Upload
eshasawitri
View
238
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi dan Fisiologi Gastrointestinal
A Anatomi Gastrointestinal
Lambung merupaka organ yang terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di
abdomen atas tepat di bawah diagfragma. Dalam keadaan kosong lambung menyerupai
tabung bentuk J, dan bila penuh, berbentuk seperti buah pir raksasa. Kapasitas normal
lambung adalaj 1 sampai 2 L. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus, dan
antrum pilorikum atau pilorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura
minor, dan sebelah kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter pada kedua ujung
lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan yang terjadi. Di saat sfingter pilorikum
terminal berelaksasi, makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter
ini akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus ke dalam lambung.3
Persyarafan lambung sepenuhnya berasal dari sistem saraf autonom. Suplai saraf
parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf
18
Gambar 3.1. Pencernaan (Putz, R., Pabst) R
19
vagus. Trunkus vagus mencabangkan ramus gastrika, pilorika, hepatica, dan seliaka.
Persyarafan simpatis melalui saraf splanchnicus major dan ganglia seliaka. Seluruh suplai
darah di lambung dan pancreas (serta hati, empedu, dan limpa) terutama berasal dari arteri
seliaka atau trunkus seliakus, yang mempercabangkan cabang-cabang yang menyuplai
kurvatura minor dan mayor.3
Intestinum tenue memiliki anatomi yang terbagi menjadi 3 segmen, yaitu duodenum,
jejunum, ileum. Duodenum merupakan bagian paling proksimal usus halus dimulai pada
pylorus dan meluas sekitar 20-30 cm. Panjangnya ke distal dengan lebar lumen dari 2-5 cm
terfiksasi, terutama dalam posisi retroperitoneum dalam bentuk U. Caput pancreatis terletak
rapat dengan dinding medial duodenum.4
Duodenum dibagi ke dalam 4 bagian :
Bagian pertama atau pars superior duodenal hampir ditutupi oleh peritoneum dan
cukup mobil. Peritoneum ini terbentang ke sefalad untuk menjadi ligamentum
hepatoduodenale dan hepatogastricum. Di posterior inferior, perluasan peritoneum menutupi
caput pankreatis. Pars superior duodeni merupakan tempat bagi sekitar 90 persen dari semua
ulkus duodeni.4
Bagian kedua duodenum terletak dalam garis vertical yang terbentang dari apaex pars
superior duodeni ke inferior menuju ke sepertiga bagian duodenum yang horizontal. Bagian
superiornya setinggi vertebra lumbalis pertama dan terbentang ke vertebra lumbalis ketiga
sebelum bersatu dengan bagian ketiga duodenum. Ia terletak di kanan garis tengah,
mempunyai kecekungan pada sisi kirinya dan dekat dengan caput pancreatic. Pada dinding
medial, ductus choleduchus dan ductus pankreaticus utama (wirsung) masuk melalui papilla
vater. Ductus pancreaticus accesorius santorini bisa masuk beberapa sentimeter proksimal
terhadap ampulla. Seluruh duodenum descenden dalam posisi retretroperitoneum.4
Bagian ketiga atau pars horizontalis duodeni terbentang ke kiri dari sambungannya
dengan duodenum descendens distal melintasi garis tengah setinggi vertebra lumbalis ketiga.
Ia juga terutama terletak dalam posisi retroperitoneum. Tetapi ada lipatan peritoneum pada
sambungan sepertiga tengah dan distal dan bagian duodenum ini, yang membentuk pangkal
mesenterium dari usus halus serta mencakup nervus, vena dan arteria mesenterica superior di
anterior terhadap duodenum. Vena cava inferior dan aorta terletak dibelakang bagian
duodenum ini.4
Bagian keempat atau escendens duodenum terletak di anterior kiri aorta ia berjalan
superior terhadap tingkat vertebra lumbalis kedua dan kemudian membelok ke anterior dan
20
kaudal. Pada tempat ini dia terfiksasi oleh ligamentum treitz ( perluasan crus dextrum
diaphragm) dan berlanjut sebagai jejunum
Mukosa bagian pertama duodenum (pars superior) berbeda dari yang lain terlihat
dalam bagian kedua,ketiga dan keempat. Ia halus dengan lipatan longitudinal yang menuju ke
apeks. Bagian mukosa duodenum lainnya membentuk ‘ridge horizontal atau valvulae
conniventes, suatu pola yang juga terlihat dalam bagian usus halus lainnya.4
B Fisiologi Gastrointestinal
A. Lambung
Merupakan organ otot berongga terdiri dari 3 bagian yaitu
1. Kardia.
2. Fundus.
3. Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai
pengumpul makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1. Lendir/mukus
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada
terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
21
B. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula
dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M
sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).5
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke
dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus.
Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.5
2. Jejenum
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus
kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
22
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan
usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet.5
3. Illeum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.5
C Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1. Kolon asendens (kanan)
2. Kolon transversum
3. Kolon desendens (kiri)
4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari
usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir
dan air, dan terjadilah diare.5
D. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang
kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
23
E. (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau
hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai
cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing
berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi
apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan),
sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.5
F. Rektum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar
(BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan
memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan
anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya
24
dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari
tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.5
3.2 Vomitting
3.2.1 Definisi
Muntah didefinisikan sebagai keluarnya isi lambung dengan paksa atau dengan
kekuatan. Mual dan muntah merupakan gejala yang umum dari gangguan fungsional saluran
cerna. Keduanya berfungsi sebagai perlindungan terhadap toksin yang secara tidak sengaja
tertelan.6
3.2.2 Diagnosa Banding
Diagnosa banding pasien dengan keluhan muntah terlihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Diagnosa Banding pada Anak dan Remaja7
Diadaptasi dari dr. Deddy Satya Putra, Sp.A yang diadaptasi dari buku Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arfin AM, editor. Nelson Text Book of Pediatrics 15th ed Philadelphia Edition, Saunders; 1996; 1033
25
3.2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya muntah dibedakan menjadi 2 kategori, yakni bilious dan non bilious.8
Diadaptasi dari Review Article oleh Karen F Muray dan Dennis L. Christie dalam Pediatrics in Review. © Copyright by American Academy of Pediatrics. Print ISSN: 0191-9601.8
3.3 Gastroenteritis Akut
Gastroenteritis akut merupakan penyakit yang paling sering menyerang bayi maupun
anak-anak. Trias gastroenteritis adalah muntah/vomiting, diare, dan demam. Waspada dalam
mengevaluasi anak dengan gejala muntah. Anak dengan nutrisi yang kurang dapat
meningkatkan resiko terjadinya komplikasi.9
3.3.1 Etiologi
Penyebab paling sering terjadinya gastroenteritis akut adalah 70% diakibatkan oleh
virus (rotavirus, norovirus, enteric adenovirus, calicivirus, astrovirus, dan enterovirus), kedua
adalah infeksi bakteri dengan persentase 10-20% (Compylobacter jejuni, Non-typhoid
salmonella spp, Enteropathogenic Escherichia coli, Shigella spp, Yersinia enterocolitica, S.
typhii dan S. paratyphii, dan Vibrio cholera). Ketiga adalah parasit protozoa dengan
presentase <10% (Cryptosporidium, Giardia lamblia, Entamoeba histolytica), dan helminthes
(Strongyloides stercoralis).9
3.3.2 Manifestasi Klinik
Gejala:
1. Diare
2. Muntah
3. Demam
4. Nyeri Abdomen
5. Riwayat bepergian menuju daerah endemik kolera atau parasit
26
6. Riwayat penggunaan obat antibiotik
7. Adanya tanda-tanda infeksi: demam, menggigil, myalgia, batuk
Tanda:
1. Kesan umum: tampak sakit, letargi, irritable (tanda dehidrasi)
2. Kepala, mata, telinga, hidung, bibir - membran mukosa kering, air mata kering,
mata cekung (tanda dehidrasi)
3. Kulit: Abdominal rash: mengindikasikan typhoid fever (infeksi Salmonella typhii),
penurunan turgor kulit.
4. Adanya tanda-tanda dehidrasi.9
3.3.3 Diagnosa Banding
1. Ulkus lambung
2. Pankreatitis
3. Hepatitis
4. Appendicitis
5. Pertusis
6. Infeksi saluran kemih
3.3.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap
2. Elektrolit
3. Urinalisis
4. Kultur urin
5. Faeces lengkap
6. Kultur faeces
7. Pemeriksaan C-Reactive Protein (CRP)
3.3.5 Penatalaksanaan
Medikamentosa
Tujuan farmakoterapi pada pasien dengan gastroenteritis akut adalah untuk mengurangi
angka morbiditas, mencegah terjadinya komplikasi, dan untuk terapi profilaksis.
Antidiare (contoh: Kaolin pectin) dan anti-emetik (contoh: loperamid) menjadi
kontraindikasi pada pasien dengan gastroenteritis akut, karena penggunaan terapi tersebut
tidak menguntungkan sebagai terapi dan juga meningkatkan resiko terjadinya efek
samping, yakni ileus, nausea.9
27
3.4 Dehidrasi
Tabel 3.1 Klasifikasi dehidrasi berdasarkan World Health organization (WHO)10
Diadaptasi dari Buku Saku Pelayanan Anak Di RS yang diadaptasi dari Department of Child and Adolescent Helath and Development (CAH World Organization, Switzerland 2011.
Tabel 3.2 Penilaian Derajat Dehidrasi dan Penanganan11
Diadaptasi dari Prof. Elliot Elizabeth Jane. clinical review Acute Gastroenterology in Children. Pediatric and Child Health Sydney university. Yang diadaptasi dari World Health Organization. The treatment of diarrhoea—
a manual for physicians and other senior health workers. 4th rev. Geneva: WHO, 2005.
28
3.4.1 Rencana Terapi
1. Tatalaksana anak tanpa dehidrasi dapat terlihat pada tabel 3.3
2. Tatalaksana anak dengan dehidrasi ringan hingga sedang dapat terlihat pada tabel
3.4
3. Tatalaksana anak dengan dehidrasi berat dapat terlihat pada tabel 3.5