Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Keadaan Umum BBIB Singosari
Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Malang berdiri
pada tahun 1976 berbentuk laboratorium semen beku yang
berkejasama dengan pemerintah Belgia yang bertempat di
Wonocolo Surabaya.Berdasarkan dalam surat keputusan
Menteri Pertanian No.314/Kpts/Org/5/1978 pemerintah
mengambil alih pengelolaan laboratorium dan tetapkan
sebagai Cabang Balai Inseminasi Buatan Wonocolo, dan pada
tahun 1982 pindah ke Singosari Malang dan ditetapkan oleh
Direktur Jendral Peternakan sebagai Cabang Balai Inseminasi
Buatan Singosari. BBIB Singosari bertugas pokok sebagai
pengembang inseminasi buatan di Indonesia.Tahun 1988
status balai ditingkatkan menjadi Balai Inseminasi Buatan
Singosari sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
193/Kpts/OT.212/2/1988 dan pada tahun 2004 dengan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 681/Kpts/OT.140/11/2004
meningkat statusnya sebagai Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari.
BBIB Singosari terletak di Desa Toyomarto, Kecamatan
Singosari, Kabupaten Malang, 20 km sebelah Utara kota
Malang, Letak kantor BBIB Singosari sebelah barat dan
selatan berbatasan dengan hutan, sebelah Utara berbatasan
dengan kebun the Wonosari dan sebelah TImur berbatasan
dengan Desa Toyomarto. BBIB Singoari memiliki ketinggian
800-1200 m diatas permukaan laut.Rataan suhu udara berkisar
antara 16-22ºC, dengan kelembaban berkisar 70-90 % dan
curah hujan 2.233mm/tahun.
38
Wilayah kerja BBIB Singosari bertepatan dengan
wilayah pertanian, peternakan, perkebunan dan wisata
lokal.Luas wilayah kerja BBIB Singosari Sebesar 67.7 Ha
yang diperuntukan sebagai sarana dan prasarana penunjang
pelayanan teknis pembibitan ternak. BBIB Singosari memiliki
tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
1. Penyusunan program, evaluasi dan laporan kegiatan
produksi, pemasaran dan pemantauan mutu semen
ternak unggul, serta pengembangan inseminasi buatan
2. Pelaksanaan produksi dan pemberian saran teknis
produksi semen ternak unggul
3. Pelaksanaan pengujian dan pemantauan mutu semen
ternak unggul
4. Pelaksanaan pengembangan inseminasi buatan dan
metoda produksi
5. Pelaksanaan pemeliharaan pejantan ternak unggul
6. Pelaksanaan perawatan kesehatan pejantan ternak
unggul
7. Pelaksanaan pengawasan dan penyediaan pakan ternak
unggul
8. Pelaksanaan pengujian keturunan dan peningkatan mutu
genetik pejantan ternak unggul
9. Pelaksanaan kerjasama dan optimalisasi pemanfataan
sumber daya
10. Pelaksanaan penyimpanan, pendistribusian dan
pemasaran hasil produksi
11. Pengelolaan prasarana dan sarana produksi
12. Pengelolaan infirmasi dan promosi produksi
13. Pengelolaan urusan tata usaha, rumah tangga dan
perlengkapan
39
Tugas pokok utama BBIB Singsosari adalah dalam
produksi dan pengembangan inseminasi buatan yang nantinya
akan disalurkan ke seluruh pelosok negeri melalui Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Timur dan BBIB Singosari
merupakan Badan Layanan Umum (BLU) pada sektor
peternakan.
BBIB Singosari memiliki jumlah populasi ternak
sebesar 257 jumlah ternak yang terdiri dari bergagai bangsa
yang diperuntukan sebagai penunjang produksi semen
beku.Ternak tersebut diperoleh berdasarkan pengadaan dan
seleksi secara langsung untuk sapi yang berasal dari luar
negeri dan membeli beberapa ternak unggul dari kontes ternak
lokal yang diselenggarakan di beberapa daerah
Indonesia.Rincian Populasi ternak dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rincian populasi ternak BBIB Singosari
Jenis Ternak Jumlah (ekor)
FH 24
Bali 53
Madura 6
Ongole 13
Brahman 15
Brangus 5
Angus 4
Simental 45
Limousin 70
Kambing PE 7
Kambing Boer 5
Kambing Saanen 3
Kambing Senduro 6
Kambing SDG 1
Sumber: Data Sekunder BBIB Singosari, 2017
40
1.2. Struktur Organisasi BBIB Singosari
Struktur organisasi BBIB Singosari menunjukan fungsi-
fungsi, personal, hubungan wewenang dan tanggung jawab
dalam suatu organisasi.BBIB Singosari membentuk struktur
organisasi sebagai penyedia wadah bagai mencapai tujuan
bersama agar terbina kerjasama yang bak didalamnya.Henry
(1983), struktur dasar sebuah organisasi adalah sebagai
berikut.
Gambar 3.Struktur dasar sebuah organisasi.Structure in five :
Designing Effective Organization
Setiap lima bagian dasar tersebut bisa mendominasi
sebuah organisasi. Pengaruh tersebut tergantung bagian mana
yang menjadi sebuah kunci kendali.Henry (1983) beragumen
41
dari lima dasar bagian organisasi tersebut memiliki denfinisi
sebagai berikut.
1. Operating core : Pegawai yang melaksanakan pekerjaan
dasar yang berhubungan dengan produksi produk dan
jasa
2. The strategic apex : Manajer tingkat atas yang bertugas
dengan keseluruhan tanggung jawab dalam sebuah
organisasi
3. The middle line : Manajer yang menjadi penghubung the
operation core dengan strategic apex
4. The technostructure : Penganalisis, yang bertanggung
jawab untuk membuat bentuk standarisasi dalam sebuah
organisasi
5. The support staf : Orang yang mengisi unit staf, yang
menyediakan pelayanan pendukung secara tidak
langsung dalam sebuah organisasi.
Struktur organisasi memperlihatkan pembagian tugas,
tanggung jawab dan pendelegasian wewenang dengan adanya
batas-batas keputusan yang dapat diambil alih oleh setiap
bagian.Struktur organisasi sektor publik cebderung kaku dan
masih banyak tumpang tindih antara tugas pokok dan fungsi
antar setiap bagian.Jal tersebut dinilai sangat kurang efektif
namun skruktur organisasi di sektor publik lebih kompleks
dibandingkan dengan sektir swasta. BBIB Singosari sebagai
publik sektor yang bergerak dalam BLU yang mana setiap
unit-unit dalam struktur organisasi tersebut saling terhubung
antar satu sama lain.Struktur organisasi BBIB Singosari dapat
dilihat pada Gambar 4.
42
Gambar 4.Struktur organisasi BBIB Singosari
43
Kepengurusan BBIB Singosari dibentuk berdasarkan
keputusan dari pemerintah pusat Nomor
681/Kpts/OT.140/11/2004 yang dalam hal ini adalah kementerian
pertanian.Kepala balai memberikan wewenang kepada tiga kepala
bidang yang selaku sebagai middle line organisasi dan kepala
bidang memberikan wewenang kepada kepala seksi untuk
pelaksanaan manajerial teknis.Kepala balai juga memberikan
wewenang langsung kepada operational core yang dalam hal ini
terdiri dari kelompok jabatan fungsional dan laboratorium uji
mutu.
Kepala balai yang dalam hal ini memiliki wewenang posisi
tertinggi di balai memberikan kontrak kinerja kepada setiap
kepala bagian yang sebelumnya dibentuk dalam rapat Rencana
Strategis balai. Setiap kepala bagian yang menerima tugas
bertanggung jawab penuh atas tugas tersebut yang hasilnya nanti
akan dilaporkan kepada kepala balai.
1.3. Uraian Jabatan
1.3.1. Stategic Apex
Konteks strategic apex di BBIB Singosari adalah pada
kepala balai dan pemerintah pusat yang masih berhubungan
dengan BBIB Singosari.Bagian dasar dari strategic apex ini
sendiri membentuk kemampuan konseptual terhadap
perkembangan dan kemajuan organisasi.strategic apex memiliki
wewenang tertingi dalam segala regulasi dan justifikasi keputusan
organisasi.
Kepala balai merupakan pemegang kuasa tertinggi dalam
balai.Kepala balai memiliki tugas pokok pelaksanakan produksi,
distribusi, pemasaran, dan pemantauan mutu semen ternak
unggul, serta pengembangan inseminasi buatan yang ada di BBIB
KEPALA BBIB
SINGOSARI
WAKIL MANAJEMEN
MUTU
DEPUTI WMM
BAGIAN UMUM
Subbagian
Program dan
Keuangan
Subbagian
Kepegawaian
dan Tata Usaha
Subbagian Rumah
Tangga dan
Perlengkapan
BIDANG PELAYANAN
TEKNIK
BIDANG PEMASARAN
DAN INFORMASI
Seksi Pemeliharaan
dan Peningkatan Mutu
Genetik Ternak
Seksi Produksi Semen
dan Pengembangan
Inseminasi Buatan
Seksi Pemasaran dan
Kerjasama
Seksi Informasi dan
Pemantauan Mutu Semen
Laboratorium Uji Mutu Kelompok Jabatan Fungsional
44
Singosari.Kepala balai memberikan koordinasi kepada setiap
jajaran organiasi dalam menjalankan tugas pokoknya, kepala
balai memberikan wewenang kepada setiap jajaran untuk
mencapai target yang sudah disepakati bersama.Kepala balai
memiliki tingkat jabatan ekselon 2 dalam kepemerintahan.
1.3.2. Middle Line
Posisi middle line pada BBIB Singosari adalah pada
jabatan kepala bagian umum, kepala bidang pelayanan teknik,
dan kepala bidang pemasaran dan informasi. Middle line berperan
dalam mengkomunikasikan perencanaan yang ada dalam
organisasi kepada para low level manager dan pegawai yang
lainnya dalam satu bagian kerja.
Kepala bagian umum mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan program, evaluasi dan laporan, pengelolaan
keuangan dan tata usaha, kepegaiawain, rumah tangga dan
perlengkapan.Kepala bagian umum memiliki tingkat jabatan
ekselon 3 dalam kepemerintahan.Kepala bidang pelayanan teknis
mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan teknis
pemeliharaan ternak dan peningkatan mutu genetik ternak,
produksi semen ternak unggul, serta pengembangan inseminasi
buatan.Kepala bidang pemasaran dan informasi mempunyai tugas
melaksanakan kerja sama dan optimalisasi pemanfaatan sumber
daya, penyimpanan dan pendistribusian hasil produksi, serta
pengelolaan informasi, dan optimalisasi hasil produksi.
1.3.3. Technostructure
Posisi technostructure pada BBIB Singosari adalah deputi
Wakil Manajemen Mutu (WMM) deputi WMM selaku
technostructure memiliki tugas pokok sebagai pengawas kinerja
balai dengan segala konsep dan regulasi yang sudah ditetapkan
oleh organisasi seperti pedoman mutu, instruksi kerja, dan standar
45
operasional prosedur. Deputi WMM mendokumentasikan segala
bentuk tatanan kerja dalam organisasi agar dapat berjalan dengan
stabil.
1.3.4. Support staff
Support staff di BBIB Singosari meliputi subbagian
program dan keuangan, subbagian kepegawaian dan tata usaha,
subbagian rumah tangga dan perlengkapan. Posisi support
staffdalam organisasi BBIB Singosari sebagai penyedia layanan
dukungan secara tidak langsung dalam keberlangsungan
organisasi. Masing masing subbagian memiliki tugas pokok
masing masing yang menjadi pendukung dalam keutuhan sebuah
organisasi.
1.3.5. Operating Core
Operating core BBIB Singosari adalah para kelompok
jabatan fungsional yang secara langsung berkontribusi dalam
mendukung kinerja utama organisasi. Para operating core lebih
memiliki kemampuan teknis dalam pelaksanaan tugasnya
mengasilkan output yang diinginkan organisasi.
Kelompok jabatan fungsional terdiri atas jabatan fungsional
pegawas bibit tenak, laboratorium uji mutu, medik veteriner,
paramedik veteriner, dan pengawas mutu pakan.Masing masing
kelompok jabatan fungsional dikoordinasikan oleh seorang
pejabat fungsional selaku low level manager yang ditetapkan oleh
kepala.
1.4. Pengujian Mutu Semen di BBIB Singosari
1. Proses Pengujian Mutu Semen di BBIB
Ruang lingkup pendistribusian semen beku BBIB
Singosari untuk seluruh wilayah Indonesia, BBIB perlu menjamin
46
kualitas mutu semen beku hingga ke tangan konsumen hingga
pelosok negeri.BBIB Singosari melakukan pengujian mutu dalam
menjaga kualitas. Terdapat tiga tahapan pengujian mutu:
a. Makroskopis
Pengujian makroskopis dimulai ketika semen baru
masuk kedalam laboratorium kriteria dalam uji makroskpis adalah
memiliki warna Putih Susu (PS)/Putih Kuning (PK), memiliki bau
khas semen segar, dan memiliki konsistensi pekat dan memiliki
pH 6,2-6,8 serta semen steril dari benda asing.
b. Mikroskopis
Pengujian mikroskopis dilakukan untuk mengetahui
kualitas internal dari semen itu sendiri.Pengujian mikroskopis
dilakukan dengan menentukan standar motolitas massa min 70%
dan motilitas individu progresif, abnormalitas maks. 10%, dan
kondisi cairan semen steril dari benda asing.
c. Post Thawing Motility
Pengujian PTM dilakukan pasca freezing semen beku,
pengujian PTM dilakukan untuk mengetahui motilitas semen
setelah dibekukan. Pengujian dilakukan dengan cara mengambil
sampel straw semen lalu dilakukan thawing untuk diamati di
mikroskop. Kriteria PTM adalah min 45%.
2. Kebijakan Kualitas dan Pegawasan Mutu Semen beku
Kebijakan kualitas dan pengawasan mutu semen beku
sangat diperhatikan oleh BBIB Singosari karena semen beku yang
diproduksi berkaitan erat dengan keberhasilan kebuntingan pada
peternak demi mewujudkan penambahan populasi di Indonesia.
Kebijakan mutu tersebut sudah dibentuk mulai proses produksi,
distribusi hingga pemasaran semen beku ke koparasi ataupun
seluruh peternak yang ada di negeri. Pegawasan mutu dan teknik
pengambilan sampel sangat berpengaruh terhadap jaminan
47
kualitas produk yang dihasilkan BBIB Singosari, karena akan
memberikan kualitas yang terjaga hingga ke tangan konsumen.
Pengawasan mutu dapat dilakukan dengan cara pengujian dan
penerapan SOP yang baik di setiap lini usaha untuk mendapatkan
hasil produk semen beku yang berkualitas. Kualitas mutu yang
dilakukan di BBIB Singosari harus sesuai dengan serifiksasi ISO
4809 . 1: 2008 untuk sapi dan ISO 4809. 3: 2014 untuk kambing.
1.5. Pemasaran Hasil
BBIB Singosari adalah salah satu jenis unit pelayanan
teknis milik pemerintah BBIB Singosari memiliki pendapatan tapi
tidak mengutamakan keuntungan seperti perusahaan swasta karna
kepemilikan pemerintah bersifat benefit oriented bukan profit
oriented. Sektor pemasaran BBIB Singosari meliputi seluruh
pelosok negeri yang sebelumnya dikirim menuju Dinas
Peternakan Jawa Timur yang selanjutnya bisa didistribusikan ke
seluruh daerah di Indonesia.Harga yang ditentukan BBIB
Singosari kepada konsumen berdasarkan jenis ternak dan grade
yang digolongkan.Harga dan grade yang ditentukan oleh BBIB
Singosari dapat dilihat pada Tabel 6.
48
Tabel 6. Harga dan grade yang ditentukan oleh BBIB Singosari
Dalam Negeri Sexing Unsexsing
Sapi Potong/FH
Kelas B/Kambing
Rp. 7000,00 Rp. 36.000,00
Sapi FH Kelas A Rp. 8000,00 Rp. 40.000,00
Sapi Proven Sire Rp. 9000,00 Rp. 45.000,00
Sapi FH Elite Bull Rp. 12.000,00 Rp. 60.000,00
Ikan Rp. 15.000,00 -
Luar Negeri
Sapi Potong/FH
Kelas B/Kambing
Rp. 115.000,00 Rp. 30.000,00
Sapi FH Kelas A Rp. 150.000,00 Rp. 40.000,00
Sapi Proven Sire Rp. 155.000,00 Rp. 60.000,00
Sapi FH Elite Bull Rp. 165.000,00 Rp. 80.000,00
Sumber: Data Sekunder BBIB Singosari 2017
Setiap harinya BBIB Singosari mampu meproduksi semen
beku hingga 5000 straw/hari.Limousin dan Simental adalah straw
yang menjadi permintaan terbanyak di BBIB Singosari.Catatan
kualitas semen beku yang dihasilkan harus memenuhi standar
yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia.Produksi semen
beku di BBIB Singosari pada tahun 2014-2016 dapat dilihat pada
Tabel 7.
49
Tabel 7.Produksi semen beku di BBIB Singosari pertahun pada
tahun 2014-2016
Tahun Produksi Straw
Semen
Beku/Tahun
(straw)
Pertumbuhan (%)
2014 2.904.788 -
2015 2.072.684 -28.6
2016 1.897.228 -9.24
Sumber: Data Sekunder BBIB Singosari, 2017
Berdasarkan pada Tabel 7 dapat diketahui rata-rata
produksi straw semen beku BBIB Singosari pertahun dari tiga
tahun terakhir yakni tahun 2014 produksi straw mencapai
2.804.788, tahun 2015 produksi straw mencapai 2.072.684 dan
tahun 2016 produksi straw mencapai 1.897.228 straw. Turunnya
produksi straw semen beku di BBIB Singosari sapi pejantan
unggul untuk di tampung memasuki umur tua/afkir serta
kurangnya realisasi untuk replacement stock baru dari
pemerintah, cuaca dan kondisi teknis lainnya bisa mempengaruhi
daya produksi semen sapi pejantan unggul.
BBIB Singosari memimiliki target pencapaian produksi
semen beku yang diberikan berdasarkan audit oleh pemerintah
pusat. Setiap tahunnya BBIB Singosari diberikan target untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi pelaksanaan lembaga
pemerintah. Target dan pencapaian produksi semen beku BBIB
Singosari dapat dilihat pada Tabel 8.
50
Tabel 8.Target dan pencapaianProduksi semen beku 2014-2016
Tahun Target Tercapai
2014 2.500.000 2.904.788
2015 2.200.000 2.072.684
2016 1.900.000 1.897.228
Sumber: Data Sekunder BBIB Singosari, 2017
Hasil dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa pencapaian
produksi semen beku dalam kurun waktu dua tahun terakhir tidak
tercapai.Hal ini bisa disebabkan oleh sumber daya yang dimiliki
BBIB Singosari berupa pejantan unggul sudah banyak yang afkir
sehingga ternak hanya dipelihara tanpa dapat memproduksi
semen.Realisasi pengadaan ternak baru dilakukan oleh
pemerintah pusat sehingga pelaksanaan tugas pokok BBIB
Singosari bergantung pada dukungan oleh pusat.
1.6. Deskriptif Responden
Karateristik responden perlu disajikan dalam peelitian ini
guna menggambarkan keadaan atau kondisi responden yang dapat
memberikan informasi tambahan untuk memahami hasil-hasil
penelitian.Penyajian data deskriptif penelitian ini bertujuan agar
dapat dilihat profil dari data penelitian tersebut dan hubungan
antar variabel yang digunakan dalam penelitian. Peneliti membagi
karateristik reponden menjadi 2 jenis yaitu:
51
Laki - laki 43% Perempuan
57%
1. Jenis Kelamin
Karateristik reponden berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada Gambar 5 berikut:
Gambar 5. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin
Gambar 5. menunjukan bahwa mayoritas responden dalam
penelitian ini adalah jenis kelamin perempuan presentase 57%
dengan jumlah 17 orang dari total reponden dan jenis kelamin
laki-laki presentase 43 dengan jumlah 13 orang dari total
responden. Hal ini disebabkan karena pegawai negeri sipil di
BBIB Singosari di dominasi perempuan dan pegawai kontrak
didominasi oleh laki-laki yang bersifat teknis lapangan di
kandang dan pendukung tata usaha lainnya.
1. Tingkat Pendidikan
Deskripsi responden dalam klasifikasi tingkat pendidikan,
peneliti membagi dalam 3 kategori, yaitu Diploma, Sarjana,
Magister, dan Doktor. Adapun data mengenai tingkat pendidikan
52
Diploma 14%
Sarjana(S1) 57%
Magister (S2) 25%
Doktor (S3) 4%
reponden yang diambil sebagai responden dapat dilihat pada
Gambar 6 berikut :
Gambar 6. Karateristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Gambar 6 menunjukan bahwa sebagian besar pegawai di
BBIB Singosari yang menjadi responden dalam penelitian adalah
pendidikan Sarjana sebanyak 14 orang atau 57% dari populasi
sampel. Pendidikan Magister sebanyak 7 orang atau 25 %,
pendidikan Diploma sebanyak 16 orang atau 14 %, dan
pendidikan doktor sebanyak 1 orang atau 4% dari populasi
sampel responden. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
kualitas sumber daya manusia yang ada dalam sebuah organisasi
karna tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pola pikir dan
sifat kritis individu itu sendiri. Sesuai dengan pernyataan Rahmat
(1996) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki pendidikan
formal yang lebih tinggi akan memiliki motivasi yang lebih tinggi
53
serta wawasan yang lebih luas dalam menganalisa suatu
kejadian.Sehingga tingkat pendidikan dinilai berpengaruh
terhadap hasil penelitian.
a. Analisis Total Quality Management
i. Pilar Kepemimpinan
Kepemimpinan di BBIB Singosari ditentukan oleh pusat
melalui seleksi calon pimpinan dan pertimbangan oleh pimpinan
pusat. Berdasarkan hasil penelitian, dijelaskan bahwa dilakukan 4
indikator yaitu gaya kepempinan (X1.1), komunikasi pemimpin
(X1.2), pengawasan (X1.3), motivasi dan partisipasi pegawai
(X1.4). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9.Analisa Penerapan TQM Pilar Kepemimpinan
Indikator Penilaian Responden Rataan
Skor SB
(%)
B
(%)
TB
(%)
STB
(%)
Total
(%)
1. Gaya
Kepemimpinan
68,59 30.57 0 0 100 3.71
2. Komunikasi
pemimpin
65,0 35,0 0 0 100 3.65
3. Pengawasan
kinerja
80,0 20,0 0 0 100 3.80
4. Motivasi dan
partisipasi
pegawai
60,0 40,0 0 0 100 3.63
Hasil Akhir 3.68
(92 %)
Sumber: Data Primer diolah, 2017
54
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap penerapan TQM
pilar kepemimpinan dapat dilihat pada Tabel 9. Penilaian
responden terhadap 4 indikator variabel yaitu indikator gaya
kepemimpinan diperoleh nilai rataan skor sebanyak 3.7 dengan
keterangan sangat baik. Mayoritas reponden memberikan nilai
sangat baik yaitu sebesar 68,59%. Hal ini dikarenakan responden
menilai pemimpin turut andil terhadap segala kegiatan di BBIB
Singosari Komunikasi pemimpin diperoleh rataan skor 3.6
dengan keterangan sangat baik.Mayoritas responden memberikan
nilai sangat baik yaitu sebesar 65%.Komunikasi pemimpin
dengan bawahan terjalin cukup baik, pemimpin
mengkomunikasikan perencanaan kepada seluruh
pegawai.Pengawasan diperoleh rataan skor 3.8 dengan keterangan
sangat baik.Mayoritas responden memberikan nilai sangat baik
yaitu sebesar 80 %.Hal ini dapat dinilai dengan sebagian besar
kegiatan di organisasi yang terawasi dengan baik oleh
pemimpin.Motivasi dan partisipasi pegawai diperoleh rataan skor
3.6 dengan keterangan sangat baik.Mayoritas responden
memberikan nilai sangat baik yaitu sebesar 60%.Pemimpin sering
menjadi panutan yang baik bagi karyawan serta dapat merangkul
karyawan dalam kegiatan organisasi.
a) Gaya kepemimpinan pemimpin di BBIB Singosari
Kepemimpinan di BBIB Singosari yang dalam hal ini
dipimpin oleh kepala balai ditentukan berdasarkan penilaian
kinerja dan pengalaman pegawai negeri sipil oleh pemerintah
pusat. Pemimpin dalam sebuah instansi pemerintah ditentukan
melalui proses seleksi dan pengkajian oleh pemerintah pusat yang
dalam hal ini adalah direktur perbibitan Kementrian Pertanian.
Kepemimpinan yang saat ini di jalankan di BBIB Singosari
memiliki gaya kepemimpinan yang aktif dan partisipatif kepada
pegawai nya hal ini dibuktikan dengan mayoritas bahwa
55
kepempinan di BBIB Singosari yang berkompeten dan acceptable
kepada para setiap bagian kerja
b) Komunikasi pemimpin
Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan kerja
yang stabil dan terkoordinasi dengan baik. pemengang kunci dari
sistem koordinasi organisasi yang baik adalah bagaimana
komunikasi pemimpin itu sendiri dalam sebuah organisasi.
Kepala balai memiliki jalinan komunikasi yang baik dengan para
pegawai di BBIB Singosari dengan dibuktikan penilaian yang
mayoritas mengatakan bahwa komunikasi pemimpin kepala balai
sangat baik yang membuat koordinasi pekerjaan di BBIB
Singosari dapat berjalan stabil dan teratur dengan baik serta
terjalinnya kekeluargaan dalam instansi BBIB Singosari tidak
terjadi sikap yang kaku dan dingin antara pegawai dan kepala
balai.
c) Pengawasan kinerja
Sebuah kegiatan yang ada dalam sebuah organiasi perlu
berjalan dengan teratur dan terawasi dengan baik.pengawasan
kinerja antar pemimpin dan setiap pegawai perlu dilakukan dalam
setiap organisasi. Mayoritas pegawai setuju bahwa pengawasan
kinerja oleh kepala balai dilakukan dengan sangat baik dengan
kepala balai hal itu dibuktikan dengan setiap kinerja yang dapat
teratur dan terarah sesuai tujuan organisasi di setiap bagian
masing-masing.
d) Motivasi dan partisipasi pegawai
Setiap pekerjaan pastinya akan menemui titik jenuh dan
kurangnya semangat dalam menjalani rutinitas kerja. Peran fungsi
kepala balai perlu bertindak aktif dalam memberikan motifasi dan
partisipasi kepada pegawai agar dapat meningkatkan kualitas
kinerja dan sumber daya manusia di organisasi itu
sendiri.Sebagain besar setuju dengan hal tersebut karena
56
pemimpin dinilai cukup baik dalam memberikan motivasi dan
memberikan pastisipasi aktif kepada pegawai agar kinerja dapat
terus berjalan optimal.
Kepemimpinan merupakan hal utama dalam sebuah
keberlangsungan organiasi karena kepemimpinan yang mengatur
arah kemana sebuah organiasi itu melaju. Kemampuan sumber
daya dalam organiasi yang hebat akan percuma jika sebuah
kepemimpinan dalam organisasi tersebut tidak mampu memacu
laju organisasi. Sistem birokrasi pemerintahan memungkinkan
pemimpin mendapatkan hak otonom dimana pemerintah pusat
memberikan wewenang kepada kepala balai untuk mengatur
BBIB Singosari itu sendiri.James (1994) mengatakan bahwa
kepemimpinan memegang peran penting dalam sebuah performa
organisasi hal itu ditujukan dalam Gambar7.
Gambar 7. Peranan Kepemimpinan dalam Total Quality
Sumber: James (1994)
57
Penilaian reponden menunjukan bahwa responden
memberikan penilain sangat baik terhadap 4 indikator
kepemimpinan dengan hasil rataan akhir 3.6 atau pencapaian
sebesar 92% dalam pilar kepemimpinan. Hal ini menunjukan
bahwa pilar kepemimpinan dalam analisa TQM di BBIB
Singosari tergolong sangat baik.
Tujuan dari kepemimpinan dalam manajemen kualitas
adalah untuk meningkatkan performansi manusia, mesin,
memperbaiki kualitas yang ada, meningkatkan ouput dari dan
produktivitas, serta secara simultan mampu menciptakan
kebanggan kerja bagi pekerja atau motivasi.
Kepemimpinan dalam manajemen kualitas bukan untuk
menemukan dan mencatat kegagalan yang dibuat pekerja serta
kemudian menghukum pekerja itu, tetapi untuk mengidentifikasi
dan kemudian menghilangkan penyebab kegagalan itu, serta
membantu pekerja agar mampu mengerjakan pekerjaan secara
lebih baik dan memperhatikan efektifitas (pencapaian tujuan) dan
efisiensi (penggunaan biaya) dalam setiap aktivitas yang
dilakukan
Kepemimpinan selaku decision makers memiliki autonomi
daripada pemangku kepentingan lain dalam hal dominasi dalam
lingkungan, teknologi, atau hal lain. Pemimpin bisa memilih
beberapa alternatif yang ada lama cakupan permasalahan yang
ada atau mereka bisa membuat keputusan baru.Seorang pemimpin
harus dapat melihat keuntungan dan ancaman terhadap kebijakan-
kebijakan yang di ambil. Sikap kepemimpinan dapat dalam 2
bentuk yaitu diantaranya kekuatan dan wewenang dimana jika
sifat kekuatan digunakan seutuhnya kepada pemimpin maka
seluruh kegiatan yang ada dalam organiasi diatur oleh pemimpin
seorang sendiri sedang kan sifat kepemimpinan berupa wewenang
mengartikan seorang pemimpin membentuk koalisi kepada
58
jajaran bawahan untuk mengatur laju organiasi tetap dalam
konteks keputusan tertinggi ada dalam pemimpin.
Gaspersz (1997) mengatakan pada dasarnya terdapat
delapan kunci tugas pemimpin untuk melaksanakan komitment
perbaikan kualitas terus menerus yaitu:
1. Menetapkan suatu dewan kualitas.
2. Menetapkan kebijaksanaan kualitas.
3. Menetapkan dan menyebarluaskan sasaran kualitas.
4. Memberikan dan menyiapkan sumber-sumber daya.
5. Memberikan dan menyiapkan pendidikan dan pelatihan
yang berorientasi pada pemecahan masalah-masalah
kualitas.
6. Menetapkan tim perbaikan kualitas yang bertanggung
jawab
Kepemimpinan yang baik memiliki sifat yang ‘terbuka’,
‘menginspirasi’,dan’rendah hati’. Pemimpin harus menjadi arah
acuan, mendapatkan kepercayan, dan berkontribusi dalam strategi
jangka panjang kerja dan dalam sudut pandang lain pemimpin
harus menjadi pendengar dan meningkatkan komunikasi dua arah
dengan baik. BBIB singosari memiliki sifat kepemimpinan
berupa wewenang dimana setiap keputusan organisasi ditentukan
oleh beberapa middle level dan low level manager bukan hanya
keputusan pemimpin tertinggi itu sendiri.
ii. Pilar Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis BBIB Singosari disebut
RenStra(Rencana Strategis) yang dibuat setiap tahunnya yang
berdasarkan target yang ditentukan oleh pusat dan justifying oleh
kemampuan sumber daya yang dimiliki BBIB Singosari.
Berdasarkan hasil penelitian, dijelaskan bahwa dilakukan 4
indikator yaitu kerangka kerja (X2.1), ukuran/standar terhadap
59
target (X2.2), pembuatan RenStra (X2.3), Komitment RenStra
(X2.4). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Analisa penerapan TQM Pilar Perencanaan Strategis
Indikator Penilaian Responden Rataan
Skor SB
(%)
B
(%)
TB
(%)
STB
(%)
Total
(%)
1. Kerangka
Kerja
50,0 50,0 0 0 100 3.50
2. Ukuran/stand
ar terhadap
target
36,66 63,3
3
0 0 100 3.36
3. Pembuatan
RenStra
61,66 38,3
3
0 0 100 3.61
4. Komitment
RenStra
30,0 50,0 20,0 0 100 3.06
Hasil Akhir 3.45
(86 %)
Sumber:Data Primer Diolah,2017
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap penerapan TQM
pilar perencanaan strategis dapat dilihat pada Tabel 10. Penilaian
responden terhadap 4 indikator variabel yaitu indikator kerangka
kerja diperoleh nilai rataan skor sebanyak 3.5 dengan keterangan
sangat baik. Mayoritas reponden memberikan nilai sangat baik
yaitu sebesar 50%.Hal ini dikarenakan responden menilai
kerangka kerja di BBIB Singosari ada, mudah dikenali dan jelas
ukuran/standart terhadap target diperoleh rataan skor 3.3 dengan
keterangan baik. Mayoritas responden memberikan nilai baik
yaitu sebesar 63,33%. Ukuran terhadap target yang ditentukan
jelas dan bisa tercapai. Pembuatan RenStra diperoleh rataan skor
60
3.6 dengan keterangan sangat baik. Mayoritas responden
memberikan nilai sangat baik yaitu sebesar 61,66 %. Hal ini
dinilai reponden karena BBIB Singosari cukup memiliki
perencanaan strategis jangka panjang dan jangka pendek dengan
dibentuknya perencanaan strategis yang rutin dilakukan minimal
6 bulan sekali.Komitmen RenStra diperoleh rataan skor 3.0
dengan keterangan baik.Mayoritas responden memberikan nilai
sangat baik yaitu sebesar 50%.BBIB Singosari berkomitment
sebagian besar terhadap perencanaan strategis yang dibentuk
bersama.
a) Kerangka kerja
Dalam sebuah organiasi harus berkeja sama untuk
mencapai tujuan, perencanaan strategis melibatkan
pengembangan strategi untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan jangka panjang organisasi tersebut. Setiap
pencapaian diperluakan sebuah tahapan yang jelas, kerangka
kerja perlu dibuat agar tidak terjadi ketidakpastian individu dalam
melaksanakan tugas nya di organisasi.BBIB Singosari telah
membuat kerangka kerja dengan baik hal ini bisa dilihat dengan
tersedianya setiap kerangka dan standar kerja di setiap divisi
usaha dengan penjelasan yang bisa dimengerti oleh setiap orang
di posisi tersebut.
b) Ukuran/standar terhadap target
Perencanaan yang baik memiliki arahan yang jelas terukur
dengan realistis, standar kompetensi terhadap target dapat disusun
berdasarkan analisis atas pengetahuan, keahlian, dan kemampuan
yang diperlukan secara tepat dalam rangka pelaksanaan tugas dan
fungsi kerja atau ukuran mutu untuk melakukan kegiatan kerja
tertentu. Sebuah ukuran / standar diperlukan kejelasan tahap
demi tahap agar setiap individu dalam organisasi dapat mengerti
61
sejauh mana pencapaian dalam karirnya. Hal ini diterapkan
dengan baik di BBIB Singosari meninjau dengan adanya
pelaksanaan sistem pengendalian internal yang dilakukan secara
rutin dimana dilakukan peninjauan terhapad pencapaian kinerja
yang dilakukan oleh organisasi itu senduri dan menilai hal hal
yang patut untuk ditingkatkan untuk pencapaian target yang lebih
baik.
c) Pembuatan rencana strategis
Sebuah organiasi harus berkeja sama untuk mencapai
tujuan, perencanaan strategis melibatkan pengembangan strategi
untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan jangka panjang
organisasi tersebut. Setiap pencapaian tujuan perlu ada sebuah
perencanaan yang mencakup definisi misi perusahaan, membuat
sasaran, membuat desain prtofolo dan mengembangkan rencana
fungsional. Hal ini diterapkan baik di BBIB Singosari meninjau
dari program yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu dan
pembuatan perencanaan protofolio bisnis semen beku dan layanan
lainnya yang jelas
d) Komitment rencana strategis
Peran partisipatif setiap individu yang ada dalam organisasi
mempengaruhi bagaimana pencapaian tujuan organisasi
tersebut.Perencanaan strategis memberikan dasar dari
pengembangan perencanaan lanjutan di perusahaan.Komitment
setiap individu diperlukan agar setiap perencanaan yang
ditentukan dapat berjalan secara optimal. Komitment terhadap
rencana strategis yang ada di BBIB Singosari mendapat respon
cukup baik dikarenakan sebagian dari lini usaha yang ada di
BBIB Singosari sudah menjalankan perencanaan strategisnya dan
berkomitment terhadap rencana strategis untuk mencapai tujuan
dari perusahaan.
62
Penilaian reponden menunjukan bahwa responden
memberikan penilaian baik terhadap 4 indikator perencanaan
strategis dengan hasil rataan akhir 3.4 atau pencapaian sebesar
86% dalam pilar perencanaan strategis. Hal ini menunjukan
bahwa pilar perencanaan strategis dalam analisa TQM di BBIB
Singosari tergolong sangat baik.Strategi bisa di definisikan
sebagai dasar tujuan jangka panjang dan mata objek dari sebuah
persahaan, dan tentu saja perlu pengadopsian terhadap aksi dan
alokasi sumber daya untuk menghantarkan kepada tujuan
tersebut. Keputusan untuk meningkatkan volume aktifitas, untuk
mengatur jarak area produksi dan kantor, untuk meningkatkan
fungsi ekonomis yang baru. Sebuah aksi baru perlu dirancang
dan sumber daya perlu dialokasikan dalam mencapai tujuan
tertentu untuk memperoleh sebuah keuntungan dan
mempertahankan aktifitas sebuah perusahaan. Menurut Arnoldo
(1984) visi sebuah perusahaan adalah sebuah pernyataan
permanen yang diartikulasikan terhadap CEO nya, yang barus
menyangkut hal diantaranya:
1. Mengkomunikasikan ke setiap bagian dari organisasi
dalam rangka tujuan korporat, pandangan bisnis, dan
kepemimpinan yang kompetitif
2. Menjadi sebuah dasar kerangka dalam aturan hubungan
antara perusahaan dan pemangku kepentingan utama
(stakeholder): pegawai, pelanggan, pemegang saham,
penyedia bahan baku dan segala komunitas dalam
mengoprasikan sebuah usaha
3. Penyataan objek dari sebuah kemampuan perusahaan
dengan maksud mendapatkan pertumbuhan dan
keuntungan
63
Visi dan misi menjadi dasar sebuah perencanaan strategis
sebuah organisasi. Visi menjadi objek arahan utama dalam
mencapai tujuan kemana sebuah organisasi akan berjalan dan
perencanaan strategis menjadi jalur yang ditentukan oleh
organiasi untuk mencapai tujuan tersebut. Visi BBIB Singosari
adalah komersialisasi potensi singosari menuju pasar
internasional yang dalam artian BBIB Singosari memiliki sebuah
target pencapaian dalam perusahaan produksi isneminasi buatan
dan bertaraf internasional. Ketika sebuah perencanaan usaha telah
terbentuk maka perlu adanya pengukuran terhadap pencapaian
target tersebut agar sebuah target dapat terukur dan jelas untuk
dicapai. Maka dari itu Direktorat Jenderal Peternakan selaku
stakeholder dari BBIB Singosari memberikan target tersebut
dalam bentuk tugas pokok dan fungsi yang perlu dicapai oleh
BBIB Singosari. Pencapaian tugas pokok dan fungsi tersebut
perlu terserap hingga seluruh komponen organisasi.
Miles dan Snow (1978) mengidentifikasikan tiga jenis
strategi, prospectors, analyzer, dan defenders.Prospector secara
eksternal berorientasi untuk meningkatkan keuntungan dari
pembuatan produk baru dan penyaluran teknik pemasaran yang
inovatif.Analyzer mencoba meminimalisir resiko dan
meningkatkan keuntungan, strategi mereka adalah pindah
kedalam produk baru atau pasar baru setelah milhat
keberlangsungan yang menjamin dari Prospector yang sudah
jalankan.Defender secara internal berorientasi dan fokus dalam
memperbaiki pasar yang sudah ada dan meningkatkan operasional
yang efisien.
iii. Pilar Fokus Pada Pelanggan
Pelanggan atau konsumen dari BBIB Singosari terdapat 3
golongan yaitu koperasi, dinas dan swasta. Sistem pelayanan
64
kepada konsumen BBIB Singosari disebut layanan purna jual
yang bisa melalui transaksi langsung maupun e catalog.
Berdasarkan hasil penelitian, dijelaskan bahwa dilakukan 4
indikator yaitu informasi konsumen (X3.1), evaluasi konsumen
(X2.2), kualitas produk (X2.3), Komunikasi konsumen (X2.4).
Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Analisa Penerapan TQM Pilar Fokus Pada Pelanggan
Indikator Penilaian Responden Rataan
Skor SB
(%)
B
(%)
TB
(%)
STB
(%)
Total
(%)
1. Informasi
konsumen
38,33 58,33 3,33 0 100 3.35
2. Evaluasi
konsumen
30,0 61,11 8,88 0 100 3.21
3. Kualitas Produk 36,66 62,12 1,11 0 100 3.35
4. Komunikasi
konsumen
43,33 56,66 0 0 100 3.43
Hasil Akhir 3.31
(82 %)
Sumber:Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap penerapan TQM
pilar fokus pada pelanggan dapat dilihat pada Tabel 11. Penilaian
responden terhadap 4 indikator variabel yaitu indikator informasi
pelanggan diperoleh nilai rataan skor sebanyak 3.35 dengan
keterangan sangat baik.Mayoritas reponden memberikan nilai
baik yaitu sebesar 58.33%..Evaluasi konsumen diperoleh rataan
skor 3.2 dengan keterangan baik. Mayoritas responden
memberikan nilai baik yaitu sebesar 61,11%.BBIB Singosari
65
melakukan survai evaluasi konsumen minimal 90 – 120 hari
sekali.BBIB Singosari menerima masukan dari konsumen berupa
angket kuesioner yang diberikan kepada konsumen dalam layanan
puna jual sebagai tolak ukur BBIB Singosari dalam kualitas
pelayanan mereka.Kualitas produk diperoleh rataan skor 3.35
dengan keterangan sangat baik. Mayoritas responden memberikan
nilai baik yaitu sebesar 62,12 %.Kualitas mutu menjadi hal yang
utama pada sebagian besar lini usaha organisasi dan menerapkan
SOP dengan baik.BBIB Singosari memiliki alur proses yang
menjamin kuaalitas mutu produknya. BBIB Singosari memiliki
standar mutu dan SNI dalam hasil produk akhir sebelum di
distribusikan kepada konsumen.Komunikasi konsumen diperoleh
rataan skor 3.4 dengan keterangan baik. Mayoritas responden
memberikan nilai baik yaitu sebesar 56,66%.Hal ini dapat
dikarenakan karena BBIB Singosari memiliki layanan teknis
kepada konsumen di lapang dan mengetahui kejadian di lapang
cukup baik.komunikasi dengan konsumen terjalin baik dan sedikit
komplain.
Penilaian reponden menunjukan bahwa responden
memberikan penilaian baik terhadap 4 indikator fokus pada
pelanggan dengan hasil rataan akhir 3.3 atau pencapaian sebesar
82% dalam pilar perencanaan strategis. Hal ini menunjukan
bahwa pilar perencanaan strategis dalam analisa TQM di BBIB
Singosari tergolong sangat baik.
a) Informasi konsumen
Fokus dari kualitas terletak pada kepuasan pealnggan, perlu
dipahami komponen-komponen yang berkaitan dengan kepuasan
pelanggan itu.Organisasi atau perusahaan perlu mengidentifikasi
jenis-jenis pelanggan yang ada dan dipahami ekspetasu atau
harapan pelanggan sebagai pra-syarat untuk peningkatan kualitas
dan pencapaian kepuasan total pelanggan.BBIB Singosari
66
memiliki konsumen yang cukup luas jangkauannya mulai dari
lokal sampai dengan mancanegara, BBIB Singosari dapat
memiliki informasi konsumen dan jenis jenis karateristik
konsumen dengan baik.hal ini dapat dilihat dengan sistem
pencatatan informasi yang dilakukan oleh bagian pemasaran dan
informasi mengenai data-data dan kebutuhan konsumen.
b) Evaluasi konsumen
Proses pembelajaran kebutuhan, keinginan, ekspetasi dan
tingkat kepuasan konsumen pada umumnya disebut sebagai
“mendengarkan suara pelanggan” (listening to the voice
customer). Evaluasi terhadap konsumen merupakan sebuah kunci
keberhasilan sebuah usaha pemasaran dengan mendengarkan
evaluasi yang diberikan oleh konsumen, perusahaan dapat menilai
seberapa jauh mereka mengerti akan kebutuhan konsumen yang
meraka dapat penuhi. BBIB Singosari merupakan sebuah instansi
pemerintah yang lebih mengutamakan benefit oriented dimana
manfaat yang diberikan kepada negara tetapi tidak juga
melupakan keuntungan. BBIB Singosari melaukan evaluasi
konsumen berupa kuesioner yang diberikan atau berupa
peninjauan langsung ke lokasi konsumen untuk menilai kualitas
produk mereka.
c) Kualitas produk
Kepuasan dari ekspektasi konsumen adalah kunci dari
keberhasilan usaha, kualitas produk merupakan dasar dari
mendapatkan kepuasan konsumen itu sendiri.BBIB Singosari
memiliki sistem kualitas ISO 9001 sebagai dasar kekuatan
kualitas produknya.Sistem ISO ini sendiri memiliki standar mutu
yang perlu dicapai oleh BBIB SIngosari baik mutu internal
maupun eksternal sebelum produk barang dan jasa diterima oleh
konsumen.
67
d) Komunikasi konsumen
Sebuah komunikasi yang baik antar konsumen dan
pemasok dapat meningkatkan kepuasan dengan pelanggan,
dengan adanya komunikasi yang terjalin konsumen akan merasa
nyaman dan aman bertransaksi dengan perusahaan pemasok.
BBIB Singosari sendiri memiliki hubungan komunikasi yang baik
dengan pelanggannya hal ini berupa peninjauan kualitas produk
mereka yang dilakukan secara langsung selama minimal 1 tahun
sekali dan menerima semua kritik dan saran yang diterima oleh
bagian informasi untuk peningkatan mutu produk dan layanan
yang diberikan dalam organisasi.
Konsumen adalah semua orang yang menuntut kita (atau
perusahaan) untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu, dan
karena itu akan memberikan pengaruh pada informasi
(performance) kita (atau perusahaan). Konsumen memegang
peranan penting dalam sebuah perusahaan yang berdasar ”profit
oriented” atau “benefit oriented” karena konsumen yang
menggunakan produk jasa yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Perlunya memahami kebutuhan konsumen dan penjaminan
kualitas mutu adalah kunci utama dalam kepuasan konsumen.
Hirschmann (1964) berpendapat bahwa ada beberapa faktor
penting yang berkontribusi dalam peningkatan kualitas proses dan
pemangkasan biaya produksi yaitu:
1. Pembelajaran. performan tugas yang berulang
mengharuskan seseorang untuk melakukan pengembagan
dalam kualitas proses yang lebih efisien
2. Spesialisasi dan desain ulang tugas kerja. Meningkatkan
volume produksi menghantarkan untuk pembuatan divisi
pekerjaan yang memungkinkan spesialisasi dan
standarisasi menempati posisi untuk upaya peningkatan.
68
3. Peningkatan produk dan proses. Ketika volume produksi
meningkat, banyak peluang yang dapat tersedia untuk
peningkatan kualitas produk dan prosesnya maka
peningkatan kualitas dinilai perlu.
4. Rasionalisasi sistem dan metode. Peningkatan kualitas
perlu menggunakan metode yang dapat diterapkan pada
setiap lini kerja. Sebuah metode yang rasionalis dapat
membuat pekerjaan menjadi lebih efektif.
Fokus pada pelanggan diperlukan dalam organisasi (tidak
terfokus hanya penggunaan teknologi komunikasi terbaru).Fokus
pada pelanggan menjadi hal yang vital untuk memberikan hasil
maksimum dari kesempatan untuk kontak langsung dengan
pelanggan.Para manajer juga perlu meyarankan membuat
kesepakatan yang tersedia antara pelanggan dengan pekerja yang
ada. Karena kepuasan pelanggan sangat bergantung pada persepsi
dan ekspetasi mereka, sebagai pemasok atau produsen perlu
mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi dan
ekspetasi konsumen diantaranya:
1. “Kebutuhan dan keinginan” yang berkaitan dengan hal-
hal yang dirasakan pelanggan ketika ia sedang mencoba
melakukan transaksi dengan produsen/pemasok produk
(perusahaan). Jika pada saat itu kebutuhan dan
keinginannya besar, harapan dan atau ekspetasi
pelanggan akan tinggi, demikian pula sebaliknya.
2. Pengalaman masa lalu (terdahulu) ketika mengkonsumsi
produk dari perusahaan maupun pesaing-pesaingnya.
3. Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan
menceritakan kualitas produk yang akan dibeli oleh
pelanggan itu. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi
69
pelanggan terutama pada produk-produk yang dirasakan
beresiko tinggi.
4. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran juga
mempengaruhi persepsi pelanggan. Orang-orang di
bagian penjualan dan periklanan sebaiknya tidak
melakukan kampanye yang berlebihan sehingga
meningkatkan ekspetasi dari pelanggan terhadap produk
itu sendiri.
BBIB Singosasri melakukan evaluasi konsumen dengan
menemui konsumen minimal 1 (satu) tahun sekali untuk
mengetahui kekurangan dan kebutuhan yang konsumen inginkan
dengan cara mendatangi langsung lokasi konsumen dan evaluasi
mutu produk layanan. Layanan tersebut bisa menjadi contoh
pendekatan organiasasi dengan eksternal organiasi dalam hal ini
adalah konsumen demi mencapai total kualitas manajemen dan
produk yang baik.
iv. Pilar Informasi dan Analisis
Informasi yang berada di BBIB Singosari berjalan melalui
sistem konvesional berupa berita acara maupun berupa media
elektronik seperti email dan sebagainya.Setiap kegiatan yang
dilakukan oleh BBIB Singosari terekam dan disebar kepada
seluruh individu yang memiliki hak untuk mendapatkannya.
Berdasarkan hasil penelitian, dijelaskan bahwa dilakukan 4
indikator yaitu Pengumpulan data (X4.1), kejelasan informasi
(X4.2), sistem penyebaran informasi (X4.3), pengolahan data
(X4.4). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.
70
Tabel 12. Analisa Penerapan TQM Pilar Informasi dan Analisis
Indikator Penilaian Responden Rataan
Skor SB
(%)
B
(%)
TB
(%)
STB
(%)
Total
(%)
1. Pengumpulan
data
36,66 63,33 0 0 100 3.36
2. Kejelasan
informasi
40,0 60,0 0 0 100 3.40
3. Sistem
penyebaran
informasi
43,33 56,66 0 0 100 3.43
4. Kualitas
pengolahan
data
28,33 71,66 0 0 100 3.28
Hasil Akhir 3.36
(84 %)
Sumber:Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap penerapan TQM
pilar informasi dan analisis dapat dilihat pada Tabel 12. Penilaian
responden terhadap 4 indikator variabel yaitu indikator
pengumpulan data diperoleh nilai rataan skor sebanyak 3.3
dengan keterangan sangat baik. Mayoritas reponden memberikan
nilai baik yaitu sebesar 63,33%. Pengumpulan data di BBIB
Singosari cepat, akurat dan terintegritas dengan setiap bagian
kerja yang lain.Kejelasan informasi diperoleh rataan skor 3.4
dengan keterangan sangat baik.Mayoritas responden memberikan
nilai baik yaitu sebesar 60%.Setiap informasi yang ada dalam
organisasi mudah dikenali, mudah dipahami, serta relevan di
tempat penggunaan informasi Hal ini diperkuat karena jarang
terjadinyanya miskomunikasi antar sub bagian kerja.Sistem
71
penyebaran informasi diperoleh rataan skor 3.45 dengan
keterangan sangat baik. Mayoritas responden memberikan nilai
sangat baik yaitu sebesar 56,66 %. Hal ini dinilai reponden karena
BBIB Singosari mimiliki sistem informasi elektronik baik itu
grup komunikasi media antar sub bagian ataupun penyebaran
informasi elektronik lain. Kualitas pengolahan data diperoleh
rataan skor 3.3 dengan keterangan baik. Mayoritas responden
memberikan nilai sangat baik yaitu sebesar 71,66%.Sistem
pengambilan dan penyebaran informasi sudah dapat melalui
elektronik, terintegritas, dan diterima oleh seluruh bagian utama
kerja.
a) Pengumpulan data
Metode pengumpulan data dan informasi perlu menjadi
pertimbangan dalam kelancaran proses organisasi. Bagaimana
perusahaan memilih, mengumpulkan, menganalisa, dan mengatur
data informasi yang ada. BBIB Singosari memiliki metode
pengumpulan data yang baik dalam hal ini berupa mulai data
produksi hingga berita acara serah terima penjualan yang
terdokumentasi dengan baik sehingga menjadikan kualitas usaha
dapat berjalan dengan rapi dan transparan
b) Kejelasan informasi
Implementasi TQM yang baik memiliki komunikasi antar
internal organisasi dengan baik.Komunikasi yang tepat antara
struktural organisasi dan funggsional menjadikan sebuah
organisasi itu dapat hidup dan berkembang, perlu adanya
dokumentasi setiap data informasi serta memiliki kejelasan yang
dapat dimengerti oleh setiap individu dalam organisasi. Kejelasan
informasi itu sendiri menjadi kunci tehadap komunikasi dalam
organisasi agar seluruh orang yang berkontribusi dalam organisasi
atau perusahaan memilihi visi yang sama dan tidak adanya
kesalah pahaman . BBIB Singosari memiliki data informasi yang
72
jelas seperti Panduan Mutu (PM), Dokumen Prosedur (DP), dan
Instruksi Kerja (IK) yang tersedia di setiap lini proses sehingga
setiap pegawai mengerti dan jelas apa yang harus mereka
lakukan.
c) Sistem penyebaran informasi
Sistem informasi dan komunikasi berguna untuk mencatat,
memproses, dan melaporkan setiap transaksi yang ada dalam
perusahaan.Sistem penyebaran informasi yang baik menjadikan
organisasi bersifat transparat dan akuntabel. Hal ini digambarkan
oleh BBIB Singosari yang menyebarkan setiap informasi
kegiatannya melalui rapat anggota terbuka atau melalu berita
elektronik seperti email terhadap perkembangan dan perencanaan
yang akan dilakukan kedepan.
d) Kualitas pengolahan data
Sistem informasi dalam perusahaan memiliki peran sebagai
komunikator setiap lini usaha dan bagaimana sistem terseut
mengambil data, mengolah, menganalisa dan menyampaikan
menjadi hal dasar dalam penilaian. Kualitas pengolahan data yang
baik membuat tingkat resiko waktu tunggu antar saling proses dan
kesalahan proses menjadi minim. Hal ini dilakukan dengan baik
oleh BBIB Singosari karena setiap proses yang ada memiliki
dokumentasi data yang baik dan diolah dengan cepat dan teliti
sehingga waktu tunggu antar proses sangat pendek.
Penilaian reponden menunjukan bahwa responden
memberikan penilaian baik terhadap 4 indikator informasi dan
analisis dengan hasil rataan akhir 3.4 atau pencapaian sebesar
84% dalam pilar informasi dan analisis. Hal ini menunjukan
bahwa pilar informasi dan analisis dalam analisa TQM di BBIB
Singosari tergolong sangat baik.Informasi dan analisis sebuah
organisasi tidak lepas dari hubungan internal antara pegawai itu
sendiri.Hubungan internal yang dimaksud adalah komunikasi
73
pekerja dan informasi yang ada, bagaimana sebuah informasi
dapat mengalir dan meminimalisir kebingungan dalam
kerja.Penggunaan teknologi informasi dapat secara berlangsung
berpengaruh terhadap kinerja produksi antar bagian. Stephen
(1990) mengatakan bahwa konsep teknologi itu sendiri bisa
dimasukan kedalam beberapa kategori yaitu informasi, peralatan,
teknik, dan proses yang dibutuhkan dalam mengubah input
menjadi output. Teknologi terlihat sebagai bagaimana input
diubah menjadi output.
Sistem informasi di BBIB Singosari secara penuh sudah
terkoordinir dengan baik di internal ataupun eksternal
organiasasi.Penggunaan teknologi informasi seperti media
elektronik memudahkan kinerja BBIB Singosari.Setiap bagian
kerja dapat melaporkan kegiatannya ke pemerintah pusat melalui
berita acara elektronik.Konsumen mampu melaksanakan transaksi
dan pemilihan produk jasa melalui e catalog yang disediakan
BBIB Singosari memalui website yang dikelola. Setiap
perkembangan kinerja pegawai dapat terukur dengan rapi dan
BBIB Singosari melakukan Sistem Pengendalian Internal (SPI)
yang dilakukan setiap 3 bulan sekali demi mewujudkan kinerja
yang terarah di setiap lini kerja BBIB Singosari. Sistem pelaporan
BBIB Singosari bersifat akurat dan transparan terhadap publik,
pernyataan hal ini dapat diperkuat dengan tersedianya informasi
kinerja balai.
v. Pilar Manajemen Sumber Daya Manusia
BBIB Singosari memiliki 2 jenis pekerja yaitu pegawai
negeri sipil dan pegawai kontrak.Pegawai negeri sipil yang ada di
BBIB Singosari berdasarkan hasil seleksi tes calon PNS yang
dilakukan oleh negara dan ditempatkan di BBIB
Singosari.Struktural sumber Daya Manusia BBIB Singosari
74
dibedakan menjadi beberapa tingkat golongan PNS berdasarkan
pengalaman kerja dan tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil
penelitian, dijelaskan bahwa dilakukan 4 indikator yaitu
kesesuaian pekerjaan (X5.1), sistem penghargaan(X5.2),
pengembangan kualitas SDM (X5.3), komunikasi pegawai
(X5.4). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisa Penerapan TQM Pilar Manajemen Sumber
Daya Manusia
Indikator Penilaian Responden Rataan
Skor SB
(%)
B
(%)
TB
(%)
STB
(%)
Total
(%)
1. Kesesuaian
pekerjaan
38,8
8
60 1,1
1
0 100 3.37
2. Sistem
penghargaan
33.3
3
53.3
3
13.
33
0 100 3.20
3. Pengembang
an kualitas
SDM
53,3
3
46,6
6
0 0 100 3.53
4. Komunikasi
pegawai
30 65 5 0 100 3.25
Hasil Akhir 3.36
(84 %)
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap penerapan TQM
pilar manajemen sumber daya manusia dapat dilihat pada Tabel
13. Penilaian responden terhadap 4 indikator variabel yaitu
indikator kesesuaian pekerjaan diperoleh nilai rataan skor
sebanyak 3.3 dengan keterangan sangat baik. Mayoritas reponden
memberikan nilai baik yaitu sebesar 60%.Pekerjaan yang diterima
oleh pegawai BBIB Singosari sesuai dengan latar belakang
75
pendidikan, sesuai kemampuan, dan tugas pokok fungsi yang
sesuai..Sistem penghargaan diperoleh rataan skor 3.2 dengan
keterangan sangat baik.Mayoritas responden memberikan nilai
baik yaitu sebesar 53.33%.sistem penghargaan diberikan kepada
kinerja karyawan yang baik minimal 6 bulan
sekali.Pengembangan kualitas SDM diperoleh rataan skor 3.5
dengan keterangan sangat baik. Mayoritas responden memberikan
nilai sangat baik yaitu sebesar 53,33 %. Hal ini disimpulkan
karena BBIB Singosari rutin melakukan pelatihan teknis dan non
teknis kepada segedap jajarannya serta studi banding dengan
instansi yang lain.Pegawai diberikan pelatian dan pengembangan
kualitas SDM minimal 1 tahun sekaliKomunikasi pegawai
diperoleh rataan skor 3.2 dengan keterangan sangat
baik.Mayoritas responden memberikan nilai baik yaitu sebesar
65%.Jarang terjadinya konflik dan kesalahan informasi antar
bagian kerja di BBIB Singosari.
a) Kesesuaian pekerjaan
Kesesuaian pekerjaan membangun sebuah lingkungan kerja
yang efektif dan suportif dan membuat setiap pekerja dapat
meningkatkan potensi diri dan organisasi.Kesesuaian pekerjaan
sesuai latar belakang dan kemampuan diperlukan dalam setiap
organisasi atau perusahaan yang mempunyai goals. BBIB
SIngosari merektur pegawai berdasarkan seleksi yang dilakukan
oleh pemerintah pusat yang nantinya akan ditempatkan sesuai
latar belakang dan kemampuan mereka sehingga setiap pegawai
yang ditempatkan akan belajar dan mengerti apa yang harus
mereka lakukan.
b) Sistem penghargaan
Mencapai sebuah tingkat diperlukan sebuah semangat dan
motivasi.Perlu adanya dorongan internal organisasi agar setiap
individu memiliki motivasi untuk meningkatkan potensi diri,
76
salah satunya adalah dengan memberikan sistem penghargaan
kepada setiap pegawai yang mendapatkan kinerja baik. Sistem
penghargaan diberikan oleh BBIB SIngosari secara periodik per
semester atau pertahun berupa setifikat atau berupa peningkatan
tunjangan hingga 150% dari gaji tetap hal ini membuat setiap
individu yang ada memiliki gambaran atau dorongan untuk hasil
tunjangan yang mereka dapatkan apabila mencapai kinerja yang
maksimal serta promosi jabatan.
c) Pengembangan kualitas SDM
Kualitas sumber daya manusia yang ada berhubungan
langsung dengan kualitas dari organisasi itu sendiri (Simamora
2006). Pengembangan kualitas sumber daya manusia dilakukan
oleh BBIB Singosari dengan melakukan pendidikan dan pelatihan
kepada pegawai secara bergilir untuk meningkatkan pengetahuan
dan pengalaman dalam bidang kerjanya
d) Komunikasi pegawai
Komunikasi yang baik menciptakan kesadaran dan
kebersamaan yang tinggi. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
kerjasama kerja yang akan berdampak pada tujuan akhir yang
baik. setiap organisasi perlu saling bahu membahu dalam
menjalankan tugas. Komunikasi pegawai di BBIB Singosari
berjalan dengan baik, hal ini diyatakan dengan jarangnya terjadi
kesalahpahaman antar pegawai baik internal maupun eksternal
departemen sehingga menggangu proses bisni s yang berjalan di
BBIB Singosari
Penilaian reponden menunjukan bahwa responden
memberikan penilaian baik terhadap 4 indikator manajemen
sumber daya manusia dengan hasil rataan akhir 3.36 atau
pencapaian sebesar 84% dalam pilar manajemen sumber daya
manusia. Hal ini menunjukan bahwa pilar manajemen sumber
daya manusia dalam analisa TQM di BBIB Singosari tergolong
77
sangat baik.Sumber Daya Manusia BBIB Singosari tergolong
menjadi dua bagian yaitu pegawai negeri sipil dan tenaga
kontrak.Sumber SDM BBIB Singosari didapat dari tahapan
seleksi yang dilakukan oleh pusat untuk pegawai negeri sipil dan
BBIB Singosari itu sendiri untuk pegawai kontrak.Manajemen
SDM yang dilakukan BBIB Singosari berupa formalisasi kerja,
standarisasi kerja, dan spesialisasi pekerjaan.Formalisasi kerja
yang dimaksud adalah pembuatan standar operasional prosedur
(SOP). Standarisasi pekerjaan yang dimaksud adalah penerapan
standar ukuran dalam kerja baik itu dalam proses penjaminan
mutu ataupun proses produksi dan spesialisasi kerja yang
dimaksud adalah penggolongan kerja tertentu yang membutuhkan
kemampuan kerja khusus seperti collector, bull master,
danpengujian mutu semen. Peningkatan kualitas dan
pemberdayaan SDM yang dilakukan BBIB Singosari berupa
pendidikan dan latihan (diklat) yang umum dilakukan lembaga
pemerintahan.Diklat yang dilakukan bisa di dalam negeri ataupun
di luar negeri.
Konflik adalah kejadian yang terjadi di dalam sebuah
organiasi dimana ada bersikap oposisisi kepada individu yang
lainnya. Proses yang terjadi ketika salah satu pihak merasa puas
dan pihak yang lain merasa dirugikan. Secara umum konflik
organiasasi membawa konotasi negatif.Sebuah organiasasi yang
efektif pada dasarnya mengkoordinasikan grup divisi kerja untuk
mencapai tujuan umum organiasasi. Konflik perlu dihindari
dalam koordinasi dan kerjasama tim untuk mencapai tujuan
bersama. Stephen (1990) berargumen bahwa konflik juga dapat
meningkatkan kefektifan dalam sebuah organiasi dengan bersikap
kritis terhadap sebuah argumen dan memunculkan inovasi baru
yang dapat diterima seluruh pihak untuk kemajuan.
78
Hasil wawancara didapatkan bahwa konflik yang terjadi di
BBIB Singosari tergolong sangat minim.Hal itu terjadi karena
sifat kekeluargaan antara pegawai terjalin erat. Pegawai negeri
sipil yang bekerja di BBIB Singosari pada umumnya memiliki
masa jabatan diatas lima tahun dan memiliki sistem rolling
dengan tujuan untuk mendapatkan suasana baru lingkungan kerja
dan mengenal pegawai satu dengan yang lainnya. Lingkungan
kerja dan sosial di BBIB Singosari juga dapat mempengaruhi
tingkat kemunculan konflik. Suasana yang asri dan lingkungan
sosial yang ramah dapat membuat kerukunan dapat terjalin
dengan baik sehingga kualitas SDM pun tetap stabil berkembang.
vi. Pilar Manajemen Proses
Manajemen proses yang ada di BBIB Singosari sudah
mendapatkan standar ISO/IEC 17025:2008. Dalam sebuah
manajemen yang baik perlu adanya komitment dalam
pementukan standar kuaitas mutu dan konsistensi terhapat
kualitas mutu itu sendiri . Berdasarkan hasil penelitian, dijelaskan
bahwa dilakukan 4 indikator yaitu SOP kerja (X6.1), pengawasan
SOP (X6.2), sanksi pelanggaran SOP (X6.3), evaluasi berkala
(X6.4). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 14.
79
Tabel 14.Analisa Penerapan TQM Pilar Manajemen Proses
Indikator Penilaian Responden Rataan
Skor SB
(%)
B
(%)
TB
(%)
STB
(%)
Total
(%)
1. SOP kerja 48,33 51,6
6
0 0 100 3.48
2. Pengawasan
SOP
36,66 60 3,33 0 100 3.33
3. Sanksi
pelanggaran
SOP
6,66 56,6
6
30 6,66 100 2.63
4. Evaluasi
peningkatan
kualitas proses
15 43 2 0 100 3.21
Hasil Akhir 3.22 (80
%)
Sumber:Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap penerapan TQM
pilar manajemen proses dapat dilihat pada Tabel 14. Penilaian
responden terhadap 4 indikator variabel yaitu indikator SOP kerja
diperoleh nilai rataan skor sebanyak 3.4 dengan keterangan sangat
baik. Mayoritas reponden memberikan nilai baik yaitu sebesar
51,66%.Instruksi kerja yang ada kurang jelas, mudah dikenali,
dan tersedia di tempat kerjaPengawasan SOP diperoleh rataan
skor 3.3 dengan keterangan sangat baik.Mayoritas responden
memberikan nilai baik yaitu sebesar 60%.Pelanggaran mayor
terhadap SOP tidak pernah terjadi namun pelanggaran minor SOP
pernah terjadi seperti biosecurity atau alur pelayanan
konsumenSanksi pelanggaran SOP diperoleh rataan skor 2.6
dengan keterangan tidak baik. Mayoritas responden memberikan
80
nilai baik yaitu sebesar 56,66 %. Hal ini in bisa terjadi karena
kejadian yang ada di teknis lapang yang beragam menyebabkan
SOP bersifat flexibel.Pelanggaran SOP diberikan sanksi yang
kurang jelas, tidak tepat namun diberlakukan sanksi.Evaluasi
berkala diperoleh rataan skor 3.2 dengan keterangan sangat
baik.Mayoritas responden memberikan nilai baik yaitu sebesar
43%. Rapat evaluasi peningkatan kualitas proses kerja di BBIB
Singosari dilakukan minimal 3 bulan sekali dalam bentuk rapat
Sistem Pengendalian Internal (SPI) yang dilakukan.
a) SOP kerja
Sebuah standar prosedur kerja dibentuk untuk
menyesuaikan pegawai dengan bidang yang akan dikerjakannya.
Serangkaian standar prosedur pekerjaan perlu dibuat dan
diterapkan oleh setiap pekerja agar pekerjaan dapat terlaksana
dengan baik serta tepat pada waktunya. SOP kerja menjadi hal
yang utama dalam manajemen proses di organisasi/perusahaan.
BBIB Singosari membuat SOP kerja di setiap lini usaha agar
setiap pekerja mengerti terhadap apa yang akan mereka lakukan
dalam lingkungan kerja. Penerapan SOP kerja di BBIB Singosari
dapat berjalan dengan baik.
b) Pengawasan SOP
Standar operasional prosedur (SOP) kerja menjadi acuan
utama dalam pekerjaan jika salah satu bagian kerja tidak
melaksanakan SOP dengan baik maka akan berdampak pada
kualitas dan keberlangsungan pekerjaan yang selanjutnya.
Pengawasan SOP dilakukan oleh pada manajer bagian agar semua
pekerjaan dapat terlaksana sesuai dengan aturan yang ada demi
sebuah kulitas manajemen proses yang baik.
81
c) Sanksi pelanggaran SOP
Sanksi terhadap pelanggaran perlu dibuat dalam aturan
kerja agar meminimalisir terjadinya kesalahan kerja.Sanksi
diberikan kepada pelanggan SOP agar pekerja dapat memahami
pentingnya aturan SOP dalam pelaksanaan kerja.Sanksi
pelanggaran dapat berupa mayor atau minor tergantung dari
kepentingan suatu peran pekerjaan terhadap kualitas dan atau
berdampak pada pekerjaan selanjutnya.Sanksi bagi pelanggaran
SOP di BBIB Singosari berjalan dengan kurang baik berdasarkan
hasil pengamatan kuesioner dan indepth interviewer. Hal ini bisa
saja terjadi di setiap organisasi manapun terutama di instasi
pemerintah karena organisasi bersifat benefit oriented dimana
organisasi hanya memberikan manfaat kepada produsen
(masyarakat) dan tidak mengutamakan profit yang dimana jika
pelanggaran SOP terus dilakukan akan mengancam
keberlangsungan organisasi tersebut.
d) Evaluasi peningkatan kualitas proses
Manajemen proses yang baik akan melakukan evaluasi dan
peningkatan kualitas proses yang ada. Evaluasi dan peningkatan
kualitas proses ini akan terus berjalan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas kerja sebaik mungkin. Seorang manajer
akan memntuk sebuah tim dan agenda rapat untuk membuat
evaluasi terhadap kinerja yang dilakukan selama ini. Hal ini
dilakukan dengan baik di BBIB Singosari dengan dibentuk tim
Sistem Pengendalian Internal (SPI) oleh BBIB SIngosari untuk
melakukan penilaian kinerja dan melakukan evaluasi terhadap
manajemen yang ada. Sistem Pengendalian Internal ini sendiri
dibentuk oleh kebijakan pemerintah pusat dengan PP No 60 tahun
2008 mengenai Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
(SPIP).Sistem ini memberikan kesempatan bagi setiap instansi
pemerintah untuk bergerak langsung terhadap evaluasi dan
82
peningkatan kualitas manajemen mereka.BBIB Singosari
melakukan rapat SPI selama 3 bulan sekali.
Penilaian reponden menunjukan bahwa responden
memberikan penilaian baik terhadap 4 indikator manajemen
proses dengan hasil rataan akhir 3.2 atau pencapaian sebesar 80%
dalam pilar manajemen proses. Hal ini menunjukan bahwa pilar
manajemen proses dalam analisa TQM di BBIB Singosari
tergolong baik.
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan
sumber daya organisasi yang ada. Manajemen menginginkan
tujuan tercapai dengan efektif dan efisien.Dua kata tersebut
semakin penting sekarang ini.Prestasi manajer diukur dari
efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi, tidak
sekedar mencapai tujuan organisasi. Daft (2011) berpendapat
efisiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar (doing things
right), sedangkan efektif adalah mengerjakan sesuatu dengan
benar (doing the things right). Hasil analisis data pada sub point
pilar manajemen proses menunjukan ada hal yang nampak
berbeda yaitu pada sub point pelanggaran pelanggaran SOP
mendapatkan keterangan tidak baik. Berdasarkan wawancara
mendalam dengan beberapa responden, hal ini bisa saja terjadi
karena kejadian di lapang yang menyebabkan seorang pegawai
harus bertindak secara alternatif untuk mengatasi sebuah
permasalahan yang ada di lapang seperti penanganan ternak yang
sulit dan hal lain yang berhubungan dengan penanganan makhluk
hidup. Pelanggaran SOP tersebut akan tetapi tentu saja tidak
dapat dilakukan secara berulang, perlu ada pengkajian ulang atas
SOP yang telah dibentuk bersama agar menguntungkan semua
pihak. Keputusan SOP tentunya bertujuan untuk menjaga kualitas
83
mutu produk di setiap alur proses yang ada. Perlu adanya
pemahaman lebih lanjut kepada segenap pegawai tentang
pentingnya penerapan SOP untuk kemajuan sebuah usaha.
Peningkatan prosedur kerja yang lebih baik perlu
diterapkan dalah organisasi.Setiap pekerjaan dan produk
membutuhkan spesikfikasi tertentu serperti membuat roadmap
kerja.Komunikasi yang baik dalam mendefinisikan layanan dan
produk. Proses manajemen baik dapat menentukan
keberlangsungan proses dengan peningkatan implementasi yang
unggul. Proses manajemen mencakup kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Kata proses
ditambahkan untuk mengartikan kegiatan yang dilakukan dengan
cara sistematis dan kegiatan tersebut dilakukan oleh manajer pada
semua tingkat. Proses manajemen yang dapat berjalan optimal
mengikuti sistematis masing masing kerangka tingkat, keempat
kerangka tingkat tersebut dapa dilihat pada Gambar 8.
84
Gambar 8. Proses Manajemen Untuk Bekerja Optimal
Hanafi (2008) menyatakan bahwa peran manajer
melakukan peran-peran (roles) tertentu.Manajer ditunjuk oleh
dewan komisaris yang dalam konteks ini adalah kepala balai
BBIB Singosari dan manajer tersebut memperoleh otoritas formal
dengan penunjukan tersebut.Manajer terlibat kegiatan hubungan
antar manusia (intrapersonal) dengan karyawan, manajer di
bawahnya, ataupun di atasnya. Manajer akan memperoleh
imformasi dari interaksi dan informasi tersebut digunakan untuk
pengambilan keputusan serta melakukan pengawasan terhadap
kebijakan yang ditentukan agar proses manajemen dapat berjalan
optimal.
85
Konsep dari manajemen proses berakitan dengan perbaikan
kualitas. Gabriel (1987) mengidentifikasi enam komponen yang
penting untuk manajemen proses, yaitu:
1. Kepemilikan (ownership) menugaskan taggung jawab
untuk desain, operasi, dan perbaikan proses.
2. Perencanaan (planning) menetapkan suatu pendekatan
terstruktur dan terdisiplin untuk mengerti,
mendefinisikan, dan mendokumentasikan semua
komponen utama dalam proses dan hubungan antar
komponen utama itu.
3. Pengendalian (control) menjamin efektifitas, dimana
semua output dapat diperkirakan dan konsisten dengan
ekspetasi pelanggan.
4. Pengukuran (mensurement) memetakan performasi
atribut terhadap kebutuhan pelanggan dan menetapkan
kriteria untuk akurasi, presisi, dan frekuensi perolahan
data.
5. Perbaikan atau peningkatan (improvement)
meningkatkan efektifitas daru proses melalui perbaikan-
perbaikan yang diidentifikasi secara tetap.
6. Optimisasi (optimization) meningkatkan efisiensi dan
produktifitas melalui perbaikan-perbaikan yang
diidentifitkasi secara tetap
4.8 Hasil Analisa Penerapan TQM
Berdasarkan hasil penelitian penerapan Total Quality
Management di BBIB Singosari malang dalam 6 pilar diperoleh
rata-rata presentase kriteria TQM yang dapat dilihat pada Gambar
9.
86
Gambar 9. Presentase Penerapan TQM di BBIB Singosari
87
Kriteria pencapaian TQM BBIB Singosari terletak pada
kriteria “Sangat Baik” dengan skor rata-rata 84.6% dengan berada
dikisaran 81.25% - 100% secara kontinum kriteria pencapaian
TQM di BBIB Singosari dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10.Kriteria Pencapaian TQM di BBIB Singosari
Berdasarkan hasil pengamatan kriteria TQM di BBIB
Singosari Malang yang diperoleh, dari 6 pilar yang dimati yaitu
pilar kepemimpinan, pilar perencanaan strategis, pilar informasi
dan analisis, pilar manajemen sumber daya manusia, dan pilar
manajemen proses menunjukan kategori “Sangat Baik” yaitu
sebesar 84.6%. Hal ini menunjukan bahwa kualitas manajemen
dapat berlangsung dengan baik di organisasi tersebut.BBIB
Singosari berkomitment dalam menerapkan kualitas manajemen
sesuai dengan ISO 17025:2008 dan berkosistensi dalam
penerapannya. Candrama (2011) mengatakan bahwa semakin
baik penerapan Total Quality Management , maka semakin baik
pula kinerja karyawannya. Sebuah organisasi yang baik ialah
yang mampu mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam pondasi
pembangunnya.
Organisasi adalah koordinasi secara sadar dalam kehidupan
sosial, dengan batas yang dapat dikenali, fungsi-fungsi tersebut
relatif berbebntuk dalam kelanjutan untuk memperoleh atau
mencapai hasil tertentu.Koordinasi secara sadar yang dimaksud
adalah sebuah manajemen, dan kehidupan sosial yang dimaksud
adalah sekelompok orang yang berinteraksi dalam wadah
organisasi tersebut.Interaksi tersebut harus berjalan stabil dan
88
harmonis untuk membantu menyelesaikan sebuah pekerjaan yang
sulit dapat terselesaikan.
Orang yang berada dalam sebuah organisasi mempunyai
ikatan yang berlanjut yang dengan tujuan mencapai hasil tertentu
yang tidak bisa dikerjakan secara individu.Sebuah manajemen
berperan penting dalam perkembangan sebuah organisasi.Kualitas
manajemen sebuah organiasi dapat diukur dalam beberapa
metode manajemen, salah satunya adalah analisa Total Quality
Management.Tjiptono dan Diana (2001) menyatakan bahwa Total
Quality Management merupakan sebuah pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungannya. Peran manajer dinilai
penting dalam pengawasan prosedur yang dijalankan organisasi
agar dapat berjalan secara optimal dalam manajemen proses
4.9 . Perbaikan Berkelanjutan
Perbaikan berkelanjutan adalah sebuah proses manajemen
yang bertujuan untuk peningkatan sistem manajemen untuk
memperoleh tingkat manajemen yang lebih efektif dan efisien.
Indikator kuesioner peningkatan berkelanjutan terdapat 4
indikator yaitu Menetapkan perbaikan (Y1), masukan dari
konsumen (Y2), Evaluasi berkala (Y3), perbaikan terknologi
(Y4). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 15
.
89
Tabel 15. Analisa penerapan TQM Perbaikan Berkelanjutan
Indikator Penilaian Responden Standar
Deviasi Setuju(%) Tidak
Setuju(%)
1. Menetapkan
skala
perbaikan
90 10 1.1
2. Masukan dari
konsumen
86.6 13.4 1.13
3. Evaluasi
berkala
80 20 1.24
4. Perbaikan
teknologi
83.3 16.7 1.16
Hasil Akhir (85 %)
Setuju
Sumber:Data Primer Diolah 2017
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap penerapan TQM
perbaikan berkelanjutan dapat dilihat pada Tabel 15. Penilaian
responden terhadap 4 indikator variabel yaitu indikator
menetapkan perbaikan 90% responden setuju, masukan dari
konsumen 86.6% responden setuju, evaluasi berkala 80%
responden setuju, dan perbaikan teknologi 83.3% responden
setuju dengan hasil akhir indikator perbaikan berkelanjutan 85%
responden setuju dengan hal ini.
Sistem manajerial yang baik sangat mempengaruhi
kelanjutan hidup organisasi.Perbaikan berkelanjutan dari sebuah
organisasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu internal
dan eksternal.
1. Internal: Faktor internal yang mempengaruhi skala
perbaikan berkelanjutan diantaranya adalah sumber daya
90
yang dimiliki, motivasi dan kepuasan kerja, penggunaan
teknologi, kepemimpinan, tujuan organisasi, efektifitas
dan efisiensi kerja
2. Eksternal: Faktor eksternal yang mempengaruhi skala
perbaikan berkelanjutan diantaranya adalah pemeritah,
pesaing usaha, pelanggan, asosiasi usaha, dan suplier
bahan baku produksi.
4.10 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
4.10.1 Uji Validitas
Bila probabilitas (sig) hasil bagi korelasi lebih kecil dari
0.05 (5%) maka dinyatakan valid dan sebaliknya dinyatakan tidak
valid.Ringkasan hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16.Hasil Uji Validitas Instrumen
No. item rhitung SD Keterangan
X1.1 0.66 0.66 Valid
X1.2 0.50 0.44 Valid
X1.3 0.66 0.40 Valid
X1.4 0.63 0.48 Valid
X2.1 0.73 0.49 Valid
X2.2 0.52 0.48 Valid
X.2.3 0.59 0.48 Valid
X2.4 0.66 0.77 Valid
X3.1 0.61 0.53 Valid
X3.2 0.60 0.55 Valid
X3.3 0.53 0.47 Valid
X3.4 0.76 0.50 Valid
X4.1 0.72 0.48 Valid
X4.2 0.64 0.49 Valid
X4.3 0.63 0.49 Valid
91
X4.4 0.56 0.44 Valid
X5.1 0.77 0.50 Valid
X5.2 0.69 0.65 Valid
X5.3 0.72 0.50 Valid
X5.4 0.52 0.54 Valid
X6.1 0.84 0.50 Valid
X6.2 0.82 0.54 Valid
X6.3 0.62 0.71 Valid
X6.4 0.66 0.46 Valid
Y1 0.50 0.30 Valid
Y2 0.59 0.34 Valid
Y3 0.76 0.40 Valid
Y4 0.68 0.37 Valid
Sumber: Data Primer Diolah 2017
Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel diatas diketahui
bahwa semua item pertanyaan pada analisa TQM memiliki rhitung>
rtabel dengan nilai signifikasi lebih kecil dari taraf nyata alpha 5%
(0.05) sehingga disimpulkan bahwa semua item pertanyaan
tersebut telah valid.
4.10.2 Uji Reliabilitas
Reabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan.Instrumen dapat dikatakan andal (reliabel jika
memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0.6 atau lebih).Hasil
pengujian reabilitas terhadap semua variabel ditunjukan pada
Tabel 17.
92
Tabel 17. Hasil Uji Reliablitas Instrumen
Variabel
Penelitian
Cronbach’s Alpha Keterangan
X1 0.62 Reliabel
X2 0.66 Reliabel
X3 0.60 Reliabel
X4 0.64 Reliabel
X5 0.69 Reliabel
X6 0.75 Reliabel
Y 0.64 Reliabel
Sumber: Data Primer Diolah 2017
Instrumen dapat dikatakan reliabel, jika Alpha Cronbach
sama dengan atau diatas 0.6. berdasarkan tabel diatas diketahui
nilai alpha terhadap item item tersebut diatas 0.6. sehingga dapat
disimpulkan item-item tersebut telah reliable.