54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Langkah awal yang dilakukan peneliti untuk mempermudah proses penelitian maka dilakukan observasi lapangan serta pengurusan surat izin penelitian. Penelitian ini penulis lakukan dengan kolaborasi antara Guru Kelas V dan Kepala SD Negeri Sugutamu sehingga diperoleh kesepakatan kolaborasi bahwa wali kelas V dan siswanya menjadi objek penelitian. Setelah melalui diskusi awal kolaboratif penelitian direncanakan dimulai pada tanggal 9 Nopember 2009. Dengan tahapan kegiatan penelitian melalui proses dalam bentuk siklus dengan tahapan tiap siklus meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi pada tiap Siklus. Sedangkan Siklus berikut terdiri atas perencanaan, tindakan perbaikan siklus

BAB IV

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Langkah awal yang dilakukan peneliti untuk mempermudah proses

penelitian maka dilakukan observasi lapangan serta pengurusan surat izin

penelitian. Penelitian ini penulis lakukan dengan kolaborasi antara Guru Kelas V

dan Kepala SD Negeri Sugutamu sehingga diperoleh kesepakatan kolaborasi

bahwa wali kelas V dan siswanya menjadi objek penelitian.

Setelah melalui diskusi awal kolaboratif penelitian direncanakan dimulai

pada tanggal 9 Nopember 2009. Dengan tahapan kegiatan penelitian melalui

proses dalam bentuk siklus dengan tahapan tiap siklus meliputi perencanaan,

tindakan, pengamatan dan refleksi pada tiap Siklus. Sedangkan Siklus berikut

terdiri atas perencanaan, tindakan perbaikan siklus sebelumnya, observasi dan

refleksi. Maka peneliti menggunakan model proses dalam bentuk putaran yang

menggunakan modifikasi dari Kemmis & Mc. Taggart.

Peneliti langsung memfokuskan mengatasi masalah dari pokok-pokok

rencana pembelajaran yaitu upaya meningkatkan sikap gemar melakukan

kegiatan kemanusiaan.

Hasil Observasi dan refleksi disepakati untuk diambil sebagai data

penelitian untuk dideskripsikan dan dianalisa untuk segera dilakukan tindakan

perbaikan melalui siklus berikut.

35

Page 2: BAB IV

Penelitian Tindakan kelas dilakukan merupakan upaya meningkatkan

interaksi sosial melalui strategi belajar permainan simulasi, dengan harapan dapat

diperoleh hasil penelitian.

1. Siklus I

Penulis dalam melakukan penelitian memilih menggunakan metode

Classroom Action Research dengan melakukan kolaborasi dengan para guru

dan kepala sekolah, penelitian dalam upaya meningkatkan sikap gemar

melakukan kegiatan kemanusiaan melalui metode simulasi mengharapkan

hasil yang dapat dideskripsikan, dengan menempuh siklus sebagai berikut :

a. Perencanaan I

Pada tahap ini peneliti merencanakan mengajak guru memberikan

motivasi kepada siswa untuk meningkatkan sikap gemar melakukan

kegiatan kemanusiaan melalui metode simulai maka dilakukan rencana

pelaksanaan pembelajaran dengan melakukan modifikasi metode simulasi

yaitu menggunakan model simulasi permainan dengan alat beberan yang

pernah digunakan untuk simulasi P4.

Tahap awal bersama guru peneliti menyiapkan dan menetapkan

rencana pembelajaran dengan mengembangkan skenario yang akan

diterapkan dalam proses pembelajaran. Peneliti juga tidak lupa

menyediakan alat peraga sebagai penunjang pembelajaran terutama kartu

beberan, gaco, dadu sumber belajar.

36

Page 3: BAB IV

Demikian juga untuk kepentingan persyaratan penelitian, peneliti

menyiapkan berbagai pedoman observasi, pedoman wawancara dan

keperluan lain terutama catatan lapangan.

b. Tindakan I

Pelaksanaan tindakan I telah disepakati bersama guru pelaksana

pembelajaran pada hari Senin tanggal 9 Nopember 2009. Sebelum

kegiatan dimulai guru memberitahukan tujuan pembelajaran dan rencana

pelaksanaan kegiatan yang akan dijalankan. Pada tahap selanjutnya guru

memberikan pengarahan sehubungan dengan sikap gemar melakukan

kegiatan kemanusiaan diselingi dengan tanya jawab kepada siswa tentang

kegiatan kemanusiaan.

Pada tahap kegiatan inti dilakukan fase eksplorasi, siswa ditugasi

mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi sikap

gemar melaklukan kegiatan kemanusiaan yang akan dipelajari dengan

menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka

sumber. Dilanjutkan dengan guru menjelaskan langkah-langkah

pembelajaran dengan model beberan guru memberikan gambaran

tentang simulasi. Pada tahap ini setiap kelompok diwakili oleh satu orang

siswa untuk turut berperan dalam permainan simulasi menggunakan

beberan. Materi yang disajikan dalam beberan merupakan materi yang

aktual.

37

Page 4: BAB IV

Guru menjelaskan skenario atau jalannya cerita, aturan main,

pemegang peran, prosedur keputusan yang harus diambil, dan tujuan,

membagi peran, dan memberikan kesempatan anak untuk berkordinasi

dan berlatih sesuai dengan peran masing-masing.

Tiap kelompok menunjuk seorang perwakilan kelompok untuk

mengikuti permainan simulasi tentang gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan.

Peserta yang tidak bermain simulasi menjadi penyampai saran atau

penanya sementara tugas guru membantu siswa dalam bermain simulasi.

Secara periodik guru mengamati jalannya simulasi bahkan terkadang

menghentikan permainan siswa dan memberikan koreksi atau balikan,

mengevaluasi penampilan pemegang peran dan mengklarifikasi

kekeliruan dalam memainkan peran.

Tugas yang dilakukan guru selanjutnya memberikan umpan balik

positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah

terhadap keberhasilan peserta didik, memfasilitasi peserta didik untuk

memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi

dasar: memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

peserta didik melalui berbagai sumber, Guru juga memfasilitasi

peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman

belajar yang telah dilakukan, serta memberikan motivasi kepada peserta

didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

38

Page 5: BAB IV

Pada kegiatan penutup guru bersama siswa menyusun kesimpulan

materi pelajaran dilanjutkan dengan memberikan penilaian dan/atau

refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten

dan terprogrom serta memberikan umpan balik terhadap proses dan

hasil pembelajaran; Guru juga merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam

bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling

dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok

sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

c. Observasi I

Hasil pengamatan peneliti yang didukung oleh mitra kolaborasi

dalam hal ini Kepala Sekolah, menunjukkan selama proses pembelajaran

dengan menggunakan metode simulasi dengan beberan yang dilakukan

para siswa belum maksimal sesuai dengan tuntutan kompetensi yang

diharapkan. Para siswa banyak yang belum mampu mengungkapkan

perilaku dan sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

Para siswa juga kesulitan untuk merumuskan kata-kata atau

kalimat dialog yang harus dikembangkan karena strategi permainan

simulasi ini merupakan metode baru bagi mereka.

Para siswa dalam memainkan peranannya nampak masih malu-

malu dan takut salah bahkan belum tumbuh suatu sikap benar-benar

berperan sebagai orang lain akibatnya baik gaya maupun ekspresi sangat

lemah.

39

Page 6: BAB IV

Para siswa lain yang menyaksikan pun tidak dapat melakukan

apresiasi atas tampilan orang lain karena mereka yang belum tampil malah

menghapalkan dialog dan mengingat-ingatnya agar tidak salah waktu akan

permainan simulasi.

Hasil observasi juga menemukan rendahnya sikap sikap gemar

melakukan kegiatan kemanusiaan. Masih terdapat siswa yang tidak

mampu mengemukakan contoh dan perilaku gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan.

Permainan simulasi dengan menggunakan beberan belum mereka

pahami secara tepat di antara peserta yang terdiri dari lima siswa belum

memiliki pengalaman dan pemahaman tentang kegiatan-kegiatan

kemanusiaan, sehingga peserta tersebut dikenai hukuman untuk

mengambil kartu pilihan. Ketika mendapat hukuman berupa menyanyikan

lagu wajib nasional atau lagu yang berhubungan dengan kemanusiaan

siswa cukup lama berfikir sehingga menghambat terhadap efisiensi waktu

yang tersedia.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer,

guru terlalu cepat dalam menjelaskan. Masalah lain yang didapat dari

pengamatan observer adalah pada saat menjelaskan tentang peranan

dalam permainan simulasi, guru kurang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas yang berkaitan dengan

peranan yang akan dilakukan dalam permainan simulasi.

40

Page 7: BAB IV

Hasil pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan

kemanusiaan masih jauh dari optimal. Kurang optimalnya atau masih

rendahnya hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami

kesulitan dalam memahami konsep-konsep tentang sikap gemar

melakukan kegiatan kemanusiaan.

d. Refleksi I

Rendahnya sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan

mengakibatkan rendahnya mutu hasil pembelajaran. Melihat kenyataan

adanya gejala rendahnya sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan

maka guru kelas, peneliti, dan kepala sekolah bersama-sama melakukan

tindakan reflektif.

Dari hasil diskusi bersama diperoleh gambaran bahwa guru kurang

memotivasi siswa dan guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan simulasi. Adanya

siswa yang tidak mampu melaksanakan peranannya karena tidak

memperoleh dorongan dari teman. Siswa tersebut belum memperoleh

bantuan dan arahan dari teman kelompoknya.

Karena kekurangan-kekurangan tersebut, maka perlu adanya

perbaikan-perbaikan dalam KBM untuk siklus II. Perbaikan tersebut yaitu

dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan

hal-hal yang akan disimulasikan. Selain itu guru harus lebih dapat

memotivasi siswa, sehingga siswa benar-benar termotivasi, sehingga siswa

41

Page 8: BAB IV

lancar dalam bermain simulasi. Para siswa juga diketahui kurang

memahami konsep tentang sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

Hal ini disebabkan karena para siswa merasa pembelajaran tersebut karang

menarik dan kurang menyenangkan.

Karena sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan yang

dikembangkan dalam kehidupan di kelas belum dapat diaplikasikan

dengan baik. Untuk itu guru harus berupaya serta mengadakan tindakan,

dengan tujuan siswa bisa merubah sikap dan perbuatan yang sesuai

dengan aturan moral yang sopan dan santun.

Adapun tindakan yang dilakukan antara lain :

1) Pemberian pembiasaan melalui peningkatan sikap gemar melakukan

kegiatan kemanusiaan secara nyata.

2) Memperbaiki metode mengajar. Di sini guru menggunakan metode

simulasi dalam pelaksanaan pembelajaran, supaya siswa mempunyai

motivasi baru dan senang belajar.

3) Mengadakan pendekatan pada siswa untuk mendapatkan informasi

yang bisa digunakan dalam mengatasi masalah moralitas siswa.

Salah satu hal yang penting dan merupakan faktor utama adalah

peranan guru Pendidikan Kewarganegaraan, maka guru PKn harus dapat

mendidik dan meneruskan nilai-nilai moral Pancasila kepada anak

didiknya dengan contoh dan teladan tentang apa yang diharapkan dari

anak didiknya. Guru harus meyakini secara rasional tentang norma dan

42

Page 9: BAB IV

moral Pancasila, serta memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi

profesional dan kompetensi kemasyarakatan.

2. Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, Siklus II perlu dilaksanakan

pada tanggal 16 Nopember 2009, guru mengubah sistematika metode simulasi

dengan mengunakan model role playing dengan cara memberikan waktu yang

cukup luas kepada siswa untuk menyusun skenario. Seminggu sebelum

pelaksanaan tindakan II Siswa mendapat tugas kelompok untuk menyusun

skenario role playing dengan tema pergaulan di sekolah.

a. Perencanaan II

Hasil observasi juga menemukan rendahnya sikap gemar melakukan

kegiatan kemanusiaan. Adanya siswa yang tidak mampu memainkan

peranan tidak memperoleh dorongan dari teman. Siswa tersebut belum

memperoleh bantuan dan arahan dari teman kelompoknya. Sikap tidak

tumbuhnya kerjasama dan kekompakan dalam simulasi ini merupakan

sikap yang bertolak belakang dengan perilaku gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan di mana setiap individu seharusnya berhubungan dengan

individu lain dan saling memiliki sikap kepedulian sesama terhadap

kesulitan yang dialami orang lain.

Penulis dengan guru menyusun ulang rencana pelaksanaan

pembelajaran dengan melakukan modifikasi terhadap metode simulasi

dengan model role playing yaitu bermain peranan yang ditujukan untuk

43

Page 10: BAB IV

mengkreasi kembali peristiwa masa lampau, mengkreasi kemungkinan

masa depan, mengekspose kejadian masa kini dan sebagainya. Para

siswa sebelumnya ditugasi untuk menyusun skenario role playing tentang

gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

Pada tahap ini peneliti merencanakan mengajak guru memberikan

motivasi kepada siswa untuk menanamkan kepribadian berupa gemar

melakukan kegiatan kemanusiaan melalui metodesimulasi dengan model

role playing.

Pada tahap perencanaan disepakati Rencana pelaksanaan

Pembelajaran segera dibuat dengan mengutamakan masalah yang menarik

dan menantang siswa untuk diperankan. Untuk kebutuhan itu skenario

role playing diserahkan kepada tiap kelompok untuk disusun sedemikian

rupa agar selanjutnya para siswa dapat berlatih terlebih dahulu.

Pada tahap pemeranan kelompok yang tidak melakukan tugas

pemeranan harus mengamati dan memberikan saran serta kritik yang

dapat memecahkan persoalan. Karena guru mengharapkan selama

pembelajaran berlangsung, setiap pemeran dapat melatih sikap empati,

simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan

tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedang pengamat melibatkan

dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasi perasaan dengan

perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.

44

Page 11: BAB IV

Guru dan peneliti bersama-sama menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran dan menyiapkan lembar kerja siswa, menyiapkan sumber

belajar serta format evaluasi.

b. Tindakan II

Dari hasil diskusi dan refleksi pembelajaran yang dilakukan didapat

bahwa siswa tertarik untuk mengikuti metode simulasi role playing

namun masih perlu melakukan latihan-latihan agar pemeranan dapat

berjalan secara optimal.

Masih terdapat siswa yang malu dan tidak mau tampil merupakan

masalah karena siswa tersebut belum memiliki sikap dan pendirian dalam

memecahkan masalah. Oleh karena itu perlu terus didorong dan dilatih

agar para siswa memiliki kemampuan menyampaikan gagasan dan

pendiriannya. Karena dalam role playing diperlukan keputusan yang tepat

pada situasi yang sengaja dibuat.

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan pada hari Senin tanggal 16

Nopember 2009 dengan tema yang sama. Sebelum kegiatan dimulai guru

menanyakan tugas yang telah dikerjakan bersama kelompok untuk

ditampilkan dalam role playing. Pada tahap ini para siswa dari masing-

masing kelompok mendapat tugas untuk memerankan peristiwa di depan

kelas yang berhubungan dengan gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan.

45

Page 12: BAB IV

Kegiatan setelah pemeranan tiap kelompok dilanjutkan dengan

diskusi untuk membahas dan melaporkan hasil pengamatan terhadap

tampilan tiap kelompok. Pada akhir kegiatan guru bersama siswa

menyimpulkan hasil pemecahan masalah.

Untuk mengukur penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah

dipelajari, guru memberikan tugas ulangan harian, dan diteruskan dengan

mengumumkan perolehan nilai secara terbuka. Hal ini dimaksudkan agar

siswa bersaing secara sehat.

c. Observasi II

Perilaku gemar melakukan kegiatan kemanusiaan dalam

pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan dievaluasi secara

berkelompok oleh guru sehingga menimbulkan siswa berusaha

menampilkan perannya lebih baik.

Dari hasil observasi terhadap perilaku guru setelah melalui diskusi

dan penelitian didapat hasil terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

khususnya pada langkah-langkah pembelajaran ditemukan langkah yang

cukup sistematis dari indikator fase langkah-langkah pembelajaran yang

meliputi penyampaian tujuan dan memotivasi peserta didik, menyajikan

informasi, mengorganisasikan peserta didik dan menetapkan masalah

sosial yang menarik perhatian siswa dan aktual untuk dibahas melalui

cerita yang menarik yang disajikan guru.

46

Page 13: BAB IV

Pengamatan terhadap perilaku belajar siswa dan dampak terhadap

pembelajaran sudah nampak hal ini terlihat dari kerjasama antar pemain

dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Bahasa lisan siswa dapat

dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain. Para

siswa mulai dapat membagi peran dan tanggung jawab tentang peranan

yang harus dilakonkan.

Para siswa lain sebagai pengamat yang menyaksikan tampilan

kelompok lain bersama kelompoknya mulai melakukan diskusi untuk

memberikan kritik dan tanggapan terhadap kelompok tersebut.

Masih terdapat siswa yang tidak aktif berpartisipasi dalam

pemeranan dan tidak menyampaikan gagasan hasil apresiasi terhadapa

pemeranan orang lain.

Sementara perilaku siswa dalam belajar belum menunjukkan

perilaku yang lebih kondusif. Namun masih rendahnya aktifitas kelompok

secara menyeluruh masih nampak terlihat masih ada beberapa siswa yang

mengganggu jalannya pemeranan bahkan memperoleok teman-temanya

bukan memberikan apresiasi.

d. Refleksi II

Dari hasil tindakan II yang dilakukan, sebagian kelompok

memainkan peranannya belum maksimal di antara para siswa belum

mampu menghayati peran yang dimainkan, masih tampak ragu dan kaku.

47

Page 14: BAB IV

Masih terdapat siswa yang tidak fokus dan masih mengejek dengan

menggunakan bahasa yang memperolok teman lain yang tampil dalam

memainkan peranannya. Serta gejala perilaku yang tidak santun seperti

cara berbicara kurang sopan, siswa suka berteriak, dan memperolok siswa

lain perlu mendapat perhatian untuk segera diperbaiki.

Melalui proses pembelajaran Siklus II telah terjadi perubahan

perolehan nilai dibandingan dengan siklus I namun tetap hasil tersebut

belum mampu mendongkrak nilai minimal Kriteria Ketuntasan Minimal

sebesar 6,80.

Untuk itu kegiatan pembelajaran harus dirancang menjadi lebih

efektif bagi berkembangnya sikap gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan dan aktifitas individu dengan kelompok.

Siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan

kemampuan berbeda. Perbedaan individual harus diperhatikan dan harus

tercermin dalam pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak harus selalu

mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan

kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat

dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah. Guru sebagai

pembimbing dan motivator perlu melakukan tindakan yang nyata seperti

memberikan tanggung jawab kepada para siswa dan melakukan

pengulangan kembali contoh-contoh sikap gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan dan bangsa.

48

Page 15: BAB IV

Selama pembelajaran tidak ada bimbingan belajar dari guru

terhadap individu maupun kelompok siswa, sulitnya menumbuhkan

komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok, serta Guru kurang

mendorong siswa, membina gairah belajar, dan partisipasi secara aktif

baik melalui penguatan, pujian atau penghargaan.

Berdasarkan perolehan hasil pembelajaran di atas maka perlu

ditempuh perbaikan pada Siklus III yang berorientasi pada perubahan

sistematika metode simulasi dengan menggunakan model sosiodrama.

Oleh karena itu hasil refleksi di atas menjadi bahan pertimbangan untuk

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berikutnya.

3. Siklus III

Masih terdapat siswa yang tidak fokus dan masih mengejek dengan

menggunakan bahasa yang memperolok teman lain yang tampil dalam

memainkan peranannya dan kurang peduli terhadap masalah, kurangnya sikap

kepedulian antar kelompok, kurang menghargai orang lain baik dalam karya

maupun dalam berpendapat mendorong guru dan penulis untuk melakukan

pengulangan materi dengan daur atau siklus berikut.

Satu hal yang menjadi pertimbangan melanjutkan pada siklus III karena

masih banyak potensi siswa yang terabaikan antara lain sifat rasa ingin tahu

dan berimajinasi, kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta perbedaan

49

Page 16: BAB IV

individual yang belum terlayani maka disepakati pengulangan siklus

dilaksanakan pada tanggal 23 Nopember 2009.

a. Perencanaan III

Setelah diperoleh hasil refleksi pada siklus II di atas maka

diputuskan dan disepakati bersama guru, peneliti dan kepala sekolah untuk

menyusun skenario dan desain pembelajaran yang lebih efektif dan

menyenangkan maka dirancang beberapa langkah yang perlu diambil

antara lain :

1) Membuat setting metode simulasi dengan model sosio drama yaitu

bermain peranan yang ditujukan untuk menentukan pemecahan

masalah sosial.

2) Menjelaskan kepada siswa peran apa yang akan dimainkan. Di sini,

peneliti melakukan persiapan-persiapan yang berkaitan dengan

setting role playing dan atributnya.

3) Menjelaskan tujuan dan aturan permainan.

4) Memberikan ungkapan-ungkapan yang dipakai dalam sosiodrama,

membimbing siswa yang belum memiliki keberanian tampil, hal ini

dilakukan dengan maksud agar siswa merasa percaya diri dalam

role playing kemudian mengendalikan siswa yang terlalu agresif

dalam penampilan sehingga menutup kesempatan orang lain.

5) Memilih musik yang sesuai sebagai background suara agar suasana

tampak rileks sehingga dapat mengurangi ketegangan siswa.

50

Page 17: BAB IV

b. Tindakan III

Siswa diminta mempraktikkan metode simulasi dengan model

sosiodrama sesuai dengan tujuan dan aturan permainan selama kurang

lebih 35 menit. Untuk 5 menit pertama, guru membuat persiapan-

persiapan sebagai setting bemain peran misalnya menata kelas, membuat

atribut dan menceriterakan kepada siswa peran yang akan dimainkan. 5

menit berikutnya, guru menjelaskan tujuan dan aturan permainan.

Kemudian 15 menit selanjutnya siswa bemain peran dengan skenario

yang sudah dibuat oleh siswa. Guru juga memberikan kesempatan kepada

siswa untuk berlatih beberapa menit.

Guru menceritakan salah satu kondisi sosial di masyarakat Aceh

setelah musibah Tsunami sambil memperlihatkan gambar tentang kondisi

yang terjadi saat itu. Para siswa diajak berdialog untuk memacing

perasaan mereka terhadap kondisi sosial masyarakat.

Langkah berikut yang ditempuh adalah para siswa menampilkan

pemeranan berdasarkan urutan kelompok, sementara kelompok yang

belum tampil menjadi pengamat. Proses pengamatan tidak lagi

menggunakan instrumen pengamatan melainkan setiap siswa diwajibkan

menyampaikan argumen secara lisan pada saat diskusi kelas.

Guru selanjutnya memantau jalannya sosiodrama sambil

memberikan bantuan kepada siswa. Untuk kesalahan-kesalahan yang

bersifat umum, artinya dilakukan hampir seluruh siswa, peneliti

51

Page 18: BAB IV

menjelaskan kembali secara klasikal. Sementara kesalahan yang bersifat

individu atau kelompok, peneliti langsung memberikan penjelasan pada

individu atau kelompok itu.

Pada saat diskusi kelas seluruh siswa secara individual

mengemukakan gagasan dan menyampaikan argumen berdasarkan

pengamatan terhadap kelompok yang telah mereka amati.

Kegiatan diakhiri oleh penyimpulan materi pelajaran. Siswa dengan

bimbingan guru menarik kesimpulan dan mencatat hal yang dianggap

penting.

c. Observasi III

Dari hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan pada Siklus III

diperoleh data siswa menunjukkan perkembangan yang signifikan peserta

didik memiliki pemahaman yang cukup tinggi tentang sikap gemar

melakukan kegiatan kemanusiaan dan bangsa.

Rasa percaya diri siswa dan tumbuhnya sikap kemanusiaan selama

pelaksanaan siklus III tampak lebih baik dibandingkan pada siklus

sebelumnya. Banyak siswa yang tidak lagi ragu dan takut untuk

mengungkapkan perasaan atau pendapat bahkan mau bertanya. Ini

dikarenakan sikap guru yang sering membantu siswa memberikan

dorongan dan sekaligus menjelaskan contoh-contoh perilaku gemar

melakukan kegiatan kemanusiaan.

52

Page 19: BAB IV

Perpanjangan waktu untuk mempraktikkan sosiodrama ternyata

dapat mempengaruhi keberanian untuk tampil para siswa karena siswa

merasa lebih leluasa dan lebih lama melakukan pemeranan.

Guru mampu m memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan

aktif mengemukakan gagasan-gagasannya. Hal ini memberikan semangat

kompetisi dengan berusaha setiap individu maupun secara kelompok

memperoleh penghargaan atas prestasi dan aktifitas diri siswa. Pada tahap

presentasi dan diskusi kelas siswa mulai terdorong untuk berlomba

mengemukakan gagasan dan pendapatnya hanya karena ingin memperoleh

nilai.

d. Refleksi III

Usaha yang telah dilakukan oleh guru berupa perbaikan dalam

menyusun strategi pembelajaran memperoleh hasil yang sangat

memuaskan, Hal ini terbukti bahwa metode simulasi dengan model

sosiodrama telah menunjukkan sebagi suatu metode yang sangat efektif

untuk pembelajaran yang berhubungan dengan mengukur afektif siswa.

Dibandingkan dengan hasil pada Siklus I dan Siklus II, maka pada

Siklus III telah terjadi peningkatan sikap gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan yang menunjukkan perubahan signifikan bahwa 35 siswa

atau 100 % siswa memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal.

Hasil penelitian tindakan III menunjukkan bahwa upaya meningkatkan

53

Page 20: BAB IV

gemar melakukan kegiatan kemanusiaan melalui strategi belajar simulasi

cukup signifikan.

Hasil pengamatan peneliti yang didukung oleh mitra kolaborasi

menunjukkan terjadi perubahan pembelajaran, penggunaan metode

simulasi tercermin jelas di bagian akhir kegiatan inti, guru mampu

meningkatkan seluruh potensi yang berkembang pada siswa dengan

memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif. Sedangkan peran

guru hanya memberi motivasi, membimbing dan menuangkan prestasi

yang diraih oleh siswa secara individual maupun kelompok. Hal ini

memberikan semangat kompetisi dengan berusaha setiap individu maupun

secara kelompok memperoleh penghargaan atas prestasi dan aktifitas diri

siswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode simulasi sangat

efektif digunakan untuk meningkatkan gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan apabila metode role playing dilaksanakan dengan sistematik

dalam arti tersusun secara menarik dalam hal ini tema atau materinya

membuat siswa tertantang untuk memainkannya.

B. Temuan Penelitian

Setelah melalui proses dalam bentuk siklus dari Siklus I, Siklus II dan

Siklus III dengan tahapan tiap siklus meliputi perencanaan tindakan, pengamatan,

dan refleksi langsung memfokuskan mengatasi masalah dari pokok-pokok

54

Page 21: BAB IV

rencana pembelajaran yaitu upaya meningkatkan gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan melalui metode simulasi dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang

ditentukan.

Pengamatan/observasi yang dilaksanakan bersamaan dalam proses

pembelajaran meliputi aktivitas guru dan siswa serta proses refleksi yang

dikembangkan dari analisa proses pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana

perbaikan pada siklus berikutnya selama penelitian berlangsung dengan model

proses dalam bentuk putaran yang menggunakan modifikasi dari Kemmis & Mc.

Taggart.

Melalui kerja kolaboratif disimpulkan penyebab sesungguhnya yang paling

dominan adalah kurangnya suasana belajar yang kondusif dan mendorong siswa

untuk belajar memahami hakekat, makna dan manfaat belajar, sehingga

memungkinkan siswa rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar. Kondisi

tersebut terwujud, ketika siswa diberikan kesempatan secara bebas menyusun

skenario naskah simulasi sesuai dengan rambu-rambu yang diperuntahkan guru.

Di sini guru dituntut untuk melakukan pembelajaran PKn secara aktif dan

memotivasi siswa untuk senantiasa belajar memiliki keinginan dan menanamkan

pemahaman nilai-nilai gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, yang nantinya

diharapkan mampu mengembalikan nilai-nilai dan norma kesantunan kepada

siswa yang sudah mulai hilang tersebut dan membudayakan kehidupan dengan

penanaman nilai gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

55

Page 22: BAB IV

Disimpulkan dari masalah pembelajaran di atas apabila kita mengharapkan

siswa belajar dengan menyenangkan diperlukan variasi mengajar yang memenuhi

syarat salah satunya yaitu dengan berupaya menanamkan gemar melakukan

kegiatan kemanusiaan siswa dalam setiap materi pembelajaran dengan melibatkan

langsung para siswa berpartisipasi dalam menetapkan tujuan pembelajaran,

memberikan stressing pada segi afektif dalam pengajaran dengan menumbuhkan

interaksi guru dan siswa yang optimal (komunikasi multi arah), maka salah satu

strategi belajar yang sesuai dan mewakili perkembangan siswa adalah metode

simulasi.

Hasil observasi menunjukkan bahwa peningkatan gemar melakukan

kegiatan kemanusiaan dengan pemberian contoh dalam setiap materi

pembelajaran dengan metode simulasi berpengaruh terhadap daya nalar siswa

yang berdampak pada sikap siswa memiliki kepekaan sosial, ramah, rendah hati,

pemaaf, mawas diri, berdisiplin memelihara amanah, rasa sosial, menghargai dan

menghormati, sportif, arif dan bijaksana serta bertenggang rasa terhadap orang

lain dalam lingkungan kelompok kecil maupun klasikal.

Melalui metode simulasi berhasil diamati karakteristik atau gaya belajar

masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca daripada

dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan kasus

dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas visual

(gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling

mngajukan argumentasi dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu

56

Page 23: BAB IV

menyampaikan pendapatnya baru kemudian menyampaikan pendapatnya

tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas Auditorial (gaya

belajar Auditorial). Dan siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain

melihat, mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua

permasalahan, mampu membuktikan teori ke dalam praktek,  mampu

memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada kelompok belajar yang

memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya belajar Kinestetik). Kelompok

kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar konvergen dimana siswa memiliki

kekuartan otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan

kata tanya “How” (bagaimana).

Sikap siswa ini menumbuhkan sikap gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan para siswa. Hal ini dapat diketahui dari umpan balik yang diberikan

kepada para siswa untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode simulasi

terhadap sikap dan perilaku siswa yang telah memahami makna yang terkandung

dari setiap materi pembelajaran yang sedang diperankan. Nilai-nilai gemar

melakukan kegiatan kemanusiaan yang diobservasi menunjukkan pola meningkat

yang diukur melalui instrumen observasi.

Hasil dialog kolaboratif dan diskusi, memberikan dorongan kepada guru

PKn untuk menerapkan metode simulasi secara efektif guna meningkatkan gemar

melakukan kegiatan kemanusiaan. Hal ini ditunjukkan guru PKn pada waktu

melaksanakan tindakan kelas. Hasil pengamatan peneliti yang didukung oleh

mitra kolaborasi dalam hal ini Kepala Sekolah, guru selalu memberitahukan

57

Page 24: BAB IV

tujuan pembelajaran dan rencana belajar yang akan dilaksanakan pada proses

pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai serta membimbing siswa yang

bertujuan untuk menumbuhkan suasana belajar yang kondusif dan mendorong

siswa memahami hakekat, makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan

siswa rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar. Kondisi tersebut terwujud,

ketika siswa menyadari tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan

bagaimana cara menggapainya.

Peneliti melakukan pengamatan terhadap perilaku mengajar guru dan

perilaku belajar siswa, dari hasil pengamatan dengan mitra kolaborasi ditemukan

beberapa masalah yaitu : perhatian siswa rendah, keaktifan siswa dalam aktivitas

pembelajaran rendah, serta ditemukan masih dominan peran guru dalam

mengembangkan pembelajaran masih banyak menggunakan metode ceramah

serta sikap siswa yang masih egoistik dan kurang peduli terhadap lingkungan

sekitar, hal ini menyebabkan pengembangan metode simulasi menghadapi

kendala untuk menumbuh kembangkan sikap siswa yang sudah mulai melupakan

nilai-nilai kemanusiaan. Karena konsep metode simulasi memandang bahwa

keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru

melainkan juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran yakni rekan

sebaya.

58

Page 25: BAB IV

Dari hasil observasi terhadap perilaku guru dengan menggunakan Instrumen

Penilaian Guru pada Siklus I, setelah melalui diskusi dan penelitian didapat hasil

terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran khususnya pada langkah-langkah

pembelajaran ditemukan langkah yang cukup sistematis dari indikator fase

langkah-langkah pembelajaran yang meliputi penyampaian tujuan dan

memotivasi peserta didik, menyajikan informasi, mengorganisasikan peserta

didik dan menetapkan masalah sosial yang menarik perhatian siswa dan aktual

untuk dibahas melalui cerita dan contoh yang menarik.

Selanjutnya guru juga sudah berupaya menjelaskan nilai-nilai gemar

melakukan kegiatan kemanusiaan yang terkandung dalam setiap materi ajar

sehingga siswa dapat lebih memahami pentingnya sikap cinta terhadap bangsa

dan negaranya. Pembelajaran dalam konteks cerita yang menarik, guru

menetapkan siswa yang bersedia untuk memainkan peranannya di depan kelas,

guru menjelaskan kepada para siswa mengenai peranan mereka pada waktu

pementasan berlangsung. Bahkan ada upaya guru memberikan kesempatan

kepada para pemeran untuk berunding beberapa menit sebelum mereka

memainkan peranannya.

Upaya yang dilakukan guru yang dilakukan dengan memberikan musik

pada saat penampilan siswa semakin membuat siswa tertarik dengan metode

simulasi.

1. Upaya Guru dalam Meningkatkan Sikap Gemar Melakukan

Kegiatan Kemanusiaan

59

Page 26: BAB IV

Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan nyaman

bagi siswa serta memberikan contoh-contoh logis bahkan memberikan

dorongan kepada seluruh siswa untuk memiliki keberanian bertindak

menyebabkan siswa memiliki sikap percaya diri dan tidak malu dalam role

playing.

Guru sebagai pembimbing dan motivator melakukan tindakan yang

nyata seperti memberikan tanggung jawab kepada para siswa dan melakukan

pengulangan kembali contoh-contoh sikap gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan. Seperti memberi contoh suatu perasaan dan sikap memegang

nilai-nilai kemanusiaan.

Guru juga sudah berupaya menjelaskan nilai-nilai gemar melakukan

kegiatan kemanusiaan yang terkandung dalam setiap materi ajar sehingga

siswa dapat lebih memahami pentingnya sikap cinta terhadap bangsa dan

negaranya. Pembelajaran dalam konteks cerita yang menarik, guru

menetapkan siswa yang bersedia untuk memainkan peranannya di depan

kelas, guru menjelaskan kepada para siswa mengenai peranan mereka pada

waktu pementasan berlangsung. Bahkan ada upaya guru memberikan

kesempatan kepada para pemeran untuk berunding beberapa menit sebelum

mereka memainkan peranannya.

60

Page 27: BAB IV

Guru mampu mengakumulasi seluruh potensi yang berkembang pada

siswa dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif

mengemukakan gagasan-gagasannya. Hal ini memberikan semangat

kompetisi dengan berusaha setiap individu maupun secara kelompok

memperoleh penghargaan atas prestasi dan aktifitas diri siswa. Pada tahap

presentasi dan diskusi kelas siswa mulai terdorong untuk berlomba

mengemukakan gagasan dan pendapatnya hanya karena ingin memperoleh

nilai.

2. Perilaku Siswa setelah Pembelajaran

Perilaku siswa setelah pembelajaran menunjukkan sikap gemar

melakukan kegiatan kemanusiaan, hal ini terbukti ketika mereka melakukan

sosiodrama pada Siklus III mampu mengemukakan gagasan atas sikap gemar

melakukan kegiatan kemanusiaan. Mereka menyatakan rela berkorban,

memiliki sikap dan kepedulian untuk saling membantu, solidaritas, setia

kawan, memiliki rasa senasib dan sepenanggungan, serta kerjasama,

berdisiplin memelihara amanah, rasa sosial, menghargai dan menghormati,

sportif, arif dan bijaksana serta bertenggang rasa terhadap orang lain dalam

lingkungan kelompok kecil maupun klasikal.

61

Page 28: BAB IV

Melalui metode simulasi berhasil diamati karakteristik atau gaya belajar

masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca

daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka

membacakan kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki

potensi atau modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang

lebih suka berdialog, saling mngajukan argumentasi dengan cara

mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru

kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki

potensi atau modalitas Auditorial (gaya belajar Auditorial). Dan siswa yang

dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari

siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu

membuktikan teori ke dalam praktek,  mampu memecahkan masalah secara

rasional, tergolong kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau

modalitas Kinestetik (gaya belajar Kinestetik). Kelompok kinestetik ini

tergolong kepada tipe belajar konvergen dimana siswa memiliki kekuartan

otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan kata

tanya “How” (bagaimana).

3. Hasil Wawancara Dengan Informan

Berdasarkan data hasil wawancara sengan informan diperoleh hasil

antara lain :

62

Page 29: BAB IV

Ketika siswa diajukan pertanyaan tetang menerapkan sikap gemar

melakkan kegiatan kemanusiaan rata-rata siswa menjawab bahwa perilaku

tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan nyata dan langsung membantu

orang yang terkena musibah atau berkunjung ke temat-tempat seperti dapur

umum, pati asuhan dan panti rehabilitasi.

Sedangkan sikap yang dilakukan oleh sebagian siswa yang mendengar

kejadian di wilayah Pangandaran mereka berusaha memberikan bantuan tidak

langsung dengan mengumpulkan kebutuhan korban bencana alam tersebut.

Pertanyaan yang diajukan kepada siswa sehubungan dengan alasan

pentingnya sikap gemar melakkan kegiatan kemanusiaan umumnya merke

menjawab bahwa perilaku itu perlu dilakukan untuk memupuk sikap sensib

sependeritaan, melatih jiwa kemanusiaan dan kepedulian sosial.

Ketika ditanyak sikap siswa terhadap tetangga yang membutuhkan

pertolongan mereka akan berusaha sesegara mungkin membantu sesuai

dengan kemampuan.

Perihal adanya teman yang tidak mau membantu orang yang

membutuhkan rata-rata para siswa bersikap bahwa perilaku itu tidak tepat

mereka akan berusaha menyadarkan dan mengajak temannya untuk memiliki

kepedulian dengan menyadarkan bahwa setiap manusia tidak dapat hidup

sendiri.

63

Page 30: BAB IV

Ketika ditanyakan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan metode simulasi para siswa menyatakan sangat tertarik karena

dapat meningkatkan keberanian dan meningkatkan keterampilan.

Sementara itu pertanyaan yang berhubungan dengan kelompok yang

tidak dapat memerankan permainan sesuai dengan masalah yang diutarakan

maka umumnya para siswa berusaha memberikan saran dan pertimbangan

pemecahan.

Perilaku yang berhubungan dengan kepedulian sesama teman dalam

melakukan simulasi juga ditumbuhkan melalui saling membantu teman yang

kesulitan dalam memerankan simulasi.

Menurut para siswa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan selain berlatih simulasi juga

diwujudkan dengan praktek langsung berkunjung kepada teman-teman yang

sangat membutuhkan bantuan.

Metode simulasi menurut para siswa dapat meningkatkan sikap gemar

melakukan kegiatan kemanusiaan karena melalui pemeranan dan contoh-

contoh masalah sosial yang dapat dibantu melalui kegiatan kemanusiaan

dapat menyentuh hati temn-teman di kelas.

4. Hasil Wawancara Dengan Key Informan

Melalui wawancara dengan beberapa guru diperoleh pendapat bahwa

perlunya meningkatkan sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan yang

64

Page 31: BAB IV

diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan sosial yang nyata akan

menumbuhkan sikap solidaritas dan kepedulian yang tinggi.

Cara meningkatkan sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan

dapat dilakukan dengan melakukan bermain peran, demontrasi dan

mengunjungi korban bencana alam.

Ketika ditanyakan tentang cara menerapkan kesadaran kepada siswa

agar mereka memiliki sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan adalah

melalui keteladanan dan praktik langsung bukan bersifat teoritis praktis. Para

siswa membutuhkan keteladanan dari sesama baik dari guru, masyarakat atau

teman yang lain akan menjadi motivasi bagi siswa lain untuk tergerak

melakukan tindakan yang positif.

Ketika ditanyakan alasan mengapa sikap gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan perlu ditumbuh kembangkan kepada para siswa hal ini sangat

penting karena pada diri siswa akan tumbuh sikap sosial, peduli terhadap

lingkungan baik alam maupun masyarakat, tumbuhnya rasa kemanusiaan

serta perasaan yang peka terhadap penderitaan yang dirasakan orang lain.

Oleh karena itu jika ada siswa yang tidak tergerak melakukan tindakan

kemanusiaan perlu didorong dengan keteladanan dan motivasi yang tinggi.

Cara membangun motivasi itu dapat dilakukan dengan melibatkan siswa

dalam bermain peran, memdramatisasikan seolah dia sedang membutuhkan

pertolongan atau menyaksikan dan mendengar cerita dari berbagai informasi.

65

Page 32: BAB IV

Metode simulasi sangat efektif untuk meningkatkan gemar melakukan

kegiatan kemanusiaan karena metode ini sangat disenangi oleh para siswa.

Aktivitas siswa cukup antusias, Oleh karena itu saya merekomendasikan

kepada para guru agar metode simulasi digunakan sebagai salah satu metode

untuk meningkatkan nilai-nilai afektif siswa.

Setelah menerapkan metode simulasi khususnya yang berhubungan

dengan nilai-nilai kemanusiaan, termasuk gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan para siswa memiliki kesadaran dan kecintaan sesama manusia.

Sesungguhnya metode simulasi merupakan metode yang efektif dan

menarik untuk digunakan dalam pembelajaran yang memiliki karakteristik

dengan nilai-nilai kemasyarakat, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai Pancasila.

Mengupayakan suasana kelas lebih hidup. Anak dilatih keberaniannya

untuk lebih bersikap kritis, kreatif dan demokratis, diberikan kepercayaan

penuh dalam memecahkan problem dengan bimbingan melalui latihan

simulasi, melatih keberanian anak untuk berbicara di muka umum.

Memberikan pengarahan dan motivasi dengan cara memberi penghargaan

bagi siswa yang aktif dan mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam

berdiskusi dan penghargaan. Guru juga berusaha merubah metode

pembelajaran dari model pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi

pembelajaran berpusat pada anak karena dengan demikian anak akan lebih

mudah memahami materi yang diberikan.

66