Upload
ngotuong
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian
Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi
yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal
sebagai penghasil utama perikanan laut di Kabupaten Sukabumi. Luas daerah
Kecamatan Palabuhanratu adalah 10.287 Ha dengan kondisi alam berupa
pegunungan, perkebunan, lahan pertanian, ladang dan pertambangan. Kecamatan
Palabuhanratu terbagi menjadi 10 desa/kelurahan yaitu Palabuhanratu, Citepus,
Citarik, Cibodas, Buniwangi, Cikadu, Tonjong, Pasir Suren, Jayanti dan
Cimanggu.
Secara administratif, Kecamatan Palabuhanratu berbatasan langsung
dengan Kecamatan Cikidang di sebelah utara, Kecamatan Simpenan di sebelah
selatan, Kecamatan Cikakak di sebelah Barat dan Kecamatan Bantar Gadung di
sebelah timur (Lampiran 1). Palabuhanratu merupakan teluk yang sekelilingnya
merupakan daerah pegunungan yang diikuti oleh daratan pantai dan selanjutnya
pantai terjal yang berkelanjutan di bawah laut.
4.2 Keadaan Iklim dan Musim
Terdapat dua musim utama di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Palabuhanratu yaitu musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat dan
musim angin timur yang bertiup dari barat ke timur. Musim angin barat bertiup
dari bulan Desember sampai bulan Februari, Sedangkan musim angin timur
berlangsung antara bulan Juli sampai bulan September . Dari kedua musim
tersebut terdapat musim peralihan dari musim barat ke timur dan juga
sebaliknya.Musim peralihan ini terjadi antara bulan Maret sampai dengan bulan
Juni dan bulan Oktober sampai dengan bulan November.
Perbedaan musim sangat mempengaruhi hasil dan operasi penangkapan
ikan. Pada musim barat (Desember-Februari) angin sangat kencang, ombak sangat
besar dan juga naiknya volume air laut menyebabkan sebagian nelayan enggan
23
melaut karena hasil tangkapannya juga biasanya sedikit atau sering disebut musim
paceklik. Namun, akan terjadi sebaliknya jika musim timur (Juli-September).
4.3. Karakteristik Responden
4.3.1 Umur Nelayan
Nelayan buruh merupakan mata pencaharian yang memerlukan kondisi
fisik yang baik. Pada umumnya nelayan buruh pancing ulur di Palabuhanratu
berusia relatif muda sehingga memiliki kemampuan fisik dan kondisi kesehatan
yang masih baik. Berdasarkan umurnya, penduduk yang berusia 0-14 tahun
merupakan penduduk yang belum produktif, penduduk yang berusia 15-64 tahun
merupakan penduduk dengan usia produktif, sedangkan penduduk yang berusia
65 tahun ke atas merupakan penduduk dengan usia kurang produktif
(Kusumowidho 2000). Komposisi responden berdasarkan kelompok umur
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 . Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 15-24 3 3,49
2 25-34 23 26,74
3 35-44 34 39,53
4 45-54 22 25,58
5 55-64 4 4,65
JUMLAH 86 100
Sumber: Hasil olahan data primer (2013)
Tabel 1memperlihatkan bahwa keseluruhan responden termasuk kedalam
usia yang produktif. Responden yang berusia antara 35 – 44 tahun sebanyak 34
orang (39,53%) merupakan responden dengan kelompok umur terbanyak, pada
umur tersebut sudah memiliki banyak pengalaman yang telah dimiliki dan masih
dalam umur produktif untuk bekerja, sedangkan responden dengan kelompok
24
umur paling sedikit adalah yang berusia antara 15 - 24 tahun sebanyak 3 orang
(3,49%) (Lampiran 3).
4.3.2 Tingkat Pendidikan
Berdasarkan Tabel 2,secara umum tingkat pendidikan nelayan buruh alat
tangkap pancing ulur di Kecamatan Palabuhanratu adalah Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Nelayan
Buruh pancing ulur yang berpendidikan paling banyak adalah SD yang berjumlah
70 orang (81,40%), sedangkan yang paling sedikit adalah SMA yaitu sebanyak 2
orang (2,33%). Rendahnya tingkat pendidikan nelayan tersebut disebabkan oleh
beberapa alasan, seperti mereka lebih menyukai untuk melakukan penangkapan
ikan dibandingkan dengan melanjutkan sekolah, karena dipengaruhi oleh
lingkungan dan juga kehidupan orang tua mereka yang sebelumnya melakukan
kegiatan penangkapan ikan.Besarnya potensi ikan di teluk Palabuhanratu pada
saat itu merupakan salah satu alasan mereka lebih memilih melaut daripada
melanjutkan sekolah.
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Nelayan Buruh Pancing Ulur
No Tingkatan Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 SD 70 81,40
2 SMP 14 16,28
3 SMA 2 2,33
4 Perguruan Tinggi 0 0,00
JUMLAH 86 100
Sumber : Hasil olahan data primer (2013)
25
4.3.3 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga pada umumnya akan berhubungan dengan
pengeluaran rumah tangga. Tanggungan keluarga merupakan beban yang harus
dipenuhi kebutuhannya setiap harinya. Oleh karena itu, semakin banyak
tanggungan keluarga maka semakin besar beban ekonomi yang harus dipenuhi
dalam keluarga tersebut, sehingga alokasi pendapatan akan semakin besar untuk
memenuhi kebutuhan beban tersebut.Namun, dalam keluarga nelayan buruh
pancing ulur di Kecamatan Palabuhanratu, jumlah tanggungan yang banyak tidak
secara langsung akan berhubungan dengan besarnya pengeluaran dan rendahnya
pendapatan keluarga nelayan tersebut. Hal ini disebabkan oleh ikut
berkontribusinya anak nelayan yang sudah usia produktif ataupun yang sudah
tamat Sekolah Dasartetapi belum usia produktif yang lebih memilih untuk ikut
melakukan penangkapan ikan, sehingga mereka ikut membantu terhadap
pendapatan rumah tangga nelayan tersebut.
Berdasarkan Tabel 3, nelayan buruh yang menggunakan alat tangkap
pancing ulur mayoritas mempunyai tanggungan keluarga 2-3 orang, yaitu
sebanyak 70 responden (81,40%) dan nelayan buruh pancing ulur yang memiliki
jumlah tanggungan paling sedikit yaitu sebanyak 1 orang, yaitu sebanyak 2
responden (2,33%).
Tabel 3. Jumlah Tanggungan Keluarga
No Tanggungan Keluarga
(Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 0 - 1 2 2,33
2 2 - 3 70 81,40
3 4 - 5 9 10,47
4 6 - 7 5 5,81
JUMLAH 86 100
Sumber: Hasil olahan data primer (2013)
26
4.3.4 Pengalaman Usaha Nelayan
Pengalaman melaut merupakan modal dasar bagi nelayan untuk
mengembangkan usaha dalam menangkap ikan. Semakin lama pengalaman yang
dimiliki oleh nelayan dalam melaut, maka akan semakin besar kemampuan bagi
nelayan tersebut untuk lebih mengetahui mengenai teknik penangkapan ikan,
seperti letak fishing ground, penggunaan alat tangkap yang lebih
terampil.Komposisi responden berdasarkan pengalaman usaha sebagai nelayan
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengalaman Usaha Nelayan
No Pengalaman Usaha
(Tahun)
Jumlah
(Orang) Persentase (%)
1 5-10 10 11,63
2 11-15 18 20,93
3 16-20 14 16,28
4 21-25 22 25,58
5 26-30 9 10,47
6 31-35 6 6,98
7 36-40 4 4,65
8 41-45 3 3,49
JUMLAH 86 100,00
Sumber : Hasil olahan data primer (2013)
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang
memiliki pengalaman usaha paling lama sebagai nelayan buruh pancing ulur
adalah selama 21-25 tahun, dengan jumlah responden sebanyak 22 orang
(25,58%). Sedangkan jumlah responden yang memiliki pengalaman paling sedikit
adalah 41-45 tahun dengan jumlah 3 orang (3,49%). Pengalaman usahasebagai
nelayan pancing ulur yang beragam dikarenakan jumlah alat tangkap pancing ulur
yang digunakan di Palabuhanratu merupakan yang terbanyak diantara alat tangkap
yang lainnya, sehingga banyak anak nelayan atau keturunan dari nelayan pancing
ulur
27
lebih memilih melaut daripada melanjutkan pendidikan untuk membantu
perekonomian keluarganya. Selain itu, pancing ulur juga merupakan alat tangkap
yang yang sudah ada sejak lama yang digunakan oleh nelayan tradisional dengan
menggunakan perahu kincang 11pk dan 15pk.
4.4 Kegiatan Penangkapan Ikan
Nelayan Pancing ulur di Palabuhanratu melakukan penangkapan ikan
selama 10 bulan dalam satu tahun. Secara umum musim penangkapan ikan di
Palabuhanratu dibagi menjadi dua musim yaitu musim panen dan musim paceklik.
Musim panen ikan di Palabuhanratu biasanya terjadi pada bulan Februari sampai
bulan Juli, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan Agustus sampai dengan
bulan Januari. Pada musim paceklik, sebagian dari nelayan pancing buruh ulur
tetap melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
keluarganya, meskipun hasilnya sedikit.
Daerah penangkapan ikan dengan alat tangkap pancing ulur berada di
sekitar teluk Palabuhanratu sampai dengan Pantai Ujung Genteng. Nelayan
pancing ulur merupakan nelayan semi tradisional yang hanya menggunakan motor
dan perahu serta alat tangkap pancing dalam kegiatan menangkap ikannya. Waktu
yang diperlukan oleh nelayan dari fishing base sampai ke daerah penangkapan
ikan sekitar 2-4 jam perjalanan. Penentuan daerah penangkapan dilakukan oleh
nelayan tanpa menggunakan alat seperti Global Positioning System (GPS), Fish
finder, dan lain-lain, sehingga dalam melakukan penangkapan ikan nelayan lebih
bergantung pada pengalaman melaut dan faktor alam untuk melihat ada tidaknya
ikan dalam melakukan kegiatan penangkapan tersebut.
Nelayan Pancing ulur yang beroperasi di Palabuhanratu pada umumnya
memiliki target penangkapan ikan layur(Trichiurus savala) dan
tongkol(Euthynnus affinis). Namun dalam kondisi tertentu ketika ikan layur
sedang paceklik, nelayan akan menangkap ikan dalam seperti ikan kakap
merah(Lutjanus argentimaculatus), kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus),
ikan layang anggur (Decapterus kurroides)dan lain-lain.Ikan hasil tangkapan dari
nelayan pancing ulur di Palabuhanratu umumnya dijual langsung kepada
28
pengumpul. Biasanya pengumpul membeli ikan tersebut lebih murah
dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh perusahaan pengumpul ikan
yang ada di Palabuhanratu.
Kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan pancing ulur di
Palabuhanratu pada umumnya berupa kerja sama antara nelayan buruh dan
nelayan pemilik. Nelayan buruh yang tidak memilik faktor produksi seperti
perahu dan alat tangkap akan bekerja untuk memperoleh pendapatan kepada
nelayan pemilik. Sistem bagi hasil yang dibagi rata setelah dikurangi biaya
operasional dari nilai penangkapan dalam satu kali trip antara nelayan buruh
dengan pemilik merupakan hubungan kerjasama yang paling tepat yang dilakukan
oleh nelayan pancing ulur di Palabuhanratu. Misalnya uang hasil penjualan ikan
Rp. 2.000.000,- maka uang tersebut dikurangi dengan biaya operasional yang
mencakup BBM, makanan, umpan dan es. Sebagai contoh, biaya operasional
dalam satu kali trip Rp.500.000, maka Rp. 2.000.000 – Rp. 500.000 = Rp.
1.500.000,-. Apabila jumlah Nelayan buruh dalam satu perahu tersebut ada 3
orang, maka nilai hasil tangkapan bersih tersebut dibagi 4 (ditambah pemilik 1
orang), sehingga Rp. 1.500.000 : 4 = Rp.375.000. Jadi masing-masing nelayan
buruh akan mendapatkan Rp. 375.000,-.
Pada musim panen, biasanya nilai hasil tangkapan nelayan buruh akan
dikurangi dengan biaya saving oleh pemilik perahu. Biaya saving tersebut akan
dikurangi dari nilai tangkapan tiap kilogram ikan yaitu Rp. 3000/kg. Biaya Saving
ini akan diberikan kepada nelayan buruh oleh pemilik perahu pada musim
paceklik. Nelayan pemilik membiayai operasional melaut sedangkan nelayan
buruh hanya melakukan penangkapan ikan dan menerima upah dari nelayan
pemilik. Apabila hasil tangkapannya sedikit, pemilik tidak mendapat bagian
apapun dari hasil tangkapannya.
Penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan buruh pancing ulur di
Palabuhanratu adalah dengan penangkapan one day fishing. Nelayan pancing ulur
di Palabuhanratu pada umumnya berangkat dari Palabuhanratu pukul 22.00-04.00
dan berlabuh mendaratkan ikan pada pukul 10.00-14.00, tergantung dari ada
tidaknya ikan yang ditangkap. Sebelum berangkat, nelayan pancing ulur
29
mempersiapkan alat tangkap pancing yang harus diberi umpan terlebih dahulu,
mempersiapkan makanan, es dan bensin. Perbekalan makanan, es dan bensin
dibiayai oleh pemilik perahu. Dalam satu kali trip umumnya membutuhkan 1
sampai 2 balok es dan 40 sampai 60 liter bensin premium, dengan total biaya
dalam satu kali trip antara Rp. 400.000 – Rp. 700.000.
Biaya operasional unit penangkapan dengan menggunakan pancing ulur
dalam satu kali trip di Palabuhanratu terdiri dari biaya BBM (bensin) dan oli,
perbekalan makanan, umpan dan es. Bensin digunakan sebagai bahan bakar
pengoperasian mesin perahu selama melakukan penangkapan. Oli digunakan
sebagai pelumas dalam mendukung operasi perahu menuju dan kembali dari
lokasi penangkapan ikan. Es digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan dengan
suhu rendah sehingga ikan hasil tangkapan tersebut bisa terjaga kesegarannya.
Umpan yang digunakan dalam operasi penangkapan dengan menggunakan alat
tangkap pancing ulur pada umumnya menggunakan ikan tembang(Sardinella
gibbosa)(Tabel 5). Semua biaya operasional penangkapan merupakan tanggung
jawab dari pemilik perahu.
Tabel 5. Biaya Operasional Penangkapan.
No Biaya Operasional Penangkapan Biaya (Rp)
1 Bensin dan Oli 185.000
2 Es Balok 45.000
3 Perbekalan Makanan 70.000
4 Umpan (ikan tembang) 200.000
Total 500.000
Sumber: Hasil olahan data primer (2013)
30
4.5 Kegiatan Nonpenangkapan Ikan
Berdasarkan hasil wawancara, Nelayan buruh pancing ulur di
Palabuhanratu pada umumnya hanya memiliki satu usaha yaitu menangkap ikan.
Hanya beberapa orang yang memiliki usaha lain diluar penangkapan ikan,
misalnya berdagang, bertani, menjahit dan menjadi Sopir. Meskipun
Palabuhanratu merupakan salah satu tempat wisata, tetapi nelayan buruh pancing
ulur tidak ada yang terlibat dalam kegiatan wisata seperti sewa perahu, restoran,
jualan cindramata dan lain-lain.
4.6 Curahan Kerja
4.6.1 Curahan Kerja Kegiatan Penangkapan
Curahan kerja nelayan buruh pancing ulur di Palabuhanratu umumnya
beroperasi setiap hari, kecuali hari Jumat nelayan libur tidak pergi melaut.
Namun, hari Jumat sore biasanya nelayan buruh mempersiapkan alat tangkap
dengan memasangkan umpan pada pancing yang jumlahnya 700 sampai 1000
mata pancing.
Waktu yang dibutuhkan nelayan buruh pancing ulur dalam satu kali trip
pada umumnya selama 12 jam atau 50% curahan kerja dalam sehari, dengan
waktu pemberangkatan antara pukul 22.00-04.00 dan waktu kembali ke fishing
base pukul 10.00-14.00. Dalam satu tahun nelayan pancing ulur biasanya
melakukan penangkapan ikan selama 10 bulan. Nelayan tidak pergi melaut pada
bulan puasa dan pada saat peluang mendapatkan ikan sangat sulit di laut.
4.6.2 Curahan Kerja Kegiatan Non penangkapan
Selain melakukan penangkapan ikan, ada beberapa nelayan buruh yang
melakukan usaha lain, seperti bertani, berdagang dan menjadi sopir. Tetapi hampir
semua nelayan buruh pancing ulur hanya melakukan penangkapan ikan di laut
untuk memperoleh pendapatannya.
31
4.6.3 Curahan Kerja Rumah Tangga Nelayan
Dalam kegiatan untuk memperoleh pendapatan pada rumah tangga
nelayan pancing ulur diperoleh dari kegiatan penangkapan ikan di laut, beberapa
pendapatan diperoleh dari istri nelayan dan juga dari anak nelayan yang ikut
berkontribusi terhadap jumlah pendapatan rumah tangga nelayan pancing ulur di
Palabuhanratu.
4.7 Analisis Pendapatan Usaha
4.7.1 Biaya Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur
Biaya produksi adalah nilai dari faktor produksi yang terdiri dari biaya
variabel dan biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
proses penangkapan ikan dalam satu kali trip yang meliputi biaya bahan bakar,
perbekalan makanan, pembelian umpan pancing dan pembelian es, sedangkan
untuk biaya tetap terdiri dari biaya perawatan dan biaya penyusutan.
a. Biaya yang dikeluarkan oleh Pemilik Perahu
Biaya perawatan dan biaya operasional merupakan biaya yang harus
ditanggung oleh pemilik kapal. Biaya yang dikeluarkan dalam satu kali trip oleh
pemilik perahu berkisar antara Rp. 400.000 – Rp. 700.000/trip yang digunakan
untuk biaya bahan bakar, perbekalan makanan, es balok dan juga umpan,
sedangkan biaya perawatan perawatan alat tangkap, perahu dan mesin tergantung
dari tingkat kerusakannya.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa total rata-rata biaya perikanan
tangkap nelayan pancing ulur di Palabuhanratu dalam kurun waktu satu tahun
adalah Rp.142.228.571, sedangkan total penerimaan usahanya rata-rata
Rp.233.584.000, sehingga keuntungan yang didapat dalam kurun waktu satu
tahun adalah Rp.91.355.429 dengan B/C rasio sebesar 1,64 artinya usaha ini layak
dijalankan karena hasil dari B/C lebih dari satu (Lampiran 4).
b. Biaya yang dikeluarkan oleh Nelayan Buruh Pancing ulur.
Biaya yang dikeluarkan oleh nelayan buruh dalam satu kali trip berkisar
antara Rp.10.000 – Rp. 20.000 yang digunakan untuk ongkos ke dermaga dan
32
juga perbekalan sebelum melakukan penangkapan. Waktu yang digunakan untuk
melakukan penangkapan dengan pancing ulur hanya satu hari, maka perbekalan
yang dibutuhkan tidak banyak (Lampiran 5).
4.7.2 Pendapatan Nelayan Pancing ulur
Pendapatan bersih yang didapatkan oleh nelayan buruh pancing ulur di
Kecamatan Palabuhanratu diperoleh dari nilai produksi yang dikurangi dengan
biaya operasional (Bensin, perbekalan makanan, umpan pancing dan es balok),
sehingga dari hasil analisis data diperoleh rata-rata pendapatan bersih dari hasil
kegiatan penangkapan ikan yang didapatkan oleh nelayan buruh pancing ulur
adalah Rp. 23.892.674 per tahun (Lampiran 5).
4.8 Pendapatan Rumah Tangga Nelayan
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hampir seluruh Rumah
Tangga Nelayan buruh pancing ulur memperoleh pendapatan dari hasil kegiatan
penangkapan ikan, namun ada beberapa pendapatan nelayan yang diperoleh dari
kegiatan yang dilakukan oleh istri nelayan buruh misalnya berdagang dan
menjahit. Dari hasil wawancara, hanya dua orang responden yang menyatakan
bahwa istri membantu dalam usaha tersebut (Lampiran 6).
Selain istri, anak dari nelayan buruh pancing ulur juga berperan dalam
pendapatan Rumah Tangga Nelayan buruh pancing ulur di Palabuhanratu.
Terdapat 21 responden yang menyatakan bahwa anak dan istrinya membantu
pendapatan Rumah Tangga Nelayan seperti anak nelayan yang ikut melakukan
penangkapan ikan (melaut), berdagang dan menjahit (Lampiran 6).
4.9. Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan
Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Pancing ulur di Palabuhanratu secara
umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu pengeluaran pangan
(Sembako) dan pengeluaran non pangan. Berdasarkan hasil analisis, rata-rata
pengeluaran yang digunakan untuk kebutuhan pangan adalah Rp.15.744.800 per
tahun dan pengeluaran non pangan sebesar Rp.6.736.100 per tahun. Persentase
pengeluaran rumah tangga nelayan disajikan pada Gambar 2.
33
Gambar 2. Persentase Pola Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan
Berdasarkan Gambar 2. dapat dilihat bahwa pengeluaran untuk pangan
sebesar 70% dari total pengeluaran rumah tangga, sedangkan untuk pengeluaran
non pangan yaitu sebesar 30%. Rata-rata pengeluaran rumah tangga nelayan
buruh pancing ulur untuk kebutuhan pangan menghabiskan Rp. 41.000 per hari.
Jumlah tersebut dibagi kedalam beberapa kebutuhan pokok pangan seperti beras,
minyak, gula, lauk pauk, sayuran dan lain-lain, sedangkan rata-rata kebutuhan
minyak tanah atau gas yaitu sebesar Rp.63.200 per bulan.
Pengeluaran dasar non pangan merupakan pengeluaran untuk kebutuhan
pakaian, pendidikan, kesehatan dan perumahan yang terdiri dari biaya listrik dan
air. Persentase pengeluaran non pangan dapat dilihat pada Gambar 3.
70%
30%
Persentase Pola Pengeluaran RTN
Pengeluaran Pangan
Pengeluaran Nonpangan
34
Gambar 3. Persentase Pengeluaran Non pangan
Dari Gambar 3. dapat dilihat bahwa pengeluaran dasar non pangan yang
paling besar untuk pendidikan yaitu dengan rata-rata pengeluaran Rp.4.479.300
per tahun atau 67% dari total pengeluaran non pangan, sedangkan pengeluaran
non pangan terkecil yaitu untuk pakaian sebesar Rp.558.700 per tahun atau 8%
dari total pengeluaran non pangan.
Pendidikan merupakan pengeluaran non pangan tertinggi nelayan buruh
pancing ulur karena pengeluaran tersebut digunakan untuk keperluan biaya
sekolah anak. Sebagian besar anak nelayan menempuh pendidikan hingga Sekolah
Menengah Pertama (SMP), meskipun ada beberapa anak nelayan yang
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan.
Pengeluaran rata-rata kebutuhan pendidikan digunakan untuk keperluan sekolah
dan juga biaya untuk transportasi, uang saku, dan juga untuk seragam dan
keperluan sekolah lainnya.
Pengeluaran untuk kesehatan merupakan kebutuhan pangan yang
berikutnya. Dengan persentase 9% atau rata-rata sekitar Rp.607.600 per tahun.
Biasanya Rumah Tangga Nelayan di Palabuhanratu ketika sakit mereka hanya
8%
67%
9%
16%
Pengeluaran Non pangan
Pakaian/thn
Pendidikan/bln
Kesehatan
Perumahan (Listrik&Air)
35
membeli obat di warung atau pergi ke Puskesmas terdekat. Sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk berobat lebih murah.
4.10. Selisih Pendapatan dan Pengeluaran
Berdasarkan hasil penelitian, selisih antara pendapatan dengan
pengeluaran Rumah Tangga Nelayan (RTN) buruh pancing ulur di Palabuhanratu
dimaksudkan untuk melihat seberapa besar pendapatan yang diperoleh yang
dialokasikan untuk berbagai kebutuhan rumah tangga nelayan. Kebutuhan tersebut
mencakup keutuhan pokok pangan (Sembako) dan juga untuk kebutuhan pokok
non pangan (Pakaian, Pendidikan, Kesehatan dan Perumahan). Berdasarkan hasil
analisis, rasio pendapatan terhadap total pengeluaran dasar rumah tangga nelayan
di Palabuhanratu bernilai positif. Rata-rata pendapatan rumah tangga
nelayanburuh pancing ulur di Palabuhanratu yang bersumber dari kegiatan
penangkapan dan dari kegiatan non penangkapan adalah Rp.30.061.300 per tahun
(Lampiran 7), sedangkan rata-rata pengeluaran rumah tangga nelayan buruh
adalah Rp.24.331.300 per tahun yang terdiri dari pengeluaran pangan dan non
pangan.
Berdasarkan hasil analisis, jumlah pendapatan rumah tangga nelayan lebih
besar dari pengeluaran rumah tangga nelayan dengan selisih antara pendapatan
dan pengeluaran sebesar Rp.5.730.000 per tahun.Biasanya pendapatan yang
diperoleh pada musim panen dipergunakan oleh nelayan untuk membeli perhiasan
atau barang elektronik, hal tersebut mereka lakukan untuk saving pada musim
paceklik.
4.11 Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan
Kesejahteraan merupakan suatu kondisi telah terpenuhinya kebutuhan
dasar hidupnya. Kebutuhan tersebut bisa mencakup kebutuhan pangan (Sembako)
dan juga non pangan (Pakaian, Pendidikan, Kesehatan, dan Perumahan). Tingkat
kesejahteraan rumah tangga nelayan buruh Pancing ulur di Palabuhanratu
dilakukan dengan membandingkan pendapatan rata-rata rumah tangga nelayan
berdasarkan standar Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) nelayan buruh pancing
ulur di Palabuhanratu.
36
Hasil Penelitian bahwa tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga nelayan
buruh pancing ulur di Palabuhanratu yang bersumber dari kegiatan penangkapan
ikan dan non penangkapan ikan berada diatas Kebutuhan Fisik Minimum yang
berjumlah Rp. 1.873.000 per RTN per bulan. Berdasarkan hasil analisis, hanya 8
orang responden (9 %) yang memiliki pendapatan RTN per bulan dibawah KFM,
sedangkan sebanyak 78 orang (91 %) (Gambar 4) dinyatakan sejahtera karena
pendapatan RTN per bulan diatas KFM (Lampiran 8).
Gambar 4. Persentase Tingkat Kesejahteraan RTN
9%
91%
Persentase Tingkat Kesejahteraan RTN
Kurang Sejahtera
Sejahtera
37
4.12 Kontribusi Kegiatan Penangkapan Ikan
Kegiatan perikanan tangkap merupakan salah satu aktivitas yang sangat
penting untuk menunjang kehidupan ekonomi nelayan buruh pancing ulur di
Palabuhanratu. Kegiatan menangkap ikan merupakan kegiatan utama nelayan
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Rumah tangga nelayan buruh pancing ulur di Palabuhanratu pada
umumnya memperoleh pendapatan dari kegiatan penangkapan dan kegiatan lain
dengan dibantu oleh anak dan istri nelayan, kegiatan tersebut diantaranya
berdagang, menjahit, sopir, dan melaut yang dilakukan oleh anak nelayan.
Kontribusi dari kegiatan penangkapan ikan pada rumah tangga nelayan (RTN)
buruh pancing ulur mencapai 92,74% dari total pendapatan rumah tangga nelayan
(Lampiran 9). Kontribusi kegiatan penangkapan ikan terhadap pendapatan RTN
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kontribusi Penangkapan Ikan terhadap Pendapatan RTN
92,74%
7,26%
Kontribusi Penangkapan Ikan
Penangkapan
Non penangkapan