Upload
indra-suprianto
View
447
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
27
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Deskripsi Proyek
Mengenai gambaran tentang Proyek Pembangunan Gedung Manajemen
RSU Provinsi dr. Soedono yang didapatkan dari hasil Praktek Kerja Lapangan
(PKL) adalah sebagai berikut:
1. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manaje-
men 4 Lantai RSUP dr. Soedono Madiun
2. Objek : Gedung Pelayanan dan Manajemen
3. Lokasi : Jl. dr. Soetomo No. 29, Madiun, Jawa Timur
4. Data Teknis : - Status tanah : SHM RSUP Madiun
- Luas lahan : 832 m2
- Luas bangunan : 2253 m2
- Jumlah lantai : 4 lantai
Dengan uraian sebagai berikut:
Lantai 1 dan 2:
Untuk pelayanan umum dan Instalasi Rawat
Jalan (IRJA)
Lantai 3:
Untuk administrasi dan manajemen
Lantai 4
Untuk kepegawaian
- Jenis fondasi : Pile Square 250x250 mm
- Struktur bangunan : Beton Bertulang
- Mutu beton
a. Pile Square 25x25 cm :
K-250 fc’ 25 Mpa dan fc’ 30 Mpa
b. Balok dan Pelat Lantai :
K-250 fc’ 20 Mpa s/d fc’25 Mpa
c. Kolom :
28
K-250 fc’ 20 Mpa s/d 25 Mpa
- Mutu baja :
a. Baja Pokok : U39 D12, D16, D22
b. Baja Sengkang : U39 Ø 10
5. Pemberi Proyek : Pemerintah Provinsi Jawa Timur
6. Kontraktor : PT. Anggrek Merah
7. Subkontraktor : CV. Yoss Form Work
8. Nilai Proyek : Rp 8.500.000.000,00
9. Sumber Pendanaan : DPA RSUP dr. Soedono th. Anggaran 2011
10. Jadwal Pelaksanaan : 17 Januari 2011 s/d 15 Juli 2011
11. Lama Pelaksanaan : 180 hari
12. Konsultan Perencana : PT. Rancang Persada
13. Konsultan Pengawas : CV. Nindira
Setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), maka pihak
kontraktor akan segera melaksanakan pekerjaan persiapan diantaranya:
pengukuran, pembuatan dokumentasi dari 0%, serta melaksanakan pekerjaan
mobilisasi baik mobilisasi peralatan maupun mobilisasi tenaga kerja.
Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manajemen 4
Lantai RSUP dr. Soedono ini akan dilaksanakan selama 180 (seratus delapan
puluh) hari kalender, adapun lingkup pekerjaan yang terdapat pada proyek ini
adalah:
A. Pekerjaan Pendahuluan
A.1 Pekerjaan Persiapan
A.2 Pekerjaan Tanah
A.3 Pekerjaan Urugan
B. Pekerjaan Sub Struktur
B.1 Pekerjaan Pondasi Utama
B.2 Pekerjaan Pondasi Pendukung
C. Pekerjaan Lantai-I-(±0.00)
C.1 Pekerjaan Struktur
C.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
29
C.3.1 Pekerjaan Elektrikal
C.3.3 Pekerjaan Instalasi Air
D. Pekerjaan Lantai-II-(+4.50)
D.1 Pekerjaan Struktur
D.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
D.3.1 Pekerjaan Elektrikal
D.3.3 Pekerjaan Instalasi Air
E. Pekerjaan Lantai-III-(+8.50)
E.1 Pekerjaan Stuktur
E.2 Pekerjaan Arsitektural
E.2.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
E.2.2 Pekerjaan Lantai dan Pelapis Dinding
E.2.3 Pekerjaan Kusen Pintu, Jendela, Asses-Kaca
E.2.4 Pekerjaan Plafond
E.2.5 Pekerjaan Pengecatan
E.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
E.3.1 Pekerjaan Elektrikal
E.3.3 Pekerjaan Instalasi Air
F. Pekerjaan Lantai-IV-(+12.50)
F.1 Pekerjaan Struktur
F.2 Pekerjaan Arsitektural
F.2.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
F.2.2 Pekerjaan Lantai dan Pelapis Dinding
F.2.3 Pekerjaan Kusen Pintu, Jendela, Asses-Kaca
F.2.4 Pekerjaan Plafond
F.2.5 Pekerjaan Pengecatan
F.2.6 Pekerjaan Sanitair/Fixture Unit
F.2.7 Pekerjaan Besi
F.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
F.3.1 Pekerjaan Elektrikal
F.2.3 Pekerjaan Pendingin Ruangan/Air Condition
30
F.3.3 Pekerjaan Instalasi Air
F.3.4 Pekerjaan Instalasi Kabel TV
F.3.3 Pekerjaan Instalasi Hydrant
F.3.4 Pekerjaan Instalasi Telp/PABX
G. Lantai R. Mesin Lift (+16.50)
G.1 Pekerjaan Struktur
G.2 Pekerjaan Arsitektural
F.2.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
F.2.2 Pekerjaan Lantai dan Pelapis Dinding
F.2.3 Pekerjaan Kusen Pintu, Jendela, Asses-Kaca
F.2.4 Pekerjaan Pengecatan
F.2.5 Pekerjaan Besi
F.2.6 Pekerjaan Baja dan Besi
G.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
G.3.1 Pekerjaan Elektrikal
G.3.2 Pekerjaan Instalasi Penangkal Petir
G.4 Pekerjaan Plumbing dan Septictank + Sumur Resapan
Sesuai dengan konsentrasi penyusun yang merupakan bangunan gedung
(3BG), maka penyusun mengambil objek Gedung Pelayanan dan Manajemen 4
Lantai RSUP dr. Soedono Madiun, dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Diharapkan dengan dibangunnya fasilitas Gedung Pelayanan dan
Manajemen ini, maka masyarakat bisa mendapat pelayanan yang lebih cepat dan
lebih baik.
Gambar 3.1 Design Gedung Pelayanan dan Manajemen
31
3.2 Layout Plan Proyek
Layout Plan atau peta lokasi adalah suatu gambar tampak atas suatu
bangunan dan situasi sekitarnya dengan skala tertentu yang berfungsi sebagai
memperjelas letak suatu tempat atau lokasi dan pada prinsipnya Layout dibuat
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan untuk memudahkan didalam
pelaksanaan, pengawasan, pembongkaran, luas kebutuhan rancangan yang
diperlukan dan langsung berhubungan dengan kebutuhan lapangan.
Lokasi pada proyek Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSU
Provinsi dr. Soedono Madiun ini terletak di Jl dr. Soetomo No.29, Kec.
Kartoharjo, Madiun. Adapun letak lokasi Gedung Admnistrasi dapat dilihat pada
Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Layout Plan
Lokasi Proyek
32
3.3 Jadwal Penyelesaian Laporan Akhir
Tabel 3.1 Jadwal TA
NO JENIS KEGIATAN
Minggu Kalender Akademik Semester VI Jur.Teknik
Sipil 2011
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Bab I Pendahuluan
2
Bab II Tinjauan
Pustaka
3 Bab III Pembahasan
4
Bab IV Metode
Pelaksanaan
8 Bab V Penutup
9 Finalisasi Laporan
10 Lain – lain
Keterangan:
Pelaksanaan
Deadline
Lain-Lain
Dilaksanakan sesuai jadwal kalender yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 di
atas Politeknik Negeri Malang.
3.4 Metode Pelaksanaan Laporan Akhir
Penyusunan laporan akhir ini penyusun akan menggunakan langkah-
langkah untuk melakukan percepatan pelaksanaan dalam proyek. Sehingga
didapat perhitungan RAB baru untuk proyek agar didapatkan jadwal pelaksanaan
proyek berupa kurva “S”.
Langkah-langkah pembahasan permasalahan yang ada: (Gambar 3.3)
1. Mempersiapkan semua data yang telah diperoleh dari proyek.
2. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang mungkin untuk dipercepat
a. Pekerjaan–pekerjaan yang sangat penting / pekerjaan utama proyek.
b. Pelaksanaan pekerjaan yang berada dalam jalur kritis.
c. Dengan melihat kurva “S” rencana yang terlalu landai sehingga
memungkinkan untuk dipercepat.
33
3. Penganalisaan metode-metode pelaksanaan untuk melakukan percepatan
tersebut yang meliputi:
a. Metode pelaksanaan percepatan proyek pembangunan.
b. Perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan percepatan.
c. Perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan percepatan
pelaksanaan proyek.
4. Membuat RAB akibat percepatan
Agar kita dapat mengetahui jumlah biaya yang harus dikeluarkan akibat
adanya percepatan dalam pelaksanaan pekerjaan.
5. Membuat penjadwalan proyek yang baru
Berdasarkan slope biaya–biaya yang ada setelah ada percepatan disusun
penjadwalan baru.
6. Membuat kurva “S” baru
Kurva “S” baru untuk mengetahui jadwal pekerjaan dalam proyek akibat
percepatan sehingga dapat dibandingkan dengan jadwal pekerjaan sebelum
ada percepatan.
Adapun tahap-tahap pembahasan dapat dilihat pada Gambar 3.3.
34
3.5 Diagram Penyelesaian Masalah
Gambar 3.3 Diagram Alir Pembahasan
3.6 Organisasi Kontraktor dan Konsultan Pengawas
Organisasi proyek merupakan sekelompok orang dari berbagai latar
belakang ilmu dan keahlian yang terorganisir dan terkoordinasi dalam suatu
wadah tertentu yang melaksanakan tugas pelaksanaan proyek dengan cara
START PERMASALAHAN
Penganalisaan metode pelaksanaan pekerjaan
proyek dan perhitungan waktu akibat
percepatan.
Menentukan biaya satuan dan jumlah tenaga
kerja berdasarkan analisa dari daftar harga
bahan dan upah berdasarkan HSP
Membuat jaringan kerjanya, kemudian
penjadwalan dengan kurva “S”
Memberikan analisa dan kesimpulan dari
hasil tersebut
SELESAI
STUDI PUSTAKA
Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang
mungkin dipercepat.
Membuat RAB
35
tertentu. Proyek Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSU
Provinsi dr. Soedono Madiun ini terdiri dari 2 Struktur Organisasi yaitu Struktur
Organisasi Proyek dan Struktur Organisasi Konsultan Pengawas.
Adapun struktur Organisasi Kontraktor dan Konsultan dapat dilihat pada
Gambar 3.4 dan Gambar 3.5:
a) Struktur Organisasi Kontraktor (PT
Gambar 3.4 Struktur Organisasi PT. Anggrek Merah
b) Struktur Organisasi Konsultan Pengawas
Gambar 3.5 Struktur Organisasi CV. Nindira(
36
3.7 Macam Pekerjaan
Metode pelaksanaan merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dari awal sampai selesai. Secara umum
Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSU Provinsi dr.
Soedono Madiun tidak berbeda dengan bangunan-bangunan lain sehingga metode
pelaksanaanya dilakukan sesuai dengan standart-standart yang ada. Pekerjaan
dimulai dari pekerjaan persiapan, pekerjaan pengukuran, pekerjaan struktur,
arsitektur, dan pekerjaan ME.
3.7.1 Pekerjaan Pendahuluan
1. Pekerjaan Persiapan/Bongkaran
Pekerjaan ini adalah pekerjaan awal untuk menyiapkan prasarana kerja,
seperti: pembersihan areal dari pohon-pohon dan semak, pagar
pengaman, direksi keet, gudang, MCK, barak material dan pekerja,
dokumentasi, papan nama proyek, listrik dan air kerja sementara,
keamanan proyek, pengukuran, mobilisasi peralatan & pekerja, untuk
menunjang pekerjaan Struktur, Finishing dan MEP, yang dijelaskan
dibawah ini. Pekerjaan persiapan terdiri dari:
a. Pengukuran tapak kembali dan Pembersiah Lapangan
Lapangan terlebih dahulu harus dibersihkan diamankan dari
bangunan-bangunan, fasilitas yang mengganggu. Sebelum
pekerjaan lain dimulai, lapangan selalu dijaga tetap bersih dan rata.
Diadakan pengukuran dan gambar kembali. Lokasi pembangunan
dilengkapi dengan keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian
tanah, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera
kebenarannya. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antar gambar
dan keadaan lapangan yang sebenarnya segera dilaporkan kepada
Perencana/Pengawas untuk diminta keputusannya. Penentuan titik
ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat water
pass/theodolite yang ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.
37
b. Pekerjaan Pemagaran Lokasi Proyek
Pemagaran keliling lokasi proyek perlu dilaksanankan dengan
tujuan demi keamanan proyek dan tidak mengganggu lingkungan
sekitar misalnya dapat sedikit meredam debu yang timbul pada saat
proyek berlangsung. Pemagaran juga berfungsi untuk pembatasan
aktifitas proyek dengan aktifitas sekitarnya.
Adapun pemagaran lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Pemasangan Pagar Sementara
c. Kantor Sementara (direksi keet)
Kantor proyek harus direncanakan mampu menampung semua
karyawan dengan leluasa sesuai organisasi yang ditentukan,
dilengkapi pendingin ruangan, musholla dan sistem sanitari yang
memadai. Direksi Keet berupa bangunan sementara yang berukuran
minimal 3.00 x 9.00 m2. Penataan ruangan dan furniture
direncanakan untuk kenyamanan bekerja dan kokoh. Menampung
aktifitas personil kontraktor maupun konsultan pengawas dalam
suatu ruang kerja, akan dibuatkan bangunan sementara (directie
keet) yang juga akan digunakan untuk menyimpan arsip proyek dan
menerima tamu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
Direksi keet akan di dirikan didalam areal proyek di luar lokasi
gedung yang akan dibangun. Setelah struktur gedung berdiri
directie keet menumpang sementara dalam gedung utama. Ruangan
yang dibangun nantinya ada 3 (tiga) buah, satu untuk ruang
pengawas, satu untuk ruang kontraktor dan satu ruang rapat
38
bersama. Adapun direksi keet / kantor sementara proyek dapat
dilihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7. Direksi Keet / Kantor Sementara.
d. Gudang Proyek
Gudang proyek didirikan dengan tujuan untuk menampung
material dan peralatan kerja. Gudang diperuntukkan untuk
menyimpan sementara bahan/stocking dan juga penyimpanan
peralatan bantu. keamanan dan keselamatan guharus direncanakan
tertutup rapat dengan jumlah pintu terbatas, terlindung dari cuaca
langsung dan hujan. Pembuatan gudang perlu memperhatikan agar
gudang tidak lembab dan dipasang kunci yang dipegang oleh
logistik kontraktor. Keberadaan gudang harus didukung sistem
pengamanan dan juga keselamatan kerja (pemadam kebakaran dan
batasan-batasan lain). Adapun gudang proyek dapat dilihat pada
Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Gudang Proyek
e. Toilet dan KM / WC sementara
Toilet dan kamar mandi akan dibuat terpisah antara toilet / KM
untuk personil proyek dan toilet/KM untuk pekerja. Posisi letak
Ruang Toilet / MCK maupun barak pekerja bisa dibuat disampirng
39
bangunan, lengkap dengan bak air bersih secukupnya dan diatur
saluran pembuangan airnya agar kondisi tetap bersih.
f. Sarana Penunjang Pekerjaan
Penyediaan Air Bersih
Air yang dipergunakan untuk pekerjaan Pembangunan Gedung
diambil dari air yang memenuhi persyaratan sebagai bahan
baku untuk bangunan.
Penyediaan Pasokan Listrik Kerja
Pasokan listrik untuk proyek akan diambil dari PLN atau
genset yang akan disediakan oleh kontraktor. Pasokan listrik
akan dipakai untuk: aktivitas directie keet, kebutuhan listrik
untuk peralatan pekerjaan dan penerangan untuk kerja malam.
g. Pembuatan foto proyek / Dokumentasi
Setiap progress pekerjaan untuk masing masing item pekerjaan
yang sedang/sudah dilaksanakan, kontraktor wajib membuat
dokumen berupa foto proyek sebagai pendukung/bukti ke JMK
bahwa progress/kemajuan pekerjaan sesuai dengan keadaan phisik
dilapangan.
h. Pekerjaan Shop drawing dan As built drawing
Pihak Kontraktor membuat rencana kerja berupa gambar kerja/shop
drawing sebagai pedoman dasar, yang merupakan gambar-gambar
detail dari masing-masing pekerjaan yang diajukan dan disetujui
oleh Direksi Lapangan, untuk memudahkan pelaksanaan
dilapangan. Apabila terjadi perubahan perubahan konstruksi
dilapangan Pemborong wajib mengajukan perubahan (surat &
gambar) ke Pemilik Proyek untuk mendapatkan persetujuan dan
perubahan tersebut akan dijadikan bahan pembuatan as built
drawingnya. Sesudah pelaksanaan pekerjaan, wajib membuat dan
menyerahkan gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan
pekerjaan (as built drawing) yang lengkap, benar dan sudah
40
disetujui oleh Direksi Lapangan, yang kemudian diserahkan kepada
Pemberi Tugas dalam bentuk print out dan soft copy.
i. Mobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja
Pelaksanaan mobilisasi meliputi:
1. Peralatan Kerja
Penunjang pekerjaan ini, alat-alat yang dimobilisasi antara
lain:
— Dump truck
— Dozer
— Mesin Jack Hammer (pancang)
— Wales/roller
— Concrete pump, mixer truck, vibrator
— Schaffolding
— Mobile crane
— Bar bender / Cutter, dll
Masing-masing alat tersebut untuk mobilisasi dan demobilisasi
menyesuaikan jadwal kebutuhan dilapangan.
2. Material/Bahan
Pengadaan material/bahan pokok akan dijadwalkan khusus
mengacu kepada jadwal induk pekerjaan (Master schedule).
3. Tenaga Kerja (SDM)
SDM proyek dapat dibagi menjadi 2 bagian pokok yaitu,
tenaga inti proyek yang terdiri dari Project Manager (PM) dan
staff-staffnya, serta tenaga pekerja proyek. Tenaga inti segera
didatangkan begitu pelaksanaan proyek dimulai, sedang untuk
para pekerja, jumlah serta keahliannya akan disesuaikan
dengan jenis dan volume pekerjaan yang sedang berlangsung.
4. Safety / Keselamatan kerja Proyek
Kesehatan dan keselamatan kerja mengikuti standar yang ada
pada safety engineer dari pihak JMK. Seperti perlengkapan
standar pada proyek yaitu helm, safety shoes, ID card, dsb.
41
j. Pekerjaan pengukuran
Bersama pengawas, kontraktor menentukan elevasi lantai + 0.00
(finishing). Titik-titik bantu elevasi diletakkan pada tempat yang
aman dan dibuat permanen untuk menghindari adanya perubahan
dan kerusakan yang mungkin terjadi. Bila dimungkinkan adanya
perubahan akibat kondisi existing, maka kontraktor berkewajiban
melaporkan ke pengawas. Peralatan yang digunakan adalah
theodolith/waterpass 1 unit (Gambar 3.9), yang dilengkapi dengan
meteran 50 M dan 5 M. Tenaga kerja yang digunakan untuk
pekerjaan ini berjumlah minimal 2 orang (1 kepala pengukuran dan
1 asisten pengukuran). Pengukuran sudut siku dengan prisma atau
segitiga “phytagoras” hanya dilakukan untuk bagian-bagian kecil
saja.
Tahapan pelaksanaannya:
Penentuan Benchmark (BM) sebagai referensi.
Titik acuan dapat menggunakan yang sudah ada di lapangan
atau menurut petunjuk perencana.
Setting Out
Setting out dilakukan harus menggunakan alat Theodolite.
Marking Konstruksi
Terdiri dari marking elevasi slab dan as, marking bangunan
secara vertikal.
Pemindahan As Bangunan
Pemindahan as bangunan harus menggunakan referensi
pinjaman yang dibuat sebelumnya di lantai di bawahnya
dengan menggunakan theodolite.
Pemindahan Elevasi dilakukan dengan menarik meteran dari
marking lantai di bawahnya ke lantai diatasnya.
Pengecekan
— Pengecekan vertikalisasi kolom/dinding/bekesting
42
— Pengecekan elevasi lantai dengan theodolite sebelum
pengecoran.
Adapun alat Theodolite dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Penggunaan Theodolith di Lapangan
2. Pekerjaaan Tanah
Tahapan pelaksaannya:
Galian Tanah Pondasi
Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk Pile Cap, balok pondasi
dan struktur lainnya yang terletak didalam atau diatas tanah, sesuai
gambar rencana.
Air Pada Galian.
Mengantisipasi air yang terdapat pada dasar galian maka disediakan
pompa air atau pompa lumpur dengan kapasitas yang memadai untuk
menghindari genangan air dan lumpur pada dasar galian.
Pekerjaan Urugan Pasir Padat.
Pekerjaan urugan pasir padat dilakukan diatas dasar galian tanah, di
bawah lapisan lantai kerja dan digunakan untuk semua struktur beton
yang berhubungan dengan tanah seperti Pile Cap, balok pondasi dan
pekerjaan beton yang lain yang berhubungan langsung dengan tanah.
Pasir yang digunakan adalah pasir yang mengandung butir-butir
yang bersih, tajam dan keras, bebas dari lumpur, tanah lempung dan
43
organis dan yang telah mendapatkan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas. Begitupun air yang digunakan adalah air
bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan bahan
organis lainnya, serta dapat diminum. Sebelum digunakan air
diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan.
Cara Pengurugan dan Pemadatan.
Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal lapisan 20 cm
dan pemadatan dilakukan sampai mencapai kepadatan Maximum
pada kadar air optimum yang ditentukan di dalam gambar rencana.
Pemadatan urugan dilakukan dengan memakai alat pemadat yang
disetujui oleh konsultan Pengawas. Jika tidak tercantum dalam
gambar rencana, maka pemadatan harus dilakukan sampai mencapai
derajat kepadatan 98%.
3.7.2 Pekerjaan Sub Struktur
1. Pekerjaan Pondasi
Pekerjaan Pondasi yang dilaksanakan terdiri dari:
a. Pondasi Tiang Pancang (Gambar 3.10)
b. Galian Tanah Pondasi dan Lantai Kerja di bawah Pondasi
c. Pondasi Beton Pile Cap
Berikut ini merupakan uraian penjelasaan mengenai tahapan-tahapan
pekerjaan pondasi:
a. Pondasi Tiang Pancang
Tahapan pelaksanaannya:
Dokumen rencana/schedule pelaksanaan tiang pancang akan
diserahkan kepada pengawas untuk mendapat persetujuan yang
menunjukkan rencana detail pile (Gambar 3.10), panjang tiang,
ukuran penampang melintang, ujung tiang, penulangan, beugel
dan alat pengangkatnya.
44
Gambar 3.10 Pile/Pondasi Tiang Pancang
Menunjukkan rencana pemancangan (urut-urutan pemasangan
tiang pancang).
Harus disetujui dahulu oleh pengawas sebelum pekerjaan
dimulai.
Persiapan pengukuran as-as untuk penentuan titik-titik patok
pancang (setting out), dibuat patok dari bambu dan di-cat agar
jelas.
Mobilisasi material tiang pancang secara bertahap, sampai
sesuai kebutuhan volume pemakaian dilapangan.
Setting untuk alat Pancang / Jack Hammer dengan Mobil Crane,
yang dilaksanakan Operator pancang beserta anggotanya yang
sudah terampil dan pengalaman.
Adapun Mobil Crane proyek dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11 Mobil Crane
Adapun Mesin Jack Hammer dapat dilihat pada Gambar 3.12.
45
Gambar 3.12 Mesi Jack Hammer
Tiang pancang yang terkirim diturunkan di dekat posisi alat
pancang, lalu diangkat 1/3 L lalu dimasukkan dalam posisi yang
siap dipancang.
Kemudian alat pancang digeser dan diposisikan sedemikian
rupa sehingga garis sumbu vertikal jack hammer (tekan
pancang) tepat diatas posisi titik pancang. Tiang ditarik dengan
sling dari posisi penempatan tiang secara hati-hati, kemudian
diatur agar ujung atas tiang masuk kedalam helmet dan ujung
bawah tiang tepat berada diatas posisi titik pancang yang akan
dipancang.
Pemancangan dimulai/start dari arah belakang terus ke-samping
kiri dan kanan, di lanjutkan sampai ke depan / finish akhir (Lihat
gambar ilustrasi rencana/skedul alur pemancangan). Setelah itu
tiang ditekan perlahan-lahan agar ujung bawah tiang tertancap
ke permukaan tanah, sehingga kedua ujung tiang terpegang
dengan baik (ujung atas terpegang helmet dan ujung bawah oleh
permukaan tanah).
Posisi dan vertikalitas tiang diperiksa dengan menggunakan
waterpass. Setelah posisi dan vertikalitas tiang sudah benar,
maka pemancangan dimulai dengan mengangkat pile besi jack
hammer ditekan pada pile sehingga tiang masuk kedalam tanah,
46
prosedur ini diulang sampai tiang mencapai kedalaman tanah
keras, yang ditandai dengan final set (set akhir) sebesar
maximum 1400 Mpa.
Penyambungan Tiang dilakukan apabila kedalaman tanah keras
lebih dalam dari panjang tiang standart (> 8 M), maka tiang
tersebut akan disambung dengan segmen tiang selanjutnya, yaitu
dengan sistem las listrik pada pelat sambungan tiang satu dan
dua, yang dilaksanakan dengan metode pengelasan keliling
penuh.
Bila terjadi friction piles, pemancangan dapat dihentikan bila
kepala tiang telah mencapai level muka tanah atau level yang
ditentukan dalam gambar rencana. End bearing piles,
pemancangan dapat dihentikan bila ujung tiang telah mencapai
kedalaman lapisan tanah keras yang ditunjukkan oleh
tercapainya final set.
Perpindahan alat pancang dari satu titik pancang ke titik
pancang berikutnya dilaksanakan dengan sistem geser diatas rel
besi.
Pencatatan dan Laporan Pemancangan dilakukan bertahap dan
dibuatkan laporan pemancangan yang meliputi tanggal
pemancangan, nomor urut pancang, posisi as titik pancang dan
ukuran tiang pancang, kedalaman tiang, jenis dan ukuran
hammer dan final set yang dipakai.
Setelah selesai pekerjaan pemancangan, maka akan
dilaksanakan demobilisasi alat pancang beserta seluruh
peralatannya dan juga pengambilan kembali tiang-tiang pancang
yang tidak terpakai / rusak.
Pengujian daya dukung tiang pancang dengan menentukan 2
titik untuk di test PDA yang sudah disepakati dengan konsultan
pengawas. (Gambar 3.13)
Mobilisasi Alat PDA untuk loading test.
47
Pelaksanaan Test PDA sesuai berat loading yang disyaratkan
oleh Direksi lapangan.
Pencatatan dan laporan setiap test yang dilakukan
Adapun skema pengujian test PDA pada proyek RSUP dr.
Soedono Madiun dapat dilihat pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13 Skematik Pengujian PDA
b. Galian Tanah Pondasi dan Lantai Kerja di bawah Pile Cap
Tahapan pelaksanaannya:
pembersihan area lokasi yang akan dikerjakan.
mobilisasi alat–alat bantu dan material bahan di lokasi proyek.
Galian pondasi pile cap sesuai ukuran dalam gambar lapangan.
Potong/bobok kepala tiang pancang sesuai bottom level pile cap
dan stek besi pancang siap dijangkar sesuai ukuran.
Gelar pasir pasang/urug untuk urugan pasir untuk leveling yang
disetujui direksi lapangan.
Pemadatan urugan pasir di daerah bawahl pondasi pile cap dan
sampai rata.
Persiapan lantai kerja menggunakan adukan semen, pasir dan
koral untuk spesi 1 Pc : 3 Pasir : 5 Kerikil, dicampur air yang
48
bersih secukupnya dengan beton molen/concrete mixer, lalu
adukan mortar tersebut digelar dengan ketebalan 5 cm sampai
rata.
Pekerjaan urugan kembali dilaksanakan setelah pondasi pile cap
selesai di cor, tanah diurug bertahap sampai rata.
c. Pondasi Beton Pile Cap
Tahapan pelaksanaannya: (Gambar 3.11- 3.13)
Pembersihan area lokasi yang akan dikerjakan
Mobilisasi alat–alat bantu dan meterial bahan di lokasi proyek.
Pengukuran dimensi pondasi pile cap, dengan patok kayu dan
ditarik benang.
Gelar Besi pile cap yang sudah difabrikasi dan sudah sesuai
gambar pelaksanaan yang sudah dibuat Bar Bending Schedule /
BBS.
Pasang Bekisting terdiri dari adukan spesi semen, pasir 1 : 5
untuk pemasangan dinding batako sesuai ukuran dimensi
pondasi dalam gambar.
Pengecekan kembali dan pembersihan areal pondasi dengan
compressor.
Pengecoran beton ready mix menggunakan mutu beton K-250
secara bertahap, dan diratakan pemadatannya dengan vibrator
untuk mengisi ruang kosong pada bekisting dan adukan beton
menjadi lebih padat dan berisi.
Adapun pemagaran lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar
3.14-3.16.
Gambar 3.14 Pekerjaan Galian Pile Cap
49
Gambar 3.15 Perataan dan Pemadatan Galian Tanah
Gambar 3.16 Begisting Menggunakan Batako
3.7.3 Pekerjaan Stuktur
Pekerjaan struktur adalah pekerjaan yang terdiri dari pekerjaan struktur
bawah sampai struktur atas. Jadi dapat dikatakan bahwa pekerjaan struktur
termasuk pekerjaan pokok dalam pelaksanaan pembangunan.
Aplikasi pekerjaan beton bertulang pada pekerjaan struktur digunakan
dalam struktur utama di bawah ini:
a. Beton Sloof Struktur
Sloof berfungsi sebagai ikatan pada rangkaian pondasi bangunan. Sloof
dapat meminimalisir penurunan bangunan yang tidak merata dan memikul
beban dinding lantaai dasar . Urutan pelaksanaan sebegai berikut:
Tahapan pelaksanaannya:
Penentuan as sloof dengan theodolite dan benang.
Pembuatan bekisting.
Pengerjaan pembesian.
Pengecoran ready mix dengan menggunakan concrete.
Pemadatan beton dengan concrete vibrator.
Pemeliharaan/curing.
Adapun Sloof dapat dilihat pada Gambar 3.17.
50
Gambar 3.17 Sloof
b. Beton Kolom Struktur
Kolom berfungsi sebagai penahan beban vertikal konstruksi bangunan,
pengerjaan kolom struktur dilaksnanakan setelah sloof selesai.
Penentuan as kolom dengan theodolite dan benang.
Tahapan pelaksanaannya:
Pembuatan bekisting.
Pengerjaan pembesian.
Pengecoran site mix dengan bantuan concrete mixer agar campuran
spesi dapat memenuhi mutu yang diinginkan.
Pemadatan beton dengan concrete vibrator.
Pemeliharaan/curing.
Berikut penjelasannya:
Mobilisasi alat–alat bantu dan material/bahan di lokasi sesuai
kebutuhan rencana dalam gambar.
Setelah pekerjaan pengecoran pile cap dan sloof telah selesai (beton
telah kering) maka segera dilakukan pengukuran as-as kolom dan
pembesian pada kolom struktur.
Pemasangan besi kolom struktur dipasang setelah as-as kolom selesai
dilaksanakan (pekerjaan BBS / fabrikasi terlebih dahulu dikerjakan).
Pada saat yang bersamaan bekisting kolom dapat difabrikasi dan segera
dipasang pada lokasi pembesian kolom. (Gambar 3.18)
51
Sebelum dipasang telah dipastikan bahwa seluruh sparing-sparing
pekerjaan M/E, beton deking dan pelapisan minyak bekisting telah
dilakukan.
Bahan bekisting terdiri dari multiplek 12 mm dengan rangka kayu
kombinasi ukuran 5/7 dan 6/12.
Bekisting diberi lapisan oli pelumas untuk mempermudah pembukaan
pada saat pembongkaran bekisting kolom.
Sebagai penguat bekisting kolom maka digunakan tie rod untuk
menghindari terjadinya kolom bunting pada saat pengecoran kolom
strukturnya.
Support dapat digunakan “pipe support” atau balok kayu ukuran 6/12.
Sebelum pengecoran dilakukan slump test terlebih dahulu sesuai
standart 10 + 2 dimulai dari kolom, balok dan dilanjutkan ke plat lantai,
serta tangga beton.
Pengecoran kolom beton jadi dituang secara bertahap sesuai kebutuhan
volume beton setiap jadwal pengecoran, volume dalam beton mixer
dimasukkan dengan alat bantu talang cor, yang dilakukan secara
manual.
Setelah selesai dicor baru dilanjutkan dengan pekerjaan bekisting dan
besi pada balok, lantai dan tangga. Pekerjaan area bangunan
dilaksanakan dengan 2 zona, agar pekerjaan lebih cepat.
Adapun Kolom dapat dilihat pada Gambar 3.18.
Gambar 3.18 Kolom
52
c. Beton Balok Struktur
Balok berfungsi sebagai penahan beban horizontal konstruksi bangunan,
pengerjaan balok dilaksanakan setelah kolom selesai dan pekerjaan balok
dapat diikuti bersamaan dengan pelaksanaan pekerjaan plat lantai apabila
terdapat pekerjaan lantai 2 dan seterusnya.
Tahapan pelaksanaannya:
Penentuan as balok dengan theodolite dan benang.
Pembersihan lokasi di bawah untuk penempatan scaffolding.
Penempatan bekisting balok menggunankan bekisting produksi pabrik
dan multiplek 13 mm dengan penguat kayu 5/7. Pemasangan dibantu
dengan bidikan theodolite untuk memastikan ketepatan koordinat dan
alat waterpass untuk ketepatan leveling. Penempatan bekisting disangga
oleh perancah/scaffolding.
Pengecoran site mix dengan bantuan concrete mixer agar campuran
spesi dapat memenuhi mutu yang diinginkan.
Pemadatan beton dengan concrete vibrator.
Pemeliharaan/curing.
Berikut penjelasannya:
Pekerjaan balok beton dan plat lantai 1 dilakukan secara simultan
setelah seluruh acuan / bekisting kolom selesai dibuka.
Pekerjaan ini dimulai dengan pemasangan steiger (perancah) dari
schaffolding (U head jack, Mainframe, Cross base, Joint pen, Base jack)
sebagai penunjang pelaksanaan bekisting balok dan plat lantai beton.
(Gambar 3.19 – 3.21)
Selanjutnya dilakukan pemasangan bekisting menggunakan sistem
konvensional dari bahan kayu yang terdiri dari multiplex 12 mm, balok
5/10, 6/12 dan kaso 5/7.
Berikut Contoh gambar ilustrasi dari Form work balok & plat lantai:
53
Gambar 3.19 Denah Formwork Balok & Pelat Lantai
Gambar 3.20 Penampang Formwork Balok & Plat Lantai
Gambar 3.21 Penampang Formwork Balok & Plat Lantai
Setelah pekerjaan bekisting selesai, maka dilakukan pembesian pada
balok, plat dan lisplang beton (pekerjaan BBS / fabrikasi terlebih
dahulu dikerjakan).
Di antara permukaan dalam bekisting dan besi diberi jarak kosong
minimal 2,5 cm agar besi tertutup cor beton dan diberi tahu beton.
Melakukan pengecoran menggunakan mutu beton K-250 dan dibantu
dengan alat concrete pump untuk didorong keatas, lalu beton ditarik
54
dengan cangkul / sekop, lalu diratakan dengan balok kayu, dan
pemadatan memakai bantuan vibrator (untuk pengecoran balok dan
plat lantai), dimulai dari balok dan dilanjutkan ke plat lantai.
Selama pengeringan beton dilakukan selama + 21 hari sesudah
pengecoran selesai, untuk pemeliharaan curing beton dilakukan
dengan pemakaian geotextile / karung dibasahi air selama + 14 hari
sampai pengeringan beton cukup dan agar terhindar dari retak rambut,
kemudian dilanjutkan pembongkaran schaffolding dan bekisting kayu
secara bertahap, mulai dari plat lantai, balok dan tangga, untuk dapat
memulai pekerjaan tahap selanjutnya.
Adapun Balok dapat dilihat pada Gambar 3.22.
Gambar 3.22 Balok
d. Pasang Cor Beton Balok dan Plat
Pekerjaan beton bertulang mempunyai bobot fisik paling besar dan beton
bertulang merupakan struktur utama bangunan. Asumsi di atas maka
disimpulkan pelaksanaan pekerjaan beton bertulang menuntut pelaksanaan
pembuatan secara baik dan benar sesuai dalam dokumen proyek.
Tahapan pelaksanaanya:
Pembersihan lahan kerja dari kotoran dan material lain yang
mengganggu atau dapat mengurangi mutu beton.
Penempatan bahan pokok dan peralatan kerja agar mudah dijangkau.
Penerangan (lampu) untuk kerja di malam hari.
55
Perancah/staiger yang digunakan adalah scaffolding yang digunakan
sebagai penopang bekisting/cetakan beton. Perancah disusun secara
bertingkat untuk mencapai level plat dan balok yang ditentukan dengan
ukuran yang telah ditentukan.
Adapun Scaffolding dapat dilihat pada Gambar 3.23.
Gambar 3.23 Scaffolding
3. Pembesian
Pabrikasi besi beton dilakukan di tempat pabrikasi, setelah bekisting
siap, besi beton yang sudah di pabrikasi siap untuk dipasang/distel di
lokasi sesuai dengan kebutuhan besi pada struktur balok dan plat.
Adapun lokasi Pabrikasi Pembesian dapat dilihat pada Gambar 3.24.
Gambar 3.24 Pabrikasi Pembesian
Masing-masing sambungan besi diberi pengait. Pembesian pada
balok dilakukan terlebih dahulu sebelum pembesian plat beton,
setelah besi balok terangkai dengan benar, lalu diikuti pembesian
plat lantai dengan mengaitkan besi balok, kolom dan plat secara
bersamaan.
56
4. Pembuatan Bekisting
Tahapan pelaksaannya:
Perlu ditekankan bahwa bentuk dan dimensi beton bertulang akan
mengikuti dari pada bentuk cetakan (bekisting), maka di dalam
membuat bekisting harus sesuai dengan rencana bentuk dan di mensi
beton tersebut.
Menggunakan bekisting pabrikasi agar kedudukan bekisting stabil
sebelum dan sesudah pengecoran diberi klem dan baut yang kuat,
untuk pengecoran balok maka penulangan dilakukan terlebih dahulu.
Adapun proses pmbuatan Bekisting dapat dilihat pada Gambar 3.25.
Gambar 3.25 Bekisting
5. Pengecoran
Tahapan pelaksanaanya:
Karena dalam pekerjaan ini, pengecoran beton dalam volume besar,
maka perlu dipastikan bekisting dan tulangan harus sudah benar dan
stabil. Sebelum pengecoran dipastikan juga semua persiapan
pekerjaan dengan baik.
Produksi ready mix dari batching plant lancer.
Kesiapan peralatan pendukung (air compressor, comcrete mixer,
concrete pump, concrete vibrator) dan alat bantu lainnya. Adapun
Concrete Pump dapat dilihat pada Gambar 3.26.
57
Gambar 3.26 Concrete Pump
Penerangan sementara (untuk pengerjaan malam hari)
Penempatan beton decking (tahu-tahu) yang tebalnya sesuai tebal
rencana selimut beton dan ditempatkan secara merata agar tidak
tereser waktu terinjak pekerja.
Panjang penyaluran besi sesuai dokumen proyek.
Check ulang ukuran tebal baok dan plat.
Pendistribusian campuran beton yang melewati pipa harus
dijatuhkan secara vertikal agar tidak segregasi atau penumpukan
agregat.
Lokasi pengecoran yang sulit seperti pada sudut atau tempat yang
banyak tulangan berjajar harus menggunakan vibrator lebih lama
agar campuran masuk merata dan tidak keropos.
Test slump perlu dilakukan sebelum pengecoran dilaksanakan. Nilai
slump yang dipakai sebagai acuan adlah yang telah ditentukan
konsultan perencana. Adapun Test Slump dapat dilihat pada Gambar
3.27.
Gambar 3.27 ConcTest Slump
58
Test kuat tekan beton di laboratorium dilakukan untuk menjamin
beton menjamin bahwa beton yang dipakai adalah sesuai dengan
mutu yang telah direncanakan oleh konsultan perencana.
6. Pemeliharaan/curing, meliputi:
Pasca pengecoran, beton yang terpasang tidak boleh ditinggalkan begitu
saja, beton akan mengalami proses pengerasan sampai dengan titik
jenuh (kekuatan maksimal). Agar proses pengerasan berjalan baik dan
optimal, maka selama proses tersebut harus dilakukan
perawatan/curing/pemeliharaan minimal 1 x 12 jam setelah pengecoran.
Tahapan pelaksanaannya:
Pada lantai beton, permukaan ditutup karung basah dan dipastikan
kondisinya selalu jenuh air.
Pada kolom, ditutup plastic agar kandungan air tidak cepat
menguap.
Hindari kondisi beton terkena sinar matahari langsung supaya tidak
cepat mengering.
Menghindari pengeringan ekstrim dipakai curing compound.
Dilakukan penyiraman rutin.
3.7.4 Pekerjaan Arsitektural
Pekerjaan arsitektur adalah pekerjaan yang terdiri dari pekerjaan finishing.
Jadi dapat dikatakan bahwa pekerjaan arsitektural termasuk pekerjaan
penyelesaian atau terakhir dalam pelaksanaan pembangunan. Adapun pekerjaan
Arsitektural pada RSUP dr. Soedono Madiun adalah sebagai berikut:
1. Pasangan Batu Bata
Tahapan pelaksanaannya: (Gambar 3.28)
Pemasangan pemandu kelurusan (tegak) dan kerataan menggunakan
bahan kaso 5/7 dan benang.
Kaso dipasang tegak lurus dan dipastikan tidak mudah bergeser dengan
di paku ke struktur bangunan.
59
Pekerjaan pemasangan dilakukan waterpass (horizontal) dengan
menggunakan benang dan tiap kali di cek kerataannya. Lapisan satu
dengan lapisan yang di atasnya dipasang secara zig zag (berselang-
seling dengan perbedaan separuh panjang).
Pekerjaan pemasangan pipa/ alat-alat yang tertanam di dalam dinding
dibuat pahatan dengan kedalaman yang cukup pada pasangan dinding
sebelum diplester. Pada saat pekerjaan plesteran, pahatan tersebut harus
diplester bersamaan dengan plesteran seluruh bidang.
Dalam pemasangan dinding bata, bahan adukan menggunakan
campuran dari semen dan pasir dengan perbandingan 1 : 2 dan 1 : 5.
Untuk area toilet / lembab khusus digunakan campuran adukan dengan
perbandingan 1 pc : 2 pasir dan untuk area selain toilet digunakan
campuran adukan dengan perbandingan 1 pc : 5 pasir.
Pemasangan bata dilakukan secara manual sebagaimana umumnya.
pada setiap pertemuan kolom praktis dan pasangan bata, dalam tinggi 1-
1,5 meter, kolom dicor terlebih dahulu untuk mengikat pasangan agar
menjadi lebih kuat dan baru diteruskan untuk pasangan berikutnya.
Pasangan bata hanya bisa dilaksanakan setelah kolom praktis selesai
dicor.
Pada pasangan dinding bata yang bertemu kolom struktur, diberi
angkuur besi pada setiap 3 lapis untuk memperkuat sambungan.
Pada pasangan dinding dengan ketinggian lebih dari 3 meter, maka
dibuatkan perancah/stager menggunakan schaffolding untuk
pekerjaannya.
60
Gambar 3.28 Isometri Alur Pelaksanaan Pemasangan Dinding Bata
2. Pekerjaan Plesteran dam Acian
Pasangan plesteran dan acian dikerjakan setelah pemasangan dinding
batako selesai secara keseluruhan. Jenis plesteran dan acian yang akan
dikerjakan terdiri dari:
Plesteran dan acian kedap air (1 : 2).
Jenis ini digunakan pada area dinding-dinding kedap air, seperti
dinding toilet dan dinding di atas permukaan lantai.
Plesteran dan acian biasa (1 : 5).
Jenis ini di gunakan pada area dinding dalam dan luar bangunan
selain dinding toilet.
Tahapan pelaksanaan pekerjaan: (Gambar 3.29 - 3.32)
61
Permukaan yang akan diplester dan aci terlebih dahulu dibersihkan
dari kotoran-kotoran dan disiram terlebih dahulu.
Permukaan kolom beton yang akan diplester dan aci diketrik
terlebih dahulu agar plesteran dapat mengikat beton lebih baik.
Pada setiap dinding yang akan diplester, dibuat kepalaan plesteran
menggunakan kepingan dari plywood 9 mm untuk patokan
kerataan bidang pada tiap-tiap jarak 1 meter secara vertikal, setelah
selesai barulah plesteran dilakukan dengan cara vertikal dan
horizontal (menyilang) menggunakan jidar dengan mengikuti alur
kepalaan yang sudah dibuat sebelumnya untuk meratakan alur
kepalaannya.
Setelah plesteran selesai, setelah berumur + 1 minggu maka
dilakukan pengacian menggunakan bahan semen yang sudah
dicampur dengan air dengan catatan permukaan plesteran sudah
rata / tidak bergelombang.
Permukaan plesteran yang sudah kering harus disiram air terlebih
dahulu sebelum di aci untuk menghindari terjadinya retak rambut
pada dinding setelah di aci.
Gambar 3.29 Pembuatan Kepalaan Plesteran Pada Area Tepi Bata
(titik A, B, C dan D)
Gambar 3.30 Pembuatan Kepalaan Plesteran Pada Tiap Jarak 1 M
62
Gambar 3.31 Pembuatan Kepalaan Plesteran Pada Bidang Vertikal
Gambar 3.32 Pembuatan Plesteran Menggunakan Jidar Panjang
3. Pekerjaan Lantai dan Dinding
a. Pekerjaan Sub Lantai
Pekerjaan sub lantai ini dilakukan di bawah lapisan finishing lantai
yang berlangsung di atas tanah (lantai dasar yang tidak memakai
plat beton) serta sesuai detail yang disebutkan atau ditunjukkan
pada gambar.
b. Pekerjaan Lantai Screed
Pekerjaan lantai screed meliputi area diatas plat-plat beton, bawah
lantai tangga serta untuk seluruh detail seperti yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.
Pekerjaan screeding lantai, dibagi dalam 2 jenis, yaitu:
Screeding Tebal 1 - 3cm, dilaksanakan pada area toilet
Screeding tebal 5 cm, dilaksanakan pada area teras keliling dan
lantai atap.
Screeding tebal 1 - 3cm
Tahapan pelaksanaannya:
pembersihan area permukaan yang sudah diwaterproofing
63
persiapan alat-alat kerja dan material dilokasi pekerjaan
dilakukan levelling secara keseluruhan dengan terlebih dahulu
dibuat kepalaan untuk screeding lantainya pada setiap jarak + 1
meter.
Perataan permukaan menggunakan jidar kayu dan dibantu dengan
alat roskam pada umumnya.
Screeding tebal 5 cm
Tahap pelaksanaannya:
Pembersihan area di lokasi pekerjaan.
Mobilisasi alat-alat kerja dan material/bahan di lapangan.
Screeding area teras keliling, dilakukan penggalian pada tanah
pada level yang sudah ditentukan.
Dilakukan pengurugan dengan pasir yang dipadatkan dengan
ketebalan + 10 cm.
Dilakukan levelling lantai dan kemiringan/slope menggunakan
alat bantu: waterpass dan benang.
Setelah pasir padat, mulai dengan rabat beton menggunakan
campuran semen, pasir, koral dan air dengan perbandingan
adukan 1pc : 3 pasir : 5 koral dengan ketebalan 5 cm tanpa
tulangan.
Screeding area lantai atap, dilakukan setelah pekerjaan
waterproofing selesai dan sudah dilakukan testing perendaman
selama 1 x 24 jam dengan hasil baik/kedap air.
Dilakukan levelling lantai dan kemiringan/slope menggunakan
alat bantu: waterpass dan benang, terutama di daerah basah.
Campuran adukan menggunakan semen, pasir dan air dengan
perbandingan adukan 1 pc : 3 pasir dengan ketebalan 5 cm.
c. Pekerjaan Waterproofing
Bagian yang diberi lapisan waterproofing ialah:
— Sheet Membrane pada area plat atap, terutama plat beton yang
berhubungan langsung dengan air/ talang.
64
— Liquid pada area toilet, serta bagian lain yang dinyatakan
dalam gambar
Sebelum dikerjakan, area toilet, dak lantai atap dan talang beton
yang akan di water proofing dibersihkan dari kotoran dan debu
terlebih dahulu.
Tahap pelaksanaannya:
Area yang akan dikerjakan dibersihkan dari kotoran dan debu
dengan sapu/sikat.
Persiapan alat-alat bantu dan material waterproofing.
Pemilihan warna bahan waterproofing ditentukan kemudian oleh
konsultan.
Dimulai dengan permukaan dinding bawah lantai dengan cara
dilabur dengan primer coating secara merata dengan kuas secara
menyilang sampai 3 kali, dengan tinggi laburan + 20 cm dari
lantai. Kemudian dilanjutkan dengan permukaan lantainya.
Dilakukan test genangan selama 1 hari (1 x 24 jam)
Setelah hasil pengetesan baik, pada area toilet langsung
dilakukan screeding dengan ketebalan 1 – 3 cm.
d. Pekerjaan Lantai Keramik
Sebelum pemasangan keramik dimulai, didahulukan pekerjaan
plester + acian telah selesai untuk menghindari kotoran yang bisa
menempel pada keramik.
Tahapan pelaksanaannya:
Pembersihan permukaan lantai yang akan dipasang dari
kotoran–kotoran.
Keramik direndam terlebih dahulu didalam air selama + 30
menit / sampai jenuh.
Seleksi volume den jenis keramik yang akan dipasang.
Cek terhadap elevasi lantai pada saat membuat kepalaan
awal.
65
Adukan menggunakan campuran 1 pc : 3 pasir. Pasir adukan
harus diayak terlebih dahulu agar mendapatkan gradasi
material yang seragam dan air yang dipakai memenuhi syarat
/ bersih dari limbah.
Pemasangan keramik harus dipastikan bahwa spesi/adukan
dibawah keramik benar-benar padat / tidak berongga dengan
cara dipukul pelan-pelan dengan palu kepala karet.
Cek kerataan pasangan keramik dengan jidar atau dengan
waterpass.
Adapun tahapan pemasangan lantai keramik dapat dilihat pada
Gambar 3.33.
Gambar 3.33 Pemasangan Lantai Keramik Ruangan
a. Setelah pemasangan keramik selesai, dilakukan pengisian
nat/grouting dengan semen pengisi nat. Dilakukan setelah
umur pemasangan keramik di atas 3 hari untuk memberi
kesempatan spesi dibawah keramik mengering dahulu.
c. Keramik Dinding
Tahap pelaksanaannya:
Pembersihan permukaan dinding yang akan dipasang.
Keramik direndam terlebih dahulu didalam air selama + 30
menit / sampai jenuh.
66
Seleksi volume den jenis keramik yang akan dipasang.
Cari center line/as dari dinding, untuk menghindari
pemotongan las-lasan pada keramik.
Buat 2 titik horizontal (kiri dan kanan) setinggi start keramik
dinding yang akan dipasang.
Hubungkan titik 1 dan 2 dengan benang nylon, kemudian di
waterpass.
Pasang keramik dengan posisi center line / as pada dinding.
Buat kepalaan keramik secara horizontal dan vertikal.
Selanjutnya pasangan keramik mengikuti alur kepalaan dari
keramik sebelumnya.
Pada posisi-posisi sudutan keramik merupakan daerah
buangan keramik yang simetris.
Pada plint keramik, pemasangan mengikuti alur dari
pemasangan keramik lantainya.
Setelah pasangan selesai, maka dilakukan pengisian pada nat-
nat dinding keramik menggunakan grouting pengisi nat yang
warna disesuaikan dengan warna keramiknya.
4. Pekerjaan Pelapis Batu Alam
Tahapan pelaksanaannya:
Pekerjan dinding batu alam dilakukan pada seluruh detail yang
disebutkan atau ditunjuk dalam gambar atau sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas.
5. Pekerjaan Penutup Atap dan Talang
a. Penutup Atap
b. Talang
Sebagai talang miring dipakai bahan dari galvanis dengan
dimensi sesuai gambar rencana.
Tahapan pelaksanaanya:
Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan penutup atap,
dan talang untuk bagian bangunan tertentu.
67
Setelah pemasangan rangka atap selesai, maka dilakukan
pembersihan pada area rangka atap yang akan ditutup dengan atap
Genteng Press.
Material atap Genteng Press, pengerjaan modulnya di lakukan
langsung dilokasi / proyek dengan mengikuti dokumen gambar
yang sudah disetujui konsultan pengawas.
Pada pemasangan atap Genteng Press, dimulai dari lapisan bawah
keatas, sehingga pemasangannya bisa rapi.
Setelah pemasangan atap Genteng Press selesai, maka dilanjutkan
dengan pemasangan genteng bubungan sekaligus pemasangan
penangkal petir , untuk mortar dipakai adukan campuran 1 pc : 3
pasir, dan diberi kawat ayam (wire mesh) untuk menghindari
retakan dikemudian hari.
6. Pekerjaan Gypsum
Tahapan pelaksanaanya:
Pemasangan panel-panel gypsum board 9 mm melintang dengan
rangka untuk meminimalkan jumlah sambungan ujung ditengah-
tengah area pada tiap panel.
Plasterboard gypsum akan ditutup sepanjang sambungan dengan
stopping compound yang dicampur sesuai dengan petunjuk pabrik,
agar sambungan-sambungan dan sekrup/paku tertutup sekaligus di
amplas agar hasil menjadi rata dan halus.
7. Pekerjaan Rangka Partisi + Gantungan Plafond Gypsum
8. Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela, Pengunci, dan Kaca
a. Pekerjaan Kusen Aluminium
b. Pekerjaan Daun Pintu Dan Jendela
c. Pekerjaan Daun Pintu Rangka Kayu.
d. Pekerjaan Penggantung dan Pengunci
e. Pekerjaan Kaca dan Cermin
Kusen pintu, jendela, daun pintu dan jendela difabrikasi di
bengkel/workshop, baik yang berada dalam site maupun yang di luar,
68
dengan spesifikasi sesuai dengan dimensi/ukuran serta detail yang
ditunjukkan pada gambar kerja yang telah disetujui oleh pihak
konsultan pengawas.
Tahapan pelaksanaannya:
Menyiapkan alat-alat kerja yang diperlukan di lokasi / proyek.
Sebelumnya dinding yang akan dipasang kusen sudah dibuat
opening berupa kolom dan balok praktis untuk kusen dan difinish
acian serta dicek kesikuan dindingnya terlebih dahulu.
Dimulai dengan pemasangan frame/kusen aluminium pintu dan
jendela pada posisi dan jenis yang sudah ditentukan dalam shop
drawing.
Dilakukan pengecekan terhadap sudutan/kesikuan dan kelurusan
kusen terhadap dinding menggunakan waterpass/lotting dan
benang.
Penginstallan/pemasangan kusen dengan menggunakan fisher dan
sekrup yang ditanam ke dinding untuk memperkuat pasangan kusen
terhadap dinding.
Dilanjutkan dengan pemasangan daun pintu beserta
hardware/komponennya.
Sebelum pemasangan dimulai, kondisi lantai dan dinding keramik
sudah selesai dibuat terlebih dahulu. Pelaksanaan dilapangan
mengikuti dokumen gambar yang sudah disetujui pihak konsultan
pengawas.
9. Pekerjaan Sanitair
a. Pekerjaan Drainase
b. Pekerjaan Sanitair
c. Pekerjaan Metal Sink
Tahapan pelaksanaanya:
Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair ini adalah
penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini hingga tercapai hasil
69
pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam pemakaian
/operasinya.
Pekerjaan ini meliputi pemasangan wastafel, urinal, klosed, keran,
perlengkapan kloset, floor drain, clean out dan metal sink.
Pekerjaan, peralatan dan perlengkapan sanitair ini sesuai dengan
yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar rencana, uraian dan
syarat-syarat perencanaan.
10. Pekerjaan Pengecatan (Emulsi & Weathershield)
a. Pekerjaan Pengecatan Dinding dan Plafond
b. Pekerjaan Pengecatan Kayu
Tahapan pelaksanaannya:
Mobilisasi alat–alat kerja dan material/bahan di lokasi pekerjaan.
Pembersihan area bidang yang akan dilakukan pengecatan dari
debu dan kotoran.
Jika didapatkan lubang-lubang di dinding, plafond dan daun pintu,
maka lubang tersebut diisi dan diratakan dengan filler/dempul.
Seluruh permukaan diamplas dan dibersihkan dari debu-debu yang
menempel.
Dinding dalam (kecuali exterior dan plafond), sebelum dicat maka
dilakukan plamur pada temboknya dengan wall filler / plamur
terlebih dahulu untuk menutup pori-pori yang ada pada dinding dan
kemudian dimplas, baru dilakukan pengecatan.
Bila terdapat retak-retak pada bidang cat akan diperbaiki dengan
plamur, diamplas kemudian di cat kembali sampai baik.
Sebelumnya permukaan diamplas, debu dibersihkan dan didempul
untuk meratakan permukaan dan diamplas lagi sampai rata.
Semua pengecatan (kecuali daun pintu) menggunakan roll system
(konvensional) pada umumnya.
Pengecatan dinding exterior diperlukan alat bantu berupa rangkaian
schaffolding mengingat volume yang besar pada bidang catnya.
70
Proses pengecatan bisa dimulai setelah pekerjaan finish acian telah
selesai, dan diperlukan waktu 2 minggu untuk memulai pengecatan.
11. Pekerjaan Site Development
12. Pekerjaan Mekanikal
a. Pekerjaan Instalasi Sistim Plumbing
b. Pembuatan Pengadaan Bak Air Bersih dan Kelengkapannya.
Tahapan pelaksanaanya:
Beton cor ditempat. Dinding, tutup, dan lantai reservoir dari
konstruksi beton bertulang cor setempat dilaksanakan dengan
campuran beton mutu K-250.
Pekerjaan Mekanikal merupakan pekerjaan pelengkap yang
sebagian diselesaikan bersamaan dengan pekerjaan struktur
/arsitektur selesai dilaksanakan.
13. Pekerjaan Elektrikal
14. Pengadaan/Pemasangan Instalasi Udara (System Air Condition) dan
Panel AC
15. Pekerjaan Sistim Penangkal Petir
16. Pekerjaan Tata Suara
3.7.5 Pekerjaan Rangka Atap Baja Ringan
Pabrikasi dan pekerjaan baja dilakukan setelah menjelang pekerjaan cor
pondasi sepatu dan kolom-kolom.
Tahap pelaksanaannya:
Segera setelah pengadaan material baja, maka pabrikasi joint-joint baja,
dimana dibuat harus benar-benar tepat lubang bautnya dan tepi-tepi
platnya, dimensi zincromate dan diusahakan tidak boleh ada tumpuan
baja, yang dipaksakan terhadap beban gaya.
Baja yang digunakan untuk kuda-kuda rafter dan kolom WF
298.149.5,5.8 kolom H-beam 298.149.5,5.8 konsol WF 298.149.5,58
gording CNP 150.65.20.3,2 adalah dimensi produk-produk baja tanpa
toleransi dan meni zycromate serta finishing dengan cat besi.
71
Bersamaan dengan cor kolom-kolom, pemasangan angker-angker 2 x 2
∅19 mm, p = 400 mm dengan kondisi harus lurus dan timbang/rata air
serta meni zycromete kemudian finishing dengan cat besi.
Pemasangan baja kolom WF 298.149.5,5.8, kolom H-beam
298.149.5,5.8 akan dilakukan setelah mendapatkan kondisi usia beton
dan angker-angker telah siap untuk menerima beban di atasnya, dimana
dipasang harus berbaris lurus dan rata, serta jaraknya sesuai dengan
ggambar kerja.
Pemasangan baja kuda-kuda rafter WF 298.149.5,5.8, gording CNP
150.65.20.3,2 (setelah dilengkapi dengan kupingan-kupingan untuk
ikatan anginnya dan jarum keras) dilakukan dengan alat bantu
crane.erection sehingga diperoleh joint condition dengan kolom-kolom
WF dan kolom H-beam, dimana dipasang harus lurus dan tertarik
benang, serta jaraknya sesuai denga gambar kerja.
Pemasangan ikatan angina, jarum keras, trekstang, dan regelan segera
setelah selesainya rafter dan konso serta gording, dengan mengaitkan ke
lubang-lubang yang telah disiapkan pada plat-plat kupingan, dimana
dipasang harus rapih dan jaraknya sesuai dengan gambar kerja.
Jumlah baut dan mur pada setiap joint-joint konstruksi baja akan dicek
dan harus sesuai gambar kerja.