BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Langkah awal yang dilakukan peneliti untuk mempermudah proses
penelitian maka dilakukan observasi lapangan serta pengurusan surat izin
penelitian. Penelitian ini penulis lakukan dengan kolaborasi antara Guru Kelas V
dan Kepala SD Negeri Sugutamu sehingga diperoleh kesepakatan kolaborasi
bahwa wali kelas V dan siswanya menjadi objek penelitian.
Setelah melalui diskusi awal kolaboratif penelitian direncanakan dimulai
pada tanggal 9 Nopember 2009. Dengan tahapan kegiatan penelitian melalui
proses dalam bentuk siklus dengan tahapan tiap siklus meliputi perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi pada tiap Siklus. Sedangkan Siklus berikut
terdiri atas perencanaan, tindakan perbaikan siklus sebelumnya, observasi dan
refleksi. Maka peneliti menggunakan model proses dalam bentuk putaran yang
menggunakan modifikasi dari Kemmis & Mc. Taggart.
Peneliti langsung memfokuskan mengatasi masalah dari pokok-pokok
rencana pembelajaran yaitu upaya meningkatkan sikap gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan.
Hasil Observasi dan refleksi disepakati untuk diambil sebagai data
penelitian untuk dideskripsikan dan dianalisa untuk segera dilakukan tindakan
perbaikan melalui siklus berikut.
35
Penelitian Tindakan kelas dilakukan merupakan upaya meningkatkan
interaksi sosial melalui strategi belajar permainan simulasi, dengan harapan dapat
diperoleh hasil penelitian.
1. Siklus I
Penulis dalam melakukan penelitian memilih menggunakan metode
Classroom Action Research dengan melakukan kolaborasi dengan para guru
dan kepala sekolah, penelitian dalam upaya meningkatkan sikap gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan melalui metode simulasi mengharapkan
hasil yang dapat dideskripsikan, dengan menempuh siklus sebagai berikut :
a. Perencanaan I
Pada tahap ini peneliti merencanakan mengajak guru memberikan
motivasi kepada siswa untuk meningkatkan sikap gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan melalui metode simulai maka dilakukan rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan melakukan modifikasi metode simulasi
yaitu menggunakan model simulasi permainan dengan alat beberan yang
pernah digunakan untuk simulasi P4.
Tahap awal bersama guru peneliti menyiapkan dan menetapkan
rencana pembelajaran dengan mengembangkan skenario yang akan
diterapkan dalam proses pembelajaran. Peneliti juga tidak lupa
menyediakan alat peraga sebagai penunjang pembelajaran terutama kartu
beberan, gaco, dadu sumber belajar.
36
Demikian juga untuk kepentingan persyaratan penelitian, peneliti
menyiapkan berbagai pedoman observasi, pedoman wawancara dan
keperluan lain terutama catatan lapangan.
b. Tindakan I
Pelaksanaan tindakan I telah disepakati bersama guru pelaksana
pembelajaran pada hari Senin tanggal 9 Nopember 2009. Sebelum
kegiatan dimulai guru memberitahukan tujuan pembelajaran dan rencana
pelaksanaan kegiatan yang akan dijalankan. Pada tahap selanjutnya guru
memberikan pengarahan sehubungan dengan sikap gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan diselingi dengan tanya jawab kepada siswa tentang
kegiatan kemanusiaan.
Pada tahap kegiatan inti dilakukan fase eksplorasi, siswa ditugasi
mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi sikap
gemar melaklukan kegiatan kemanusiaan yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka
sumber. Dilanjutkan dengan guru menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran dengan model beberan guru memberikan gambaran
tentang simulasi. Pada tahap ini setiap kelompok diwakili oleh satu orang
siswa untuk turut berperan dalam permainan simulasi menggunakan
beberan. Materi yang disajikan dalam beberan merupakan materi yang
aktual.
37
Guru menjelaskan skenario atau jalannya cerita, aturan main,
pemegang peran, prosedur keputusan yang harus diambil, dan tujuan,
membagi peran, dan memberikan kesempatan anak untuk berkordinasi
dan berlatih sesuai dengan peran masing-masing.
Tiap kelompok menunjuk seorang perwakilan kelompok untuk
mengikuti permainan simulasi tentang gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan.
Peserta yang tidak bermain simulasi menjadi penyampai saran atau
penanya sementara tugas guru membantu siswa dalam bermain simulasi.
Secara periodik guru mengamati jalannya simulasi bahkan terkadang
menghentikan permainan siswa dan memberikan koreksi atau balikan,
mengevaluasi penampilan pemegang peran dan mengklarifikasi
kekeliruan dalam memainkan peran.
Tugas yang dilakukan guru selanjutnya memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah
terhadap keberhasilan peserta didik, memfasilitasi peserta didik untuk
memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi
dasar: memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber, Guru juga memfasilitasi
peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan, serta memberikan motivasi kepada peserta
didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
38
Pada kegiatan penutup guru bersama siswa menyusun kesimpulan
materi pelajaran dilanjutkan dengan memberikan penilaian dan/atau
refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten
dan terprogrom serta memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran; Guru juga merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok
sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
c. Observasi I
Hasil pengamatan peneliti yang didukung oleh mitra kolaborasi
dalam hal ini Kepala Sekolah, menunjukkan selama proses pembelajaran
dengan menggunakan metode simulasi dengan beberan yang dilakukan
para siswa belum maksimal sesuai dengan tuntutan kompetensi yang
diharapkan. Para siswa banyak yang belum mampu mengungkapkan
perilaku dan sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Para siswa juga kesulitan untuk merumuskan kata-kata atau
kalimat dialog yang harus dikembangkan karena strategi permainan
simulasi ini merupakan metode baru bagi mereka.
Para siswa dalam memainkan peranannya nampak masih malu-
malu dan takut salah bahkan belum tumbuh suatu sikap benar-benar
berperan sebagai orang lain akibatnya baik gaya maupun ekspresi sangat
lemah.
39
Para siswa lain yang menyaksikan pun tidak dapat melakukan
apresiasi atas tampilan orang lain karena mereka yang belum tampil malah
menghapalkan dialog dan mengingat-ingatnya agar tidak salah waktu akan
permainan simulasi.
Hasil observasi juga menemukan rendahnya sikap sikap gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan. Masih terdapat siswa yang tidak
mampu mengemukakan contoh dan perilaku gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan.
Permainan simulasi dengan menggunakan beberan belum mereka
pahami secara tepat di antara peserta yang terdiri dari lima siswa belum
memiliki pengalaman dan pemahaman tentang kegiatan-kegiatan
kemanusiaan, sehingga peserta tersebut dikenai hukuman untuk
mengambil kartu pilihan. Ketika mendapat hukuman berupa menyanyikan
lagu wajib nasional atau lagu yang berhubungan dengan kemanusiaan
siswa cukup lama berfikir sehingga menghambat terhadap efisiensi waktu
yang tersedia.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer,
guru terlalu cepat dalam menjelaskan. Masalah lain yang didapat dari
pengamatan observer adalah pada saat menjelaskan tentang peranan
dalam permainan simulasi, guru kurang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas yang berkaitan dengan
peranan yang akan dilakukan dalam permainan simulasi.
40
Hasil pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan
kemanusiaan masih jauh dari optimal. Kurang optimalnya atau masih
rendahnya hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami
kesulitan dalam memahami konsep-konsep tentang sikap gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan.
d. Refleksi I
Rendahnya sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
mengakibatkan rendahnya mutu hasil pembelajaran. Melihat kenyataan
adanya gejala rendahnya sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
maka guru kelas, peneliti, dan kepala sekolah bersama-sama melakukan
tindakan reflektif.
Dari hasil diskusi bersama diperoleh gambaran bahwa guru kurang
memotivasi siswa dan guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan simulasi. Adanya
siswa yang tidak mampu melaksanakan peranannya karena tidak
memperoleh dorongan dari teman. Siswa tersebut belum memperoleh
bantuan dan arahan dari teman kelompoknya.
Karena kekurangan-kekurangan tersebut, maka perlu adanya
perbaikan-perbaikan dalam KBM untuk siklus II. Perbaikan tersebut yaitu
dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
hal-hal yang akan disimulasikan. Selain itu guru harus lebih dapat
memotivasi siswa, sehingga siswa benar-benar termotivasi, sehingga siswa
41
lancar dalam bermain simulasi. Para siswa juga diketahui kurang
memahami konsep tentang sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Hal ini disebabkan karena para siswa merasa pembelajaran tersebut karang
menarik dan kurang menyenangkan.
Karena sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan yang
dikembangkan dalam kehidupan di kelas belum dapat diaplikasikan
dengan baik. Untuk itu guru harus berupaya serta mengadakan tindakan,
dengan tujuan siswa bisa merubah sikap dan perbuatan yang sesuai
dengan aturan moral yang sopan dan santun.
Adapun tindakan yang dilakukan antara lain :
1) Pemberian pembiasaan melalui peningkatan sikap gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan secara nyata.
2) Memperbaiki metode mengajar. Di sini guru menggunakan metode
simulasi dalam pelaksanaan pembelajaran, supaya siswa mempunyai
motivasi baru dan senang belajar.
3) Mengadakan pendekatan pada siswa untuk mendapatkan informasi
yang bisa digunakan dalam mengatasi masalah moralitas siswa.
Salah satu hal yang penting dan merupakan faktor utama adalah
peranan guru Pendidikan Kewarganegaraan, maka guru PKn harus dapat
mendidik dan meneruskan nilai-nilai moral Pancasila kepada anak
didiknya dengan contoh dan teladan tentang apa yang diharapkan dari
anak didiknya. Guru harus meyakini secara rasional tentang norma dan
42
moral Pancasila, serta memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional dan kompetensi kemasyarakatan.
2. Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, Siklus II perlu dilaksanakan
pada tanggal 16 Nopember 2009, guru mengubah sistematika metode simulasi
dengan mengunakan model role playing dengan cara memberikan waktu yang
cukup luas kepada siswa untuk menyusun skenario. Seminggu sebelum
pelaksanaan tindakan II Siswa mendapat tugas kelompok untuk menyusun
skenario role playing dengan tema pergaulan di sekolah.
a. Perencanaan II
Hasil observasi juga menemukan rendahnya sikap gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan. Adanya siswa yang tidak mampu memainkan
peranan tidak memperoleh dorongan dari teman. Siswa tersebut belum
memperoleh bantuan dan arahan dari teman kelompoknya. Sikap tidak
tumbuhnya kerjasama dan kekompakan dalam simulasi ini merupakan
sikap yang bertolak belakang dengan perilaku gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan di mana setiap individu seharusnya berhubungan dengan
individu lain dan saling memiliki sikap kepedulian sesama terhadap
kesulitan yang dialami orang lain.
Penulis dengan guru menyusun ulang rencana pelaksanaan
pembelajaran dengan melakukan modifikasi terhadap metode simulasi
dengan model role playing yaitu bermain peranan yang ditujukan untuk
43
mengkreasi kembali peristiwa masa lampau, mengkreasi kemungkinan
masa depan, mengekspose kejadian masa kini dan sebagainya. Para
siswa sebelumnya ditugasi untuk menyusun skenario role playing tentang
gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Pada tahap ini peneliti merencanakan mengajak guru memberikan
motivasi kepada siswa untuk menanamkan kepribadian berupa gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan melalui metodesimulasi dengan model
role playing.
Pada tahap perencanaan disepakati Rencana pelaksanaan
Pembelajaran segera dibuat dengan mengutamakan masalah yang menarik
dan menantang siswa untuk diperankan. Untuk kebutuhan itu skenario
role playing diserahkan kepada tiap kelompok untuk disusun sedemikian
rupa agar selanjutnya para siswa dapat berlatih terlebih dahulu.
Pada tahap pemeranan kelompok yang tidak melakukan tugas
pemeranan harus mengamati dan memberikan saran serta kritik yang
dapat memecahkan persoalan. Karena guru mengharapkan selama
pembelajaran berlangsung, setiap pemeran dapat melatih sikap empati,
simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan
tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedang pengamat melibatkan
dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasi perasaan dengan
perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.
44
Guru dan peneliti bersama-sama menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran dan menyiapkan lembar kerja siswa, menyiapkan sumber
belajar serta format evaluasi.
b. Tindakan II
Dari hasil diskusi dan refleksi pembelajaran yang dilakukan didapat
bahwa siswa tertarik untuk mengikuti metode simulasi role playing
namun masih perlu melakukan latihan-latihan agar pemeranan dapat
berjalan secara optimal.
Masih terdapat siswa yang malu dan tidak mau tampil merupakan
masalah karena siswa tersebut belum memiliki sikap dan pendirian dalam
memecahkan masalah. Oleh karena itu perlu terus didorong dan dilatih
agar para siswa memiliki kemampuan menyampaikan gagasan dan
pendiriannya. Karena dalam role playing diperlukan keputusan yang tepat
pada situasi yang sengaja dibuat.
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan pada hari Senin tanggal 16
Nopember 2009 dengan tema yang sama. Sebelum kegiatan dimulai guru
menanyakan tugas yang telah dikerjakan bersama kelompok untuk
ditampilkan dalam role playing. Pada tahap ini para siswa dari masing-
masing kelompok mendapat tugas untuk memerankan peristiwa di depan
kelas yang berhubungan dengan gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan.
45
Kegiatan setelah pemeranan tiap kelompok dilanjutkan dengan
diskusi untuk membahas dan melaporkan hasil pengamatan terhadap
tampilan tiap kelompok. Pada akhir kegiatan guru bersama siswa
menyimpulkan hasil pemecahan masalah.
Untuk mengukur penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah
dipelajari, guru memberikan tugas ulangan harian, dan diteruskan dengan
mengumumkan perolehan nilai secara terbuka. Hal ini dimaksudkan agar
siswa bersaing secara sehat.
c. Observasi II
Perilaku gemar melakukan kegiatan kemanusiaan dalam
pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan dievaluasi secara
berkelompok oleh guru sehingga menimbulkan siswa berusaha
menampilkan perannya lebih baik.
Dari hasil observasi terhadap perilaku guru setelah melalui diskusi
dan penelitian didapat hasil terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
khususnya pada langkah-langkah pembelajaran ditemukan langkah yang
cukup sistematis dari indikator fase langkah-langkah pembelajaran yang
meliputi penyampaian tujuan dan memotivasi peserta didik, menyajikan
informasi, mengorganisasikan peserta didik dan menetapkan masalah
sosial yang menarik perhatian siswa dan aktual untuk dibahas melalui
cerita yang menarik yang disajikan guru.
46
Pengamatan terhadap perilaku belajar siswa dan dampak terhadap
pembelajaran sudah nampak hal ini terlihat dari kerjasama antar pemain
dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Bahasa lisan siswa dapat
dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain. Para
siswa mulai dapat membagi peran dan tanggung jawab tentang peranan
yang harus dilakonkan.
Para siswa lain sebagai pengamat yang menyaksikan tampilan
kelompok lain bersama kelompoknya mulai melakukan diskusi untuk
memberikan kritik dan tanggapan terhadap kelompok tersebut.
Masih terdapat siswa yang tidak aktif berpartisipasi dalam
pemeranan dan tidak menyampaikan gagasan hasil apresiasi terhadapa
pemeranan orang lain.
Sementara perilaku siswa dalam belajar belum menunjukkan
perilaku yang lebih kondusif. Namun masih rendahnya aktifitas kelompok
secara menyeluruh masih nampak terlihat masih ada beberapa siswa yang
mengganggu jalannya pemeranan bahkan memperoleok teman-temanya
bukan memberikan apresiasi.
d. Refleksi II
Dari hasil tindakan II yang dilakukan, sebagian kelompok
memainkan peranannya belum maksimal di antara para siswa belum
mampu menghayati peran yang dimainkan, masih tampak ragu dan kaku.
47
Masih terdapat siswa yang tidak fokus dan masih mengejek dengan
menggunakan bahasa yang memperolok teman lain yang tampil dalam
memainkan peranannya. Serta gejala perilaku yang tidak santun seperti
cara berbicara kurang sopan, siswa suka berteriak, dan memperolok siswa
lain perlu mendapat perhatian untuk segera diperbaiki.
Melalui proses pembelajaran Siklus II telah terjadi perubahan
perolehan nilai dibandingan dengan siklus I namun tetap hasil tersebut
belum mampu mendongkrak nilai minimal Kriteria Ketuntasan Minimal
sebesar 6,80.
Untuk itu kegiatan pembelajaran harus dirancang menjadi lebih
efektif bagi berkembangnya sikap gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan dan aktifitas individu dengan kelompok.
Siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan
kemampuan berbeda. Perbedaan individual harus diperhatikan dan harus
tercermin dalam pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak harus selalu
mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan
kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah. Guru sebagai
pembimbing dan motivator perlu melakukan tindakan yang nyata seperti
memberikan tanggung jawab kepada para siswa dan melakukan
pengulangan kembali contoh-contoh sikap gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan dan bangsa.
48
Selama pembelajaran tidak ada bimbingan belajar dari guru
terhadap individu maupun kelompok siswa, sulitnya menumbuhkan
komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok, serta Guru kurang
mendorong siswa, membina gairah belajar, dan partisipasi secara aktif
baik melalui penguatan, pujian atau penghargaan.
Berdasarkan perolehan hasil pembelajaran di atas maka perlu
ditempuh perbaikan pada Siklus III yang berorientasi pada perubahan
sistematika metode simulasi dengan menggunakan model sosiodrama.
Oleh karena itu hasil refleksi di atas menjadi bahan pertimbangan untuk
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
3. Siklus III
Masih terdapat siswa yang tidak fokus dan masih mengejek dengan
menggunakan bahasa yang memperolok teman lain yang tampil dalam
memainkan peranannya dan kurang peduli terhadap masalah, kurangnya sikap
kepedulian antar kelompok, kurang menghargai orang lain baik dalam karya
maupun dalam berpendapat mendorong guru dan penulis untuk melakukan
pengulangan materi dengan daur atau siklus berikut.
Satu hal yang menjadi pertimbangan melanjutkan pada siklus III karena
masih banyak potensi siswa yang terabaikan antara lain sifat rasa ingin tahu
dan berimajinasi, kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta perbedaan
49
individual yang belum terlayani maka disepakati pengulangan siklus
dilaksanakan pada tanggal 23 Nopember 2009.
a. Perencanaan III
Setelah diperoleh hasil refleksi pada siklus II di atas maka
diputuskan dan disepakati bersama guru, peneliti dan kepala sekolah untuk
menyusun skenario dan desain pembelajaran yang lebih efektif dan
menyenangkan maka dirancang beberapa langkah yang perlu diambil
antara lain :
1) Membuat setting metode simulasi dengan model sosio drama yaitu
bermain peranan yang ditujukan untuk menentukan pemecahan
masalah sosial.
2) Menjelaskan kepada siswa peran apa yang akan dimainkan. Di sini,
peneliti melakukan persiapan-persiapan yang berkaitan dengan
setting role playing dan atributnya.
3) Menjelaskan tujuan dan aturan permainan.
4) Memberikan ungkapan-ungkapan yang dipakai dalam sosiodrama,
membimbing siswa yang belum memiliki keberanian tampil, hal ini
dilakukan dengan maksud agar siswa merasa percaya diri dalam
role playing kemudian mengendalikan siswa yang terlalu agresif
dalam penampilan sehingga menutup kesempatan orang lain.
5) Memilih musik yang sesuai sebagai background suara agar suasana
tampak rileks sehingga dapat mengurangi ketegangan siswa.
50
b. Tindakan III
Siswa diminta mempraktikkan metode simulasi dengan model
sosiodrama sesuai dengan tujuan dan aturan permainan selama kurang
lebih 35 menit. Untuk 5 menit pertama, guru membuat persiapan-
persiapan sebagai setting bemain peran misalnya menata kelas, membuat
atribut dan menceriterakan kepada siswa peran yang akan dimainkan. 5
menit berikutnya, guru menjelaskan tujuan dan aturan permainan.
Kemudian 15 menit selanjutnya siswa bemain peran dengan skenario
yang sudah dibuat oleh siswa. Guru juga memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlatih beberapa menit.
Guru menceritakan salah satu kondisi sosial di masyarakat Aceh
setelah musibah Tsunami sambil memperlihatkan gambar tentang kondisi
yang terjadi saat itu. Para siswa diajak berdialog untuk memacing
perasaan mereka terhadap kondisi sosial masyarakat.
Langkah berikut yang ditempuh adalah para siswa menampilkan
pemeranan berdasarkan urutan kelompok, sementara kelompok yang
belum tampil menjadi pengamat. Proses pengamatan tidak lagi
menggunakan instrumen pengamatan melainkan setiap siswa diwajibkan
menyampaikan argumen secara lisan pada saat diskusi kelas.
Guru selanjutnya memantau jalannya sosiodrama sambil
memberikan bantuan kepada siswa. Untuk kesalahan-kesalahan yang
bersifat umum, artinya dilakukan hampir seluruh siswa, peneliti
51
menjelaskan kembali secara klasikal. Sementara kesalahan yang bersifat
individu atau kelompok, peneliti langsung memberikan penjelasan pada
individu atau kelompok itu.
Pada saat diskusi kelas seluruh siswa secara individual
mengemukakan gagasan dan menyampaikan argumen berdasarkan
pengamatan terhadap kelompok yang telah mereka amati.
Kegiatan diakhiri oleh penyimpulan materi pelajaran. Siswa dengan
bimbingan guru menarik kesimpulan dan mencatat hal yang dianggap
penting.
c. Observasi III
Dari hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan pada Siklus III
diperoleh data siswa menunjukkan perkembangan yang signifikan peserta
didik memiliki pemahaman yang cukup tinggi tentang sikap gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan dan bangsa.
Rasa percaya diri siswa dan tumbuhnya sikap kemanusiaan selama
pelaksanaan siklus III tampak lebih baik dibandingkan pada siklus
sebelumnya. Banyak siswa yang tidak lagi ragu dan takut untuk
mengungkapkan perasaan atau pendapat bahkan mau bertanya. Ini
dikarenakan sikap guru yang sering membantu siswa memberikan
dorongan dan sekaligus menjelaskan contoh-contoh perilaku gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan.
52
Perpanjangan waktu untuk mempraktikkan sosiodrama ternyata
dapat mempengaruhi keberanian untuk tampil para siswa karena siswa
merasa lebih leluasa dan lebih lama melakukan pemeranan.
Guru mampu m memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan
aktif mengemukakan gagasan-gagasannya. Hal ini memberikan semangat
kompetisi dengan berusaha setiap individu maupun secara kelompok
memperoleh penghargaan atas prestasi dan aktifitas diri siswa. Pada tahap
presentasi dan diskusi kelas siswa mulai terdorong untuk berlomba
mengemukakan gagasan dan pendapatnya hanya karena ingin memperoleh
nilai.
d. Refleksi III
Usaha yang telah dilakukan oleh guru berupa perbaikan dalam
menyusun strategi pembelajaran memperoleh hasil yang sangat
memuaskan, Hal ini terbukti bahwa metode simulasi dengan model
sosiodrama telah menunjukkan sebagi suatu metode yang sangat efektif
untuk pembelajaran yang berhubungan dengan mengukur afektif siswa.
Dibandingkan dengan hasil pada Siklus I dan Siklus II, maka pada
Siklus III telah terjadi peningkatan sikap gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan yang menunjukkan perubahan signifikan bahwa 35 siswa
atau 100 % siswa memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal.
Hasil penelitian tindakan III menunjukkan bahwa upaya meningkatkan
53
gemar melakukan kegiatan kemanusiaan melalui strategi belajar simulasi
cukup signifikan.
Hasil pengamatan peneliti yang didukung oleh mitra kolaborasi
menunjukkan terjadi perubahan pembelajaran, penggunaan metode
simulasi tercermin jelas di bagian akhir kegiatan inti, guru mampu
meningkatkan seluruh potensi yang berkembang pada siswa dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif. Sedangkan peran
guru hanya memberi motivasi, membimbing dan menuangkan prestasi
yang diraih oleh siswa secara individual maupun kelompok. Hal ini
memberikan semangat kompetisi dengan berusaha setiap individu maupun
secara kelompok memperoleh penghargaan atas prestasi dan aktifitas diri
siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode simulasi sangat
efektif digunakan untuk meningkatkan gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan apabila metode role playing dilaksanakan dengan sistematik
dalam arti tersusun secara menarik dalam hal ini tema atau materinya
membuat siswa tertantang untuk memainkannya.
B. Temuan Penelitian
Setelah melalui proses dalam bentuk siklus dari Siklus I, Siklus II dan
Siklus III dengan tahapan tiap siklus meliputi perencanaan tindakan, pengamatan,
dan refleksi langsung memfokuskan mengatasi masalah dari pokok-pokok
54
rencana pembelajaran yaitu upaya meningkatkan gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan melalui metode simulasi dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
ditentukan.
Pengamatan/observasi yang dilaksanakan bersamaan dalam proses
pembelajaran meliputi aktivitas guru dan siswa serta proses refleksi yang
dikembangkan dari analisa proses pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana
perbaikan pada siklus berikutnya selama penelitian berlangsung dengan model
proses dalam bentuk putaran yang menggunakan modifikasi dari Kemmis & Mc.
Taggart.
Melalui kerja kolaboratif disimpulkan penyebab sesungguhnya yang paling
dominan adalah kurangnya suasana belajar yang kondusif dan mendorong siswa
untuk belajar memahami hakekat, makna dan manfaat belajar, sehingga
memungkinkan siswa rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar. Kondisi
tersebut terwujud, ketika siswa diberikan kesempatan secara bebas menyusun
skenario naskah simulasi sesuai dengan rambu-rambu yang diperuntahkan guru.
Di sini guru dituntut untuk melakukan pembelajaran PKn secara aktif dan
memotivasi siswa untuk senantiasa belajar memiliki keinginan dan menanamkan
pemahaman nilai-nilai gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, yang nantinya
diharapkan mampu mengembalikan nilai-nilai dan norma kesantunan kepada
siswa yang sudah mulai hilang tersebut dan membudayakan kehidupan dengan
penanaman nilai gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
55
Disimpulkan dari masalah pembelajaran di atas apabila kita mengharapkan
siswa belajar dengan menyenangkan diperlukan variasi mengajar yang memenuhi
syarat salah satunya yaitu dengan berupaya menanamkan gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan siswa dalam setiap materi pembelajaran dengan melibatkan
langsung para siswa berpartisipasi dalam menetapkan tujuan pembelajaran,
memberikan stressing pada segi afektif dalam pengajaran dengan menumbuhkan
interaksi guru dan siswa yang optimal (komunikasi multi arah), maka salah satu
strategi belajar yang sesuai dan mewakili perkembangan siswa adalah metode
simulasi.
Hasil observasi menunjukkan bahwa peningkatan gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan dengan pemberian contoh dalam setiap materi
pembelajaran dengan metode simulasi berpengaruh terhadap daya nalar siswa
yang berdampak pada sikap siswa memiliki kepekaan sosial, ramah, rendah hati,
pemaaf, mawas diri, berdisiplin memelihara amanah, rasa sosial, menghargai dan
menghormati, sportif, arif dan bijaksana serta bertenggang rasa terhadap orang
lain dalam lingkungan kelompok kecil maupun klasikal.
Melalui metode simulasi berhasil diamati karakteristik atau gaya belajar
masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca daripada
dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan kasus
dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas visual
(gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling
mngajukan argumentasi dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu
56
menyampaikan pendapatnya baru kemudian menyampaikan pendapatnya
tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas Auditorial (gaya
belajar Auditorial). Dan siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain
melihat, mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua
permasalahan, mampu membuktikan teori ke dalam praktek, mampu
memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada kelompok belajar yang
memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya belajar Kinestetik). Kelompok
kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar konvergen dimana siswa memiliki
kekuartan otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan
kata tanya “How” (bagaimana).
Sikap siswa ini menumbuhkan sikap gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan para siswa. Hal ini dapat diketahui dari umpan balik yang diberikan
kepada para siswa untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode simulasi
terhadap sikap dan perilaku siswa yang telah memahami makna yang terkandung
dari setiap materi pembelajaran yang sedang diperankan. Nilai-nilai gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan yang diobservasi menunjukkan pola meningkat
yang diukur melalui instrumen observasi.
Hasil dialog kolaboratif dan diskusi, memberikan dorongan kepada guru
PKn untuk menerapkan metode simulasi secara efektif guna meningkatkan gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan. Hal ini ditunjukkan guru PKn pada waktu
melaksanakan tindakan kelas. Hasil pengamatan peneliti yang didukung oleh
mitra kolaborasi dalam hal ini Kepala Sekolah, guru selalu memberitahukan
57
tujuan pembelajaran dan rencana belajar yang akan dilaksanakan pada proses
pembelajaran, serta kompetensi yang ingin dicapai serta membimbing siswa yang
bertujuan untuk menumbuhkan suasana belajar yang kondusif dan mendorong
siswa memahami hakekat, makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan
siswa rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar. Kondisi tersebut terwujud,
ketika siswa menyadari tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan
bagaimana cara menggapainya.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap perilaku mengajar guru dan
perilaku belajar siswa, dari hasil pengamatan dengan mitra kolaborasi ditemukan
beberapa masalah yaitu : perhatian siswa rendah, keaktifan siswa dalam aktivitas
pembelajaran rendah, serta ditemukan masih dominan peran guru dalam
mengembangkan pembelajaran masih banyak menggunakan metode ceramah
serta sikap siswa yang masih egoistik dan kurang peduli terhadap lingkungan
sekitar, hal ini menyebabkan pengembangan metode simulasi menghadapi
kendala untuk menumbuh kembangkan sikap siswa yang sudah mulai melupakan
nilai-nilai kemanusiaan. Karena konsep metode simulasi memandang bahwa
keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru
melainkan juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran yakni rekan
sebaya.
58
Dari hasil observasi terhadap perilaku guru dengan menggunakan Instrumen
Penilaian Guru pada Siklus I, setelah melalui diskusi dan penelitian didapat hasil
terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran khususnya pada langkah-langkah
pembelajaran ditemukan langkah yang cukup sistematis dari indikator fase
langkah-langkah pembelajaran yang meliputi penyampaian tujuan dan
memotivasi peserta didik, menyajikan informasi, mengorganisasikan peserta
didik dan menetapkan masalah sosial yang menarik perhatian siswa dan aktual
untuk dibahas melalui cerita dan contoh yang menarik.
Selanjutnya guru juga sudah berupaya menjelaskan nilai-nilai gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan yang terkandung dalam setiap materi ajar
sehingga siswa dapat lebih memahami pentingnya sikap cinta terhadap bangsa
dan negaranya. Pembelajaran dalam konteks cerita yang menarik, guru
menetapkan siswa yang bersedia untuk memainkan peranannya di depan kelas,
guru menjelaskan kepada para siswa mengenai peranan mereka pada waktu
pementasan berlangsung. Bahkan ada upaya guru memberikan kesempatan
kepada para pemeran untuk berunding beberapa menit sebelum mereka
memainkan peranannya.
Upaya yang dilakukan guru yang dilakukan dengan memberikan musik
pada saat penampilan siswa semakin membuat siswa tertarik dengan metode
simulasi.
1. Upaya Guru dalam Meningkatkan Sikap Gemar Melakukan
Kegiatan Kemanusiaan
59
Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan nyaman
bagi siswa serta memberikan contoh-contoh logis bahkan memberikan
dorongan kepada seluruh siswa untuk memiliki keberanian bertindak
menyebabkan siswa memiliki sikap percaya diri dan tidak malu dalam role
playing.
Guru sebagai pembimbing dan motivator melakukan tindakan yang
nyata seperti memberikan tanggung jawab kepada para siswa dan melakukan
pengulangan kembali contoh-contoh sikap gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan. Seperti memberi contoh suatu perasaan dan sikap memegang
nilai-nilai kemanusiaan.
Guru juga sudah berupaya menjelaskan nilai-nilai gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan yang terkandung dalam setiap materi ajar sehingga
siswa dapat lebih memahami pentingnya sikap cinta terhadap bangsa dan
negaranya. Pembelajaran dalam konteks cerita yang menarik, guru
menetapkan siswa yang bersedia untuk memainkan peranannya di depan
kelas, guru menjelaskan kepada para siswa mengenai peranan mereka pada
waktu pementasan berlangsung. Bahkan ada upaya guru memberikan
kesempatan kepada para pemeran untuk berunding beberapa menit sebelum
mereka memainkan peranannya.
60
Guru mampu mengakumulasi seluruh potensi yang berkembang pada
siswa dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif
mengemukakan gagasan-gagasannya. Hal ini memberikan semangat
kompetisi dengan berusaha setiap individu maupun secara kelompok
memperoleh penghargaan atas prestasi dan aktifitas diri siswa. Pada tahap
presentasi dan diskusi kelas siswa mulai terdorong untuk berlomba
mengemukakan gagasan dan pendapatnya hanya karena ingin memperoleh
nilai.
2. Perilaku Siswa setelah Pembelajaran
Perilaku siswa setelah pembelajaran menunjukkan sikap gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan, hal ini terbukti ketika mereka melakukan
sosiodrama pada Siklus III mampu mengemukakan gagasan atas sikap gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan. Mereka menyatakan rela berkorban,
memiliki sikap dan kepedulian untuk saling membantu, solidaritas, setia
kawan, memiliki rasa senasib dan sepenanggungan, serta kerjasama,
berdisiplin memelihara amanah, rasa sosial, menghargai dan menghormati,
sportif, arif dan bijaksana serta bertenggang rasa terhadap orang lain dalam
lingkungan kelompok kecil maupun klasikal.
61
Melalui metode simulasi berhasil diamati karakteristik atau gaya belajar
masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca
daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka
membacakan kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki
potensi atau modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang
lebih suka berdialog, saling mngajukan argumentasi dengan cara
mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru
kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki
potensi atau modalitas Auditorial (gaya belajar Auditorial). Dan siswa yang
dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari
siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu
membuktikan teori ke dalam praktek, mampu memecahkan masalah secara
rasional, tergolong kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau
modalitas Kinestetik (gaya belajar Kinestetik). Kelompok kinestetik ini
tergolong kepada tipe belajar konvergen dimana siswa memiliki kekuartan
otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan kata
tanya “How” (bagaimana).
3. Hasil Wawancara Dengan Informan
Berdasarkan data hasil wawancara sengan informan diperoleh hasil
antara lain :
62
Ketika siswa diajukan pertanyaan tetang menerapkan sikap gemar
melakkan kegiatan kemanusiaan rata-rata siswa menjawab bahwa perilaku
tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan nyata dan langsung membantu
orang yang terkena musibah atau berkunjung ke temat-tempat seperti dapur
umum, pati asuhan dan panti rehabilitasi.
Sedangkan sikap yang dilakukan oleh sebagian siswa yang mendengar
kejadian di wilayah Pangandaran mereka berusaha memberikan bantuan tidak
langsung dengan mengumpulkan kebutuhan korban bencana alam tersebut.
Pertanyaan yang diajukan kepada siswa sehubungan dengan alasan
pentingnya sikap gemar melakkan kegiatan kemanusiaan umumnya merke
menjawab bahwa perilaku itu perlu dilakukan untuk memupuk sikap sensib
sependeritaan, melatih jiwa kemanusiaan dan kepedulian sosial.
Ketika ditanyak sikap siswa terhadap tetangga yang membutuhkan
pertolongan mereka akan berusaha sesegara mungkin membantu sesuai
dengan kemampuan.
Perihal adanya teman yang tidak mau membantu orang yang
membutuhkan rata-rata para siswa bersikap bahwa perilaku itu tidak tepat
mereka akan berusaha menyadarkan dan mengajak temannya untuk memiliki
kepedulian dengan menyadarkan bahwa setiap manusia tidak dapat hidup
sendiri.
63
Ketika ditanyakan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode simulasi para siswa menyatakan sangat tertarik karena
dapat meningkatkan keberanian dan meningkatkan keterampilan.
Sementara itu pertanyaan yang berhubungan dengan kelompok yang
tidak dapat memerankan permainan sesuai dengan masalah yang diutarakan
maka umumnya para siswa berusaha memberikan saran dan pertimbangan
pemecahan.
Perilaku yang berhubungan dengan kepedulian sesama teman dalam
melakukan simulasi juga ditumbuhkan melalui saling membantu teman yang
kesulitan dalam memerankan simulasi.
Menurut para siswa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan selain berlatih simulasi juga
diwujudkan dengan praktek langsung berkunjung kepada teman-teman yang
sangat membutuhkan bantuan.
Metode simulasi menurut para siswa dapat meningkatkan sikap gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan karena melalui pemeranan dan contoh-
contoh masalah sosial yang dapat dibantu melalui kegiatan kemanusiaan
dapat menyentuh hati temn-teman di kelas.
4. Hasil Wawancara Dengan Key Informan
Melalui wawancara dengan beberapa guru diperoleh pendapat bahwa
perlunya meningkatkan sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan yang
64
diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan sosial yang nyata akan
menumbuhkan sikap solidaritas dan kepedulian yang tinggi.
Cara meningkatkan sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
dapat dilakukan dengan melakukan bermain peran, demontrasi dan
mengunjungi korban bencana alam.
Ketika ditanyakan tentang cara menerapkan kesadaran kepada siswa
agar mereka memiliki sikap gemar melakukan kegiatan kemanusiaan adalah
melalui keteladanan dan praktik langsung bukan bersifat teoritis praktis. Para
siswa membutuhkan keteladanan dari sesama baik dari guru, masyarakat atau
teman yang lain akan menjadi motivasi bagi siswa lain untuk tergerak
melakukan tindakan yang positif.
Ketika ditanyakan alasan mengapa sikap gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan perlu ditumbuh kembangkan kepada para siswa hal ini sangat
penting karena pada diri siswa akan tumbuh sikap sosial, peduli terhadap
lingkungan baik alam maupun masyarakat, tumbuhnya rasa kemanusiaan
serta perasaan yang peka terhadap penderitaan yang dirasakan orang lain.
Oleh karena itu jika ada siswa yang tidak tergerak melakukan tindakan
kemanusiaan perlu didorong dengan keteladanan dan motivasi yang tinggi.
Cara membangun motivasi itu dapat dilakukan dengan melibatkan siswa
dalam bermain peran, memdramatisasikan seolah dia sedang membutuhkan
pertolongan atau menyaksikan dan mendengar cerita dari berbagai informasi.
65
Metode simulasi sangat efektif untuk meningkatkan gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan karena metode ini sangat disenangi oleh para siswa.
Aktivitas siswa cukup antusias, Oleh karena itu saya merekomendasikan
kepada para guru agar metode simulasi digunakan sebagai salah satu metode
untuk meningkatkan nilai-nilai afektif siswa.
Setelah menerapkan metode simulasi khususnya yang berhubungan
dengan nilai-nilai kemanusiaan, termasuk gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan para siswa memiliki kesadaran dan kecintaan sesama manusia.
Sesungguhnya metode simulasi merupakan metode yang efektif dan
menarik untuk digunakan dalam pembelajaran yang memiliki karakteristik
dengan nilai-nilai kemasyarakat, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai Pancasila.
Mengupayakan suasana kelas lebih hidup. Anak dilatih keberaniannya
untuk lebih bersikap kritis, kreatif dan demokratis, diberikan kepercayaan
penuh dalam memecahkan problem dengan bimbingan melalui latihan
simulasi, melatih keberanian anak untuk berbicara di muka umum.
Memberikan pengarahan dan motivasi dengan cara memberi penghargaan
bagi siswa yang aktif dan mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam
berdiskusi dan penghargaan. Guru juga berusaha merubah metode
pembelajaran dari model pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi
pembelajaran berpusat pada anak karena dengan demikian anak akan lebih
mudah memahami materi yang diberikan.
66