12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan program yang sedang dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu. Untuk menyusui, inisiasi menyusu dini harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi, juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini berlangsung harus skin to skin antara ibu dan bayi (JNPK- KR, 2008: 127). Proses inisiasi menyusu dini dapat memberi kesempatan bayi memperoleh kolostrum yang berfungsi 1

BAB Irev4ujian

  • Upload
    dj4far

  • View
    220

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab 1

Citation preview

BAB I

PAGE 7

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan program yang sedang dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu. Untuk menyusui, inisiasi menyusu dini harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi, juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini berlangsung harus skin to skin antara ibu dan bayi (JNPK-KR, 2008: 127).

Proses inisiasi menyusu dini dapat memberi kesempatan bayi memperoleh kolostrum yang berfungsi sebagai imunitas pertama kali bayi yang banyak mengandung kekebalan tubuh (Depkes RI, 2007). Terutama mencegah terjadinya kasus diare pada bayi berumur 0 sampai 2 bulan, diketahui bahwa bayi yang tidak diberi ASI memiliki resiko terkena diare 17,3 kali lebih besar dibandingkan bayi yang memperoleh ASI (Roesli, 2008: 10). Banyak manfaat yang didapatkan dari proses IMD. Pemberian IMD dapat memberi kehangatan bagi bayi, karena umumnya bayi baru lahir mengalami kedinginan atau hyphotermia, dan dengan dilakukannya proses IMD, maka akan terjadi skin contact dimana kulit ibu berperan sebagai thermoregulator. Hal ini dapat dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Niels Bregman dari Afrika Selatan, yaitu jika bayi mengalami kedinginan, maka secara otomatis suhu kulit ibu akan naik dua derajat dan sebaliknya jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu akan turun satu derajat (Roesli, 2008: 16). IMD dapat memberikan kesempatan pada bayi untuk mulai menyusu segera setelah bayi dilahirkan. Pada 30 menit pertama bayi akan beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, 40 menit pertama bayi mulai mengeluarkan suara, membuat gerakan menghisap dan memasukkan tangan ke mulut. Lebih lanjut Zakaria (2009) memaparkan bahwa IMD berhubungan dengan kelancaran produksi ASI dilihat dari faktor bayi dan juga faktor ibu, karena pada tahap ini merupakan awal yang penting untuk menentukan produksi ASI.

Menurut Protokol Evidence Based yang baru diperbarui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah lahir paling sedikit satu jam, Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberikan bantuan jika diperlukan. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi sampai dengan inisisai menyusu selesai dilakukan (Depkes RI, 2008: 37).

Walaupun pemerintah mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan life saving, tetapi dalam penerapannya IMD itu sendiri belum tersosialisasikan dengan sempurna di beberapa rumah sakit, baik itu rumah bersalin umum, maupun di klinik praktek bidan, sehingga penerapannya masih perlu di kembangkan untuk memaksimalkan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (Eny, 2009: 36).

Penting untuk menyampaikan informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini pada Tenaga Kesehatan yang belum menerima informasi ini. Dianjurkan juga kepada Tenaga Kesehatan untuk menyampaikan informasi inisiasi Menyusu Dini pada orang tua dan keluarga sebelum melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Juga dianjurkan untuk menciptakan suasana yang tenang, nyaman dan penuh kesabaran untuk memberi kesempatan bayi mencari payudara ibu atau the breast crawl (Roesli, 2008: 17).

Berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter. Merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan penyusuan dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap penyusuan dini. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya. Betapapun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut, diharapkan masih dapat meluangkan waktu untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin untuk penyusuan dini (Aprillia, 2009: 10).Hal ini menunjukkan bahwa seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam melakukan IMD. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam hidupnya atau disegani seperti suami, keluarga, kerabat, kelompok ibu-ibu pendukung IMD dan dokter atau tenaga kesehatan (Soetjiningsih, 2005). Lebih lanjut Idris (2010) mengemukakan bahwa dalam konteks perilaku, pemberian IMD dapat dipengaruhi oleh faktor internal ibu bersalin seperti pengetahuan tentang IMD dan faktor eksternal seperti perilaku tenaga kesehatan yang dapat berperan sebagai pemberi informasi serta motivator dalam pemberian IMD serta kebijakan tempat persalinan dan dukungan dari keluarga. Penelitian sejenis telah dilakukan oleh Isna (2008) dengan judul faktor faktor risiko kegagalan pemberian IMD (Studi Kasus pada ibu bersalin di Kabupaten Banyumas), adapun faktor yang diteliti faktor internal yaitu seperti faktor ibu pekerja, mindset ibu tentang IMD, dan pendidikan ibu rendah. Adapun dalam penelitian ini faktor yang diteliti meliputi faktor pengetahuan ibu tentang IMD, faktor dukungan keluarga terhadap pemberian IMD, kebijakan rumah sakit terhadap pemberian IMD dan perilaku tenaga kesehatan terhadap pemberian IMD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi pemberian IMD adalah faktor pengetahuan dan perilaku tenaga kesehatan, sedangkan faktor yang tidak berpengaruh adalah faktor pendidikan.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Margasari, didapatkan dari sepuluh ibu bersalin, empat ibu bersalin tidak melakukan IMD dan enam ibu bersalin tidak melakukan IMD dan dikarenakan kurag tahunya ibu tentang IMD, kurangnya penjelasan dari penolong persalinan serta untuk mempercepat proses persalinan. Berdasarkan uraian diatas peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada ibu bersalin di Puskemas Margasari Kabupaten Tegal tahun 2015.

B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada ibu bersalin di Puskemas Margasari Kabupaten Tegal tahun 2015?.C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada ibu bersalin di Puskemas Margasari Kabupaten Tegal tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu bersalin tentang IMD di Puskemas Margasari Kabupaten Tegal tahun 2015.

b. Untuk mengetahui perilaku tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan IMD di Puskemas Margasari Kabupaten Tegal tahun 2015.

c. Untuk mengetahui kebijakan Puskesmas terhadap pelaksanaan IMD di Puskemas Margasari Kabupaten Tegal tahun 2015d. Untuk mengetahui dukungan keluarga terhadap pelaksanaan IMD di Puskemas Margasari Kabupaten Tegal tahun 2015e. Untuk mengetahui pelaksanaan IMD di Puskemas Margasari Kabupaten Tegal tahun 2015f. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pelaksanaan IMD di Puskemas Margasari Kabupaten Tegal tahun 2015g. Untuk menganalisis hubungan perilaku tenaga kesehatan dengan pelaksanaan IMD di Puskemas Margasari Kabupaten Tegal tahun 2015h. Untuk menganalisis hubungan kebijakan puskesmas dengan pelaksanaan IMD di Puskemas Margasari Kabupaten Tegal tahun 2015i. Untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan pelaksanaan IMD di Puskemas Margasari Kabupaten Tegal tahun 2015.D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, sebagai berikut : 1. Tenaga KesehatanSebagai masukan atau tambahan informasi sehingga dapat lebih memotivasi untuk mengaplikasikan IMD.2. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan akan bermanfaat bagi mahasiswa khususnya yang berkaitan dalam fungsi dari IMD.3. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan penjelasan dan dukungan kepada masyarakat terutama ibu untuk melakukan IMD.4. Bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan sebagai masukan dan informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan IMD.5. Bagi Puskesmas

Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan kebijakan puskesmas agar semua ibu bersalin untuk melakukan IMD pada anaknya yang merupakan bagian integral dari pelaksanaan asuhan persalinan normal.E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Penelitian sebelumnya

NoJudulPenelitiHasil

1Hubungan tingkat pengetahuan bidan tentang inisiasi menyusu dini dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dalam asuhan persalinan normal di wilayah Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal tahun 2011

Mei Novalia Sirait, 2011Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan bidan tentang IMD dengan pelaksanaan IMD dalam asuhan persalinan normal di wilayah Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal tahun 2011

2Tingkat Pengetahuan Ibu Bersalin Tentang Inisiasi Menyusu Dini di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2010Irnawati Purwitasari, 2010

Sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup (52,2 %)

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Mei Novalia Sirait (2010) dengan penelitian sekarang adalah perbedaan responden. Responden pada penelitian sekarang adalah ibu bersalin di Puskesmas Margasari. Adapun perbedaan dengan penelitian Irawati Purwitasari (2010) bahwa penelitian tersebut adalah deskriptif, hanya satu variabel sedangkan penelitian sekarang menggunakan lima variabel yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini, perilaku tenaga kesehatan, kebijakan tempat bersalin, dukungan keluarga dan pelaksakan inisiasi menyusu dini. Metode penelitian dengan menggunakan survei analitik.

1