92
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar masyarakatnya hidup dari bercocok tanam.Oleh karena itu, pembangunan sektor pertanian merupakan sektor penggerak perkembangan ekonomi dan laju pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini sektor pertanian masih merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dalam proses pertumbuhannya dapat memenuhi kebutuhan komsumsi masyarakat cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian serta produk nasional yang berasal dari pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional (Mubyarto, 1986). Selain itu sektor pertanian juga menjadi salah satu komponen pembangunan nasional dalam menuju swasembada pangan guna mengentaskan kemiskinan. Pentingnya peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional diantaranya sebagai 1

Bab i,II,III,IV,V

Embed Size (px)

DESCRIPTION

peraturan pangan

Citation preview

10

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangIndonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar masyarakatnya hidup dari bercocok tanam.Oleh karena itu, pembangunan sektor pertanian merupakan sektor penggerak perkembangan ekonomi dan laju pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini sektor pertanian masih merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dalam proses pertumbuhannya dapat memenuhi kebutuhan komsumsi masyarakat cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian serta produk nasional yang berasal dari pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional (Mubyarto, 1986). Selain itu sektor pertanian juga menjadi salah satu komponen pembangunan nasional dalam menuju swasembada pangan guna mengentaskan kemiskinan. Pentingnya peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional diantaranya sebagai penyerap tenaga kerja, menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa, bahan baku industri, sumber bahan pangan dan gizi, serta pendorong bergeraknya sektor-sektor ekonomi lainya. Dalam lingkungan yang lebih sempit, pembangunan pertanian diharapkan mampu meningkatkan akses masyarakat tani pada faktor produksi diantaranya sumber modal, teknologi, bibit unggul, pupuk, dan sistem distribusi, sehingga berdampak langsung dalam meningkatkan kesejahteraan petani (Apriantono, 2007).Tanaman utama pertanian di Indonesia adalah padi.Padi merupakan tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai sumber makanan pokok sebagian penduduk Indonesia.Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia dan pernah menjadi salah satu Negara pengekspor beras yaitu dicapainya swasembada beras (Ashari, 2010).Berikut ini adalah data perkembangan ekpor dan impor beras Indonesia pada tahun 2010-2012.Tabel 1.1Perkembangan Ekspor-Impor Beras Indonesia tahun 2010-2012TahunJumlah Ekspor (kg)Jumlah Impor (kg)

2010345.232687.581.501

2011378.8472.750.620.017

201231.695653.336.688

Sumber: Data Sosial Ekonomi BPS, 2012Salah satu penyebab utama Indonesia melakukan impor beras yaitu, lahan pertanian yang semakin sempit. Sehinga sekarang ini, intensifikasi pertanian perlu dilakukan karena lahan pertanian yang menjadi semakin sempit akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian (>500 Ha/tahun) dan akibat pengaruh eraglobalisasi. Intensifikasi tersebut merupakan pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana. Adapun sapta usaha tani dalam bidang pertanian meliputi kegiatan pengolahan tanah yang tepat, pengairan yang teratur, pemilihan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, pengolahan pasca panen dan pemasaran (Ashari, 2010).Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, mengakibatkan permintaan akan pangan juga meningkat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut adalah dengan melakukan usahatani pada komoditi padi. Kegiatan pertanian lahan sawah di Kabupaten Bone didominasi oleh usahatani padi, meskipun sebagian besar (72%) diusahakan pada lahan sempit (kurang dari 0,5 ha).Kabupaten Bone adalah daerah dengan wilayah sebagian besar pertanian. Luas areal pertanian / luas panen mencapai 140.644 ha, masa tanam/panen kurang lebih 2 3 kali pertahun. Data pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa produksi padi di Kabupaten Bone senantiasa mengalami peningkatan. Peningkatan produksi tersebut tidak lepas dari upaya dari semua pihak mulai dari petani, kelompok tani dan semua yang terkait dengan pertanian. Dari pihak Pemerintah Daerah berupa dukungan kebijakan program dan anggaran yang mengarah bagi kemudahan dibidang pertanian (Dinas Pertanian Bone, 2012).Tabel 1.2Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Kabupaten BoneNo.Uraian2008200920102011

1Luas Panen (Ha)130.503139.918141.931140.644

2Produksi (Ton)764.800808.781832.507817.871

3Produktivitas (Ton/Ha)5,865,785,875,82

Sumber: Data Dinas Pertanian Kab. BoneData pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa produksi padi mulai dari tahun 2008 hingga tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 9.415 ton, namun mengalami penurunan produktivitas sebesar 0,08 ton/ha. Dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan produksi sebesar 2.013 ton dan produktivitas sebesar 0.09 ton/ha. Namun pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 1.287 ton, dan produktivitas sebesar 0,05 ton/ha (Dinas Pertanian Kab. Bone, 2012). Rendahnya tingkat produktivitas di Kecamatan Kahu menunjukkan bahwa petani masih belum mengalokasikan faktor-faktor produksi secara efisien dan efektif. Oleh karena itu dibutuhkan pengkombinasian penggunaan faktor produksi diantaranya, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Data Produktivitas Padi pada beberapa Kecamatan di Kabupaten Bone dapat dilihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut:

Tabel 1.3Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas di Kabupaten Bone tahun 2011No.KecamatanLuas Panen (Ha)Produksi (Ton)Produktivitas (Ton/Ha)

1Bontocani3.95920.7205,23

2Kahu14.24185.4666

3Kajuara5.43530.8265,67

4Salomekko4.31624.5595,69

5Tonra3.54019.7905,59

6Patimpeng2.69616.0265,95

7Libureng8.07148.1425,97

8Mare5.35729.1165,44

9Sibulue6.36532.9215,17

10Cina5.30232.2096,08

11Barebbo6.13836.4595,94

12Ponre1.5179.3286,15

13Lappariaja6.39134.3085,37

14Lamuru2.22312.8005,76

15Tellu Limpoe1.8339.5955,24

16Bengo11.22669.7316,21

17Ulaweng1.5389.4226,13

18Palakka3.52022.1086,28

19Awangpone5.90435.2895,98

20Tellu Settinge7.41644.7596,04

21Amali7133.6765,16

22Ajangale9.21856.6056,14

23Dua Boccoe9.47954.6075,76

24Cenrana6.61033.9005,13

25T. R. Barat2.57714.2075,51

26T. Riattang2.11313.9466,6

27T. R. Timur2.94617.3575,89

Sumber: Data Dinas Pertanian Kab. Bone 2012Dari Tabel 1.3 di atas, dapat diketahui bahwa Kecamatan Kahu merupakan Kecamatan yang memiliki produksi padi paling banyak diantara kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bone yaitu sebesar 85.466 ton. Namun produktivitas padi tertinggi berada di Kecamatan T. Riattang yaitu sebesar 6,6 ton/ha.Kegiatan usahatani memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas agar keuntungan menjadi lebih tinggi.Produksi dan produktivitas tidak lepas dari faktor-faktor produksi yang dimiliki petani untuk meningkatkan produksi hasil panennya.Rendahnya pendapatan yang diterima karena tingkat produktivitas tenaga kerja rendah pula.Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tenaga kerja adalah lambannya peningkatan upah riil buruh pertanian. Faktor-faktor produksi yang dimiliki petani umumnya memiliki jumlah yang terbatas tetapi disisi lain petani juga ingin meningkatkan produksi usahataninya. Hal tersebut menuntut petani untuk menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki dalam pengelolaan usahatani secara efisien. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui penggunaan faktor produksi usahatani padi secara efisien yaitu dengan menghitung efisiensi secara alokatif. Efisiensi alokatif menujukkan hubungan antara biaya dan output, dimana efisiensi alokatif tercapai apabila petani mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. dengan mengetahui penggunaan faktor-faktor produksi yang optimal maka dapat tercapai keuntungan maksimal dengan penggnaan biaya sekecil-kecilnya (Manning dan J.Suriya, 1996).Pencapaian efisisnsi secara alokatif dapat dilakukan apabila petani telah mengetahui faktor produksi apa yang berpengaruh pada usahatani padi Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dalam usahatani padi tersebut adalah analisis regresi linear berganda.Berdasarkan uraian tersebut serta ditunjang dengan keberadaan Kecamatan Kahu yang memiliki potensi untuk dikembangkan, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Bone.

1.2. Rumusan MasalahLahan pertanian semakin lama semakin berkurang, sebagai akibat beralihnya fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Tercatat penyusutan lahan pertanian di Kabupaten Bone sebesar 1.287 hektar dari 2010 sampai 2011. Sementara kebutuhan pengan terus meningkat sebagai akibat dari bertambahnya jumlah penduduk, dan pertumbuhan industri yang menggunakan bahan baku dri beras. Kaman dalam Rokhani dkk (2004) menyebutkan bahwa laju pertumbuhan kebutuhan beras lebih cepat dibandingkan laju produksinya. Dari kondisi tersebut peluang yang masih dapat dilakukan untuk peningkatan produksi adalah dengan perbaikan teknologi budidaya, seperti peningkatan penggunaan pupuk, tenaga kerja dan pestida yang sesuai anjuran teknologi.Penataan harga pupuk dimaksudkan agar dalam melaksanakan usaha tani petani dapat memperoleh pupuk secara cukup tepat waktu dan tepat jumlah dengan harga yang terjangkau oleh petani. Dengan kemudahan ini ada gairah bagi petani untuk meningkatkan produksi dengan menerapkan teknologi pemupukan secara benar.Tenaga kerja disektor pertanian seringkali menjadi kendala, seiring dengan menurunnya minat tenaga kerja muda untuk terjun disektor pertanian maka seringkali dijumpai kelangkaan tenaga kerja pada saat pengolahan lahan atau pada saat panen raya, hal ini merupakan salah satu penyebab kurang optimalnya produksi padi Kabupaten Bone.Melihat kebutuhan beras yang terus meningkat, dan penataan input produksi seperti penataan harga pupuk, ketersediaan tenaga kerja yang cukup, dan penggunaan pestisida yang terus dikembangkan, mestinya merupakan pemacu meningkatnya produksi padi di Kabupaten Bone. Namun kenyataan yang ada, produksi berfluktuasi dari tahun ketahun.Berdasarkan uraian diatas maka pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah : apakah luas lahan, hari orang kerja/HOK, pupuk, dan pestisida berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di Kabupaten Bone?

1.3. Tujuan PenelitianUntuk mengukur dan menganalisis seberapa besar pengaruh luas lahan, hari orang kerja/HOK, jumlah pupuk, dan jumlah pestisida terhadap produksi padi di Kabupaten Bone.

1.4. Kegunaan PenelitianAdapun hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:1. Bagi petani padi, dapat memberikan tambahan wawasan dalam menyikapi kemungkinan timbulnya permasalahan serta dalam pengambilan keputusan dalam usahatani padi.2. Bagi instansi terkait, dapat menjadi tambahan masukan dalam melengkapi bahan pertimbangan dalam memasukkan kebijakan pembangunan sektor pertanian tanaman pangan.3. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai langkah dalam penerapan ilmu pengetahuan dan sebagai pengalaman yang dapat dijadikan referensi, mengingat keterbatasan dalam penelitian ini maka dapat digunakansebagai bahan lebih lanjut di masa yang akan datang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori2.1.1 Perdebatan tentang Konsep ProduksiMiller dan Miner (1999) menyatakan produksi merupakan konsep arus.Apa yang dimaksud konsep arus (flow concept) disini adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit priode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila kita berbicara mengenai peningkatan produksi, ini berarti peningkatan output dengan mengasumsikan faktor-faktor yang lain yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan).Joerson dan Fathorrozi ( 2003) menyatakan produksi merupakan hasil akhir dalam proses atau aktivitas ekonomi dan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.Ahyari (2004) menyatakan produksi diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat dan penciptaan faedah baru.Faedah atau manfaat tersebut dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat, serta kombinasi dari faedah-faedah tersebut di atas.Apabila terdapat suatu kegiatan yang dapat menimbulkan manfaat baru atau mengadakan penambahan dan manfaat yang sudah ada maka kegiatan tersebut disebut sebagai kegiatan produksi.Pindiyck dan Rubinfield (2001) menyatakan bahwa input dan output untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi. Selagi teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi produksi berubah, sebuah perusahaan dapat memperoleh lebih banyak output untuk serangkaian input tertentu. Produktivitas faktor adalah kunci untuk mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal yang harus dipergunakan untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law of variable proportion faktor memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya yang efisien dalam sebuah sistem produksi.

2.1.2 Perdebatan tentang Fungsi ProduksiProduksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-input (Boediono, 1999). Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input yang dipakai oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu, hubungan antara input dan output tercermin pada fungsi produksinya. Suatu fungsi produksi menggambarkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama dan dapat digambarkan dengan kurva isoquant, yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi yang sama (Joesran dan Fathorrozi, 2003). Tujuan setiap perusahaan (termasuk petani yang menggarap lahan dengan tenaganya sendiri) adalah mengubah input menjadi output sehingga tercipta produktivitas. Untuk mendapatkan outputnya, perusahaan harus menggunakan berbagai jenis input yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan sebagainya. Karena input-input yang langka, sehingga mereka harus menggunakan ukuran biaya yang diasosiakan dengan penggunaan input, seperti petani mengkombinasikan tenaga mereka dengan bibit, tanah, hujan, pupuk dan peralatan mesin untuk memperoleh hasil panen (Nicholson, 2002). Boediono (1999) menyatakan bahwa meningkatkan output sebagai konsekuensi pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan meningkatkan keterampilan perkerja, penerapan sistem pembagian kerja yang tepat berdasarkan keterampilan pekerja dan penggunaan mesin-mesin yang memudahkan dan mempercepat serta meningkatkan produktivitas tenaga kerja.Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi.Maka telaahan yang banyak diminiti dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disebsbkan karena beberapa hal, antara lain: Pertama, dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih dimengerti. Kedua, dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat menetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable) Y, dan variabel yang menjelaskan (independent variable) X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Menurut Pappas (2003) fungsi produksi adalah suatu pernyataan deskriptif yang mengaitkan masukan dengan keluaran. Funhsi produksi menyatakan jumlah maksimum yang dapat diproduksi dengan sejumlah masukan tertentu atau alternatif lain, jumlah maksimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat keluaran tertentu. Fungsi ditetapkan oleh teknologi yang tersedia yaitu hubungan masukan/keluaran untuk setiap produksi adalah karakterisyik teknologi, peralatan, tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang dipergunakan perusahaan.Selanjutnya, Widyat (2001) menjelaskan bahwa proses produksi pada umumnya membutuhkan berbagai macam faktor produksi, misalnya tenaga kerja, modal dan bebagai bahan mentah. Pada setiap proses produksi, faktor-faktor produksi tersebut digunakan dalam kombinasi tertentu. Misalnya dari faktor-faktor produksi tersebut digunakan input X1, penggunaan terus ditambah sedangkan input yang lain tetap, maka fungsi produksi dianggap tunduk pada hukum yang disebut The Law of Diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa Bila satu macam input penggunaanya terus ditambah sedang input-input yang lain penggunaannya tidak berubah, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik akan tetapi kemudian menurun bila input tersebut ditambah. Untuk selanjutnya, input yang berubah dinamakn input variabel. Tambahan output yang diperoleh karena adanya tambahan satu unit input tersebut dinamakan Marginal Physical Product (MPP).

2.1.2.1 Fungsi Produksi Cobb-DouglasFungsi produksi adalah hubungan fisik antara masukan produksi (input) dengan produksi (output). Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel satu disebut variabel dependen (Y) dan yang lain disebut variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah biasanya dengan cara regresi, di mana variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X. Dengan demikian kaidahkaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 2003).Fungsi Cobb-Douglas diperkenalkan oleh Charles W. Cobb dan Paul H. Douglas pada tahun 1920. Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas (Cobb Douglas production function) maka persamaan tersebut diperluas secara umum dandiubah m enjadi bentuk linier dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut (Soekartawi, 2003).Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuknya menjadi linier, maka persyaratan dalam menggunakan fungsi tersebut antara lain (Soekartawi, 2003) : 1. Tidak ada pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite). 2. Dalam fungsi produksi perlu diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan tingkat teknologi pada setiap pengamatan. 3. Tiap variabel X dalam pasar perfect competition.Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan (e). Hasil pendugaan pada fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi (Soekartawi, 2003). Jadi besarnya b1 dan b2 pada fungsi produksi Cobb-Douglas yang dilogaritmakan adalah angka elastisitas. Jumlah dari elastisitas adalah merupakan ukuran returns to scale. Dengan demikian, kemungkinan ada 3 alternatif, yaitu (Soekartawi, 2003): 1. Decreasing returns to scale, bila (b1 + b2) < 1. Merupakan tambahan hasil yang semakin menurun atas skala produksi, kasus dimana output bertambah dengan proporsi yang lebih kecil dari pada input atau seorang petani yang menggunakan semua inputnya sebesar dua kali dari semula menghasilkan output yang kurang dari dua kali output semula. 2. Constant returns to scale, bila (b1 + b2) = 1. Merupakan tambahan hasil yang konstan atas skala produksi, bila semua input naik dalam proporsi yang tertentu dan output yang diproduksi naik dalam proporsi yang tepat sama, jika faktor produksi di dua kalikan maka output naik sebesar dua kalinya. 3. Increasing returns to scale, bila (b1 + b2) > 1. Merupakan tanbahan hasil yang meningkat atas skala produksi, kasus di mana output bertambah dengan proporsi yang lebih besar dari pada input. Contohnya bahwa seorang petani yang merubah penggunaan semua inputnya sebesar dua kali dari input semula dapat menghasilkan output lebih dari dua kali dari output semula.Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah dikembangkan dengan menggunakan lebih dari dua input (misal modal, tenaga kerja, dan sumber daya alam atau modal, tenaga kerja produksi, dan tenaga kerja non produksi) (Salvatore Dominick, 2005). Kelebihan fungsi Cobb-Douglas dibanding dengan fungsi-fungsi yang lain adalah (Soekartawi, 2003): 1. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain. Fungsi Cobb-Douglas dapat lebih mudah ditransfer ke bentuk linier. 2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. 3. Besaran elestisitas tersebut sekaligus juga menunjukkan tingkat besaran returns to scale.Walaupun fungsi Cobb-Douglas mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu dibandingkan dengan fungsi yang lain, bukan berarti fungsi ini tidak memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan yang dijumpai dalam fungsi Cobb-Douglasadalah (Soekartawi, 2003): 1. Spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan elastisitas produksi yang negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil. Spesifikasi yang keliru juga sekaligus akan mendorong terjadinya multikolinearitas pada variabel independen yang dipakai. 2. Kesalahan pengukuran variabel ini terletak pada validitas data, apakah data yang dipakai sudah benar atau sebaliknya, terlalu ekstrim ke atas atau ke bawah. Kesalahan pengukuran ini akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. 3. Bias terhadap menejemen, variabel ini sulit diukur dalam pendugaan fungsi Cobb-Douglas, karena variabel ini erat hubungannya dengan penggunaan variabel independen yang lain. 4. Multikolinearitas, walaupun pada umumnya telah diusahakan agar besarnya korelasi antara variabel independen diusahakan tidak terlalu tinggi, namun dalam praktek masalah multikolinearitas ini sulit dihindarkan. 5. Data: a. Bila data yang dipakai cross section maka data tersebut harus mempunyai variasi yang cukup. b. Data tidak boleh bernilai nol atau negatif, karena logaritma dari bilangan nol atau negatif adalah tak terhingga. 6. Asumsi, asumsi-asumsi yang perlu diikuti dalam menggunakan fungsi Cobb- Douglas adalah teknologi dianggap netral, artinya intercept boleh berbeda, tapi slope garis peduga Cobb-Douglas dianggap sama. Padahal belum tentu teknologi di daerah penelitian adalah sama.

2.1.3 Perdebatan tentang Faktor ProduksiFaktor produksi disebut juga korbanan produksi, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan faktor produksi. Macam faktor produksi atau input ini berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) (Soekartawi, 2003).Setiap usaha yang dilaksanakan pasti memerlukan teanga kerja.Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan di bidang bisnis/perusahaan penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan membutuhkan tenaga kerja yang sedikit, dan sebaliknya perusahaan skala besar lebih banyak membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai kehlian. Dalam perusahaan, hal ini sangat penting untuk melihat sebaran pengguna tenaga kerja selama proses produksi sehingga dengan demikian kelebihan tenaga kerja pada kegiatan tertentu dapat dihindarkan (Soekartawi, 2002). Faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak terantung pada jumlah produksi.Ada tidaknya kegiatan produksi, faktor produksi harus tetap tersedia.Mesin-mesin pabrik adalah salah satu contoh.Sampai tingkat interval produksi tertentu jumlah mesin perlu ditambah.Tapi jika tingkat produksi menurun bahkan sampai nol unit (tidak berproduksi), jumlah mesin tidak bisa dikurangi.Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya.Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan.Begitu juga sebaliknya.Sebagai contoh, buruh harian lepas di pabrik rokok.Jika perusahaan ingin meningkatkan produksi, maka jumlah buruh ditambah.Sebaliknya jika ingin mengurangi produksi, buruh dapat dikurangi (Prathama et al, 2002).Cepat atau tidaknya inovasi mengadopsi inovasi oleh petani sangat tergantung dari faktor extern dan intern.Faktor intern itu sendiri terdiri dari faktor sosial dan ekonomi. Faktor sosial itu diantaranya : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan kepemilikan lahan. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan ada tidaknya usaha tani lain yang dimiliki petani (Soekartawi, 2002).

2.1.4 Hubungan Luas Lahan terhadap Produksi Dalam pertanian, terutama Indonesia, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting.Menurut (Mubyarto, 1989) lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usaha tani. Besar kecilnya produksi dari usaha tani antara lain dipengaruhi oleh sempitnya lahan yang digunakan. Penggunaan luas lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas: penggunaan luas lahan semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan luas lahan tanaman semusim diutamakan untuk tanaman musiman yang dalam polanya dapat dengan rotasi atau tumpang sari dan panen dilakukan setiap musim dengan periode biasanya kurang dari setahun.Penggunaan luas lahan tahunan merupakan penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada tanaman perkebunan.Penggunaan luas lahan permanen diarahkan pada lahan yang tidak diusahakan untuk pertanian, seperti hutan, daerah konservasi, perkotaan, desa dan sarananya, lapangan terbang, dan pelabuhan.Lains (1988) dalam Joko Triyanto (2006), menunjukkan selama 1971- 1986 kenaikan luas lahan berkontribusi 41,3% terhadap pertumbuhan produksi. Luas lahan sangat mempengaruhi produksi, karena apabila luas lahan semakin luas maka penawaran beras akan semakin besar, sebaliknya apabila luas lahan semakin sempit maka produksi padi akan semakin sedikit. Jadi hubungan luas lahan dengan produksi padi adalah positif.2.1.5 Hubungan Hari Orang Kerja (HOK) terhadap ProduksiTenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memegang peran penting dalam kegiatan usaha tani.Tenaga kerja dapat juga berupa sebagai pemilik (pertanian tradisional) maupun sebagai buruh biasa (pertanian komersial).Menurut (Vink, G.J., 1984) tenaga kerja dapat berarti sebagai hasil jerih payah yang dilakukan oleh seseorang, pengaruh tenaga untuk mencapai suatu tujuan kebutuhan tenaga kerja dalam pertanian sangat tergantung pada jenis tanaman yang diusahakan.Hari Orang Kerja (HOK) merupakan faktor yang dapat mempengaruhi produksi, hal ini dikarenakan petani yang memiliki banyak jam kerja di dalam mengontrol dan mengelola lahannya seperti membersihkan hama tanaman dari tikus dan burung pemakan padi, akan lebih banyak menghasilkan produksi ketimbang petani yang memiliki sedikit jam kerja untuk memonitoring lahannya. Becker (1993) mendefinisikan bahwa human capital sebagai hasil dari keterampilan, pengetahuan dan pelatihan yang dimiliki seseorang, termasuk akumulasi investasi meliputi aktivitas pendidikan, job training dan migrasi. Lebih jauh, Smith dan Echrenberg (1994), melihat bahwa pekerja dengan separuh waktu akan memperoleh lebih sedikit human capital. Hal ini disebabkan oleh sedikit jam kerja dan pengalaman kerja. Kemudian ditambahkan oleh Jacobsen (1998) bahwa dengan meningkatnya pengalaman dan hari kerja akan meningkatkan penerimaan di masa akan datang. Menurut wetik yang dikutip oleh Nur Istiqomah (2004) jam kerja meliputi: Lamanya seseorang mampu bekerja secara baik, hubungan antara waktu kerja dengan waktu istirahat, jam kerja sehari meliputi pagi, siang, sore dan malam, sisanya 16 sampai 18 jam digunakan untuk keluarga, masyarakat, untuk istirahat dan lain-lain. Jadi satu minggu seseorang bisa bekerja dengan baik selama 40 50 jam. Selebihnya bila dipaksa untuk bekerja biasanya tidak efisien. Akhirnya produktivitas akan menurun, serta cenderung timbul kelelahan dan keselamatan kerja masing-masing akan menunjang kemajuan dan mendorong kelancaran produksi usaha baik individu maupun kelompok.

2.1.6 Hubungan Pupuk terhadap ProduksiPupuk adalah bahan atau zat makanan yang diberikan atau ditambahkan pada tanaman dengan maksud agar tanaman tersebut tumbuh.Pupuk yang diperlukan tanaman untuk menambah unsur hara dalam tanah ada beberapa macam.Pupuk dapat digolongkan menjadi dua yaitu pupuk alam dan pupuk buatan (Heru Prihmantoro, 2005).Sejarah penggunaan pupuk diperkirakan sudah mulaipada permulaan dari manusia mengenal bercocok tanam > 5.000 tahun yang lalu.Bentuk primitive dari pemupukan untuk mwmperbaiki kesuburan tanah terdapat pada kebudayaan tua manusia di negeri-negeri yang terletak di daerah aliran sungai-sungai nil, Euphrat, Indus, Cina, Amerika Latin, dan sebagainya (Heru Prihmantoro, 2005).Lahan-lahan pertanian yang terletak disekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun.Di Indonesia sebenarnya pupuk itu sudah lama kenal para petani.Mereka mengenal pupuk sebelum revolusi hijau turut melanda pertanian di Indonesia (Heru Prihmantoro, 2005).Tingkat produktifitas usaha tani padi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah pemupukan. Pedoman tingkat penggunaan pupuk per satuan luas secara teknis telah dikeluarkan oleh Dinas Pertanian. Dengan penggunaan pupuk yang tidak sesuai dosis tersebut maka produtivitas per satuan lahan dapat menjadi berkurang, sehingga produksi mengalami penurunan. Oleh karena itu berapa dan dalam kondisi bagaimana faktor-faktor produksi digunakan, semuanya diputusakan dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha untuk mencapai keuntungan yang maksimum (Budiono, 2002).

2.1.7 Hubungan Pestisida terhadap ProduksiPada banyak komoditas pertanian, hama dan penyakit tanaman merupakan faktor kendala atau pembatas bagi upaya peningkatan produksi tanaman. Kerugian dan kerusakan tanaman oleh serangan hama dan penyakit tanaman sangat besar, oleh karena itu usaha dan pengendalian hama dan penyakit tanaman saat ini merupakan suatu keharusan yang dilakukan untuk mencapai produksi tanaman yang diinginkan (Rizal, 2010).Menurut Tadeo (2008), dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup yang terus meningkat, produksi tanaman padi sering mengalami kendala serangan hama. Perbaikan resistensi tanaman dan pengendalian hama yang paling banyak dilakukan adalah dengan menggunakan pestisida. Pestisida adalah zat atau campuran zat-zat tertentu baik alami ataupun sintetik, diformulasikan untuk mengendalikan hama pengganggu yang bersaing dengan merusak khasiat makanan dari olahan padi dan menyebarkan penyakit kepada manusia. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu, pestisida berperen sebagai salah satu komponen pengendalian, yang mana harus sejalan dengan komponen pengendalian hayati, efisien untuk mengendalikan hama tertentu, mudah terurai dan aman bagi lingkungan sekitarnya. Penggunaan pestisida telah terbukti berhasil meningkatkan hasil produksi tanaman padi dan juga di dalam mengendalikan serangga-serangga pembawa penyakit pada manusia. Oleh karena itu, masyarakat (petani padi) berpandangan atau berpendapat bahwa tanpa pestisida tidak mungkin diperoleh produksi padi yang tinggi, atau dengan kata lain pestisida adalah jaminan bagi tercapainya produksi.

2.2 Penelitian TerdahuluDesky, S. (2007) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara. Menyimpulkan bahwa variabel luas lahan dan jumlah pekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara. Sedangkan variabel pestisida, pupuk, waktu kerja dan benih berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara. Model analisis yang digunakan adalah model produksi Cobb-Douglas.Tumanggor, Doody S., (2009) melakukan penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Hasil dari penelitian ini adalah variabel luas lahan, waktu jam kerja, pestisida, umur tanaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Sedangkan variabel pupuk berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Model analisis yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).Efeendy (2010), penelitian yan dilakukan tentang efisiensi faktor produksi dan pendapatan padi sawah di Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso. Penlitian ini menggunakan alat analisis fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan faktor luas lahan, benih, pupuk dan tenaga kerja belum efisien dalam usahatani padi sawah di Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir, sehingga perlu ditambah untuk mencapai produksi dan pendapatan yang maksimal.Pendapatan usahatani padi sawah di Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir adalah Rp4.900.265,48/ha/MT. Larasati (2012) melakukan penelitian tentang efisiensi alokatif faktor-faktor produksi dan pendapatan petani padi di Desa Sambirejo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa Faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam kegiatan usahatani padi di Desa Sambirejo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun adalah faktor produksi benih dan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah penggunaan benih akan berpengaruh lebih besar terhadap produksi padi. Namun penambahan tenaga kerja akan menurunkan produksi padi. Hasil analisis efisiensi alokatif penggunaan faktor-faktor produksi usahatani padi menunjukkan alokasi penggunaan benih sebesar 1,24 kg/ha dengan hasil lebih dari 1, sehingga belum efisien secara alokatif. Agar penggunaan benih usahatani padi efisien, maka perlu dilakukan penambahan alokasi benih sebesar 59,58 kg/ha. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja tidak dimasukkan ke dalam analisis efisiensi alokatif karena memiliki pengaruh yang negatif terhadap produksi padi.

2.3 Kerangka PemikiranLahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan.Faktor produksi hari orang kerja bersama-sama dengan faktor produksi yang lain, bila dimanfaatkan secara optimal akan dapat meningkatkan produksi secara maksimal.Pupuk merupakan sarana produksi yang sangat penting, pemberian pupuk yang tepat dan berimbang akan menghasilkan produksi yang optimal pada produk usahatani. Penggunaan faktor produksi pestisida sampai saat ini merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit. Hal ini karena penggunaan pestisida merupakan cara yang paling mudah dan efektif, dengan penggunaan pestisida yang efektif akan memberikan hasil yang memuaskan.Dari kajian teoritis terdapat hubungan antara variabel yang dapat di lihat dalam kerangka pemikiran.Kerangka pemikiran dapat di dilihat pada gambar 1.2 berikut.Dari keterangan tersebut dapat di ketahui bahwa variabel independen adalah luas lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk dan jumlah pestisida. Variabel independennya tersebut akan mempengaruhi variabel dependen yaitu jumlah produksi padi.Gambar 1.2Skema Kerangka Pemikiran Produksi Padi

Dipengaruhi oleh Faktor-faktorLuas Lahan (X1)Hari Orang Kerja/HOK (X2)Jumlah Pupuk (X3)Jumlah Pestisida (X4)

Produksi Padi (Y)

Hasil dan PembahasanAnalisis Regresi

2.4 Hipotesis PenelitianDalam penelitian ini diduga variabel luas lahan, hari orang kerja/HOK, jumlah pupuk, jumlah pestisida berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di Kabupaten Bone.

BAB IIIMETODE ANALISIS

0. Jenis dan Sumber DataJenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.1. Data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber data pertama (Soekartawi, 2002). Data primer diperoleh melalui survai lapangan dan wawancara terhadap para 99 petani di Kecamatan KahuKabupaten Bone.1. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber ke-2 (Soekartawi, 2002). Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yaitu dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, serta dari penelitian-penelitian sebelumnya. Data sekunder juga diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Sulawesi Selatan, BPS Kabupaten Bone, Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Bone.

0. Populasi dan Sampel1. PopulasiAdalah jumlah dari keseluruhan dari unit atau obyek analisa yang ciri-ciri karakteristiknya hendak diduga. Populasi dalam penelitian ini adalaberjumlah 8.894 petani padi.1. SampelPenelitian ini termasuk pada metode penelitian survei, dimana penelitian survei adalah penelitian dimana data yang digunakan diambil dari beberapa anggota popupasi yang representative mewakili seluruh anggota populasi. Metode penentuan sampel yang digunakan yaitu metode Simple Random Sampling yaitu proses pengambilan sampel yang dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Anggota dari populasi dipilih satu persatu secara random (semua populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih) dan jika sudah dipilih maka tidak dapat dipilih lagi Responden yang dipilih memiliki kriteria yaitu petani yang lokasi usahanya berada di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone.Jumlah petani di Kecamatan tersebut sebanyak 8.894 orang.Pengambilan sampel dilakukan atas dasar pendekatan langsung ke responden dengan panduan dari peneliti. Dalam hal ini, penulis akan mewawancarai responden sehingga dapat diperoleh informasi lebih dalam. Ukuran sampel yang diambil harus dihitung terlebih dahulu agar sampel yang diambil dapat mewakili populasi salah satu rumus yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimal jika diketahui ukuran populasi adalah rumus Slovin (Umar 2003), dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :N= Jumlah populasin= Jumlah sampel e= kesalahan pengambilan sampel ditetapkan sebesar 10%Hasil Perhitungan :

n = 98,89 n = 99Pada umumnya persentase kesalahan yang bisa ditolerir pada penelitian sosial sebesar 5% - 20% karena pada hasil penelitian sosial sulit dipastikan keakuratan data seperti pada penelitian ilmu pasti.Pada penelitian ini digunakan toleransi kesalahan sebesar 10%, yaitu diantara 5 % hingga 20 %.Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa jumlah sampel yang diambil dari keseluruhan jumlah populasi yaitu sebanyak 99 sampel.

0. Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data pada penelitian ini adalah:1. Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat atau panduan wawancara, yang dalam penelitian ini adalah kusioner.1. Metode dokumentasi adalah dilakukan dengan metode studi pustaka yaitu dengan mengadakan survei data yang telah ada dan menggali teori-teori yang telah berkembang dalam bidan ilmu yang berkepentingan, mencari metode-metode serta teknik penelitian baik dalam mengumpulkan data atau dalam menganalisa data yang telah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti.

0. Metode AnalisisModel analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linear berganda. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh luas lahan, hari orang kerja, jumlah pupuk, dan jumlah pestisida terhadap jumlah produksi padi di Kabupaten Bone yang dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut:Y = f (X1, X2, X3, X4)...................(1)Secara eksplisit dapat dinyatakan dalam fungsi Cobb-Douglas berikut:Y = 0 X11 X22 X3 3 X44e..................................(2)Untuk mengestimasi koefisien regresi, Feldstein (1988) mengadakan transformasi ke bentuk linear dengan menggunakan logaritma natural (ln) guna menghitung nilai elastisitas dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat ke dalam model sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:Ln Y= Ln 0 + 1Ln X1 + 2Ln X2 + 3Ln X3 + 4Ln X4 + ............(3)Keterangan:Y= Produksi padi (kg/panen)X1= Luas lahan (are)X2= Hari orang kerja (jam/panen)X3= Penggunaan pupuk (kg/panen)X4= Penggunaan pestisida (liter/panen)0= Konstanta1, 2, 3, 4= Koefisien regresie= Bilangan eksponensial= Error term

Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien regresi variabel independen terhadap variabel dependen maka dapat menggunakan uji statistik diantaranya:

1. Pengujian Hipotesis secara persial (Uji t)Uji t ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada pada variabel dependen secara nyata.Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H0 : 1 = 0 tidak berpengaruh, H1 : 1 > 0 berpengaruh positif, H1 : 1< 0 berpengaruh negatif. Dimana 1 adalah koefisien variable independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis.Biasanya nilai dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variable X1 terhadap Y. Bila thitung> ttabel maka Ho diterima (signifikan) dan jika thitung< ttabel Ho diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 10%.1. Uji Statistik FUji signifikansi ini pada dasarnya dimaksudkan untuk membuktikan secara statistik bahwa seluruh variabel independen yaitu luas lahan (X1), hari orang kerja (X2), jumlah pemakaian pupuk (X3) dan jumlah pemakaian pestisida (X4) terhadap variabel dependen yaitu produksi padi (Y).Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan Level of significance 10 persen. Kriteria pengujiannya apabila nilai F-hitung < F-tabel maka hipotesis diterima yang artinya seluruh variabel independen yang digunakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.apabila F-hitung > F-tabel maka hipotesis ditolak yang berarti seluruh variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dengan tarif signifikan tertentu.

1. Analisis Koefisien Determinasi (R2)Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen yaitu luas lahan (X1), hari orang kerja (X2), jumlah pemakaian pupuk (X3) dan jumlah pemakaian pestisida (X4) tethadap variabel dependen yaitu produksi padi (Y) maka digunakan analisis koefisien determinasi (R2).Koefisien determinasi (R2) yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.Akan tetapi ada kalanya dalam penggunaan koefisien determinasi terjadi bias terhadap satu variabel independen yang dimasukkan dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen akan menyebabkan peningkatan R2, tidak peduli apaka variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (memiliki nilai t yang signifikan).

0. Variabel Penelitian dan Definisi OperasionalPenelitian ini menggunakan variabel independen yaitu faktor-faktor produksi pertanian/perkebunan adalah luas lahan, jumlah tenaga kerja, pupuk dan pestisida.Variabel dependen yaitu jumlah produksi (output). Variabel penelitian dan Definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Jumlah produksi padi (Y) adalah jumlah produksi padi yang dihasilkan oleh petani di Kabupaten Bone dalam satuan kilogram per panen terakhir. Luas lahan (X1) adalah total luas lahan yang digunakan petani untuk menanam dalam satuan are per panen terakhir. Hari Orang Kerja (X2) adalah jumlah total hari orang kerja yang mampu melakukan pekerjaan, guna memproduksi padi untuk meningkatkan pendapatan dan memenuhi kebutuhan masyrakat diukur dalam satuan jam per panen terakhir. Jumlah pupuk (X3) adalah jumlah pupuk organik yang digunakan oleh petani untuk mengelola tanaman padi diukur dalam kilogram per panen terakhir. Pestisida (X4) obat yang dipakai dalam pengendalian gulma maupun hama penyakit pada tanaman padi dalam per satuan hektar diukur dalam satuan liter/panen terakhir.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian4.1.1 Letak GeografisKabupaten Bone adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Ibukota Kabupaten Bone adalah Kota Watampone. Daerah Kabupaten Bone mempunyai luas wilayah 4.559,00 km2, terletak di pesisir timur Provinsi Sulawesi Selatan. Secara astronomis terletak dalam posisi 4013 5006 Lintang Selatan dan antara 119042 120040 Bujur Timur dengan ketinggian hingga lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut, dan termasuk daerah beriklim sedang. Batas-batas administrasi wilayah Kabupaten Bone sebagai berikut:Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kabupaten Kabupaten Wajo dan Soppeng Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Gowa Sebelah Timur: Berbatasan dengan Teluk Bone Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep, dan Barru Struktur geologi Kabupten Bone yaitu terdiri dari tanah Aluvial, Gleyhumus, Litosol, Grumosol, Mediteran dan Renzina. Jenis tanah didominasi oleh tanah Mediteran yaitu seluas 67,6% dari total wilayah, kemudian Renzina 9,59% dan Litosol 9%.Wilayah Kabupaten Bone termasuk daerah beriklim sedang. Kelembaban udara berkisar antara 95% - 99% dengan temperature berkisar 260C 430C. pada periode April September, bertiup angin timur yang membawa hujan. Sebaliknya pada bulan Oktober Maret bertiup Angin Barat, saat dimana mengalami musim kemarau di Kabupaten Bone.Kabupaten Bone terdiri atas 27 kecamatan yang diperinci menjadi 333 desa dan 39 kelurahan dengan jumlah dusun sebanyak 893 dan lingkungan sebanyak 121. Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh penduduk Kabupaten Bone adalah Bahasa Bugis. Kecamatan Kahu merupakan salah satu keacamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bone yang sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Libureng, sebelah Utara berbatasan dengan Patimpeng, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kajuara dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bontocani. Ibukota Kecamatan Kahu adalah Kelurahan Palattae, terletak di sebelah Selatan Ibukota Kabupaten Bone yang berjarak 100 km yang terdiri dari 19 desa dan 1 kelurahan. Kecamatan ini merupakan wilayah penelitian.

4.1.2 Keadaan PendudukPenduduk sebagai sumber daya manusia merupakan subyek dalam pembangunan yang harus mengenal karakteristiknya. Berdasarkan data dari kantor BPS Kabupaten Bone, diperoleh rincian data jumlah penduduk yang dijabarkan sebagai berikut.

4.1.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis KelaminJumlah penduduk di Kecamatan Kahu sebanyak 37.739 jiwa yang terdiri dari 18.092 jiwa laki-laki dan 19.647 jiwa perempuan. Persentase jumlah penduduk Kecamatan Kahu berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:Tabel 4.1Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone Tahun 2011No.Jenis KelaminJumlah (Jiwa)Persentase (%)

1Laki-laki18.09247,94

2Perempuan19.64752,06

Jumlah37.739100

Sumber: Data BPS Prov. Sul-Sel, 2012Berdasarkan pada Tabel 4.1 dapat diketahu bahwa persentase perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, dimana penduduk perempuan lebih banyak dibanding dengan penduduk laki-laki. Selisih jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 1.555 jiwa atau sebesar 4,12%.

4.1.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat PendidikanTingkat pendidikan penduduk Kecamatan Kahu dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Kahu Berdasarkan Tingkat PendidikanNo.Tingkat PendidikanJumlah (Jiwa)Persentase (%)

1SD/Sederajat2.55626,5

2SMP/Sederajat4.90550,86

3SMA/Sederajat1.69717,6

4Perguruan tinggi4865,04

Jumlah9.644100

Sumber: Data BPS Kab. Bone, 2012Berdasarkan data pada Tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat pendidikan penduduk adalah SMP/sederajat dan tingkat pendidikan yang terendah adalah perguruan tinggi. Semakin menurunnya persentase tingkat pendidikan tersebut disebabkan karena semakin tingginya tingkat pendidikan tersebut maka biaya yang dikeluarkan untuk menempuh pendidikan semakin besar pula. Sehingga sebagian besar masyarakat di Kecamatan Kahu lebih memilih untuk tidak meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, mereka lebih mimilih untuk bekerja sebagai petani. Selain itu, kurangnya minat penduduk untuk menjadi warga yang berkembang dalam hal usaha pekerjaan juga dapat mempengaruhi motivasi penduduk dalam mencari lahan penghidupan untuk menyejahterakan keluarganya.

4.1.3 Kedaan Pertanian4.1.3.1 Luas Lahan Produktivitas Tanaman UtamaPenggunaan lahan yang ada di Kecamatan Kahu yang digunakan untuk produktivitas pertanian yaitu digunakan sebagai lahan tanaman pangan dan palawija. Kecamatan Kahu, untuk lahan pertanian memiliki luas lahan seluas 16.356 hektar. Berdasrkan hal ini maka komoditas pertanian yang dikembangkan di Kecamatan Kahu ini terdiri atas tanaman padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone Tahun 2011

No.Jenis KomoditiLuas Panen (Ha)Produksi (Ton)Produktivitas (Ton/Ha)Bentuk Produksi

1Padi14.24185.4666Gabah

2Jagung1.1125.3914,85Tongkol

3Ubi Jalar252098,36Umbi

4Ubi Kayu3841911,03Umbi

5Kacang Tanah3295221,59Biji

6Kacang Kedelai4428091,83Biji

7Kacang Hijau1692071,23Biji

Jumlah16.35693.02334,89

Sumber: Data BPS Kab. Bone 2012Pada Tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa komoditi padi merupakan komoditi yang paling banyak produksinya yaitu sebesar 85.466 ton, sedangkan komoditi kacang hijau merupakan komoditi yang paling rendah produksinya yaitu sebesar 207 ton.

4.2 Kareakteristik RespondenFaktor sosial ekonomi dalam kegiatan usahatani padi berpengaruh terhadap keputusan petani dalam aktivitas usahataninya. Adapun faktor sosial ekonomi ini termasuk dalam karakteristik responden yang terdiri dari umur/usia, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan, luas lahan yang digunakan dalam usahatani padi, serta status kepemilikan lahan pertanian.

4.2.1 Umur/usiaUsia kerja adalah suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14 sampai 55 tahun (Suharto, 2009). Kondisi tersebut sangat terkait dengan tingkat produktivitas tenaga kerja dalam berusahatani. Sebagaimana diketahui bahwa hampir seluruh aktivitas usahatani berhubungan dengan tingkat kemampuan fisik. Dimana petani dalam usia produktif tentu akan memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibanding dengan petani-petani yang telah memasuki usia senja.Umur petani juga terkait dengan proses transfer dan adopsi inovasi teknologi, dimana petani-petani muda cenderung bersifat lebih progresif dalam proses transfer inovasi-inovasi baru, sehingga mampu mempercepat proses alih teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1993), bahwa petani-petani yang lebih muda lebih miskin pengalaman dan keterampilan dari petani-petani tua, tetapi memiliki sikap yang lebih progresif terhadap inovasi baru. Sikap progresif terhadap inovasi baru akan cenderung membentuk perilaku petani muda usia untuk lebih berani mengambil keputusan dalam berusahatani. Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa umur juga dapat mempengaruhi petani dalam mengelola kegiatan usahataninya. Distribusi responden berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Umur/UsiaNo.Umur Responden (Tahun)FrekuensiPersentase (%)

1< 402727,27

240 - 504242,43

351 - 602323,23

4> 6077,07

Jumlah99100

Sumber: Data Primer, diolah, 2012Berdasarkan data pada Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa sebagian besar petani padi di Kecamatan Kahu yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah berada pada interval umur/usia antara 40 50 tahun yaitu sebanyak 42 orang atau 42,43%. Berikutnya interval umur di bawah umur 40 tahun yaitu sebanyak 27 orang atau 27,27%, disusul interval umur antara 51 - 60 tahun yaitu sebayak 23 orang atau 23,23%. Dan yang terakhir interval umur di atas 60 tahun atau 7,07%.

4.2.2 Tingkat PendidikanTingkat pendidikan dari seseorang berpengaruh juga dalam kegiatan usahataninya, dalam hal ini adalah kemampuan dan keterampilan petani dalam menyerap informasi maupun teknologi baru yang berasal dari kelompok maupun pehak penyuluh. Tingkat pendidikan yang rendah akan mengakibatkan kemampuan dan daya serap petani terhadap teknologi dan informasi berupa pengembangan pertanian dan budidaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan petani menjadi semakin lamban, sehingga upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan produksi dan pendapatan akan bergerak secara lamban pula. Sedangkan apabila petani memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan cukup baik, dapat menyebabkan petani tersebut mampu untuk menyesuaikan pekerjaannya dengan hasil yang akan diperoleh nantinya. Adapun distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapt dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut:Tabel 4.5Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat PendidikanNo.Tingkat PendidikanFrekuensiPersentase (%)

1SD3030,3

2SMP4747,48

3SMA1717,17

4S155,05

Jumlah99100

Sumber: Data Primer, diolah, 2012Berdasarkan data pada Tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone yang menjadi responden masih tergolong rendah. Petani padi di Kecamatan Kahu didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak 47 orang atau 47,48%. Sekolah Dasar (SD) merupakan tingkat pendidikan mayoritas kedua dari responden penelitian yaitu sebanyak 30 orang atau 30,3%. Mayoritas berikutnya adalah reponden dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 17 orang atau 17,17%. Responden yang paling sedikit adalah yang memiliki tingkat pendidikan Strata Satu (S1) yaitu sebanyak 5 orang atau 5,05%.

4.2.3 Jumlah Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga yang Menjadi TanggunganJumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan bagi petani akan berpengaruh pada motivasi untuk bekerja dalam kegiatan usahatani untuk dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya dengan tercapainya pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Jumlah anggota keluarga dari responden yang didata berkesar antara 1 sampai dengan 7 anggota keluarga. Adapun jumlah anggota keluarga yang telah menjadi tanggungan dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut:Tabel 4.6Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga yang Menjadi TanggunganNo.Jumlah Tanggungan (orang)FrekuensiPersentase (%)

11 s/d 46767,68

25 s/d 73232,32

Jumlah99100

Sumber: Data Primer, diolah, 2012Berdasarkan data pada Tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata petani di Kecamatan Kahu yang menjadi responden dalam penelitian ini merupakan keluarga kecil yang terdiri 2 orang tua dan 1 4 orang anak, dengan jumlah responden sebanyak 67 orang atau 67,68%. Responden yang memiliki tanggungan 5 7 orang sebanyak 32 orang atau 32,32%.

4.2.4 Status Kepemilikan Lahan PertanianStatus penguasaan lahan adalah asal dari lahan yang digunakan untuk usahatani padi. Adapun status kepemilikan lahan ini terdiri dari lahan milik sendiri, lahan sewa, maupun bagi hasil, dengan hasil data pada Tabel 4.8 sebagai berikut.Tabel 4.7Distribusi Reponden Berdasarkan Kepemilikan LahanNo.Status Kepemilikan LahanFrekuensiPersentase (%)

1Milik Sendiri7373,74

2Sewa1919,19

3Bagi Hasil77,07

Jumlah99100

Sumber: Data Primer, diolah, 2012Berdasarkan hasil data pada Tabel 4.7, menunjukkan bahwa hamper semua responden memiliki status kepemilikan lahan adalah milik sendiri, yaitu sebanyak 73 orang dengan persentase sebesar 73,74%. Dan responden yang status kepemilikan lahnnya disewa sebanyak 19 orang dengan persentase sebesar 19,19%. Sedangkan responden yang kepemilikan lahannya dengan system bagi hasil sebanyak 7 orang atau 7,07%.

4.2.5 Luas Lahan PertanianLuas lahan pertanian merupakan salah satu bagian sumber daya lahan. Lahan adalah tempat untuk melakukan kegiatan bercocok tanam dan menghasilkan produk pertanian yang diinginkan oleh petani dengan hasil yang sangat beragam. Data luasan penggunaan lahan sawah dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.8Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan Pertanian No.Luas Lahan (are)FrekuensiPersentase (%)

1 2001212,12

Jumlah99100

Sumber: Data Primer, diolah, 2012Dari Tabel 4.7 di atas, dapat diketahui luas lahan yang diusahai oleh para petani padi di Kecamatan Kahu, bervariasi mulai dari 50 are 300 are. Diketahui bahwa petani yang memiliki lahan yang luasnya di bawah 100 are sebanyak 24 orang atau 24,24%. Petani yang memiliki luas lahan 100 200 are sebanyak 63 orang atau 63,64%, dan luas lahan di atas 200 are sebanyak 12 orang atau 12,12%. Total luas lahan yang dimiliki oleh 99 petani yang menjadi responden adalah 14.570 are, dengan rata rata 147,17 are. Luas lahan petani yang paling sempit yaitu 50 are sedangkan yang terluas yaitu 300 are.

4.2.6 Tingkat Produksi PadiDari hasil observasi dijumpai rata rata produksi padi yang dihasilkan oleh petani padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone adalah 6.642,43 kilogram per sekali panen. Produksi paling sedikit 2000 kg dan produksi paling banyak 15.000 kilogram. Tingkat produksi ini sangat tergantung dari luas garapan dan juga variabel-variabel pendukung lainnya. Dilihat dari luas lahan garapan, total luas garapan yang dimiliki petani yang menjadi responden seluas 14.570 are, rata-rata 147,17 are, yang paling sempit 50 are dan yang paling luas memiliki areal garapan 300 are.Selain luas lahan, faktor pendukung tingkat produksi lainnya adalah waktu yang digunakan untuk bekerja di sawah. Hasil observasi dijumpai rata-rata waktu yang digunakan untuk menggarap sawah 373,09 jam per panen. Paling sedikit waktu yang digunakan waktu bekerja di sawah 4 jam per hari, sedangkan petani yang paling banyak menggunakan waktu bekerja di sawah mencapai 9 jam per hari. Sementara dilihat dari jumlah pekerja yang digunakan dalam proses produksi, rata-rata petani padi sawah menggunakan 6 orang, tenaga kerja yang paling sedikit digunakan adalah 1 orang dan yang paling banyak adalah 18 orang. Rata-rata penggunaan pupuk per sekali musim tanam sebanyak 433,54 kg, paling sedikit 125 kg dan paling banyak 900 kg. Sedangkan pestisida yang digunakan per satu musim tanam rata-rata 7,63 liter, paling sedikit digunakan 2,5 liter dan paling banyak 18 liter.

4.3 Hubungan antar VariabelBerdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan bahwa jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani padi dalam satu kali musim panen, besar kecilnya dipengaruhi oleh luas lahan, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida.

4.3.1 Hubungan antara Luas Lahan dengan Jumlah ProduksiTabel 4.9 berikut ini adalah distribusi responden dilihat dari luas lahan yang diusahai oleh petani dengan jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani di Kecamatan Kahu dalam satu kali musim panen.

Tabel 4.9Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan dengan Jumlah ProduksiLuas Lahan (are)Jumlah Produksi Padi (kg/are)TotalPersentase (%)

30 - 3940 50

< 1001232424,24

100 - 20018456363,64

> 2001111111,11

Jumlah178299100

Sumber: Data Primer, diolah, 2012Dari Tabel 4.9 di atas, dapat diketahui luas lahan petani/responden yang kurang dari 100 are memiliki paroduksi padi 30 39 kg/are sebanyak 1 responden, produksi padi sebanyak 40 50 kg/are sebanyak 23 reponden. Kemudian luas lahan antara 100 200 are memiliki produksi padi 30 39 kg/are sebanyak 18 responden, produksi padi sebanyak 40 50 kg/are sebanyak 45 responeden. Dan petani yang memiliki luas lahan di atas 200 are memiliki produksi padi sebanyak 30 39 kg/are sebanyak 1 responden, dan yang memiliki produksi padi sebanyak 40 50 kg/are sebanyak 11 responden.

4.3.2 Hubungan antara Jumlah Hari Orang Kerja/HOK dengan Jumlah ProduksiTabel 4.10 berikut ini adalah distribusi responden dilihat dari jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh petani/responden di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone.

Tabel 4.10Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi PadiHari Orang Kerja (jam/hari/are)Jumlah Produksi Padi (kg/are)TotalPersentase (%)

20 - 3940 - 50

2 3 19708989,9

3,1 - 4101010,1

Jumlah198099100

Sumber: Data Primer, diolah, 2012Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa dari 99 responden (100%). Petani/responden yang bekerja selama 2 sampai 3 jam/hari/are yaitu sebanyak 19 responden, memiliki jumlah produksi 20 kg/are sampai dengan 30 kg/are dalam satu kali musim panen 70 responden yang dengan produksi padi 40 50 kg/are. Kemudian sebanyak 10 responden yang bekerja 3,1 sampai 4 jam/hari/are memiliki jumlah produksi padi sebanyak 40 50kg/are.

4.3.3 Hubungan antara Jumlah Pupuk dengan Jumlah Produksi PadiTabel 4.11 berikut ini adalah distribusi responden dilihat dari jumlah pupuk yang digunakan petani dengan jumlah produksi padi di Kahu Kabupaten Bone.

Tabel 4.11Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pupuk dengan Jumlah Produksi PadiJumlah Pupuk (kg/are)Jumlah Produksi Padi (kg/are)TotalPersentase (%)

20 - 3035 - 50

2 2,518143232,32

2,6 - 32535555,56

3,1 3,5121212,12

Jumlah336699100

Sumber: Data Primer, diolah, 2012Berdasarkan Tabel 4.11 di atas diketahui bahwa petani/responden yang menggunakan pupuk sebanyak 2 kg/are 2,5 kg/are memiliki produksi padi sebanyak 30 39 kg/are sebanyak 18 responden, dan sebanyak 14 reponden yang memiliki produksi padi sebanyak 40 kg/are 50 kg/aare. Petani yang menggunakan pupuk sebanyak 2,6 kg/are 3kg/are memiliki jumlah produksi padi sebanyak 30 39 kg/are sebanyak 2 responden, dan yang memiliki jumlah produksi padi sebanyak 40 kg/are 50 kg/are sebanyak 53 responden. Sedangkan 12 petani/responden yang menggunakan pupuk sebanyak 3,1 kg/ha 3,5 kg/ha memiliki jumlah produksi sebanyak 40 kg/ha 50kg/ha.

4.3.4 Hubungan antara Jumlah Pestisida dengan Jumlah ProduksiTabel 4.12 berikut ini merupakan distribusi responden dilihat dari jumlah pemakaian pestisida oleh petani dengan jumlah produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone.

Tabel 4.12Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pestisida dengan Jumlah Produksi PadiJumlah Pestisida(liter/are)Jumlah Produksi Padi (kg/are)TotalPersentase (%)

30 3940 - 50

0,042101212,12

0,0534195353,54

0,06343434,34

Jumlah363699100

Sumber: Data Primer, diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 4.12 di atas, responden yang menggunakan 0,04 liter/are pestisida dengan jumlah produksi padi sebanyak 30 39 kg/are sebanyak 2 responden sedangkan jumlah produksi padi sebanyak 40 kg/are 50 kg/are sebanyak 10 responden. Kemudian petani/responden yang menggunakan pestisida sebanyak 0,05 liter/are dengan jumlah produksi padi sebanyak 30 39 kg/are sebanyak 34 responden, sedangkan jumlah produksi padi sebanyak 40 kg/are 50 kg/are sebanyak 19 responden. Dan petani/responden yang menggunakan 0,06 liter/ha pestisida dengan produksi padi sebanyak 40 kg/are 50 kg/are sebanyak 34 responden.

4.4 Pembahasan4.4.1 Hasil regresiUntuk mengetahui pengaruh dari tiap-tiap variabel X terhadap variabel Y maka dilakukanan perhitungan regresi linear berganda dengan menggunakan Eviews 3.0. Hasil perhitungan regresi linear berganda mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rokok masyarakat di Kota Makassar secara terperinci hasil regresi dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.13Rekapitulasi Data Hasil Linear BergandaVariabelCoefficientStd. Errort-StatistikProb.

C3249.314423.65437.6697300.0000

X10.0461620.0260561.7716770.0797

X20.1983230.0959762.0663860.0415

X30.7280100.1288405.6504930.0000

X40.2225210.1162121.9147850.0586

R-squared 0.519774

Adjusted R-squared 0.499339

S.E. of regression 125.4043

F-statistic 25.43531

F tabel (0,1;3;95)2,142350118

n99

Df95

T tabel 0,1;95) 1,661051818

signifikansi pada level 10%

C adalah konstanta/intersep, X1 adalah luas lahan, X2 adalah hari orang kerja (HOK), X3 adalah pupuk dan X4 adalah pestisida.

4.4.2 Interpretasi HasilBerdasarkan data pada Tabel 4.13 maka diperoleh model dari perhitungan pengaruh luas lahan, hari orang kerja (HOK), pupuk, dan pestisida terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone sebagai berikut:LnY = 3249,314 + 0,046162LnX1 + 0,198323LnX2 + 0,728010LnX3 + 0,222521LnX44.4.2.1 Konstanta atau IntersepBerdasarkan hasil estimasi data dalam model regresi terdapat nilai konstanta sebesar 3249,314 yang bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa, tingkat nilai rata-rata produksi padi berkecenderngan naik ketika variabel penjelas tetap. Untuk interpretasi hasil regresi variabel independen, akan dijelaskan di bawah ini:

1) Luas Lahan (X1)Dari hasil regresi, nilai koefisien untuk variabel luas lahan (X1) adalah 0,046162 di mana luas lahan berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung = 1,771677 dengan tingkat signifikansi di mana tingkat probabilitas adalah sebesar 0,0797di mana nilainya < 0,1 sehingga dapat dikatakan signifikan pada = 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan luas lahan terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone adalah positif dan signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika luas lahan naik 1% maka produksi padi juga naik sebesar 0,046162 % dengan asumsi citeris paribus. Oleh karena variabel luas lahan (X1) terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi (Y) maka hipotesis diterima.

2) Hari Orang Kerja/HOK (X2)Hasil regresi hari orang kerja/HOK (X2) menunjukkan bahwa nilai koefisien sebesar 0,198323 dan thitung sebesar 2,066386 dengan tingkat signifikansi di mana probabilitas adalah sebesar 0,0415 di mana nilainya < 0,1 sehingga dapat dikatakan signifikan pada = 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan hari orang kerja/HOK terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone adalah positif dan signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika HOK naik 1% maka produksi padi juga naik sebesar 0,198323 % dengan asumsi citeris paribus. Oleh karena variabel luas lahan (X1) terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi (Y) maka hipotesis diterima.

3) Pupuk (X3)Hasil regresi pupuk (X3) menunjukkan bahwa nilai koefisien sebesar 0,728010 dan thitung sebesar 5,650493 dengan tingkat signifikansi di mana probabilitas adalah sebesar 0,0000 di mana nilainya < 0,1 sehingga dapat dikatakan signifikan pada = 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara pupuk terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone adalah positif dan signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika penggunaan pupuk naik 1% maka produksi padi akan naik sebesar 0,728010 %. Oleh karena variabel pupuk (X3) terbukti berpengaruh positif dan signfikan terhadap produksi padi (Y) maka hipotesis diterima.

4) Pestisida (X4)Hasil regresi hari pestisida (X4) menunjukkan bahwa nilai koefisien sebesar 0,222521 dan thitung sebesar 1,914785 dengan tingkat signifikansi di mana probabilitas adalah sebesar 0,0586 di mana nilainya < 0,1 sehingga dapat dikatakan signifikan pada = 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan pupuk terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone adalah positif dan signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika penggunaan pestisida naik 1% maka produksi padi juga naik sebesar 0,222521 % dengan asumsi citeris paribus. Oleh karena variabel pestisida (X4) terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi (Y) maka hipotesis diterima.

4.4.3 Analisis Uji StatistikUntuk menganalisis pengaruh luas lahan, hari orang kerja/HOK, pupuk dan pestisida, dilakukan analisis regresi linear berganda/Ordinary Least Square (OLS). Di mana dalam analisis ini, yang menjadi variabel terikat (dependent variable) adalah produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone (Y), sedangkan variabel bebasnya (independent variable) adalah luas lahan (X1), hari orang kerja/HOK (X2), pupuk (X3) dan pestisida (X4).

4.4.3.1Analisis Koefisien Determinasi (R2)Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). koefisien determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar varian dan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Nilai R2 paling besar 1 dan paling kecil 0 (0 < R2 < 1). Bila R2 sama dengan 0 maka garis regresi tidak dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi tidak mempunyai pengaruh varian variabel dependen adalah 0.Dari hasil regresi pengaruh variabel luas lahan, hari orang kerja (HOK), pupuk, pestisida (X) terhadap jumlah produksi padi (Y) diperoleh nilai R2 sebesar 0,519774. Menurut Gujarati (1995) dalam Wihandaru (2009), nilai koefisien determinasi maupun koefisien determinasi disesuaikan yang tinggi adalah baik, namun jika diperoleh nilai yang rendah bukan berarti model estimasi yang digunakan salah. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh bisa dibilang rendah tetapi pengaruhnya cukup berarti, artinya variasi variabel independen (bebas) menjelaskan variasi produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone sebesar 51,98 persen. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 48,02 dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang belum dimasukkan dalam model sehingga R2 sebesar 0,519774 dinyatakan bahwa model valid sebab sebab data yang digunakan adalah data primer. Dimana model yang valid apabila menggunakan data primer lebih dari 0,25 (R2 > 0,25).Tidak ada ukuran yang pasti berapa besarnya R2 untuk mengatakan bahwa suatu pilihan variabel sudah tepat. Jika R2 semakin besar atau mendekati 1, maka model makin tepat. Untuk data survey yang berarti bersifat cross section, data yang diperoleh dari banyak responden pada waktu yang sama, maka nilai R2 = 0,2 atau 0,3 sudah baik.Semakin besar n (ukuran sampel) maka nilai R2 cenderung makin kecil. Sebaliknya dalam data runtun waktu (time series) di mana peneliti mengamati hubungan dari beberapa variabel pada satu unit analisis (perusahaan atau negara) pada beberapa tahun maka R2 cenderung besar. Hal ini disebabkan variasi data yang lebih kecil pada data runtun waktu yang terdiri dari satu unit analisis saja (Yusilisman).

4.4.3.2. Deteksi Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)Uji t merupakan pengujian terhadap koefisien dari variabel bebas secara parsial. Uji ini dilakukan untuk melihat tingkat signifikansi dari veriabel bebas secara individu dalam mempengaruhi variasi dari variabel terikat. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel terikat dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel bebas secara nyata. Dimana jika thitung > ttabel Hi diterima (signifikan) dan jika thitung < ttabel H0 diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 10%.Dalam tabel hasil regresi pengaruh luas lahan, hari orang kerja/HOK,pupuk dan pestisida terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone, dengan = 10% dan df = (n k = 99 4 = 95), maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,661051818. Penjelasan uji t dijelaskan pada penjelasan sebagai berikut:1. Nilai Koefisien variabel luas lahan (X1) adalah 0,046162. Nilai koefisien X1 > 0, di mana jika n > 0 maka hubungannya positif. Hal ini berarti variabel luas lahan (X1) mempunyai hubungan positif dengan produksi padi (Y). Sementara nilai tstatistik luas lahan (X1) adalah sebesar 1,771677. Karena nilai tstatistik > ttabel yaitu 1,771677 > 1,661051818 maka hubungan variabel luas lahan (X1) tehadap produksi padi (Y) adalah signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 90% atau : 10%, variabel bebas (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y).2. Nilai koefisien untuk variabel hari orang kerja/HOK (X2) adalah 0,198323. Nilai koefisien X2 > 0, di mana jika nilai koefisien n > 0 maka hubungannya positif. Sementara nilai tstatistik hari orang kerja/HOK (X2) adalah sebesar 2,066386. Karena nilai tstatistik > ttabel yaitu 2,066386 > 1,661051818 maka hubungan variabel hari orang kerja/HOK (X2) tehadap produksi padi (Y) adalah signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa antara variabel hari orang kerja/HOK (X2) dengan produksi padi (Y) terdapat hubungan yang signifikan 3. Nilai koefisien untuk variabel pupuk (X3) adalah sebesar 0,728010. Nilai koefisien X3 > 0 di mana jika nilai koefisien n > 0 maka hubungannya positif. Hal ini berarti variabel pupuk (X3) mempunyai hubungan positif dengan produksi padi (Y). Sementara nilai tstatistik pupuk (X3) adalah sebesar 5,650493 di mana nilainya lebih besar dari nilai ttabel sebesar 1,661051818 yang berarti terdapat hubungan yang signfikan antara variabel pupuk (X3) dan produksi padi (Y). Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat : 10%, variabel pestisida (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi (Y).4. Dari hasil regresi pada tabel 4.13, nilai koefisien variabel pestisida (X4) adalah 0,222521. Nilai koefisien X4 > 0, di di mana jika nilai koefisien n > 0 maka hubungannya positif. Hal ini berarti variabel pestisida (X4) mempunyai hubungan positif dengan produksi padi (Y). Sementara nilai tstatistik pestisida (X4) adalah 1,914785. Karena nilai tstatistik variabel X4 > nilai ttabel maka pestisida (X4) berpengaruh signifikan terhadap produksi padi (Y). Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat : 10%, variabel pestisida (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi (Y).Maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone.

4.4.3.3. Deteksi Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen di dalam model dapat dilakukan dengan uji simultan (uji-f). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat dalam model secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Algifari, 2000).Dari hasil regresi pengaruh variabel luas lahan, jumlah tenaga kerja, pupuk dan pstisida (X) terhadap jumlah produksi padi (Y), maka diperoleh ftabel sebesar 2,142350118 ( : 10% dan df : 99-4 = 95) sedangkan fstatistik/fhitung 25,43531. Sehingga, fstatistik > ftabel (25,43531 > 2,142350118). Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

4.4.3.4. Analisis Hasil Penelitian dengan Teori dan Penelitian Sebelumnya1) Luas Lahan (X1)Berdasarkan hasil regresi ditemukan bahwa besarnya luas lahan berhubungan positif dan signifikan terhadap pendapatan petani padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Hal ini sejalan dengan penelitian Desky Syahroel (2007) dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor yang memepengaruhi produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara Mengemukakan bahwa luas lahan mempengaruhi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Mubyarto (1989), bahwa lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.

2) Hari Orang KerjaKerja (X2) Dari hasil regresi ditemukan bahwa hari orang kerja (HOK) berpengaruh secara signifikan terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tumanggor, D.S (2009) yang mengemukakan bahwa waktu kerja secara statistik berpengaruh signifikan terhadap prduksi cokelat di Kabupaten Dairi. Smith dan Echrenberg (1994), melihat bahwa pekerja dengan separuh waktu akan memperoleh lebih sedikit human capital. Hal ini disebabkan oleh sedikit jam kerja dan pengalaman kerja. Kemudian ditambahkan oleh Jacobsen (1998) bahwa dengan meningkatnya pengalaman dan hari kerja akan meningkatkan penerimaan di masa akan datang.

3) Pupuk (X3)Hasil penelitian ini untuk variabel jumlah pupuk yaitu jumlah pupuk berpengaruh positif signifikan terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Tingkat produktifitas usaha tani padi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah pemupukan. Pedoman tingkat penggunaan pupuk per satuan luas secara teknis telah dikeluarkan oleh Dinas Pertanian. Dengan penggunaan pupuk yang karena penggunaan pupuk sesuai dosis tersebut maka produtivitas per satuan lahan dapat meningkatkan produktivitas. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendy mengenai efisiensi faktor produksi dan pendapatan padi sawah di Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso, yang hasilnya menyatakan bahwa penggunaan faktor variabel pupuk belum efisien dalam usahatani di Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir, sehingga perlu ditambah untuk mencapai produksi dan pendapatan yang maksimal.

4) Pestisida (X4)Hasil regresi menunjukkan bahwa penggunaan pestisida berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Hasil ini menjelaskan bahwa peningkatan penggunaan pestisida yang digunakan akan searah dengan produksi. Namun sesuai dengan Law of Diminishing Return penggunaan sumber produksi yang berlebihan justru akan kontra produktif terhadap produksi. Hasil ini menjelaskan bahwa penggunaan pestisida juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi. Dengan menggunakan pestisida yang lebih baik, maka hama tanaman akan diminimalkan sehingga akan memberikan hasil produksi padi yang lebih baik. Hasil menunjukkan signifikan, sehingga arah hubungan kedua variabel tersebut bersifat positif. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pestisida sebagai salah satu faktor produksi yang mempunyai kontribusi terhadap usaha tani. Besar kecil produksi dari usaha tani antara lain dipengaruhi oleh pestisida yang digunakan (Subyakto, 1991). Untuk memperoleh hasil atau output pertanian, salah satu faktor yang menentukan adalah pestisida yang di gunakan dalam menghasilkan produksi pada tanaman.

BAB V PENUTUP

5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah yang telah dilakukan pada variabel luas lahan, tenaga kerja, pupuk dan pestisida terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone, maka dapat disimpulkan bahwa:1) Dari beberapa faktor yang diteliti yaitu luas lahan, jumlah tenaga kerja, pupuk dan pestisida berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Artinya keempat faktor yang diteliti tersebut member pengaruh yang cukup berarti terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone.2) Faktor luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Artinya semakin luas lahan yang ditanami padi akan mendorong penanaman tanaman padi semakin banyak sehingga produksi padi semakin banyak.3) Faktor jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Artinya semakin semakin lama waktu yang diluangkan untuk mengolah tanaman padi maka akan meningkatkan produksi padi. Faktor pupuk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Artinya pupuk yang digunakan secara efisien akan meningkatkan produksi padi.4) Faktor pestisida secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap produksi padi di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Artinya banyak sedikitnya jumlah pemakaian pestisida akan mempengaruhi jumlah produksi padi yang dihasilkan.

5.2 SARAN1) Untuk meningkatkan produksi padi maka perlu ditunjang oleh adanya dukungan dari berbagai faktor-faktor produksi, seperti luas lahan, hari orang kerja/HOK, pupuk dan pestisida.2) Pemerintah daerah Kabupaten Bone terutama Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan agar lebih efektif dalam memberikan penyuluhan kepada para petani padi sawah dalam rangka meningkatkan produksi. Selain itu perlu dibuat program pengembangan sektor pertanian khususnya padi sawah, termasuk upaya upaya peningkatan kemampuan, pemberian modal serta penyediaan saluran irigasi. Pemerintah juga perlu melakukan regulasi harga agar dapat mencapai laba maksimum bagi petani, secara bertahap pemerintah perlu menyesuaikan harga dasar gabah sehingga dapat mencapai harga yang memaksimumkan laba bagi petani.3) Petani padi sawah perlu meningkatkan kemampuan, produktivitas dan daya saing. Penyerapan teknologi pertanian sangat diperlukan dalam upaya diversifikasi hasil pertanian. Sebenarnya prospek ekonomi bagi para petani padi sawah ini sangat besar, mengingat padi merupakan kebutuhan pokok masyarakat (baik daerah maupun nasional). Apalagi bila didukung dengan kebijakan pemerintah yang memihak petani, dapat mendorong kesesuaian harga komoditas padi. Oleh karena itu bila para petani dapat meningkatkan hasil produksinya, maka akan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi keluarga.4) Sebagaimana koefisien determinasi sebesar 0,519774 yang berarti ada sekitar 48,02 persen produksi padi sawah di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Maka dalam kesempatan ini, penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengidentifikasi variabel variabel lain yang dapat mempengaruhi produksi padi sawah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, A., 2004. Manajemen Produksi. Edisi Kedua, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.Anton Apriantono, 2007. Konsep Pembangunan Pertanian. (Online). htpp://www.deptan.go.id/renbangtan/Konsep_Pembangunan_Pertanian.pdf). Diakses 28 Oktober 2012.Ashari, 2010. Peranan Perbankan Nasional dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di Indonesia. (Online) (http://litbang.deptan.go.id/Ind/pdf), diakses 28 Oktober 2012/Badan Pusat Statistik, 2012. Kabupaten Bone dalam Angka 2012. Sulawesi SelatanBoediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Seri Sinopsis, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta..Daniel, Moehar, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian.Bumi Karsa. Jakarta.Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, 2012. Data Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi. Bone.Efeendy, 2010. Efisiensi faktor produksi dan pendapatan padi sawah di Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso. Universitas Tadulako. Sulawesi Tengah.Gujarti, Damodar, 2003. Basic Econometrics, Fourth Edition, McGraw Hill, New York.Husni, A. M, et al, 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, konsumsi dan harga beras serta inflasi bahan makanan. Bogor.Joesran dan Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat, Jakarta.Kuncoro, Mudrajad., 2001. Metode Kuantitatif, AMP YKPN, Yogyakarta.Larasati, 2012. Efisiensi alokatif faktor-faktor produksi dan pendapatan petani padi di Desa Sambirejo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. Universitas Brawijaya. Malang.Manning. C and J.Suriya. 1996. Survey of Recent Development. Bulletin of Economic Studies. 28 (1). Indonesian Project. The Australian National University.Miller, R. L. R. E. Meiner, 1999. Teori Ekonomi Mikro Intermediate. Raja Grafindo Persada Jakarta.

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.Nicholson, Walter., 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Edisi Kedelapan. Alih Bahasa oleh IGN Bayu Mahendra dan Abdul Aziz Erlangga, Yogyakarta.Pappas, James L dan Hirschey Mark, 2003. Ekonomi Managerial, Edisi Kedelapan, Binarupa Aksara, Indonesia.Pindyck, Rubinfield., 2001. Ekonomi Mikro, Alih Bahasa oleh Aldi Jeine, Cet. Asli, Prentice Hall Inc.Raharja, Prathama dan Manurung Mandala., 2002. Teori Ekonomi Mikro. Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta.Rizal, 2010. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Proses Pelaksanaan Program Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Padi di Kabupaten Jember. Politeknik Negeri Jember.Salvatore, Dominick. 2005. Managerial Ecanomics: Ekonomi Manajerial Dalam Perekonomian Global. edisi kelima. Salemba Empat. Jakarta.

Soekartawi, 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soekartawi, 2002. Prinsip Ekonomi Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisi Fungsi Cobb-Douglas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.Seoratno dan Lincolin Arsyad., 2003. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, Edisi Revisi, Cetakan Keempat, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.Sukirno, S., 2006. Makroekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.Sunani, N., 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak, Riau. Institut Pertanian Bogor.Tadeo, J.L, Consuelo, S.B., and Lorena, G., 2008. Analisis of Pesticides in Food and Environmental Samples. In: Jose L.T., editors. Pesticides: Clasification and Properies. Boca Raton: CRC Press: 2, 16-22.Triyanto, J., 2006. Produksi padi di Jawa Tengah. Universitas Diponegoro. SemarangWidayat, W., 2001. Matematika Ekonomi, BPFE, Yogyakarta.

10