39
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Laporan Keuangan Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan kita bisa melihat bagaimana prestasi manajemen dalam periode tersebut. Informasi dan gambaran perkembangan keuangan perusahaan dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi dari laporan keuangan, yaitu dengan menghubungkan elemen- elemen dari berbagai aktiva satu dengan lainnya, elemen- elemen pasiva yang satu dengan lainnya, elemen aktiva dengan pasiva, elemen-elemen neraca dengan elemen-elemen laporan rugi/laba, sehingga akan diperoleh banyak gambaran mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Husnan (1998:75), laporan keuangan adalah laporan yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip 17

BAB IIw

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ww

Citation preview

Page 1: BAB IIw

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan kita bisa melihat

bagaimana prestasi manajemen dalam periode tersebut. Informasi dan gambaran

perkembangan keuangan perusahaan dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi

dari laporan keuangan, yaitu dengan menghubungkan elemen-elemen dari berbagai

aktiva satu dengan lainnya, elemen-elemen pasiva yang satu dengan lainnya, elemen

aktiva dengan pasiva, elemen-elemen neraca dengan elemen-elemen laporan

rugi/laba, sehingga akan diperoleh banyak gambaran mengenai kondisi keuangan

suatu perusahaan.

Menurut Husnan (1998:75), laporan keuangan adalah laporan yang disusun

berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi, sebagai salah satu sumber informasi yang

dipergunakan untuk melakukan analisis dan keputusan keuangan. Seringkali

manajemen perlu memahami kondisi keuangan pada perusahaan sebelum mengambil

keputusan-keputusan penting yang akan berpengaruh terhadap kondisi keuangan

dimasa yang akan datang.

Sementara itu, Sutrisno (2001:9) mengatakan bahwa laporan keuangan

merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni

17

Page 2: BAB IIw

neraca dan laporan laba-rugi. Neraca menunjukkan posisi kekayaan perusahaan,

kewajiban keuangan dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu. Kekayaan

disajikan pada sisi aktiva, sedangkan kewajiban dan modal sendiri pada pasiva.

Laporan laba-rugi adalah laporan yang menunjukkan hasil kegiatan perusahaan dalam

periode waktu tertentu. Laba merupakan selisih positif dari penghasilan perusahaan

dengan pengeluaran perusahaan, sedangkan rugi merupakan selisih negatif yang

terjadi dimana pengeluaran perusahaan lebih besar daripada pendapatan yang mampu

diraihnya.

Kemudian menurut Sartono (1999:21), bahwa tujuan manajemen keuangan

dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian

dana dalam berbagai bentuk investasi-investasi atau pembelajaran secara efisien dan

pada prinsipnya fungsi utama seorang manager keuangan, meliputi pengambilan

keputusan investasi, pengambilan keputusan pembelanjaan dan kebijaksanaan

deviden.

Tugas pokok yang ingin dicapai manager keuangan adalah memaksimalkan

profit, berimplementasi kepada kemakmuran pemegang saham atau maximizing

wealth of stockholders melalui optimalisasi nilai-nilai perusahaan. Tujuan

memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat ditempuh dengan

memaksimumkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan pemegang saham

yang diharapkan akan diperoleh dimasa yang akan datang.

Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen

atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan

18

Page 3: BAB IIw

kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau

pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat

keputusan ekonomi yang mencakup keputusan untuk menahan atau menjual investasi

mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti

manajemen.

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,

merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manager dengan

tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh

para pemilik perusahaan, disamping laporan keuangan dapat juga digunakan untuk

memenuhi tujuan lain, yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

Laporan kaungan yang disusun, harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim

di Indonesia, yaitu prinsip akuntansi yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Menurut Sutrisno, beberapa pihak yang membutuhkan laporan keuangan suatu

perusahaan, yaitu antara lain :

1. Investor penanam modal berisiko dan penasehat, mereka berkepentingan dengan

risiko yang melekat serta hasil pengembalian dari investasi yang mereka lakukan.

Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus

membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik

pada informsi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan

perusahaan untuk membayar deviden.

19

Page 4: BAB IIw

2. Manajemen, yaitu berkepentingan terhadap laporan keuangan karena laporan

keuangan merupakan cerminan kinerja manajemen selama satu periode.

3. Pemilik, yaitu berkepentingan terhadap keamanan modal yang dikelola

manajemen dan digunakan untuk memutuskan apakah perlu ada pembagian

deviden atau tidak, bila ada seberapa besar deviden payout ratio-nya, serta untuk

menilai kinerja manajemen.

4. Kreditor, yaitu berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk mengevaluasi

kredit yang diberikan. Apakah perusahaan tersebut mempunyai kemampuan yang

cukup baik dalam membayar hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun

jangka panjang.

5. Pemerintah, yaitu berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan kerena itu

berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan

informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menentapkan kebijakan pajak dan

sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional.

6. Masyarakat, perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara,

misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian

nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada

penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat

dengan menyediakan informasi kecenderungan trend dan perkembangan terakhir

kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitas.

20

Page 5: BAB IIw

2.2. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan menghubungkan angka-angka yang terdapat dalam

laporan keuangan dengan angka lain atau menjelaskan perubahan angka-angka dalam

laporan keuangan agar pemakai lebih mudah untuk menginterpretasikannya.

Menurut Skousen (2001:21), Analisis laporan keuangan adalah diagnosis,

identifikasi di mana satu perusahaan mempunyai masalah, dan meramal,

memperkirakan bagaimana suatu perusahaan akan melaksanakan di masa datang.

“Analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan

perhitungan laba-rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran tentang

sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini.” (Sawir, 2005)

Selanjutnya menurut Riyanto (1999:329), bahwa analisis rasio adalah analisis

yang dilakukan dengan mengadakan interpretasi dan analisis laporan financial suatu

perusahaan, seorang penganalisis financial memerlukan adanya ukuran atau “yard

stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis financial adalah “rasio”.

Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam arithmetical

term, yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam

financial.

Dengan demikian analisis laporan keuangan, terutama berfungsi untuk

mengubah data akuntansi yang sederhana dan dapat menilai keadaan hasil operasi

perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu serta dapat juga digunakan untuk

meramalkan dan menaksir kinerja/prestasi dan keadaan perusahaan dimasa

mendatang. Selanjutnya, menurut Munawir (1995:64), dengan mempergunakan

21

Page 6: BAB IIw

laporan yang diperbandingkan, termasuk data tentang perubahan-perubahan yang

terjadi dalam jumlah rupiah, persentase serta trendnya, penganalisis menyadari bahwa

beberapa rasio secara individu akan membantu dalam menganalisis dan

mengimplementasikan posisi keuangan suatu perusahaan. Ditambahkan oleh Sartono

(1999:119), yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan

dibidang financial akan sangat membantu dalam menilai prestasi dan kinerja

manajemen masa lalu dan prospeknya dimasa mendatang.

Dengan analisis keuangan ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki suatu perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah

perusahaan memiliki kas yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan,

perencanaan pengeluaran investasi yang baik dan struktur modal yang sehat sehingga

tujuan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dapat tercapai. Dengan

analisis prestasi keuangan, seorang analisis keuangan akan dapat menilai apakah

manager keuangan dapat merencanakan dan mengimplementasikan ke dalam setiap

tindakan secara konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang

saham. Untuk melakukan analisis ini dapat dengan cara membandingkan prestasi satu

periode dibanding dengan periode yang sebelumnya, sehingga diketahui adanya

kecenderungan selama periode tertentu.

Analisis laporan keuangan guna menyediakan informasi mendasar tentang

posisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan, rasio keuangan didesain untuk

memperlihatkan hubungan antara item-item pada neraca dan laporan laba rugi,

sehingga dapat menggambarkan potensi dan kemajuan perusahaan. Husnan

22

Page 7: BAB IIw

(1998:35), berpendapat bahwa analisis rasio keuangan adalah analisis yang digunakan

dengan cara menghitung rasio-rasio keuangan yang dapat mencerminkan aspek-aspek

tertentu mengenai perusahaan, rasio-rasio keuangan perusahaan dapat dihitung

berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam laporan keuangan, seperti laporan rugi

laba dan neraca.

Analisis rasio merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam

analisis laporan keuangan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan yang dihadapi

perusahaan dibidang keuangan. Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan

interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan, rasio

merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk

menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan faktor yang lain dari

suatu laporan keuangan. Analisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak

informasi yang dikandung suatu laporan keuangan, yang merupakan media informasi

yang merangkum semua aktivitas perusahaan, jika informasi ini disajikan dengan

benar, maka informasi tersebut sangat berguna bagi siapa saja untuk mengambil

keputusan tentang perusahaan.

Kegiatan menganalisis laporan keuangan tidak terlepas dari permasalahan

manajemen bisnis, dalam kegiatan bisnis manajemen selalu dihadapkan dengan

berbagai persoalan yang memerlukan keputusan yang tepat dan cepat, setiap masalah

bisnis akan berdampak ekonomis bagi perusahaan, yaitu kerugian atau keuntungan.

Agar manajer mampu mengambil keputusan yang tepat maka dia perlu mencari dan

23

Page 8: BAB IIw

mengumplakan berbagai bahan informasi agar dalam proses pengambilan

keputusannya dapat menghasilkan yang terbaik.

Kegiatan analisis keuangan merupakan salah satu media untuk mendapatkan

informasi yang lebih banyak, lebih baik, akurat dan dijadikan sebagai bahan dalam

proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan merupakan kegiatan

memilih tindakan yang tepat dari beberapa alternatif yang dianggap tepat untuk

menyelesaikan suatu persoalan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan

perusahaan makan informasi yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi luas

dan lebih dalam, sehingga hubungan satu pos dengan pos lain akan dapat menjadi

indikator tentang posisi, prestasi atau kinerja keuangan perusahaan. Para manajer

perusahaan sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan, karena dengan

mengetahui posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu,

maka manajer dapat menyusun rencana yang lebih baik, menentukan kebijakan yang

lebih mantap, selain sebagai laporan pertanggungjawaban kepada para pemilik

perusahaan.

2.3. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang penting untuk memperoleh

informasi mengenai kenirja perusahaan, karena melalui laporan keuangan suatu

perusahaan, pihak-pihak yang berkepentingan akan dapat mengetahui posisi

keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan. Walaupun demikian laporan

keuangan akan menjadi berarti bagi pihak yang berkepentingan apabila laporan

24

Page 9: BAB IIw

keuangan tersebut diperbandingkan dalam dua periode, yang sangat berguna untuk

pengambilan keputusan ekonomis bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Analisis rasio keuangan adalah salah satu alat pengukur kinerja perusahaan

dari data laporan keuangan. Laporan keuangan suatu perusahaan lazimnya meliputi

neraca, laporan laba rugi dan laporan aliran kas. Kita tidak bisa langsung

menggunakan laporan keuangan tersebut dalam perencanaan usaha tanpa perlu

dianalisis terlebih dahulu. (Muslich, 1971:78)

Tujuan dari analisis keuangan adalah untuk mengidentifikasi kondisi internal

perusahaan khususnya kondisi keuangan (Sartono, 1999:199-120). Hasil analisis akan

mengungkapkan mengenai kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kelemahan

perusahaan harus dipahami jika hendak dilakukan tindakan perbaikan. (Weston,

Copeland, 1996:243).

Fokus dari analisis ratio akan berbeda-beda menurut urgensi dari pihak-pihak

yang berkepentingan, misalnya :

1). Kreditur yang berorientasi pada kepentingan jangka pendek akan memperhatikan

harapan jangka pendek (shock term out look).

2). Investor yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang akan lebih mengacu

kepada kelansungan hidup perusahaan jangka panjang (long term aviability) dan

kemampuan menghasikan laba (profitability).

Adapun kegunaan rasio keuangan berdasarkan atas berbagai sudut pandang

adalah sebagai berikut :

25

Page 10: BAB IIw

1). Bagi manajer keuangan, digunakan untuk perencanaan dan mengevaluasi prestasi

kinerja (Performance) manajemen dihubungkan dengan prestasi rata-rata industri.

2). Bagi manajer kredit, digunakan untuk memperkirakan resiko potensial yang

dihadapi oleh para debitur sehubungan dengan kepastian pembayaran kembali

pinjaman yang direalisasikan.

3). Para investor, digunakan sebagai alat mengevaluasi nilai saham dan obligasi

berbagai perusahaan serta jaminan keamanan investasinya.

4). Manajer perusahaan, digunakan untuk mengidentifikasikan kemungkinan

melakukan penggabungan (merger) dengan perusahaan lain.

Analisis rasio bagi manajer keuangan terutama digunakan untuk memahami

apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia yang

sifatnya terbatas pada laporan keuangan. Analisis rasio membiasakan pimpinan

membuat keputusan atau pertimbangan tentang apa yang perlu dicapai oleh

perusahaan dan bagaimana prospek yang dihadapi pada masa yang akan datang.

2.4. Penggunaan Analisis Rasio Keuangan

Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan, dapat

digunakan analisis rasio-rasio keuangan.

Sehubungan dengan hal tersebut Sartono (1996:96) menyatakan bahwa,

karena perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai, maka analisis keuangan

juga beragam. Dengan demikian untuk menjawabnya dikembangkan empat kelompok

rasio keuangan:

26

Page 11: BAB IIw

1. Rasio likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.

2. Rasio aktivitas, menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan

dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan.

3. Financial leverage ratio, menunjukkan kapasitas perusahaan untuk

memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Rasio profitabilitas, dapat mengukur seberapa besar kemampuan

perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, asset

maupun laba bagi modal sendiri.

Kemudian, menurut Sutrisno (2001:11), rasio keuangan dapat diperoleh

dengan cara menghubungkan elemen-elemen laporan keuangan. Adapun

pengelompokan jenis-jenis rasio keuangan, pertama rasio menurut sumber darimana

rasio dibuat dan dikelompokkan menjadi :

1. Rasio-rasio Neraca (Balance Sheet Ratios), merupakan rasio yang

menghubungakan elemen-elemen yang ada pada neraca saja. Seperti current

ratio, cash ratio, debt to equity ratio dan sebagainya.

2. Rasio-rasio Laporan Rugi-laba (Income Statement Ratios),

merupakan rasio yang menghubungkan elemen-elemen yang ada pada laporan

rugi-laba saja, seperti profit margin, operating ratio dan lain-lain.

3. Rasio-rasio antar laporan (Inter Statement Ratios), merupakan rasio

yang menhubungkan elemen-elemen yang ada pada dua laporan neraca dan

27

Page 12: BAB IIw

laporan rugi-laba, seperti return on investment, return on equity, assets turnover

dan lainnya. (2001)

Sedangkan kedua jenis rasio menurut tujuan penggunaan rasio yang

bersangkutan. Rasio-rasio ini dapat dikelompokkan menjadi :

1. Rasio Likuiditas atau Liquidity ratios, merupakan rasio-rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka

pendeknya.

2. Rasio Leverage atau Leverage ratios, merupakan rasio-rasio yang digunakan

untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.

3. Rasio Aktivitas atau Activity ratios, merupakan rasio-rasio yang digunakan untuk

mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya.

4. Rasio Keuntungan atau Profitability ratios, merupakan rasio-rasio yang

digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan

keuntungan.

5. Rasio Penilaian atau Valuation ratios, merupakan rasio-rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar

melebihi biaya modalnya.

Selain itu menurut Sutrisno (2001:12), terdapat dua cara perbandingan yang

digunakan untuk menilai rasio-rasio keuangan yang telah diperoleh, yaitu :

1. Membandingkan rasio sekarang dengan rasio tahun lalu pada perusahaan yang

sama.

28

Page 13: BAB IIw

2. Membandingkan rasio-rasio suatu perusahaan dengan rasio-rasio kelompok

perusahaan yang sejenis.

Setiap pengelola perusahaan pasti selalu ingin mengetahui apakah perusahaan

yang dikelolanya selama ini telah berjalan dengan baik atau tidak. Untuk itu, guna

mengetahui apakah perusahaan sudah berjalan baik atau belum, maka pengelola harus

mengetahui kinerja perusahaan yang dikelolanya.

2.5. Pengukuran Rasio Penilaian

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

membayar hutang jangka pendek yang jatuh tempo. Semakin likuid keadaan suatu

perusahaan, maka semakin besar kemungkinan perusahaan untuk dapat memenuhi

kewajibannya yang segera jatuh tempo, sehingga resiko yang dihadapinya semakin

kecil dan begitu pula sebaliknya. Rasio penilaian ini terdiri dari rasio resiko dan rasio

hasil.

2.5.1. Pengukuran Rasio Resiko

1. Rasio Likuiditas

“Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan kas dan

aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar.” (Brigham dan Houston, 2001:89)

Selain itu menurut Sutrisno (2001:231), rasio likuiditas merupakan

kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus

dipenuhi. Kewajiban yang segera harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek, oleh

karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka

29

Page 14: BAB IIw

pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila

kewajiban jangka pendek ini segera ditagih.

Adapun jenis-jenis rasio likuiditas antara lain sebagai berikut :

a. Current Ratio

Menurut Sawir (2005:8), current ratio merupakan ukuran yang paling

umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka

pendek perusahaan karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari

kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai

dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Current ratio yang rendah

biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya

suatu perusahaan yang current ratio-nya tinggi juga kurang bagus, karena

menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi

kemampu labaan perusahaan.

Sementara itu menurut Sutrisno (2001:231), current ratio adalah rasio yang

membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang

jangka pendek. Aktiva lancar di sini meliputi kas, piutang dagang, efek,

persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek meliputi

hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang

segera harus dibayar.

30

Page 15: BAB IIw

b. Quick Ratio

Menurut Sutrisno (2001:230), quick ratio merupakan rasio antara aktiva

lancar sesudah dikurangi persediaan yang dibandingkan dengan hutang lancar.

Rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan

untuk melunasi hutang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang paling tidak

lancar, sebab untuk menjadi uang tunai memerlukan dua langkah, yakni menjadi

piutang terlebih dahulu sebelum menjadi kas.

2. Rasio Leverage

Menurut Sutrisno (2001:232), rasio leverage merupakan rasio yang

menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang.

Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage factor = 0, artinya

perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau

menggunakan hutang. Semakin rendah leverage factor, perusahaan mempunyai risiko

yang kecil bila kondisi ekonomi merosot. Penggunaan dana hutang bagi perusahaan

tersebut mampunyai tiga dimensi (1) pemberi kredit akan menitik beratkan pada

besarnya jaminan atas kredit yang diberikan, (2) dengan menggunakan dana hutang,

maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban

tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat, dan (3) dengan

penggunaan hutang, pemilik mendapatkan dana tanpa kehilangan pengendalian pada

perusahaannya. Semakin besar tongkat leverage perusahaan, akan semakin besar

31

Page 16: BAB IIw

jumlah hutang yang digunakan, dan semakin besar resiko bisnis yang dihadapi

terutama apabila kondisi perekonomian memburuk.”

Adapun jenis-jenis dari rasio leverage antara lain sebagai berikut :

a. Debt ratio

“Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan

seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung

semakin besar resiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham.”

(Sawir, 2005:10)

b. Debt to Equity Ratio (DER)

“Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan

imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin

tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan

hutangnya.” (Sutrisno, 2001:233)

2.5.2 Pengukuran Rasio Hasil

1. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa

besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio ini

dinyatakan sebagai perbandingan antara penjualan dengan berbagai elemen aktiva.

Elemen aktiva sebagai penggunaan dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa

dimanfaatkan secara optimal.

32

Page 17: BAB IIw

“Sawir mengatakan bahwa rasio aktivitas mengukur seberapa efektif

perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya.

Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan

investasi pada berbagai jenis aktiva.” (2005:12)

Adapun jenis-jenis rasio aktivitas antara lain sebagai berikut :

a. Total Assets Turnover

Total assets turnover merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam

keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal

yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue.

“Total assets turnover atau perputaran aktiva merupakan ukuran efektivitas

pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin besar perputaran

aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya.” (Sutrisno, 2001)

b. Fixed Assets Turnover

Fixed Assets Turnover, yaitu rasio dari penjualan terhadap aktiva tetap,

mengukur perputaran dari bangunan dan peralatan.

c. Working Capital Turnover

Working capital turnover merupakan kemampuan modal kerja neto

berputar dalam suatu periode siklis kas dari perusahaan.

“Sawir mengatakan bahwa working capital turnover menunjukkan

banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk setiap rupiah modal

kerja.” (2005).

33

Page 18: BAB IIw

2. Rasio Profitabilitas

Keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh

manajemen. Rasio keuntungan digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat

keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar tingkat keuntungan

menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan.

Menurut Agnes Sawir (2005:17), profitabilitas merupakan hasil akhir bersih

dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan

memberikan jawaban akhir tentang efektifitas manajemen perusahaan, rasio ini

memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan.

Sementara itu menurut Agus Sartono (1994:130), profitabilitas adalah

kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,

total aktiva maupun modal sendiri.

Adapun jenis-jenis dari rasio profitabilitas, yaitu antara lain :

a. Net Profit Margin

Menurut Siamat (1999:226), net profit margin merupakan hasil akhir dari

operasi suatu perusahaan untuk suatu periode dan merupakan indikator yang

efektif untuk menarik kesimpulan mengenai kemampuan manajemen perusahaan.

b. Return On Equity

Menurut Sutrisno (2001:238), return on equity merupakan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.

Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, jika proporsi hutang

34

Page 19: BAB IIw

semakin besar maka rasio semakin besar. Return on equity merupakan suatu

pengukuran dari perhitungan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atau

pemegang saham atas modal yang diinvestasikan didalam perusahaan. Return on

equity yang tinggi menandakan tingginya keberhasilan manajemen perusahaan

dalam mengemban misi dari pemiliknya.

c. Return On Investment

Menurut Sutrisno (2001:239), return on investment merupakan kemampuan

perusahaan untuk menhasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup

investasi yang dikeluarkan.

2.5.3 Analisis Common Size

Dalam analisis ini, analisis rasio keuangan perusahaan selama beberapa

tahun yang dinyatakan dalam komponen-komponen neraca dan rugi laba dalam

bentuk persentase. Persentase tersebut dapat dinyatakan sebagai totalitas, seperti total

aktiva dan penjualan dan bisa juga dari suatu tahun dasar. Analisis common size dapat

membantu penganalisis dalam melihat aliran dana dalam perusahaan.

Menurut Suad Husnan (1993:85), dalam analisis commom size dapat

dinyatakan berbagai komponen dalam neraca sebagai persentase dari total aktiva.

Dalam rugi laba komponen-komponennya dinyatakan dalam persentase dari

penjualan. Dengan menyatakan rekening-rekening dalam laporan keuangan sebagai

persentase dari suatu jumlah keseluruhan umumnya memberikan pemahaman yang

lebih baik daripada sekedar memperhatikan data mentahnya saja.

35

Page 20: BAB IIw

Suatu alasan dikembangkannya analisis ini adalah disebabkan pembandingan

dari laporan-laporan keuangan untuk perusahaan yang berbeda ukurannya. Analisis

common size dan analisis rasio keuangan sebenarnya merupakn teknik cross

sectional pada kedua teknik tersebut hasil analisis untuk suatu perusahaan

dibandingkan dengan suatu standar pembanding, seperti perusahaan lain atau industri.

2.5.4 Analisis Cashflow Proforma

Analisis cashflow proforma digunakan untuk memproyeksi cashflow yang

diperoleh perusahaan dimasa yang akan datang. Analisis ini digunakan untuk

memberikan gambaran kepada manajemen mengenai posisi keuangan perusahaan

dimasa yang akan datang.

Perusahaan-perusahaan yang dijalankan dengan baik umumnya mendasarkan

rencana operasi mereka pada seperangkat analisis cashflow proforma. Dalam

menganalisis cashflow proforma, selain lingkungan internal perusahaan, lingkungan

eksternal juga harus diperhatikan, seperti kondisi ekonomi, politik, dan lain-lain.

Proses analisis ini dimulai dengan melakukan peramalan pada penjualan dalam masa

lima tahun mendatang atau lebih. Selanjutnya, aktiva yang dibutuhkan untuk

memenuhi target penjualan itu ditentukan, dan keputusan diambil dengan

mempertimbangkan bagaimana aktiva yang dibutuhkan itu akan dibiayai. Kemudian

laporan rugi laba dan neraca akan diproyeksikan, sehingga laba serta data-data lain

yang diperlukan perusahaan dapat diramal.

36

Page 21: BAB IIw

Apabila laporan keuangan suatu perusahaan telah diramal, manager suatu

perusahaan harus mengevaluasi apakah hasil-hasil yang diperoleh akan sesuai atau

tidak dengan tujuan perusahaan. Apabila tidak, manager harus dapat melakukan

perubahan pada rencana operasi perusahaan, sehingga tujuan perusahaan tersebut

dapat tercapai. Dalam hal ini, pimpinan perusahaan harus memperhatikan lingkungan

internal maupun lingkungan eksternal perusahaan, seperti kondisi ekonomi, politik,

dan lain-lain.

Adapun tahap-tahap dalam memproyeksikan cashflow proforma adalah

sebagai berikut :

1. Peramalan Penjualan (Sales Forecast)

Ramalan penjualan merupakan ramalan unit dan nilai uang penjualan suatu

perusahaan untuk suatu periode di masa yang akan datang, yang umumnya

didasarkan pada trend penjualan terakhir, yang kemudian dipadukan dengan

ramalan prospek perekonomian dari negara, wilayah, industri yang bersangkutan,

dan sebagainya. Ramalan penjualan ini harus diproyeksikan dengan baik, karena

apabila terjadi penyimpangan pada ramalan tersebut dapat mempengaruhi

perusahaan, antara lain apabila pasar berkembang lebih besar daripada yang

diperkirakan oleh perusahaan, maka perusahaan tidak akan mampu memenuhi

permintaan, dan akhirnya konsumen akan membeli produk dari perusahaan

pesaing, hal ini dapat menyebabkan perusahaan kehilangan pangsa pasar. Di lain

pihak, jika perusahaan terlalu memproyeksikan penjualan terlalu tinggi, sehingga

investasi yang ditanamkan perusahaan pada pabrik, peralatan dan persediaan

37

Page 22: BAB IIw

besar, sementara ternyata penjualan perusahaan tidak sebaik yang diperkirakan,

maka dapat mengakibatkan kinerja perusahaan menjadi turun

Apabila perusahaan memproyeksikan penjualan akan mengalami

peningkatan, maka investasi juga perlu ditambah. Perusahaan yang tumbuh

memerlukan investasi segera dalam aktiva lancar maupun investasi dalam bentuk

aktiva tetap. Perusahaan yang menguntungkan dan sedang tumbuh biasanya

memerlukan tambahan kas untuk investasi pada piutang dagang, persediaan dan

aktiva tetap, karena apabila tidak dilaksanakan, maka perusahaan bisa saja tidak

dapat menampung permintaan dari pelanggan, sehingga waktu penyerahan akan

ulur, pelanggan akan merasa kecewa dan akhirnya pelanggan akan melakukan

pembelian di perusahaan lain, selain itu juga perusahaan akan kehilangan pangsa

pasar serta menyia-nyiakan peluang. Di pihak lain, jika proyeksi yang dilakukan

terlalu optimistik, sehingga perusahaan memiliki terlalu banyak pabrik, peralatan,

persediaan yang tidak terpakai sepenuhnya, sementara biaya penyusutan dan

penyimpanan akan tinggi dan mungkin perlu dilakukan penghapusan atas

persediaan dan peralatan yang telah usang, hal ini dapat mengakibatkan tingkat

pengembalian yang rendah atas ekuitas, apalagi jika penambahan investasi tersebut

dibiayai dengan hutang, maka masalahnya tentu akan lebih parah lagi.

Dalam meramalkan penjualan, perusahaan harus melakukan analisa ektern

dan intern.

38

Page 23: BAB IIw

a. Analisa Data Ekstern

Analisa data ekstern didasarkan pada observasi dari hubungan antara

penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dengan kondisi ekonomi di suatu

daerah atau di suatu negara. Analisa ini sangat penting, karena volume

penjualan perusahaan sangat erat hubungannya dengan beberapa aspek

aktivitas ekonomi, sehingga ramalan-ramalan tentang keadaan ekonomi secara

menyeluruh akan memberikan pandangan yang lebih baik bagi rencana

penjualan yang akan dilakukan.

b. Analisa Data intern

Analisa data intern didasarkan pada keadaan intern perusahaan, misalnya

kapasitas mesin, keuangan yang tersedia dan sebagainya.

Perusahaan-perusahaan biasanya menggabungkan kedua jenis analisa di

atas di dalam membuat peramalan penjualan untuk periode berkutnya. Analisa

data internal dapat memberikan informasi tentang penjualan yang diharapkan,

sedangkan analisa eksternal mempertimbangkan keadaan ekonomi secara

menyeluruh, sehingga dari kedua analisa tadi akan didapatkan suatu rencana

penjualan yang lebih matang, karena telah disesuaikan dengan kondisi-kondisi

ekonomi yang akan memperngaruhi operasi perusahaan.

39

Page 24: BAB IIw

2. Peramalan Neraca dan Laporan Rugi-Laba

Peramalan neraca dan laporan rugi-laba dilakukan untuk meramalkan laporan

keuangan di masa mendatang

a. Meramalkan Laporan Rugi-Laba

Laporan rugi-laba untuk tahun mendatang diramalkan untuk mendapatkan

suatu estimasi atas laba yang dilaporkan dan jumlah laba yang ditahan yang

akan dihasilkan perusahaan selama tahun tersebut. Dalam meramal laporan

rugi-laba perusahaan, seorang manager harus menggunakan asumsi-asumsi,

antara lain mengenai biaya operasi, tarif pajak, beban bunga, dan laba/rugi

yang diperoleh perusahaan. Asumsi yang biasanya digunakan, biaya akan

meningkat dengan laju yang sama sejalan dengan kenaikan penjualan. Tujuan

dari peramalan penjualan ini adalah untuk menentukan berapa banyak laba

yang akan diperoleh perusahaan dan akan ditahan untuk diinvestasikan

kembali pada tahun mendatang.

b. Meramalkan Neraca

Apabila penjualan suatu perusahaan diramalkan mengalami kenaikan, maka

investasi yang akan dilakukan perusahaan juga harus ditingkatkan. Intinya,

penjualan yang lebih tinggi harus didukung oleh kenaikan juga dalam hutang

usaha, pos-pos akrual serta laba ditahan.

40