Upload
duonglien
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
47
BAB IV
GAMBARAN WACANA RUBRIK INTRO INDONESIA
Untuk menjawab rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana wacana dan
perspektif kritik sosial yang muncul dalam Rubrik Intro Indonesia, maka peneliti
merumuskan terlebih dahulu wacana Rubrik Intro Indonesia menggunakan elemen-
elemen analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis) Teun A Van Dijk yaitu
elemen Struktur Makro. Kemudian menyusun kembali alur wacana dengan
menggunakan elemen Superstruktur, dan terakhir mendeskripsikan penegasan-
penegasan kritik sosial lewat kalimat-kalimat pada rubrik dengan menggunakan elemen
Struktur Mikro. Berdasakan hasil lampiran teks 1-5, maka dapat diuraikan sebagai
berikut;
1.1 Struktur Makro
Struktur makro meliputi elemen tematik atau topik dalam sebuah teks.
Berdasarkan prinsip Van Dijk, topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan
atau gagasan inti dari wartawan ketika melihat atau memandang peristiwa sehingga
peristiwa tersebut dimunculkan. Gagasan Van Dijk ini didasarkan pada pandangan
ketika wartawan meliput suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan
pada suatu mental atau pikiran tertentu. Kognisi atau mental ini secara jelas dapat dilihat
48
dari topik yang dimunculkan dalam teks berita dan semua elemen dalam berita mengacu
dan mendukung topik dalam berita.
Rubrik Intro Indonesia yang dipilih masing-masing memiliki maksud dan tujuan
yang sama, walaupun dari edisi yang berbeda dalam mengkritisi berbagai permasalahan.
Hasil intepretasi wartawan dalam memandang masalah-masalah ini menghasilkan
kritikan-kritikan terhadap peristiwa-peristiwa politik, ekonomi, sosial, hukum serta
wawasan kebangsaan yang terjadi di dalam bangsa Indonesia. Maka, dari teks ini
muncul wacana-wacana yang ingin disampaikan wartawan dalam kritik sosialnya
sebagai berikut:
1. Wacana menyampaikan informasi atau pengetahuan pada khalayak bahwa
masalah-masalah di dalam bangsa Indonesia ini merupakan hasil dari
kegagalan pemerintah menjalankan pemerintahan
Adanya rasa kesal, marah juga malu bila melihat rakyat Indonesia sampai saat
ini tetap hidup dalam keterpurukan. Sikap ini membentuk upaya melepaskan diri dari
kungkungan masalah bangsa yang selama ini tidak habis-habisnya mengrogoti hidup
rakyat. Dengan membuka pikiran khalayak agar menyadari bahwa banyaknya masalah
bangsa ini adalah hasil kerja dari jajaran pejabat-pejabat negara yang gagal, malas, dan
tidak peduli dalam mengatasi segala polemik di Indonesia.
Pemerintah tidak menyadari akibat dari tindakannya dalam menjalankan
pekerjaan-pekerjaan sebagai wakil rakyat, sehingga memunculkan satu kesan bahwa
pemerintah bekerja asal-asalan dan hanya menjadikan posisinya sebagai status sosial
49
dan menyandang sebuah kekuasaan. Melihat kesan yang muncul tersebut membentuk
sebuah wacana dengan maksud menyampaikan suatu informasi atau pengetahuan
tentang semua kegagalan pemerintah kepada khalayak guna memberi perhatian pada
masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa. Ada begitu banyak masalah-masalah yang
sedang dialami bangsa bahkan sampai sekarang masih bergejolak. Bila melihat konteks
saat ini, tidak terlihat perubahan atau perbaikan dari permasalahan-permasalahan
bangsa. Beberapa masalah bangsa tersebut adalah sebagai berikut:
a) Kasus Korupsi Merajalela Di Tubuh Pemerintahan.
Dalam informasi ini, khalayak harus menyadari bahwa korupsi sudah tidak
terbendung terutama dalam kepemerintahan. Dari masalah ini, terbentuk sebuah wacana
yang memperlihatkan bahwa korupsi terlihat wajar dilakukan oleh pejabat-pejabat
negara. Salah satu contoh kasus korupsi yang memakan perhatian bangsa yaitu kasus
Century. Kasus Bank Century diduga mengandung korupsi dalam jumlah yang amat
besar untuk kepentingan politik pihak tertentu dan sampai sekarang masalah ini masih
simpang siur. Seperti salah satu pernyataan Maswadi Rauf, Guru Besar Ilmu Politik
FISIP Universitas Indonesia:
Skandal Bank Century berpusat pada dua hal, pertama, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah (dalam hal ini Komite Stabilitas Sistem Keuangan atau KSSK) untuk mengucurkan uang sebesar Rp6,7 triliun sebagai dana talangan untuk bank yang sedang bermasalah. Perdebatannya adalah perlu tidaknya kebijakan itu dan besarnya uang yang dikeluarkan untuk kepentingan tersebut. Kedua, adanya dugaan bahwa sebagian dari dana tersebut mengalir kepada partai politik tertentu dan sebagian elite politik yang sekarang sedang berkuasa. Kasus Bank Century ini mengandung dugaan korupsi dalam jumlah yang amat besar untuk kepentingan politik pihak tertentu. Dugaan korupsi inilah yang
50
membuat kasus Bank Century menjadi sebuah skandal keuangan terbesar dalam sejarah Indonesia1.
Bila melihat pernyataan ini, kasus Bank Century merupakan fakta korupsi yang
perlu menjadi perhatian khalayak untuk mengawasi setiap gerak-gerik siapa pun yang
terlibat di dalam kasus ini. Pemerintah tengah memanfaatkan sebuah keadaan dengan
maksud mendapatkan kesempatan emas dari Bank Century sebelum dinyatakan Bail
out. Kesempatan mendapatkan kucuran dana segar untuk mengendalikan kekuasaannya
di bangsa ini. Jika ditelusuri, ada sejumlah nama pembesar di negeri ini yang saling
berhubungan seperti Boediono, Sri Mulyani dan bahkan Presiden SBY yang diduga
memiliki kaitan dengan kasus korupsi Century. Oknum-oknum ini mempunyai posisi
yang sangat tinggi dalam lembaga pemerintahan. Namun sepertinya pemerintah lamban,
tidak tegas dan terkesan sedikit demi sedikit mengesampingkan masalah Century,
karena bisa merusak nama oknum-oknum yang terlibat di dalamnya. Salah satunya
terlihat dengan tingkah laku Presiden SBY yang tidak ingin dikaitkan dengan kasus
korupsi Century di depan publik atau rakyat Indonesia.
Banyak media yang menyoroti, bagaimana Presiden SBY geram, marah dan
ketakutan dikaitkan menikmati hasil korupsi. Sikap ini muncul di saat Presiden SBY
kembali memerintah untuk periode 2009-2014. Ada kabar tidak menyenangkan dibalik
kemenangan SBY dalam memperoleh suara rakyat. SBY diduga menerima aliran dana
kampanye dari Bank Century untuk kepentingannya sendiri, partai dan golongannya. 1 http://aipi.wordpress.com/2010/01/22/perkembangan-pansus-bank-century/ pada jumat 16 juni 2012 pukul 13.27
51
Fakta bahwa anggota tim sukses SBY termasuk di dalamnya adalah anaknya Eddy
Baskoro, menikmati aliran dana ini.
Pada akhirnya Presiden SBY terlihat tidak sanggup menghadapi fitnah terutama
kepada anggota keluarganya. Dengan bersumpah, Presiden SBY yakin rakyat akan
percaya padanya dan tidak akan percaya dengan segala tudingan yang di arahkan
kepadanya. Seperti pernyataan dalam portal berita Tabloid Reformata:
Bantahan tersebut disampaikan Presiden dalam ujung pidatonya pada peringatan ke-64 Hari Guru Nasional. Presiden bahkan bersumpah atas nama Tuhan untuk membantah berita yang tersebar di media massa tersebut. Saat itu, Presiden juga menyampaikan ancaman bahwa ia akan mengambil langkah hukum apabila berita yang menyebutkan dirinya atau keluarganya menerima dana Bank Century tidak juga dihentikan. Hal ini memperburuk keadaan dan mematikan citra atau karakter SBY sebagai orang berpengaruh di Indonesia2.
Perilaku pemerintah yang terkesan menutup-nutupi kasus korupsi
memperlihatkan adanya satu upaya untuk melindungi nama, seseorang atau pihak-pihak
yang memiliki pengaruh atau andil yang sangat besar dalam pemerintahan Indonesia.
Apabila kasus ini dikuak ke publik dan terbukti ada nama-nama dibalik kasus korupsi,
berarti pemerintah sedang menelanjangi dirinya sendiri dihadapan rakyat. Namun hal ini
terlihat mustahil, melihat kenyataan hingga saat ini pemerintah tidak akan pernah akan
mengakui keterkaitan atau kesalahan sendiri pada kasus hukum seperti kasus korupsi.
Tidak hanya berhenti pada kasus Century, masih ada kasus-kasus korupsi
lainnya yang perlu menjadi perhatian pada konteks saat ini seperti kasus Nassarudin,
korupsi anggaran Wisma Atlet di Palembang yang mengkait-kaitkan Angelina Sondakh,
2 http://tabloid-reformata/03346-presiden-bantah-terima-dana-bank-century.html pada jumat 16 juni 2012 pukul 13.15
52
kasus berhentinya pembangunan Hambalang, kasus korupsi pengadaan Al’Quran, dan
masih banyak lagi. Informasi inilah yang seharusnya menyadarkan khalayak untuk
mengerti maksud wartawan yang berusaha melakukan tindakan membuka,
mengingatkan, dan menekankan pada khalayak bahwa pemerintah saat ini penuh
ketidakjujuran, manipulasi, dan kegagalan menyelesaikan masalah korupsi yang tiap
kali terungkap di depan mata khalayak.
b) Rakyat Indonesia Dalam Kemiskinan
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia jelas memiliki jumlah penduduk yang
sangat besar pula. Namun seiring dengan perkembangan, pemerintah tidak berhasil
mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini terbukti dengan kemiskinan yang
melanda hampir sebagian besar rakyat Indonesia yang dapat terlihat dengan
perkembangan di sebagian daerah atau wilayah di Indonesia, banyaknya pengangguran
dan anak-anak putus sekolah untuk bekerja.
Dalam informasi ini khalayak harus menyadari bahwa keadaan bangsa saat ini
sungguh memprihatinkan dan menyedihkan. Informasi ini memperlihatkan bahwa
pemerintah tidak peduli pada rakyat apalagi rakyat miskin yang hidup dengan meminta-
minta belas kasihan. Pemerintah sekilas hanya melakukan perencanaan-perencanaan,
tanpa memikirkan apakah rencana tersebut menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat
miskin. Seperti pernyataan dari Ekonom dari INDEF, Imam Sugema:
“Kalau pemerintah yang akan datang tetap menerapkan sistem ekonomi yang liberal seperti saat ini, bisa dipastikan masa depan perekonomian Indonesia
53
akan semakin suram dan angka kemiskinan akan terus bertambah, sekalipun program BLT dan PNPM tetap dilanjutkan3.
Dengan melihat fakta di atas, pemerintah membuat banyak fakir miskin harus
bergantung pada beberapa lembar uang dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang telah
dilakukan pemerintah beberapa tahun lalu. Namun sayangnya, program ini dianggap
tidak berhasil, tapi membuat masyarakat menjadi manja. Pemerintah tidak menyadari
bahwa program-program yang telah dilaksanakan untuk rakyat belum tentu mengubah
kehidupan rakyat miskin.
Selain kemiskinan, sampai saat ini rakyat pun harus dihadapkan dengan masalah
kebutuhan pokok yang sehari-hari harus dicukupi di tengah harga-harga kebutuhan yang
terus melonjak naik. Hal ini terlihat dari ketidak sungguhan pemerintah dalam menjaga
harga di pasaran. Pemerintah dengan seenaknya membuat satu peraturan dalam
memainkan harga-harga tanpa mempedulikan apakah rakyat bisa makan hari ini.
Hal ini semakin menarik dengan melihat bahwa pemerintah menyatakan bahwa
dengan melakukan penurunan disalah satu jenis kebutuhan rakyat, dapat menurunkan
beberapa harga jenis kebutuhan rakyat lainnya seperti BBM yang merupakan kebutuhan
untuk mendistribusikan sembako ke seluruh Tanah Air. Harga BBM terus meningkat
seiring dengan meningkatnya minyak dunia. Untuk memperlihatkan perhatiannya
kepada rakyat, pemerintah melakukan penurunan harga BBM. Tidak tanggung-
tanggung, BBM turun sampai berkali-kali pada tahun 2008-2009. Pemerintah
3 http://Tanpa Perubahan, Utang RI makin Menumpuk _ Bayt al-Hikmah Institute.htm/
54
menganggap bahwa perhatiannya pada rakyat merupakan sebuah kabar gembira yang
perlu rakyat perhatikan. Pernyataan dalam situs Sekertariat Negara (SETNEG):
Pada tanggal 12 Januari 2009, kembali terjadi peristiwa yang
menggembirakan bagi masyarakat luas, yaitu ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan keputusan Pemerintah di Istana Negara untuk menurunkan harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat, yaitu harga BBM, harga listrik untuk industri besar pada beban puncak, tarif angkutan umum, harga daging sapi, minyak goreng, susu dan obat-obatan. Penurunan harga BBM kali ini adalah penurunan harga yang ketiga kalinya. Dua pengumuman terdahulu disampaikan pada tanggal 1 dan tanggal 15 Desember 2008. Keputusan ini mulai berlaku 15 Januari 20094.
Pemerintah sepertinya sangat bangga dengan keputusan yang diyakininya tepat.
Namun, keputusan ini bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan. Pernyataan ini
memperlihatkan bahwa sesungguhnya keterpurukan pemerintah terlihat dengan tidak
berhasil mengendalikan kebutuhan pokok yang layak untuk rakyat. Nusantara News
dalam beritanya menyatakan:
Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat, pemerintah SBY-JK selama 4 tahun belum mampu memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6.6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan pertumbuhan rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas 10.3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal mensejahterakan rakyat.
Bila melihat konteks keadaan saat ini pun, ada beberapa kebutuhan pokok rakyat
yang mengalami peningkatan. Tidak berbeda dengan yang pernah terjadi dulu. Rakyat
tetap menjerit mengetahui bahan pokok seperti beras mulai naik. Harga beras naik
rakyat tercekik, harga beras turun petani lesu. Serba salah, pemerintah tidak mempunyai
4 (www.setneg.go.id diunduh pada Jumat 15 Juni 2012: 11.03 wib) pada 16 juli 2012 pukul 16.45
55
upaya dalam mengatasi permasalahan kebutuhan harian rakyat. Salah satu berita dalam
Jawa Pos:
Harga beras di Rengasdengklok beberapa hari ini merambat naik. Kenaikan antara seribu hingga dua ribu rupiah per kilogram. Selama sepuluh hari belakangan ini sudah tiga kali naik5.
Kegagalan pemerintah di lapangan dalam mengendalikan kebutuhan pokok
membuat rakyat harus menyaksikan kenaikan beras tiap saat. Apa yang salah dengan
pemerintah sehingga membiarkan rakyat menikmati nasi yang dimakannya setiap hari
akan merangkak naik harganya di pasaran.
Informasi ini pun berimbas pada ketidakpedulian pemerintah pada kesehatan
rakyat yang terlihat pada fasilitas-fasilitas kesehatan di Indonesia tidak memadai.
Rakyat mengalami sendiri bagaimana harus berjuang untuk mendapatkan satu fasilitas
yang memadai untuk sebuah kesehatan. Rakyat harus bersusah payah untuk
mendapatkan rumah sakit atau pengobatan yang terbaik. Namun informasi ini
membentuk sebuah wacana yang membuktikan bahwa kesehatan hanya milik orang
yang memiliki uang dan rumah sakit dengan fasilitas mewah bukan untuk rakyat
miskin.
Khalayak harus menyadari selain kesengsaraan tersebut, ada sebuah fakta
dibalik kepemimpinan pemerintah negeri ini. Selama kepemimpinnya, Presiden SBY
sering melakukan perjalanan ke luar negeri dengan biaya yang tidak sedikit. Dana
perjalanan khusus Presiden dihambur-hamburkan untuk keliling dunia dengan tujuan
menjalin kerjasama. Alangkah baiknya, dana yang besar untuk perjalanan Presiden ke
5 http://JawaPos-online/ Harga-Beras-Mulai-Naik-.html pada 7 september 2012 pada pukul 14.50
56
luar negeri tersebut digunakan untuk dana kesehatan rakyat Indonesia. Koordinator
Advokasi dan Investigasi Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi
Anggaran (Seknas FITRA) Uchok Sky Khadafi menyatakan:
Menurutnya, sejak tahun 2005–2009, Presiden SBY melakukan kunjungan ke luar yang menelan anggaran Rp 813 miliar. Dalam rata-rata, setiap tahun Presiden SBY menghabiskan Rp 162 miliar. "Uang ini hanya dibelanjakan hanya untuk carter pesawat dengan penerbangan VVIP," ujar Uchok. Anggaran itu terus meningkat dan membebani APBN. Tahun 2010, Setneg mengalokasi anggaran kunjungan Presiden SBY ke luar negeri sebesar Rp 179 miliar dan anggaran 2011 meningkat menjadi Rp 181 miliar. Uchok memaparkan, mengaca dari anggaran perjalanan Presiden tahun 2010 sebesar Rp 179 miliar maka tiap bulan menghabiskan Rp 14,9 miliar.
Uchok membandingkan dengan alokasi anggaran tahun 2010 untuk asuransi kesehatan masyarakat sebesar Rp 1 Triliun untuk 32,53 juta rakyat miskin. Dan rata-rata pertahun untuk asuransi rakyat miskin hanya Rp 152.704 untuk setiap tahun untuk satu orang rakyat miskin, dan kalau setiap bulan, orang miskin hanya menerima Rp 12.809 per orang. "Hal ini jelas sangat menyakiti hati nurani rakyat miskin," ujar Uchok6.
Dengan adanya bukti ini memperlihatkan bahwa pemerintah tidak
mempedulikan kesehatan rakyatnya, pemerintah lebih memilih jalan-jalan ke luar negeri
dengan menghamburkan uang negara yang seharusnya untuk rakyat. Rakyat dibiarkan
mengemis-ngemis kesehatan dengan menunggu hati pemerintah luluh kemudian
mendapat pertolongan. Dengan adanya fakta ini memperkuat asumsi bahwa pemerintah
hanya mementingkan kesenangannya sendiri dibandingkan dengan kesehatan rakyatnya,
rakyat dibiarkan mencari-cari kesehatan yang harga mahal tersebut.
6 http://KOMLI/ contoh-kasus-pelanggaran-ham-di.htm/ pada 7 september 2012 pada pukul 13.15
57
c) Pelanggaran HAM, Ketidakadilan dan Diskriminasi di Indonesia
Beberapa kasus yang tengah dihadapi rakyat Indonesia kemudian adalah
problem-problem pelanggaran HAM. Tidak disadari bahwa permasalahan HAM di
Indonesia yang tengah terjadi hilang tanpa ada penyelesaian. Permasalahan HAM di
Indonesia ibaratnya sebuah gunung es yang terlihat hanya sedikit padahal kenyataannya
di bawahnya bertumpuk masalah. Pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di
Indonesia hingga saat ini menunjukan lemahnya hukum di bangsa ini. Wacana ini
memperlihatkan bahwa hukum di Indonesia bisa dibeli. Khalayak harus menyadari
bahwa tidak perlu percaya dengan hukum yang dibeli dengan uang. Hukum dibalik
uang tersebut menunjukan perilaku pemerintah yang penuh dengan kemunafikan pada
rakyat. Salah satu artikel di situs Era Baca menyatakan:
Di Indonesia sendiri kasus seperti ini masih sering terjadi walaupun sudah ada lembaga yang berfungsi melakukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya Pelanggaran HAM di Indonesia seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas Ham)
Banyak macam Pelanggaran HAM di Indonesia, dari sekian banyak kasus HAM yang terjadi, tidak sedikit juga yang belum tuntas secara hukum, hal itu tentu saja tak lepas dari kemauan dan itikad baik pemerintah untuk menyelesaikannya sebagai pemegang kekuasaan sekaligus pengendali keadilan bagi bangsa ini. Namun pemerintah tetap berkomitmen untuk menyelesaikan semua kasus Ham yang terjadi7.
Hanya komitmen yang keluar dari mulut pemerintah, tidak tahu apakah
komitmen tersebut dilaksanakan. Komitmen yang diperlihatkan selalu berakhir pada
komitmen melupakan dan membiarkan pelanggaran HAM terus terjadi. Tindakan
7http://erabaca- contoh-kasus-pelanggaran-ham-di.html/
58
tersebut akan membuat banyak ketimpangan-ketimpangan. Pemerintah bisa semena-
mena melakukan ketidakadilan dan diskriminasi kepada rakyat terutama dalam sebuah
keputusan hukum.
Salah contoh kasus di mana media massa telah berkali-kali memberitakan
ketimpangan di negeri ini yaitu ketidakadilan yang terjadi di dalam Rutan dan LP.
Terbukti dengan temuan Satgas pemberantasan Mafia Hukum beberapa tahanan malah
bersenang-senang di dalam LP dengan fasilitas mewah. Dalam salah satu berita di situs
Berita Sore:
Satgas melakukan sidak di Rutan Pondok Bambu, mendapati beberapa tahanan seperti Artalita dan sejumlah pejabat memiliki fasilitas super mewah, tidak seperti fasilitas tahanan lainnya dan secara hukum pengadaan fasilitas super mewah ini telah merusak sistem hukum Indonesia8.
Fakta ini pun diperkuat dengan video rekaman video HP buatan Syarifuddin S
Pane, mantan narapidana kasus suap cek pelawat dalam Lingkar Berita:
Pemerintah kebakaran jenggot. Namun tidak menghapus bukti masih adanya diskriminasi di penjara. Dalam video berdurasi 20 menit buatan bulan Mei 2008 menunjukkan aktivitas di dalam Rutan Salemba Jakarta, berikut aktivitas judi para napi. Di dalamnya ada kamar-kamar yang mewah, warung nasi yang dikelola sipir penjara, juga praktek sewa-menyewa kamar untuk check-in narapidana. Berbagai pemberitaan media menyebutkan, para tahanan kasus "basah" harus membayar Rp 30 juta untuk menempati blok penjara yang dilengkapi fasilitas mewah. Kalau tidak membayar terpaksa mendapat sel dan pelayanan yang buruk dan kurang manusiawi. Di LP Salemba terdapat blok A sampai R dengan daya tampung maksimum 800 orang. Nyatanya, Salemba kerap dipenuhi tahanan dan napi hingga 1500 orang9.
8 http://Putra Kaban-TahananRutanDanLPDiperlakukan Seperti‘Dagang Sapi’ _ Harian Berita Sore.htm/ 9 http://LingkarBerita-indonesiabercerita/penjara-mewah-penjaranya-koruptor.html/
59
Adanya pengistimewaan tahanan atau napi kelas kakap menunjukkan masih
adanya aparat pemasyarakatan yang doyan suap, korupsi, dan diskriminatif terhadap
warga binaan. Sesuai aturan pemasyarakatan, seharusnya seluruh warga binaan
memiliki hak dan kewajiban yang sama. Fakta ini pun memperlihatkan keburukan
petugas-petugas lapas bahwa kinerja mereka penuh dengan kepentingan-kepentingan
untuk memanfaatkan situasi untuk memperkaya diri. Namun lemahnya pengawasan
internal, tiadanya penegakan hukum yang tegas, dan ketidakseimbangan posisi
ekonomi-politik napi terhadap petugas lapas akan terus menyebabkan terjadinya
tindakan diskriminasi.
Dengan melihat wacana memberi pengetahuan kepada khalayak tentang kondisi
yang dialami oleh bangsa Indonesia, pada akhirnya memunculkan satu rasa kepedulian.
Kepedulian ini terlihat dengan melakukan satu pengungkapan peristiwa-peristiwa atau
masalah-masalah yang jelas merugikan kehidupan rakyat Indonesia. Dengan melihat
wacana yang terbentuk, khalayak harus mengetahui bahwa ada begitu banyak
ketidakpedulian pemerintah yang terlihat dari masalah-masalah yang sampai detik ini
tidak diselesaikan dengan tuntas, sehingga bangsa memerlukan perhatian lebih dari
khalayak sebagai rakyat Indonesia.
60
1. Wacana Menyatakan Penegasan Sikap Pada Khalayak Bahwa Keterpurukan
Bangsa Indonesia Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Merupakan Ketidak
berhasilan Kebijakan Pemerintah
Setiap saat pemerintah harus mengambil sebuah keputusan dari berbagai
kemungkinan pilihan untuk menjalankan kehidupan dalam manajerial pemerintahan.
Kemungkinan-kemungkinan dalam pilihan harus dilakukan, bahkan memilih untuk
tidak bertindak apapun sesungguhnya merupakan sebuah keputusan. Hal ini tergantung
kepada pembuat keputusan yakni pemerintah. Keputusan pemerintah yang keluar
seharusnya selalu menyangkut pada kebaikan masyarakat. Namun dewasa ini,
kebijakan-kebijakan pemerintah kini tidak berpihak pada rakyat dan memperlihatkan
bahwa kebijakan pemerintah sering berubah-ubah dan asal-asalan. Hal ini membuktikan
kalau pemerintah salah dan gagal merumuskan, memutuskan dan menjalankan
kebijakan-kebijakan tersebut.
Contoh kebijakan yang memperlihatkan kegagalan pemerintah yaitu kebijakan
ekonomi dengan melakukan pinjaman atau utang ke luar negeri. Indonesia sebagai
bangsa yang berkembang dengan jumlah kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang sangat
besar, memaksa pemerintah untuk mencukupi semua kebutuhan rakyatnya. Namun,
dengan berjalannya proses kehidupan di negeri ini, pemerintah menjalankan kebijakan
yang tidak berhasil. Dengan adanya keputusan dalam melakukan peminjaman utang ke
luar negeri, pemerintah telah membuka jalan bagi keterpurukan ekonomi bangsa,
terutama keterpurukan keuangan. Utang negara yang menumpuk-numpuk dan
61
memperlihatkan ketidakberhasilan pemerintah dalam mengolahnya dan
mengembalikannya. Ditambah dengan ketidakberhasilan kebijakan tersebut pemerintah
Indonesia dengan mudah ditunggangi oleh pemilik modal yaitu Bank Dunia dan IMF.
Kenyataan yang dilihat oleh rakyat Indonesia bahwa bangsa ini terus dihadapkan
dengan jumlah utang negara yang membukit, membuat memaksa Indonesia untuk terus
melakukan peminjaman. Tapi sayang, tuntutan berutang tersebut pun menuntut
Indonesia tetap melakukan pembayaran pinjaman luar negerinya meskipun sumber
keuangan negara terbatas.
Dengan keminiman ini pemerintah mengerahkan segala cara untuk mendapatkan
utang ke luar negeri. Tetapi, justru tidak mengurangi utang yang dimiliki melainkan
malah menambah bobot nilai dari utang tersebut. Perjalanan utang negara secara
langsung tidak memperlihatkan dana tersebut bermuara atau digunakan untuk
kepentingan seperti apa. Apakah untuk meningkatkan pembangunan, kesejahteraan di
tanah air atau digunakan untuk menutup utang yang sebelumnya. Seperti pernyataan
Ekonom Tim Indonesia Bangkit Ichsanuddin Noorsy:
“Siapa pun yang akan menjadi presiden di masa depan harus ada perubahan dalam menyelesaikan persoalan utang. Jika kebijakan ekonom masih setia pada Mafia Berkeley maka Indonesia terus dijajah melalui instrumen utang,” kata Ekonom Tim Indonesia Bangkit Ichsanuddin Noorsy di Jakarta, Selasa (14/4). Data menujukkan, selama lima tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jumlah nominal utang telah membengkak dari Rp 1.275 triliun pada 2004 menjadi Rp 1.667 triliun pada 11 Februari 2009.“Seorang pemimpin harus melakukan terobosan besar terhadap persoalan utang. Tanpa ada perubahan kebijakan maka tidak ada yang bisa diharapkan dari pemimpin seperti itu,” tandasnya. Noorsy mengatakan, ekonom Mafia Berkeley
62
telah menjalankan strategi jitu guna menjerat bangsa ini melalui utang-utang baru10.
Fakta ini pun diperkuat oleh ekonom dari INDEF, Imam Sugema yang menyatakan:
Saat ini visi ekonomi yang dijalankan oleh pemerintahan Yudhoyono-Kalla masih sangat liberal, sehingga berdampak pada semakin bertambahnya angka kemiskinan. Karenanya, siapa pun yang terpilih pada Pilpres mendatang, lanjut Imam, harus membentuk tim ekonomi yang jelas dengan visi ekonomi yang kuat dan tidak lagi berlandaskan pada sistem ekonomi liberal11.
Penegasan dari beberapa pendapat para pengamat atau ahli di atas, menunjukkan
bahwa pemerintah benar-benar membiarkan bangsa terpuruk dalam kebijakan yang
meerugikan. Sepertinya tidak ada sikap tegas dari pemerintah untuk bangkit dari
keterpurukan dalam memutuskan setiap kebijakan yang lebih baik untuk kepentingan
bersama terutama rakyat.
Keinginan untuk memberi ketegasan kepada khalayak, agar merubah pola pikir
bahwa kebijakan pemerintah saat ini tidak benar-benar mementingkan nasib bangsa
yang akan berimbas kepada nasib rakyat apalagi mempertanggung jawabkan
perbuatannya. Menyakini bahwa saat ini pemerintah memperlihatkan kualitas
manajerial pemerintahan yang buruk.
10 http://Tanpa Perubahan, Utang RI makin Menumpuk _ Bayt al-Hikmah Institute.htm/ 11 ibid.
63
2. Wacana Menghimbau dan Mengajak Khalayak Tidak Menjadi Objek
pemerintah, sehingga Membentuk kesadaran untuk Bangkit Dari Dominasi
Pemerintah yang Tidak Merakyat
Bukan rahasia umum lagi kalau rakyat selalu menjadi objek atau sasaran empuk
dari pembangunan bangsa. Dalam wacana yang ingin disampaikan, mengajak khalayak
sadar untuk segera bangkit dari dominasi pemerintah. Pada akhirnya berusaha membuat
khalayak segera mengambil keputusan agar tidak kembali menjadi objek pemerintah.
Rakyat dan pemerintah tidak dapat hidup sendiri-sendiri. Pemerintah
memerlukan rakyat dan rakyat memerlukan pemerintah untuk mengatur kehidupan
bangsa Indonesia. Namun seiring berjalannya proses pembangunan bangsa, pemerintah
merasa berada di atas angin. Pemerintah mengganggap bahwa ia memiliki kekuasaan
dan berkuasa atas rakyat dan bangsa ini. Seringkali menjadikan rakyat sebagai bahan
percobaan kebrutalannya dalam pemerintahan. Salah satu contoh fakta dari pengadaan
mobil baru menteri kabinet SBY-Boediono jilid II. Wacana penggantian mobil menteri
Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dengan tipe kendaraan yang lebih mewah ketimbang
kabinet sebelumnya.
Pada kenyataannya, adanya permainan politik dalam menyelesaikan kasus-kasus
yang merugikan rakyat Indonesia. Tetapi, pemerintah masih saja menuntut untuk
mendapatkan fasilitas atau kenyamanan yang lebih lagi. Salah satu kemewahan yang
adalah penggunaan mobil. Harga mobil Toyota Royal Saloon memiliki harga yang
fantastis. Dan mobil ini tidak tangung-tanggungnya menjadi salah satu kendaraan yang
64
paling bergengsi di negara maju, dan tidak kalah saingnya dengan merek mobil terkenal
yaitu BMW dan Mercedez Benz. Bahkan yang lebih hebatnya lagi mobil mewah milik
pejabat negara ini langsung diimpor dari Jepang. Harga atau biaya ongkos kirim pun
mahal apalagi pajaknya. Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Abdullah Dahlan,
mengatakan:
Pemberian mobil mewah bagi pejabat negara itu merupakan tindakan pemborosan anggaran negara. Patut diduga juga adanya dugaan korupsi dalam penganggaran dan pengadaannya serta melukai perasaan masyarakat yang melanggar ketentuan Menteri Keuangan“Dari aspek penyusunan anggaran kami menilai pengadaan ini bermasalah. Selain melukai perasaan masyarakat, juga melanggar ketentuan Menteri Keuangan,” katanya. Menurutnya, pengadaan mobil ini juga tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No 64/PMK.02/2008 mengenai Standar Biaya Umum Anggaran 2009. Disebutkan, biaya tertinggi pengadaan mobil dinas pejabat adalah Rp 400juta per unit.12.
Melihat pendapat di atas, tidak menjadi persoalan jika fasilitas mewah tersebut
sebanding dengan kinerja dan pengabdian pemerintah kepada rakyat. Mungkin dengan
adanya fasilitas yang menunjang pekerjaan mereka sebagai wakil rakyat, akan membuat
mereka mempunyai semangat yang besar untuk memajukan Indonesia dan
mensejahterakan rakyat. Namun, dalam kenyataan justru sebaliknya, pemerintah hidup
dalam kemewahan sementara rakyat tetap miskin. Kinerja pemerintah tidak dapat
diukur dari pemberian fasilitas mewah dan bergengsi. Pemerintah tetap saja melakukan
kesalahan yang sama sampai saat ini. Tidak hanya itu, di mana permasalahan mengenai
pembuktian kebenaran diantara pemerintah yang mempunyai kuasa atau kekayaan akan
12 http://rakyatmerdeka.co.id/BPK,-Periksalah-Segera-Anggaran-Mobil-Menteri.htm pada Jumat 16 Juni 2012 pukul 13.56
65
menutupi kebenaran dan keadilan yang seharusnya bisa membuktikan mereka bersalah
bila terlibat sebuah kasus hukum. Khalayak harus memasang streotipe bahwa Fasilitas
mewah para pejabat menunjukkan pemerintah tidak memiliki sikap rendah hati dan
sikap kemanusiaan.
Khalayak harus sadar bahwa saat ini pemerintah tidak dapat diandalkan untuk
mementingkan atau pro kepada rakyat. Khalayak harus bangkit membentuk satu
kesatuan bersama-sama berupaya untuk mencapai kehidupan yang layak. Karena
sampai saat ini pemerintah hanya mengurusi kehidupannya, memperkaya diri, keluarga,
kelompok, maupun partainya. Pemerintah tidak mempunyai waktu mengurusi
kehidupan rakyat kecil. Walaupun demikian, di sini rakyat mempunyai kekuatan yang
besar untuk menggerakan pemerintah kepada tugas profesionalnya yang harus pro pada
rakyat. Terutama dalam menjalankan tugas-tugas, pemerintah tidak sewenang-wenang
dalam pemerintahan.
3. Wacana Bantahan Tidak Percaya Pada Alasan-Alasan Pemerintah Mengatas
Namakan Rakyat, Khalayak Menyadari Bahwa Janji-Janji Pemerintah
Sebelum Maupun Sesudah Memimpin Sama Sekali Tidak Mengubah Nasib
Bangsa Indonesia
Pemerintah dikenal suka mengumbar janji-janji kepada rakyat terutama saat
mendekati kampanye untuk mendapatkan pemimpin baru. Wacana yang berkembang di
masyarakat ini memperlihatkan bahwa pemerintah suka berbohong atau menipu
66
rakyatnya sendiri. Dengan melakukan bantahan kepada pemerintah yang suka
memberikan alasan-alasan bahwa tindakannya adalah untuk kepentingan rakyat adalah
bohong. Padahal alasan-alasan tersebut tidak membuktikan untuk kepentingan rakyat.
Salah satu contoh Pilpres pada April 2009, merupakan pemilu kedua yang
dipilih secara langsung oleh rakyat Indonesia. Rakyat terkesan hanya dijadikan alat
untuk meraih kepentingan-kepentingan mereka. Ketika menjelang pemilihan mereka
menebar senyum, foto-foto indah, dan janji-janji manis. Namun bila telah jadi mereka
akan tega mentertawakan, memintari, dan bahkan menghilangkan nyawa anggota
masyarakat dengan pelan-pelan melalui pemiskinan terhadap rakyat. Mereka pintar
mengelabui rakyat dengan sampul-sampul bahasa yang ternyata berisi konten-konten
korupsi. Apalagi kesibukan untuk moment Pemilu 2009 membuat pemimpin bangsa
tidak terlalu menanggapi dengan serius permasalahan bangsa yang menimpa rakyat
kecil. Mereka akan menciptakan jurang pemisah dengan rakyat, padahal pemerintah
dipilih langsung oleh rakyat karena adanya kepercayaan.
Pemerintah tidak sadar bahwa pemilu kedua, rakyat tentu akan lebih selektif
dalam memilih. Apalagi rakyat semakin kritis melihat kegagalan dari pemerintahan
terdahulu. Ditambah dengan adanya fakta bahwa Pemilu 2009 banyak pemilih-pemilih
baru seperti anak-anak muda yang menjadi target utama para kandidat Pilpres 2009
yang dianggap dapat dipengaruhi dalam memilih pemimpin bangsa. Tapi pemerintah
salah, anak-anak muda lebih banyak menjadi golongan putih (GOLPUT). Ridwansyah
Yusuf Achmad seorang aktivis menyatakan bahwa:
67
Data menunjukkan tingkat Golput (tidak mencoblos) pada berbagai pilkada sangatlah tinggi, di Ibukota Jakarta yang notabenenya adalah mereka yang memiliki akses informasi ternyata sangat tinggi, mencapai 37%13.
Dengan data tersebut, dapat mewakili bukti-bukti bahwa rakyat malas mengikuti
Pemilu karena pemerintah tidak pernah berubah secara nyata di depan rakyat Indonesia.
Pemerintah yang tidak lagi peduli membuat rakyat malas-malas mendengar kegiatan
pemerintahan seperti Pemilu. Sikap pemerintah yang tidak peduli membuat kegagalan
dalam pemerintahan. Selama SBY menjadi pemimpin bangsa Indonesia, Presiden SBY
gagal oleh pendapat para pengamat politik. Dilihat dari gaya berpidato dan komunikasi
berpolitik Presiden SBY. Presiden lebih sering curhat dan terkesan terdzalimi mendapat
kritik dari sejumlah masyarakat. Hal ini semakin diperburuk bahwa dalam
kepemimpinannya SBY gagal saat dihadapkan pada permasalahan internasional seperti
TKI, Pulau Ambalat dan koruptor. Bahkan, masalah dalam negeri seperti kasus Lumpur
Lapindo yang tidak kunjung selesai bahkan lebih merugikan rakyat. Semua masalah-
masalah yang terjadi selama kepemimpinan Presiden SBY telah menjadi titik perhatian
masyarakat untuk melihat bagaimana tindakan nyata pemerintah terutama Presiden SBY
dalam pemerintahan.
Pembawaan SBY yang terkesan lamban, pendiam, murung, sayu, sedih, muram,
raut wajahnya sehingga orang iba kepadanya. Di sini, dapat terlihat bahwa Presiden
SBY tidak dapat menempatkan diri dan mengambil sikap yang tegas untuk
kesejahteraan negara ini. Presiden tidak mampu menempatkan hati dan perasaannya
13 http:// Ridwansyah_Yusuf/Anak Muda Berpolitik, Penting kah _ Be Better for Future.htm
68
untuk menjadi sebuah sikap yang penuh kelembutan dalam menjawab semua kebutuhan
rakyat. Peneliti LSI (Lembaga Survei Indonesia) Burhanudin Muhtadi menilai:
Pernyataan bernada melankolis yang kerap dilakukan Presiden SBY, di forum non formal maupun formal, salah satunya pada saat Rapat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di Cipanas, (02/02), justru kontraproduktif dengan apa yang menjadi keinginan masyarakat selama ini.“Secara komunikasi politik ini kurang baik. Seorang presiden yang terlalu banyak curhat sesuatu yang bukan substantif akan menjadi kontraproduktif. Masyarakat bisa menganggap SBY lebay,” katanya.
Menurutnya, keluhan SBY terkait demonstrasi beberapa hari lalu itu, sebenarnya tak lain merupakan bagian dari politik melankolis yang coba dilakukan untuk lagi-lagi mengail simpati publik. Dalam politik memang sikap seperti itu tidak sah-sah saja dilakukan.“Namun yang mesti diperhatikan, adalah dampak negatif jika terlalu sering dilontarkan. Masyarakat kita sudah banyak belajar, publik akan semakin kebal dengan pola-pola mencuri hati seperti ini,” papar Burhan14.
Senada dengan Burhan, Kordinator Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti,
menilai bahwa:
Apa yang dilakukan SBY sebetulnya sudah merugikan masyarakat. Karena, perlahan-lahan curhatan tersebut akan semakin menambah beban masyarakat saja15.
Ada yang menganggap bahwa sangatlah tidak wajar jika pemimpin yang
memimpin sebuah negara yang begitu besar memiliki sifat-sifat tersebut karena adanya
ketakutan. Penyelesaian permasalahan yang terjadi justru membawa kebobrokan bagi
14http://Diary Curhat SBY Politik Melankolis Berdampak Sistemik.htm/ 15 Ibid.
69
negara itu sendiri. “Sikap Berani” dituntut untuk dimiliki oleh seorang Presiden. Di
mana berani untuk mengatakan “tidak” kepada yang salah dan “ya” kepada yang benar,
berani untuk mengambil sikap ketika jajaranya melakukan tindakan pelanggaran dan
berani untuk membela rakyatnya.
Ketika rakyat melihat sebuah peristiwa dalam bangsa, rakyat pada akhirnya
mempertanyakan kinerja dari pemerintah. Dan pada akhirnya, muncul keragu-raguan
atau kurang percaya masyarakat terhadap pemerintah. Apalagi dalam membangkitkan
lagi rasa hormat dan rasa percaya yang hilang di mata masyarakat mengenai kinerja atau
citranya. Dengan melihat beberapa fakta tentang kinerja pemerintah atau Presiden
memperlihatkan bahwa pemerintah hanya mengumbar janji kepada rakyat namun tidak
ada perubahan nasib bangsa Indonesia dari setiap janji-janji ataupun kinerja pemerintah
selama ini.
4. Wacana Membuktikan Harapan Rakyat Melihat Masa Depan Bangsa
Indonesia Lebih Baik, Gagal Tercapai Karena Pemerintah Tidak Sungguh-
Sungguh Menjalankan Tugasnya
Pemerintah dapat mempengaruhi rakyat hanya dengan kata-kata yang terlontar
dari mulutnya, sehingga rakyat bisa diberi iming-iming kehidupan yang lebih baik,
kesejahteraan, lapangan pekerjaan yang luas, pendidikan terjamin dan lain sebagainya.
Iming-iming atau harapan seperti inilah merupakan cita-cita rakyat Indonesia. Siapa
yang tidak mau bila mendapatkan kebutuhan dan fasilitas yang baik tentu tidak ada
70
yang menolak. Harapan-harapan yang menjadi cita-cita rakyat ini terbukti tidak
dilakukan secara maksimal oleh pemerintah terlihat dari taraf hidup rakyat Indonesia
yang tidak berubah menjadi lebih baik.
Wacana yang berkembang dalam masyarakat inilah yang pada akhirnya
membuat khalayak harus menepis cita-cita atau harapan yang didam-idamkan ternyata
sama sekali tidak terwujud. Ketidakberhasilan ini karena perbuatan pemerintah yang
hanya merealisasikan cita-citanya yaitu kesejahteraan dan kekayaan bagi dirinya sendiri.
Dalam pemberitaan Front Perjuangan Rakyat:
Lihat saja apa yang terjadi di Indonesia saat ini. Meski pemerintah SBY-JK berulangkali meyakinkan publik tentang kecilnya dampak akibat krisis keuangan dan ekonomi dunia, namun fakta di lapangan justru sebaliknya. Hantaman krisis ekonomi begitu kuat dirasakan oleh kaum buruh yang berdasarkan Surat Keputusan Bersama Empat Menteri dipaksa merelakan perampasan upah yang menjadi haknya. Demikian pula bagi kaum tani yang akan menghadapi gelombang perampasan tanah dan represifitas politik SBY-JK demi lancarnya pembangunan infrastruktur besar yang konon ditujukan untuk menarik investasi asing. Tidak cukup dengan itu, Pemerintah SBY-JK juga berniat untuk mengeruk sebesar-besarnya pendapatan dari pajak perorangan yang pada APBN 2009 ditargetkan mencapat sebesar Rp 364,4 triliun atau melebihi realisasi penerimaan pajak pada tahun 2008 yang mencapai Rp 325,7 triliun serta melipatgandakan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri dengan target pengiriman 1 juta orang per-tahun mulai tahun 2009 untuk menggelembungkan penerimaan devisa dari remitan (uang kiriman) buruh migran Indonesia yang ditargetkan mencapai Rp 125 triliun atau hampir dua kali-lipat penerimaan remitan tahun 2008 ini16.
Fakta ini memperlihatkan banyak rakyat yang malah harus mengorbankan
mimpinya untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Rakyat tidak mampu menghadapi
setiap paksaan-paksaan pemerintah hanya untuk mencapai target yang tidak
mewujudkan perkembangan bangsa. Pemerintah lebih mementingkan atau menghadiri 16 http://BUBARKAN! BUBARKAN! BUBARKAN G20! « Front Perjuangan Rakyat.htm/
71
pertemuan G-20 untuk membahas rencana ekonomi global yang menghentikan realisasi
harapan rakyat Indonesia untuk mewujudkan kualitas kehidupan ekonomi yang lebih
baik. Dengan dukungan pemerintah dalam pertemuan ini pemerintah membuka
kesempatan luar negeri untuk mematikan industri lokal rakyat, kualitas barang yang
buruk, membuat harga-harga tidak berimbang, dan sebagainya.
Pemerintah tidak sungguh-sungguh mewujudkan harapan rakyat untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Di mana pemerintah hanya mengikuti negara-
negara maju, namun pemerintah tidak melihat kenyataan atau realitas yang terjadi di
bangsa ini. Pemerintah hanya memikirkan bagaimana negara bisa mendapatkan devisa
sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan apakah ada dampak yang nyata dan
menguntungkan untuk rakyat Indonesia. Dengan adanya wacana ini pada akhirnya
menginginkan khalayak untuk mewujudkan cita-cita dan harapan sendiri yang tidak
akan kunjung direalisasikan oleh pemerintah, sehingga membentuk satu sikap tegas
pada pemerintah.
1.2 Superstruktur
Alur cerita atau wacana dalam Jurnalisme Komunitas sama halnya dengan yang
disampaikan oleh pemikiran Stanton (Nurgiyantoro, 1995:113). Wacana dalam
Jurnalisme Komunitas mempunyai skema atau alur dalam penyampaian pada khalayak.
Alur ini menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam wacana disusun dan diurutkan
(dikonstruksikan) sehingga membentuk satu pengertian. Tiap peristiwa bangsa yang
terjadi dihubungkan karena adanya sebab dan akibat. Hal ini terlihat pada keterangan,
72
petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya pada
peristiwa politik, sosial, ekonomi, hukum di Indonesia.
Diawali dengan pemaparan semua permasalahan bangsa. Jurnalisme komunitas
sebagai penutur atau penyampai wacana menyimpan segudang asumsi dalam
pikirannya. Asumsi mengenai permasalahan bangsa, asumsi mengenai oknum-oknum
yang terlibat dalam permasalahan-permasalahan bangsa, asumsi mengenai dirinya
sebagai rakyat Indonesia dan asumsi mengenai pengalaman-pengalaman orang-orang
yang ada di sekitarnya. Asumsi atau dugaan ini akhirnya mengantarkan pada bagaimana
mengungkapakan wacana tentang kegagalan pemerintah yang terbukti dengan
keterpurukan bangsa Indonesia selama ini.
Asumsi mengenai permasalahan bangsa Indonesia yang begitu kompleks
dipaparkan lebih mendalam, karena dianggap bahwa permasalahan bangsa yang terjadi
begitu banyak dan sedikit yang berhasil diselesaikan. Masalah-masalah seperti korupsi,
diskriminasi, ketidakadilan, kemiskinan, kesehatan, kepercayaan, sampai kinerja
pemerintah, ingin disampaikan agar khalayak mengetahui bahwa wacana yang terbentuk
mempunyai bukti-bukti yang akurat.
Permasalahan-permasalahan tidak pernah selesai karena memperlihatkan
keterkaitan satu dengan yang lain. Seperti masalah politik berkaitan dengan masalah
hukum atau ekonomi, masalah sosial berkaitan dengan masalah ekonomi, atau masalah
hukum berkaitan dengan masalah kebangsaan lainnya. Dengan adanya hubungan-
hubungan ini, diyakini bahwa negara tidak akan berhasil dengan segera lepas dari
semua masalah. Hal ini sejalan dengan asumsi mengenai ada oknum-oknum atau
73
pejabat negara yang terlibat membuat masalah bangsa, sehingga tidak pernah
tercapainya sebuah kebebasan bangsa dari segala aspek-aspek kehidupan yang
bermasalah.
Pejabat-pejabat dijajaran pemerintahan Presiden SBY jilid I dan II
memperlihatkan tingkah laku yang buruk. Mereka bekerja hanya sebatas bekerja
sebagai pejabat, namun kualitas pekerjaan tidak terbukti. Hal inilah yang pada akhirnya
memperkuat wacana yang menyatakan masalah bangsa merupakan kesalahan
pemerintah dalam mengatur pemerintahan. Di mana, bukti-bukti yang mengarah kepada
tindakan pemerintah yang menyalahgunakan kepercayaan rakyat untuk mengatur
bangsa. Seharusnya, pekerjaan para pemerintah menggarahkan bangsa kepada
kesejahteraan dan kesetaraan dengan negara-negara maju lainnya. Pemerintah malah
melakukan kesalahan fatal yang disaksikan, dirasakan, dan dialami langsung oleh rakyat
Indonesia. Dari pembuktian ini pemerintah selalu mempunyai alasan-alasan baik logis
maupun tidak logis pada masalah yang ditimbulkannya.
Pemerintah berhasil bebas dari tuduhan-tuduhan yang seharusnya memenjarakan
mereka baik secara sosial maupun secara fisik, Di sini ditampilkan bagaimana
pemerintah itu licik. Pernyataan Stefanus Gusman salah seorang aktivis pemuda:
Presiden SBY menyatakan bahwa kepindahan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani ke Bank Dunia adalah atas dasar permintaan Bank Dunia. Namun, di sebuah media nasional diungkapkan bahwa kepindahan Sri Mulyani sesungguhnya merupakan paksaan dari Presiden. Seorang pejabat Kementerian Keuangan mengatakan, Sri Mulyani tidak pernah berniat mengundurkan diri17.
17 http://kompas-nilah.9.Kebohongan.Baru.Pemerintah.htm/ pada 6 september 2012 pukul 15.00
74
Dari pernyataan ini, para akitivis menemukan kebohongan-kebohongan di tubuh
pemerintahan Presiden SBY. Asumsi-asumsi ini diperjelas dengan menyebutkan nama-
nama pejabat yang memerintah saat ini yang menghindar dari jerat hukum. Masih
banyak lagi oknum-oknum yang secara jelas ingin diperlihatkan kebobrokannya seperti
Presiden SBY yang suka melancong, para menteri-menteri kabinet SBY-Boediono yang
menikmati fasilitas mewah, pejabat legislatif, yudikatif, dan eksekutif tidak mampu
memperlihatkan rasa keadilan pada masyarakat, atau pejabat-pejabat di penjara hidup
dalam kebebasan dan kemewahan. Walaupun tidak langsung mengarah pada nama-
nama pejabat, penyebutan seperti itu sudah mewakili pejabat mana yang tengah
membuat masalah di Indonesia.
Tindakan-tindakan yang tidak patut untuk label seorang pejabat membuat
kepercayaan rakyat mulai tidak menghargai sebuah kepemimpinan. Alur wacana ini
memunculkan asumsi mengenai pemerintah memiliki tingkah laku yang semakin
menyimpang dan membuat rakyat Indonesia sebagai korban. Khalayak sebagai rakyat
Indonesia dibentuk sebagai korban dari kebusukan pemerintah. Rakyat adalah objek
yang sangat mudah dibohongi, disakiti, atau diinjak-injak. Rakyat hanya bisa menerima
apa yang dilakukan pemerintah terhadap dirinya.
Namun, dibalik pembentukan citra rakyat atau khalayak tersebut, secara sama-
samar asumsi rakyat sebenarnya sebagai penguasa bangsa Indonesia yang
sesungguhnya. Pemerintah hanya bagian kecil dalam bangsa, rakyatlah bagian yang
sangat besar di negeri ini. Rakyat mempunyai kekuatan untuk membuat pemerintah
yang tidak benar menjadi tidak punya kekuasaan. Hati rakyat atau khalayak dipengaruhi
75
untuk tidak percaya pada omongan kosong, tingkah laku atau kinerja pemerintah yang
selalu mengatas namakan rakyat untuk mencapai tujuan-tujuan liciknya. Tujuan asumsi
rakyat di sini menekankan bagaimana khalayak atau rakyat percaya dengan pemimpin
yang telah dipilih saat Pemilu.
Saat Pemilu, rakyat adalah incaran politikus yang berniat terpilih menjadi
pemerintah. seperti kasus money politik dianggap merupakan kebodohan rakyat karena
mau saja menerima atau disuap beberapa lembar uang. Hal ini karena kurangnya peran
pemerintah dalam mensosialisasikan hal-hal yang berkenaan dengan politik kepada
masyarakat, sehingga pengetahuan masyarakat akan politik sangatlah minim. Selain itu
desakan ekonomi yang menghimpit membuat masyarakat dengan mudah menerima
sejumlah uang, Padahal kasus tersebut merupakan money politic yang tentu saja
melanggar hukum. Para pemberi money politic akan dikenakan pasal penyuapan dan
ironisnya para penerima dana tersebut yang sebagian besar adalah rakyat miskin yang
tidak tahu apa-apa mengenai hal ini, dapat dikenakan pasal pencucian uang. Dan di
kasus ini lagi-lagi rakyat miskin hanya menjadi korban dari proses komunikasi politik.
Dalam konteks ini, rakyat adalah para anggota komunitas. Anggota-anggota
komunitas diajak untuk menantang, membantah, menyanggah, menuduh, atau menanyai
segala bentuk pembelaan pemerintah yang tidak mengakui keterkaitannya dengan
masalah seperti korupsi atau diskriminasi, sama halnya seperti yang dinyatakan oleh
Bell Hooks. Anggota komunitas harus membuka pikirannya bahwa permasalahan
bangsa juga masalahnya dan membuat pemerintah jangan lepas tangan begitu saja,
membiarkan masalah korupsi terus menerpa bangsa.
76
Terakhir, menghubungkan asumsi-asumsi sebelumnya dengan asumsi mengenai
pengalaman-pengalaman para pengamat, ahli, dan masyarakat dalam sebuah diskusi.
Agar tidak dianggap bahwa wacana kegagalan pemerintah tersebut terkesan mengada-
ada. Maka dipaparkan pendapat atau komentar orang-orang yang tidak suka pemerintah
mulai melenceng, ahli-ahli yang dapat membuktikan tindakan-tindakan pemerintah dan
argumentasi-argumentasi rakyat sehingga semakin memperjelas wacana ini. Seperti
kegagalan kebijakan pemerintah di bangsa, ahli memiliki data yang akurat berkat
penelitian dan pengamatannya pada keuangan bangsa yang tidak transparansi, bahkan
memunculkan masalah lain yang kemudian ditanggapi oleh berbagai lapisan masyarat
dari masyarakat berpendidikan atau tidak. Dengan maksud memperlihatkan, bahwa
beragam orang-orang sedang mengamati pemerintah baik yang mengerti dari berbagai
segi dan hanya yang polos-polos saja memberi pendapat. Dalam berita Tribun News,
hasil survey yang dilakukan Charca Politica memperlihatkan:
Dalam hasil penelitian tersebut, terungkap bahwa lebih dari 50% responden mengaku tidak puas dengan kinerja pemerintahan. Rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah disebabkan oleh beberapa sebab. Hasil survey Charta Politica menunjukan rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dapat dijelaskan dari dua hal, yaitu jebloknya kinerja pemerintah dalam bidang ekonomi dan hukum, serta persepsi publik yang negatif terhadap kinerja menteri yang berasal dari parpol18.
Dengan adanya pengakuan atau pun bukti-bukti, membuat wacana yang
terbentuk mempunyai kekuatan untuk membuat pemerintah dalam situasi terpojok
ketakutan, bahwa saat ini berbagai lapisan rakyat Indonesia mulai mengontrol tindak
18 http://tribun-news/masyarakat-tidak-puas-kinerja-pemerintah-sby-boediono.htm
77
tanduk pemerintah duduk di kursi empuk pemerintahan. Alur wacana ini bertujuan
untuk membentuk satu ajakan atau solusi bagi khalayak jurnalisme komunitas untuk
tidak terus bergantung dengan pemerintah yang tidak lagi dapat diharapkan. Pemerintah
memperlihatkan kecenderungan-kecederungan negatif yang pada akhirnya membuat
streotipe-stereotipe negatif bagi pemerintah sendiri.
Hal ini pun terlihat dengan penggunaan bahasa yang dipakai dalam jurnalisme
komunitas yang lebih sederhana karena menggunakan bahasa komunitas yaitu bahasa
sehari-hari. Wacana akan semakin kokoh di tanamkan pada khalayak karena bahasa
yang digunakan dalam jurnalisme komunitas sangat bersahaja dan mudah dimengerti
khalayaknya.
4.3 Struktur Mikro
Penggunaan bahasa tertentu dengan demikian berimplikasi pada bentuk
konstruksi realitas dan makna yang dikandung. Pilihan kata dan cara penyajian suatu
realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul darinya.
Wartawan berdiri sebagai perwakilan rakyat dalam menyampaikan maksud dan
tujuannya kepada pemerintah atau Presiden. Di mana segala permasalahan yang terjadi
pada masyarakat sebagai sesuatu yang menyusahkan, merugikan dan mempermalukan
rakyat Indonesia melalui permainan bahasa, kalimat, atau kata.
Di sini, ideologi yang bekerja membuat pembaca tidak sadar untuk
mempertanyakan situasi yang diciptakan oleh wartawan, karena kesadaran khalayak
tentang realitas sosial ditentukan oleh apa yang dialami oleh masyarakat dengan cara
78
menciptakan dukungan khalayak. Dengan kata lain, menempatkan khalayak mengikuti
ideologi yang disampaikan melalui kata, kalimat, pemis dan retorisnya yang mengajak
untuk lebih mengutamakan kepentingan rakyat. Maka yang muncul dalam permainan
kata, kalimat atau bahasa adalah Ideologi Nasionalisme. Berikut ini diuraikan
penekanan atau penonjolan yang terlihat dalam kritik sosial jurnalisme komunitas yaitu
pada Rubrik Intro Indonesia dalam menyampaikan wacana-wacana kepada khalayak
melalui kata, kalimat, premis atau retoris yang mengandung ideologi-ideologi
Nasionalisme sebagai berikut:
Kalimat:
“Dalam prespektif politik, apa jadinya negara ini tanpa rakyat? Seperti ‘hiu tanpa taring’…?”
Konteks dalam metafora ini memperlihatkan khalayak dari beberapa segi
pengertian, di mana adanya hubungan antara pemerintah dan rakyat yang tidak dapat
terpisahkan. Di awali dengan menegaskan bahwa berdasarkan perspektif politik, sebuah
pertanyaan, ada hubungan yang sangat erat antar negara dan rakyat atau hubungan
antara pemerintah Indonesia dengan rakyatnya. Hubungan tersebut adalah hubungan
saling membutuhkan antara kedua belah pihak yang sama-sama memerlukan dukungan
untuk mencapai kepentingan bersama. Dengan menggunakan perpektif ini, kalimat
metafora ingin memberi tahu dan menegaskan, saat ini yang terlihat adalah hubungan
pemerintah dengan rakyat renggang. Di mana pemerintah cenderung mementingkan diri
sendiri.
79
Wisnu Adang Jaya dalam pernyataannya di Kompasiana:
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memperingatkan kepada para pejabat publik, mulai dari pusat sampai ke daerah daerah agar tidak mempergunakan fasilitas negara untuk keperluan pribadi. Peringatan yang disampaikan oleh KPK itu mengatakan, pemanfaatan fasilitas negara oleh pejabat publik untuk keperluan pribadi bisa dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi.
Rakyat telah lama mengalami penderitaan, sementara para pejabatnya menari nari dalam eforia kemegahan di atas penderitaan rakyatnya. Mengutip sair lagu Djalaut Hutabarat seniman kota kerang ” Pisang raja setandan jangan makan seorang, pilirkan kawan berjiran ada yang makan tak makan, terkadang makan makan, terkadang terus tak makan “ Duh rakyat nasibmu memang malang”19
Kecenderungan pemerintah mementingan dirinya, pada akhirnya akan membuat
rakyat tidak simpati pada mereka. Selaras dengan penggunaan peribahasa untuk
memperkuat perspektif politik, yang menyatakan hubungan antara pemerintah dan
rakyat seperti “hiu tanpa taring”. Hiu sebagai binatang yang buas tidak akan
menakutkan bila tidak punya taring. Peribahasa tersebut untuk memaknai bahwa
wacana yang berkembang saat ini membentuk, bahwa pemerintah kehilangan taringnya
yang seharusnya didukung oleh rakyat dalam mengolah bangsa. Terlihat dari wacana
yang ingin disampaikan membuktikan bahwa pemerintah menutup mata dengan
kehidupan rakyat Indonesia yang sebagian besar hidup dalam kemiskinan dan
keterpurukan. Bila tidak ditanggulangi hubungan ini akan mengarahkan bangsa dalam
satu situasi yang akan menciptakan batasan yang lebih jauh dengan rakyat.
19http://kompasiana/MobilDinasDigunakanUntuk Selingkuh,KPK Semoga Bukan Gertak Sambal/Wisnu AJ/htm pada 6 September 2012 pukul 15.31
80
Kalimat:
“Pro-kontra diantara para pemimpin, masih selalu membinggungkan rakyat!”
Konteks dalam kalimat ini adalah pemerintah mempertontonkan sikap buruk di
depan rakyat. Kalimat tegas dengan diakhiri penggunaan tanda seru (!), untuk
menegaskan bahwa pemerintah tidak punya kesatuan yang membuat rakyat tidak dapat
mengerti dengan tingkah laku yang tidak sepaham. Kalimat ini memperlihatkan bahwa
kritik sosial tertuju pada pemerintah, sehingga mencoba menuduh pemerintah dalam
mengambil keputusan atau kebijakan membuat rakyat binggung untuk menjalankannya.
Permasalahan-permasalahan yang muncul dari segala kebijakan dianggap
sebagai solusi yang terbaik, namun malah menimbulkan masalah baru. Hal ini
merupakan tanda bahwa di dalam pembentukan atau pembuatan sebuah kebijakan
sering terjadi silang pendapat antar sesama pejabat-pejabat bangsa, sehingga tidak
mampu merumuskan kebijakan dengan baik. Satu kesatuan dalam tubuh pemerintahan
sangat penting karena jabatan yang ada dipundak mereka merupakan sebuah tanggung
jawab yang tidak main-main. Rektor Universitas Paramadina Anies R Baswedan,
menyatakan:
Tak hanya itu, komunikasi di antara para pemimpin bangsa juga tak terjalin, bahkan pemimpin cenderung melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji saat rapat kerja seperti adu argumentasi yang berakhir pada adu jotos atau saling menjelek-jelekan satu dengan yang lain20.
20 http://antara-news/anies-indonesia-alami-krisis-kepemimpinan.htm/ pada 6 september 2012 pukul 09.30
81
Namun, hal ini tidak ditanggapi serius oleh pemerintah. Adu jotos dan perang
mulut dalam sidang dianggap lumrah padahal memperlihatkan attitude kepemimpinan
yang buruk dan tidak terpuji. Khalayak harus menyadari sikap-sikap ini. Sikap yang
tidak mampu mengubah kehidupan yang terbaik bagi rakyat. Kualitas pemerintah
semakin hancur karena tidak ada perubahan mendasar dalam memilih dan menempatkan
seseorang dalam kursi pemerintahan. Pro kontra yang tidak jelas dan tidak mendasar
atau hanya argumentasi kosong dalam rapat-rapat atau sidang memposisikan pemerintah
pada level terendah dalam benak rakyat.
Kalimat:
“Apa yang kita tanam hari ini, itu yang akan kita tuai kemudian. Siapa yang kita pilih hari ini, itu yang akan memimpin kita kemudian”.
Konteks dalam kalimat ini adalah khalayak mempunyai hak yang harus
digunakan dengan cerdas saat momentum Pemilu. Tidak terlepas juga mengkritisi diri
sendiri atau khalayak sebagai rakyat Indonesia. Kalimat yang digunakan dengan
memberi penekanan atau penonjolan kalimat kritik seperti sebuah pepatah. Kalimat ini
mengartikan bahwa apa yang diputuskan oleh khalayak atau rakyat saat memilih
pemimpin bangsa Indonesia akan menghasilkan pemimpin yang sesuai dengan
keinginan rakyat. Jangan mudah terpengaruh dengan elit-elit politik yang menebar
kebaikan-kebaikan lewat media, karena apa yang dipilih oleh rakyat menentukan masa
depan bangsa. Apalagi memilih secara asal-asalan atau dipengaruhi orang, maka
pemimpin dengan kualitas buruk akan terpilih kembali. Kualitas kepemimpinan yang
82
buruk akan membawa bangsa dalam mimpi buruk hingga 5 tahun mendatang. Dan
dalam tahun-tahun itulah rakyat akan hidup dalam kesengsaraan tidak hentinya.
Di saat rakyat mendengarkan janji-janji kampanye peserta Pemilu dan mereka
terpilih menjabati kursi-kursi empuk tersebut, maka rakyat pasti akan disuguhkan
kesenangan-kesenangan palsu. Hal ini pun harus disadari oleh khalayak, agar elit-elite
politik bersungguh-sungguh mencalonkan dirinya sebagai wakil rakyat. Wacana yang
berkembang saat ini memunjukkan kepada rakyat bahwa janji manis elit politik tidak
dibawa sampai mereka terpilih. Seperti salah satu berita dalam Suara Karya Online:
Pemerintah diharapkan tidak mengumbar janji akan meningkatkan kesejahteraan buruh/pekerja jika tidak bisa merealisasikannya segera. Apalagi selama ini terbukti seluruh wacana pemerintah yang tergolong "angin surga" selalu tidak berjalan baik.
Pemerintah yang terpilih akan membumbui janji-janji kampanyenya dengan
indah dan rakyat hanya menunggu-nunggu kapan semua janji akan dilaksanakan. Tapi,
janji-janji indah tersebut hanya lepas lewat mulut dan hilang lewat udara di sekitarnya
seperti kenyataan-kenyataan yang sering terjadi.
Kalimat:
“Mau jadi apa negara ini jika pemimpinnya melankolis?”
Konteks dalam kalimat ini adalah Presiden Indonesia menunjukan bukan sikap
atau gaya kepemimpinan yang tepat menjalankan pemerintahan. Kalimat ini sedang
menuduh Presiden Indonesia yaitu Presiden SBY. Menggunakan kata “melankolis”
memperlihatkan bahwa sosok SBY saat ini seperti pemimpin yang tidak tegas dan tidak
83
berani. Menjadi seorang Presiden bukan hal yang mudah karena segala pusat kekuasaan
berada dalam tangannya. Presiden SBY tidak menyadari perilaku melankolisnya selama
kepemimpinannya dalam periode I dan II. Hal ini akan berimbas pada rakyat. Rakyat
mempercayai bangsa ini pada Presiden, tapi Presiden tidak mempunyai kepercayaan
atas tanggung jawab yang diembannya. Maka timbulah kalimat tanya ini. Sepertinya
tidak ada kepercayaan rakyat bahwa sifat melankolis presiden akan membawa bangsa
sesuai yang dicita-citakan selama ini. Pengamat politik Cartha Politika, Yunarto Wijaya
menyatakan:
Seharusnya di periode terakhir ini, SBY harus bisa meninggalkan gaya komunikasi melankolis. “Dulu saat awal 2004, memang SBY mendapat keuntungan dari underdog effect. Di mana dia saat itu seolah-olah terzalimi olah penguasa. Beda dengan saat ini, ini periode kedua, Toh, dia pun tidak akan bisa maju untuk periode berikutnya. Sehingga pencitraan sudah tidak lagi terlalu penting.” kata Yunarto. Menurutnya, seharusnya Presiden SBY bisa lebih all out dan lebih tegas lagi serta tak terjebak dalam underdog effect. Yunarto pun menyoroti output komunikasi SBY yang normatif atau mengambang. Hal ini akan menimbulkan multitafsir dan ketidakjelasan21.
Tanggapan dari pengamat politik pun menegaskan bahwa tidak ada gunanya
Presiden SBY memimpin seperti itu. Kepemimpinan melankolis akan memperlihatkan
hal-hal yang tidak jelas dan tentu akan mempermalukan rakyat dihadapan pemimpin-
pemimpin bangsa lainnya yang berhasil menjadi pemimpin yang berani. SBY harus
menjadi dirinya sendiri dan memperlihatkan sikap seorang pemimpin bangsa yang tepat
dan benar serta menghantarkan bangsa kepada kemajuan dan sejajar dengan negara-
negara maju lainnya. 21 http://kompasiana/gaya-SBY.htm pada jumat 16 juni 2012 pukul 13.16
84
Kalimat:
“Betapa konyolnya bangsa ini, jika dipimpin oleh presiden yang dikit-dikit ngadu, dikit-dikit ngeluh, dikit-dikit minta dikasihani, dikit-dikit merasa dikritik, dikit-dikit merasa dikeroyok”.
Konteks kalimat ini adalah Presiden SBY pemimpin yang sering melakukan
tindakan-tindakan lemah di pemerintahannya. Kalimat memaparkan detil-detil sifat
yang kemudian muncul dari seorang presiden SBY selama menjabat sebagai pemimpin
bangsa ini. Di awali dengan ungkapan dengan rasa penyesalan “betapa konyol” kata ini
memperlihatkan, tidak ada keuntungan yang didapati oleh bangsa bila pemimpin bangsa
dalam konteks ini SBY yang menunjukan kelemahannya dalam memimpin bangsa
Indonesia.
Kemudian dilanjutkan dengan detil-detil kekonyolan SBY seperti kata “dikit-
dikit ngadu”, “dikit-dikit ngeluh”, “dikit-dikit minta dikasihani”, “dikit-dikit merasa
dikritik”, dan “dikit-dikit merasa dikeroyok” yang semakin memperjelas bahwa sikap-
sikap tersebut memang sering dilakukan Presiden SBY sebagai pemimpin. Pada
akhirnya mensugestikan khalayak bahwa tidak pantasnya SBY menjadi presiden dan
memimpin bangsa yang besar ini. Hanya karena tidak mampu menghadapi suatu
permasalahan SBY sudah terkesan menyerah dan ketakutan. Hasil survey Litbang
Monitoring Indonesia juga menunjukkan:
Seratus hari kerja pemerintahan, Presiden ternyata telah melakukan delapan kali curhat, mulai Kamis, 29 Oktober 2009, SBY curhat mengenai
85
media yang sering sinis kepadanya. Hal itu bahkan disampaikan di depan 1.400 peserta National Summit di Hotel Bidakara22.
Pengamat politik LIPI Siti Zuhro pun memperkuat hasil survey Litbang,
menyatakan:
Pernyataan Presiden SBY sebenarnya lebih mirip curhat yang bisa membuat publik justru merasa bingung. “Pernyataan yang terlalu sering menunjukkan rasa sensitif yang berlebih. Komunikatif itu bukan curhat, jadi kurang tepat dari perspektif komunikasi,” paparnya kepada Monitor Indonesia. Seharusnya, sebagai pemegang otoritas tertinggi untuk mengeksekusi program di negara ini, Presiden menyampaikan informasi tentang kebijakan pemerintah. Bukan justru membeberkan perasaannya. “Ini kan hubungan sebagai sebagai pemimpin dan yang dipimpin23.
Sederhana saja, dengan mempertegas gaya kepemimpinan adalah tuntutan yang
dianggap dapat dijalankan SBY di periode keduanya dan membentuk satu harapan
untuk mewujudkan pemimpin bangsa yang berbeda dengan pemimpin bangsa.
Sehingga, wacana yang berkembang di masyarakat tentang sikap SBY sebagai Presiden
yang tidak berani terutama tidak berani berbeda pendapat. Dalam kepemerintahan sikap
tersebut dapat ditepis dengan mewujudkan sikap yang bukan melankolis lagi.
22 http://monitoringindonesia/ DiaryCurhatSBYPolitikMelankolisBerdampak Sistemik.htm/ pada 2 september 2012 pukul 12.30 23 Ibid.
86
Kalimat:
“Para Menteri cukup senang dengan mobil baru ini”.
Konteks kalimat ini adalah menteri-menteri kabinet SBY-Boediono Menerima
mobil mewah. Fakta tentang mobil baru para menteri yang tengah berkembang dalam
masyarakat telah membentuk satu wacana yang menginformasikan kepada khalayak
bahwa pemerintah sedang bersenang-senang dengan fasilitas baru yang dinikmatinya.
Pejabat-pejabat memperlihatkan kegembiraannya tersebut dengan menuturkannya
kepada banyak media. Dengan alasan menunjang pelayanan mereka kepada rakyat.
Namun dari kalimat di atas, kebahagiaan yang dirasakan para menteri diwakilkan
dengan kata “cukup” yang berarti masih ada ketidakpuasan yang tersirat. Mobil mewah
dengan harga selangit akan menaikan gengsi mereka sebagai pejabat. Namun dengan
kalimat ini pun akan membentuk wacana lain, di mana mereka akan menuntut fasilitas-
faslitas mewah lainnya sehingga rasa puas benar-benar terpenuhi. Berita dalam Rakyat
Merdeka menuliskan:
Pembelian mobil baru untuk anggota Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II itu bertentangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64/PMK.02/2008 tanggal 29 April 2008 mengenai Standar Biaya Umum Anggaran 2009, Lampiran 32.1, yang menyebutkan standar biaya tertinggi pengadaan dinas pejabat adalah Rp 400 juta per unit.
Apalagi para menteri serta pejabat negara yang menerima mobil baru itu juga masih mengeluhkan kondisi mobilnya. Misalnya, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, mobil Mercedes Benz-nya lebih enak dibandingkan dengan mobil barunya.”Enakan Mercy saya. Ini (Crown) baru hari ini saya pakai,” katanya.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa pun berpendapat, mobil barunya lebih sempit dibandingkan dengan mobilnya yang lama, Toyota Camry.
87
“Mobilnya lebih kecil dari yang dulu, dalamnya kita lihat tuh lebih sempit,” kata Hatta saat ditemui di kantornya24.
Pengadaan mobil mewah bagi menteri-menteri ini pun memperlihatkan satu
ketimpangan. Di mana sebagian besar pejabat adalah orang yang berada atau mampu
seperti orang yang tidak berkecukupan dengan meminta-minta fasilitas dan tidak
tanggung-tanggung yang diinginkan adalah yang mewah dan mahal. Khalayak harus
membantah setiap alasan-alasan ini. Menteri yang seharusnya memperlihatkan kinerja
yang baik dan benar baru bisa mendapatkan satu penghargaan yaitu penghargaan dari
rakyat. Bukan sebaliknya, di mana belum terlihat kinerjanya sudah menuntut fasilitas-
fasilitas yang sebenarnya membebani negara dengan anggaran yang tidak sedikit. Salah
satu berita di media online Indosiar menunjukkan:
Fasilitas mewah bagi pejabat tinggi negara sering menjadi sorotan panjang. Sejak masa pemerintahan Presiden Soeharto, para menteri dan pejabat tinggi lainnya menikmati fasilitas mewah tersebut, mulai dari rumah dan mobil mewah hingga fasilitas hotel mewah. Namun saat ini fasilitas tersebut dipertanyakan.
Untuk menunjang pelayanan terhadap publik, para pejabat publik mendapat fasilitas dari negara antara lain rumah dinas, mobil dinas dan tunjangan-tunjangan lain. Pada tahun ini Ketua MPR dan DPR serta para pejabat tinggi negara diberikan Volvo seri baru dengan harga sekitar 500 sampai 800 juta rupiah25.
Ada baiknya jika ketentuan-ketentuan sebagai pejabat di negara ini dirumuskan
kembali, dengan maksud memperlihatkan kinerja yang nyata kepada bangsa dan rakyat 24 http://RMonline/ BPK,-Periksalah-Segera-Anggaran-Mobil-Menteri.htm/ pada 3 september 2012 pukul 16.12 25 http://indosiar/ fasilitas-mewah-untuk-pejabat-dipertanyakan_28975.html/ pada 6 september 2012 pukul 16.00
88
terlebih dahulu. Fasilitas mewah seperti ini pun jelas merusak citra pejabat, di mana
rakyat merasakan bahwa terbukti pemerintah hanya memikirkan kebaikan dirinya
sendiri. Pekerjaan sebagai wakil rakyat di nomor duakan.
Kalimat:
“Ini membuktikan bahwa pejabat tinggi di negeri ini, belum lagi bisa rendah hati”.
Konteks kalimat ini adalah menteri-menteri tidak mempunyai sikap rendah hati
kepada rakyat. Sudah terlanjur untuk memperbaiki kembali citra para menteri-menteri
atau pejabat di negeri ini. Rakyat sudah memasang pemikiran-pemikiran yang buruk
kepada pemerintah. bagaimana tidak pemerintah tidak dapat menunjukan sikap yang
baik dan merakyat. Kata “membuktikan” dalam kalimat ini berarti memaknai bahwa
pejabat tinggi dalam konteks ini Presiden dan para menterinya terbukti tidak
mempunyai satu sikap yang peduli kepada rakyat kecil. Penegasan ini pada akhirnya
membangun satu wacana dalam masyarakat bahwa pemerintah hanya memikirkan
dirinya sendiri dan tidak peduli rakyat menderita dengan tingkahnya.
Kalimat “belum lagi bisa rendah hati” pada akhirnya memperkuat wacana yang
disampaikan kepada khalayak. Kalimat ini menyatakan bahwa selama ini pemerintah
tidak pernah belajar dari kesalahan terdahulu, bahwa mereka belum menunjukan
kerendahan hatinya kepada rakyat Indonesia. Ini berarti ada berbagai aspek-aspek
kehidupan di mana para pemerintah sering melakukan tindakan-tindakan yang tidak
89
rendah hati selama mereka menguasai bangsa ini. Wayan Sudirta, Ketua Kaukus Anti-
Korupsi dalam salah satu berita di Rakyat Merdeka mengatakan:
“Dalam situasi sulit seperti sekarang seharusnya para pemimpin memiliki sensitivitas. ‘Kan mereka sering bilang bahwa perekonomian kita berat, pertumbuhan sulit, jumlah rakyat miskin masih 10,8 persen, pengangguran banyak, apa mereka lupa itu? Kok maunya yang enak saja sih,” kata I Wayan. Senator asal Bali itu meminta para pejabat tinggi negara menahan diri, tidak aji mumpung, dan sebaiknya menunjukkan kepedulian pada penderitaan rakyat. Kalau kondisi keuangan negara sudah bagus, tidak apa-apa ada pemberian mobil mewah. Tetapi kalau dilakukan sekarang, sangat ironis dan paradoks.
“Lihat dong kehidupan rakyat, mereka masih sengsara, masak pejabatnya dapat mobil mewah. Berarti, pemerintah sengaja menciptakan ketidakadilan, membiarkan terjadinya gap yang makin lebar. Pejabat hidupnya mewah sementara rakyat miskin tidak ketulungan,” tegas dia26.
Sepertinya pemerintah belum siap menerima segala tanggung jawab memenuhi
kesejahteraan rakyat Indonesia. Dengan banyaknya kritikan yang datang dengan sikap
mereka sepertinya belum tentu bisa menyadarkan pemerintah yang terlanjur tenggelam
dengan segala kemewahan. Khalayak harus mengontrol tindakan-tindakan pemerintah
yang semakin tidak karuan ini, dengan meminta pertanggung jawaban atas segala
kinerjanya di pemerintahan.
Kalimat:
“Mereka asik dengan fasilitas yang diperoleh dari uang negara, yang notabene adalah uang rakyat”.
Konteks kalimat ini adalah pemerintah menggunakan uang rakyat untuk
membeli mobil mewah. Dana yang digunakan untuk membeli semua mobil mewah para
26 http://RMonline/ BPK,-Periksalah-Segera-Anggaran-Mobil-Menteri.htm/ pada 3 september 2012 pukul 16.12
90
menteri tidaklah sedikit. Kalimat ini semakin diperkuat dengan adanya kalimat
“diperoleh dari uang negara” yang berarti memaknai bahwa fasilitas yang dinikmati
oleh para pejabat tinggi negara adalah hasil dari uang negara atau uang rakyat. Diyakini
dana tersebut diambil dari dana APBN 2009 yang adalah uang rakyat. Wacana yang
berkembang di masyarakat menyatakan bahwa uang rakyat adalah untuk rakyat bukan
untuk kepentingan pemerintah sendiri. Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW),
Abdullah Dahlan, mengatakan:
Anggaran pembelian mobil baru menteri masuk dalam APBN 2009. Yakni, anggaran mendesak Depkeu dengan kuasa penggunanya Setneg. Jumlah mobil yang dibeli 79 unit, dengan harga per unitnya Rp 810 juta. Namun, biaya mobil baru dalam APBN 2009 disepakati per unit Rp 810 juta. Apabila itu di-kalikan dengan jumlah pejabat yang berhak, 79 orang, maka nilainya mencapai Rp 31,6 miliar.
Sedangkan harga mobil merek Toyota Crown Royal Saloon menurut keterangan pemerintah mencapai Rp 800 juta per unit sehingga total anggarannya menjadi Rp 63,9 miliar. Jika dihitung terjadi selisih 100 persen lebih. “Kalau asumsi sesuai anggaran maka nilai pemborosan mencapai Rp 32,3 miliar dengan harga mobil Rp 800 juta tersebut. Belum lagi kalau nilainya mencapai Rp 1,32 miliar per unit pemborosan mencapai Rp 71,1 miliar,” kata Abdullah27.
Mahalnya harga sebuah mobil menteri tentu sangat menyakiti hati rakyat
terutama rakyat yang hidup di dalam garis kemiskinan yang tiap hari hidup dalam
kekurangan. Mendapati bahwa kenyataan uang yang seharusnya untuk keberlangsungan
hidup mereka disalahgunakan oleh pemerintah. Kalimat ini menunjukan adanya
diskriminasi yang didapati atau dirasakan oleh rakyat. Wacana yang berkembang dalam
masyarakat membuktikan satu fakta bahwa rakyat menikmati fasilitas memprihatikan,
dengan tidur dalam ruangan yang kecil dan berdesa-desakan. Sekarang saatnya untuk
27 Ibid.
91
bertindak tegas menghadapi pemerintah yang kian hari kian melenceng dari harapan
rakyat sebagai perwakilan dari rakyat bukan dengan demo yang arnakis tetapi dengan
kegiatan-kegiatan yang lebih pintar dan membuat malu pemerintah.
Kalimat:
“Ketika ada gejolak di tanah air, sang pemimpin malah “melancong” kemana-mana sampai jauh ke luar negeri”.
Konteks kalimat ini adalah tanah air penuh dengan berbagai masalah, Presiden
SBY jalan-jalan ke luar negeri dengan alasan menjalin kerjasama. Negara Indonesia
tidak lepas dari masalah-masalah bangsa yakni permasalahan politik, ekonomi, sosial
dan lain-lain. SBY tidak sadar dengan tingkah lakunya yang senang melakukan
perjalanan ke luar negeri untuk menjalin kerjasama bilateral, hanya menjalinsaja dan
tidak menghasilkan sebuah hasil.
Kata “melancong” yang dapat diartikan berjalan-jalan, liburan, dan bersenang-
senang. SBY telah terbukti selama kepemimpinannya senang melakukan perjalanan ke
luar negeri. Namun perjalanan luar negeri ini dilakukan tidak tepat yaitu di saat keadaan
bangsa yang digambarkan tengah dalam banyak masalah. Beberapa saat kemaren pun,
banyak media yang mengabarkan SBY berada di Rusia. Tidak tanggung-tanggung
membawa sekompi anak buahnya. Tidak bisa dibayangkan berapa banyak anggaran
yang dipakai untuk perjalanan jauh mereka sampai ke Rusia dan belum lagi kebutuhan-
kebutuhan di luar perjalanan bilateral tersebut.
92
Salah satu berita dalam Antara News memberitakan:
Presiden didampingi Ibu negara Ani Yudhoyono beserta rombongan setibanya di Bandara Vladivostok langsung menuju kompleks Far Eastern Federal University Vladivostok yang akan menjadi tempat penyelenggaraan KTT APEC 2012. Ikut dalam rombongan Presiden Yudhoyono antara lain Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Ketua Komite Ekonomi Nasional Chairul Tandjung, Ketua HIPMI Raja Sapta Oktohari, anggota DPR RI Roy Suryo dan Kepala BKPM Chatib Basri28.
Selain kepergian ini, ada kepergian pejabat lainnya yang sungguh menarik
perhatian rakyat. Di mana hanya untuk mempertahankan lambang Palang Merah harus
jauh-jauh ke luar negeri dengan mengajak sekompi anggota DPR. Dan semakin
memperburuk citra mereka, seorang WNI menangkap mereka dengan kamera foto
tengah berwisata di negara tersebut. Berita dalam Inilah.com menuliskan bahwa:
Badan Legislatif (Baleg) DPR kembali melakukan perjalanan ke luar negeri. Kali ini, ke Denmark dan Turki dengan tujuannya mencari lambang palang merah yang akan digunakan Indonesia. Perjalanan yang dikemas dalam studi banding itu dinilai Koordinator Investigasi dan advokasi FITRA Uchok Sky Khadafi, terlalu mengada-ngada dan tidak masuk akal. "Masa mau menentukan lambang palang merah saja, harus berkunjung ke dua negara tersebut," kata Uchok29
Fakta-fakta ini memperkuat dugaan selama ini bahwa pemerintah bersenang-
senang dengan melakukan berbagai perjalanan ke luar negeri dan meninggalkan bangsa
dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan. Dengan adanya kalimat
28 http://antaranews/presiden-tiba-di-vladivostok.htm 29 http://inilah/bk-harus-awasi-anggota-dpr-ke-luar-negeri.htm
93
kritik yang melakukan penekanan dan penegasan kepada khalayak untuk membangun
satu streotipe dalam benak khalayak bahwa Presiden SBY dan semua pejabat di bangsa
ini bersenang-senang di atas penderitaan rakyat.
Kalimat:
“Yaa, hari ini, setidaknya sejak pemerintahan SBY jilid II mulai berjalan, ‘Ibu Pertiwi’ kembali berduka dan bersusah hati”.
Konteks kalimat ini adalah kembalinya SBY memerintah Indonesia semakin
terpuruk. Kata “Yaa, hari ini…” yang memaknai bahwa baru saja SBY menjabat
kembali dari keberhasilannya memenangkan Pilpres 2009, Indonesia menghadapi
masalah lagi. Ada yang salah dalam kepemimpinan Presiden SBY. Dinyatakan bahwa
baru saja menjabat ia harus menelan pil pahit. Semua kasus-kasus korupsi terungkap
dihadapan rakyat Indonesia. Pelaku korupsi yang tertangkap tidak jauh-jauh merupakan
orang-orang dibalik lembaga pemerintahan. Bisa dikatakan ini kelanjutan dari
kegagalan pemerintahannya pada era pertama. Presiden tidak bisa mengurangi bahkan
menghilangkan semua permasalahan negara.
Tidak ada bedanya dulu dan sekarang. Sampai saat ini pun pemerintah tidak
pernah benar-benar bersih dari korupsi. Korupsi sudah menjadi kegiatan yang selalu
dilakukan pemerintah. Bahkan untuk kesehatan rakyat, pemerintah juga melakukan
korupsi dalam berbagai anggaran pengadaan kesehatan. Berbagai bagian atau aspek-
aspek yang menyangkut hidup rakyat Indonesia selalu saja digunakan pemerintah untuk
94
mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Pemerintah bahkan tidak takut harus berdiri
dibalik jeruji besi akibat perbuatannya ini. Salah satu berita kompas menuliskan:
Budiarto ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi pengadaan alat rontgen portable untuk pelayanan puskesmas di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan pulau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI tahung anggaran 2007. Dari hasil penyidikan, kata Johan, ditemukan bahwa tersangka telah menyalahgunakan wewenang untuk melakukan pengaturan terhadap pelaksanaan pengadaan sehingga PT Kimia Farma ditetapkan sebagai pemenang. "Akibat perbuatan tersangka, negara diduga mengalami kerugian mencapai lebih dari Rp 9,4 miliar," kata Johan.
Dalam kasus ini, tersangka disangkakan melanggar pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dalam dengan UU no 20 tahun 2001 juncto pasal 55 ayat 1 KUHP30.
Pemerintah tidak jera-jera pada perilaku buruknya ini sehingga membuat rasa
candu untuk kembali melakukan korupsi dan menularkannya kepada pejabat-pejabat
lainnya yang tergiur keuntungan milyaran bahkan triliyunan rupiah setiap kali korupsi.
Khalayak harus mengetahui bahwa dengan memerintahnya SBY untuk kedua kalinya
tidak membawa perubahan sedikitpun bagi bangsa Indonesia, namun membuat bangsa
jatuh dalam lobang keterpurukan yang paling dalam.
30 http://kompas.com/ kpk.tahan.tersangka.kasus.korupsi.pengadaan.alat.kesehatan.htm
95
Kalimat:
“Setidaknya, sistem dalam institusi tersebut memberi ruang bagi para oknum untuk menilep uang rakyat yang dikelolah oleh negara”.
Konteks kalimat ini adalah sistem yang dibuat oleh pemerintah untuk
mengelolah keuangan negara mudah dibobol dan memberikan peluang bagi pejabat-
pejabat rakus. Kata “setidaknya” dalam kalimat ini telah menetapkan bahwa
sesungguhnya sistem dalam institusi lembaga pemerintahan di Indonesia tidak dapat
dipercayai lagi. Pemerintahan sering melakukan hal-hal yang manipulatif yang sering
memberikan kesempatan pada pejabat-pejabat nakal untuk menikmati uang rakyat.
Selaras dengan adanya kata “menilep” dalam kalimat yang menunjukkan bahwa pejabat
sering memakan dengan sembunyi-sembunyi uang yang seharusnya untuk kepentingan
rakyat Indonesia. Aktivis pemuda, Stefanus Gusma mengatakan:
Terkait pemberantasan korupsi. Presiden berkali-kali berjanji akan memimpin sendiri pemberantasan korupsi di Indonesia. "Namun, riset ICW, dari pernyataan SBY yang mendukung korupsi, hanya 24 persen yang terlaksana," katanya31.
Pernyataan tersebut dipertegas bahwa kasus korupsi menilep uang rakyat pun
menyerbu kubu kepolisian, yang seharusnya sebagai penegak hukum yang bersih dan
menjadi panutan rakyat. Koordinator Kontras, Haris Azhar mengatakan:
Sampai saat ini masalah rekening gendut tidak ada kejelasan, sampai 7 Agustus 2010, ini ditutup," katanya32.
31 http://kompas-nilah.9.Kebohongan.Baru.Pemerintah.htm/ pada 6 september 2012 pukul 15.00 32 Ibid.
96
Tidak ada yang bersih di lembaga pemerintahan sampai saat ini. Sedikit-sedikit
kasus memakan uang rakyat atau korupsi bermunculan dan tidak dapat menunggu kapan
semua selesai. Lembaga yang harusnya dapat dipercayai, sekarang tidak mampu
mengembalikan kepercayaan rakyat untuk memberikan kejelasan atas peristiwa-
peristiwa yang menyakiti hati rakyat. Korupsi wajar dilakukan oleh pejabat, sehingga
khalayak tidak mempercayai sistem kepemerintahan yang dikelolah oleh pemerintah-
pemerintah yang kotor dan tidak mementingkan kepentingan rakyat Indonesia.
4.4 Perspektif Kritik Sosial Media Jurnalisme Komunitas
Media massa merupakan perpanjangan alat indera manusia. Dengan
menggunakan media massa, pada akhirnya khalayak atau publik dapat dengan mudah
memperoleh informasi tentang siapapun yang diinginkan. Seperti pernyataan Mc Luhan
(Ardial, 2010:161), bagi komunitas mengetahui situasi atau masalah-masalah bangsa
sangatlah luas dan komplek. Dengan kemampuannya untuk menyampaikan setiap
berita-berita yang perlu diketahui komunitas membuat media komunitas dapat
membangun opini, pengetahuan, dan solusi bagi khalayaknya.
Jurnalisme komunitas menjadi media informasi sekunder yang ikut berperan
dalam penyampaian informasi kepada publik. Mengangkat permasalahan-permasalahan
yang lebih luas yakni masalah politik, ekonomi, sosial, hukum bahkan wawasan
kebangsaan yang bermasalah di Indonesia. Berbeda dengan media konvensional yang
sering kita nikmati saat ini, hanya sedikit dari media konvensional yang menyajikan
informasi yang benar-benar mementingkan kepentingan rakyat. Biasanya informasi
97
dalam media konvensional seperti televisi hanya terbatas dalam program acara berita.
Informasinya pun hanya sebatas memberi tahu publik apa yang terjadi pada bangsa dan
lebih sering membentuk rasa binggung serta rasa cemas. Berbeda halnya dengan
jurnalisme komunitas yang melakukan kontrol terhadap lembaga pemerintahan.
Identik melakukan kritik terhadap pemerintah lewat tulisan-tulisannya pada
setiap rubrik, terutama Rubrik Intro Indonesia yang mengkritisi permasalahan bangsa.
Selaras dengan paradigma Hathaway (2001: 384), kritik dalam jurnalisme komunitas
dalam salah satu rubriknya yaitu Rubrik Intro Indonesia memberi tahu mengenai
berbagai aspek kehidupan bangsa yang berjalan baik dan tidak bisa berjalan baik
sehingga memotivasi publik untuk peka pada masalah bangsa.
Perspektif ini melakukan apapun yang dilihat, dirasakan dan dialaminya baik
yang terjadi di sekitar mereka sebagai sesuatu yang memang benar terjadi. Hal ini
sejalan dengan motto dari jurnalisme komunitas yaitu Koran Slank “polos dan apa
adanya”. Motto yang semula sebagai sebuah slogan, namun pada akhirnya kritik sosial
dalam Koran Slank menunjukkan kepentingannya dalam pemberitaan dengan membela
rakyat, yang selama ini ditindas, diabaikan dan dijadikan objek penderita oleh
pemerintah.
Pemerintah atau Presiden merupakan pemimpin yang ada di dalam sebuah
negara, mereka bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berjalan di dalam bangsa.
Tanggung jawab ini semakin berat karena mereka dipilih sendiri oleh rakyat. Namun,
berjalannya rakyat menyaksikan dan mengalami sendiri apa saja yang terjadi dan
tindakan pemerintah atau Presiden dalam mengatasi semua permasalah yang terjadi
98
pada bangsa. Pemerintah lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya,
dan mengabaikan kepentingan rakyat. Pemerintah terus memperkaya diri mereka
dengan semua fasilitas-fasilitas mewah yang dimiliki, dan lebih parahnya lagi tindakan
korupsi yang semakin marak terjadi di negara ini yang dilakukan oleh para pejabat
negara ini. Presiden, orang yang dianggap paling bertanggung jawab dalam
menyelesaikan setiap persoalan di negara ini. Bagaimana tidak, rakyat mulai
kehilangan rasa percaya dan hormat kepada pemimpin negara ini. Padahal sudah
seharusnya seorang pemimpin negara lebih mementingkan kepentingan rakyatnya.
Tidak hanya Presiden yang bermasalah, tetapi para jajaran pemerintahannya juga
ikut bermasalah. Bisa dilihat dari berbagai macam kasus korupsi yang justru dilakukan
oleh para pejabat negara. Anggota Dewan Perwakilan yang merupakan wakil rakyat,
mereka dipilih oleh rakyat dan justru mengecewakan rakyat dengan berbagai cara.
Salah satunya adalah menghabiskan uang rakyat dengan fasilitas-fasilitas mewah yang
mereka inginkan.
Jurnalisme komunitas yakni Koran Slank telah menjadi media dialog antar
anggotanya yang tidak dapat dianggap sepele seperti paradigma Hyot (Takard &
Severin, 2009: 290), sehingga menumbuhkan kesadaran kritis terhadap permasalahan
yang ada dan mencari solusi-solusi mandiri. Solusi untuk segera menentukan sikap,
tindakan dan cara berpikir menuju keadaan bangsa yang lebih baik, bagi khalayak yang
notabene adalah rakyat Indonesia untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya
informasi (“peka informasi”), minat diskusi untuk memahami masalah,
mengekspresikan gagasan atau pikiran maupun pengalaman melalui paparan informasi.
99
Apalagi khalayak akan percaya pada informasi dalam jurnalisme komunitas karena
wartawan berdiri pada posisi rakyat.
Di mana rakyat harus bisa bersikap kritis, jeli dan pintar untuk menghadapi dan
melihat sebuah permasalahan yang terjadi. Rakyat juga harus bisa menciptakan
kehidupan yang harmonis antara dirinya dengan sesama, sehingga tidak ada lagi
kekacauan yang diakibatkan oleh ulah pemerintah. Koran Slank ingin mengatakan
bahwa rakyat harus bisa menciptakan suasana damai yang disebut sebagai “suasana
peace dan luv” untuk bisa mendamaikan negeri ini. Rakyat harus bisa menjadi orang
yang berpikiran dewasa, di mana tidak mudah dibodohi oleh pemerintah yang hanya
mementingkan pribadi mereka sendiri. Kritik yang terdapat dalam jurnalisme
komunitas memberikan aspirasi kepada khalayak bahwa pemerintah harus bisa lebih
baik dalam kinerja mereka, jangan hanya mengumbar janji-janji manis yang tidak
pernah terealisasikan dengan benar dan membuat khalayak sebagai rakyat Indonesia
menjadi lebih pintar dalam menanggapi berbagai persoalan yang terjadi di negara ini.