45
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI TENTANG PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran matematika tidaklah sama maknanya dengan mengajar matematika. Mengajar adalah mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan minat siswa melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran adalah upaya menciptakan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004:2). Para guru diharapkan merancang pembelajaran matematika, sehingga memberikan kesempatan yang seluas – luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dalam membangun konsep secara mandiri atau bersama – sama. 11

BAB II_refisi Makalah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II_refisi Makalah

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI TENTANG PEMBELAJARAN KOOPERATIF

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran matematika tidaklah sama maknanya dengan

mengajar matematika. Mengajar adalah mengatur, mengorganisasikan

lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat mendorong dan

menumbuhkan minat siswa melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran

adalah upaya menciptakan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,

minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi

optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa

(Suyitno, 2004:2). Para guru diharapkan merancang pembelajaran

matematika, sehingga memberikan kesempatan yang seluas – luasnya

kepada siswa untuk berperan aktif dalam membangun konsep secara

mandiri atau bersama – sama.

Menurut Amin Suyitno (2006:1), suatu kegiatan pembelajaran di

kelas disebut model pembelajaran jika: (1) ada kajian ilmiah dari

penemunya, (2) ada tujuannya, (3) ada tingkah laku yang spesifik, (4) ada

kondisi spesifik yang diperlukan agar tindakan/kegiatan pembelajaran

tersebut dapat berlangsung secara efektif.

Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model

pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi

mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman

itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan,

11

Page 2: BAB II_refisi Makalah

12

dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari

penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan

siswa selama belajar. Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan

serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat

(memorizing) atau menghapal (rote learning) ke arah berpikir (thinking)

dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan

discovery learning (pembelajaran penemuan) atau inquiry learning

(pembelajaran penyelidikan), dari belajar individual kekooperatif, serta

dari subject centered keclearer centered atau terkonstruksinya

pengetahuan siswa (Setiawan, 2005).

Setiap siswa dalam satu kelas pasti mempunyai tingkat kemampuan

yang berbeda – beda (tinggi, sedang dan rendah) dan juga tidak menutup

kemungkinan akan adanya perbedaan ras, budaya, dan suku. Untuk itu

kita harus menggunakan model pembelajaran yang bisa kita diterapkan

pada kondisi siswa seperti di atas.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model

pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok – kelompok. Setiap

siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang

berbeda – beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan

anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta

memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif

mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk

menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran.

Page 3: BAB II_refisi Makalah

13

"Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat

sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)" (Wina

Sanjaya, 2006:242).

Sedangkan menurut Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 42)

"Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan

bersama". Menurut Isjoni (2009:14) "Pembelajaran kooperatif merupakan

strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil

yang tingkat kemampuannya berbeda". Dan menurut Muslimin Ibrahim

(2000:12) mengatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif selain

membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit, juga berguna

untuk membantu siswa menumbuhkan keterampilan kerjasama, berfikir

kritis, dan kemampuan membantu teman”.

”Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran sangat tepat

digunakan untuk melatihkan keterampilan – keterampilan kerja sama dan

kolaborasi, dan juga keterampilan – keterampilan tanya jawab (Ibrahim,

dkk, 2000: 9)”. Sedangkan Menurut Sutawijaya (dalam Suhito, 2003: 16),

pembelajaran kooperatif adalah salah satu alternatif yang perlu

digalakkan dalam konstruktivisme, karena pertimbangan sebagai berikut:

a. Siswa yang sedang menyelesaikan masalah bersama – sama dengan

teman sekelas, akan dapat menumbuhkan refleksi yang membutuhkan

kesadaran tentang apa yang sedang dipikirkan dan dikerjakan.

Page 4: BAB II_refisi Makalah

14

b. Menjelaskan kepada temannya biasanya mengarah kepada suatu

pemahaman yang lebih jelas dan sering menemukan ketidak

konsistenan pada pikirannya sendiri.

c. Ketika suatu kelompok kecil menerangkan solusinya ke seluruh kelas

(tidak peduli apakah solusi itu cocok atau tidak) kelompok

memperoleh kesempatan berharga untuk mempelajari hasil yang

diperoleh.

d. Mengetahui bahwa ada teman sekelompok belum bisa menjawab, akan

meningkatkan gairah setiap anggota kelompok untuk mencoba

menemukan jawabannya.

e. Keberhasilan suatu kelompok menemukan suatu jawaban, akan

menumbuhkan motivasi untuk menghadapi masalah baru.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran dimana

siswa belajar dalam kelompok – kelompok kecil yang memiliki tingkat

kemampuan berbeda. Dan dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,

setiap anggota kelompok saling bekerjasama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran.

2. Prinsip dan Unsur – unsur Penting Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif

sebagai berikut:

a) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

Page 5: BAB II_refisi Makalah

15

b) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua

anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung

jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

d) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan

membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya.

f) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta

mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani

dalam kelompok kooperatif.

Sementara itu menurut Ibrahim dkk (2000), unsur – unsur

pembelajaran kooperatif adalah :

a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka

”sehidup sepenanggungan bersama”.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya.

c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota dalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di

antaranggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan

yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan

untuk belajar bersama.

Page 6: BAB II_refisi Makalah

16

g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Selain itu, menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992),

terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

a) Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa

Dalam pembelajaran kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang

bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.

Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya

juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari

kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.

b) Interaksi antara siswa yang semakin meningkat

Pembelajaran kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa.

Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain

untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan

ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang

dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi

masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan

dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran

kooperatif adalah dalam hal tukar – menukar ide mengenai masalah

yang sedang dipelajari bersama.

c) Tanggung jawab individual

Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa

tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang

Page 7: BAB II_refisi Makalah

17

membutuhkan bantuan (bukan waktu ujian) dan (b) siswa tidak dapat

hanya sekadar ”membonceng” pada hasil kerja teman.

d) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil

Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi

yang diberikan, seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana

berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa

bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam

kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

e) Proses kelompok

Pembelajaran kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses

kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok

mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik

dan membuat hubungan kerja yang baik.

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Adapun tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran kooperatif

antara lain (Ibrahim, 2000: 7):

a. Hasil belajar akademik

Dalam pembelajaran kooperatif selain mencakup beragam tujuan

sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas – tugas akademis

penting lainnya. Para pengembang model ini telah menunjukkan

bahwa model struktur penghargaan kooperatif dapat meningkatkan

nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang

berhubungan dengan hasil belajar.

Page 8: BAB II_refisi Makalah

18

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain dari pembelajaran kooperatif adalah penerimaan

secara luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, dll.

Dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling

menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting yang ketiga pembelajaran kooperatif adalah

mengajarkan pada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi yang

sangat penting untuk dimiliki peserta didik supaya mampu dalam

menghadapi persaingan global untuk memenangkan persaingan

tersebut.

4. Langkah – langkah Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan

komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling

belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi

kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling

menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.

Terdapat 6 (enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.

Fase Tingkah Laku Guru

Fase – 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran

tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase – 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan lewat bahan bacaan

Page 9: BAB II_refisi Makalah

19

Fase – 3

Mengorganisasikan siswa

ke dalam kelompok

kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar

melakukan transisi secara efisien

Fase – 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok – kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan

tugas mereka

Fase – 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau masing –

masing kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya

Fase – 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara – cara untuk

menghargai hasil belajar individu dan

kelompok

5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Penggunaan model pembelajaran kooperatif untuk mengajar

mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerjasama dengan teman lain

dalam mencapai tujuan bersama. Adapun kelebihan penggunaan

pembelajaran kooperatif adalah :

a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif

mengadakan penelitian mengenai suatu masalah.

c) Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan

keterampilan berdiskusi.

d) Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan sebagai individu

serta kebutuhannya dalam belajar.

Page 10: BAB II_refisi Makalah

20

e) Siswa lebih aktif bergabung dengan teman mereka dalam pelajaran,

mereka lebih aktif berpartisipasi dalam berdiskusi.

f) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa

menghargai dan menghormati antar siswa, dimana mereka telah

saling bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan

bersama.

Tetapi disamping adanya kelebihan dalam pembelajaran kooperatif,

pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan – kelemahan antara

lain sebagai berikut :

a) Kerja sama kelompok seringkali hanya melibatkan kepada siswa

yang mampu, sebab mereka cukup memimpin dan mengarahkan

kepada mereka yang kurang mampu.

b) Strategi ini kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda

– beda dan gaya mengajar yang berbeda pula.

c) Keberhasilan strategi kelompok ini bergantung kepada kemampuan

siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri.

(Sumber : http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-

pembelajaran-kooperatif/)

B. KAJIAN TEORI TENTANG PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK – PAIR – SHARE (TPS)

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

TPS (think – pair – share) adalah merupakan jenis pembelajaran

yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Think – pair –

Page 11: BAB II_refisi Makalah

21

share pertama kali kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya

di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan

bahwa think – pair – share merupakan suatu cara yang efektif untuk

membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua

diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara

keseluruhan, dan prosedur yang dalam think – pair – share dapat

memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespons dan saling

membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat

atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya.

Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa

yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan think –

pair – share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.

2. Langkah – langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Tahapan utama dalam pembelajaran think – pair – share adalah

sebagai berikut:

Tahap I

Tahap II

:

:

Thinking (berpikir). Guru mengajukan pertanyaan

atau masalah yang berhubungan dengan pelajaran,

dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa

menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah

tersebut.

Pairing (berpasangan). Guru meminta siswa

berpasangan dengan siswa yang lain untuk

mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.

Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi

Page 12: BAB II_refisi Makalah

22

Tahap III :

jawaban atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus

telah diidentifikasi. Secara normal guru memberi

waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk

berpasangan.

Sharing (berbagi). Pada langkah akhir, guru meminta

pasangan – pasangan untuk berbagi dengan

keseluruhan kelas tentang apa yang telah mereka

bicarakan. Hal ini efektif dilakukan dengan cara

bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan

sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat

kesempatan untuk melaporkan.

Adanya kegiatan berpikir – berpasangan – berbagi dalam metode

think – pair – share memberi banyak keuntungan. Siswa secara individual

dapat mengembangkan pemikirannya masing – masing karena adanya

waktu berpikir (think time) sehingga kualitas jawaban siswa juga dapat

meningkat. Menurut Nurhadi (2004), akuntabilitas berkembang karena

setiap siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing – masing

dan berbagi dengan seluruh kelompok dalam satu kelas. Jumlah anggota

kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara

aktif, sehingga siswa yang jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di

depan kelas paling tidak memberi ide atau jawaban kepada pasangannya.

3. Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Menurut Ibrahim, dkk. (2000:6) pembelajaran kooperatif tipe TPS

mempunyai kelebihan sebagai berikut :

Page 13: BAB II_refisi Makalah

23

a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas

Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa

menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas – tugas atau

permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga

diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum

guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

b. Memperbaiki kehadiran

Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain

untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga

dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap

pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa

tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil

belajar mereka.

c. Sikap apatis berkurang

Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa

malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang

disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru.

Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar,

metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton

dibandingkan metode konvensional.

d. Penerimaan terhadap individu lebih besar

Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di

dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar – benar rajin dan

cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan

Page 14: BAB II_refisi Makalah

24

siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru.

Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua

siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.

e. Hasil belajar lebih mendalam

Parameter dalam proses belajar mengajar adalah hasil belajar

yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan

hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada

akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.

f. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran

TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga

siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat

orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak

diterima.

Sedangkan kelemahan metode TPS ini adalah pembelajaran yang

baru diketahui, kemungkinan yang dapat timbul adalah sejumlah siswa

bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar

siswa (Ibrahim, 2000:18). Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe TPS

membutuhkan waktu yang banyak dalam pelaksanaanya.

Page 15: BAB II_refisi Makalah

25

C. KAJIAN TEORI TENTANG CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING

1. Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching

and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru

mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan

memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga

negara, dan tenaga kerja (US. Departement of Education the National

School-to-work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001).

Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan

siswa – siswa TK sampai dengan SMA untuk menguatkan, memperluas,

dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam

berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat

memecahkan masalah – masalah dunia nyata atau masalah – masalah

yang disimulasi (University of Washington, 2001).

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning)

adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari – hari, dengan melibatkan tujuh

komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme

(constructivisme), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat

Page 16: BAB II_refisi Makalah

26

belajar (learning community), pemodelan (modeling), Refleksi

(reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment).

2. Langkah – langkah Pembelajaran Contextual Teaching And Learning

Pendekatan Contextual Teaching And Learning memiliki tujuh

komponen utama yaitu konstruktivisme (constructivisme), inkuiri

(inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning

community), pemodelan (modeling), Refleksi (reflection), dan penilaian

autentik (authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan

pendekatan Contextual Teaching And Learning jika menerapkan ketujuh

komponen tersebut dalam pembelajarannya. CTL (Contextual Teaching

And Learning) dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi

apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya (Depdiknas, 2002).

Secara garis besar langkah – langkah penerapan CTL (Contextual

Teaching And Learning) dalam kelas sebagai berikut:

a) Konstruktivisme (constructivisme)

Salah satu landasan teoritis pendidikan modern adalah

pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya

menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan

mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar.

Konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan

membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada

pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit

demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan

tidak secara tiba – tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih

Page 17: BAB II_refisi Makalah

27

diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa

mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.

b) Inkuiri (inquiry)

Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan

pembelajaran berbasis kontekstual, karena pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta – fakta tetapi hasil dari menemukan

sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus

yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),

mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data

gathering), penyimpulan (conclusion).

c) Bertanya (questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari

bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran

berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk :

1)menggali informasi, 2)menggali pemahaman siswa,

3)membangkitkan respon kepada siswa, 4)mengetahui sejauh mana

keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal – hal yang sudah diketahui

siswa, 6)memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki

guru, 7)membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa,

8)untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d) Masyarakat Belajar (learning community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran

diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar

Page 18: BAB II_refisi Makalah

28

diperoleh dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar

yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar terjadi apabila

ada proses komunikasi dua arah. Maksudnya dalam masyarakat

belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi

pembelajaran saling belajar satu sama lain.

Seorang guru yang mengajari siswanya bukan contoh

masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu

informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus

informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa.

e) Pemodelan (modeling)

Pemodelan pada dasarnya akan membahas langkah – langkah

yang dipikirkan dengan cara demontrasi sebelum siswanya

melakukan suatu tugas tertentu. Kemudian guru menginginkan

siswanya untuk belajar mengerjakan suatu tugas dengan

menggunakan cara yang sudah didemontrasikan. Dalam

pembelajaran kontekstual guru bukan satu – satunya model, model

dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan

ahli dari luar.

f) Refleksi (reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa

yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang

sudah dilakukan dimasa sebelumnya. Realisasinya dalam

pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa

Page 19: BAB II_refisi Makalah

29

melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa

yang diperoleh hari itu.

g) Penilaian Autentik (authentic assessment)

Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang

bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa.

Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan

belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa

siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah

pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta

penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

3. Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Contextual Teaching And

Learning

Kelebihan model pembelajaran contextual teaching and learning

(pembelajaran kontekstual) adalah sebagai berikut :

1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa

dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman

belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,

sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan

kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi

secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan

tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah

dilupakan.

2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan

konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut

Page 20: BAB II_refisi Makalah

30

aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk

menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis

konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami”

bukan ”menghafal”. (sumber : http://nadhirin.blogspot.com)

Selain kelebihan yang didapat dalam pembelajaran ini, juga ditemui

beberapa Kelemahan yaitu :

1) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL,

guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah

mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk

menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa.

Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.

Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat

perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan

demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ”

yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa

agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar dengan

menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi – strategi mereka

sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru

memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa

agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

(sumber : http://nadhirin.blogspot.com)

Page 21: BAB II_refisi Makalah

31

D. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think – Pair – Share)

DENGAN PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching And Learning)

Pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan Contextual

Teaching And Learning adalah suatu pembelajaran berkelompok yang konten

mata pelajarannya dikaitkan dengan keadaan dunia nyata serta pemecahan

masalah dilakukan oleh siswa secara mandiri dan beberapa saat kemudian

berpasangan dengan siswa yang lain untuk berbagi ide. Selanjutnya pasangan

tersebut berbagi dengan seluruh pasangan lain dalam satu kelas tentang apa

yang telah mereka bicarakan.

Langkah – langkah Pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan

pendekatan Contextual Teaching And Learning adalah sebagai berikut :

LANGKAHAKTIVITAS

GURU SISWAKegiatan Awal

a. Menyampaikan indikator

pencapaian hasil belajar materi

Deret Aritmetika (Sn, suku ke-n

barisan aritmetika jika diketahui

suku pertama).Memperhatikan dan

menelaah apa yang

disampaikan gurub. Memotivasi siswa dengan

memberitahukan manfaat dari

belajar materi Deret Aritmetika

(Sn, suku ke-n barisan aritmetika

jika diketahui suku pertama).

Kegiatan Inti

a. Menjelaskan tentang materi Deret

Aritmetika (Sn, suku ke-n barisan

aritmetika jika diketahui suku

pertama).

Mendengarkan

penjelasan guru

b. Memberikan suatu permasalahan

yang ada dilembar kerja siswa

Mengerjakan LKS

secara mandiri

Page 22: BAB II_refisi Makalah

32

(LKS terlampir)

kemudian menyuruh siswa

mengerjakan secara mandiri.

(Think dengan

pendekatan

Contextual Teaching

And Learning

(Konstruktivisme,

Inquiry, Bertanya))

c. Siswa diminta mendiskusikan hasil

pemikirannya dengan teman

sebangkunya (kelompok 2 orang).

Berpasangan dengan

teman sebangku dan

mendiskusikan

pekerjaan masing –

masing (Pair dengan

pendekatan

Contextual Teaching

And Learning

(Bertanya,

Masyarakat Belajar,

Pemodelan,

Refleksi))

d. Memanggil sebagian kelompok

untuk mengemukakan hasil

diskusinya pada kelompok lain

dalam kelas.

Pasangan yang

dipanggil maju dan

mempresentasikan

pekerjaannya.

Sementara itu

kelompok yang lain

mengoreksi pekerjaan

pasangan yang

sedang

berpresentasikan

(Share dengan

pendekatan

Contextual Teaching

And Learning

Page 23: BAB II_refisi Makalah

33

(Bertanya,

Masyarakat Belajar,

Pemodelan, Refleksi,

Authentic

Assessment))

e. Guru mengarahkan pembicaraan

pada pokok permasalahan dan

menambah materi yang belum

diungkapkan para peserta didik

kemudian diberikan kesimpulan

tentang materi Deret Aritmetika

(Sn, suku ke-n barisan aritmetika

jika diketahui suku pertama).

Dengan bimbingan

guru menyimpulkan

tentang materi Deret

Aritmetika (Sn, suku

ke-n barisan

aritmetika jika

diketahui suku

pertama)

f. Guru memberikan soal untuk

dikerjakan secara berkelompok.

Mengerjakan secara

berkelompok

Kegiatan Akhir

a. Guru memberikan pekerjaan

rumah (LKS Hayati Kelas XII-hal

9).

Mengerjakan tugas

rumah

b. Mengakhiri pelajaran.

E. MATERI DERET ARITMETIKA

a) Deret Aritmetika

Misalkan Andi ingin membeli sepeda motor seharga Rp. 500.000,-,

ia berusaha menabung di celengan dengan perincian sebagai berikut :

Minggu ke-1 = Rp. 5.000,- ⇒ U1

Minggu ke-2 = Rp. 5.000,- + Rp. 1.000,- = Rp. 6.000,- ⇒ U2

Minggu ke-3 = Rp. 5.000,- + Rp. 1.000,- + Rp. 1.000,- = Rp. 7.000,- ⇒

U3

dan seterusnya.

Page 24: BAB II_refisi Makalah

34

Apabila kita buat menjadi suatu barisan maka diperoleh sebagai

berikut, dimana Barisan tersebut mempunyai beda atau selisih 1.000 dan

merupakan barisan aritmetika (5.000, 6.000, 7.000, 8.000 …..).

Kita anggap jumlah uang sampai dengan minggu pertama sebagai

S1, jumlah uang sampai dengan minggu ke-2 sebagai S2, jumlah uang

sampai dengan minggu ke-3 sebagai S3, jumlah uang sampai dengan

minggu ke-4 sebagai S4 dan seterusnya sehingga diperoleh.

S1 = U1

S2 = U1 + U2

S3 = U1 + U2 + U3

S4 = U1 + U2 + U3 + U4

Sn = U1 + U2 + U3 + U4 …. + Un

Jumlah seluruhnya uang yang diperoleh dari tiap minggu tersebut

merupakan deret matematika.

Dari ilustrasi di atas, terlihat bahwa jika suku – suku barisan

aritmetika dijumlahkan, akan diperoleh deret matematika. Secara umum,

deret matematika didefinisikan sebagai berikut.

Deret matematika dari n suku barisan aritmetika ditulis dengan

notasi Sn. dengan demikian rumus umum untuk Sn dapat ditentukan

dengan langkah sebagai berikut.

Misalkan U1, U2, U3, U4, …Un, merupakan suku – suku dari

suatu barisan aritmetika. U1 + U2 + U3 + U4 …+ Un disebut

Deret Matematika, dengan Un = a + (n-1)b

Page 25: BAB II_refisi Makalah

35

Diketahui rumus umum suku ke-n dari barisan aritmetika adalah :

Un = a + (n – 1)b, maka

U1 = a

U2 = a + b

U3 = a + 2b

U4 = a + 3b

Un = a + (n – 1)b

Dengan demikian diperolah

Sn = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) + … + (a + (n – 1)b) …………(1)

Dapat pula dinyatakan bahwa nilai setiap suku adalah b kurang dari

suku berikutnya.

Un-1 = Un – b

Un-2 = Un – b = Un – 2b

Un-3 = Un – b = Un – 3b

demikian seterusnya sehingga Sn dapat dituliskan

Sn = a + (a + b) + …. + (Un – 2b) + (Un – b) + Un ………………… (2)

dari persamaan (1) dan (2) jika kita jumlahkan, diperoleh

Sn = a + (a + b) + (a + 2b) + … +(Un – b) + Un

Sn = Un + (Un – b) + (Un – 2b) + … + (a + b) + a +

2Sn = (a + Un) + (a + Un) + (a + Un) + … + (a + Un)

n suku

dengan demikian , 2Sn = n (a + Un)

⟺ Sn = 12

n(a+U n)

Page 26: BAB II_refisi Makalah

36

⟺ Sn = 12

n(a+(a+ (n−1 )b ))

⟺ Sn = 12

n(2 a+ (n−1 ) b)

Jadi rumus umum jumlah n suku pertama deret aritmetika adalah

keterangan :

Sn : jumlah n suku pertama Un : suku ke-n

a : suku pertama n : banyak suku

b : beda

b) Sedangkan untuk menentukan suku ke-n barisan

arimetika jika diketahui rumus jumlah n suku pertamanya.

suku ke-n dapat ditentukan dengan rumus :

Contoh:

Budi seorang anak SD kelas 3. Mulai tanggal 1 Nopember 2010

setiap hari dia menabungkan uang sakunya kepada gurunya. Hari

pertama dia menabung Rp. 100, hari kedua Rp. 200, hari ketiga Rp. 300.

Berapakah jumlah tabungan Budi selama satu bulan?

Jawab:

Diketahui:

a = Rp. 100, b = 200 – 100 = Rp. 100, dan n = 30

Sn = 12

n(a+U n)

Sn = 12

n(2a+ (n−1 ) b)

Un = Sn – Sn-1

Page 27: BAB II_refisi Makalah

37

Sn = 12

n(2a+ (n−1 ) b)

S30 = 12

30(2.100+ (30−1 ) 100)

S30 = 15(200+ (29 )100)

S30 = 15(200+ (2900 ))

S30 = 15(3100)

S30 = 46.500

Jadi jumlah tabungan Budi selama bulan Nopember 2010 adalah

Rp. 46.500,-

Contoh permasalahan:

Seorang nelayan ingin menangkap ikan untuk dipelihara. Pada hari

pertama ia menangkap ikan mendapatkan 1 ekor, hari kedua 2 ekor, hari

ketiga 3 ekor. Setelah beberapa hari nelayan tersebut menghitung ikan

hasil tangkapannya sudah mencapai 55 ekor. Berapa hari nelayan

tersebut menangkap ikan sehingga menghasilkan jumlah seperti diatas!

F. PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK –

PAIR – SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING PADA MATERI DERET ARITMETIKA

Pendahuluan

Guru

a. Menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar materi Deret Aritmetika,

yaitu:

Page 28: BAB II_refisi Makalah

38

Sn, suku ke-n barisan aritmetika jika diketahui suku pertama.

b. Memotivasi siswa dengan memberitahukan manfaat dari belajar materi

Deret Aritmetika.

Siswa

Memperhatikan dan menelaah apa yang disampaikan guru.

Kegiatan Inti

Guru

a. Menjelaskan tentang materi Deret Aritmetika (Sn, suku ke-n barisan

aritmetika jika diketahui suku pertama).

b. Memberikan suatu permasalahan yang ada dilembar kerja siswa (LKS

terlampir) kemudian menyuruh siswa mengerjakan secara mandiri.

c. Siswa diminta mendiskusikan hasil pemikirannya dengan teman

sebangkunya (kelompok 2 orang) dan guru membimbingnya.

d. Memanggil sebagian kelompok untuk mengemukakan hasil diskusinya

pada kelompok lain dalam kelas.

e. Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah

materi yang belum diungkapkan para peserta didik kemudian diberikan

kesimpulan tentang materi Deret Aritmetika (Sn, suku ke-n barisan

aritmetika jika diketahui suku pertama).

f. Guru memberikan soal untuk dikerjakan secara berkelompok.

Siswa

a. Mendengarkan penjelasan guru.

Page 29: BAB II_refisi Makalah

39

b. Mengerjakan LKS secara mandiri (Think dengan pendekatan Contextual

Teaching And Learning (Konstruktivisme, Inquiry, Bertanya)).

c. Berpasangan dengan teman sebangku dan mendiskusikan pekerjaan

masing – masing (Pair dengan pendekatan Contextual Teaching And

Learning (Bertanya, Masyarakat Belajar, Pemodelan, Refleksi)).

d. Pasangan yang dipanggil maju dan mempresentasikan pekerjaannya.

Sementara itu kelompok yang lain mengoreksi pekerjaan pasangan yang

sedang berpresentasikan (Share dengan pendekatan Contextual Teaching

And Learning (Bertanya, Masyarakat Belajar, Pemodelan, Refleksi,

Authentic Assessment)).

e. Dengan bimbingan guru menyimpulkan tentang materi Deret Aritmetika

(Sn, suku ke-n barisan aritmetika jika diketahui suku pertama).

f. Mengerjakan secara berkelompok.

Penutup

Guru

a. Guru memberikan pekerjaan rumah (LKS Hayati Kelas XII-hal 9).

b. Mengakhiri pelajaran.

Siswa

a. Mengerjakan tugas rumah.