No. 593/02-DBM/2004 tanggal 1-
6-2004;
c. Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah No.503.640/1084/VI/DTK/2004 tanggal 4-6-
2004;
d. Ijin Mendirikan Bangunan No.503.648.1/SI-1470-Disbang/2004 tanggal 9-6-
2004;
e. Rekomendasi AMDAL dari BPLH Kota Bandung No. 640/Kep.716-Huk/2004
tanggal 28-9-2004;
f. Ijin Layak Huni dari Dinas Bangunan Kota Bandung No.640/837-Disbang tanggal
6-7-2006.
32
Gambar III.2 Braga City Walk Sumber : www.Bragacitywalk.com, 2008.
III.2.2 Bahan Penelitian
Dalam pembentukan Kadaster tiga dimensi (3D) untuk kepentingan Pendaftaran
Tanah terhadap HMASRS, Data yang digunakan terdiri dari Data Fisik dan Data
Yuridis atas obyek HMASRS, meliputi :
1. Data fisik terdiri dari:
a. Data Obyek Tanah, yaitu berupa peta pendaftaran tanah digital dari Kantor
Pertanahan Kota Bandung, Skala 1 : 500, dengan sistem Proyeksi TM-3º.
b. Data Obyek Bangunan, yaitu berupa peta digital Denah tiap lantai bangunan
Braga City Walk yang diperoleh dari data Kantor Pertanahan Kota Bandung,
dengan skala 1 : 500.
2. Data Yuridis, yaitu berupa data-data tekstual yang diperoleh dari Kantor
Pertanahan Kota Bandung yang berhubungan dengan obyek penelitian dalam
bentuk hardcopy.
Selain data-data sekunder di atas, dilakukan pula peninjauan langsung kelapangan
guna memperoleh data primer untuk melengkapi data yang ada khususnya
menyangkut penggunaan dan pemanfaatan obyek Satuan Rumah Susun.
Data-data fisik berupa data obyek tanah dan data obyek bangunan dapat dilihat antara
lain pada gambar III.3 sampai dengan gambar III.10, berikut ini :
33
Gambar III.3 Peta Pendaftaran Tanah obyek penelitian Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandung, 2008
Gambar III.4 Denah lantai dasar (Ground floor) Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandung, 2008
Gambar III.5 Denah Lantai Basement 1 Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandung, 2008
34
Gambar III.6 Denah Lantai 1 Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandung, 2008
Gambar III.7 Lantai 5 pada Tower B Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandung, 2008
Gambar III.8 Denah lantai 6 pada Tower B Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandung, 2008
35
Gambar III.9 Denah lantai 18 pada Tower A Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandung, 2008
Gambar III.10 Denah lantai 19 pada Tower B Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandung, 2008
Data fisik obyek penelitian baik itu obyek tanah maupun obyek bangunan berupa
denah tiap-tiap lantai bangunan secara lengkap dapat dilihat dalam format peta digital
yang termasuk didalam Compact Disk (CD) yang merupakan bagian dari tesis ini.
Perlu disampaikan pula bahwa untuk data yuridis obyek HMASRS Braga City Walk
pada saat pengumpulan data di Kantor Pertanahan Kota Bandung baru pada tahap
proses pemisahan dan belum pada tahap peralihan hak kepada para penghuni sehingga
pada data subyek hak masih atas nama pengembang dalam hal ini PT. Bangun Mitra
Mandiri.
36
III.2.3 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komputer Notebook, Printer,
Scanner dan Perangkat lunak. Spesifikasi dan fungsi masing-masing alat penelitian
dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Komputer Notebook yang digunakan dengan spesifikasi : processor Intel Celeron
M 1,6 GHz, RAM 512 MB, Harddisk 60 GB. Komputer ini digunakan sebagai
alat untuk memasukan data, menyimpan data dan mengelola data serta
menyajikan hasil;
b. Printer yang digunakan adalah HP Deskjet 3920, digunakan untuk mencetak hasil
pengelolaan data dan naskah hasil penelitian;
c. Scanner yang digunakan adalah Cannon Lide 20, yang digunakan untuk
melakukan scan atau memindahkan data manual menjadi digital.
d. Perangkat Lunak yang digunakan sebagai berikut :
1. Microsoft Windows XP Profesional, digunakan sebagai Sistem Operasi.
2. Microsoft Office Word 2003, digunakan untuk penulisan laporan hasil
penelitian;
3. Microsoft Office Access 2003, digunakan untuk membentuk data atribut
dalam penelitian ini;
4. Microsoft Office Visio 2003, digunakan untuk membuat diagram-diagram
yang diperlukan dalam penelitian;
5. Microsoft Office PowerPoint 2003, digunakan untuk melakukan presentasi
hasil penelitian;
6. Autodesk Map 2004, digunakan untuk membentuk data spasial dalam
penelitian ini.
III.3. Pendekatan Konsep Model Kadaster 3D di tinjau dari Aspek Legal
dan Aspek Teknis
Berdasarkan hasil kajian awal secara teoritis pembentukan kadaster tiga dimensi (3D)
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsep model kadaster 3D dengan
model hybrid alternatif registration of physical object, dengan beberapa pertimbangan
baik ditinjau secara legal maupun secara teknis sebagai berikut :
37
1. Secara Legal, berdasarkan Undang-undang Rumah Susun bahwa dalam pemberian
Hak terhadap Satuan Rumah Susun (SRS) dengan adanya sertipikat HMASRS
dapat dilakukan setelah pemberian hak atas tanahnya diberikan dan bangunan
secara keseluruhannya telah terbangun, sehingga HMASRS dengan bangunan
secara keseluruhannya (obyek 3D) tidak bisa dipisahkan dengan Hak Atas
Tanahnya (Obyek 2D).
2. Secara Teknis, kegiatan pendaftaran tanah yang berlangsung saat ini mengacu
pada persil 2D, akan lebih mudah apabila pembentukan data spatial 3D dapat
dimulai dan diintegrasikan pada data spasial 2D yang telah ada, sehingga situasi
3D dapat menjadi bagian dari data geografis pada kadaster 2D.
Atas hal tersebut diatas maka sistem campuran (model hybrid) dengan alternatif
registration of physical object menjadi pilihan dalam pembentukan kadaster 3 dimensi
untuk kepentingan pendaftaran tanah terhadap HMASRS pada penelitian ini, dimana
selain hak atas tanah (obyek 2D) yang didaftarkan dalam sistem kadaster tetapi juga
bangunan (obyek 3D) dimasukan dalam kegiatan pendaftaran tanah.
III.4. Pembentukan Data Spasial 3 dimensi
Hal yang penting dalam kadaster 3 dimensi adalah pembentukan data spasial 3
dimensi agar dapat mengakomodasi aspek keruangan dalam sistem kadaster. Data
spasial yang dibentuk dalam penelitian ini dirancang untuk dapat menampilkan
bentuk ruang 3D dari obyek HMASRS. Obyek 3D HMASRS merupakan suatu obyek
yang mempunyai ketebalan dan berada dalam suatu ruang (space) serta memiliki sifat
padat (solid) yang mempunyai isi/pejal.
Penggambaran obyek 3D dalam perangkat lunak Autodesk Map 2004 pada dasarnya
dapat dilakukan dengan tiga model, yaitu : Model wireframe, surface dan solid.
Model wireframe (rangka kawat) adalah obyek 3D yang terdiri atas garis lurus dan
garis lengkung dan merepresentasikan tepi-tepi obyek, tanpa permukaan tertutup.
Oleh karena itu setiap obyek yang membentuk model wireframe harus digambar
secara sendiri-sendiri dengan orientasi yang berbeda-beda, maka model 3D jenis ini
umumnya akan mengkonsumsi waktu yang sangat lama dibandingkan dengan jenis
lain. Model surface merupakan obyek 3D yang lebih modern dibandingkan dengan
model wireframe, karena model ini tidak hanya terdiri dari garis-garis tepi, tapi juga
38
permukaan tertutup. Model solid adalah jenis yang termudah digunakan dalam model
3D. Dengan model solid dalam AutoCad, dapat dibuat obyek 3D dari bentuk-bentuk
dasar 3D, seperti kotak, kerucut, silinder, bola dan lainnya. Selain itu bentuk-bentuk
dasar tersebut dapat dikombinasikan untuk membuat obyek solid 3D yang lebih
kompleks dengan menggabungkan atau mengurangkan bentuk-bentuk tadi, atau
mendapatkan volume yang beririsan di antara bentuk-bentuk tersebut. Selain bentuk
dasar tersebut model solid juga dapat dibentuk dengan melakukan ekstrusi atas
bangun 2D mengikuti jalur tertentu (Soma dalam Siahaan, 2006).
Dari ketiga model di atas, data spasial 3D yang sesuai untuk kepentingan
pembentukan kadaster 3D dalam penelitian ini adalah model solid, karena obyek
HMASRS merupakan obyek 3D yang menempati ruang dan memiliki isi. Selain itu
data spasial 3D yang terbentuk harus dapat menampilkan obyek SRS dan bagian
bersama dalam satu kesatuan bangunan keseluruhan. Dan data spasial 3D yang
terbentuk harus dapat dilakukan penambahan dan pengurangan untuk dapat
melakukan pemisahan sehingga obyek SRS dan bagian bersama dapat dipisahkan
sesuai kebutuhan. Pada model wireframe dan surface, model 3D yang terbentuk tidak
dapat dilakukan operasi penambahan dan pengurangan dengan obyek lain. Sedangkan
pada model solid, obyek 3D yang terbentuk merupakan obyek pejal dan berisi yang
memiliki volume sehingga dapat dilakukan operasi penambahan dan pengurangan
pada obyek tersebut. Selain itu hasil yang terbentuk dengan model solid dapat
ditampilkan baik secara solid maupun secara wireframe, sehingga tampilan akan lebih
bervariasi sesuai dengan kebutuhan.
Data yang digunakan untuk pembentukan data spasial 3 Dimensi adalah data obyek
tanah berupa peta pendaftaran tanah dan data obyek bangunan berupa denah tiap
lantai bangunan, dengan bantuan software Autodesk map 2004, melalui tahapan
sebagai berikut :
1. Data denah bangunan tiap lantai yang sebelumnya berupa data spasial 2D
dibentuk menjadi data spasial 3D dengan cara memberikan data ketinggian tiap
lantai dalam hal ini setinggi 3 m, dengan bantuan perintah extrude (salah satu cara
untuk membentuk model 3D solid) pada Autodesk Map 2004. Hasilnya akan
terbentuk data spasial 3D dengan model solid pada tiap lantai bangunan.
39
Gambar III.11. Data denah bangunan (2D)
Gambar III.12. Hasil ekstrusi denah bangunan (3D solid)
2. Data spasial 3D dengan model solid pada tiap lantai bangunan dapat dilakukan
modifikasi atau explorasi dengan melakukan pemotongan (Substact, intersect,
fillet), penggabungan (Union) dan lainnya, sehingga dari denah bagunan dapat
dipisahkan antara obyek SRS dan bagian bersama pada tiap lantai bangunan.
40
Gambar III.13. Bagian SRS secara terpisah
Gambar III.14. Bagian Bersama secara terpisah
3. Untuk memberikan identitas setiap SRS kemudian diberikan Nomor Hak yang
akan di pakai sebagai id atau key untuk kepentingan pembentukan kadaster 3D
yang akan di hubungkan dengan data atribut masing-masing SRS.
41
Gambar III.15. Bagian SRS yang telah di berikan No. Hak sebagai id/key
4. Data spasial 3D yang terbentuk tiap lantai kamudian digabungkan sesuai dengan
ketinggian masing-masing dalam satu file sehingga terbentuk bentuk bangunan
yang utuh dengan visualisasi 3D.
Gambar III.16 Visualisasi 3D bangunan secara utuh
5. Data spasial 3D bangunan yang terbentuk kemudian dilakukan overlay atau
integrasi kedalam peta pendaftaran tanah yang telah ada (memiliki sistem
koordinat TM 3°), sehingga bangunan dengan visualisasi 3D memiliki sistem
koordinat yang sama, sedangkan untuk ketinggian (koordinat z) mengacu pada
koordinat local (z relatif) dengan mereferensi pada lantai dasar (Ground Floor)
yang relatif datar dengan bidang tanah (z = 0).
42
III.5. Pembentukan Data Atribut
Dalam suatu sistem Kadaster selain dibentuk data spasial yang merupakan data fisik
suatu obyek dibentuk pula data atribut yang merupakan data yang menerangkan
obyek kadaster secara tekstual, dalam pendaftaran tanah lazimnya disebut sebagai
data yuridis.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1989
tentang Bentuk dan Tata Cara Pembuatan Buku Tanah serta Penerbitan Sertipikat Hak
Milik Atas Satuan Rumah Susun, data yuridis yang dicatat pada halaman kedua dalam
Buku Tanah atau sertipikat HMASRS antara lain :
a. Nomor Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun;
b. Lokasi dan alamat rumah susun yang bersangkutan;
c. Nomor Hak Atas Tanah Bersama dan berakhir haknya serta Nomor dan tanggal
Surat Ukur;
d. Nomor dan tanggal ijin layak huni;
e. Akta Pemisahan serta tanggal dan nomor pengesahannya;
f. Nilai Perbandingan Proporsional;
g. Nomor dan tanggal gambar denah;
h. Nama Pemilik/pemegang hak milik atas satuan rumah susun;
i. Tanggal pembukuan hak dan tanda tangan Kepala Kantor;
j. Tanggal penerbitan sertipikat dan tanda tangan Kepala Kantor;
k. Nomor penyimpanan warkah;
l. Catatan-catatan lain yang dianggap perlu.
Untuk kepentingan penelitian ini tidak seluruh data yuridis pada halaman kedua buku
tanah atau sertipikat HMASRS seperti diatas dimasukan dalam data atribut karena
seperti hak atas tanah, ijin layak huni dan akta pemisahan memiliki nomor yang sama
pada setiap HMASRS. Selain itu pada data atribut ditambahkan hal-hal lain yang
dianggap perlu yaitu luas tiap SRS dan penggunaannya serta akta peralihan hak
apabila telah dialihkan pada pihak lain.
Sehingga data yuridis yang dimasukan dalam data atribut adalah :
Nomor Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
43
Pemegang Hak
Luas
Pertelaan/nilai perbandingan proporsonal
Penggunaan/pemanfaatan Ruang
No. Gambar Denah
Akta peralihan
Alamat/Posisi lantai
Pembentukan data atribut dalam penelitian ini menggunakan Software Microsoft
Access 2003 sebagai alat bantunya. MS Access adalah program yang digunakan untuk
merancang, membuat dan mengelola database. Program ini merupakan salah satu
program database yang banyak digunakan untuk mengolah database saat ini, karena
mudah dipakai, fleksibel dan mudah diintegrasikan dengan aplikasi lain. (Rizky, AR.,
2006).
Pemilihan perangkat lunak dengan MS Access 2003 dalam penelitian ini dilakukan
dengan pertimbangan karena jumlah data yang dikelola dalam satu bangunan Rumah
Susun tidak terlalu banyak selain itu karena MS Access dapat dihubungkan dengan
perangkat lunak untuk mengelola data spasial dalam penelitian ini yaitu Autodesk
Map 2004, sehingga dapat mempermudah dalam membentuk sistem informasi yang
menjadi kadaster 3D pada penelitian ini.
Hasil Pembentukan data atribut pada penelitian ini sebagian dapat dilihat pada Tabel
berikut :
Tabel III.1 Hasil Pembentukan Data Atribut
44
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa untuk data yuridis obyek HMASRS
Braga City Walk pada saat pengumpulan data di Kantor Pertanahan Kota Bandung
baru pada tahap proses pemisahan dan belum pada tahap peralihan hak kepada para
penghuni sehingga pada data subyek hak masih atas nama pengembang dalam hal ini
PT. Bangun Mitra Mandiri.
III.6. Pembuatan Relation/link antara Data Spasial dan Data Atribut dalam
Upaya Menyajikan Informasi yang Lengkap dan Terpadu
Kadaster dapat diartikan sebagai suatu Sistem Informasi Pertanahan yang
mutakhir/terkini yang berisi suatu gambaran geometrik berupa data spasial (peta)
yang dihubungkan dengan catatan-catatan tertentu yang berkaitan dengan obyek pada
peta berupa data atribut/tekstual. Sehingga ada 2 elemen dasar dalam kegiatan
kadaster yaitu kegiatan survey pengukuran yang menghasilkan peta dan kegiatan
registrasi atau pencatatan yang menghasilkan catatan-catatan atau register.
Dalam upaya menyediakan informasi yang lengkap dan terpadu dalam suatu system
informasi pertanahan, maka data spasial yang terbentuk harus dapat dihubungkan
dengan data atributnya. Dalam Autodesk Map 2004 terdapat fasilitas yang
memungkinkan adanya conection/link antara obyek di peta dengan database eksternal
yaitu dengan fasilitas Open Database Connectivity (ODBC). Dengan fasilitas ini
database eksternal dapat dibaca sebagai data source obyek pada peta yang
dihubungkan dengan file Link Templete.
Untuk dapat dilakukan koneksi antara obyek di peta dengan data atributnya maka
diperlukan id atau kata kunci (key) yang unik sebagai penghubung, untuk kegiatan
pendaftaran tanah terhadap bidang tanah telah diberikan Nomor Induk Bidang (NIB)
sebagai id, namun untuk obyek HMASRS belum diatur, sehingga dalam penelitian ini
Nomor Hak dari obyek HMASRS dapat dipakai sebagai id atau kata kunci (Primary
Key).
Hasil setelah dilakukan koneksi antara data spasial dengan data atributnya dapat
dilihat dalam Compact Disk (CD) yang merupakan bagian dari tesis ini, yang
gambarannya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
45
Gambar III.17. Data spasial 3D terhubung dengan data atribut