Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
68
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan
pembahasan. Hasil penelitian mendeskripsikan permasalahan
pelatihan yang pernah dilaksanakan dan bagaimana cara
mengembangkan modul pelatihan PCK. Pembahasan
menjelaskan secara mendalam hasil penelitian yang dikaitkan
dengan kajian teori.
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Pelatihan yang Selama Ini Diselenggarakan
Pelatihan bagi guru-guru merupakan suatu
kebutuhan yang penting. Selama ini, guru matematika
pada jenjang SMP di Kota Salatiga, sering mengikuti
beberapa pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas
pendidikan maupun MGMP. Untuk menggali informasi
dari pelatihan yang selama ini diselenggarakan dengan
cara melakukan wawancara terhadap, 1 orang koordinator
MGMP untuk mapel matematika (YE), dan 2 orang guru
69
matematika yang mengajar dibeberapa SMP wilayah
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga (RD dan BD).
Hasil wawancara dengan YE, RD dan BD
menunjukkan hasil bahwa pelatihan yang selama ini
diselenggarakan berkaitan dengan program pemerintah.
Program pemerintah selama 3 tahun terakhir ini, berkaitan
dengan sosialisasi Kurikulum 2013. Pelatihan bagi guru
mapel matematika pada jenjang SMP selama satu tahun
terakhir ini rutin dilaksanakan oleh MGMP. Waktu
pelatihan disesuaikan dengan materi pelatihan yang akan
disampaikan. Peserta yang diundang sekitaran 80 orang
tetapi, yang merespon dan berpartisipasi biasanya hanya
setengahnya saja. Tempat pelatihan biasanya di sekolah-
sekolah yang ada ruangan atau gedung yang luas untuk
dapat digunakan sebagai tempat pelatihan. Peserta
pelatihan diberi materi pelatihan yang akan dipaparkan
oleh pembicara, biasanya berupa print out Power Point
materi ataupun modul jika ada. Tindak lanjut dari
pelatihan yang diselenggarakan berbeda-beda, misalnya
70
dalam pelatihan kurikulum 2013 nantinya guru-guru
dituntut untuk membuat RPP kurikulum 2013 dan
nantinya ada tim yang mendampingi saat
mengimplementasikannya dikelas.
YE berpendapat bahwa dari 11 sekolah yang
didampinginya dalam implementasi kurikulum 2013,
tidak ada satupun guru yang memiliki praktik mengajar
yang baik. Guru-guru mengetahui dan paham akan teori
belajar, metode pembelajaran maupun pendekatanya,
tetapi didalam mewujudkan dalam praktik mengajar
masih kesulitan. Tidak semua materi matematika, biasa
menggunakan pendekatan atau metode pembelajaran yang
sama, dan masih ada guru yang memaksakan materi
tertentu yang sebetulnya tidak cocok dengan metode
tersebut. Selain itu, ada beberapa guru yang menggunakan
metode PBL dengan materi tertentu, tapi pada saat
implementasi sintaks PBL saja tidak terlihat. Mungkin,
hal ini dikarenakan guru-guru hanya berpatokan dengan
buku ajar saja. Pengusaan materi sangat berpengaruh
71
terhadap pemilihan dan penentuan metode ataupun
pendekatan yang akan digunakan pada materi tertentu.
Hasil wawacara dengan RD dan BD menunjukkan
bahwa kedua guru tersebut pernah mengikut pelatihan
yang diselenggarakan MGMP. Tetapi, tidak semua
kegiatan pelatihan yang diselenggarakan diikuti. Hal
tersebut dikarenakan, bertabrakan dengan waktu kegiatan
di sekolah ataupun ada beberapa hal yang tidak dapat
ditinggalkan. YE juga berpendapat bahwa setiap guru
memiliki kebutuhan dan zona yang berbeda-beda,
sehingga hal tersebut yang menyebabkan guru-guru tidak
aktif dalam pelatihan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan YE, RD, dan
BD selama ini belum pernah ada pelatihan yang berkaitan
dengan PCK. RD dan BD mengatakan bahwa belum
memahami ataupun mengerti apa itu PCK. Berdasarkan
hasil wawancara dengan YE yang menyatakan bahwa jika
diselenggarakan pelatihan mengenai PCK sangat
bermanfaat bagi guru, dimana PCK merupakan perpaduan
72
diantara pengetahuan materi dan pengetahuan cara
mengajar. Hal ini, dikarenakan masih banyak guru yang
kurang menguasai materi dan pada akhirnya memaksakan
KD tertentu dengan metode mengajar yang tidak cocok.
Sehingga, melalui pelatihan PCK, guru-guru tersebut
dapat menambah pengetahuannya tentang PCK dan
mengembangkan kompetensi yang dimilikinya.
4.1.2. Deskripsi Kelemahan Pelatihan yang Selama Ini
Diselenggarakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan YE, RD dan
BD, peneliti menyimpulkan beberapa kelemahan pelatihan
yang selama ini diselenggarakan, sebagai berikut:
1. Materi yang diberikan kepada peserta pelatihan hanya
sekedar print out power point yang akan dipaparkan
pembicara. Hal ini, menghambat guru-guru untuk
kembali mempelajari setelah pelatihan selesai. Selain
itu, terkadang point penting ataupun paparan yang
sebetulnya sangat berguna bagi guru-guru tidak
73
tertulis dan pada akhirnya guru-guru melupakan hal
tersebut.
2. Kebutuhan dan tuntutan setiap guru sangat berbeda-
beda. Kebutuhan guru berbeda satu dengan yang lain.
Biasanya, guru yang sudah mendekati masa pensiun
lebih cenderung pasif dan tidak terlalu antusias dalam
mengikuti pelatihan. Selain itu, tuntutan setiap sekolah
yang berbeda-beda juga mempengaruhi partisipasi
guru dalam mengikuti pelatihan.
3. Seorang guru memiliki tugas mengajar yang berbeda
satu dengan yang lain. Selain, tugas mengajar,
kegiatan sekolah yang lebih mendesak dan dadakan
juga menjadi kendala guru dalam mengikuti pelatihan.
Misalnya, kunjungan pengawas sekolah atau kegiatan
lainnya. Sehingga, guru tidak memiliki waktu untuk
mengikuti kegiatan pelatihan yang diselenggarakan
oleh MGMP maupun dinas pendidikan.
4. Materi pelatihan disesuaikan dengan program
pemerintah. Selama 3 tahun terakhir, pelatihan yang
74
diselenggarakan berkaitan dengan kurikulum 2013.
Sebagian guru-guru merasa jika satu kali pernah
mengikuti satu kali pelatihan saja sudah cukup.
Karena, biasanya pelatihan yang berkaitan dengan
kurikulum 2013 tidak hanya diselenggarakan dalam
waktu satu kali pertemuan.
Berdasarkan, kelemahan dari pelatihan yang selama
ini diselenggarakan, dapat sebagai bahan refleksi dalam
penelitian ini. Sehingga, peneliti dapat menyelenggarakan
pelatihan yang lebih baik.
4.1.3 Pengembangan Modul Pelatihan PCK
Pengembangan modul dalam penelitian dan
pengembangan ini dilakukan sesuai dengan tahapan model
Sugiyono. Langkah-langkah pengembangan modul pelatihan
PCK dilakukan berdasarkan enam tahap pengembangan
model Sugiyono.
A. Potensi dan Masalah
Guru yang mengajar mata pelajaran matematika pada
jenjang SMP di Kota Salatiga, memiliki bekal ilmu yang
75
linier dengan mapel yang diampunya. Guru-guru memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum sarjana
dengan program studi yang sesuai bidang yang
diampunya yaitu matematika. Sehingga, guru-guru
tersebut memiliki pengetahuan matematika yang menjadi
bekal untuk mengajar.
Hasil wawancara dengan salah seorang koordinator
MGMP (YE), menunjukkan bahwa banyak guru
matematika SMP di Kota Salatiga yang praktik
mengajarnya masih kurang. Setiap materi matematika
mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga tidak
bisa dipaksakan dengan model atau metode atau cara
mengajar yang sama. Penguasaan materi yang kuat akan
membantu guru dalam menentukan strategi mengajar
yang akan digunakan. Pemilihan metode atau model atau
pendekatan yang tepat akan membantu siswa dengan
memahami materi matematika. Sesulit-sulitnya materi
matematika jika diajarkan dengan cara serta strategi
mengajar yang tepat akan mudah diterima oleh siswa.
76
Melihat potensi yang dimiliki guru matematika pada
jenjang SMP di Kota Salatiga yang memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum sarjana dengan program
studi matematika, merupakan bekal yang kuat untuk
mengajar matematika. Tetapi, beberapa guru masih
memiliki praktik mengajar yang kurang. Tidak semua
materi matematika dapat diajarkan dengan metode yang
sama. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu
dilakukan sebuah pelatihan bagi guru-guru matematika
yang masih mengalami kesulitan cara mengajar dengan
materi tertentu. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelatihan
mengenai Pedagogical Content Knowledge (PCK)
melalui modul pelatihan yang dapat membantu guru
matematika untuk mengembangkan pengetahuan materi
ajar dan pengetahuan mengajar yang dimilikinya.
B. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dari
studi pendahuluan terkait pelatihan yang sebelumnya
diselenggarakan, kompetensi pedagogik dan kompetensi
77
profesional guru matematika SMP di Kota Salatiga dan
penguasaan materi serta pemahaman cara mengajar guru
matematika melalui wawancara dengan koordinator
MGMP dan guru matematika SMP di kota Salatiga.
Setiap guru mapel matematika pada jenjang SMP di Kota
Salatiga memiliki kualifikasi akademik sarjana dengan
program studi matematika, hal tersebut merupakan sebuah
potensi yang dimiliki guru matematika. Tetapi, guru-guru
tersebut masih memiliki praktik mengajar yang kurang.
Setiap materi matematika memiliki karakteristik yang
berbeda-beda dan tidak bisa diajarkan dengan metode
pembelajaran yang sama.
Selain itu dalam tahapan pengumpulan data, dilakukan
kajian teoritik tentang PCK, modul pelatihan, dan
kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik guru
matematika. Langkah selanjutnya yaitu mengumpulkan
berbagai informasi dan studi literatur yang digunakan
untuk perencanaan produk.
C. Desain Produk
78
Desain atau perancangan dalam pengembangan modul
pelatihan Pedagogical Content Knowledge (PCK)
didasarkan atas tahapan identifikasi potensi dan masalah,
yaitu masih terdapat guru matematika yang mengalami
kesulitan terkait pemahaman materi ajar matematika dan
pemahaman cara mendidik peserta didik. Dengan
demikian rancangan desain yang telah disusun dapat
mengatasi permasalahan yang terjadi di lapangan.
Oleh karena itu, peneliti berupaya untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi guru matematika dengan
menyusun sebuah modul yang berisi panduan mengenai
Pedagogical Content Knowledge (PCK) yang dapat
dipelajari guru secara mandiri ataupun kelompok.
Sehingga, diharapkan modul tersebut dapat membantu
guru untuk terus mengembangkan kemampuan PCK yang
dimilikinya.
Pada tahapan desain produk peneliti menyusun dan
menulis sebuah modul pelatihan Pedagogical Content
Knowledge (PCK). Adapun sistematika penulisan modul
79
ini, yaitu (1) bagian awal yang terdiri dari halaman judul,
kata pengantar, daftar isi dan glosarium; (2) bagian
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, peta
kompetensi, ruang lingkup, dan petunjuk penggunaan
modul; (3) bagian pembelajaran berisi kegiatan
pembelajaran yang terdiri dari pengantar, kompetensi
dasar, indikator pencapaian, tujuan pembelajaran, uraian
materi, aktivitas pembelajaran, latihan atau tugas,
rangkuman, tes formatif, umpan balik dan tindak lanjut
dan kunci jawaban; (4) bagian evaluasi yang terdiri dari
tes dan kunci jawaban; (5) bagian akhir yang terdiri dari
penutup, daftar pustaka.
Pada tahapan desain modul pelatihan PCK, juga
dilakukan penulisan isi modul sesuai dengan rancangan
yang telah dibuat. Penulisan modul ini berdasarkan bahan
pustaka serta kajian referensi yang berkaitan dengan PCK.
Terdapat 3 kegiatan belajar didalam modul ini, yaitu
kegiatan belajar 1 tentang PCK, kegiatan belajar 2 tentang
komponen PCK, dan kegiatan belajar 3 tentang penerapan
80
PCK dalam RPP. Pada setiap kegiatan belajar dalam
modul pelatihan PCK ini berisi tentang pengantar,
kompetensi dasar, indikator pencapaian, tujuan
pembelajaran, uraian materi, aktivitas pembelajaran,
latihan atau tugas, rangkuman, tes formatif, umpan balik
dan tindak lanjut dan kunci jawaban.
Gambar 4.1 Cover Depan dan Belakang Modul
Setelah menjadi modul pelatihan PCK yang utuh,
maka dilakukan validasi desain oleh ahli. Validasi desain
dilakukan untuk memberikan masukan terhadap modul
yang telah disusun tersebut. Kemudian, peneliti akan
merevisi kembali modul yang telah disusun sebelum
digunakan atau diimplementasikan pada tahap uji coba
produk secara terbatas.
81
D. Validasi Desain
Produk yang telah dikembangkan berupa modul
pelatihan PCK, kemudian divalidasi oleh beberapa pakar,
yaitu 1). Ahli Modul; 2). Ahli PCK; dan 3). Calon
pengguna. Daftar validator Modul Pelatihan Pedagogical
Content Knowledge (PCK) akan dijelaskan pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Daftar Validator Modul Pelatihan
No Nama Validator Pakar Keterangan
1. Dr. Yari
Dwikurnaningsih,
M.Pd
Validator Modul
Dosen
Magister
Manajemen
Pendidikan
2. Wahyudi, S.Pd,
M.Pd.
Validator Materi
Pedagogical
Content Knowledge
(PCK)
Dosen
Magister
Manajemen
Pendidikan
3. MG. Fitri Ana,
S.Pd, M.Pd.
Calon Pengguna
Modul Pelatihan
Guru
Matematika
SMP Pangudi
Luhur Salatiga
Validasi modul pelatihan ini, dilakukan untuk menilai
kelayakan modul yang telah disusun. Masukan dan saran yang
diberikan oleh ahli akan membantu peneliti untuk merevisi
kembali dan memperbaiki kembali setiap aspek yang masih
dirasa kurang atau salah. Sehingga, diharapkan modul yang telah
82
disusun dapat secara mudah dipelajari secara mandiri dan
dipahami oleh peserta pelatihan. Adapun hasil validasi modul
pelatihan PCK oleh 3 validator, yaitu sebagai berikut.
a) Hasil Validasi Ahli Modul
Validasi modul oleh ahli modul bertujuan untuk
mengetahui kelayakan modul yang telah disusun. Adapun
hasil validasi modul oleh ahli, sebagai berikut.
Tabel 4.2 Hasil Validasi Ahli Modul Pelatihan
No Komponen Skor
1. Kesesuaian uraian materi dengan indikator pencapaian kompetensi.
4
2. Keoperasionalan indikator pencapaian kompetensi peserta pelatihan yang akan dicapai.
2
3. Kejelasan rumusan tujuan dengan indikator yang
mengarah pada pencapaian kompetesi.
2
4. Proporsi tugas mandiri dalam modul
memungkinkan peserta berpartisipasi secara aktif
dalam pelatihan.
3
5. Keruntunan penulisan pada setiap kegiatan
belajar.
4
6. Konsistensi sistematika penulisan pada setiap
kegiatan belajar.
4
7. Ketepatan penggunaan kaidah bahasa. 4
8. Konsistensi penggunaan istilah, singkatan, dan
simbol atau ikon.
4
9. Ketepatan struktur kalimat pada setiap kegiatan
belajar.
4
10. Keefektifan penggunaan kalimat pada setiap
kegiatan belajar
3
Jumlah Skor 34
Rata-rata 3,4
Persentase (%) 68%
83
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa persentase penilaian dari
ahli modul pelatihan sebesar 68 % pada kategori cukup baik.
Adapun masukan dan saran dari validator ahli modul
pelatihan yaitu 1). Rumusan indikator dan tujuan harus
operasional; 2). Menggunakan kata kerja dengan tingkat
kognitif yang lebih tinggi; 3). Menyesuaikan kegiatan belajar
dan evaluasi dengan tingkat kognitif yang tinggi.
Berdasarkan, masukan dan saran tersebut, sebelum modul ini
digunakan maka perlu dilakukan revisi terlebih dahulu
sebagai penyempuraan modul pelatihan yang telah disusun.
b) Hasil Validasi Ahli PCK
Validasi modul oleh ahli PCK dalam pembelajaran
matematika, bertujuan untuk mengetahui kelayakan modul
pelatihan PCK yang berkaitan dengan kelengkapan materi
PCK dalam pembelajaran matematika. Hasil validasi ahli oleh
ahli PCK yaitu sebagai berikut.
84
Tabel 4.3 Hasil Validasi Ahli PCK
No Komponen Skor
1. Kesesuaian antara judul dengan uraian materi
pada setiap kegiatan belajar.
4
2. Kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan
uraian materi pada setiap kegiatan belajar.
4
3. Kesesuaian antara indikator pencapaian kompetensi dengan uraian materi pada setiap
kegiatan belajar.
4
4. Kejelasan uraian materi pada setiap kegiatan
belajar.
3
5. Keakuratan uraian materi pada setiap kegiatan
belajar.
3
6. Kelengkapan uraian materi pada setiap kegiatan
belajar.
3
7. Kejelasan contoh-contoh pada setiap kegiatan
belajar.
3
8. Kejelasan petunjuk belajar yang mudah
dipelajari pada setiap kegiatan belajar.
4
9. Kelengkapan contoh-contoh pada setiap
kegiatan belajar.
3
10. Kesesuaian contoh-contoh dengan uraian materi
pada setiap kegiatan belajar.
3
Jumlah Skor 34
Rata-rata 3,4
Persentase (%) 68 %
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa persentase penilaian dari
ahli modul pelatihan sebesar 68 % pada kategori cukup baik
dengan keterangan layak digunakan dengan revisi. Adapun
masukan dan saran dari validator ahli PCK yaitu 1).
Menambah uraian materi; 2). Memperhatikan kembali hirarki
CK, PK, dan PCK; 3). Menambah contoh yang lebih
sederhana; 4). PCK Calon Pengguna
85
Validasi modul pelatihan PCK oleh calon pengguna
bertujuan untuk menilai kelayakan modul pelatihan PCK
untuk digunakan oleh seorang guru SMP yang mengampu
mata pelajaran matematika. Hasil validasi oleh calon
pengguna seperti pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Hasil Validasi Calon Pengguna
No Komponen Skor
1. Kesesuaian ukuran fisik modul pelatihan PCK
(tidak terlalu besar atau kecil).
5
2. Ilustrasi sampul modul menggambarkan isi
modul pelatihan PCK.
5
3. Kerapian isi modul pelatihan PCK, baik secara
tata letak judul, sub judul, ilustrasi maupun
keterangan gambar.
5
4. Ukuran huruf judul modul pelatihan PCK lebih
dominan dan proporsional
dibandingkan ukuran modul dan nama
pengarang.
5
5. Tidak menggunakan terlalu banyak kombinasi
jenis huruf.
5
6. Sistematika dan keruntunan sajian isi modul
pelatihan PCK.
5
7. Uraian materi yang menarik sehingga dapat
memotivasi untuk terus dipelajari.
4
8. Uraian materi mudah untuk dipahami dan
dipelajari.
4
9. Soal-soal latihan dan penugasan sesuai dengan
tujuan belajar.
4
10. Contoh–contoh yang diberikan dapat
mempermudah dalam mempelajari modul.
4
11. Setiap kegiatan belajar memiliki contoh-contoh
yang berragam.
4
12. Penggunaan kaidah bahasa yang tepat. 4
13. Penggunaan istilah, singkatan, dan simbol atau
ikon yang tepat.
4
86
14. Penyusunan kalimat yang mudah dipahami. 4
15. Menggunakan bahasa yang mendorong rasa
ingin tahu dan motivasi untuk dipelajari.
5
Jumlah Skor 66
Rata-rata 4,4
Persentase (%) 88 %
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa persentase penilaian dari
calon pengguna sebesar 88 % pada kategori sangat baik.
Adapun keterangan dari validator calon pengguna yaitu baik
dan sudah dapat digunakan.
E. Revisi Desain
Tahapan revisi desain dilakukan untuk memperbaiki
modul yang telah disusun. Hasil validasi oleh ahli
menunjukkan bahwa modul dapat digunakan untuk
diujicobakan tetapi, harus dilakukan revisi terlebih
dahulu. Revisi dilakukan sesuai dengan yang disarankan
validator.
F. Uji Coba Produk Terbatas
Uji coba produk terbatas dilakukan untuk
mengimplementasikan modul PCK yang telah disusun
serta telah direvisi. Uji coba terbatas dilaksanakan melalui
87
pelatihan dengan skala kecil. Pelatihan melibatkan
beberapa guru matematika SMP di Kota Salatiga
Kecamatan Sidorejo. Sebanyak 6 guru matematika SMP
dari 3 sekolah yang berbeda-beda terlibat dalam pelatihan
ini. Adapun SMP yang terlibat dalam penelitian ini yaitu
SMP Kristen 1 Salatiga, SMP Islam Sultan Fattah Salatiga
dan SMP Negeri 9 Salatiga. Implementasi modul PCK
dilaksanakan dalam 1 hari pelatihan pada hari Sabtu, 13
Oktober 2018 dimulai dari jam 08.00 WIB - 16.00 WIB.
Adapun beberapa persiapan yang dilakukan sebelum
pelatihan yaitu sebagai berikut.
a) Meminta ijin kepada kepala sekolah dari beberapa
SMP yang ada di Kecamatan Sidorejo di Kota
Salatiga.
b) Meminta kesediaan dan kesiapan bagi 12 guru
matematika di 6 SMP yang telah dituju untuk
mengikuti pelatihan PCK. Tetapi, 3 Sekolah SMP
yang memberikan respon.
88
c) Meminta kesediaan dan kesiapan bagi RLN sebagai
pelatih dalam pelatihan PCK ini.
d) Memesan gedung untuk tempat pelatihan.
e) Memperbanyak modul pelatihan sebagai materi
pelatihan.
f) Memperbanyak instrumen pre-test serta post-test
untuk mengukur peningkatan kompetensi pedagogik
dan profesional guru.
g) Memperbanyak instrumen observasi untuk mengamati
proses selama pelaksanaan pelatihan.
h) Mempersiapakan ATK, bahan dan alat pendukung
dalam pelaksanaan pelatihan.
Implementasi modul pelatihan PCK diawali dengan
pembukaan yang dilanjutkan dengan pengerjaan pre-test
oleh peserta pelatihan. Setelah itu dilanjutkan dengan
penjelasan materi dimulai dari kegiatan pembelajaran 1
sampai pada kegiatan pembelajaran 3. Pelatihan diakhiri
dengan pengerjaan post-test oleh peserta pelatihan.
89
Pre-test dan Post-test dilakukan untuk mengetahui
kemampuan peserta pelatihan sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan. Peningkatan kompetensi pedagogik
dan profesional guru setelah mengikuti pelatihan PCK
diketahui dengan membandingkan nilai pre-test dan post-
test. Untuk melihat adanya peningkatan setelah pelatihan,
maka batas nilai tuntas untuk pre-test dan post-test yaitu
7. Adapun hasil dari pre-test dan post-test dari 6 guru
yang mengikuti pelatihan, yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.5 Hasil pre-test dan post-test peserta pelatihan PCK
No Nama
Guru
Nilai
pre-test Ket post-test Ket
1. CS 60 TT 76 T 2. SY 48 TT 60 TT
3. RD 52 TT 76 T
4. W 72 T 72 T
5. RB 68 TT 80 T 6. AJ 76 T 72 T
Rata-rata 62,7 72,7
Persentase 33,4% 83,4%
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata pre-test
peserta pelatihan adalah 62,7 dimana 2 dari 6 orang
peserta pelatihan tuntas dengan presentase 33,4%. Rata-
rata post-test peserta pelatihan adalah 72,7 dimana 1 dari
90
6 orang peserta pelatihan tidak tuntas dengan presentase
83,4%. Data tersebut menegaskan adanya peningkatan
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional peserta
pelatihan setelah mengikuti pelatihan PCK. Selain
meningkatnya nilai, peserta pelatihan juga berhasil
menyusun satu RPP. Dari RPP yang dihasilkan maka
dapat dilihat penguasaan materi ajar dan cara mengajar
peserta pelatihan. Kembali mengingat Komponen PCK
sangat membantu peserta pelatihan dalam menyusun RPP.
Sehingga, tidak ada lagi kesalahan atau ketidak tepatan
didalam memilih metode mengajar dengan materi
tertentu. Dengan berhasilnya peserta pelatihan didalam
menyusun RPP, maka dapat dijadikan bukti akan
keberhasilan pelatihan dengan menggunakan modul PCK
bagi guru matematika. RPP yang telah disusun oleh enam
guru setelah pelatihan dianalisis sesuai dengan komponen
PCK yang telah dibagi kedalam dua kompetensi yaitu
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.
91
Kompetensi pedagogik terbagi menjadi 5 aspek
dalam komponen PCK. Adapun kelima aspek tersebut
yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang kurikulum
Dari ketiga sekolah yang menjadi subjek
penelitian, sudah menggunakan kurikulum 2013.
Enam guru yang menjadi subjek penelitian, juga sudah
memiliki pengetahuan tentang kurikulum 2013. Selain
pengetahuan tentang kurikulum, enam guru tersebut
juga memiliki pemahaman yang cukup didalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Pengetahuan mengajar
Terdapat dua hal yang penting didalam
pengetahuan mengajar guru yaitu tentang motivasi
serta proses dan peran guru dalam pembelajaran.
Berdasarkan RPP yang disusun oleh keenam guru
tersebut, pada kegiatan pendahuluan, guru selalu
memberikan motivasi kepada siswanya terkait dengan
materi yang akan diajarkan. Selain itu, dalam kegiatan
92
inti peran guru dalam proses pembelajaran hanya
sebagai fasilitator untuk membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
3. Pengetahuan tentang penilaian atau evaluasi
Pengetahuan guru terhadap alat evaluasi
atau penilaian sangatlah penting dalam proses
pembelajaran. Dari RPP yang telah disusun ke
enam guru tersebut telah menyusun evaluasi yang
akan digunakan. Evaluasi diberikan pada akhir
pembelajaran,baik dengan memberikan soal-soal
secara langsung didalam kelas ataupun
memberikan tugas-tugas lain yang akan dikerjakan
siswa.
4. Pengetahuan tentang sumber daya
Berdasarkan RPP yang telah disusun oleh
guru, Sumber-sumber materi yang di gunakan tidak
hanya berpatokan dari satu buku paket. Guru-guru
tersebut mengembangkan materi dari berbagai
sumber. Seperti, internet, modul, dan sumber lainnya
93
yang relevan. Selain itu, media pembelajaran yang
digunakan dalam menjelaskan materi sangat beragam,
beberapa guru menggunakan power point, video,
maupun media audiovisual yang sesuai dengan materi
yang akan diajarkan. Sehingga, dapat mempermudah
siswa dalam memahami materi yang sedang diajarkan.
5. Pengetahuan tentang peserta didik
Pada kegiatan refleksi dalam RPP guru dapat
memahami setiap respon dari setiap siswa, baik respon
positif maupun respon negatif. Sehingga, guru dapat
memahami kesulitan belajar yang dialami siswa.
Kompetensi profesional guru terbagi menjadi 2
aspek dalam komponen PCK. Adapun aspek-aspek
tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang tujuan
Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan
manfaat atau gambaran yang dikaitkan dengan contoh
dalam kehidupan sehari-hari terkait materi yang
sedang diajarkan. Sehingga, diharapkan contoh
94
tersebut dapat mempermudah siswa dalam memahami
materi serta dapat menarik siswa didalam mempelajari
materi tertentu yang bermanfaat dalam dunia nyata.
2. Pengetahuan tentang materi
Berdasarkan RPP yang telah disusun, guru
telah menguasai materi yang akan diajarkan.
Sehingga, guru dapat menentukan metode, media
maupun penilaian yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
Hasil observasi digunakan untuk mengetahui
respon peserta pelatihan dan proses pelaksanaan pelatihan
PCK. Adapun hasil observasi tersebut, sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Observasi Pelaksanaan Pelatihan PCK
No Komponen Skor
I II
1. Kejelasan narasumber dalam memberikan materi.
4 5
2. Keaktifan peserta pelatihan dalam mengerjakan soal-soal latihan
selama pelaksanaan pelatihan
5 4
3. Keaktifan peserta pelatihan dalam berdiskusi dan tanya jawab
selama pelaksanaan pelatihan
5 4
4. Keseriusan peserta pelatihan dalam mengerjakan soal-soal
latihan selama pelaksanaan
3 4
95
pelatihan
5. Intensitas arahan dan bimbingan Narasumber terhadap peserta
pelatihan dalam mengerjakan
latihan
4 4
6. Kejelasan penyampaian materi oleh Narasumber
5 4
7. Intensitas arahan dan bimbingan Narasumber terhadap peserta
pelatihan selama kegiatan
pelatihan
5 5
8. Pemahaman peserta pelatihan terhadap materi yang telah
disampaikan
4 4
9. Antusiasme peserta pelatihan selama kegiatan pelatihan
5 4
10. Penyampaian materi secara berurutan
5 4
Skor 45 42
Rata-rata 4,5 4,2
Persentase (%) 90% 84%
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata skor
pelaksanaan pelatihan PCK yang dilaksanakan pada tahap
uji coba produk terbatas yaitu sebesar 4,5 dan 4,2 dengan
persentase 90% berkategori sangat baik dan 84%
berkategori baik. Berdasarkan hasil observasi tersebut
narasumber telah menguasai materi dan dapat
menyampaikan materi dengan baik. Sehingga, peserta
pelatihan dapat dengan mudah memahami materi
96
pelatihan dengan menunjukan keaktifan, keseriusan,
antusiasme dan keterlibatan peserta pelatih dalam
mengikuti pelatihan PCK
97
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Pengembangan Modul Pelatihan PCK
Pengembangan modul pelatihan PCK melalui 6
tahapan yaitu potensi dan masalah, pengumpulan data,
desain produk, validasi desain, revisi desain, dan uji coba
produk terbatas. Penelitian dapat berangkat dari adanya
potensi atau masalah (Sugiyono, 2010:409). Dengan
mengidentifikasi potensi dan masalah yang ada maka,
dapat mencari upaya untuk mengatasi masalah yang ada.
Pada kenyataannya, guru-guru matematika di Kota
Salatiga memiliki potensi. Guru-guru tersebut memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum sarjana
dengan program studi yang sesuai bidang yang
diampunya yaitu matematika. Sehingga, guru-guru
tersebut memiliki pengetahuan matematika yang dapat
dijadikan bekal untuk mengajar. Tetapi, diperlukan juga
pengetahuan mengajar untuk mewujudkan proses
pembelajaran dikelas. Diperlukan praktik mengajar yang
baik, agar proses pembelajaran tidak terhambat. Tidak
98
semua materi matematika, dapat diajarkan kepada siswa
dengan metode atau cara yang sama. Pemilihan metode
yang tepat untuk materi tertentu dapat mendukung
keberhasilan proses pembelajaran dikelas. Seorang guru
harus menguasai pengetahuan dalam melakukan
pembelajaran secara seimbang, antara pengentahuan
materi pelajaran dan pengetahuan pedagogi. Margiyono
(2011) juga melakukan penelitian yang hasilnya
menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa guru yang
belum optimal dalam hal penguasaan tentang mengajar
dan pemahaman tentang kebutuhan siswa. Maryono
(2016:1) berpedapat bahwa Pedagogical Content
Knowledge (PCK) sangat penting dimiliki oleh seorang
guru sebagai bekal untuk menciptakan pembelajaran yang
bermakna bagi siswa. Bunawan (2017:83) juga
berpendapat bahwa PCK merupakan suatu pengetahuan
yang unik bagi guru, yang berkaitan dengan apa yang
akan mereka ajarkan. Hal ini menyangkut bagaimana guru
mengkaitkan pengetahuan materi pelajaran (apa yang
99
diketahui guru tentang apa yang akan diajarkan) terhadap
pengetahuan pedagogi (apa yang diketahui guru tentang
mengajar). Kedua pengetahuan tersebut juga dapat
dikatakan sebagai dua kompetensi yang harus dimilki
guru, dimana pengetahuan pedagogis terkait dengan
kompetensi pedagogik sedangkan pengetahuan materi/
konten terkait dengan kompetensi profesional.
Berdasarkan, permasalahan yang ada dilapangan peneliti
akan mengembangkan modul pelatihan PCK bagi guru
matematika.
Menurut Sugiyono (2010:411) tahapan
pengumpulan data dilakukan untuk mencari serta
mengumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan
sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang
diharapkan dapat mengatasi masalah yang ada.
Mengumpulkan berbagai informasi dan studi literatur
terkait PCK, pelatihan dan modul dilakukan untuk
menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan
teoretis yang memperkuat dalam menyusun modul PCK.
100
Selain itu, melalui studi literatur peneliti dapat
mengetahui langkah-langkah yang paling tepat dalam
pengembangan modul pelatihan PCK. Pada tahap
pengumpulan data peneliti, juga mencari informasi terkait
pelatihan bagi guru matematika yang selama ini di
selenggarakan di Kota Salatiga. Selain itu, juga mencari
kelemahan dari pelatihan yang selama ini di
selenggarakan di Kota Salatiga. Shulman (1986:14),
berpedapat bahwa salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan konten pedagogik (PCK)
guru, yaitu melalui pelatihan. Pelatihan (Training)
merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan
kemampuan dan meningkatkan kompetensi guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Selama ini, pelatihan bagi guru matematika di
Kota Salatiga secara rutin diselenggarakan oleh MGMP.
Pelatihan bagi guru-guru matematika merupakan suatu
kebutuhan yang penting. Melalui pelatihan guru-guru
dapat terus menambah wawasan dan mengembangkan
101
kompetensi yang dimiliki sesuai dengan bidang yang
diampunya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Mawardi (2013) yang menyatakan bahwa pelatihan
merupakan salah satu fungsi manajemen yang perlu
dilaksanakan secara terus menerus dalam rangka
pembinaan ketenagaan suatu organisasi. Topik pelatihan
yang diselenggarakan MGMP selama tiga tahun terakhir
ini, yaitu berfokus pada sosialisasi kurikulum 2013 bagi
guru-guru Matematika di Kota Salatiga. Untuk pelatihan
dengan topik PCK bagi guru matematika di Kota Salatiga,
belum pernah diselenggarakan. PCK merupakan topik
yang asing bagi guru matematika di Kota Salatiga. PCK
merupakan pengetahuan yang penting bagi guru untuk
dapat melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
Sehingga, melalui pelatihan PCK, guru-guru matematika
di Kota Salatiga dapat menambah wawasan dan
pengetahuannya terkait PCK yang pada akhirnya dapat
digunakan untuk mengembangkan kompetensi yang
dimilikinya. Sejalan dengan pendapat Noe (2010), yang
102
menyatakan bahwa pelatihan bagi guru merupakan salah
satu upaya yang direncanakan untuk meningkatkan
kompetensi guru dalam mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap untuk melaksanakan tugas
profesionalnya.
Pelatihan yang selama ini diselenggarakan bagi
guru matematika di Kota Salatiga masih memiliki
kelemahan. Adapun kelemahan tersebut yaitu materi yang
diberikan kepada peserta pelatihan berupa print out power
poin yang akan dipaparkan narasumber, kebutuhan dan
tunttan setiap guru yang berbeda-beda, waktu pelatihan
yang berbenturan dengan kegiatan sekolah, dan fokus
materi yang terbatas. Pada kenyataannya, masih terdapat
beberapa guru yang tidak mau berpartisipasi untuk
mengikuti pelatihan. Padahal salah satu tujuan pelatihan
adalah untuk membekali guru yang berupa keahlian dan
kemampuan yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas-
tugasnya serta memperbaiki kinerja guru yang masih
kurang. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mawardi
103
(2013) yang mengemukakan bahwa pelatihan bagi guru
bertujuan agar guru mampu memperbaiki kinerjanya,
dapat memuthakhirkan keahliannya sejalan dengan
kemajuan teknologi serta dapat menerapkannya dalam
pekerjaan sehari-hari, membekali guru agar kompeten
dalam pekerjaan, membantu memecahkan masalah yang
dihadapi guru dalam menjalankan tugasnya, dan
mengembangkan karier guru.
Setelah mengumpulkan banyak data terkait PCK,
pelatihan maupun modul maka dilakukan tahapan yang
berikutnya yaitu tahap desain produk. Pada tahap ini
peneliti akan mendesain produk yang berupa modul yang
berisikan modul pelatihan PCK. Selain itu, untuk
menghasilkan modul pelatihan PCK, perlu
memperhatikan beberapa tujuan dari penulisan modul.
Sehingga, modul yang dikembangkan dapat mengatasi
permasalahan yang ada. Menurut Rahdianyanta (2017:1-
2) adapun tujuan penulisan modul yaitu: 1).Memperjelas
dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu
104
bersifat verbal; 2).Mengatasi keterbatasan waktu, ruang,
dan daya indera, baik siswa atau peserta diklat maupun
guru/instruktur; 3).Dapat digunakan secara tepat dan
bervariasi; 4).Meningkatkan motivasi dan gairah belajar
bagi siswa atau peserta diklat; 5).Mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung
dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya;
6).Memungkinkan siswa atau peserta diklat belajar
mandiri sesuai kemampuan dan minatnya; dan
7).Memungkinkan siswa atau peserta diklat dapat
mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
Modul pelatihan merupakan satu unit program
pembelajaran yang terrencana dan didesain guna
membantu peserta pelatihan mencapai tujuan pelatihan
(Hernawan, 2017). Menurut Departemen Pendidikan
Nasional (2002) salah satu prinsip penulisan modul yaitu
“self- instruction”, yang artinya bahan yang disusun
didalam modul dapat dipelajari oleh peserta pelatihan
secara mandiri dengan bantuan yang terbatas dari guru
105
atau orang lain. Adapun struktur penulisan suatu modul
sering dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian
pembukaan, bagian inti dan bagian penutup. Oleh karena
itu, peneliti merancang dan kemudian mengembangkan
sebuah modul pelatihan PCK yang akan disusun oleh
peneliti terdiri dari lima bagian yaitu: (1) bagian awal
yang terdiri dari halaman judul, kata pengantar, daftar isi
dan glosarium; (2) bagian pendahuluan yang terdiri dari
latar belakang, tujuan, peta kompetensi, ruang lingkup,
dan petunjuk penggunaan modul; (3) bagian pembelajaran
berisi kegiatan pembelajaran yang terdiri dari pengantar,
kompetensi dasar, indikator pencapaian, tujuan
pembelajaran, uraian materi, aktivitas pembelajaran,
latihan atau tugas, rangkuman, tes formatif, umpan balik
dan tindak lanjut dan kunci jawaban; (4) bagian evaluasi
yang terdiri dari tes dan kunci jawaban; (5) bagian akhir
yang terdiri dari penutup, daftar pustaka.
Modul pelatihan PCK terdiri dari 3 kegiatan
belajar, yaitu kegiatan belajar 1 berisikan tentang PCK,
106
kegiatan belajar 2 tentang komponen PCK, dan kegiatan
belajar 3 tentang penerapan PCK dalam RPP. Pada setiap
kegiatan belajar dalam modul pelatihan PCK ini berisi
tentang pengantar, kompetensi dasar, indikator
pencapaian, tujuan pembelajaran, uraian materi, aktivitas
pembelajaran, latihan atau tugas, rangkuman, tes formatif,
umpan balik dan tindak lanjut dan kunci jawaban.
Berawal dari desain modul pelatihan dan pada
akhirnya menjadi sebuah modul pelatihan PCK yang utuh,
maka sebelum digunakan atau diujicobakan perlu
divalidasi terlebih dahulu. Validasi dilakukan oleh
beberapa pakar, yaitu 1). Ahli Modul; 2). Ahli PCK; dan
3). Calon pengguna. Hasil validasi oleh ahli modul dan
ahli PCK memiliki persentase yang sama, yaitu sebesar 68
% dan pada kategori cukup baik dengan keterangan layak
digunakan dengan revisi. Selain itu, terdapat beberapa
saran dan masukan yang berbeda-beda dari ahli modul
dan ahli PCK. Adapun masukan dan saran dari validator
ahli modul pelatihan yaitu 1). Rumusan indikator dan
107
tujuan harus operasional; 2). Menggunakan kata kerja
dengan tingkat kognitif yang lebih tinggi; 3).
Menyesuaikan kegiatan belajar dan evaluasi dengan
tingkat kognitif yang tinggi. Sedangkan, masukan dan
saran dari validator ahli PCK yaitu 1). Menambah uraian
materi; 2). Memperhatikan kembali hirarki CK, PK, dan
PCK; 3). Menambah contoh yang lebih sederhana; 4).
Menghubungkan PCK, K-13 dan peran PCK dalam RPP.
Persentase penilaian dari ahli calon pengguna
sebesar 88 % pada kategori sangat baik. Adapun
keterangan dari validator calon pengguna yaitu baik dan
sudah dapat digunakan. Berdasarkan, penilaian dari ketiga
ahli tersebut, maka perlu dilakukan revisi modul pelatihan
PCK, sesuai dengan masukan dan saran yang diberikan.
Setelah dilakukan revisi maka modul pelatihan PCK ini
dapat diujicobakan.
Tahapan uji coba terbatas dilakukan melalui
pelatihan. Pelatihan ini melibatkan 6 guru dari 3 SMP
yang berbeda-beda. Pelatihan dilaksanakan selama 1 hari.
108
Pada tahapan implementasi juga dilakukan Pre-test dan
Post-test untuk mengetahui kemampuan peserta pelatihan
sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Hasil rata-rata
Pre-test sebesar 62,7 dan rata-rata post-test peserta
pelatihan adalah 72,7. Berdasarkan, hasil tersebut maka
modul pelatihan PCK dapat meningkatkan kompetensi
pedagogik dan profesional guru matematika. Dan modul
pelatihan PCK memiliki dampak bagi peserta pelatihan.
Sehingga, modul pelatihan tersebut dapat digunakan
dalam upaya meningkatkan kompetensi guru. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Giarti (2016) yang
menunjukkan bahwa pengembangan modul pelatihan
dapat meningkatkan kompetensi guru SD. Hasil penelitian
dari Sumarah, dkk (2017) juga menunjukkan bahwa
modul pelatihan sangat membantu guru didalam
memahami materi tertentu. Selain itu, hasil penelitian
Budiyono, dkk (2014) juga menunjukkan bahwa melalui
modul pelatihan yang diberikan kepada guru dapat
109
meningkatkan kompetensi pedagogik dan pada akhirnya
juga akan meningkatkan kompetensi profesional.
Resbiantoro (2015) modul pedagogical content
knowledge (PCK) dapat dikembangkan layak digunakan
oleh guru dan calon guru untuk menunjang dan
memberikan alternatif referensi untuk guru dan calon guru
dalam melaksanakan pembelajaran. Pengembangan modul
PCK yang disusun oleh Resbiantoro (2015) berkaitan
dengan matapelajaran fisika serta materi tertentu. Berbeda
dengan pengembangan yang dilakukan Resbiantoro
(2015), pengembangan modul pelatihan PCK yang
disusun peneliti diperuntukkan bagi guru mapel
matematika pada jenjang SMP. Dimana, modul pelatihan
PCK ini membahas secara umum mengenai PCK yang
dikaitan dengan mapel matematika. Damawati (2015)
berpendapat bahwa PCK merupakan faktor penting karena
sangat berpengaruh terhadap proses pengajaran yang
dilakukan guru, untuk mengembangkan PCK guru dapat
melalui program pelatihan yang tujuannya untuk
110
menfasilitasi guru dalam mengembangkan PCK dan
meningkatkan kesadaran terhadap prosedur mengajar dan
pembelajaran. Pemahaman guru terhadap PCK, masih
sangatlah kurang. Banyak penelitian terkait PCK yang
dilaksanakan dalam rangka mengetahui hubungan PCK
dengan pengajaran yang dilakukan oleh guru, namun
sedikit penelitian mengenai pengembangan modul PCK.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan modul pelatihan
PCK. Sehingga, melalui modul pelatihan PCK diharapkan
guru dapat belajar secara mandiri.