13
37 BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSI MIKRO KETIKA TERJADI PERISTIWA TIDAK PASTI 3.1 Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Asuransi Mikro Asuransi adalah perjanjian timbal balik yang menimbulkan kewajiban dan hak penanggung dan tertanggung yang berkaitan dengan perjanjian asuransi tersebut. 39 Kewajiban dan hak tersebut wajib dipatuhi oleh penanggung dan tertanggung agar tidak terjadi perselisihan mengenai asuransi yang diperjanjikan dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkaitan dengan asas itikad baik. Pengertian penanggung secara umum adalah pihak yang menerima pengalihan risiko dengan mendapat premi dan memberikan ganti rugi ketika terjadi peristiwa yang dipertanggungkan yang menimbulkan kerugian bagi tertanggung. Sedangkan pengertian tertanggung secara umum adalah pihak yang mengalihkan risikonya kepada perusahaan asuransi dengan membayar premi sesuai kesepakatan. Dalam asuransi mikro kewajiban dan hak penanggung dan tertanggung tidak berbeda dengan asuransi pada umumnya, yaitu 1. Kewajiban tertanggung adalah : a. Membayar premi kepada penanggung, sesuai pasal 1338 ayat 3 BW b. Memberikan keterangan yang sesuai kepada penanggung mengenai objek yang diasuransikan, sesuai Pasal 251 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang; dan 39 H.Man Suparman, Op.Cit, h.20 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

37

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSI

MIKRO KETIKA TERJADI PERISTIWA TIDAK PASTI

3.1 Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Asuransi Mikro

Asuransi adalah perjanjian timbal balik yang menimbulkan kewajiban dan

hak penanggung dan tertanggung yang berkaitan dengan perjanjian asuransi

tersebut.39

Kewajiban dan hak tersebut wajib dipatuhi oleh penanggung dan

tertanggung agar tidak terjadi perselisihan mengenai asuransi yang diperjanjikan

dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkaitan dengan asas itikad

baik. Pengertian penanggung secara umum adalah pihak yang menerima

pengalihan risiko dengan mendapat premi dan memberikan ganti rugi ketika

terjadi peristiwa yang dipertanggungkan yang menimbulkan kerugian bagi

tertanggung. Sedangkan pengertian tertanggung secara umum adalah pihak yang

mengalihkan risikonya kepada perusahaan asuransi dengan membayar premi

sesuai kesepakatan. Dalam asuransi mikro kewajiban dan hak penanggung dan

tertanggung tidak berbeda dengan asuransi pada umumnya, yaitu

1. Kewajiban tertanggung adalah :

a. Membayar premi kepada penanggung, sesuai pasal 1338 ayat 3 BW

b. Memberikan keterangan yang sesuai kepada penanggung mengenai

objek yang diasuransikan, sesuai Pasal 251 Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang; dan

39

H.Man Suparman, Op.Cit, h.20

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA

AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI

Page 2: BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

38

c. Mengusahakan atau mencegah agar peristiwa yang dapat menimbulkan

kerugian terhadap objek yang diasuransikan dapat dihindari, jika

terbukti oleh penanggung bahwa tertanggung tidak berusaha untuk

mencegah terjadinya peristiwa tersebut maka dapat menjadi salah satu

alasan penanggung untuk menolak memberikan ganti kerugian dan

bahkan bisa sebaliknya yaitu menuntut ganti kerugian kepada

tertanggung, sesuai pasal 283 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

2. Hak tertanggung adalah:

a. Menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung, sesuai pasal 259

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;

b. Menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung, sesuai pasal

260 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;

c. Meminta ganti kerugian kepada penanggung karena lalai

menandatangani dan menyerahkan polis yang menimbulkan kerugian

bagi tertanggung, sesuai pasal 261 Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang;

d. Mengadakan solvabiliteit verzekering apabila tertanggung meragukan

kemampuan penanggung dan harus secara tegas tertanggung hanya

akan mendapat ganti kerugian dari satu penanggung saja, sesuai pasal

280 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;

e. Menuntut pengembalian premi baik seluruhnya maupun sebagian jika

perjanjian asuransi batal atau gugur, dengan ketentuan apabila

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA

AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI

Page 3: BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

39

tertanggung beritikad baik, sesuai pasal 281 Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang; dan

f. Menuntut ganti kerugian kepada penanggung apabila peristiwa yang

diperjanjikan dalam polis terjadi.

3. Kewajiban penanggung adalah:

a. Memberikan ganti kerugian kepada tertanggung jika peristiwa yang

diperjanjikan terjadi, kecuali terdapat hal yang dapat menjadi alasan

untuk membebaskan dari kewajiban tersebut;

b. Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung, sesuai

pasal 259,260 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;

c. Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau

gugur dengan syarat penanggung belum menanggung risiko sebagian

atau seluruhnya, sesuai pasal 281 Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang; dan

d. Dalam asuransi kebakaran maka penanggung juka harus mengganti

biaya yang diperlukan untuk membangun kembali jika diperjanjikan

dalam asuransi, sesuai pasal 289 Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang.

4. Hak penanggung adalah:

a. Menuntut pembayaran premi sesuai dengan perjanjian kepada

tertanggung;

b. Meminta keterangan kepada tertanggung yang benar, sesuai, dan

lengkap berkaitan dengan objek yang diasuransikan;

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA

AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI

Page 4: BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

40

c. Memiliki premi dan menuntutnya ketika peristiwa yang diperjanjikan

terjadi oleh kesalahan tertanggung sendiri, sesuai pasal 276 Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang;

d. Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau

gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang yang dilakukan

tertanggung, sesuai pasal 282 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;

dan

e. Melakukan asuransi kembali (Reinsurance) kepada penanggung yang

lain dengan maksud membagi risiko yang dihadapinya, sesuai pasal

271 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

3.2 Perlindungan Hukum bagi Tertanggung dalam Asuransi Mikro

Dalam perjanjian asuransi, para pihak diperbolehkan mengatur sendiri

kepentingan mereka dalam perjanjian antara tertanggung dan penanggung dan

perjanjian tersebut secara sah berlaku sebagai undang-undang yang biasa disebut

dengan asas pacta sunt servanda. Jika ada hal yang tidak diatur dalam perjanjian

asuransi maka mengenai hal tersebut akan tunduk kepada undang-undang. Dalam

asuransi mikro, perjanjian asuransi diterbitkan dalam bentuk polis. Polis yang

dibuat tersebut tidak dapat dilepaskan dari perikatan yang dibuat diantara kedua

belah pihak yaitu tertanggung dan penanggung. Dalam perjanjian asuransi

tersebut harus memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian yaitu:40

1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

40

Pasal 1320 BW

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA

AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI

Page 5: BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

41

3. Suatu hal tertentu; dan

4. Suatu sebab yang diperbolehkan.

Dalam perjanjian asuransi mikro, pihak tertanggung berhak mendapat informasi

yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa,

hak untuk mendapat advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut sesuai dengan pasal 4 Undang-Undang No 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3821) dimana mengenai hal tersebut juga diatur dalam pasal

pasal 31 ayat (2) Undang-Undang No 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 337, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618).

Terkait dengan perlindungan tertanggung sebagai pemegang polis ada

beberapa ketentuan yang mengaturnya, yaitu:

1. Berdasarkan Pasal 1320 BW yang mengatur tentang syarat sahnya

perjanjian maka memberikan konsekuensi bahwa para pihak dalam

membuat perjanjian asuransi didasarkan bahwa kesepakatan kedua belah

pihak tidak diakibatkan karena adanya tekanan atau paksaan (dwang),

penipuan (bedrog), atau kekhilafan (dwaling) dari pihak lainnya. Jika

syarat tersebut tidak terpenuhi dalam pembentukan perjanjian maka akan

mengakibatkan perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Tertanggung dalam

hal ini dapat mengajukan permohonan pembatalan perjanjian asuransi ke

pengadilan dan jika perjanjian asurans tersebut dinyatakan batal baik

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA

AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI

Page 6: BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

42

sebagian atau seluruhnya maka tertanggung atau pemegang polis yang

didasari pada itikad baik berhak menuntut pengembalian premi yang telah

dibayarkan.

2. Berdasarkan pasal 1266 BW diatur bahwa syarat batal dianggap selalu

dicantumkan dalam perjanjian timbal balik jika salah satu pihak tidak

memenuhi kewajibannya. Bagi tertanggung atau pemegang polis harus

diperhatikan mengenai waktu pembayaran premi, meskipun hal tersebut

tidak dapat menyebabkan perjanjian batal dengan sendirinya tetapi harus

dimintakan pembatalan kepada hakim.

3. Dalam pasal 1267 BW juga diatur tentang penanggung yang memiliki

kewajiban memberikan ganti rugi terhadap tertanggung pada kenyataannya

ingkar janji maka tertanggung berhak menuntut penggantian biaya,ganti

rugi, dan bunga.

4. Pasal 1365 BW melindungi tertanggung dengan dapat menuntut

penanggung dengan membuktikan bahwa penanggung telah melakukan

perbuatan yang menimbulkan kerugian bagi tertanggung.

5. Dalam pasal 19 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821)

memberikan perlindungan hukum kepada tertanggung dengan menetapkan

bahwa perusahaan asuransi bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas

kerugian yang diderita pemegang polis. Hal di atas dapat tidak berlaku jika

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA

AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI

Page 7: BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

43

ternyata perusahaan asuransi dapat membuktikan bahwa kerugian yang

diderita pemegang polis merupakan kesalahan dari tertanggung itu sendiri.

6. Dalam pasal 23 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Pelindungan

Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821) juga diatur

mengenai perlindungan bagi tertanggung dengan mengatur hak untuk

menggugat pelaku usaha atau penanggung yang menolak, dan/atau tidak

memberi tanggapan, dan/atau tdak memenuhi ganti rugi atas tuntutan

tertanggung yang dimaksud dalam Pasal 19, baik melalui badan

penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di

tempat kedudukan tertanggung.

3.3 Faktor-Faktor yang Berpengaruh bagi Penanggung dalam Hal

Pembayaran Ganti Rugi pada Tertanggung ketika Terjadi Peristiwa Tidak

Pasti

Dalam asuransi mikro terdapat karakteristik yang membedakan dengan

asuransi pada umumnya yaitu ekonomis. Hal ini dimaksudkan agar asuransi mikro

dapat dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Contohnya seperti

asuransi mikro demam berdarah milik ACA Asuransi yang terdiri dari beberapa

pilihan premi yaitu41

:

1. Dengan premi Rp 10.000,00 (Sepuluh ribu rupiah) dengan masa

pertanggungan selama 3 bulan dengan nilai santunan senilai Rp

1.000.000,00 (Satu Juta Rupiah);

41

www.aca.co.id, diakses pada 25 Juli 2015

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA

AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI

Page 8: BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

44

2. Premi Rp 25.000,00 (Dua puluh lima ribu rupiah) dengan masa

pertanggungan selama 12 bulan dengan nilai santunan sebesar Rp

1.000.000,00 (Satu Juta Rupiah); dan

3. Premi Rp 50.000 (Lima puluh ribu rupiah) dengan masa pertanggungan

selama 12 bulan dengan nilai santunan senilai Rp 2.000.000,00 (Dua juta

rupiah).

Dalam asuransi mikro demam berdarah di atas peserta asuransi membeli asuransi

dengan bentuk voucher sekali pakai. Sehingga ketika masa pertanggungan habis

tertanggung dapat memutuskan untuk berhenti atau membeli lagi voucher yang

baru. Setiap peserta asuransi mikro demam berdarah ACA Asuransi

diperbolehkan membeli lebih dari satu voucher asuransi demam berdarah hingga

maksimum santunan mencapain Rp 10.000.000,00 (Sepuluh juta rupiah). Dalam

asuransi mikro demam berdarah milik ACA maka peserta asuransi wajib

mengaktifkan PIN yang tercetak pada kartu peserta asuransi dengan mengirim

SMS agar supaya kartu asuransi tersebut aktif dan akan dikonfirmasi oleh ACA

Asuransi tentang mulai berlakunya asuransi demam berdarah sejak 15 hari setelah

PIN diaktifkan. Setelah peserta menerima konfirmasi maka sejak saat itulah

peserta dilindungi oleh asuransi demam berdarah ACA. Asuransi mikro juga

memiliki karakteristik segera, yang dimaksud segera dalam hal ini adalah

pembayaran klaim asuransi. Proses pembayaran klaim asuransi mikro tidak lebih

dari 10 hari sejak perusahaan asuransi menerima dokumen klaim yang

dipersyaratkan secara lengkap. Proses klaim dalam asuransi demam berdarah

ACA adalah dengan melaporkan klaim melalui SMS ke nomor yang telah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA

AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI

Page 9: BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

45

ditentukan atau menghubungi Hotline ACA dengan sekaligus menyiapkan 3 jenis

dokumen klaim yaitu:

1. Surat keterangan dokter yang menyatakan peserta asuransi terdiagnosa

demam berdarah;

2. Hasil pemeriksaan laboratorium yang menyatakan nilai trombosit berada

pada level di bawah 100.000 sel per mm3; dan

3. Bukti identitas diri seperti KTP atau Kartu Keluarga.

Perusahaan asuransi ACA akan membayarkan klaim jika peserta asuransi

dinyatakan terkena penyakit demam berdarah dan nilai trombositnya berada pada

level di bawah 100.000 sel per mm3.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam hal pembayaran ganti rugi oleh

penanggung terdiri dari beberapa hal, seperti:

1. Apakah klaim yang diajukan tertanggung juga termasuk yang dicover

dalam asuransi

2. Apakah klaim yang diajukan benar-benar dapat diverifikasi kebenarannya

3. Apakah klaim yang diajukan masih dalam batas waktu asuransi

Hal-hal diatas merupakan contoh faktor-faktor yang diperhatikan pihak

penanggung dalam hal pembayaran ganti rugi kepada tertanggung. Dalam

pembayaran ganti rugi lama proses pembayaran ganti ruginya dikarenakan pihak

penanggung harus melakukan beberapa hal sebagai verifikasi kebenaran klaim,

yaitu:

1. Memeriksa semua dokumen klaim yang diterima secara teliti dan hati-hati;

2. Meneliti status polis dan historis pembayaran premi;

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA

AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI

Page 10: BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

46

3. Mengidentifikasi tertanggung;

4. Meneliti keabsahan penerima manfaat asuransi; dan

5. Melakukan investigasi. Fungsinya agar dapat membuktikan kebenaran

pernyataan yang diberikan.

3.4 Penyelesaian Sengketa Ketika Terjadi Penolakan Klaim Asuransi

Seperti kita ketahui perjanjian asuransi terjadi kata sepakat para pihak yaitu

penanggung dan tertanggung yang bentuk akta yang disebut Polis yang diatur

dalam pasal 255 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Jika di kemudian hari

terjadi sengketa maka sengketa tesebut merupakan sengketa perdata. Pada

dasarnya penyelesaian sengketa antara asuransi mikro hampir sama dengan

asuransi pada umunya. Penyelesaian perselisihan pada asuransi mikro diupayakan

dengan cepat, murah, adil, dan efisien. Oleh karena itu, penyelesaian perselisihan

dapat dilakukan melalui mediasi, ajudikasi dan arbitrase, misalnya melalui BMAI

atau Basyarnas dan sedapat mungkin, penyelesaian perselisihan tidak dilakukan di

pengadilan.

Dalam perjanjian asuransi ketika terjadi sengketa penolakan pembayaran

klaim asuransi maka secara hukum sengketa tersebut adalah sengketa perdata

sehingga penyelesaian sengketa tersebut hanya dapat dilakukan di Pengadilan

Negeri, seiring berkembangnya zaman maka saat ini terdapat penyelesaian

sengketa melalui Alternative Dispute Resolution (ADR) atau Penyelesaian

Sengketa Alternatif (PSA). Dalam penyelesaian sengketa dibagi menjadi 3 (tiga)

tipologi, yaitu:42

42

Sujayadi, Kuliah Penyelesaian Sengketa Alternatif, Fakultas Hukum Universitas Airlangga

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA

AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI

Page 11: BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

47

1. Fasilitative process adalah negoisasi dan mediasi. Hasil yang didapat

berupa kesepakatan;

2. Evaluative process adalah fact finding (pencari fakta) dan binding opinion

(pendapat mengikat). Hasil yang didapat berupa pendapat dan

rekomendasi;

3. Adjudicative process adalah penyelesaian sengketa di Pengadilan dan

arbitrase. Hasil yang didapat berupa putusan yang mengikat.

Semua polis dalam asuransi berdasar ketentuan KMK 422/KMK.06/2003

diwajibkan mencantumkan klausula penyelesaian sengketa (dispute clause) yang

pada umumnya dicantumkan dua pilihan forum penyelesaian sengketa yaitu

pengadilan dan arbitrase.

Penyelesaian sengketa asuransi melalui arbitrase adalah salah satu cara

penyelesaian sengketa perdata yang berada diluar mekanisme peradilan. Arbitrase

ada dua yaitu arbitrase Ad Hoc yang bersifat sementara dan dibentuk oleh para

pihak yang bersengketa dan arbitrase institusi seperti Badan Arbitrase Nasional

Indonesia (BANI) yang merupakan badan arbitrase yang mempunyai jasa khusus

untuk penyelesaian sengketa. Kedua arbitrase tersebut mengacu pada Undang-

Undang No 30 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3872) dan

putusan arbitrase bersifat final dan mengikat para pihak (Final and binding), dan

agar putusan bersifat kekuatan eksekutorial maka dalam jangka waktu 30 (tiga

puluh) hari setelah putusan dibacakan harus segera didaftarkan di Pengadilan

Negeri.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA

AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI

Page 12: BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

48

Dalam hal ini penyelesaian sengketa asuransi mikro diusahakan tidak sampai

ke pengadilan, oleh sebab itu ada cara penyelesaian sengketa asuransi mikro

melalui mediasi dan ajudikasi. Proses penyelesaian sengketa melalui mediasi

melibatkan pihak ketiga. Pihak ketiga dalam hal ini hanya sebagai mediator dan

tidak punya wewenang untuk mengambil suatu keputusan dan juga hanya sebagai

fasilitator. Untuk hal tersebut industri perasuransian mendirikan Badan Mediasi

Asuransi Indonesia (BMAI) yang khusus memediasi sengketa klaim asuransi yang

punya nilai maksimum sebesar Rp 750.000.000,00 (Tujuh ratus lima puluh ribu

rupiah) pada sengketa klaim asuransi kerugian dan maksimum Rp 500.000.000,00

(Lima ratus juta rupiah) pada sengketa klaim asuransi jiwa dan sosial.43

Putusan

yang dihasilkan BMAI hanya mengikat pihak penanggung tidak tertanggung.

Mediasi melalui BMAI melalui 2 (dua) tahap yaitu tahap mediasi dan tahap

ajudikasi. Ketika sengketa klaim asuransi mikro tersebut tidak dapat diselesaikan

melalui mediasi maka pihak pemohon dapat mengajukan permohonan kepada

Ketua BMAI agar sengketa tersebut diselesaikan melalui proses ajudikasi dan

sengketa diputuskan oleh Majelis Ajudikasi yang ditunjuk oleh BMAI. Proses

penyelesaian sengketa di BMAI bertujuan untuk memberikan fasilitas yang

terbaik bagi tertanggung asuransi mikro yang memenuhi kriteria dalam

mempertahankan hak-haknya serta memahami kewajibannya terkait sengketa

yang terjadi. Pilihan untuk menyelesaikan sengketa asuransi mikro melalui BMAI

merupakan kewenangan yang diberikan kepada tertanggung bukan kepada

perusahaan asuransi. Dan sesuai dengan karakteristik asuransi mikro yang

43

Ricardo Simanjutak, “Berbagai Sengketa Hukum Yang Dapat Muncul dari Kontrak Asuransi

serta Penyelesaiannya”, Jurnal Hukum Bisnis., Jakarta, 2007, h.77

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA

AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI

Page 13: BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSIrepository.unair.ac.id/13792/10/10. Bab 3.pdf · dan perjanjian asuransi dapat terlaksana dengan baik berkait an dengan asas

49

ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, penyelesaian perselisihan

melalui Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi di Indonesia (BMAI) tidak

dipungut biaya, hal tersebut jelas akan sangat meringankan dan membantu

tertanggung.44

44 www.bmai.or.id

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi ASURANSI MIKRO DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI PERASURANSIAN DI INDONESIA

AISYAH NIKITA PERMATA PUTRI