Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai gambaran dari
manajemen konflik pasangan yang menikah dini. Gambaran mengenai bagaimana
pasangan yang menikah dini bisa menyelesaikan konflik yang ada dalam rumah
tangga mereka sehingga tidak terjadi adanya perceraian.
A. Deskripsi Pasangan Penelitian
1. Identitas Pasangan yang Menikah Dini
Tabel 1. Identitas Subjek
Pasangan A B C D
Istri AI S SA KL
Suami M JI HF MF
Usia Menikah 16 Tahun / 18
Tahun
15 Tahun / 17
Tahun
15 Tahun/ >18
Tahun
16 Tahun / >18
Tahun
Usia Saat ini 19 Tahun / 22
Tahun
20 Tahun/ 22
Tahun
19 Tahun/ 23
Tahun
20 Tahun/ 22
Tahun
Lama
Menikah
3 Tahun 5 Tahun 4 Tahun 4 Tahun
Pendidikan
Terakhir
SMP/SMP MTS /SD SD/SMP SMP/SMP
Pekerjaan Ibu rumah
tangga/Buruh
Tani
Ibu rumah
tangga/Penjaga
Toko
Ibu Rumah
Tangga
/Wiraswasta
Ibu rumah
tangga/Buruh
Tani
Tabel 1 menggambarkan adanya kesesuaian antara pemilihan pasangan
dengan kriteria dalam penelitian ini. Ke empat pasangan tersebut menikah diusia
dini yakni dibawah 18 tahun.
33
2. Deskripsi Pasangan yang Menikah Dini
a. Pasangan A
1) Subjek AI
Subjek AI lahir di kota X tahun 1997. Subjek memiliki 4 saudara dan
subjek merupakan anak bungsu dikeluarganya. Ayah subjek meninggal waktu
subjek sekolah TK, subjek melanjutkan sekolah SD SMK di biayai oleh ibunya
dan waktu kelas 6 SD ibu subjek menikah lagi . Subjek dijodohkan oleh ibunya
pada saat subjek sekolah SMK kelas satu, pada saat itu ayah subjek hanya diam
saja melihat anak tirinya dijodohkan. Subjek dinikahkan diusia 16 tahun dan
suami subjek berusia 19 tahun, saat ini usia penikahan subjek berusia tiga tahun
dan dikaruniai anak laki-laki berusia satu tahun.
2) Subjek M
Namanya M berusia 22 tahun, terlahir sebagai anak bungsu dikeluarganya.
Dia memiliki sauadara laki-laki yang kini juga sudah menikah. M bekerja sebagai
buruh tani dengan pendidikan terakhir SMP. Alasan M menerima perjodohan
yang dilakukan oleh ibunya karena merasa kasihan kepada ibunya yang sudah tua
terlebih ibunya memiliki keinginan agar semua anaknya cepat menikah. Dari hasil
pernikahannya subjek dikaruniai anak laki-laki berusia satu tahun.
b. Pasangan B
1) Subjek JI
Subjek JI merupakan anak tunggal yang ditinggal di pesisir desa X. Ayah
subjek meninggal diusia subjek yang masih anak-anak, ibu subjek memutuskan
menikah lagi. Sejak meninggalnya ayah, subjek tinggal dirumah saudaranya yang
masih merupakan adik dari ayah subjek. Subjek lulusan SD dan tidak melanjutkan
34
sekolah karena keterbatasan biaya, setelah lulus SD subjek bekerja dipasar dan
alasan utama subjek memutuskan menikah karena subjek merasa tidak enak
tinggal dirumah saudara tanpa melakukan apa-apa. Berawal dari kerja dipasar,
subjek dijodohkan oleh paman dari istrinya, subjek memutuskan untuk menerima
perjodohan ini karena merasa subjek ingin beristirahat dengan tenang selepas
kerja. Menurutnya, subjek berkerja seharian penuh tanpa istirahat, subjek ingin
beristirahat tetapi merasa tidak enak dengan saudara yang menanmpungnya
sehingga memaksa subjek terus bekerja selepas pulang kerja dipasar. Merasa
hidupnya lelah dengan pekerjaan tanpa ada yang merawat membuat subjek
memutuskan untuk menikah diusia muda. Subjek menikah diusia 17 tahun dan
istri subjek berusia 15 tahun. Saat ini subjek dikaruniai anak 1 yang berusia 4
tahun diusia pernikahan yang ke 5 tahun.
2) Subjek S
Subjek S merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, subjek memiliki
kakak laki-laki yang kini juga sudah menikah. Pendidikan terakhir subjek adalah
MTS di pondok X, subjek tidak melanjutkan pendidikan dikarenakan keterbatasan
biaya sehingga orangtua subjek memutuskan subjek untuk berhenti mondok. Usia
subjek saat ini adalah 20 tahun.
Awal mula subjek menikah karena dijodohkan, calon suaminya merupakan
pilihan dari pamannya dan orangtua subjek menyukai calon tersebut dikarenakan
memiliki perilaku dan sikap yang cocok dengan kedua orangtua subjek. Subjek
terpaksa menerima perjodohan tersebut dikarenakan adanya ancaman dari
orangtua subjek itu sendiri dan juga subjek tidak ada kesibukan selain mengajar
TPQ yang berada disamping rumahnya.
35
c. Pasangan C
1) Subjek HF
Subjek HF lahir dikota X pada, subjek memiliki 2 saudara dan subjek
sendiri merupakan anak sulung dalam keluarganya. Subjek tinggal di desa X
bersama dengan orang tuanya. Subjek berhenti sekolah dikelas dua SMA karena
keterbatasan biaya, orang tua subjek bekerja sebagai buruh tani dan ibu subjek
sebagai rumah tangga. Bermodal ijazah SMP, subjek melamar pekerjaan dipabrik
dan diterima hingga saat ini. Diumur yang masih belum genap 19 tahun, subjek
memutuskan untuk menikah, tujuan menikah yang dilakukan subjek agar punya
motivasi saat kerja untuk menghidupi anak istri. Subjek menikah dengan istrinya
yang masih sekolah kelas SMP diusia 15 tahun. Saat ini usia pernikahan subjek
dengan istri adalah 4 tahun dan dikaruniai anak perempuan berusia tiga tahun.
2) Subjek SA
SA merupakan anak tunggal yang saat ini berusia 19 tahun. Subjek
menikah diusia 15 tahun. Subjek memutuskan menikah karena subjek sudah tidak
lagi ingin melanjutkan pendidikannya yang saat itu sudah kelas IX SMP, subjek
merasa sudah malas untuk belajar. Saat ini subjek dikaruniai anak yang berusia
tiga tahun dengan usia pernikahan empat tahun.
36
d. Pasangan D
1) Subjek KL
Subjek KL lahir di kota X ditahun 1998. Subjek merupakan anak pertama
dari dua bersaudara, subjek memiliki adik laki-laki. Subjek lulusan SMP ditempat
ia tinggal dan tidak melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi karena subjek
merasa dirinya tidak mampu untuk memikirkan masalah sekolah karena subjek
memiliki pengalaman tidak naik kelas sehingga setelah lulus SMP subjek
memutuskan untuk bekerja di toko emas. Subjek dijodohkan oleh saudaranya dan
orangtua subjek setuju tanpa memberitahu bahwa subjek akan dinikahkan. Subjek
menikah diusia 16 tahun dan suami subjek berusia kurang dari 19 tahun. Saat ini
subjek memiliki anak berusia 2 tahun diusia pernikahan yang ke 4 tahun.
2) Subjek MF
Namanya MF dengan pendidikan terakhir SMP, pekerjaannya sebagai
buruh tani dan menikah diusia kurang dari 19 tahun. subjek menikah dari hasil
perjodohan yang dilakukan oleh paman subjek, paman subjek merasa bahwa
subjek bekerja disawah sudah sukses yang dibuktikan dengan selama bekerja
disawah hasil panen selalu menguntungkan sehingga subjek ditawarkan kepada
teman dari pamannya yang pada saat itu memiliki sawah tetapi tidak ada yang
mau mengolah sawah tersebut. Subjek memutuskan menikah karena perempuan
yang hendak dinikahi memilki paras yang cantik.
37
3. Observasi
a. Pasangan A
1) Observasi 1
Pertemuan ke : 1
Tempat : Rumah Subjek
Tanggal/Waktu : 30 Juli 2017 / 18:00
Observasi hari pertama dilakukan dirumah tempat pasangan A tinggal.
Peneliti sengaja memilih rumah pasangan A sebagai tempat wawancara agar
pasangan A merasa nyaman dalam bercerita dan tidak membuat repot pasangan A
apabila wawancara dilakukan diluar rumah dan juga ini merupakan kali pertama
dilakukannya wawancara. Pertama kali peneliti mendatangi rumah pasangan A,
terlihat sedang di dalam rumah berkumpul dengan anggota keluarga dari suami
karena tempat tinggal yang ditempatinya merupakan rumah dari suami. Kedua
subjek mengenakan baju santai dan istri mamakai kerudung, kegiatan yang
dilakukan sebelum peneliti datang ialah istri sedang menyuapi anak makan sambil
bermain di ruang tamu. Ketika mengetahui peneliti datang, subjek membukakan
pintu dan mempersilahkan masuk untuk duduk di kursi pojok bagian kanan,
tempat duduk sengaja dipilih oleh subjek agar disaat wawancara belangsung tidak
diganggu oleh suara-suara dari jalanan dan suara subjek tidak didengar oleh
anggota keluarga yang lain.
Sebelum wawancara dimulai, peneliti berkenalan dengan pasangan A lebih
mendalam, peneliti memperkenalkan diri secara singkat untuk menjelaskan tujuan
dari dilakukannya wawancara dan meminta kesediaannya kedua subjek untuk
dijadikan subjek penelitian berdasarkan kriteria penelitian. Ketika kedua subjek
38
mengatakan bersedia, selanjutnya peneliti memberikan lembar kesetujuan
penelitian berupa inform concent dengan tujuan bahwa semua data yang diberikan
oleh kedua subjek murni untuk penelitian dan ditanda tangani oleh kedua subjek.
Selanjutanya sesi wawancara hari pertama dilakukan dengan memperkenalkan
identitas kedua subjek, latar belakang kehidupan kedua subjek dan diselingi
dengan pertanyaan diluar konteks seperti perayaan lomba yang akan dilakukan
dibulan agustus. Tujuannya adalah untuk membangun report dengan kedua subjek
dan keluarganya agar tidak tegang dan gugup.
2) Observasi 2
Pertemuan ke : 2
Tempat : Rumah subjek
Pada tanggal 01 Agustus 2017, pukul 18:30-19:40, dilakukan observasi
kedua dirumah pasangan A, namun kali ini hanya salah satu pasangan yang akan
diwawancara yaitu AI selaku pihak istri. Wawancara akan tetap dilakukan
dirumah pasangan A agar subjek merasa tenang tidak terburu-buru berada diluar
rumah. Pada saat peneliti datang kerumahnya, subjek sedang menyapu lantai teras
rumah dan diruang tamu terlihat ada anak, mertua dan suami. Subjek menyambut
kedatangan peneliti dan meminta maaf karena masih nyapu lantai, kemudian
menyuruhnya untuk masuk dan duduk ditempat yang sama seperti kali pertama
peneliti mendatangi rumah subjek. Subjek telihat segar dengan baju santai dan
kerudung yang melekat dikepala subjek.
Sebelum duduk untuk memulai wawancara, subjek masih sibuk
membereskan mainan yang berantakan. Sesekali mengajak peneliti bicara
mengenai kegiatan yang dilakukan hari ini dan peneliti juga sesekali mengajak
39
main anak subjek dengan mencoret-coret di kertas. Selesai dengan kegiatannya,
subjek duduk di dekat peneliti dengan tujuan suara subjek terdengar jelas dan hal
itu dilakukan sesuai dengan keinginan subjek, peneliti hanya mengikuti kemauan
subjek agar pada saat wawancara berlangsung subjek terlihat nyaman. Subjek
duduk santai dengan tubuh menghadap sepenuhnya ke peneliti dan posisi kaki
sesekali berganti posisi serta subjek menjawab semua pertanyaan dari peneliti
dengan suara bisik-bisik sambil sesekali menoleh ke ibu mertuanya yang pada
saat itu juga menyaksikan proses wawancara.
Subjek mengecilkan volume suara agar apa yang dikeluh kesahkan selama
menjalani pernikahan tidak terdengar oleh ibu mertuanya, hal tersebut diungkap
selama wawancara berlangsung dan meminta peneliti juga ikut melakukan hal
sama bahkan ketika peneliti mengeraskan volume suara, subjek memperingatkan
agar tetap menurukan volume suara tersebut dengan memberikan kode kedipan
mata dan meletakkan telunjuk di tengah bibir.
Selama wawancara berlangsung, subjek terlihat antusias menjawab segala
pertanyaan dari peneliti dengan menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda saat
menceritakan masalah rumah tangganya. Terkadang subjek merasa bingung untuk
menceritakan masalah karena keterbatasan bahasa yang harus digunakan sehingga
selama proses wawancara subjek menjawab dengan menggunakan bahasa madura.
Ditengah-tengah wawancara berlangsung, anak subjek menangis meminta sesuatu
sehingga proses wawancara dijeda sebentar untuk mendiamkan anaknya terlebih
dahulu, ketika dirasa sudah tenang dan anak kembali bermain maka subjek akan
melanjutkan cerita yang sempat tertunda hingga sesi wawancara selesai.
40
Pada tanggal 29 agustus 2017, dilakukan observasi dirumah pasangan A,
kali ini adalah pihak suami, karena kesibukan suami tanggal wawancara tidak
sama dengan istri. Mengetahui peneliti datang, istri subjek membuka pintu dan
mempersilahkan peneliti masuk. Subjek mengenakan baju koko dan sarung sambil
memegang hp, subjek terlihat siap untuk wawancara sebab subjek langsung
meminta peneliti untuk memulai wawancara. Selama wawancara berlangsung,
subjek duduk berhadapan dengan peneliti yang di pisahkan oleh meja, subjek
duduk dengan kaki kanan dipangku diatas kiri dan menjawab semua pertanyaan
peneliti dengan lancar tanpa ada gangguan dari anak hingga sesi wawancara
selesai..
3) Observasi 3
Pertemuan ke : 3
Tempat : Rumah subjek
Pada tanggal 08 Agustus 2017, pukul 18:00-19:30 dilakukan observasi
ketiga merupakan observasi terakhir dikarenakan wawancara yang akan dilakukan
merupakan wawancara terakhir. Sama seperti sebelumnya, peneliti melakukan
wawancara terhadap istri dengan mendatangi rumah pasangan di jam yang sama.
Ketika peneliti datang, subjek sedang duduk di depan tv menemani anaknya
menonton tayangan upin dan ipin. Mengetahui peneliti datang, subjek
menghampiri dan menyuruhnya masuk. Peneliti duduk ditempat yang sama yaitu
di pojokan karena memang dari awal hal tersebut permintaan dari subjek sendiri.
Subjek meminta peneliti untuk langsung diwawancara, selama wawancara
berlangsung, anak subjek menangis karena makanannya dimakan oleh subjek
sendiri. Wawancara di jeda subjek untuk mendiamkan tangisan anaknya, setelah
41
anaknya diam dan main lagi subjek melanjutkan wawancara. Selang beberapa
menit, suami subjek memanggil subjek, subjek datang menghampiri suami dan
melanjutkan wawancara lagi. Setalah itu wawancara berjalan dengan lancar tanpa
hambatan lagi. Wawancara berlangsung selama satu jam setengah karena adanya
hambatan-hambatan dan yang terakhir juga subjek sambil curhat diluar konteks
terkait lomba agustusan yang diikuti.
Pada tanggal 03 september 2017, dilakukan wawancara terhadap suami
AI. Wawancara dilakukan dibulan selanjutnya karena selama bulan agustus subjek
disibukkan dengan acara agustusan. Sama halnya seperti wawancara kedua,
subjek terliohat santai dengan baju kaos oblong dan celana pendeknya.
Mengetahui subjek datang, subjek meminta peneliti untuk duduk terlebih dahulu
dan meminta istri untuk menemani subjek untuk diwawancara. Selama wawancara
berlangsung, subjek terlihat santai dalam menjawab tanpa ada gerakan yang
dilakukan dan dapat menajwab dengan lancar hingga wawancara selesai.
b. Pasangan B
1) Observasi 1
Pertemuan ke : 1
Tempat : Rumah subjek
Tanggal/Waktu : 31 Juli 2017/ 18:00-19:00
Observasi pertama dilakukan ketika peneliti mendatangi rumah pasangan
B untuk dilakuakn wawancara pertama. Wawancara dilakukan dirumah pasangan
B karena pelaksanaan wawancara di malam hari sehingga tidak memungkinkan
peneliti untuk melakukan wawancara diluar rumah.
42
Pertama kali peneliti mendatangi rumah pasangan B, kedua subjek sedang
menemani anak menonton tv tayangan upin dan ipin. Mengetahui kedatangan
peneliti, istri langsung membukakan pintu dan mempersilahkan masuk. Peneliti
duduk di kursi yang memang sudah disediakan diruang tamu ditemani oleh istri
yang kemudian disusul oleh suami.
Sebelum melakukan wawancara terkait tema penelitian yang peneliti kaji,
peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan
dilakukannya wawancara, kemudian meminta kesediaan kedua subjek untuk
dijadikan subjek penelitian berdasarkan kriteria yang peneliti buat dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kedua subjek menyetujui untuk
dilakukannya wawancara, kemudian peneliti memberikan lembar persetujuan
penelitian berupa inform concent yang menyatakan kesediaan dan terdapat tanda
tangan responden.
Wawancara pertama dilakukan dengan memperkenalkan identitas diri
masing-masing subjek dan latar belakang yang mendasari pernikahan, kemudian
bertanya-tanya terkait konteks penelitian. Saat wawancara, suami ditemani oleh
istri yang duduk di sampingnya. Posisi suami yaitu JI terlihat santai dengan
bersila dikursi, terkadang memainkan hape, dan menyandarkan punggungnya.
Suasana wawancara memberikan kesan santai karena pembawaan dari JI yang
humoris tidak tegang, hanya saja pasangan B bingung dalam menggunakan
bahasa indonesia saat memperkenalkan diri dan menceritakan sedikit tentang
pernikahannya. Sehingga peneliti mempersilahkan pasangan B menggunakan
bahasa sehari-hari yaitu bahasa madura.
2) Observasi 2
43
Pertemuan ke : 2
Tempat : Rumah subjek
Pada tanggal 02 Agustus 2017 pukul 18:30-19:40 dilakukan observasi
kedua dirumah pasangan B, wawancara kali ini dilakukan kepada pihak suami
yaitu JI. Pemilihan tempat ini sengaja dibuat peneliti mengingat waktu kosong
atau waktu santai subjek malam hari. Selama wawancara subjek juga akan
ditemani oleh istri subjek agar subjek merasa nyaman dan tidak menimbulkan
fitnah.
Ketika peneliti mendatangi rumah subjek, istri subjek membukakan pintu
dan mempersilahkan peneliti masuk dan duduk, memberitahu bahwa subjek masih
diluar karena ada urusan yang harus diurus. Istri subjek masuk ke dalam rumah
setelah mempersilahkan peneliti masuk, tidak lama setelah itu subjek datang dari
luar dan meminta maaf karena sudah membuat menunggu kedatangan subjek,
kemudian istri subjek juga keluar dengan membawa minuman untuk peneliti.
Peneliti membuka pembicaraan dengan menanyakan kabar terlebih dahulu
kepada subjek dan istri. Tiba-tiba saja anak subjek juga ikutan menemani subjek
dengan duduk di sebalah istri subjek, namun tidak lama duduk anak subjek
meminta istri subjek menemani untuk bermain dilantai dengan menggunakan
kertas origami. Wawancara kedua ini juga terlihat santai, hanya saja subjek masih
kesulitan dalam menggunakan bahasa sehingga peneliti mempersilahkan subjek
menggunakan bahasa yang biasa subjek gunakan sehari-hari.
Wawancara kedua ini langsung menanyakan terkait pernikahan yang
dilakukan oleh subjek beserta konflik dan menajemen konflik yang digunakan.
Subjek menjawab dengan santai dan terkadang juga diselingi dengan humor-
44
humor jadi proses wawancara tidak terlalu tegang. Terlebih posisi subjek masih
sama dengan wawancara pertama yaitu posisi duduk bersila di kursi dan
menyandarkan punggung. Wawancara berlangsung selama kurang dari satu jam
dan subjek menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
Pada tanggal 01 agustus 2017 pukul 08 pagi dilakukan wawancara kedua
kepada istri yaitu S di sekolah dimana anak subjek bersekolah. Tempat
wawancara dipilih subjek karena subjek merasa lebih nyaman ketika wawancara
pada saat anak sekolah, tujuannya adalah untuk terhindar dari gangguan anak pada
saat berlangsungnya wawancara. Selama wawancara berlangsung, subjek terlihat
ragu-ragu saat menjawab pertanyaan peneliti, subjek merasa bingung dalam
menjawab karena keterbatasan bahasa yang digunakan sehingga peneliti
menyarankan subjek untuk menggunakan bahsaa sehari-hari. Pada saat menjawab,
subjek seringkali memainkan jari tangan dan perilaku tersebut dilakukan subjek
hingga wawancara selesai.
3) Observasi 3
Pertemuan ke : 3
Tempat : Rumah subjek
Pada tanggal 09 agustus 2017 pukul 18:30 dilakukan wawancara ketiga
dirumah pasangan B. Wawancara dilakukan kepada JI. Selama wawancara
berlangsung, subjek terlihat santai seperti wawancara sebelumnya. Selama
wawancara, sering kali subjek mengajak bercanda agar wawancara tidak tegang.
Perilaku yang nampak sama seperti wawancara sebelumnya, yaitu subjek duduk
bersila, sesekali mengecek hape, menggoda istri dan lain sebagainya. Sedangkan
pada tanggal 29 agustus 2017 dilakukan wawancara kepada istri JI disekolah
45
tempat anaknya sekolah. Wawancara dapat berlangsung dengan lancar tanpa
merasa bingung dengan bahasa yang digunakan. Subjek tampak lebih nyaman
dalam menjawab dan tidak lagi memainkan jari pada saat menjawabnya.
c. Pasangan C
1) Observasi 1
Pertemuan ke : 1
Tempat : Rumah subjek
Tanggal/Waktu : 01 Agustus 2017/ 16:00-16:30
Observasi dilakukan dirumah pasangan C pada saat wawancara.
Wawancara pertama dilakukan dengan mengenalkan diri kepada peneliti dan
peneliti juga melakukan hal yang sama serta menjelaskan maksud dari penelitian
yang dilakukan ini. Ketika kedua subjek bersedia untuk menjadi responden dalam
penelitian ini, maka peneliti menyerahkan lembar persetujuan penelitian berupa
inform concent dengan tujuan bahwa data yang diperoleh hanya digunakan untuk
penelitian saja. Wawancara pertama dilakukan untuk membangun report antar
peneliti dan kedua subjek sehingga konteksnya sedikit keluar dari tema peneliti.
Ketika peneliti datang kerumah pasangan C, kedua subjek terlihat duduk
diruang tamu bersama anaknya,. Pihak suami yaitu HF memakai baju hem dan
sarung, sedangkan istrinya yaitu SA memakai daster dan terlihat sedang
mengandung. HF mempersilahkan peneliti masuk dan duduk, sedangkan istrinya
masuk kedalam membuatkan minum. Dilantai samping kursi terdapat kasur lantai
dan bantal sebagai tempat tidur anak.
46
Suasana saat wawancara pertama terkesan datar, karena HF tidak
menunjukkan ekpresi apapun kecuali senyum sesekali ketika peneliti mencairkan
suasana, sedangkan SA terlihat biasa.
2) Observasi 2
Pertemuan ke : 2
Tempat : Rumah subjek
Pertemuan kedua tetap dilalakukan dirumah subjek pada tanggal 03
agustus 2017 pukul 18:30, observasi dimulai ketika peneliti mendatnagi rumah
pasangan C hingga wawancara berakhir. Pada saat peneliti tiba dirumahnya,
kedua subjek terlihat tengah duduk bersantai sambil memainkan hp, HF memakai
pakaian koko yang masih lengkap dengan sarung beserta kopiyah yang masih
melekat di ditubuhnya.
Wawancara dilakukan kepada HF, selama wawancara berlangsung, subjek
menjawab semua pertanyaan yang peneliti ajukan. Wawancara juga ditemani oleh
istrinya yang saat itu sedang menyuapi anaknya makan. Namun, subjek tidak
merasa terganggu dan dapat menjawab dengan apa yang dialami subjek, sesekali
subjek memikirkan kata-kata yang cocok untuk menjawab pertanyaan subjek,
karena bahasa subjek yang menggunakan bahasa madura. Sesekali subjek tertawa
ketika melihat anaknya bergojet menirukan gerakan yang dilakukan oleh tayangan
televisi. Wawancara berlangsung selama kurang lebih satu jam.
Pada tanggal 08 agustus dilakukan wawancara kepada SA yang
merupakan istri HF. Pada saat peneliti datang ke rumah SA, terlihat SA sedang
duduk didepan rumah bersama dengan ibu subjek dan beberapa tetangga, subjek
terlihat sedang membicarakan sesuatu bersama dengan tetangganya. Mengetahui
47
peneliti datang, subjek pamit masuk ke dalam dan mempersilahkan peneliti
masuk. Setelah basa basi menanyakan kabar, akhirnya subjek bersedia untuk
melanjutkan wawancara. Selama wawancara berlangsung, subjek telihat santai
dalam menjawab semua pertanyaan peneliti, sesekali tertawa pada saat menjawab
pertanyaan yang menurutnya lucu. Setiap kali subjek menjawab pertanyaan,
tangan subjek juga ikut digerakkan sesuai dengan apa yang di bicarakan.
3) Observasi 3
Pertemuan ke : 3
Tempat : Rumah subjek
Wawancara ketiga dilakukan dirumah pasangan C pada tanggal 07 agustus
2017 kepada HF. Sebelum peneliti masuk, subjek terlihat sedang duduk diruang
tamu sambil menonton tv. Mengetahui peneliti sudah datang, subjek
mempersilahkan peneliti masuk dan berbasa basi terlebih dahulu sebelum
memulai wawancara, setelah itu subjek meminta wawancara untuk segera dimulai
agar lebih cepat selesai. Selama wawancara berlangsung, subjek terlihat mulai
santai dengan posisi duduk menyandar dikursi, kaki kanan dipangku kaki kiri,
tangan sambil memainkan hp dengan memutar-mutar, serta sesekali subjek
tertawa ketika menjawa pertanyaan subjek yang menurutnya lucu.
Pada tanggal 29 agustus 2017, wawancara dilakukan istri HF yaitu SA,
wawancara dilakukan dipagi hari pukul 09 pagi. Subjek mengenakan baju daster
rumahan dan sedang menemani anaknya bermain di depan rumah. Pada saat
peneliti mulai mendekat, subjek bergegas bangun menyambut peneliti dan
mempersilahkan masuk, setelah itu peneliti meminta subjek untuk langsung
wawancara. Selama wawancara berlangsung subjek dapat menjawab pertanyaan
48
dengan lancar dengan menggunakan bahasa madura, sesekali dahi subjek
mengernyit ketika subjek tidak paham dengan pertanyaan peneliti sehingga
peneliti terkadang harus menterjemahkan ke dalam bahsa madura agar subjek
memahaminya.
d. Pasangan D
1) Observasi 1
Pertemuan ke : 1
Tempat : Rumah subjek
Observasi dilakukan dirumah pasangan D pada tanggal 30 Juli 2017 pukul
14.30-15.10, wawancara dilakukan kepada pihak istri yaitu KL. Mengetahui
peneliti datang setelah mengetuk pintu, setelah nunggu beberapa menit subjek
membukakan pintu dan meminta maaf karena masih menitipkan anak ke ibunya
yang berada disamping rumahnya. Subjek mempersilahkan peneliti masuk dan
duduk di kursi yang sudah ada diruang tamu, lalu kemudian masuk ke dalam
menyiapkan minuman.
Subjek KL memiliki tubuh tinggi, sedikit berisi, kulit putih dan rambut
sebahu. Subjek menganakan pakain rumahan berupa daster batik. Subjek duduk
disamping peneliti dan meminta untuk memulai wawancara. Peneliti mulai
meperkenalkan diri secara singkat dan menjelaskan maksud dan tujuan dari
wawancara yang dilakukan ini, ketika subjek menyetujui untuk dijadikan sebagai
subjek penelitian, peneliti memberikan lembar inform concent untuk di tanda
tangani. Lalu memulai wawancara, wawancara pertama hanya digunakan untuk
49
berkenalan dengan subjek agar terciptanya raport sehingga untuk wawancara
selanjutnya subjek merasa nyaman.
Subjek memperkenalkan diri dan menceritakan latar belakang
pernikahannya, awal mula dia tunangan hingga nikah. Subjek KL adalah orang
yang mudah berbaur dan tidak sungkan-sungkan menceritakan apa saja yang
terjadi bahkan diluar konteks pertanyaan. Setelah semua pertanyaan yang
dilontarkan peneliti selesai dijawab subjek, subjek meminta peneliti untuk minum
minuman yang sudah dibuatkan dan mulai tanya-tanya terkait kuliah dan
mengetahui informasi tentang pernikahan dini yang dilakukan subjek dari siapa.
Wawancara pertama berlangsung singkat kurang dari satu jam.
Pada tanggal 12 agustus 2017dilakukan observasi pertama kepada suami
KL yaitu MF. Pada saat peneliti datang kerumah subjek, disambut oleh KL dan
mempersilahkan peneliti untuk masuk dan duduk di kursi yang sudah disediakan.
MF memiliki kulit putih, tinggi dengan rambut hitam legam, memakai kaos
oblong dan celana pendek. Selama wawancara, subjek ditemani oleh istri yang
juga duduk disamping suami. Tidak banyak gerakan non verbal yang ditunjukkan
oleh subjek selama wawancara berlangsung, hanya sesekali seperti mengganti
posisi duduk dan menggerakkan tangan ketika berbicara.
Sama halnmya dengan wawancara pertama kepada istri MF, peneliti mulai
meperkenalkan diri secara singkat dan menjelaskan maksud dan tujuan dari
wawancara yang dilakukan ini, ketika subjek menyetujui untuk dijadikan sebagai
subjek penelitian, peneliti memberikan lembar inform concent untuk di tanda
tangani. Lalu memulai wawancara, wawancara pertama hanya digunakan untuk
50
berkenalan dengan subjek agar terciptanya raport sehingga untuk wawancara
selanjutnya subjek merasa nyaman.
2) Observasi 2
Pertemuan ke : 2
Tempat : Rumah subjek
Pada tanggal 05 Agustus 2017 pukul 15.00, wawancara kedua tetap
dilakukan dirumah pasangan D kepada KL dijam yang sama seperti sebelumnya
dan pemilihan waktu tersebut ditentukan oleh suibjek KL. Peneliti mendatangi
rumah subjek untuk yang kedua kali, subjek telihat sedang bermain menemani
anaknya yang berusia 1,5 tahun di depan teras rumahnya. Rumah subjek terletak
dipinggir jalan raya sehingga teras rumahnya dibatasi oleh pagar agar anak subjek
tidak keluar rumah saat subjek tengah lengah. Melihat peneliti datang, subjek
langsung membuka pagar rumah dan mempersilahkan masuk.
Peneliti melihat subjek yang tengah menemani anaknya, subjek terlihat
biasa aja tidak menunjukkan kalau dia tertarik untuk main bersama anaknya,
subjek hanya mengawasi saja. Setelah itu subjek mengambil anaknya untuk
diberikan ke pada ibunya agar tidak mengganggu jalannya wawancara, karena
menurut subjek anaknya akan mengganggu orang yang datang kerumahnya.
Subjek kembali meninggalkan peneliti diruang tamu, keadaan rumah subjek
terlihata masih sama seperti sebelumnya yaitu sepi.
Saat menanyakan apakah subjek tidak tinggal dengan orang tua, subjek
mengatakan tidak tinggal bersama orang tua sejak menikah. Subjek tinggal
dirumah berbeda dengan orangtua subjek yang treltak disebelah rumah subjek.
Setelah subjek kembali, wawancara dimulai. Subjek menjawab pertanyaan dengan
51
santai dengan posisi duduk kaki di tekuk dan gerakan tangan saat berbicara.
Terlihat juga ketika subjek mengingat konflik yang terjadi dirumah tangganya.
Pada tanggal 20 Agustus 2017, dilakukan wawancara kedua kepada MF.
Subjek terlihat sedang menyuci motor disamping rumahnya, mengetahui peneliti
datang, subjek segera mengakhiri pekerjaannya dan menemui peneliti. Selama
wawancara berlangsung, subjek sering kali menghadap keatas, menggerakkan
tangan ketika berbicara, dan mengganti posisi duduknya.
3) Observasi 3
Pertemuan ke : 3
Tempat : Rumah subjek
Tanggal / Waktu : 10 Agustus 2017/15.00-16.30
Observasi ketiga ini adalah observasi terakhir karena wawancara yang
dilakukan juga merupakan wawancara terakhir kepada subjek KL. Subjek
mendatangi subjek sesuai dengan jam yang yang sudah dijanjikan oleh kedua
belah pihak. Saat subjek datang, rumah tampak sepi tetapi pagar depan sedikit
terbuka jadi peneliti langsung masuk dan mengetuk pintu. Setelah menunggu
beberapa menit, akhirnya subjek membukan pintu setelah peneliti telpon. Subjek
datang dan langsung meminta maaf karena menunggu lama, hal tersebut
disebabkan subjek tengah memandikan anaknya yang mau diajak ibunya kerumah
bu lek.
Setelah mempersilahkan masuk, peneliti masih menunggu subjek yang
masih sibuk dengan anaknya yang tidak mau dipakaikan baju. Subjek terlihat
kesal dengan memaksa memasukkan baju ke anak yang gerak sana sini sehingga
kepala anak terbentur pojokan dinding dan menangis. Anak tidak kunjung diam,
52
akhirnya suami yang mengganti alih tugas subjek, dengan telaten subjek
menenangkan anak yang tengah menagis, setelah diam suami subjek baru
menyelesaikan ganti baju anak hingga selesai.
Subjek akhirnya menghampiri peneliti dan meminta maaf atas apa yang
dilihatnya, menurut subjek kejadian ini sering terjadi ketika anaknya mau diajak
jalan tapi tidak mau dipakaikan baju. Melihat subjek sudah siap untuk
diwawancara, peneliti akhirnya memulai wawancara ketiga dengan lancar. Subjek
terlihat santai dalam menjawabnya dan dapat menjawab dengan baik. Wawancara
berlangsung selama satu jam lebih karena ada hambatan tadi.
53
B. Hasil Penelitian
1. Reduksi Hasil Wawancara
a. Pasangan A
1) Subjek AI (istri)
2) Subjek M (Suami)
Tabel 2. Reduksi Data Pasangan A
Tema Sub Tema Bagian Verbatim
Manajemen
konflik
Kompetisi :
cenderung agresif,
memaksakan
kehendak dan
berusaha untuk
menang tanpa ada
keinginan untuk
menyesuaikan
tujuan dan
keinginannya
dengan orang lain
Berdebat dan
membantah
Mon ngkok ye tepak’en ngigir
lah ye, alaben rua. bit abiten
rua binih se ngalah.... (istri
membantah apa yang saya
katakan ketika saya sedang
marah, lama kelamaan istri
yang memilih untuk
mengalah) (M-W2-B20)
…ngomong-ngomong
motemmoh lah lanjeng pas
elatjhe, atokar lah. Saleng
nyaot ruah dek... ye ngalah
saya dek, ngalah ria makle tak
lanjeng, (...ketika sedang
membahas sesuatu dan tidak
sependapat, menimbulkan
pertengkaran karena saling
menyauti... akhirnya saya
ngalah ketika tidak
menemukan titik temu)(AI-
W2-B90)
*istri memilih untuk
mengalah agar tidak
menimbulkan pertengkaran
54
yang berkepanjangan
Menyatakan
posisi secara jelas
(Suami/Istri)
Ngkok cemburuan orenga,
terus mantannah tang lake ria
gik ngehubungin mlolo (saya
itu tipe orang yang
cemburuan, terlebih ketika
mantan pacar suami saya
masih terus menghubunginya)
(AI-W3-B520)
Iya bini cemburuan sarah, apa
ye kan lah mare kabin santai
bei tak kerah buruh kok.
Ngkok mon setia ye setia lah
hahhaa.(iya istri saya tipe
orang yang cemburuan,
padahal saya orangnya
setia)(M-W3-B110)
Berpegang teguh
pada pendiriannya
Ye pancet melleh kok... (saya
tetap beli...) (M-W2-B30)
Beh mon lake ria anoh
langsung melle lah.
Makek’enah tak ebeghi ye
paggun melleh...(kalau suami
langsung beli meskipun tidak
saya ijinkan.) (AI-W2-B250)
Menggunakan
berbagai taktik
mempengaruhi
Ngerayu kok dek,... Pokok
lah alasan cem-macem ruah
dek,...(saya merayu
dek...pokoknya pakai alasan
yang sekiranya dibolehin
dek,...) (AI-W2-B170)
55
… mon rua (istri) ria njek
arayu lah se bisa gebey
salenan can, se gebey kalmbi
main can, se riah can. Pokok
atek-clettek lah mon lah tak
egebhi roh (kalau itu (istri)
merayu saya dengan berbagai
alasan seperti bisa dibuat
main, baju ganti, dan segala
macamnya. Pokoknya pakai
alasan yang sekiranya saya
mengijinkan untuk beli) (M-
W3-B110-120)
Kolaborasi :
Solusi berupa
alternatif lain
yang bukan tujuan
kedua belah pihak
yang terlibat
konflik tetapi
kedua belah pihak
sepenuhnya puas
dengan solusi
tersebut
Mendengarkan
dengan baik yang
dikemukakan
lawan konflik
... ngkok rua terro melle
kulkas can ngkok ma’le
nyaman ding nyabek bereng
rua, ding tang lake terro
melle salon polaen suara
salonna tak nyaman lah.
Griduh lah dek, (saya itu
ingin beli kulkas, kata saya itu
biar enak kalau meletakkan
barang, sedangkan suami saya
ingin beli salon karena suara
salon punya suami sudah tidak
enak didengar lagi..) (AI-W2-
B190)
… ngkok bik binih ria depade
ndik pangatero, ngkok
mekker. pesse ria sekera’ah
tak luang benyak ekabelih apa
se nyaman. Mangkaen mak
engak ka emas kok, ye ngebele
56
ke bini soro kabeli emas kadek
bisa ejuel pole laen areh kan
larang,(saya sama istri sama-
sama punya keinginan beli
barang, saya mau uang ini
tidak berkurang, akhirnya
uang tersebut saya gunakan
untuk membeli emas yang
nantinya bisa dijual kembali)
(M-W2-B50)
Mengidentifikasi
pendapat lawan
mangkaen pas ngocak “
melle kalong bei lah, ding
pesseen cokop deggik kalong
jiah juel pas kebelih apa se
ekaterro” detdhien melle
kalong bik geleng dek, (terus
bilang “beli kalung saja, kalau
uangnya sudah cukup nanti
kalung itu jual lalu beli apa
yang ingin dibeli” jadi beli
kalung sama gelang dek) (AI-
W2-B190)
Menganalisa
masukan
...Mangkaen mak engak ka
emas kok, ye ngebele ke bini
soro kabeli emas kadek bisa
ejuel pole laen areh kan
larang (saya menyarankan
untuk membeli emas yang
dikemudian hari bisa dijual
kembali)) (M-W2-B50)
57
Menghindar :
Kedua belah
pihak yang
terlibat konflik
berusaha
menghindari
konflik
Kemampuan
meninggalkan
sesuatu tanpa
terselesaikan
... ye ngalah lagi saya mon
gitu. Edinah nyengghe bik
ngkok dek (Saya ngalah.
Kalau sudah marah ya saya
diam, ditinggal pergi sama
saya dek.) (AI-W2-B100)
Mon ngkok ngigir rua bik
binih re dinah nyengghe...
(kalau saya marah, istri itu
meninggalkan saya,) (M-W2-
B20)
Iye pernah mon jiah, makenah
lake bellis ye keding agi bei
lah, lekas mareh (iya pernah
kalau mengabaikan, meskipun
suami marah ya diam saja
dengarkan, biar cepat selesai)
(AI-W2-B270)
Iye, tapi bini se biasa deyyeh
mon lah ngkok nyam-
ngranyam setel kopok bei lah
(iya, tapi istri yang suka
begitu, kalau saya marah-
marah ya pura-pura tuli saja)
(M-W3-B50)
Kemampuan
menerima
kekalahan
lake ria bellis ye neng-neng
kok dek… Ngkok ngala mlolo
poko’en lah koh (kalau suami
marah-marah, saya diam.
Intinya saya selalu mengalah)
(AI-W3-B130)
58
mon depade bellis ria bini se
ngalah dibik (kalau sama-
sama marah itu istri yang
mengalah dengan sendirinya)
(M-W3-B80)
…gigir mlolo onggu’en roh
dek keng lah ngkok neng-neng
mloloh. (…sebenarnya suami
saya itu suka marah-marah ke
saya, tapi saya Cuma diam)
(AI-W2-B150)
Kemampuan
melupakan
sesuatu yang
menyakitkan
ye ngkok dek, meskipun ngkok
bender ato salah. (ya saya
dek, meskipun saya benar
apalagi salah.) (AI-W2-B150)
Mon bender nganoh apa minta
sepora,..(kalau benar buat apa
minta maaf...) (M-W2-B40)
*suami tidak mau mengalah
Kompromi :
Solusi dengan
memenuhi
sebagian
keinginan
masing-masing
pihak tetapi kedua
belah pihak hanya
terpenuhi
sebagian
keinginannya
Kemampuan
bernegosiasi
Ye apa se ekabutuh kadek
dek, se penteng kadek . Mon
keluarga butuh ye ngkok bik
lake se ngalah, tembeng tak
ngakan dek mon ngade’ih se
tak penteng. (ya apa yang
dibutuhkan lebih dulu dek,
yang penting dulu kalau
keluarga butuh ya saya sama
suami yang mengalah,
daripada tidak makan dek
59
kalau mendahulukan yang
tidak penting.) (AI-W2-B230-
240)
Beli yang penting dulu, tanya
ke istri juga. Mon bini tadek
ye ngkok se melle, mon belenje
se tadek ye gebey belenje
(membeli barang dengan
melihat kondisi terlebih
dahulu) (M-W3-B60)
Mendengarkan
lawan
Atanya rua bedeh apa njek .
engak “dek ngkok melliah
obat, been blenjeen cokop apa
njek?” mon cokop bik ngkok
ekabelliyeh obat” lah mon can
binih “ belenjeen kare
seberiyah, takok’en deggik
bedeh pa-apaan.” Beh iye
dinah bik ngkok obat tak e
belliyeh kabbi, paroan bik
belenjeen been bei” ye deyye
rua (sebelum membeli barang
yang butuhkan, saya
menanyakan terlebih dahulu
kepada istri. Apakah uang
belanja hari ini cukup atau
tidak, jika memang tidak
cukup maka saya akan
menunda untuk membeli
kebutuhan saya ) (M-W2-
B100)
… anoh atanya melliah apa
60
deyye, pesse se tegguk ngkok
kare sekunik. Lah deremmaan
tah pokoen paroan pas (suami
pernah menanyakan sisa uang
belanja saya hari ini cukup
atau tidak.) (AI-W2-B230)
Menemukan jalan
tengah
Beh mon setiya pesse cokop
ekabelih dek, tape biasaen
cokop seareh detdhih ye melle
obat. … (kalau sekarang uang
belanja cukup ya uangnya buat
beli obat…) (AI-W3-B280)
Akomodasi :
Mengabaikan
kepentingan
dirinya sendiri
dan berupaya
memuaskan
kepentingan
lawan konfliknya
Kemampuan
melupakan
keinginan diri
sendiri
Iye dek, engak ngkok terro
klambi tape pesse nipis.
Tembeng tak ngakan dek, ye
ampet kadek. Mon panen ye e
torot kok, mon njek yee njek,
... (iya dek, seperti saya ingin
beli baju tapi keuangan
menipis, daripada tidak makan
dek, ya ditahan dulu. Kalau
panen ya dibelikan apa yang
diinginkan, kalau tidak ya
tidak....) (AI-W2-B220)
Iye mon lah menipis ruah
torot tahan (iya kalau menipis
ya ditahan) (M-W2-B110)
contoen ngkok melle bedek,
tang lake butuh rokok. Kan
depadeh butuh mon can
pribadi re dek. Sepenting
61
kadek. Tape mon tang lake ria
ngalah gik dek, tak melle
rokok jek... (contohnya saya
beli bedak dan suami beli
rokok. Itu kan sama-sama
butuh kalau menurut pribadi
dek, ya penting didahulukan
tapi kalau suami ini ngalah
biasanya dek, tidak beli
rokok.) (AI-W3-B380)
Iya. Melle rokok keng pesse
pas-pasan, binih lipennah
tadek. Mon ngkok ye rokok
mon gik bisa melle eceran ye
melle eceran kareen gebey
lipen. Deyye rualah pa penter
ngator pesse (mau beli rokok
tapi uang menipis, istri ingin
beli lipstik. Kalau rokok masih
bisa beli eceran ya beli yang
eceran sissanya buat lipstik
istri. Pokoknya harus pinter
ngatur uang lah) (M-W3-B60)
Kemampuan
mematuhi
perintah
ye jiah gunlah dek, gik ngelaer
agi, kan kondisi gik tak vit
gebey lako. Abantu nyuci,
ngepel , nyapo, rakora deyye .
(ya itu Cuma dek, sewaktu
melahirkan sebab kondisi
masih belum vit dibuat kerja,
bantu nyuci, ngepel, nyapu,
cuci piring gitu,) (AI-W3-
B510)
62
Ye pernah mon lah bini tak
bisa alako rua, teppaen alaer
rokan tak bisa lako, teppak’en
sakek deyye. tapi emak
biasaen se alako agi (iya
pernah kalau istri tidak bisa
kerja, waktu melahirkan kan
itu tidak bisa kerja, waktu
sakit gitu, tapi biasanya ibu
yang melakukan pekerjaan
itu…) (M-W2-B90)
Iya dek, jek torok rah mak
bellis deyye (iya dek, kalau
tidak dituruti ya kesel marah
nanti). (AI-W2-B210) ...mon
can lake njek ye njek, mon
tak deyye bellis tang lake (...
kalau kata suami tidak ya
tidak, kalau tidak gitu ya
marah suami ini.) (AI-W3-
B490)
Njek, keng ngkok mon tak e
torok ye bellis (tidak, tapi
kalau apa yang disuruh saya
tidak dijalankan ya marah)
(M-W3-B70)
Suami masih suka kumpul-
kumpul dengan teman-
teman,gak mungkin saya
melarang suami ingin kumpul
sama temennya(AI-W2-B130)
63
*suami tidak mematuhi apa
yang diperintah
pasangannya
Kemampuan
melayani konflik
Ye minta maaf dek, dibaik-
baikin, dipijat-pijat (AI-W2-
B220) minta seporah, ngalah
jiah mon lah bellis neng-neng
bei keding agi makle tak jen
sarah. E sayang dek (ketawa).
minta maaf dek, mengalah
kalo marah, diam saja
dengarkan biar tidak semakin
marah, disayang) (AI-W3-
B470)
Ye tanya agi arapa, mon bellis
perreen ngkok ye ngkok
ngebele mon ngkok bellis ria
bedeh sebebpah. (ditanya
kenapa, kalau marah karena
saya ya saya jelaskan kalau
saya marah ada sebabnya) (M-
W2-B70)
64
b. Reduksi Data Pasangan B
1) Subjek S (istri)
2) Subjek JI (suami)
Tabel 3. Reduksi Data Pasangan B
Tema Sub Tema Bagian Verbatim
Manajemen
konflik
Kompetisi :
cenderung agresif,
memaksakan
kehendak dan
berusaha untuk
menang tanpa ada
keinginan untuk
menyesuaikan
tujuan dan
keinginannya
dengan orang lain
Berdebat dan
membantah
Ye njek kan anoh bak apa yee
mong-omong biasa rua gunan,
...tak sampek saleng nyaoteh
rua (kalau membahas sesuatu
tidak sampai emosi, tidak
saling menyauti, biasa saja)
(S-W3-70)
iya mbak mon emosi pasti tapi
yerua tah-kanta gun, tak
adebat jek biasa bein
(merasakan emosi tapi tidak
sampai berdebat) (JI-W2-30)
Menyatakan
posisi secara
jelas
(suami/istri)
....Engak manglo kodu engak
ria, engak rua. (mengeluh
tugas istri itu harusnya seperti
ini, seperti itu) (JI-W2-120)
“jek ngkok lah ajegeh anaen
tape gik nyentak ka ngkok.
Dimma gik ngkok soro
nyontoh kelakuan ibu seangak
rua Nyoro ngkok deyye-deyye,
sangguneh tak paya pola kok.
(saya sudah menjaga anaknya
masih saja dibentak,
belumlagi saya haru meniru
65
perilaku melayani seperti yang
ibu lakukan, dipikir saya tidak
lelah)(S-W2-90)
Berpegang teguh
pada
pendiriannya
Oh tak pernah jek... ( oh tidak
pernah...) (JI-W2-50)
...tidak apa-apa tidak maksa
saya kalau tidak ada (S-W2-
80)
*suami dan istri tidak
berpegang teguh pada
pendiriannya
Menggunakan
berbagai taktik
mempengaruhi
ye anoh gun lah bak, kan
saling ngerti ya.(kita saling
mengerti tidak memaksakan
kehendak) (JI-W3-100)
Saya ngerte bak...Kenglah
mon tadek ye neng-neng bak
(saya mengerti bak, kalau
memang tidak ada, saya tidak
memaksanya) (S-W3-B70-80)
Kolaborasi : Solusi
berupa alternatif
lain yang bukan
tujuan kedua belah
pihak yang terlibat
konflik tetapi kedua
belah pihak
sepenuhnya puas
dengan solusi
tersebut
Mendengarkan
dengan baik
yang
dikemukakan
lawan konflik
Njek tak pernah sampe engak
jiah,paleng mon masalah
ngakan bini ria tanya ka
ngkok makle tak busen can bik
makle tao masakan se tak
senneng (tidak pernah sampai
seperti itu, kalau masalah
makan istri ini masih tanya ke
saya biar tidak bosan dan
tidak memasak makanan yang
66
tidak saya sukai) (JI-W3-190)
Njek bak, ngkok mon ngkan
itu tanya ke lake kadek terro
ngakanna apaa. Detdhih pas
masak ye tak kare kadun.
Norok seleraen lake lah (tidak
bak, saya kalau mau makan itu
tanya dulu ke suami mau lauk
apa, jadi masak itu biar
dimakan. Ikut seleranya
suami)(S-W3-120)
Mengidentifikasi
pendapat lawan
Ye tanya masakan se tak e
sennengen rua , deggik ye tak
pernah masak jiah pole lah
(ya tanya masakan apa yang
tidak disukai itu, nanti ya
tidak masaka masakan itu
lagi) (S-W3-120)
Malemnya tanya, lagguen
ajhukok apa deyye rua. Bini re
ngebele terro apa, mon ngkok
kan gun kare melle apa se
ekaterro (malamnya saya
tanya, besok mau lauk apa,
istri bilang ingini ini dan saya
ya beli apa yang saya mau)(JI-
W3-200)
Menganalisa
masukan
Kan ngkok lakoh kol berempa
bak, sayur jhukok kan ngkok
se melle e pasar, kan gun
nyaman masak bini. Ye jiah
67
gunlah (saya kerja masukanya
jam berapa bak dan ikan yang
mau dimasaka itu saya yang
beli dipasar jadi pagi tinggal
masaka saja)(JI-W3-200)
Jadi saya tanya dulu yaa nanti
masak apa berdasarkan yang
dibeli suami mbak (S-W3-
130)
Menghindar :
Kedua belah pihak
yang terlibat
konflik berusaha
menghindari
konflik
Kemampuan
meninggalkan
sesuatu tanpa
terselesaikan
... Kalau saya ye diem mlolo
mon ngosok (tidak mau
bicara), apa ye menghindar
itu, tidak mau bicara. Menjauh
lah (S-W3-140)
Dia kalo sudah kaya gitu pas
tak ndek omong bak, diem
mlolo make’enah eyajek
omong rua diem, detdhi dinah
keluar lah gini (JI-W2-140)
saya diamkan bak, 10
sampai 20 menit mare
(setelah) gitu saya ngomong
lagi sambil minta maaf. Mon
gik tak bisa ye menyendiri
sudah. (JI-W2-140)
... mon tak eyejepin ye edinah
keluar kok , kadenga eyajek
keluar kadeng ye eyajek
agejek bak.(kalau masih
diacuhkan, ya saya tinggal
pergi, terkadanga saya ajak
68
dia bercanda) (JI-W2-110)
... mon gik paggun tak sabber
ye e dinah nyengghe lah,
Diajak bercanda gitu bak, e
gejek’in rua makle tak bellis
mlolo (kalau saya masih
dalam kondisi marah, maka
suami saya akan pergi
meninggalkan saya, diajak
bercanda juga) (S-W3-140)
Kemampuan
menerima
kekalahan
Padahal ngkok ngocak deyye
can ngkok lah bender, tape
yee ngalah bei kok bak. (saya
menasehati istri itu menurut
saya sudah benar, tapi ke istri
belum cocok, maka saya akan
mengalah kalau sudah seperti
itu) (JI-W2-190)
Aya’en nisa sekgut bak, mon
ngkok ngosok lah
ye...(ayahnya nisa yang sering
seperti itu) (S-W3-90)
Kemampuan
melupakan
sesuatu yang
menyakitkan
ye ngkok bak, make’enah
ngkok bender apapole salah
ye paggun ngkok minta
maaf...(saya yang selalu minta
maaf, benar dan salah ya tetap
saya yang meminta maaf.)(JI-
W2-110)
Tak dhulih mon ngkok bak, ye
ayah ria se minta seporaan
69
kadek. (tidak cepat minta maaf
kalau saya, ayah yang suka
meminta maaf) (S-W3-90)
Kompromi :
Solusi dengan
memenuhi sebagian
keinginan masing-
masing pihak tetapi
kedua belah pihak
hanya terpenuhi
sebagian
keinginannya
Kemampuan
bernegosiasi
...saya kan mm pemasukan
keuangan saya kan anggep lah
nipis ye, ininya (nunjuk istri)
minta yang itu lah itulah
itulah, terus saya ngomong
gini aja sudah , kalau kamu
mau itu kapan-kapan saja,
mending beli yang murah dulu
lah gitu cuma...(ketika
keuangan sedang menipis dan
istri menginginkan sesuatu,
saya akan mengapusi dengan
menyarankan membeli barang
yang lebih murah) (JI-W2-
100)
..mon lah tak ndik sekaleh ye
ngkok dibik se ngala mbak, “
ye dinah lah yah, lebileh bein
ding lahndik pesse lebbi melle
agi”. Tang lakeh ye ngerte kia
mbak, (jika memang sudah
tidak ada uang atau keuangan
menipis, saya akan
menundanya)(S-W2-40)
Mendengarkan
lawan
mon masalah ekonomi pasti
arembe’kan mbak, engak “
yah yak ana’en lah masuk
PAUAD, kabbienah ongghe,
aria deremmah?” kaya gitu
70
mbak, jadi masih rembekan
kadek . (kalau masalah
ekonomi pasti musyawarah
bak, seperti “yah anaknya
mau masuk PAUD, semua
harga barang naik, gimana?”
seperti itu bak.jadi masih
melakukan musyawarah dulu,)
(S-W2-60)
Apa ye masalah belenje arian
rua. Anak masuk sekolah wah
(apa ya masalah uang belanja
harian saja. Anak yang mulai
sekolah) (JI-W3-170)
ngkok mon bejeren rua nyoro
nabong ke binih 100, mon tak
cokop belenjeen pas ndik
rejeki pole ye totop agi deyye
rua gun lah, (ketika saya
menerima gaji bulanan, maka
saya akan meminta istri saya
untuk disisihkan sebagai
tabungan) (JI-W2-90)
Ye engak lake ria nyoro
nabung lah bak ye,.. (suami
meminta saya untuk selalu
menabung). (S-W3-80)
...gaji ngkok kan 800. Lah
binih ria terro melle kulkas
terus ngkok terro melle
kasor….(JI-W3-130-140)
71
Apa yee,, apa kulkas apa ye
tapi ayah’en nisa se ngator
melle bak. Kloppaen kok
deremmaen jeh (apa ya, apa
kulkas ya tapi ayahnya nisa
yang mengatur untuk beli,
saya lupa gimana bak) (S-W3-
B80)
Menemukan
jalan tengah
..lake rua mataber minta
berempa beleje’en, deri 20rb
ka 25rb. Kadang kalo anak
dapet uang dari mbahnya ya
saya tetep dikasih 20 mbak
ngga 25 lagi. Selain rua apa
se butuh rembekan ye
arembek mbak, keputusan rua
arembekan bik lake
(kemudian suami ini tanya
minta berapa uang belanjanya,
dari yang uang belanja sehari
20ribu itu naik jadi 25ribu per
hari. Kalau anak dapat uang
jajan dari mbahnya ya saya
dikasih uang 20ribu bak bukan
25Ribu lagi.selain itu apa
yang butuh dibhas bersama ya
musyawarah sama suami) (S-
W2-60)
..Ngkok tak pernah membatasi
uang, gaji ngkok e beghi ka
binih kabhi. Deggik binih se
ngator, tape ngebele ka ngkok,
mon belenjeen seareh 20 ebuh
72
rua mon sekolah ongge 25
ebuh. Deyye. (Saya tidak
pernah membatasi istri untuk
masalah uang, semua gaji saya
berikan ke istri. Nanti istri
yang mengatur keuangan tapi
tetap bilang ke saya, kalau
uang belanja yang biasanya 20
ribu lalu anak sekolah ya naik
jadi 25 ribu.) (JI-W3-170)
Detdhi bik ngkok pesse ria
ngalak satos ebegi dua gebey
celenge ding olle 5 bulen
melle kabbi pas apa
seekaterro. Ye nabung
akhirnya bak jekajeh, (jadi
uang ini saya sisihkan 100
ribu untu saya tabung menjadi
dua bagian. 5 bulan setelahnya
saya amil kemudian saya beli
apa yang saya dan istri
inginkan. )(JI-W3-B220)
Ya nabung mbak akhirnya,
kan can ayahnya nisa ria apes
tak temmo. Detdhih odik odik
koduh ndik teggu’en makle
ding bedeh apes tak posang
engak sakek kan butub pesse
asontekkah, keng kan manossa
ria kodu siap-siap kan bak,
masak nantek apessa
kadek.(ya akhirnya nabung
dulu sebelum membeli barang
73
yang diinginkan. Selain itu
tabungan juga penting, sebab
bisa diambil kapan saja ketika
kita membutuhkan)(S-W3-
B110)
Akomodasi :
Mengabaikan
kepentingan dirinya
sendiri dan
berupaya
memuaskan
kepentingan lawan
konfliknya
Kemampuan
melupakan
keinginan diri
sendir
… kodu mon lah pesse keraen
korang rua ye yampet kadek,
deggik mon lah ndik rejeki
pole ye melle lah gentian (JI-
W3-140)
Iya bak, kalau sudah
menipis(S-W3-100)
Kemampuan
mematuhi
perintah
... istri saya tak pernah nyoro
ngkok bak,... (istri saya tidak
pernah menyuruh saya, (JI-
W3-150)
poko’en ngkok tak tao
nyoroan lakeh jek mbak,
makennah ngkok paya e dinah
ekalakoh dibik bik ngkok.
(saya tidak pernah menyuruh
suami, saya selalu berusaha
mengerjakan sendiri) (S-W1-
130)
Kemampuan
melayani konflik
Dirayu bak, kadang disogok
apa gitu biar ga marah lagi. ..
(JI-W2-180)
Ye minta seporah kok bak, e
sayang deyye rua. (saya minta
maaf, di sayang gitu) (S-W3-
100)
74
c. Pasangan C
1) Subjek SA (istri)
2) Subjek HF (Suami)
Tabel 4. Reduksi Data Hasil Wawancara Pasangan C
Tema Sub Tema Bagian Verbatim
Manajemen
konflik
Kompetisi :
cenderung agresif,
memaksakan
kehendak dan
berusaha untuk
menang tanpa ada
keinginan untuk
menyesuaikan
tujuan dan
keinginannya
dengan orang lain
Berdebat dan
membantah
.. ngkok mon lah bellis kan
aomong, kadeng bini ria tak
trema jek, apa ye pembelaan
rua. Detdhih ngkok marah,
binih abela abe’en dibik
(ketika saya marah, istri
menimpali dengan mencari
pembelaan untuk dirinya
sendiri) (HF-W2-290)
.. mon ngkok e gigirin mlolo
ye, anoh males ngigir ba, apa
ye tak trema mon e gigirin
mlolo. (kalau suami marah,
saya juga ikut marah. Saya
tidak terima kaau saya selalu
kena marah) (SA-W2-80)
...suka pinjam ke mertua,
kadang anak makan sama
mertua, saya malu kalo begitu,
kan lama-lama jadi tengkar.
Saling menyalahkan sudah
(HF-W3-50)
... Monlah deyye rua ye deteng
roh langsung agigiren ka
ngkok, Ngkok tak sala se
75
egigirin, ye bellis kiah kok bak
(pulang kerja suami marah-
marah ke saya, saya tidak tau
penyebabnya apa. Ya saya
marah juga) (SA-W3-90)
Menyatakan
posisi secara
jelas
(Suami/Istri)
Istri saya tu tak tao (tidak
bisa) masak, masakannya
selalu goreng menggoreng,
saya tak senneng mon (tidak
suka kalau) menu itu-itu aja.
(HF-W2-20)
Iye anoh rua bak ngkok tak
bisa gebey plappaen ruah leh,
kloppaen mlolo apaan... (saya
tidak bisa memasak sebab
saya sering lupa sama racikan
bumbu) (SA-W2-B20)
anak ga ada dirumah terus
nanya dimana anaknya,
jawabnya kadang bilang ga
tau gitu. Sapa setak bellis mon
lah ajeghe anak bei tak genna
(menjaga anak saja tidak
bisa)(HF-W2-B50)
kalau pengurusan anak itu ini
apa ya istri ini tidak peduli
sama anak, anak sudah makan
apa belum itu istri tidak tau.
(HF-W3-B80)
...can ngkok ria ejeb ka anak
lah bak, apa yee kadeng ye
76
anak main e dinah tedung kok.
Paya rua bak mon merengin
anak mlolo. (menurut saya,
saya itu sudah peduli sama
anak Terkadang kalau anak
main, saya tidur sebab capek
kalau menemani anak
main)(SA-W2-B20)
Berpegang teguh
pada
pendiriannya
kan ngkok kan hobi’en hobi
manceng ... Karena tak beghi
teros ajiah tang hobi ye
edinah manceng bi’ ngkok
(hobi saya itu mancing dan
saya akan tetap berangkat
mancing walaupun tidak
diijinkan istri) (HF-W2-170-
180)
... pokok mon kesennengnah
elang-lang ria pancet ajelen
make’enah tak ebeghi
(Pokoknya kalau kesukaan
suami ini dilarang tetap
berangkat dia) (SA-W2-70)
Kalau keinginan yang
berhubungan sama hobi saya
tetap lakukan, (HF-W3-B60)
Menggunakan
berbagai taktik
mempengaruhi
Ye tak deremma jek, diam bei
lah tak e begi ruah. (kalau
tidak dibolehkan saya diam)
(SA-W3-40)
Dia merajuk, tapi Cuma itu
77
saja tidak minta beli lagi. (HF-
W2-190)
*kedua belah tidak
menunjukkan adanya saling
mempengaruhi ketika
keinginannya tidak
terpenuhi
Kolaborasi :
Solusi berupa
alternatif lain yang
bukan tujuan kedua
belah pihak yang
terlibat konflik
tetapi kedua belah
pihak sepenuhnya
puas dengan solusi
tersebut
Mendengarkan
dengan baik
yang
dikemukakan
lawan konflik
Ada, waktu itu anu saya ingin
beli alat pancing yang baru,
istri ingin gelang. Waktu itu
uang Cuma cukup buat beli
salah satu. Gak ada yang mau
ngalah(HF-W2-230)
Saya ingin beli emas bak,
gelang. Lake terro melle
panceng. Pesee rua tak cokop
(saya ingin beli emas dan
suami ingin beli pancing, tapi
keuangan sedang menipis)
(SA-W3-B160)
Mengidentifikasi
pendapat lawan
...pengen pakek perhiasan
yang banyak.. Istri itu maksa,
pengennya kaya tetangga yang
makek perhiasan(HF-W2-150)
.. beli emas bak, gelang.
Lebur makle oleen lako ria
bedeh padengah. Lake terro
melle panceng polaen apaen
deyye rosak, mon rosak rua
oleen pancengan tak benyak
can bak ( saya ingin gelang
78
itu biar suami kerja ada
hasilnya, sedangkan suami ini
kalau pancdingnya rusak hasil
tangkapan sedikit) (SA-W3-
160)
Menganalisa
masukan
Beh, akhirnya saya bilang ke
istri, kita gak jadi beli
keduanya. Uang ini untuk
uang belanja anak saja. Saat
itu istri sudah mroddung tapi
mengiyakan (HF-W2-290)
Ye akhirnya suami bilang gak
usah beli sudah, ini uangnya
gebey cageran belanje anak
takok kourang. Belinya kapan-
kapan kalau pesse cokop
(akhirnya suami menyarankan
untuk tidak emmbeli
keduanya, dan uang tersebut
digunakan untuk cadangan
belanja anak)(SA-W3-B160)
Menghindar :
Kedua belah pihak
yang terlibat
konflik berusaha
menghindari
konflik
Kemampuan
menerima
kekalahan
.. ngkok deteng lakoh ngigir
ka bini, keng bik binih e dinah
diem (iya, gara-gara apa ya..
saya pulang kerja itu marah-
marah ke istri tapi istri Cuma
diam saja seperti menerima)
(HF-W3-150)
...“diem ralah tak usah nyaot”
deyye bak. Ye diem kok bak,
79
nerema bein lah pola cen
ngkok salah (kalau suami
marah, saya Cuma bisa diam,
mungkin emang saya yang
salah)(SA-W3-100)
*istri menerima kemarahan
suami tanpa melawan
Kemampuan
meninggalkan
sesuatu tanpa
terselesaikan
iya, pagi saya ajelennah lako,
gulagguh pas atokar...bik
ngkok edinah keluar jelen
lako(iya, pagi saya mau
berangkat kerja, pagi-pagi
saya marah jadi tengkar.
Akhirnya saya tinggal
beraangkat kerja)(HF-W2-
210)
...Pokok mon lah gulagguh ye
mon ngakannah rua taokar
kadek....ye dinah jelen lakoh
lah. (pokoknya kalau pagi dan
mau makan itu pasti tengkar
dulu. ..ya ditinggal pergi kerja
tanpa makan)(SA-W3-140)
... saya itu mon lah marah-
marah bek tak ereken rua bik
dia. Jeklah ngajek anak
ngakan, jeka lah apa tah.
Bedeh bei (kalau saya marah-
marah, istri mengabaikan
saya, ada saya yang dilakukan
seperti ngajak anak makan
80
atau apa) (HF-W3-100)
Iye bak, mon lah lake nyam-
ngranyam lah yaa, bik ngkok
rua setel kopok. Jek lah
nulengnah anak, jek lah apa
tah. Sengkah kok bak mon
egigirin mlolo (iya, kalau
suami sudah marah-marah itu
saya pura-pura tuli. Ada saja
yang mau saya lakukan seperti
suapin anak kah.) (SA-W2-90)
Kemampuan
melupakan
sesuatu yang
menyakitkan
... yang selalu minta maaf itu
istri (HF-W2-B220)
Ye ngkok bak, lake ria tak
pernah mintaan sepora jek,
pola gengsi yee mon tokar ye
ngkok se ngalah.(ya saya,
suami ini tidak pernah minta
maaf) (SA-W2-50)
*kedua belah pihak saling
menghindari konflik
Kompromi :
Solusi dengan
memenuhi sebagian
keinginan masing-
masing pihak tetapi
kedua belah pihak
hanya terpenuhi
sebagian
keinginannya
Kemampuan
bernegosiasi
... Ye tanya istri dulu, beli alat
pancing. Uang kan pasti
kurang, ya gajadi beli. Apa ya
kalau uang sudah menipis
disimpan saja takut ada yang
butuh lainnya(HF-W3-120)
... njek tak melle jek. Mon
pessen korang deggik mon
anak le-mellea rua derema
bak, tembeng nagis ye njek tak
81
melle (... saya tidak beli.
Kalau keuangan menipis saya
tidak beli, uangnya untuk
cadangan anak jajan) (SA-
W2-100)
*suami dan istri tidak
melakukan negosiasi ketika
memiliki keinginan masing-
masing
Mendengarkan
lawan
Ada, engak tang anak ria
sekolak’ah e dimma kan abek-
rembek kadek (ada, seperti
anak mau sekolah dimana kan
harus musyawarah dulu) (SA-
W2-110)
perna waktu itu, masalah
pendidikan anak. Kan ngkok
rua pendidikan anak soro
pasakolah neng berkerang,
tape bik ibuen rua nyoro neng
beung, Bik ngkok tak ndek
polaen terlalu jeuh terus
modal tadhe’, nah bedat
ahirnya sampe bersitegang
sama-sama mempertahankan
pendapattah, bik ngkok e
tanya agi arapa mak
epasakolah e benung jek biaya
tadhe’. Can bini ruah kualitas
pendidikan mapan. Tapi mon
biaya tak cukup masak
maksa’ah (saya tidak mau
karena terlalu jauh dan modal
82
tidak ada, debat itu sudah
akhirnya bersitegang gara-
gara kekeh sama pendapat
masing-masing. Saya tanya
kenapa mau sekolah di
sebaung padahal tidak ada
biata, ibunya bilang kalau
sekolah disebaungh itu
kualitas pendidikan bagus,
memang bagus tapi kalau
biaya tidak ada ya tidak bisa
maksa masuk kesana, saya
ingin nanti anak itu sekolah di
semberkerang, tapi ibunya
ingin anak sekolah di
sebaung). (HF-W2-180-190)
Menemukan
jalan tengah
ye akhirya sama-sama
mendengarkan saran dan
mempertimbangkan biaya
akhirra epasakola e
berkerang (akhirnya, ya mau
disekolahkan disumberkerang)
(HF-W2-180-190)
masalah pendidikan anak itu,
saya ikut suami yang
menyuruh anak itu sekolah
di sumberkerang(SA-W2-
B100)
Akomodasi :
Mengabaikan
kepentingan dirinya
sendiri dan
Kemampuan
melupakan
keinginan diri
sendiri
Kadang ndak, keuangan nipis
saya beli peralatan pancing
tapi tidak bilang istri...(HF-
W3-B260)
83
berupaya
memuaskan
kepentingan lawan
Mon lah terro sarah ye beli
bik ngkok (kalau sudah ingin
sekali ya saya beli) (SA-W3-
B160)
*kedua belah pihak tidak
mampu melupakan
keinginan diri sendiri
Kemampuan
mematuhi
perintah
oh iya, malah saya yang
mengerjakan tugas rumah. ...
(HF-W2-250)
iya, malah lake biasaean
nolongen ngkok se-berse
bungkoh. (iya, malah biasanya
suami yang bantuin saya
bersih-bersih rumah) (SA-W2-
110)
Istri dak pernah nyuruh.
Malah saya yang suka nyuruh
tapi dak direken (HF-W2-260)
Kemampuan
melayani konflik
Ya minta maaf bak. (SA-W3-
130)
Ye minta sepora biasaen (HF-
W2-270)
Diajak jalan, keluar gitu. (HF-
W2-270)
Ngajek keluar (SA-W3-130)
84
d. Pasangan D
1) Subjek KL (istri)
2) Subjek MF (suami)
Tabel 5. Reduksi Data Wawancara Pasangan D
Tema Sub Tema Bagian Verbatim
Manajemen
Konflik
Kompetisi :
cenderung agresif,
memaksakan
kehendak dan
berusaha untuk
menang tanpa ada
keinginan untuk
menyesuaikan
tujuan dan
keinginannya
dengan orang lain
Berdebat dan
membantah
.. bahas apa ye dek-adek’en
loppa kok pokok deggik
nyambung bahsa kita bisa
nikah bak, saling
nyaot....(bahas apa ya awalnya
pokoknya nanti nyambung
kenapa kita bisa menikah,
saling nyautin...)(KL-W2-
B50)
Mon bellis ye iye tapi dinah
ngkok nyaoteh lah mon bini
ria lah emosi. (kalau marah ya
pasrti tapi saya tidak menyauti
istri kalau marah) (MF-W2-
B20)
*suami tidak membantah
istri
Menyatakan
posisi secara
jelas
(Suami/Istri)
Ngkok ngkok orenga keras,
mon lake njek sabber tapi
ngkok tak cemburuan,... (saya
tipe orang yang berkepala
batu, sedangkan suami saya
itu tipe orang yang sabar)
(KL-W2-B40)
.. Mon istri keras, tak ndek
85
ngalak’ah (kalau istri tidak
mau mengalah). (MF-W2-
B70)
Berpegang teguh
pada
pendiriannya
Ya suami noro’ eh (ngikut)
saya bak, mon can ngkok njek
ye njek bak. (kalau kata saya
tida ya tidak, suami diam)
(KL-W3-B60)
Ngkok tak ye bak mon binih
ria ngocak njek ye wes lah jek
paksa, makle tak ngamok
(kalau istri saya berkata tidak,
yasudah itu keputusan final
tidak bisa diganti) (MF-W2-
20)
*suami tidak memaksakan
kehendak ketika memiliki
pendapat yang beda
Mengguinakan
berbagai taktik
mempengaruhi
Ngerayu bak, maksa
pole...(saya akan merayu
suami saya dan
memaksanya..)(KL-W2-70)
Biasaen ngerayu ... (istri
biasanya akan merayu saya)
(MF-W2-90)
Kolaborasi :
Solusi berupa
alternatif lain yang
bukan tujuan kedua
belah pihak yang
terlibat konflik
Mendengarkan
dengan baik
yang
dikemukakan
lawan konflik
...Saya kan ngocak ke suami
ini bak, mon nikah suami ikut
saya dirumah ibuk, can suami
iyeh. Mangkaen ngocak pole
mon ngkok koduh norok
suami...(saya dan suami
86
tetapi kedua belah
pihak sepenuhnya
puas dengan solusi
tersebut
memiliki perjanjian bahwa
setetalh nikah suami ikut saya,
dan suami mengiyakan. Pada
kenyataannya suami
mmeminta saya untuk ikut dia
kerumahnya...)(KL-W2-B70-
B80)
...masalah rumah mau netap
dimana, tang binih tak ndek
cen sebelum nikah ngkok
norok’ah bini deyye (masalah
tempat tinggal setelah
menikah mau dimana,
memang sebelumnya sudah
ada perjanjian kalau setelah
nikah saya yang akan ikut
istri) (MF-W2-30)
Mengidentifikasi
pendapat lawan
Detdhih arembek bereng, lah
pas lake ngocak deremmah
mon ngontrak bungko dibik.
Makle tao rassaen reng
akabin tanpa bantuan reng
tua can...(jadi melakukan
musyawarah, kemudian suami
ini bilang gimana kalau
ngontrak rumah sendiri bak,
tujuannya biar saya tahu
rasanya nikah tanpa orang
tua,..)( KL-W2-B70-B80)
jiah pas ngkok ngocak
ngontrak bei...(kemudian saya
bilang mau ngontrak rumah...)
87
(MF-W2-30)
Menganalisa
masukan
Ye akhira burung ngontrak
ngennenge bungkoen ibuk (iya
akhirnya tidak jadi ngontrak
dan menempati rumah ibu)
(MF-W2-30)
nyoro ngennenge bungkoh pas
ibuk gebey kamar e berung
(rumah ibu disuruh tempati
dan ibu buat kamar di warung)
(KL-W2-80)
Menghindar :
Kedua belah pihak
yang terlibat
konflik berusaha
menghindari
konflik
Kemampuan
meninggalkan
sesuatu tanpa
terselesaikan
... suami yang dominan,
biasanya ditinggal main hape
(Suami yang yang lebih
dominan dan biasanya
ditinggal main hp...) (KL-W2-
120)
Iya, mon binih ngigir dinah
nyengge kok, kadeng e dinah
negguh tivi (kalau istri marah
saya tinggal pergi atau saya
tinggal lihat TV) (MF-W2-50)
Kemampuan
menerima
kekalahan
Iya, saya yang sering minta
maaf. Kalau nunggu istri
kapan bak (MF-W2-40)
Suami bak, ngkok anoh
orenga bak, apa ye keras
sarah. Ding ebeleih bellis kok
bak, engak se merasa bender
ruah. (suami bak, saya itu
orangnya keras, kalau dikasih
88
tau itu marah, merasa paling
benar)( KL-W2-B100)
Kemampuan
melupakan
sesuatu yang
menyakitkan
...Suka bikin emosi bak, ye
marah-marah saya, mon lah
gitu tak eyejebin jek bak. Setel
kopok bik lake reh. (suami
saya sering membuat saya
marah, tapi kalau saya marah-
marah suami mengabaikan
saya seperti angin lalu) ( KL-
W2-B170)
*istri tidak menunjukkan
adanya menghindari
permasalahan ketika sedang
berkonflik dengan suami
Kompromi :
Solusi dengan
memenuhi sebagian
keinginan masing-
masing pihak tetapi
kedua belah pihak
hanya terpenuhi
sebagian
keinginannya
Kemampuan
bernegosiasi
… ada yang ngalah. Mon
kebutuhan suami yang penting
saya ngalah. abes gellu apa se
penteng sarah jiah. Mon gun
terro tape tak butuh tak
melleh biasaen bak. (lihat
dulu seberapa penting, kalau
Cuma ingin tapi tidak butuh ,
saya tidak membelinya) (KL-
W2-B130-140)
Ye apa se penting beli
kadek,(apa yang penting itu
yang dibeli dulu) (MF-W2-
B50)
...mon pesseen pas ye ngocak
gunan “dinah melle agi lebile
89
bein lah” apa yen tak maksa
rua jek (kalau suami ingin
sesuatu itu saya yang belikan,
suami Cuma bilang ingin ini
gitu, kalau uangnya menipis
ya paling Cuma bilang “ya
sudah beli kapan-kapan saja”,
apa ya tidak maksa) (KL-W3-
B150)
Mendengarkan
lawan
...ibu ini ingin pinjam uang
polaen mateppa’ah depor, bik
ngkok atanya ke lake, bedeh
pesse keng gebey kepentingan
lain bak. Can ibuk rua
egente’enah sebelum
eyangguy ngkok, mangkaen
olle. Ye behi (ibu ingin
minjam uang ke saya untuk
memperbaiki dapur, saya ada
uang tapi untuk kepentingan
lain, kata ibu mau diganti
sebelum dipakai buat
kepentingan itu, ternyata
dibolehin ya dikasih) (KL-
W2-B140)
...ibuk ngenjema pesse, bekto
rua pesse ekabeyye apa ye..
apa melle obat apa melle
bebet deyye loppa kok. Ibuk
ngejenjemma gebey cek-mecek
egente’enah sebelonnah
ngkok. Ye begi lah mon lah
sanggup rua bak. (ibu mau
90
pinjam uang, waktu itu uang
saya mau dibuat apa ya.. beli
obat atau beli bibit bawang
gitu saya lupa. Ibu pinjam
uang untuk memperbaiki
sesuatu dan mau diganti
sebelum uang itu dipakai
saya) (MF-W2-B120)
Menemukan
jalan tengah
Ye epaenjem, ngocak ke binih
“iye lah berrik dek, tak deyye
gik abit. Pola ngkok bisa
nambae detdih tak berrek ka
ibuk” (iya diberi pinjaman,
saya bilang ke istri “iya sudah
dek, lagian uang dibutuhkan
masih lama. Mungkin nanti
saya bisa menambahkan jadi
ibu ga ganti banyak”) (MF-
W2-B130)
Iya bak, langsung saya kasih,
kan sebelumnya udah bilang
suami dulu. Kalau kata suami
boleh ya dikasih(KL-W3-
B160)
Akomodasi :
Mengabaikan
kepentingan dirinya
sendiri dan
berupaya
memuaskan
kepentingan lawan
Kemampuan
melupakan
keinginan diri
sendiri
..... Jadi kalo saya ingin
barang Cuma bisa liat bak,
gak bisa beli. Eyampet (kalau
saya ingin sesuatu itu Cuma
bisa melihat saja tidak bisa
beli, ya ditahan)(KL-W3-B60-
B80)
91
konfliknya
Iye cerita kalau ingin apa yaa,
tas apa can tapi gak punya
uang, makanya dari itu saya
royal ke istri bak. (MF-W2-
B140)
Kemampuan
mematuhi
perintah
Beh iya bak, kalo Cuma
saya yang kaya gitu ye paya
kok (ya saya capek) bak
(KL-W2-B160)
Iya, tugas istri malah saya
yang kerjakan. (MF-W2-70)
Bukan merintah tapi minta
tolong, ye iye. Mon tak e
tolongen anoh nyam-
ngranyam se paya se riah can
(ya iya, kalau tidak dibantuin
marah-marah, yang capek lah
yang itulah) (MF-W2-70)
Iya, apa ya saya meskipun gini
ini masih nurut suami bak Ya
kalo suami minta tolong rua
gunana (KL-W2-B170-180)
Kemampuan
melayani konflik
Ye minta maaf kok bak,
pake jurus intim, suami
yang marah diam dulu aja
(KL-W2-140)
Ye can gellek rua dibaik-
92
baikin, jek anoh lah apa ye jek
tambah ma bellis, mon nyam-
ngranyam keding agi bei (ya
kata tadi itu dibaik-baikin,
jangan dibuat marah, kalau
marah-marah didengarkan
saja) (MF-W2-70)
93
2. Display Data
Berdasarkan data yang diperoleh, manajemen konflik yang digunakan oleh masing-masing subjek berdasarkan dimensi
manajemen konflik hasilnya berbeda-beda. Berikut pemaparan yang diperoleh melalui reduksi data;
a. Display data wawancara Pasangan A
Gambar 3. Display data wawancara Pasangan A
Manajemen konflik
kompetisi
1. kedua belah pihak saling menyauti ketika berbicara
2. suami menyatakan bahwa istrinya tipe pencemburu
3. suami akan tetap membeli barang yang diinginkan
4. istri menggunakan taktik mempengaruhi dengan merayu agar memperoleh barang yang diinginkan
Kolaborasi
1. kedua belah pihak saling mendengarkan pendapat terkait dengan perbedaan keinginan yang dikemukakan lawan konflik
2. mencari solusi lain yang bukan keinginan dari kedua belah pihak untuk memenuhi keinginan tersebut
Menghindar
1. istri memilih meninggalkan pasangan ketika marah
2. istri memilih mengabaikan suami yang sedang marah kepadanya
3. istri memilih untuk menerima kemarahan suami
4. istri selalu berinisiatif meminta maaf kepada suami
5. suami tidak mau mengalah
Kompromi
1. kedua belah pihak memenuhi keinginan dengan melihat kondisi terlebih dahulu
2. selalu melakukan musyawarah ketika kedua belah pihak memiliki keinginan yang berbeda
Akomodasi
1. kedua belah pihak mampu melupakan keinginan diri sendiri dengan mengabaikan sesuatu yang diinginkan
2. suami membantu meringankan pekerjaan istri ketika istri benar-benar membutuhkan bantuan
3. istri akan mematuhi apa yang diperintah oleh suami, sedangkan suami tidak mematuhiapa yang perintah pasangannya.
4. istri memilih meninta maaf dan tidak melayani konflik
5. suami memilih menanyakan pokok yang membuat istri marah
94
b. Display data wawancara pasangan B
Gambar 4. Display data wawancara pasangan B
Manajemen konflik
kompetisi
1. kedua belah pihak tidak saling menyauti ketika berbicara
2. suami menuntut istri yang belum bisa memenuhi keinginannya
3. kedua belah pihak tidak saling menggunakan taktik mempengaruhi untuk memperoleh sesutu
4. kedua belah pihak memilih diam ketika keinginannya tidak terpenuhi
Kolaborasi
1. kedua belah pihak tidak mengalamai perbedaan keinginan sehingga kedua belah pihak tidak berusaha mencari solusi lain diluar keinginannya karena salah satu diantara mereka mengikuti keingingan pasangannya
Menghindar
1. istri lebih memilih diam ketika saling marah
2. suami memilih meninggalkan pasangan ketika marah
3. suami akan mengajak istri bercanda untuk mengalihkan kemarahannya
4. suami menerima ketika istrii masih marah terhadapnya
4. suami selalu berinisiatif meminta maaf kepada istri
Kompromi
1. suami berusaha memenuhi keinginan istri dengan alternatif harga yang lebih murah
2. selalu melakukan musyawarah ketika salah satu pihak akan memutuskan sesuatu terkait uang belanja harian dan keinginan yang berbeda
Akomodasi
1. kedua belah pihak mampu melupakan keinginan diri sendiri
2. suami akan membantu istri ketika benar-benar membutuhkan bantuan
3. kedua belah pihak memilih untuk tidak melayani konflik ketika pasanagn sedang marah dengan cara saling meminta maaf dan merayu agar tidak lagi marah
95
c. Display Data Wawancara pasangan C
Gambar 5. Display data wawancara Pasangan C
Manajemen konflik
Kompetisi
1. kedua belah pihak saling membantah ketika berbicara
2. suami menuntut istri untuk bisa menjalakan tugas sebagaimana mestinya.
3. suami akan berpegang teguh terhadap pendiriannya jika berhubungan dengan hobi
4. kedua belah pihak tidak menggunakan taktik mempengaruhi ketika keinginannya tidak terpenuhi
Kolaborasi
1. kedua belah pihak saling mendengarkan pendapat lawan
2. menggunakan solusi lain yang bukan keinginan dari kedua belah pihak untuk memecahkan permasalahan
Menghindar
1. istrii memilih mengalah dan menerima ketika suami masih marah terhadapnya
2. suami memilih meninggalkan pasangan ketika marah dan istri mengabaikan suami ketika sedang marah
3. istri selalu berinisiatif meminta maaf kepada suami
Kompromi
1. kedua belah pihak memenuhi keinginannya dengan melihat kondisi terlebih dahulu
2. selalu melakukan musyawarah untuk menemukan solusi terkait pendidikan anak mereka
Akomodasi
1. kedua belah pihak tidak mampu melupakan keinginan diri sendiri
2. kedua belah pihak saling membantu ketika benar-benar menbutuhkan bantuan
3. kedua belah pihak memuntuk tidak melayani konflik
96
d. Display Data Wawancara Pasangan D
1) KL (istri)
2) MF (suami)
Tabel 6. Display Data Wawancara Pasangan D
Manajemen konflik
kompetisi
1. kedua belah pihak saling menyauti ketika berbicara
2. kedua belah pihak saling menuntut terkait watak masing-masing
3. istri akan berpegang teguh terhadap pendiriannya
4. istri menggunakan taktik mempengaruhi ketika keinginannya tidak terpenuhi dengan merayu suami
Kolaborasi
1. kedua belah pihak saling mendengarkan pendapat yang dikemukakan lawan konflik ketika mendapatkan masalah
2.kedua belah pihak akan mencari dan menggunakan solusi lain yang bukan keinginan dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah tersebut
Menghindar
1. suami memilih meninggalkan pasangan ketika marah
2. suami memilih mengabaikan isti dengan menonton tv ketika istri masih marah terhadapnya
4. suami selalu berinisiatif meminta maaf kepada istri
Kompromi
1. kedua belah pihak memenuhi keinginannya dengan melihat kondisi terlebih dahulu
2. selalu melakukan musyawarah ketika kedua belah pihak memutuskan sesuatu
Akomodasi
1. kedua belah pihak mampu melupakan keinginan diri sendiri
2. kedua belah pihak saling membantu ketika benar-benar membutuhkan bantuan
3. kedua belah pihak memuntuk tidak melayani konflik
97
3. Verifikasi Data
Berdasarkan hasil reduksi data dan display data dapat ditarik kesimpulan
sementara mengenai gambaran menajemen konflik pasangan yang menikah dini
dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 6. Verifikasi Data Secara Umum
Dimensi Kesimpulan
Kompetisi Pasangan A,C dan D menggunakan gaya kompetisi ketika mereka
berkonflik, mereka saling membantah pada saat pasangan sedang
berbicara atau marah, saling menjatuhkan salah satu pihak dengan
mengutarakan watak dan perilaku pasangan, dan mereka akan
berpegang teguh terhadap pendiriannya serta menggunakan berbagai
taktik mempengaruhi agar pasangan mereka menyetujui keinginannya.
Berbeda dengan pasangan A dan C, pasangan D tidak menggunakan
taktik mempengaruhi ketika salah satu diantara mereka memiliki
keinginan yang tidak terpenuhi oleh pasangannya. Pada pasangan B,
mereka tidak menunjukkan gaya manajemen konflik kompetisi
disebabkan mereka tidak saling membantah dan berdebat dengan
pasangan yang sedang marah, tidak berpegang teguh pada
keinginannya ketika pasangan tidak mengijinkan dan bahkan tidak
berusaha mempengaruhi untuk mengikuti keinginannya, tetapi
pasangan B menuntut istrinya untuk bisa memenuhi keinginannya.
Kolaborasi Pasangan A,C,dan D menggunakan gaya manajemen konflik ini pada
saat mereka dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan
keinginan yang berbeda dan mereka akan mendengarkan pendapat
lawan konfliknya dan akan mencari alternatif solusi lain yang yang
bukan keinginan dari kedua belah pihak namun dapat memuaskan dan
dapat menyelesaikan masalah tersebut. Pada pasangan B, mereka tidak
mengalami perbedaan pendapat ataupun keinginan yang berbeda
sehingga mereka tidak berupaya mencari alternatif solusi lain yang
dapat memuaskan keinginan atau pendapat mereka dalam
menyelesaikan masalah.
Menghindar Pasangan A dan C dalam menggunakan manajemen konflik ini, para
istri lebih dominan dalam menghindari konflik. Terlihat ketika istri
selalu meminta maaf terlebih dahulu, mengabaikan suami , dan
meninggalkan suami ketika suami mereka sedang marah. Sedangkan
untuk pasangan B dan D, suami yang lebih dominan menggunakan
gaya manajemen konflik menghindar,terlihat ketika para suami lebih
98
memilih untuk meninggalkan istri ketika marah, mengabaika istri
dengan menonton tv, dan selalu berinisiatif meminta maaf kepada istri
Kompromi Pada gaya manajemen konflik ini, pasangan A, B, C, dan D
menggunakan gaya ini yang mana pasangan ini akan memenuhi
keinginan salah satu pasangannya dengan melihat kondisi terlebih
dahulu dan melakukan musyawarah untuk memenuhi keinginan
tersebut
Akomodasi Pada gaya manajemen konflik ini, pasangan A, B, D, menggunakan
gaya ini yang mana pasangan ini akan melupakan keinginan diri
sendiri dengan mengabaikan keinginan mereka ketika keuangan
sedang menipis atau melihat kondisi terlebih dahulu, membantu tugas
istri ketika istri benar-benar merasa tidak mampu untuk melakukan
tugas tersebut dan dapat mematuhi perintah atau larangan para suami
dan memilih untuk tidak melayani konflik ketika dalam kondisi marah
atau mood yang kurang baik. Berbeda dengan pasangan C yang tidak
mampu melupakan dan mengabaikan keinginan mereka pada kondisi
tertentu, tetapi mereka saling membantu meringankan tugas berdasarka
peran masing-masing dan tidak melayani konflik ketika dalam kondisi
marah atau mood yang kurang baik. Berbeda pula dengan pasangan D,
walaupun sama dengan pasangan A dan B tapi yang membedakan dari
pasangan ini adalah mereka saling membantu meringankan tugas
berdasarkan peran masing-masing dan dapat mematuhi perintah atau
larangan para suami dan memilih untuk tidak melayani konflik
99
Verifikasi Data
Berdasarkan hasil reduksi data dan display data dapat ditarik kesimpulan sementara mengenai gambaran menajemen
konflik pasangan yang menikah dini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 7. Verifikasi Data Pasangan
Pasangan
Dimensi
A B C D
Kompetisi Kedua belah pihak saling
menyauti ketika
berbicara, suami
menyatakan bahwa
istrinya tipe pencemburu,
suami akan tetap
membeli barang yang
diinginkan dan istri
menggunakan taktik
mempengaruhi dengan
merayu agar memperoleh
barang yang diinginkan
Pasangan B tidak
menunjukkan adanya
perilaku gaya
manajemen konflik
kompetisi namun
suami menuntut istri
untuk bisa memenuhi
keinginannya
Pasangan saling membantah
pada saat mereka berbicara
atau marah, saling
menjatuhkan salah satu pihak
dengan mengutarakan
perilaku pasangan, dan suami
akan berpegang teguh
terhadap pendiriannya, tetapi
mereka tidak menggunakan
berbagai taktik
mempengaruhi agar pasangan
mereka menyetujui
keinginannya
Pasangan saling membantah
pada saat mereka berbicara
atau marah, suami
menjatuhkan salah satu pihak
dengan mengutarakan watak
pasangan, dan istri akan
berpegang teguh terhadap
pendiriannya serta
menggunakan taktik
mempengaruhi ketika
keinginannya tidak terpenuhi
Kolaborasi Kedua belah pihak saling
mendengarkan pendapat
Kedua belah pihak
tidak mengalamai
Pasangan mendengarka lawan
konflik ketika mereka
Pasangan mendengarkan
lawan konflik ketika mereka
100
terkait dengan perbedaan
keinginan yang
dikemukakan lawan
konflik dan mencari
solusi lain yang bukan
keinginan dari kedua
belah pihak untuk
memenuhi keinginan
tersebut
perbedaan keinginan
sehingga kedua belah
pihak tidak berusaha
mencari solusi lain
diluar keinginannya
karena salah satu
diantara mereka
mengikuti keinginan
pasangannya
mendapati adanya perbedaan
keinginan dan berupaya
memenuhi keinginan tersebut
dengan alternatif lain untuk
memecahkan permasalahan.
mendapati adanya perbedaan
keinginan dan berupaya
mencari solusi lain yang
bukan keinginan dari kedua
belah pihak untuk
menyelesaikan masalah
tersebut
Menghindar Istri memilih
meninggalkan,
mengabaikan dan
menerima pasangan
ketika marah serta selalu
berinisiatif meminta
maaf kepada suami sebab
suami tidak mau
mengalah
Istri lebih memilih
diam dan suami
memilih
meninggalkan
pasangan ketika
marah. Terkadang
suami akan mengajak
istri bercanda dan
berinisiatif meminta
maaf kepada istri
untuk mengalihkan
kemarahannya. Ketika
istri masih marah,
suami konseksuensi
kemarahan istri
Saat berkonflik, Pasangan
akan memilih untuk
meninggalkan dan
mengabaikan pasangan ketika
saah satu diantara mereka
sedang marah. istri lebih
dominan untuk menggunakan
gaya manajemen konflik
menghindar, terlihat istri
lebih memilih untuk
mengalah dan mengabaikan
kemarahan suami serta selalu
berinisiatif meminta maaf
Dalam menghadapi konflik,
suami lebih dominan dalam
menggunakan taktik
menghindar. Terlihat dari
tindakan yang dilakukan yaitu
suami lebih memilih untuk
meninggalkan istri ketika
marah, mengabaika istri
dengan menonton tv, dan
selalu berinisiatif meminta
maaf kepada istri
kompromi Kedua belah pihak
memenuhi keinginan
dengan melihat kondisi
Pasangan melakukan
musyawarah ketika
mereka memiliki
Kedua belah pihak memenuhi
keinginannya dengan melihat
kondisi terlebih dahulu dan
Pasangan melakukan
musyawarah ketika mereka
memiliki keinginan yang
101
terlebih dahulu dan selalu
melakukan musyawarah
ketika kedua belah pihak
memiliki keinginan yang
berbeda
keinginan yang
berbeda dan mencari
solusi untuk
memenuhi keinginan
tersebut serta juga
melihat kondisi
mereka terlebih
dahulu sebelum
memenuhi
keinginannya
Suami berusaha
memenuhi keinginan
istri dengan alternatif
harga yang lebih
murah dan selalu
melakukan
musyawarah ketika
salah satu pihak akan
memutuskan sesuatu
terkait uang belanja
harian dan keinginan
yang berbeda
melakukan musyawarah
ketika mereka memiliki
keinginan yang berbeda dan
mencari solusi untuk untuk
menemukan solusi terkait
pendidikan anak mereka
berbeda dan mencari solusi
untuk memenuhi keinginan
tersebut serta juga melihat
kondisi mereka terlebih
dahulu sebelum memenuhi
keinginannya
akomodasi Kedua belah pihak
mampu melupakan
keinginan diri sendiri
dengan mengabaikan
sesuatu yang diinginkan.
Dalam peran rumah
Pasangan mampu
melupakan keinginan
diri sendiri membantu
tugas istri ketika istri
benar-benar merasa
tidamampu untuk
Pasangan tidak mampu
melupakan keinginan diri
sendiri dengan mengabaikan
keinginan mereka ketika
keuangan sedang menipis,
tapi dalam hal peran mereka
Pasangan mampu melupakan
keinginan diri sendiri dengan
mengabaikan keinginan
mereka ketika keuangan
sedang menipis. Dalam hal
berbagi peran, mereka saling
102
tangga, suami membantu
meringankan pekerjaan
istri ketika istri benar-
benar membutuhkan
bantuan, selain itu istri
akan mematuhi apa yang
diperintah oleh suami,
sedangkan suami tidak
mematuhi apa yang
perintah pasangannya.
Ketika ada permasalah,
Istri memilih meninta
maaf dan tidak melayani
konflik, sedangkan suami
memilih menanyakan
pokok yang membuat
istri marah
melakukan tugas
tersebut dan dapat
mematuhi perintah
atau larangan para
suami dan memilih
untuk tidak melayani
konflik
Kedua belah pihak
mampu melupakan
keinginan diri sendiri
dengan mengabaikan
keinginan mereka
ketika keuangan
sedang menipis,
Dalam peran rumah
tangga suami akan
membantu istri ketika
benar-benar
membutuhkan
bantuan. Ketika ada
permasalah, kedua
belah memilih
meninta maaf dan
tidak melayani konflik
saling membantu
meringankan tugas
pasangannya dan memilih
untuk tidak melayani konflik
membantu meringankan tugas
pasangannya dan dapat
mematuhi perintah atau
larangan suami dan memilih
untuk tidak melayani konflik
103
C. PEMBAHASAN
Fenomena maraknya pernikahan dini yang terjadi di Desa X masih sering
dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa ke empat pasangan yang
menjadi kriteria penelitian merupakan pasangan yang menikah dini. Faktor yang
menjadi penyebab mereka memutuskan untuk menikah dini karena adanya
perjodohan yang dilakukan oleh orang tua subjek akibat putus sekolah dan masalah
ekonomi, sifat pesimis subjek untuk melanjutkan sekolah dan dijodohkan dengan
anak rekan kerja orang tua. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Utami (2015) yang menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya
pernikahan dini adalah perjodohan orang tua, perjodohan ini sering terjadi akibat
putus sekolah dan masalah ekonomi.
Setiap pernikahan tidak akan terhindar dari konflik. Munculnya sebuah
konflik kerena adanya perbedaan persepsi dan harapan-harapan yang terjadi pada
pasangan suami istri tentang masalah pernikahan (Sadarjoen, 2005). Lebih lanjut
Sadarjoen (2005), Sumber konflik dalam rumah tangga menyangkut persoalan-
persoalan seperti keuangan. Menurut Olson dan Fower (Saragih, 2003) area ini
menilai sikap dan cara pasangan mengatur keuangan, bentuk-bentuk pengeluaran dan
pembuatan keputusan tentang keuangan. Konflik dapat muncul jika salah satu dari
pasangan tidak dapat mengatur keuangan dengan baik. Pada pasangan C, awal
menikah HF memiliki tanggungan yang harus dibayar setiap bulan. Gaji yang
diperoleh tidak seberapa dan harus dibagi dengan tanggungan tersebut sehingga
ketika uang bulanan tidak cukup untuk satu bulan kedepan maka subjek dan istri
104
memilih untuk meminjam kepada mertua subjek, sehingga membuat subjek merasa
malu dan merasa bahwa beban tanggungan yang harus dibayar semakin banyak,
akhirnya permasalahan tersebut menjadi konflik dalam rumah tangga. Hal tersebut
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Brader (Permata, 2014) menemukan
bahwa sumber konflik pada enam bulan pertama setelah perkawinan biasanya terkait
dengan tugas-tugas rumah tangga, masalah keuangan, waktu dan perhatian pasangan.
Sumber konflik kedua adalah masalah anak, misalnya penanaman disiplin,
pengasuhan anak dan lain-lain. Area ini menilai sikap dan perasaan tentang menjadi
orangtua, memiliki dan membesarkan anak. Fokusnya adalah bagaimana orangtua
menerapkan keputusan mengenai disiplin anak, cita-cita terhadap anak serta
bagaimana pengaruh kehadiran anak terhadap hubungan pasangan. Kesepakatan
dengan pasangan dalam hal mengasuh anak dan mendidik anak penting halnya dalam
pernikahan (Saragih, 2003). Pada pasangan C yang dirasakan oleh HF selaku suami
dari SA. Subjek HF sering kali mengalami konflik ketika pasangannya mengabaikan
dan terkesan tidak peduli terhadap anaknya. Setiap kali subjek menanyakan anaknya
pada SA setelah kerja, SA sering kali menjawab tidak tahu. Hal tersebut
menimbulkan pertengkaran, subjek merasa SA tidak peduli dalam melakukan
tugasnya sebagai istri dalam mengasuh anak. Selain itu, subjek merasa kesal apabila
subjek sedang memarahi anaknya yang melanggar aturan justru istri subjek membela
anak yang salah. Menurut subjek, jika hal tersebut sering dilakukan, maka anak akan
acuh terhadap aturan yang ditetapkan. Sedangkan pada pasangan A, masalah yang
terjadi adalah ketika AI yang merupakan istri M tidak segera mendiamkan anaknya
yang menangis atau ketika AI membuat anaknya menangis.
105
Sumber konflik ke tiga berkaitan dengan hubungan pertemanan. Pada
pasangan D yaitu subjek MF selaku suami dari KL. Berawal dari kebiasaan subjek
sebelum menikah dengan KL, subjek sering menghabiskan waktu bersama teman-
temannya terlebih pada malam minggu. Kebiasaan tersebut membuat istri subjek
marah karena merasa subjek seringkali mementingkan temannya daripada tinggal
dirumah untuk sekedar menemani istrinya. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan Handayani, dkk (Kharisma, 2013) mengatakan bahwa
pengantin baru adalah masa transisi yang cukup sulit karena pasangan harus
kehilangan kebebasannya dan mulai menjalankan fungsinya sebagai suami atau istri.
Sedangkan pada pasangan A, subjek AI merasa kesal kepada M selaku suami
subjek karena mantan pacar M masih kembali menghubunginya. Subjek merasa
cemburu jika ada pesan singkat dari wanita masalalu yang ditujukan kepada M.
Keadaan yang dialami oleh pasangan A didukung oleh pernyataan Manurung dan
Manurung (Putri, 2014), menyatakan bahwa penyebab pertengkaran dalam rumah
tangga terjadi karena adanya kecurigaan adanya pria dan wanita didalam rumah
tangganya.
Sumber konflik ke empat adalah hubungan dengan keluarga besar. Adanya
hubungan baik dengan keluarga baik dari pihak pasangan dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya ketegangan hubungan dan konflik dalam rumah tangga.
Pada pasangan A yaitu subjek AI yang merupakan istri dari subjek M, subjek merasa
bahwa apa yang dilakukan subjek masih belum cocok dengan ibu mertua subjek.
Subjek sering bertengkar dengan pasangannya ketika subjek mengadukan
pembicaraan para tetangga terkait ibu mertua yang sedang membicarakan hal yang
106
tidak benar terhadap subjek. Hal ini didukung oleh Manurung & Manurung (Putri,
2014), mengemukakan bahwa penyebab konflik dalam rumah tangga yaitu dari
suami istri, orangtua, dan anggota keluarga lainnya.
Munculnya sebuah konflik yang terjadi dalam rumah tangga membuat
individu tersebut harus memiliki strategi dalam meyelesaikannya, yang disebut gaya
manajemen konflik. Menurut Wirawan (2010), manajemen konflik sebagai proses
pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan
menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang
diinginkan. Adanya manajemen konflik yang baik akan meminimalisir terjadinya
perceraian. Pada penelitian ini, teori manajemen konflik yang digunakan yaitu milik
Thomas dan Khilmann (1974) yang mendefinisikan sebagai proses pihak yang
terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan menerapkannya
untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang diinginkan.
Keinginan untuk menang dan memiliki sifat egois membuat individu
cenderung menggunakan gaya kompetisi dalam menyelesaikan masalahnya. Salah
satu pihak akan memaksa pasangannya untuk mengikuti keinginannya tanpa
memikirkan perasaan lawan konflik. Menurut Thomas dan Khilmann (1974), gaya
ini disebut dengan kompetisi yang berorientasi pada kekuasaan, dimana seseorang
akan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk memenangkan konflik dengan
biaya lawannya. Dalam model kompetitif, individu cenderung agresif, memaksakan
kehendak dan berusaha untuk menang tanpa ada keinginan untuk menyesuaikan
tujuan dan keinginannya dengan orang lain.
107
Model ini digunakan oleh pasangan A yang mana kedua belah pihak saling
membantah ketika sedang berbicara tanpa ada keinginan untuk mengalah dan masih
memiliki sifat egois yang mereka tunjukkan dengan bersikeras terhadap sesuatu yang
diinginkan dengan cara memaksa sehingga salah satu dari mereka mengalah.
Penggunaan gaya manajemen konflik kompetisi menandakan bahwa individu lebih
mementingkan diri sendiri dibandingkan pasangannya. Kurangnya kematangan
emosi menjadi pemicu individu menggunakan gaya manajemen konflik tersebut
(Putri, 2104). Menurut Cavanaugh dan Kail (Putri, 2014), kematangan-kematangan
tersebut sulit dicapai apabila pasangan menikah pada usia remaja atau usia sekitar 20
tahunan. Hurlock (Kharisma, 2013) menambahkan bahwa meningginya emosi
remaja lebih menonjol pada awal periode akhir masa remaja, yaitu usia 18 tahun -21
tahun.
Manajemen konflik kedua milik Thomas dan Khilmann (1974) adalah
kolaborasi. Kolaborasi bertujuan untuk mencari alternatif, dasar bersama, dan
sepenuhnya memenuhi harapan kedua belah pihak yang terlibat konflik. Gaya ini
sebagai upaya bernegosiasi untuk menciptakan solusi yang sepenuhnya memuaskan
pihak-pihak yang terlibat konflik. Solusi berupa alternatif lain yang bukan tujuan
kedua belah pihak yang terlibat konflik tetapi kedua belah pihak sepenuhnya puas
dengan solusi tersebut. Upaya tersebut sering meliputi saling memahami
permasalahan konflik atau saling mempelajari ketidaksepakatan. Berdasarkan hasil
penelitian, pasangan A, C, dan D menggunakan gaya manajemen konflik kolaborasi.
Penggunaan gaya ini kedua belah pihak berusaha mencari solusi yang dapat diterima
oleh kedua belah pihak dan sama-sama diuntungkan. Pada saat dihadapkan pada
108
masalah yang berkaitan dengan keinginan yang berbeda, pasangan A dan D akan
berusaha mencari solusi yang dapat memuaskan keinginan mereka. Mereka akan
saling mengutarakan dan mendengarkan pendapat yang dikemukakan oleh lawan
konfliknya dan setelah itu mereka akan mencari solusi apa yang dapat mereka
gunakan untuk memuaskan keduanya tanpa ada yang merasa dirugikan.
Menghindar merupakan salah satu gaya manajamen konflik yang sering
digunakan untuk menghindari permasalahan yang ada dalam rumah tangga. Mnurut
Thomas dan Khilmann (1974) menghindar memiliki memiliki tingkat keasertifan dan
kerja sama yang rendah. Kedua belah pihak yang terlibat konflik berusaha
menghindari konflik. Bentuk penghindaran tersebut berupa menjauhkan diri dari
pokok permasalahan, menunda pokok masalah hingga waktu yang tepat, atau
menarik diri dari konflik yang mengancam dam merugikan. Model ini digunakan
oleh pasangan B dan C, yang mana mereka akan memilih untuk mengalah,
mengabaikan permasalahan, dan selalu berinisiatif untuk meminta maaf kepada
pasangan ketika sedangan marah. Tujuannya adalah untuk menciptakan keadaan
yang damai dalam rumah tangga yang mereka jalani.
Manajemen konflik lain yang digunakan oleh keempat pasangan adalah
kompromi. Menurut Thomas dan Khilmann (1974), kedua belah pihak yang terlibat
konflik mencari alternatif titik tengah yang memuaskan sebagian keinginan mereka.
Solusi berupa alternatif lain yang memenuhi sebagian keinginan masing-masing
pihak tetapi kedua belah pihak hanya terpebuhi sebagian keinginannya. Mereka akan
mengutarakan keinginan masing-masing dan akan mencari titik tengah. Berdasarkan
hasil yang diperoleh keempat pasangan B, dan D menggunakan gaya ini yang mana
109
pasangan ini akan memenuhi keinginan salah satu pasangannya dengan melihat
kondisi terlebih dahulu dan melakukan musyawarah dalam mengambil sebuah
keputusan menyangkut kepentingan bersama. Pengelolaan konflik yang baik akan
membuat keluarga semakin kuat dan kompak dalam menjalani bahtera rumah
tangganya. Penelitian yang dilakukan oleh Coleman, Ganong dan Pauk (Kharisma,
2013) menunjukkan bahwa beragam konflik dalam rumah tangga, yang mendorong
terjadinya diskusi dan kompromi justru menyebabkan perubahan yang postif dalam
keluarga.
Handayani, dkk (Kharisma, 2013) mengungkapkan bahwa dalam pendekatan
penyelesaian konflik yang konstruktif, pasangan lebih menekankan pada persoalan
yang dihadapi saat ini, sharing perasaan, berbagi informasi secara terbuka, mengakui
kesalahan, dan mencari kesamaan dalam perbedaan. Gaya manajemen konflik
akomodasi digunakan oleh kedua belah pihak untuk saling membantu,
mementingkan keinginan pasangannya dan mampu melupakan keinginan sendiri.
Keempat pasangan A, B, C, dan D saling melupakan keinginan mereka ketika
keuangan sedang menipis, dan mereka akan saling membantu pasangannya ketika
mereka membutuhkan bantuan serta akan mengalah ketika pasangannya sedang
dalam mood yang kurang baik. Menurut Thomas dan Khilmann (1974), akomodasi
merupakan gaya yang mengabaikan kepentingan dirinya sendiri dan berupaya
memuaskan kepentingan lawan konfliknya.
Menggunakan pihak ketiga untuk membantu menyelesaikan masalah juga
seringkali menjadi pilihan setiap pasangan. Seperti yang dilakukan oleh pasangan B
yang selalu meminta saran atau pendapat kepada orang yang lebih tua dalam
110
mengatasi masalah yang tidak kunjung menemukan titik temu, sharing pengalaman
kepada orang yang lebih tua untuk menciptakan keluarga yang harmonis dan
sejahtera sesuai dengan yang diharapkan. Pasangan A ketika menghadapi masalah
perekonomi, mereka kerapkali dibantu oleh orangtua mereka sehingga ketika mereka
merasa kesulitan dalam hal ekonomi, mereka tidak akan kebingungan mengatasinya.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian,
yaitu;
1. Peneliti membatasi jumlah anak terhadap subjek penelitian sehingga subjek
penelitian tidak beragam.
2. Item pertanyaan yang peneliti ajukan kurang mendalam sehingga
permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga kurang tergali dengan baik.