35
26 PENDUGAAN PARAMETER GENETIK, ANALISIS LINTAS, DAN SELEKSI PLASMA NUTFAH PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk: 1) menduga keragaman genetik dan heritabilitas beberapa karakter kuantitatif pegagan, 2) mendapatkan informasi tentang karakter yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi kadar asiatikosida dan produksi terna kering yang tinggi, dan 3) mendapatkan aksesi pegagan dengan kadar asiatikosida dan bobot terna kering yang tinggi serta membandingkan antara hasil seleksi berdasarkan seleksi penyisihan bebas bertingkat, seleksi tunggal, indeks seleksi terboboti dan tidak terboboti. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cimanggu Balittro dari bulan Juli-Desember 2007. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 17 aksesi pegagan sebagai perlakuan dan diulang dua kali, tingkat naungan yang digunakan 25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter jumlah, panjang, lebar, dan luas daun serta jumlah tulang daun, dan panjang ruas pada sulur terpanjang memiliki keragaman genetik luas dan heritabilitas tinggi, sedangkan tebal daun, jumlah sulur, kadar dan produksi asiatikosida menunjukkan keragaman genetik sempit dengan heritabilitas rendah. Dari 10 karakter yang diamati tidak satupun karakter yang berkorelasi nyata dengan kadar asiatikosida. Karakter panjang dan diameter tangkai daun; panjang, lebar, luas, dan tebal daun, jumlah tulang daun, dan panjang ruas pada sulur terpanjang mempunyai korelasi positif sangat nyata dengan produksi terna kering, sedangkan jumlah daun induk dan jumlah sulur berkorelasi negatif nyata. Seleksi produksi terna kering yang tinggi melalui luas daun akan memberikan respon yang lebih cepat karena memiliki nilai heritabilitas yang tinggi. Hasil seleksi berdasarkan seleksi penyisihan bebas bertingkat terpilih 4 aksesi pegagan dengan kadar asiatikosida dan bobot terna kering yang tinggi, yaitu Casi 016, Casi 003, Casi 008, dan Casi 002. Aksesi terseleksi berdasarkan seleksi penyisihan bebas bertingkat tidak selalu terseleksi pada seleksi tunggal dan indeks seleksi terboboti maupun tidak terboboti. Kata kunci: pegagan, keragaman genetik, heritabilitas, analisis lintas, seleksi ABSTRACT The objectives of this research were: 1) to estimate of genetic variability and heritability of several quantitative characters, 2) to obtain information about characters which can be used to select asiaticoside content and dry shoot production criterion, and 3) to obtain asiatic pennywort accessions which have high content of asiaticoside and dry shoot production and comparison between independent culling level, single selection, weighted and unweighted standardized selection index. The research was conducted at Cimanggu Experimental Station of Indonesian Medicinal and Aromatic Crops Research Institute (ISMECRI) Bogor, from July 2007 to February 2008. The research was arranged using randomized complete block design (RCBD) with two replications. Seventeen asiatic

BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

26

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK, ANALISIS LINTAS, DANSELEKSI PLASMA NUTFAH PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban)

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk: 1) menduga keragaman genetik danheritabilitas beberapa karakter kuantitatif pegagan, 2) mendapatkan informasitentang karakter yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi kadar asiatikosidadan produksi terna kering yang tinggi, dan 3) mendapatkan aksesi pegagandengan kadar asiatikosida dan bobot terna kering yang tinggi sertamembandingkan antara hasil seleksi berdasarkan seleksi penyisihan bebasbertingkat, seleksi tunggal, indeks seleksi terboboti dan tidak terboboti. Penelitiandilakukan di Kebun Percobaan Cimanggu Balittro dari bulan Juli-Desember 2007.Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan17 aksesi pegagan sebagai perlakuan dan diulang dua kali, tingkat naungan yangdigunakan 25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter jumlah, panjang,lebar, dan luas daun serta jumlah tulang daun, dan panjang ruas pada sulurterpanjang memiliki keragaman genetik luas dan heritabilitas tinggi, sedangkantebal daun, jumlah sulur, kadar dan produksi asiatikosida menunjukkankeragaman genetik sempit dengan heritabilitas rendah. Dari 10 karakter yangdiamati tidak satupun karakter yang berkorelasi nyata dengan kadar asiatikosida.Karakter panjang dan diameter tangkai daun; panjang, lebar, luas, dan tebal daun,jumlah tulang daun, dan panjang ruas pada sulur terpanjang mempunyai korelasipositif sangat nyata dengan produksi terna kering, sedangkan jumlah daun indukdan jumlah sulur berkorelasi negatif nyata. Seleksi produksi terna kering yangtinggi melalui luas daun akan memberikan respon yang lebih cepat karenamemiliki nilai heritabilitas yang tinggi. Hasil seleksi berdasarkan seleksipenyisihan bebas bertingkat terpilih 4 aksesi pegagan dengan kadar asiatikosidadan bobot terna kering yang tinggi, yaitu Casi 016, Casi 003, Casi 008, dan Casi002. Aksesi terseleksi berdasarkan seleksi penyisihan bebas bertingkat tidak selaluterseleksi pada seleksi tunggal dan indeks seleksi terboboti maupun tidakterboboti.

Kata kunci: pegagan, keragaman genetik, heritabilitas, analisis lintas, seleksi

ABSTRACT

The objectives of this research were: 1) to estimate of genetic variabilityand heritability of several quantitative characters, 2) to obtain information aboutcharacters which can be used to select asiaticoside content and dry shootproduction criterion, and 3) to obtain asiatic pennywort accessions which havehigh content of asiaticoside and dry shoot production and comparison betweenindependent culling level, single selection, weighted and unweighted standardizedselection index. The research was conducted at Cimanggu Experimental Station ofIndonesian Medicinal and Aromatic Crops Research Institute (ISMECRI) Bogor,from July 2007 to February 2008. The research was arranged using randomizedcomplete block design (RCBD) with two replications. Seventeen asiatic

Page 2: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

27

pennywort accessions as the treatment and 25% shade were used. Results of theresearch showed that number of leaf; length, width, and leaf area; number of veinleaf, and segment length on the longest stolon have wide genetic variability andhigh heritability, while leaf thickness, number of stolon, content and production ofasiaticoside showed narrow genetic variability and low heritability. Results ofcorrelation analysis and path analysis showed that ten characters observed nonethat correlated significantly with content of asiaticoside. Characters of leaf petiolelength and diameter; length, width, area, and thickness of leaf, number of veinleaf, and segment length on the longest stolon had highly significant positivecorrelation with dry shoot production, while characters of mother plants leafnumber and number of stolon had significant negative correlation. Selection ofdry shoot production through character of leaf area would provide more rapidrespond due to its high heritability value. Selection using of independent cullinglevel, had resulted in 4 accessions of asiatic pennywort with high content ofasiaticoside and dry shoot weight, namely Casi 016, Casi 003, Casi 008, and Casi002. Accessions selected for independent culling level were not always selected atsingle selection, weighted and unweighted standardized selection index.

Key words: Centella asiatica L. (Urban.), genetic variability, heritability, pathanalysis, selection

PENDAHULUAN

Pegagan atau Centella asiatica (L.) Urban merupakan tumbuhan liar yang

termasuk keluarga Umbeliferae (Apiaceae). Tumbuhan ini telah lama digunakan

sebagai lalab oleh sebagian masyarakat di Jawa Barat. Dalam bidang pengobatan,

tanaman ini telah banyak dimanfaatkan sebagai diuretik, penambah nafsu makan,

obat sariawan, obat luka, obat luka terbuka, dan luka bakar (Tang & Eisandbrand

1992). Pegagan mengandung bioaktif kelompok senyawa terpenoid, flavonoid,

senyawa polifenol, dan senyawa poliasetelina. Senyawa yang terpenting dan telah

diteliti mempunyai efek menyembuhkan luka terbuka atau luka bakar adalah

senyawa golongan triterpen, saponin, dan sapogenin yaitu asam asiatat, asam

madekasat, dan asiatikosid (Chandel & Rastogi 1979; Tang & Eisandbrand 1992).

Keberhasilan program penyediaan bahan tanaman unggul pegagan sangat

bergantung pada ketersediaan bahan genetik dan besar kecilnya ragam genetik

dalam koleksi plasma nutfah, keragaman tersebut dapat diperoleh antara lain

melalui introduksi dan eksplorasi ke berbagai daerah endemik. Hasil introduksi

dan eksplorasi dari berbagai daerah di Jawa, Sumatra, Bali, dan Papua

menghasilkan 17 aksesi pegagan. Berdasarkan hasil penelitian Bermawie et al.

(2008), diketahui bahwa terdapat keragaman fenotipik pada beberapa karakter

Page 3: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

28

morfologi baik kuantitatif maupun kualitatif, potensi hasil, dan mutu antar aksesi

pegagan. Informasi tersebut menunjukkan, terdapat peluang untuk menghasilkan

aksesi dengan mutu yang lebih tinggi. Sebelum menggunakan karakter-karakter

tersebut sebagai karakter seleksi, perlu diketahui perilaku pewarisan berbagai

karakter kuantitatif dan kualitatif di atas. Informasi ini diperlukan untuk

menentukan apakah karakter yang diamati tersebut dapat dijadikan sebagai

kriteria seleksi dalam memilih genotipe-genotipe baru yang diinginkan.

Keragaman genetik, heritabilitas, korelasi, dan pengaruh dari karakter-karakter

yang erat hubungannya dengan kadar asiatikosida dan produksi terna kering

merupakan parameter genetik yang diperlukan untuk memudahkan pelaksanaan

seleksi sehingga seleksi dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Keragaman genetik sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proses

seleksi dalam program pemuliaan tanaman. Selain itu, keberhasilan program

pemuliaan juga bergantung pada pengetahuan tentang pola pewarisan karakter

yang akan diperbaiki, apakah karakter tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor

genetik atau lingkungan. Untuk meningkatkan kadar asiatikosida dan produksi

terna kering perlu diketahui komponen pertumbuhan yang dapat digunakan

sebagai kriteria seleksi dengan cara memilih karakter yang memberikan kontribusi

besar terhadap kadar asiatikosida dan produksi terna kering. Pengetahuan tentang

korelasi antar komponen pertumbuhan dengan kadar asiatikosida dan produksi

terna kering sangat diperlukan untuk menentukan kriteria seleksi tidak langsung

terhadap kadar asiatikosida dan produksi terna kering tersebut. Namun demikian,

hubungan yang dinyatakan dengan korelasi sederhana seringkali mengakibatkan

diperolehnya informasi yang semu. Hal ini disebabkan pada total korelasi antara

kadar asiatikosida dan produksi terna kering dengan komponen pertumbuhan

sering terdapat interaksi yang akan menutup pola hubungan yang sebenarnya.

Untuk mengatasi hal itu, maka diperlukan adanya analisis lintas (path analysis).

Dengan analisis lintas, masing-masing sifat yang dikorelasikan dengan kadar

asiatikosida dan produksi terna kering dapat diuraikan menjadi pengaruh langsung

dan tidak langsung (Singh & Chaudary 1979; Totowarsa 1982).

Penggunaan analisis korelasi dan analisis lintas untuk mempelajari

keeratan hubungan antar komponen pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil serta

Page 4: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

29

untuk mengembangkan kriteria seleksi telah banyak dilakukan pada berbagai jenis

tanaman lain seperti pada kelapa (Miftahorrachman et al. 2000), mentha (Mirzaie-

Nodoushan et al. 2001), jagung (Mohammadi et al. 2003), padi (Surek & Beser

2003), gandum (Budiarti et al. 2004), kedelai (Asadi et al. 2004; Wirnas et al.

2006), sorgum (Ezeaku 2006), cabe (Ganefianti et al. 2006), peartmillet

(Vetriventhan & Nirmalakumari 2007), padi sawah (Limbongan 2008), nenas

(Nasution 2008), dan manggis (Sinaga 2008). Dari beberapa penelitian tersebut

diketahui bahwa analisis lintas sangat bermanfaat dalam menentukan strategi

pemuliaan tanaman yang efektif dan efisien.

Selain berdasarkan nilai korelasi dan analisis lintas, karakter yang akan

digunakan sebagai kriteria seleksi harus dipilih berdasarkan nilai heritabilitas.

Seleksi untuk suatu karakter yang diinginkan akan lebih berarti jika karakter

tersebut mudah diwariskan. Mudah tidaknya pewarisan karakter dapat diketahui

dari besarnya nilai heritabilitas yang dapat diduga dengan membandingkan

besarnya ragam genetik terhadap ragam fenotipik (Borojevic 1990).

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa, sebelum melangkah

pada pembentukan varietas, perlu dipelajari keragaman karakter, heritabilitas,

analisis lintas, dan seleksi aksesi pegagan yang memiliki kadar asiatikosida dan

produksi terna kering tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menduga

keragaman genetik dan heritabilitas beberapa karakter kuantitatif pegagan, (2)

mendapatkan informasi tentang karakter yang dapat digunakan sebagai kriteria

seleksi kadar asiatikosida dan produksi terna kering yang tinggi, dan (3)

mendapatkan aksesi pegagan dengan kadar asiatikosida dan produksi terna kering

tinggi serta membandingkan antara hasil seleksi berdasarkan seleksi penyisihan

bebas bertingkat, seleksi tunggal, indeks seleksi terboboti dan tidak terboboti.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cimanggu dengan jenis tanah

Latosol. Tinggi tempat 240 m di atas permukaan laut (dpl). Analisis asiatikosida

dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Balai Penelitian Tanaman Obat dan

Page 5: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

30

Aromatik (BALITTRO). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan

Desember 2007.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: 17 aksesi

plasma nutfah pegagan hasil eksplorasi dari berbagai daerah dan introduksi dari

Malaysia (Casi 001 s/d Casi 019) (Lampiran 1), polibag, pupuk kandang, pupuk

buatan (N, P dan K), bambu, paranet 25 dan 55%, dan bahan-bahan untuk analisis

kandungan fitokimia dan asiatikosida.

Peralatan yang digunakan terdiri dari: termometer (elcometer), light meter

(LX-101A), leaf area meter, peralatan tanam, timbangan digital, jangka sorong,

meteran, dan HPLC.

Metodologi Penelitian

Perlakuan percobaan diatur dalam rancangan acak kelompok (RAK),

terdiri dari 17 perlakuan dengan 2 ulangan sehingga terdapat 34 satuan percobaan.

Intensitas cahaya yang digunakan 75%, yaitu dengan menggunakan naungan

paranet 25%. Denah percobaan disajikan pada Lampiran 2. Teknik budidaya

pegagan mengacu pada Januwati dan Yusron (2005).

Persiapan Bahan Tanam

Bibit dari setiap aksesi berasal dari tanaman yang sehat, tidak terserang

hama dan penyakit. Bagian pegagan yang diambil untuk pembibitan adalah stolon

yang telah berakar di setiap ruasnya dengan jumlah ruas 1. Pembibitan dilakukan

di polibag yang berisi campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan

2:1. Pembibitan dilakukan di tempat yang cukup ternaungi, yaitu dengan

menggunakan naungan paranet 55% selama 3 minggu.

Persiapan Tanam dan Penanaman

Pengolahan tanah dilakukan secara intensif sedalam 30 cm, sehingga

didapatkan struktur tanah yang merata dan gembur. Setelah pengolahan tanah,

dibuat petakan dengan ukuran 2 m x 4 m. Jarak antara petak dalam satu ulangan

0.50 m, sedangkan jarak antara petak dengan ulangan lain 1 m. Penggunaan pupuk

kandang sapi dilakukan dengan dosis 0.42 kg/lubang tanam (setara dengan 20 ton

Page 6: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

31

ha-1) yang diberikan satu minggu sebelum tanam. Tiap aksesi ditanam dalam

petak yang terdiri atas enam baris menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm.

Naungan sebagai salah satu perlakuan dalam percobaan ini diperoleh

dengan menggunakan paranet, tingkat naungan yang digunakan adalah 25%.

Paranet dipasang pada tiang bambu yang telah didirikan di setiap sudut petakan

sebelum penanaman dilakukan. Paranet dipasang di atas pertanaman dengan

ketinggian 1.8 m dari atas permukaan tanah.

Pupuk SP36 dan KCl masing-masing diberikan dengan takaran 200 kg/ha

seminggu sebelum tanam. Pada umur 1, 2, dan 3 bulan setelah tanam dipupuk

sepertiga bagian pupuk Urea dengan dosis 200 kg/ha. Penyulaman dilakukan

sampai tanaman berumur 3 Minggu Setelah Tanam (MST) dengan menggunakan

bibit yang umurnya sama dengan bibit yang sudah ditanam.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan, penyiraman serta

pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dan pengendalian hama-penyakit

disesuaikan dengan kondisi di lapangan, sedangkan penyiraman dilakukan setiap

2 hari sekali apabila tidak turun hujan yang berkepanjangan. Panen terna

dilakukan saat tanaman berumur 4 bulan setelah tanam.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap sepuluh tanaman sampel (tanaman induk)

kecuali bobot terna kering, kadar dan produksi asiatikosida dilakukan sebanyak 1

kali tiap ulangan. Pengamatan karakter agronomi mengacu pada panduan

deskriptor yang dikembangkan khusus untuk pegagan dengan beberapa modifikasi

(Bermawie et al. 2006a), meliputi: (a) Panjang tangkai daun (diukur dari

permukaan tanah hingga ujung tangkai daun), (b) Diameter tangkai daun (diukur

dari atas permukaan tanah 0.25 cm), (c) Jumlah tulang daun (dihitung jumlah

tulang daun), (d) Jumlah daun (dihitung jumlah daun pada tanaman induk), (e)

Panjang daun (diukur dari pangkal daun sampai ujung daun), (f) Lebar daun

(diukur lebar daun terlebar), (g) Tebal daun (diukur di bawah mikroskop dengan

pembesaran 10 x 10 dengan menggunakan mikron meter, preparasi untuk

pengamatan tebal daun mengikuti metode Sass (1951)), (h) Luas daun induk

(diukur dengan menggunakan leaf area meter), (i) Jumlah sulur (dihitung jumlah

Page 7: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

32

sulur pada tanaman induk), (j) Panjang ruas pada sulur terpanjang (diukur panjang

ruas pertama pada sulur terpanjang), (k) Bobot terna kering (ditimbang bobot

terna kering dari hasil panen dengan luas 1 m2), (l) Kadar asiatikosida (dilakukan

analisis dengan menggunakan HPLC), dan (m) Produksi asiatikosida (dihitung

dengan mengalikan antara kadar asiatikosida dengan bobot terna kering).

Prosedur pengujian kadar asiatikosida meliputi:

1. Persiapan contoh

Terna pegagan disortir dan dicuci sampai bersih, dikeringkan dengan

blower (suhu 400C selama 7 jam), terna pegagan kering digiling dan diayak

dengan menggunakan ayakan ukuran 40 mesh. Sebanyak 0,36 gram serbuk

pegagan (ukuran 40 mesh) ditambahkan 25 ml methanol p.a, dikocok di atas alat

stirrer plate selama 60 menit, cairan ekstrak tersebut dimasukkan ke dalam labu

ukur 50 dan ampasnya diambil untuk diekstrak kembali sampai 3x masing-

masing dengan methanol p.a sebanyak 25 ml. Ekstrak-ekstrak dari ampas

tersebut disatukan dengan ekstrak pertama untuk dimasukkan ke dalam labu

ukur yang sama kemudian diencerkan dengan methanol p.a dan diimpitkan

sampai tanda batas.

2. Penetapan contoh

Disaring dengan menggunakan kertas saring Whattman no. 42 kemudian

disaring kembali untuk kedua kalinya dengan kertas saring millipore ukuran 0.2

m. Disuntikkan ke dalam KCKT/HPLC sebanyak 20 l dengan menggunakan

fase gerak asetonitril (CH3CN): asam asetat (CH3COOH) 0.6% (57: 43) dan

kecepatan alir 1 ml/menit pada panjang gelombang 258 nm.

3. Penetapan kadar asiatikosida

Standar asiatikosida sebanyak 0.0186 g, dimasukkan ke dalam labu ukur

100 ml, dan disuntikkan sebanyak 20 l 1520 ppm ke dalam KCKT/HPLC

dengan menggunakan fase gerak asetonitril (CH3CN): asam asetat (CH3OOH)

0.6% (57:43) dan kecepatan alir 1 ml/menit pada panjang gelombang 258 nm.

Kondisi larutan standar tersebut menghasilkan luas area 314713 dengan kisaran

waktu retensi 4.01-4.15. Pengukuran dilakukan di Laboratorium Pasca Panen

Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO). Nilai luas area dan

Page 8: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

33

waktu retensi standar asiatikosida dianggap tetap sepanjang penelitian, adapun

perhitungan kadar asiatikosida adalah sebagai berikut:

Kadar asiatikosida

%10010

.

6x

bobotspx

xfpstdlarxstd

sp

Keterangan:

[sp] : konsentrasi contoh

[std] : konsentrasi standar

[lar std] : konsentrasi larutan standar

fp : faktor pengenceran

Bobot sp : bobot contoh (g)

Contoh perhitungan kadar asiatikosida (Lampiran 4).

Pengamatan juga dilakukan terhadap faktor lingkungan (suhu,

kelembaban, curah hujan, dan jenis tanah).

Analisis Data

Pendugaan parameter genetik: Komponen ragam: genetik, lingkungan, dan

fenotipik, serta heritabilitas dihitung menurut Singh dan Chaudary (1979). Model

linier aditif yang digunakan untuk menganalisis data hasil pengamatan dari setiap

karakter kuantitatif menurut Singh dan Chaudary (1979):

Yij = +τi + j + єij

dimana:

Yij = Nilai pengamatan suatu karakter pada genotipe ke-i dan ulangan ke-j

= Nilai tengah umum

i = Pengaruh aditif dari genotipe ke-i

j = Pengaruh aditif ulangan ke-j

ij = Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i pada ulangan ke-j.

Berdasarkan model linier tersebut maka dapat disusun daftar analisis

ragam (Tabel 2). Berdasarkan Tabel 2 dapat diduga komponen ragam genetik dan

ragam fenotipik adalah sebagai berikut:

Ragam genetik (σ2g ) = KTgenotipe – KT galat / ulangan (r)

Ragam fenotipik (σ2p) = σ2

g + σ2e

Page 9: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

34

Standar deviasi ragam genetik (σσ2

g) dihitung sebagai berikut: (Anderson

& Bancroft 1952, diacu dalam Daradjat 1987)

31

2 23

22

22

rggr

KT

g

KT

rg

Dimana: KT2 = kuadrat tengah genotipe; KT3 = kuadrat tengah galat; g =

jumlah genotipe; r = jumlah ulangan.

Nilai keragaman genetik suatu karakter ditentukan berdasarkan ragam

genetik (σ2g) dan standar deviasi ragam genetik (σσ

2g). Suatu karakter tergolong

mempunyai keragaman genetik luas jika σ2g 2 σσ

2g dan tergolong sempit apabila

σ2g 2 σσ

2g

Tabel 2 Analisis ragam dan harapan kuadrat tengah dari RAK untuk suatukarakter

Sumber keragaman Derajat bebas Kuadrat tengah Fhitung Kuadrat tengahharapan

Ulangan (r) r-1 KT3 KT3/KT1

Genotipe (g) g-1 KT2 KT2/KT1 σ2e + r σ2

g

Galat (r-1)(g-1) KT1 σ2e

Total rg-1

Jumlah ulangan (r): 2; jumlah genotipe (g): 17; σ2g : ragam genotipik; σ2

e : ragam lingkungan.

Nilai heritabilitas dalam arti luas (h2) dapat diduga dengan rumus

h2 = (σ2g / σ2

p) x 100%; dengan σ2g = ragam genetik dan σ2

p = ragam fenotipik.

Kriteria dugaan heritabilitas (h2), sebagai berikut: jika 0.50 h2 1.00 adalah

tinggi; 0.20 h2 0.50 adalah sedang dan 0.00 h2 0.20 adalah rendah

(Whirter 1979).

Analisis lintas: Untuk mengetahui hubungan antar karakter digunakan analisis

korelasi Pearson. Analisis dilakukan menggunakan program SAS versi 6.12.

Page 10: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

35

Koefisien korelasi antara kombinasi karakter-karakter yang diamati (rij) diperoleh

dari persamaan berikut (Mead & Curnow 1983):

rij =

2222

))((

iiii

iiji

yynxxn

yxxxn

Masing-masing koefisien korelasi diuji pada taraf nyata 0.05 atau 0.01

(Gomez & Gomez 1995). Selanjutnya dilakukan analisis lintas (Path Analysis)

untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung dari karakter

pertumbuhan terhadap kadar asiatikosida dan produksi terna kering dengan rumus

sebagai berikut (Singh & Chaudhary 1979):

r1Y 1 r12 r13 r14 r15 r16 r17 r18 r19 P1

r2Y 1 r23 r24 r25 r26 r27 r28 r29 P2

r3Y 1 r34 r35 r36 r37 r38 r39 P3

r4Y 1 r45 r46 r47 r48 r49 P4

r5Y 1 r56 r57 r58 r59 P5

r6Y = 1 r67 r68 r69 P6

r7Y 1 r78 r79 P7

r8Y 1 r89 P8

r9Y 1 P9

dimana:

riy = koefisien korelasi antara karakter ke i yang diamati dengan kadar

asiatikosida maupun dengan produksi terna kering

rij = koefisien korelasi antara karakter i dan j

Pi = koefisien lintas (pengaruh langsung) antara karakter ke i yang diamati

dengan kadar asiatikosida atau dengan produksi terna kering

Pengaruh-pengaruh yang tidak dapat dijelaskan oleh suatu model

(pengukuran nilai sisa) dari analisis lintas dihitung sebagai berikut:

iji rPR 1

keterangan:

R = nilai sisa/residu

Pi = koefisien lintas karakter i

rij = koefisien korelasi fenotipe karakter i terhadap kadar asiatikosida atau

terhadap produksi terna kering

Page 11: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

36

Nilai heritabilitas arti luas (hbs) dari masing-masing peubah yang diamati

dihitung berdasarkan rumus:

(hbs) = σ2g / σ2

p x 100%

Pendugaan komponen ragam genetik (σ2g) dan ragam fenotipik (σ2

p) berdasarkan

Singh & Chaudhary (1979).

Seleksi aksesi berdasarkan seleksi penyisihan bebas bertingkat, seleksitunggal dan indeks seleksi:

Seleksi 4 aksesi terpilih untuk digunakan pada percobaan studi naungan,

genotipe, dan ketinggian tempat didasarkan pada seleksi penyisihan bebas

bertingkat (independent culling level). Selain dilakukan metode seleksi penyisihan

bebas bertingkat, juga dilakukan seleksi berdasarkan kadar asiatikosida dan

seleksi secara simultan dengan memperhatikan beberapa karakter. Untuk tujuan

tersebut digunakan seleksi tunggal dan indeks seleksi, yaitu indeks seleksi tidak

terbobot (unweighted standardized selection index) dan terboboti (weighted

standardized selection index).

Karakter yang digunakan dalam pembentukan indeks seleksi terboboti

adalah karakter/peubah pertumbuhan dimana pembobot disesuaikan dengan

besarnya sumbangan pengaruh langsung tiap komponen pertumbuhan terhadap

kadar asiatikosida. Pembobot yang digunakan untuk masing-masing karakter,

yaitu panjang tangkai daun (0.24), diameter tangkai daun (-0.22), jumlah daun

(0.13), panjang daun (-0.02), lebar daun (-0.33), luas daun (-0.61), tebal daun (-

0.09), jumlah tulang daun (1.26), jumlah sulur (0.33), dan panjang ruas pada sulur

terpanjang (0.14). Peubah bobot terna kering dan kadar asiatikosida diberi

pembobot tertinggi (1) karena penelitian ditujukan untuk mencari aksesi yang

berkadar asiatikosida dan memiliki bobot terna kering yang tinggi.

Perhitungan indeks seleksi berdasarkan kombinasi beberapa sifat secara

simultan sebagai berikut (Beker 1992):

Indeks (I) = b1x1+ b2x2+ b3x3+ ...........bnxn

x1, x2, ... xn = karakter yang diseleksi

b1, b2, ... bn = penyusunan indeks, dihitung dengan rumus:

b = P-1Ga

Page 12: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

37

dimana: b = vektor penyusun indeks

P-1 = matrik kebalikan ragam – peragam fenotipik

Ga = matrik ragam – peragam genotipik

a = vektor nilai ekonomi karakter

Dari persamaan yang terbentuk kemudian disusun nilai indeks dari nilai indeks

seleksi paling besar sampai dengan nilai indeks seleksi paling kecil, selanjutnya

dilihat perbandingan peringkat aksesi hasil seleksi berdasarkan seleksi penyisihan

bebas bertingkat, seleksi tunggal, indeks seleksi terboboti dan tidak terboboti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pendugaan Parameter Genetik Karakter Kuantitatif Plasma NutfahPegagan

1.1. Keragaman Genetik

Nilai koefisien keragaman genetik (KKG) dari karakter yang

diamati berkisar antara 0.00 sampai 28.92%. Nilai KKG tertinggi terdapat

pada karakter bobot terna kering (28.92%) dan nilai terendah terdapat pada

karakter kadar asiatikosida (0.00%). Kadar asiatikosida merupakan

karakter yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tanaman dengan

potensi genetik yang baik tidak akan terekspresikan secara optimal bila

tidak didukung oleh lingkungan yang sesuai. Koleksi plasma nutfah

pegagan yang diuji merupakan hasil eksplorasi di daerah dengan

ketinggian menengah dan tinggi, sehingga diduga saat ditanam di dataran

rendah kadar asiatikosidanya lebih rendah dan keragamannya sempit.

Berdasarkan klasifikasi dari Pinaria et al. (1995) terlihat bahwa

enam karakter memiliki keragaman genetik yang luas dan tujuh karakter

lainnya dengan keragaman genetik sempit (Tabel 3). Keragaman genetik

yang luas tersebut menunjukkan adanya pengaruh genetik yang dominan

sehingga sangat menunjang dalam melakukan seleksi terhadap karakter

yang diinginkan dari genotipe populasi yang diuji (Allard, 1960). Dengan

demikian, seleksi terhadap karakter tersebut akan berlangsung efektif.

Luasnya keragaman genetik dari karakter-karakter tersebut disebabkan

populasi pegagan yang dievaluasi terdiri dari genotipe yang berbeda, yaitu

Page 13: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

38

hasil eksplorasi dari beberapa daerah dengan agroekologi yang berbeda

dan hasil introduksi (Gambar 6). Populasi pegagan yang tumbuh secara

alami pada habitat yang luas akan menyebabkan terjadinya proses adaptasi

dengan lingkungannya. Sejalan dengan adanya proses evolusi dan adaptasi

pada lingkungan spesifik yang merupakan habitatnya akan menyebabkan

Tabel 3 Nilai rata-rata, koefisien keragaman genetik (KKG), ragam genetik(σ2

g) dan standar deviasi ragam genetik (σσ2

g) beberapa karakterkuantitatif plasma nutfah pegagan

No. Karakter Nilai tengah KKG σ2g σσ

2g 2 σσ

2g Kriteria

1. Panjang tangkai daun 19.95 0.69 13.72 19.37 38.74 Sempit2. Diameter tangkai daun 1.97 0.06 0.12 0.20 0.40 Sempit3. Jumlah daun induk 14.02 0.93 13.05 3.56 7.12 Luas4. Panjang daun 3.20 0.09 0.28 0.03 0.06 Luas5. Lebar daun 5.39 0.11 0.60 0.04 0.08 Luas6. Luas daun 31.23 4.18 130.56 7.33 14.66 Luas7. Tebal daun 0.27 0.01 0.00 0.00 0.00 Sempit8. Jumlah tulang daun 8.30 0.71 5.89 1.98 3.95 Luas9. Jumlah sulur 7.13 0.14 1.02 14.68 29.36 Sempit

10. Panjang ruas pada sulurterpanjang 9.45 0.84 7.89 2.63 5.26 Luas

11. Bobot terna kering 174.17 28.92 5036.65 3551.86 7103.72 Sempit12. Kadar asiatikosida 0.64 0.00 0.00 0.03 0.06 Sempit13. Produksi asiatikosida 1.14 0.09 0.10 0.85 1.70 Sempit

Gambar 6 Morfologi pegagan dan keragaan beberapa aksesi pegagan: Casi005 (A), Casi 011 (B), Casi 002 (F), Casi 003 (H), dan Casi 016(0)

Page 14: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

39

masing-masing populasi mengembangkan karakter dan ciri spesifik secara

morfologis dan genetik yang berbeda dengan populasi lainnya. Selain itu,

luasnya keragaman genetik juga disebabkan oleh adanya persilangan

antara genotipe. Untuk lebih meningkatkan keragaman genetik pegagan

terutama terhadap karakter yang keragaman genetiknya sempit, perlu

dilakukan eksplorasi lagi ke daerah-daerah endemik, persilangan, mutasi,

maupun introduksi.

1.2. Heritabilitas

Nilai heritabilitas jumlah, panjang, lebar, luas, dan jumlah tulang

daun; panjang ruas pada sulur terpanjang serta bobot terna kering yang

disajikan pada Tabel 4, berkisar antara 58.64–99.92%. Berdasarkan

kriteria yang dikemukakan oleh Whirter (1979), ketujuh karakter

tersebut heritabilitasnya tergolong tinggi (50 h2 100%). Nilai

heritabilitas tersebut merupakan nilai heritabilitas dalam arti luas, nilai

tersebut akan sangat bermakna jika ragam genotipik didominasi oleh

ragam aditif (Falconer & Mackay 1996). Hal ini disebabkan karena

hanya ragam aditif yang diturunkan ke generasi yang lebih lanjut.

Poespodarsono (1988) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai

heritabilitas suatu karakter semakin besar pengaruh genetiknya

dibanding lingkungan, sehingga seleksi akan berlangsung efektif karena

pengaruh lingkungan sangat kecil. Sebaliknya, tebal daun, jumlah sulur,

kadar dan produksi asiatikosida memiliki nilai heritabilitas yang rendah,

sedangkan panjang dan diameter tangkai daun, nilai heritabilitasnya

sedang (Tabel 4). Hal ini menunjukkan untuk karakter tersebut, faktor

lingkungan lebih berperan daripada faktor genetik. Dengan demikian,

seleksi akan berjalan kurang efektif karena penampilan fenotipik

tanaman lebih dipengaruhi faktor lingkungan dibandingkan faktor

genetiknya. Ekspresi suatu karakter yang lebih banyak dipengaruhi oleh

faktor genetik akan mudah diwariskan, sedangkan untuk karakter yang

lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan akan sulit diwariskan

(Falconer 1985). Marquez-Ortiz et al. (1999) menyatakan bahwa

Page 15: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

40

program seleksi dari suatu karakter kurang efektif dilakukan apabila

pendugaan heritabilitasnya rendah, hal ini terlihat pada karakter tebal

daun, jumlah sulur, kadar dan produksi asiatikosida.

Tabel 4 Ragam genetik (σ2g), ragam lingkungan (σ2

є), ragam fenotipe(σ2

p) dan heritabilitas (h2) beberapa karakter kuantitatif plasmanutfah pegagan

No. Karakter σ2g σ2

e σ2p h2 Kriteria

(%)

1. Panjang tangkai daun 13.72 19.37 33.09 41.45 Sedang2. Diameter tangkai daun 0.12 0.20 0.32 37.50 Sedang3. Jumlah daun induk 13.05 3.56 16.61 78.56 Tinggi4. Panjang daun 0.28 0.03 0.31 90.32 Tinggi5. Lebar daun 0.60 0.04 0.64 93.70 Tinggi6. Luas daun 130.56 7.33 137.89 94.68 Tinggi7. Tebal daun 0.00 0.00 0.00 0.00 Rendah8. Jumlah tulang daun 5.89 0.08 5.97 99.00 Tinggi9. Jumlah sulur 1.02 14.68 13.66 7.50 Rendah

10. Panjang ruas pada sulurterpanjang 7.89 0.01 7.89 99.92 Tinggi

11. Bobot terna kering 5036.65 3551.86 8588.51 58.64 Tinggi12. Kadar asiatikosida 0.0 0.03 0.03 0.00 Rendah13. Produksi asiatikosida 0.10 0.85 0.95 10.53 Rendah

2. Kriteria Seleksi Kadar Asiatikosida2.1 Analisis Korelasi dan Analisis Lintas

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa karakter panjang

tangkai daun tidak berkorelasi dengan kadar asiatikosida, hal tersebut

ditunjukkan dengan korelasi yang kecil dan tidak nyata (r1y=0.08). Panjang

tangkai daun hanya berkorelasi positif dengan diameter tangkai daun

(r2y=0.58), panjang daun (r4y=0.60), lebar daun (r5y=0.65), luas daun

(r6y=0.59), tebal daun (r7y=0.48), jumlah tulang daun (r8y=0.36), dan

panjang ruas pada sulur terpanjang (r10y=0.53). Korelasi yang kecil dan

tidak nyata juga ditunjukkan antara karakter diameter tangkai daun;

luas dan tebal daun; jumlah tulang daun, jumlah sulur, dan panjang ruas

pada sulur terpanjang dengan kadar asiatikosida. Korelasi negatif tidak

nyata ditunjukkan oleh karakter jumlah, panjang, dan lebar daun dengan

kadar asiatikosida, masing-masing sebesar -0.10, -0.02, dan -0.18 (Tabel

5).

Page 16: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

41

Tabel 5 Nilai koefisien korelasi antara komponen pertumbuhan dan kadar asiatikosida pada tanaman pegagan

Karakter X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 rxy

Panjang tangkai daun 1 0.58** -0.004ns 0.60** 0.65** 0.59** 0.48** 0.36* 0.24ns 0.53** 0.08ns

Diameter tangkai daun 1 -0.37* 0.83** 0.73** 0.83** 0.82** 0.81** -0.36* 0.69** 0.04ns

Jumlah daun induk 1 -0.28ns -0.06ns -0.46** -0.44** -0.63** 0.51** -0.27ns -0.10ns

Panjang daun 1 0.87** 0.76** 0.66** 0.68** -0.17** 0.65** -0.02ns

Lebar daun 1 0.74** 0.56** 0.46** -0.09ns 0.66** -0.18ns

Luas daun 1 0.82** 0.86** -0.33ns 0.64** 0.03ns

Tebal daun 1 0.82** -0.36* 0.59** 0.08ns

Jumlah tulang daun 1 -0.57** 0.55** 0.21ns

Jumlah sulur 1 -0.14ns 0.07ns

Panjang ruas pada sulur terpanjang 1 0.04ns

Keterangan: X1: panjang tangkai daun, X2: diameter tangkai daun, X3: jumlah daun induk, X4: panjang daun, X5: lebar daun, X6: luas daun, X7: tebal daun, X8:jumlah tulang daun, X9: jumlah sulur, X10: panjang ruas pada sulur terpanjang, rxy: korelasi antara komponen pertumbuhan dengan kadarasiatikosida. *, **, dan ns: nyata pada taraf 5%, 1%, dan tidak berbeda nyata.

Page 17: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

42

Kontribusi setiap karakter terhadap kadar asiatikosida baik

langsung maupun tidak langsung dianalisis melalui analisis lintas. Dari

Tabel 6 dapat dilihat bahwa pengaruh langsung terbesar diberikan oleh

jumlah tulang daun (1.26) disusul oleh jumlah sulur (0.33), panjang

tangkai daun (0.24), panjang ruas pada sulur terpanjang (0.14), dan jumlah

daun induk (0.13), akan tetapi karena koefisien korelasi karakter ini positif

dan negatif tidak nyata (r8y=0.21, r9y=0.07, r1y=0.08, r10y=0.04, dan r3y=-

0.10), ini berarti bahwa kelima karakter tersebut tidak dapat digunakan

sebagai kriteria seleksi untuk mendapatkan genotipe pegagan yang

berpotensi memiliki kadar asiatikosida yang tinggi.

rxy

0.08

0.04

-0.10

-0.02

-0.18

0.03

0.08

0.21

0.070.82

Residu (R) 0.04

Gambar 7 Diagram analisis lintas antara komponen pertumbuhan terhadapkadar asiatikosida

Analisis lintas yang dibangun dengan menggunakan sepuluh

karakter sebagai karakter bebas hanya mampu menjelaskan ragam kadar

asiatikosida sebesar 0.18 atau 18%. Pengaruh karakter-karakter lain yang

tidak dimasukkan dalam diagram lintas (pengaruh sisaan) adalah sebesar

Kadarasiatikosida

P1:0.24

P2:-0.22

P3:0.13

P4:-0.02

P5:-0.33

P6:-0.61

P7:-0.09

P8:1.26

P9:0.33

Diameter tangkai daun

Jumlah daun induk

Panjang daun

Lebar daun

Luas daun

Tebal daun

Jumlah tulang daun

Jumlah sulur

Panjang ruas padasulur terpanjang

P10:0.14

Panjang tangkai daunPanjang tangkai daun

Page 18: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

43

Tabel 6 Pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sepuluh komponen pertumbuhan terhadap kadar asiatikosida

Peubah bebas Pengaruh Pengaruh tidak langsung melalui peubah PengaruhKarakter yang langsung total

dibakukan (Pi) (rxy)

Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z101. Panjang tangkai daun Z1 0.24 - -0.13 -0.001 -0.01 -0.21 -0.36 -0.05 0.45 0.08 0.07 0.082. Diameter tangkai daun Z2 -0.22 0.14 - -0.05 -0.01 -0.24 -0.51 -0.08 1.03 -0.12 0.10 0.043. Jumlah daun induk Z3 0.13 -0.001 0.08 - 0.01 0.02 0.28 0.04 -0.79 0.17 -0.04 -0.104. Panjang daun Z4 -0.02 0.14 -0.18 -0.03 - -0.29 -0.46 -0.06 0.85 -0.06 0.09 -0.025. Lebar daun Z5 -0.33 0.15 -0.15 -0.01 -0.02 - -0.41 -0.05 0.58 -0.03 0.09 -0.186. Luas daun Z6 -0.61 0.14 -0.18 -0.06 -0.02 -0.22 - -0.08 1.08 -0.11 0.09 0.037. Tebal daun Z7 -0.09 0.11 -0.17 -0.06 -0.01 -0.19 -0.50 - 1.03 -0.12 0.08 0.088. Jumlah tulang daun Z8 1.26 0.09 -0.18 -0.08 -0.01 -0.16 -0.52 -0.08 - -0.19 0.08 0.219. Jumlah sulur Z9 0.33 0.06 0.08 0.06 0.003 0.03 0.20 0.03 -0.70 - -0.02 0.07

10. Panjang ruas pada sulur Z10 0.14 0.12 -0.15 -0.03 -0.01 -0.22 -0.39 -0.06 0.69 -0.05 - 0.04terpanjang

Page 19: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

44

0.82, artinya masih banyak keragaman yang belum dimanfaatkan (Gambar

7).

3. Kriteria Seleksi Produksi Terna Kering

3.1. Analisis Korelasi dan Analisis Lintas

Dari Tabel 7 terlihat bahwa panjang tangkai daun (X1) mempunyai

korelasi positif sangat nyata dengan produksi terna kering (r1y=0.47). Hal

ini berarti panjang tangkai daun dapat digunakan sebagai penduga

produksi terna kering. Korelasi positif sangat nyata juga ditunjukkan

antara diameter tangkai daun (X2), panjang daun (X4), lebar daun (X5),

luas daun (X6), tebal daun (X7), jumlah tulang daun (X8), dan panjang ruas

pada sulur terpanjang (X10) terhadap produksi terna kering, masing-masing

dengan nilai r2y=0.70, r4y=0.60, r5y=0.49, r6y=0.89, r7y=0.82, r8y=0.79,

dan r10y=0.55 . Hal ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan

nilai pada karakter tersebut maka produksi terna kering akan meningkat.

Produksi terna kering yang tinggi disebabkan karena panjang tangkai

daun yang panjang, yang didukung oleh semakin besarnya diameter

tangkai daun dan bertambahnya panjang, lebar, luas, dan tebal daun, serta

jumlah tulang daun dan panjang ruas pada sulur terpanjang. Korelasi yang

tinggi antara berbagai karakter tersebut dengan produksi terna kering

menjadi informasi yang penting bagi pemuliaan tanaman karena seleksi

terhadap genotipe dengan produksi terna kering yang tinggi dapat

dilakukan secara tidak langsung atau simultan melalui karakter tersebut.

Soemartono (1988) menjelaskan bahwa perbaikan hasil dapat dilakukan

dengan menyeleksi karakter yang berkorelasi tinggi dengan hasil.

Dengan panjang tangkai daun yang semakin panjang maka

diameter tangkainya akan semakin besar. Selain itu, daunnya akan

semakin panjang, lebar, luas, dan tebal, demikian pula halnya dengan

jumlah tulang daunnya akan semakin banyak dan panjang ruas pada sulur

terpanjangnya akan bertambah sehingga produksi terna keringnya akan

semakin tinggi. Fakta ini didukung oleh hasil analisis korelasi sederhana

Page 20: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

45

Tabel 7 Nilai koefisien korelasi antara komponen pertumbuhan dan produksi terna kering pada tanaman pegagan

Karakter X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 rxy

Panjang tangkai daun 1 0.58** -0.004ns 0.60** 0.65** 0.59** 0.48** 0.36* 0.24ns 0.53** 0.47**

Diameter tangkai daun 1 -0.37* 0.83** 0.73** 0.83** 0.82** 0.81** -0.36* 0.69** 0.70**

Jumlah daun induk 1 -0.28ns -0.06ns -0.46** -0.44** -0.63** 0.51** -0.27ns -0.51**

Panjang daun 1 0.87** 0.76** 0.66** 0.68** -0.17** 0.65** 0.60**

Lebar daun 1 0.74** 0.56** 0.46** -0.09ns 0.66** 0.49**

Luas daun 1 0.82** 0.86** -0.33ns 0.64** 0.89**

Tebal daun 1 0.82** -0.36* 0.59** 0.82**

Jumlah tulang daun 1 -0.57** 0.55** 0.79**

Jumlah sulur 1 -0.14ns -0.29ns

Panjang ruas pada sulur terpanjang 1 0.55**

Keterangan: X1: panjang tangkai daun, X2: diameter tangkai daun, X3: jumlah daun induk, X4: panjang daun, X5: lebar daun, X6: luas daun, X7: tebal daun, X8:jumlah tulang daun, X9: jumlah sulur, X10: panjang ruas pada sulur terpanjang, rxy: korelasi antara komponen pertumbuhan dengan produksi ternakering. *, **, dan ns: nyata pada taraf 5%, 1%, dan tidak berbeda nyata.

Page 21: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

46

yang menunjukkan bahwa karakter-karakter tersebut berkorelasi positif

sangat nyata dengan panjang tangkai daun (Tabel 7).

Korelasi negatif nyata ditunjukkan oleh jumlah daun induk dengan

produksi terna kering (r3y=-0.51), artinya bahwa terdapat hubungan yang

saling berlawanan antara karakter tersebut dengan produksi terna kering.

Ini berarti bahwa tanaman dengan jumlah daun induk sedikit akan lebih

tinggi produksi terna keringnya dibandingkan dengan tanaman yang

jumlah daun induknya banyak. Dengan semakin banyaknya jumlah daun

induk maka panjang tangkai daunnya lebih pendek, diameter tangkai

daunnya semakin kecil, panjang dan lebar daunnya lebih pendek dan

sempit, luas daunnya semakin sempit, dan tebal daunnya semakin tipis.

Selain itu, jumlah tulang daunnya sedikit dan panjang ruasnya semakin

pendek sehingga produksi terna keringnya akan rendah (Tabel 7).

Daun merupakan organ tanaman yang berfungsi sebagai tempat

untuk fotosintesis karena pada daun terdapat pigmen khlorofil yang

berperan dalam menyerap cahaya matahari. Cahaya matahari berpengaruh

besar dalam berbagai proses fisiologi seperti fotosintesis untuk

membentuk karbohidrat (Salisbury & Ross 1992). Lestari (2009)

melaporkan bahwa daun merupakan bagian tanaman yang paling banyak

mengandung asiatikosida, kadar asiatikosida di daun berkisar antara 2.53-

6.91%. Sebagai bagian tanaman pegagan yang paling banyak mengandung

asiatikosida, luas daun memiliki pengaruh langsung yang kuat

dibandingkan dengan karakter lainnya yang menentukan produksi terna

kering. Hal ini terlihat dari nilai pengaruh langsungnya yang hampir

sama besar dengan nilai korelasinya (P2=0.81, r6y=0.89), sehingga nilai

koefisien korelasinya tersebut seutuhnya mengukur derajat keeratan

hubungan antara luas daun dan produksi terna kering, artinya seleksi

berdasarkan karakter luas daun akan efektif (Tabel 8). Totowarsa (1982)

mengkategorikan hasil seperti tersebut di atas kedalam kategori I, yaitu

nilai korelasinya hampir sama besar dengan nilai pengaruh langsungnya.

Hal ini dapat dikatakan bahwa sumbangan luas daun tersebut cukup besar

Page 22: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

47

Tabel 8 Pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sepuluh komponen pertumbuhan terhadap produksi terna kering

Peubah bebas Pengaruh Pengaruh tidak langsung melalui peubah PengaruhKarakter yang langsung total

dibakukan (Pi) (rxy)

Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z101. Panjang tangkai daun Z1 -0.03 - -0.08 0.00 -0.01 -0.09 0.48 0.18 -0.01 0.02 0.01 0.472. Diameter tangkai daun Z2 -0.14 -0.02 - 0.03 -0.01 -0.01 -0.09 0.67 0.31 -0.02 -0.03 0.703. Jumlah daun induk Z3 -0.09 0.00 0.05 - 0.01 0.01 -0.37 -0.17 0.02 0.04 -0.01 -0.514. Panjang daun Z4 -0.02 -0.01 -0.12 0.02 - -0.11 0.61 0.25 -0.02 -0.01 0.01 0.605. Lebar daun Z5 -0.13 -0.01 -0.10 0.01 -0.02 - 0.54 0.21 -0.01 -0.01 0.01 0.496. Luas daun Z6 0.81 -0.01 -0.12 0.04 -0.01 -0.09 - 0.31 -0.02 -0.03 0.01 0.897. Tebal daun Z7 0.38 -0.01 -0.11 0.04 -0.01 -0.07 0.66 - -0.02 -0.05 0.01 0.828. Jumlah tulang daun Z8 -0.03 -0.01 -0.11 0.05 -0.01 -0.06 0.69 0.31 - -0.05 0.01 0.799. Jumlah sulur Z9 0.08 -0.00 0.05 -0.04 0.00 0.01 -0.27 -0.14 0.02 - -0.00 -0.29

10. Panjang ruas pada sulur Z10 0.02 -0.01 -0.09 0.02 -0.01 -0.08 0.51 0.22 -0.02 -0.01 - 0.55terpanjang

Page 23: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

47

dalam menentukan produksi terna kering. Implikasinya, luas daun dapat

digunakan untuk seleksi terhadap produksi terna kering pada pegagan.

Tabel 8 memperlihatkan hubungan pengaruh langsung dan tidak langsung

komponen pertumbuhan terhadap produksi terna kering. Jika koefisien korelasi

bernilai positif, tapi pengaruh langsungnya negatif atau dapat diabaikan, maka

pengaruh tidak langsungnya menjadi penyebab korelasi. Dengan demikian

semua variabel bebas harus diperhatikan dan diperhitungkan secara serempak

(Totowarsa 1982). Indikasi ini ditunjukkan oleh panjang tangkai daun, diameter

tangkai daun; panjang, lebar, dan tebal daun; jumlah tulang daun, dan panjang

ruas pada sulur terpanjang. Hubungan melalui pengaruh tidak langsung antara

produksi terna kering dengan panjang tangkai daun; panjang, lebar, dan tebal

daun; jumlah tulang daun, dan panjang ruas pada sulur terpanjang ditemukan

melalui luas daun, masing-masing sebesar 0.48, 0.61, 0.54, 0.66, 0.69, dan 0.51.

Hubungan antara produksi terna kering dengan diameter tangkai daun

memberikan korelasi positif sangat nyata (0.70) dan pengaruh langsungnya

negatif (-0.14), pengaruh tidak langsung hubungan ini adalah melalui tebal daun

(0.67) karena memberikan kontribusi lebih besar dan positif dibanding pengaruh

langsungnya. Kecilnya pengaruh langsung dari karakter-karakter tersebut

menunjukkan bahwa ketujuh karakter tersebut tidak dapat digunakan sebagai

kriteria seleksi yang efektif untuk menduga produksi terna kering. Hubungan

yang keterkaitannya rendah ialah antara produksi terna kering dengan jumlah

daun dan jumlah sulur karena nilai korelasi rendah (r3y=-0.51 dan r9y=-0.29) dan

pengaruh langsungnya rendah (P3=-0.09 dan P9=0.08).

Page 24: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

48

rxy

0.47**

0.70**

-0.51**

0.60**

0.49**

0.89**

0.82**

0.79**

-0.29ns

0.39Residu (R) 0.55**

Gambar 8 Diagram analisis lintas antara komponen pertumbuhan terhadapproduksi terna kering

Berdasarkan nilai duga heritabilitas pada Tabel 9, dapat dikemukakan

bahwa seleksi dengan menggunakan karakter luas daun akan lebih efektif

dibandingkan dengan karakter lainnya, karena luas daun memiliki pengaruh

langsung yang hampir sama besar dengan nilai korelasinya dan nilai

heritabilitasnya tinggi yang akan diwariskan secara kuat pada keturunannya,

sehingga akan memberikan respon yang cepat. Nilai heritabilitas menunjukkan

besarnya proporsi faktor genetik dalam fenotipe suatu karakter (Falconer &

Mackay 1996). Muhuria (2007) menyatakan bahwa nilai heritabilitas dapat

digunakan untuk menduga gen-gen pengendali suatu karakter, nilai heritabilitas

yang tinggi mengindikasikan bahwa karakter tersebut merupakan karakter yang

dikendalikan oleh gen-gen mayor. Untuk nilai heritabilitas yang rendah

menunjukkan bahwa karakter tersebut merupakan karakter kuantitatif yang

dikendalikan oleh banyak gen.

Produksiterna

kering

P1:-0.03

P2:-0.14

P3:-0.09

P4:-0.02

P5:-0.13

P6:0.81

P7:0.38

P8:-0.03

P9:0.08

Diameter tangkai daun

Jumlah daun induk

Panjang daun

Lebar daun

Luas daun

Tebal daun

Jumlah tulang daun

Jumlah sulur

Panjang tangkai daun

Panjang ruas padasulur terpanjang

P10:0.02

Page 25: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

49

Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa pengaruh langsung sisaan

antara komponen pertumbuhan dengan produksi terna kering adalah 0.39

(Gambar 8), artinya analisis lintas yang dibangun dengan menggunakan sepuluh

karakter sebagai karakter bebas mampu menjelaskan ragam produksi terna

kering sebesar 0.61 atau 61%.

3.2. Heritabilitas

Semua karakter yang diamati mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi

kecuali tebal daun dan jumlah sulur memiliki heritabilitas rendah, sedangkan

panjang dan diameter tangkai daun memiliki heritabilitas sedang (Tabel 9). Hal

ini sesuai dengan klasifikasi heritabilitas menurut Stansfield (1991) dan

Mangoendidjojo (2003): h2 50% = tinggi, 20% h2 50% = sedang, dan h2

20% = rendah. Pada tanaman nilam, Martono (2009) juga melaporkan

heritabilitas yang tinggi untuk karakter panjang dan lebar daun.

Berdasarkan nilai korelasi, koefisien lintas, dan heritabilitas maka

karakter yang dapat digunakan untuk kriteria seleksi terhadap produksi terna

kering adalah panjang tangkai daun, diameter tangkai daun; panjang, lebar, luas,

dan tebal daun serta jumlah tulang daun dan panjang ruas pada sulur terpanjang

(Tabel 7, 8, dan 9). Karakter luas daun berpengaruh langsung terhadap produksi

terna kering, sedangkan panjang tangkai daun, diameter tangkai daun; panjang,

lebar, dan tebal daun serta jumlah tulang daun dan panjang ruas pada sulur

terpanjang berpengaruh tidak langsung terhadap produksi terna kering melalui

karakter lainnya. Seleksi akan efektif jika dilakukan pada karakter panjang,

lebar, dan luas daun serta jumlah tulang daun dan panjang ruas pada sulur

terpanjang, karena kelima karakter tersebut mempunyai nilai heritabilitas tinggi

yaitu 90.32, 93.70, 94.68, 99.00, dan 99.92% (Tabel 9). Sifat tersebut akan

mudah diwariskan pada keturunannya, sehingga seleksi yang dilakukan akan

memberikan harapan kemajuan genetik yang tinggi. Karakter panjang dan

diameter tangkai daun memiliki nilai heritabilitas yang sedang, artinya faktor

lingkungan pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan faktor genetik.

Page 26: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

50

Tabel 9 Nilai heritabilitas dalam arti luas komponen pertumbuhan padapegagan

No. Karakter Hbs Kriteria(%)

1. Panjang tangkai daun 41.45 Sedang2. Diameter tangkai daun 37.50 Sedang3. Jumlah daun induk 78.56 Tinggi4. Panjang daun 90.32 Tinggi5. Lebar daun 93.70 Tinggi6. Luas daun 94.68 Tinggi7. Tebal daun 0.00 Rendah8. Jumlah tulang daun 99.00 Tinggi9. Jumlah sulur 7.51 Rendah

10. Panjang ruas pada sulur terpanjang 99.92 Tinggi

4. Seleksi Plasma Nutfah Pegagan Berdasarkan Seleksi Penyisihan BebasBertingkat, Seleksi Tunggal, dan Indeks Seleksi

4.1. Seleksi berdasarkan independent culling level

Seleksi plasma nutfah pegagan dilakukan berdasarkan seleksi penyisihan

bebas bertingkat (independent culling level) dengan pemilihan pertama

berdasarkan kadar asiatikosida yang memiliki kandungan di atas rata-rata

populasi (0.63%). Berdasarkan kandungan asiatikosida tersebut, dari 17 aksesi

yang diseleksi diperoleh 7 aksesi terpilih dengan Casi 016 memiliki kadar

asiatikosida di atas standar MMI (0.90%). Urutan aksesi dari peringkat satu

hingga peringkat tujuh adalah Casi 003, Casi 016, Casi 008, Casi 002, Casi 018,

Casi 017, dan Casi 019, kadar asiatikosida dari ketujuh aksesi tersebut berkisar

0.67-0.91% (rata-rata 0.77%). Selanjutnya, dilakukan seleksi terhadap 7 aksesi

terpilih dengan menggunakan karakter bobot terna kering di atas 170 g m-2. Dari

7 aksesi yang terseleksi, diperoleh empat aksesi yang memiliki kadar

asiatikosida di atas rata-rata populasi (berkisar 0.72-0.91%) dan bobot terna

kering di atas 170 g m-2, aksesi tersebut adalah Casi 003, Casi 016, Casi 008,

dan Casi 002 (Tabel 10). Selanjutnya keempat aksesi tersebut diuji lebih lanjut

pada studi aksesi, naungan, dan ketinggian tempat.

Page 27: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

51

Aksesi urutan pertama (Casi 016: lokal Boyolali) dengan panjang tangkai

daun yang paling panjang (27.44 cm) dan jumlah sulur paling banyak (11.92)

serta jumlah daunnya di atas rata-rata. Aksesi urutan kedua (Casi 003:

introduksi) memiliki jumlah daun dan jumlah sulurnya paling sedikit tetapi

panjang, lebar, luas, dan tebal daunnya, lebih panjang (4.68 cm), lebih lebar

(6.68 cm), lebih luas (68.43 cm2), dan lebih tebal (0.42 m). Selain itu, diameter

tangkai daunnya paling besar (3.43 mm) dan bobot terna keringnya paling tinggi

(445.45 gr). Aksesi Casi 008 (lokal Ciwidey) merupakan aksesi urutan ketiga,

dengan penampilan karakter lainnya di bawah rata-rata kecuali jumlah daun dan

jumlah sulur. Aksesi urutan keempat (Casi 002: lokal Bengkulu) dengan

penampilan semua karakter agronomi yang diamati nilainya di atas rata-rata

kecuali diameter tangkai daun; panjang, luas, dan tebal daun.

Page 28: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

52

Tabel 10 Penampilan karakter agronomi 4 aksesi pegagan hasil seleksi penyisihan bebas bertingkat (Independent culling level)

Peringkat Aksesiterseleksi

Panjangtangkai

daun

(cm)

Diametertangkai

daun

(mm)

Jumlahdauninduk(helaidaun)

Panjangdaun

(cm)

Lebardaun

(cm)

Luasdaun

(cm2)

Tebaldaun

(m)

Jumlahtulangdaun

Jumlahsulur

Panjang ruaspada sulurterpanjang

(cm)

Bobotterna

kering

(g m-2)

Kadarasiatiko

sida

(%)

1 Casi 016 27.44 1.92 15.34 3.18 5.28 30.50 0.26 7.00 11.92 9.89 172.10 0.91*)

2 Casi 003 25.80 3.43 2.00 4.68 6.68 68.43 0.42 17.59 1.00 8.52 445.45 0.80

3 Casi 008 17.85 1.81 17.17 2.90 4.71 28.09 0.26 8.17 7.58 14.75 190.05 0.77

4 Casi 002 25.30 1.98 15.92 3.31 5.78 33.61 0.30 8.00 7.09 11.70 200.30 0.72

Rata-rata 24.10 2.29 12.61 3.52 5.61 40.16 0.31 10.19 6.90 11.22 251.98 0.80Keterangan: Tanda (*) = menunjukkan kadar asiatikosida di atas standar Materia Medika Indonesia (MMI = 0.90%)

Page 29: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

53

4.2. Seleksi berdasarkan kadar asiatikosida (seleksi tunggal)

Seleksi plasma nutfah pegagan berdasarkan kadar asiatikosida

diperoleh informasi urutan aksesi dari peringkat satu hingga peringkat tujuh

belas adalah Casi 016, Casi 019, Casi 003, Casi 008, Casi 002, Casi 017,

Casi 018, Casi 001, Casi 015, Casi 007, Casi 005, Casi 009, Casi 013, Casi

010, Casi 006, Casi 011, dan Casi 012, seluruh aksesi yang diamati memiliki

rata-rata kadar asiatikosida sebesar 0.63%. Dari 17 aksesi yang diuji,

diperoleh tujuh aksesi yang memiliki kadar asiatikosida di atas rata-rata

(berkisar 0.67-0.91%), aksesi tersebut adalah Casi 016, Casi 019, Casi 003,

Casi 008, Casi 002, Casi 017, dan Casi 018. Sepuluh aksesi lainnya

menghasilkan kadar asiatikosida di bawah rata-rata (berkisar 0.51-0.67%),

yaitu Casi 001, Casi 015, Casi 007, Casi 005, Casi 009, Casi 013, Casi 010,

Casi 006, Casi 011, dan Casi 012. Berdasarkan Tabel 11, terdapat 1 aksesi

yang sama terseleksi berdasarkan seleksi penyisihan bebas bertingkat dan

seleksi tunggal, yaitu aksesi lokal Boyolali/Casi 016 (peringkat pertama)

dengan kadar asiatikosida di atas standar MMI (0.90%).

Page 30: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

54

Tabel 11 Penampilan karakter agronomi 17 aksesi pegagan hasil seleksi tunggal (berdasarkan kadar asiatikosida)

Peringkat Aksesiterseleksi

Panjangtangkaidaun

(cm)

Diametertangkaidaun

(mm)

Jumlahdauninduk(helaidaun)

Panjangdaun

(cm)

Lebardaun

(cm)

Luasdaun

(cm2)

Tebaldaun

(m)

Jumlahtulangdaun

Jumlahsulur

Panjangruas pada

sulurterpanjang

(cm)

Bobotterna

kering

(g m-2)

Kadarasiatikosida

(%)1 Casi 016 27.44 1.92 15.34 3.18 5.28 30.50 0.26 7.00 11.92 9.89 172.10 0.91*)

2 Casi 019 8.48 1.24 12.59 2.25 3.98 7.41 0.20 6.67 3.75 8.84 25.50 0.813 Casi 003 25.80 3.43 2.00 4.68 6.68 68.43 0.42 17.59 1.00 8.52 445.45 0.804 Casi 008 17.85 1.81 17.17 2.90 4.71 28.09 0.26 8.17 7.58 14.75 190.05 0.775 Casi 002 25.30 1.98 15.92 3.31 5.78 33.61 0.30 8.00 7.09 11.70 200.30 0.726 Casi 017 20.92 1.91 16.50 3.01 5.07 31.27 0.23 8.17 8.84 11.38 120.70 0.687 Casi 018 14.75 1.46 11.58 2.91 4.39 27.71 0.21 7.59 7.67 12.27 154.45 0.678 Casi 001 22.83 1.97 15.92 3.49 5.88 28.49 0.28 7.83 11.25 9.76 199.85 0.639 Casi 015 19.96 2.27 14.42 3.13 5.38 27.69 0.28 7.92 9.00 11.15 139.00 0.6110 Casi 007 22.49 2.23 20.92 3.29 5.83 32.20 0.29 8.34 6.08 9.96 162.55 0.5811 Casi 005 19.25 2.09 12.50 3.04 5.21 27.51 0.27 8.50 6.09 9.27 151.50 0.5812 Casi 009 16.20 1.55 12.50 2.49 4.19 25.46 0.27 7.09 7.92 8.38 145.75 0.5813 Casi 013 23.86 1.93 15.42 3.40 6.08 34.48 0.22 7.84 7.09 8.99 157.20 0.5714 Casi 010 17.73 1.94 15.42 3.30 5.54 33.92 0.28 7.75 6.17 9.32 199.35 0.5315 Casi 006 20.76 2.11 13.08 3.74 6.49 36.40 0.28 7.75 7.09 12.83 220.25 0.5116 Casi 011 21.89 2.14 12.50 3.57 6.20 33.54 0.28 7.84 6.67 10.37 147.85 0.5117 Casi 012 13.83 1.55 14.59 2.66 4.96 24.18 0.28 7.50 6.00 8.09 129.20 0.51

Rata-rata 19.96 1.97 14.02 3.20 5.27 31.23 0.27 8.32 7.13 10.32 174.18 0.63Keterangan: Tanda (*) = menunjukkan kadar asiatikosida di atas standar Materia Medika Indonesia (MMI = 0.90%)

Page 31: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

55

4.3. Seleksi berdasarkan indeks seleksi terboboti dan tidak terboboti

Untuk memilih aksesi pegagan yang mempunyai kadar asiatikosida yang

tinggi, maka pertimbangan untuk memasukkan seluruh karakter yang diamati

menjadi sangat penting, sehingga seleksi tidak hanya berdasarkan pada satu atau dua

sifat saja (kadar asiatikosida dan bobot terna kering). Pendekatan yang dapat

dilakukan adalah dengan menggunakan indeks seleksi. Poespodarsono (1988)

menyatakan bahwa indeks seleksi lebih efisien jika dibandingkan dengan seleksi

menggunakan satu karakter, karena dapat memperhitungkan lebih banyak karakter

tanaman yang diseleksi.

Hasil penyusunan indeks seleksi terboboti menunjukkan bahwa seleksi

berdasarkan peubah pertumbuhan yang diamati secara simultan diperoleh urutan

aksesi dari peringkat satu sampai peringkat tujuh belas adalah aksesi Casi 003, Casi

016, Casi 008, Casi 002, Casi 001, Casi 017, Casi 015, Casi 019, Casi 018, Casi

007, Casi 005, Casi 010, Casi 006, Casi 013, Casi 009, Casi 012, dan Casi 011.

Aksesi terseleksi pada seleksi penyisihan bebas bertingkat tidak selalu terseleksi

pada seleksi indeks terboboti, tetapi terdapat 2 aksesi yang sama terseleksi pada

kedua cara seleksi tersebut, yaitu aksesi lokal Ciwidey/Casi 008 dan lokal

Bengkulu/Casi 002. Aksesi Casi 003, Casi 016, Casi 008, dan Casi 002 termasuk ke

dalam kelompok empat besar pertama (Tabel 10 dan 12).

Hasil seleksi berdasarkan seleksi penyisihan bebas bertingkat dan indeks

seleksi tidak terboboti menunjukkan bahwa aksesi terseleksi pada seleksi penyisihan

bebas bertingkat tidak selalu terseleksi pada indeks seleksi tidak terboboti.

Berdasarkan Tabel 10 dan 13, terdapat 2 aksesi yang sama terseleksi berdasarkan

seleksi penyisihan bebas bertingkat dan indeksi seleksi tidak terboboti, yaitu aksesi

lokal Boyolali/Casi 016 (peringkat pertama) dan lokal Bengkulu/Casi 002 (peringkat

keempat). Hasil penyusunan indeks seleksi tidak terboboti diperoleh urutan aksesi

dari peringkat satu sampai peringkat tujuh belas, berturut-turut adalah Casi 016,

Casi 008, Casi 017, Casi 002, Casi 001, Casi 018, Casi 015, Casi 019, Casi 009,

Casi 007, Casi 012, Casi 013, Casi 005, Casi 010, Casi 006, Casi 011, dan Casi 003.

Empat aksesi terbaik pertama (Casi 016, Casi 003, Casi 008, dan Casi 002) pada

seleksi penyisihan bebas bertingkat, masing-masing menempati urutan ke-1, 3, 4,

Page 32: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

56

dan 5 pada seleksi tunggal, dan urutan ke-2, 1, 3, dan 4 pada indeks seleksi

terboboti, sedangkan berdasarkan indeks seleksi tidak terboboti menempati

peringkat ke-1, 17, 2, dan 4 (Tabel 10, 11, 12, dan 13).

Page 33: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

57

Tabel 12 Hasil seleksi 17 aksesi pegagan berdasarkan indeks seleksi terboboti (weighted standardized selection index)

Peringkat Aksesiterseleksi

Panjangtangkai

daun

(0.24) *

Diametertangkai

daun

(-0.22)

Jumlahdauninduk(helaidaun)

(0.13)

Panjangdaun

(-0.02)

Lebardaun

(-0.33)

Luasdaun

(-0.61)

Tebaldaun

(-0.09)

Jumlahtulangdaun

(1.26)

Jumlahsulur

(0.33)

Panjangruas pada

sulurterpanjang

(0.14)

Bobotterna

kering

(1)

Kadarasiati

kosida

(1)

WINDEX

1 Casi 003 0.88 2.23 -2.41 1.61 0.87 2.77 -0.90 3.02 -2.07 -0.60 3.30 0.84 4.662 Casi 016 1.13 -0.08 0.26 -0.02 -0.08 -0.05 -0.77 -0.43 1.62 -0.14 -0.20 1.43 1.653 Casi 008 -0.32 -0.25 0.63 -0.33 -0.46 -0.23 1.94 -0.05 0.15 1.48 -0.04 0.65 0.994 Casi 002 0.80 0.01 0.38 0.13 0.26 0.18 0.39 -0.11 -0.01 0.46 0.26 0.39 0.595 Casi 001 0.43 -0.01 0.38 0.32 0.33 -0.20 0.13 -0.16 1.39 -0.19 0.17 -0.09 0.466 Casi 017 0.15 -0.10 0.50 -0.20 -0.22 0.003 -0.13 -0.05 0.58 0.35 -0.59 0.20 -0.017 Casi 015 8.85 0.46 0.08 -0.07 -0.01 -0.26 -0.65 -0.13 0.63 0.28 -0.23 -0.20 -0.228 Casi 019 -1.73 -1.13 -0.29 -1.03 -0.95 -1.77 -0.52 -0.54 -1.14 -0.49 -1.35 0.90 -0.329 Casi 018 -0.78 -0.78 -0.49 -0.32 -0.67 -0.26 0.13 -0.24 0.18 0.65 -0.65 0.15 -0.35

10 Casi 007 0.38 0.40 1.38 0.10 0.30 0.07 0.26 0.04 -0.35 -0.12 -0.16 -0.36 -0.6311 Casi 005 -0.11 0.19 -0.31 -0.17 -0.12 -0.28 0.00 0.06 -0.35 -0.35 -0.35 -0.34 -0.6712 Casi 010 -0.34 -0.05 0.28 0.11 0.10 0.20 0.00 -0.19 -0.33 -0.33 0.45 -0.63 -0.7613 Casi 006 0.12 0.21 -0.19 0.59 0.74 0.39 0.13 -0.19 -0.01 0.84 0.51 -0.71 -0.8614 Casi 013 0.59 -0.06 0.28 0.22 0.47 0.24 0.13 -0.16 -0.01 -0.44 -0.13 -0.39 -0.9115 Casi 009 -0.57 -0.64 -0.31 -0.77 -0.81 -0.43 -0.13 -0.40 0.27 -0.65 -0.27 -0.74 -0.9916 Casi 012 -0.92 -0.65 0.11 -0.59 -0.29 -0.52 -0.13 -0.27 -0.38 -0.75 -0.53 -0.36 -1.0817 Casi 011 0.29 0.26 -0.31 0.41 0.55 0.17 0.13 -0.16 -0.16 0.02 -0.21 -0.74 -1.53

Keterangan: * Faktor pembobot

Page 34: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

58

Tabel 13 Hasil seleksi 17 aksesi pegagan berdasarkan indeks seleksi tidak terboboti (unweighted standardized selection index)

Peringkat Aksesiterseleksi

Panjangtangkai

daun

Diametertangkai

daun

Jumlahdauninduk(helaidaun)

Panjangdaun

Lebardaun

Luasdaun

Tebaldaun

Jumlahtulangdaun

Jumlahsulur

Panjang ruaspada sulurterpanjang

Bobotterna

kering

Kadarasiati

kosida

UNWINDEX

1 Casi 016 1.13 -0.08 0.26 -0.02 -0.08 -0.05 0.28 -0.43 1.62 0.93 -0.20 1.43 7.312 Casi 008 -0.32 -0.25 0.63 -0.33 -0.46 -0.23 0.28 -0.05 0.15 2.58 -0.04 0.65 7.133 Casi 017 0.15 -0.10 0.50 -0.20 -0.22 0.003 0.28 -0.05 0.58 1.44 -0.59 0.20 5.054 Casi 002 0.80 0.01 0.38 0.13 0.26 0.18 0.23 -0.11 -0.01 1.55 0.26 0.39 4.995 Casi 001 0.43 -0.01 0.38 0.32 0.33 -0.20 0.30 -0.16 1.39 0.89 0.17 -0.09 4.896 Casi 018 -0.78 -0.78 -0.49 -0.32 -0.67 -0.26 0.22 -0.24 0.18 1.74 -0.65 0.15 4.257 Casi 015 8.85 0.46 0.08 -0.07 -0.01 -0.26 0.27 -0.13 0.63 1.36 -0.23 -0.20 3.728 Casi 019 -1.72 -1.13 -0.29 -1.03 -0.95 -1.77 0.28 -0.54 -1.14 0.58 -1.34 0.90 3.649 Casi 009 -0.57 -0.64 -0.31 -0.77 -0.81 -0.43 0.28 -0.40 0.27 0.42 -0.27 -0.74 3.3810 Casi 007 0.38 0.40 1.38 0.10 0.30 0.07 0.21 0.004 -0.35 0.96 -0.16 -0.36 3.2911 Casi 012 -0.92 -0.65 0.11 -0.59 -0.29 -0.53 0.26 -0.27 -0.38 0.33 -0.53 -0.36 2.3512 Casi 013 0.59 -0.06 0.28 0.22 0.47 0.24 0.27 -0.16 -0.01 0.63 -0.13 -0.39 2.2513 Casi 005 -0.11 0.19 -0.31 -0.17 -0.12 -0.28 0.26 0.06 -0.35 0.72 -0.35 -0.34 2.0314 Casi 010 -0.34 -0.05 0.28 0.11 0.10 0.20 0.29 -0.19 -0.33 0.74 0.45 -0.63 1.9515 Casi 006 0.12 0.21 -0.19 0.59 0.74 0.39 0.42 -0.19 -0.01 1.93 0.51 -0.71 1.8516 Casi 011 0.29 0.26 -0.31 0.41 0.55 0.17 0.20 -0.16 -0.16 1.10 -0.21 -0.74 0.7417 Casi 003 0.88 2.23 -2.41 1.61 0.87 2.77 0.28 3.02 -2.07 0.47 3.30 0.84 -1.11

Page 35: BAB III Pendugaan Parameter Genetik_ Analisis Lintas_ Dan Seleksi Plasma Nutfah Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)

59

KESIMPULAN

Keragaman genetik luas dan heritabilitas tinggi ditunjukkan oleh karakter

jumlah, panjang, lebar, dan luas daun induk serta jumlah tulang daun, dan panjang

ruas pada sulur terpanjang. Untuk keragaman genetik sempit dan heritabilitas

rendah terdapat pada karakter tebal daun, jumlah sulur, kadar dan produksi

asiatikosida.

Dari 10 karakter yang diamati, tidak satupun karakter yang dapat

digunakan sebagai karakter seleksi terhadap kadar asiatikosida. Seleksi langsung

terhadap produksi terna kering dapat dilakukan melalui seleksi luas daun.

Hasil seleksi berdasarkan kadar asiatikosida dan bobot terna kering terpilih

4 aksesi pegagan, yaitu Casi 016 (lokal Boyolali), Casi 003 (introduksi), Casi 008

(lokal Ciwidey), dan Casi 002 (lokal Bengkulu). Aksesi terseleksi pada seleksi

berdasarkan kadar asiatikosida dan bobot terna kering tidak selalu terseleksi pada

seleksi tunggal, indeks seleksi terboboti dan tidak terboboti. Tidak ada satupun

aksesi yang terseleksi sama berdasarkan ketiga metode seleksi.