Upload
vankhanh
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Perubahan Renstra Biro Organisasi Tahun 2014-2019 42
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
OPD
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Biro Organisasi terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya sebagaimana tertuang dalam tabel
T-IV.C.1 berikut:
Tabel T-IV.C.1
Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Biro Organisasi
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur
Aspek Kajian Standar yang Digunakan
Capaian/
Kondisi Saat ini
Faktor yang Mempengaruhi
Permasalahan Pelayanan OPD INTERNAL
(KEWENANGAN OPD)
EKSTERNAL (DILUAR
KEWENANGAN OPD)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kelembagaan
OPD Prov.
Jatim dan
Kabupaten/
Kota.
Persentase kelembagaan Kab./ Kota dan OPD Provinsi yang tepat fungsi dan ukuran
85.71
Inovasi dalam
memberikan pelayanan kepada Kabupaten/ Kota dan OPD Provinsi;
Ketersediaan Informasi tentang regulasi terbaru terkait tugas dan fungsi Biro Organisasi;
Kompetensi pejabat yang membidangi untuk memberikan
fasilitasi terhadap Kabupaten/ Kota dan OPD Provinsi.
Komitmen
Pimpinan Lembaga untuk mendukung Program Pemerintah Daerah;
Partisipasi Kabupaten/ Kota dan OPD Provinsi dalam melaksana-kan Program Pemerintah Daerah.
Masih ada
OPD Provinsi yang organisasinya belum sesuai dengan ketentuan;
Ukuran Organisasi tidak seimbang dengan beban urusan pemerintahan yang dilaksanakan;
Tumpang tindih Tupoksi antar OPD.
Masih ada Organisasi dan Tatakerja di Kab./Kota yang belum sesuai
dengan peraturan
Perubahan Renstra Biro Organisasi Tahun 2014-2019 43
Aspek Kajian Standar yang Digunakan
Capaian/
Kondisi Saat ini
Faktor yang Mempengaruhi
Permasalahan Pelayanan OPD INTERNAL
(KEWENANGAN OPD)
EKSTERNAL (DILUAR
KEWENANGAN OPD)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Persentase
komposisi
aparatur yang
sesuai standar
pada Kab/Kota
dan OPD Prov.
Jatim
47
perundang-undangan yang berlaku;
Masih ada Kab./Kota yang tidak melaksanakan fasilitasi dalam penataan organisasi perangkat daerahnya
semua OPD dan UPTD Provinsi serta Kab./ Kota sudah memahami dengan baik tentang Anjab, ABK, Standar Kompetensi Jabatan dan Evaluasi Jabatan, tetapi perlu di fasilitasi
Belum semua OPD dan UPTD Provinsi, serta Kab./ Kota menyusun Anjab dan ABK;
Belum tersusunnya Standar Kompetensi Jabatan dan Evaluasi Jabatan pada OPD dan UPTD Provinsi maupun Kab./ Kota.
Belum dilaksanakannya
surveyIKM PNS
Perubahan Renstra Biro Organisasi Tahun 2014-2019 44
Aspek Kajian Standar yang Digunakan
Capaian/
Kondisi Saat ini
Faktor yang Mempengaruhi
Permasalahan Pelayanan OPD INTERNAL
(KEWENANGAN OPD)
EKSTERNAL (DILUAR
KEWENANGAN OPD)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
OPD Prov. Jatim dan Kab./Kota yang sudah menyusun SOP, SPP dan IKM sesuai dengan ketentuan serta memiliki tata hubungan kerja Hasil analisis gambaran pelayanan OPD
Persentase Kab/Kota dan OPD Provinsi yang telah menerapkan Ketatalaksanaan Pemerintahan sesuai ketentuan
100
Belum semua kab./kota dan OPD Provinsi menyusun SOP sesuai
dengan pedoman yang ditetapkan;
Persentase Kab/Kota dan OPD yang telah menerapkan ketatalaksanaan Pelayanan Prima
55
OPD Provinsi dan Kab./ Kota belum semua
melaksanakan penyelenggara-an Akuntabilitas Kinerja secara Optimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku
% SAKIP OPD Prov. Jatim berpredikat A (sangat baik);
59
Pemahaman OPD terkait dengan SAKIP
semakin membaik. Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya nilai/predikat hasil evaluasi SAKIP
Biro Organisasi tidak henti-hentinya memberikan pembinaan kepada Kab/Kota sesuai dengan peraturan yang berlaku
Keinginan Kab/Kota untuk memperbaiki manajemen kinerja juga menyebabkan kemudahan bagi Biro Organisasidalam melaksanakan pembinaan
Komitmen kepala daerah dalam implementasi SAKIP
Masa Periode RPJMD Kab/Kota yang tinggal 1 atau 2 tahun biasanya menjadi penyebab Bupati/Walikota enggan untuk melakukan perubahan.
% SAKIP Kab./ Kota yang berpredikat B (baik);
50
OPD Prov. Jatim dan Kab./ Kota belum semua melaksanakan Budaya Kerja
Persentase OPD Prov Jatim dan OPD Kab/Kota yang memiliki Kelompok
18
Kurangnya strategi yang tepat untuk mendorong pelaksanaan/Implementasi KBK
Komitmen pimpinan belum maksimal
Belum semua OPD Provinsi memiliki KBK yang aktif;
Perubahan Renstra Biro Organisasi Tahun 2014-2019 45
Aspek Kajian Standar yang Digunakan
Capaian/
Kondisi Saat ini
Faktor yang Mempengaruhi
Permasalahan Pelayanan OPD INTERNAL
(KEWENANGAN OPD)
EKSTERNAL (DILUAR
KEWENANGAN OPD)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
sesuai dengan ketentuan
Budaya Kerja (KBK)
Kurang pahamnya tentang aturan pelaksanaan danpengembangan KBK
Belum semua kab./kota memiliki KBK yang aktif;
III.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Terpilih
Visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yaitu, “Jawa Timur
Lebih Sejahtera, Berakhlak, Berkeadilan, Mandiri dan Berdaya Saing” dengan Misi
“Makin Mandiri dan Sejahtera Bersama Wong Cilik”yang mempunyai 5 (lima) Misi
Utama. Dari 5 (lima) Misi Utama tersebut, Biro Organisasi sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya mendukung Misi Utama 4 yaitu “Meningkatkan Reformasi
Birokrasi dan Pelayanan Publik” dengan program yang sesuai sebagaimana
dituangkan dalam Tabel T-III.C2.
Tabel.T-III.C.2
Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan Biro Organisasi Terhadap Pencapaian Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah
Visi:Jawa Timur lebih sejahtera,beraklak,berkeadilan,mandiri, berdayasaing makin mandiri dan sejahtera bersama wong cilik
No Misi dan Program
KDH danWakil KDH
terpilih
PermasalahanPelayanan OPD
Faktor
Penghambat Pendorong
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Misi 4 :
Meningkatkan Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik
2 Program :
1) Mengembangkan konsep reformasi birokrasi sebagai reformasi administrasi yang terdiri dari elemen regulasi, sumber daya manusia, teknologi informasi dan kontrol masyarakat, untuk menghasilkan pelayanan
Belum Semua OPD Provinsi menyusun SPP dan melakukan survey IKM sesuai dengan pedoman yang ditetapkan;
Belum semua kab./kota menyusun SPP dan melakukan survey IKM sesuai dengan pedoman
Antusiasme OPD dan Kab./ Kota terhadap pelayanan publik belum maksimal;
Partisipasi OPD dalam rangka untuk memahami
Tuntutan dari masyarakat terhadap pelaya-nan yang baik;
Sudah adanya ketentuan perundangan yang mengatur tentang pelaksanaan
Perubahan Renstra Biro Organisasi Tahun 2014-2019 46
Visi:Jawa Timur lebih sejahtera,beraklak,berkeadilan,mandiri, berdayasaing makin mandiri
dan sejahtera bersama wong cilik
No Misi dan Program
KDH danWakil KDH terpilih
PermasalahanPelayanan OPD
Faktor
Penghambat Pendorong
(1) (2) (3) (4) (5)
publik yang lebih jelas tolak ukurnya;
yang ditetapkan; Belum semua OPD dan
UPTD Provinsi memahami dengan baik tentang Anjab, ABK, Standar Kompetensi Manajerial dan Evaluasi Jabatan;
Belum semua OPD dan
UPTD Provinsi menyusun Anjab dan ABK;
Belum tersusunnya Standar Kompetensi Manajerial dan Evaluasi Jabatan pada OPD dan UPTD Provinsi;
Masih ada Perangkat Daerah yang belum disesuaikan dengan PP 18 Tahun 2016 karena petunjuk teknisnya belum ada;
Belum semua OPD
Provinsi memiliki KBK; Belum semua kab./kota
memiliki KBK;
apa yang telah disosialisasi-kan terkait Anjab dan ABK belum maksimal;
Belum adanya tindak lanjut terhadap program Standar Kompetensi Manajerial dan Evaluasi Jabatan;
Budaya kerja yang menganut paradigma lama;
Penataan kelembaga-an belum dilakukan
berdasarkan analisis beban kerja dan analisis jabatan
Belum adanya pemahaman tentang penataan kelembagaan yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing)
Belum adanya
sanksi yang tegas terhadap OPD yang organisasinya tidak sesuai ketentuan;
Belum adanya sanksi yang tegas terhadap OPD yang organisasi-nya tidak sesuai ketentuan
Belum ada ketentuan yang menekan-kan
Analisis Jabatan, ABK, Standar Kompetensi Jabatan, dan Evaluasi Jabatan;
Komitmen pimpinan untuk tertib administrasi kepegawaian;
OPD sudah menyusun analisis jabatan dan analisis beban kerja di instansinya masing-masing
Sebagian OPD sudah memahami tentang penataan kelembagaan yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing)
melalui sosialisasi yang dilakukan Biro Organisasi;
Sudah adanya berbagai peraturan yang mengatur tentang penataan kelembagaan di Kabupaten/ Kota
Sudah ada prosedur dan dasar hukum mengenai fasilitasi
Kabupaten/ Kota ke Provinsi melalui konyusultasi Peraturan Daerah
Perubahan Renstra Biro Organisasi Tahun 2014-2019 47
Visi:Jawa Timur lebih sejahtera,beraklak,berkeadilan,mandiri, berdayasaing makin mandiri
dan sejahtera bersama wong cilik
No Misi dan Program
KDH danWakil KDH terpilih
PermasalahanPelayanan OPD
Faktor
Penghambat Pendorong
(1) (2) (3) (4) (5)
bahwa kabupaten/ kota harus melaksana-kan fasilitasi kepada provinsi saat melakukan penataan
kelembagaan
2) Meningkatkan efesiensi dan efektifitas ketatalaksanaan dan prosedur dari semua tingkat pelayanan publik;
Semua OPD Provinsi sudah menyusun SOP sesuai dengan pedoman yang ditetapkan, tetapi belum melaporkan ke Gubernur/Pemerintah Provinsi;
Belum semua kab./kota menyusun SOP sesuai dengan pedoman yang ditetapkan;
Partisipasi OPD dan Kab./ Kota terhadap penyusunan dan pelaksanaan SOP belum maksimal
Sudah ada pedoman tentang tatacara penyusunan SOP
Diperlukan pengaturan hubungan kerja antar OPD untuk menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas
3) Melanjutkan, dan
mening-katkan transparansi dan akuntabilitas layanan peme-rintahan dengan perumusan pelayanan standart minimal yang diketahui masyarakat, beserta pemantauan pelak-sanaannya oleh masya-rakat;
Masih ada, meskipun hanya beberapa OPD yang belum maksimal dalam penerapan SAKIP
Partisipasi
kab./Kota dan OPD belum maksimal
Adanya
komitmen pimpinan tertinggi untuk melakukan program tersebut.
III.3. Telaahan Renstra OPD Provinsi
Tabel.T-IV.C.3
Permasalahan Pelayanan Biro Organisasi beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya
No Sasaran Jangka
Menengah Renstra Biro Organisasi
Permasalahan Pelayanan OPD
SebagaiFaktor
Penghambat Pendorong
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Meningkatnya ketepatan waktu penyelesaian dokumen penyelenggaraan pemerintahan
Keterlambatan penyelesaian dokumen penyelenggaraan pemerintahan
Masih rendahnya pemahaman terhadap tata cara dan tenggat waktu penyelesaia
Adanya peraturan perundangan yang mengatur mengenai tatacara dan tenggat
Perubahan Renstra Biro Organisasi Tahun 2014-2019 48
No Sasaran Jangka
Menengah Renstra Biro Organisasi
Permasalahan
Pelayanan OPD
SebagaiFaktor
Penghambat Pendorong
(1) (2) (3) (4) (5)
n dokumen waktu penyelesaian dokumen
2. Terwujudnya kelembagaan yang tepat fungsi dan tepat ukuran;
Masih ada OPD Provinsi yang organisasinya belum sesuai dengan ketentuan;
Ukuran Organisasi tidak seimbang dengan beban urusan pemerintahan yang dilaksanakan;
Masih ada Perangkat Daerah yang belum disesuaikan
dengan PP 18 tahun 2016 karena petunjuk teknisnya belum ada
Penataan kelembaga-an belum dilakukan berdasarkan analisis beban kerja dan analisis jabatan
Belum adanya pemahaman tentang penataan kelembaga-an yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing)
Belum adanya sanksi yang tegas terhadap OPD yang organisasi-nya tidak sesuai ketentuan
Belum adanya sanksi yang tegas terhadap OPD yang organisasi-nya tidak
sesuai ketentuan
Belum ada ketentuan yang menekan-kan bahwa kabupaten/kota harus melaksana-kan fasilitasi kepada provinsi saat melakukan
penataan kelemba-gaan
Sebagian OPD sudah menyusun analisis jabatan dan analisis beban kerja di instansinya masing-
masing Sebagian
OPD sudah memahami tentang penataan kelembagaan yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing) melalui sosialisasi yang dilakukan Biro Organisasi
Sudah adanya berbagai peraturan yang mengatur tentang penataan kelembagaan di Kabupaten/ Kota
Sudah ada
prosedur mengenai fasilitasi Kabupaten/ Kota ke Provinsi melalui konyusultasi Peraturan Daerah
Pembagian kewenangan pada pemerintah pusat,
provinsi dan pemerintah Kab/Kota
Perubahan Renstra Biro Organisasi Tahun 2014-2019 49
No Sasaran Jangka
Menengah Renstra Biro Organisasi
Permasalahan
Pelayanan OPD
SebagaiFaktor
Penghambat Pendorong
(1) (2) (3) (4) (5)
sudah diatur dengan UU 23 tahun 2014
Sudah ada koordinasi di pemerintah pusat dalam penyusunan kebijakan sehingga pemda
memiliki pedoman yang lebih jelas dalam menata kelembagaan
3. Meningkatnya ketatalaksana-an pemerintah yang efektif dan efisien menuju optimalisasi pelayanan publik
Semua OPD Provinsi sudah menyusun SOP sesuai dengan pedoman yang ditetapkan, tetapi perlu di fasilitasi;
Belum semua kab./kota menyusun SOP sesuai dengan pedoman yang ditetapkan;
Tata hubungan kerja dan Ketatalaksanaan Pemerintahan belum sesuai ketentuan.
Belum Semua OPD Provinsi menyusun SPP dan melakukan survey IKM sesuai dengan pedoman yang ditetapkan;
Belum semua kab./kota menyusun SPP dan melakukan survey IKM sesuai dengan pedoman yang ditetapkan.
Belum semua OPD Provinsi
memiliki KBK yang aktif; Belum semua kab./kota
memiliki KBK yang aktif
Partisipasi OPD dan Kab./ Kota terhadap penyusunan dan pelaksanaan SOP belum maksimal
Belum ada-nya legalitas daerah tentang Tata Hubungan Kerja Pemerintah
Sudah ada pedoman tentang tatacara penyusunan SOP
Diperlukan pengaturan hubungan kerja antar OPD untuk menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas
Tuntutan dari masyara-kat terhadap pelayanan yang baik
4.
Meningkatnya kesesuaian kompetensi Aparatur dengan jabatan disertai peningkatan mutu pelayanan kepegawaian di lingkungan Setda. Prov. Jatim
Belum semua OPD dan UPTD Provinsi memahami dengan baik tentang Anjab, ABK, Standar Kompetensi Jabatan dan Evaluasi Jabatan;
Belum semua OPD dan UPTD Provinsi menyusun Anjab dan ABK;
Belum tersusunnya Standar Kompetensi Jabatan dan Evaluasi Jabatan pada OPD dan UPTD Provinsi.
Belum dilaksanakannya
Partisipasi OPD dalam rangka untuk memahami apa yang telah disosialisasi-kan terkait Anjab dan ABK belum
maksimal; Belum
adanya
Sudah adanya ketentuan perunda-ngan yang mengatur tentang pelaksanaanAnalisis Jabatan, ABK,
Standar Kompetensi Jabatan,
Perubahan Renstra Biro Organisasi Tahun 2014-2019 50
No Sasaran Jangka
Menengah Renstra Biro Organisasi
Permasalahan
Pelayanan OPD
SebagaiFaktor
Penghambat Pendorong
(1) (2) (3) (4) (5)
survey IKM PNS. tindak lanjut terhadap program Standar Kompetensi Manajerial dan Evaluasi Jabatan.
Budaya kerja yang menganut
paradigma lama.
dan Evaluasi Jabatan;
Komitmen pimpinan untuk tertib administrasi kepegawai-an
5. Meningkatnya Kinerja dan Akuntabilitas Instansi Pemerintah.
Masih ada, meskipun hanya beberapa OPD yang belum maksimal dalam penerapan SAKIP
Partisipasi kab./Kota dan OPD belum maksimal
Adanya komitmen pimpinan tertinggi untuk melakukan program tersebut.
III.4. Penentuan Isu-isu Strategis
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka isu-isu strategisBiro
Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur untuk periode 2 (dua) tahun
kedepan dapat dikelompokkan kedalam 7 (tujuh) kelompok isu strategis
sebagai berikut:
A. Mewujudkan Kelembagaan yang tepat fungsi dan tepat ukuran
Undang-Undang 32 Tahun 2004 yang mengatur tentang Pemerintahan
Daerah dianggap sudah tidak dapat mengakomodir kebutuhan dan
tuntutan masyarakat bagi pemerintah. Oleh karena itu, Undang-Undang
tersebut telah di ganti dengan UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah guna memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada. Adanya
Undang-Undang 23 pada akhirnya juga menuntut dilakukan perubahan
terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 diganti
Perubahan Renstra Biro Organisasi Tahun 2014-2019 51
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah. Dalam PP tersebut dijelaskan, bahwa Perangkat Daerah adalah
unsur pembantu kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan
daerah. Untuk mewujudkan kelembagaan yang tepat fungsi dan tepat
ukuran diperlukan kriteria yang jelas dalam persyaratan pembentukan
lembaga baru. Pembentukan Perangkat Daerah dilakukan berdasarkan asas
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, intensitas urusan
pemerintahan dan potensi daerah, efisiensi, efektivitas, pembagian habis
tugasm rentang kendali, tata kerja yang jelas dan fleksibilitas. Dengan
ketentuan yang ada pada PP 18 Tahun 2016 penataan kembali organisasi
perangkat daerah akan mengurangi jumlah jabatan struktural, tanpa
mengurangi jumlah pegawai. Di samping itu juga, pembentukan dan
susunan Perangkat Daerah ditetapkan dengan Perda, yang berlaku setelah
mendapat persetujuan dari Menteri bagi perangkat daerah provinsi dan
lembaga baru harus terlebih dahulu dilakukan analisa organisasi yang
didasarkan pada hasil analisis jabatan dan analisis beban kerja dengan
mempertimbangkan optimalisasi pelayanan kepada masyarakat. Hal ini
dalam rangka untuk menghindari adanya ukuran organisasi yang tidak
seimbang dengan beban urusan pemerintahan yang dilaksanakan dan
tumpang tindih tugas dan fungsi antar lembaga.
B. Meningkatkan Kesesuaian Ukuran Perangkat Daerah Kab./Kota
Terbentuknya organisasi perangkat daerah di Kab./ Kota sesuai dengan
besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah,
cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis
dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah
kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang
akan ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu
kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah
tidak senantiasa sama atau seragam. Tata cara atau prosedur, persyaratan,
kriteria, pembentukan suatau organisasi perangkat daerah ditetapkan
Perubahan Renstra Biro Organisasi Tahun 2014-2019 52
dalam peraturan daerah yang mengacu pedoman yang ditetapkan
pemerintah.
C. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik;
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 telah mengamanatkan bahwa
negara berkewajiban memberikan pelayanan publik bagi setiap warga
negara. Hal ini didukung dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur
Nomor 8 Tahun 2011 yang mengatur tentang ketentuan pelayanan publik
di Provinsi Jawa Timur. Agar dapat memberikan pelayanan publik sesuai
kebutuhan masyarakat, disusunlah instrumen standarisasi pelayanan publik
seperti Standar Pelayanan Minimal (SPM), Standar Operasional Prosedur
dan Standar Pelayanan Publik (SPP). Instrumen-instrumen ini dibuat
sebagai standar instansi pemerintah dalam memberikan pelayanan publik
kepada warga negara yang diukur dengan Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM).
Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan
pelayanan publik sesuai azas-azas umum pemerintah dan koordinasi yang
baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan
masyarakat dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan
pelayanan publik diperlukan pengaturan hukum yang mendukung.Dengan
terwujudnya hal tersebut diharapkan akan memperbaiki citra pemerintah
dimata masyarakat, karena dengan kualitas pelayanan publik yang semakin
baik, kepastian dan kepercayaan masyarakat dapat diwujudkan.
D. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara
Lahirnya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara menuntut adanya
perubahan yang signifikan dibidang kepegawaian. Jika pada ketentuan
sebelumnya berbasis karir, dengan adanya Undang-Undang Aparatur Sipil
Negara menjadi berbasis Kinerja (profesi). Berkaitan dengan kinerja, maka
diperlukan kompetensi aparatur yang baik, sehingga diperlukan standar
kompetensi yang harus dimiliki oleh pegawai yang mana telah diatur dalam
Peraturan Kepala BKN Nomor 7 tahun 2013 tentang pedoman penyusunan
Standar Kompetensi Manajerial Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Kepala
Perubahan Renstra Biro Organisasi Tahun 2014-2019 53
BKN Nomor 8 tahun 2013 tentang pedoman penyusunan Standar
Kompetensi Teknis Pegawai Negeri Sipil. Dalam penyusunan Standar
Kompetensi tersebut diperlukan informasi jabatan yang berasal dari hasil
Analisis Jabatan.
Wujud dari kinerja yang baik ini dapat terlihat dari kualitas kerja yang
dihasilkan, diantaranya adalah kualitas pelayanan yang diberikan. Biro
Organisasi memiliki Sub Bagian Kepegawaian Sekretariat Daerah yang
bertugas memberikan pelayanan administrasi kepegawaian di lingkungan
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur. Sebagai bahan evaluasi terhadap
kinerja pelayanan yang diberikan perlu dilakukan survei terhadap kepuasan
PNS di lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur akan pelayanan
administrasi kepegawaian yang diperoleh (IKM PNS). Disamping itu untuk
menilai prestasi kerja pegawai, dengan terbitnya Peraturan Kepala BKN
Nomor 1 tahun 2013 tentang petunjuk pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Pegawai. Ada perubahan
penilaian dari Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai (DP3) menjadi Sasaran
Kerja Pegawai (SKP) yang berisi target yang akan dicapai oleh masing-
masing pegawai untuk periode 1 (satu) tahun sesuai dengan beban kerja
jabatan. Seiring dengan adanya perubahan ketentuan kepegawaian perlu
dilakukaan pembinaan kepegawaian di lingkungan Sekretariat Daerah
Provinsi Jawa Timur, sehingga masing-masing pegawai dapat memahami
dan menyesuaikan dengan ketentuan terbaru.
E. Remunerasi PNS
Kementerian Dalam Negeri telah memperoleh remonerasi sejak tahun
2013. Seiring dengan hal tersebut, dalam rangka menunjang kesejahteraan
yang proporsional bagi PNS Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan
memberikan Tunjangan Kinerja. Besaran tunjangan kinerja ini berbeda
untuk masing-masing jabatan sesuai dengan kelas jabatan (job grade).
Kelas jabatan untuk masing-masing jabatan struktural ataupun fungsional
disusun berdasarkan hasil evaluasi jabatan sebagaimana telah diatur dalam
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Jabatan.
Perubahan Renstra Biro Organisasi Tahun 2014-2019 54
Jabatan yang dievaluasi adalah jabatan-jabatan sesuai hasil Analisis
Jabatan dengan beberapa faktor penilaian terhadap tugas pokok dan fungsi
jabatan masing-masing.
F. Meningkatkan Kinerja dan Akuntabilitas Instansi Pemerintah.
Mewujudkan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) menjadi
tantangan tersendiri bagi pemerintah di era globalisasi ini. Beberapa
prinsip yang menjadi pondasi Good Governance di antaranya adalah prinsip
akuntabilitas. Bagi instansi pemerintah, akuntabilitas menjadi amat penting
karena kegiatan pemerintah dilaksanakan dari anggaran pendapatan
daerah. Untuk itu, setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk
mempertanggungjawabkan anggaran yang telah diberikan kepadanya dan
melaporkannya secara tahunan. Laporan akuntabilitas kinerja Gubernur
Jawa Timur dan OPD yang menggambarkan capaian sasaran indikator
kinerja berupa gambaran keberhasilan maupun kegagalan dari hasil-hasil
(outcome) pembangunan dan pemerintahan sesuai dengan tugas yang
menjadi lingkup kewenangan dan tanggung jawab masing-masing OPD.
Untuk mewujudkan akuntabilitas dalam instansi pemerintah, perlu
diciptakan sinergi mulai dari perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan
sampai evaluasi dan pelaporan kegiatan. Sebagai bentuk perencanaan
instansi pemerintah perlu disusun penetapan kegiatan tahunan dan
indikator kinerja disetiap OPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur berdasarkan program kebijakan dan sasaran skala prioritas yang
telah ditetapkan dalam rencana strategis berbentuk rencana kerja
tahunan.Di samping itu juga setiap instansi pemerintah harus menetapkan
lembar/dokumen perjanjian kinerja yang berisikan penugasan antara
Gubernur Jawa Timur dengan Kepala OPD di lingkungan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur, serta penugasan antara pimpinan yang lebih tinggi
kepada pimpinan yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan
dalam mencapai target-target kinerja yang telah ditetapkan oleh OPD.