32
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) adalah bagian dari aparatur negara yang diberi wewenang untuk menegakkan hukum di masyarakat dan merupakan salah satu bentuk institusi dari aparat penegak hukum, yakni kepolisian yang bekerja dibawah naungan POLRI (Kepolisian Republik Indonesia). Karena kedudukannya sebagai alat penegak hukum, maka Kepolisian Daerah Jawa Timur tentunya memiliki tugas sebagaimana juga dimiliki oleh alat penegak hukum lainnya, antara lain ialah untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat yang berada dalam ruang lingkup wilayah kerjanya. Kepolisian Daerah Jawa Timur beralamat di Jalan Ahmad Yani No.116 Surabaya dan sebagai sebuah instansi, Polda Jatim mempunyai struktur organisasi yang berfungsi untuk memperjelas tugas dan wewenang dari masing-masing bagian. Susunan organisasi tersebut terdiri dari: 1 1. Unsur Pimpinan a. Kapolda; dan b. Wakil Kapolda (Wakapolda). 2. Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan a. Itwasda; b. Roops; c. Rorena; d. Ro SDM; e. Rosarpras; f. Bidpropam; g. Bidhumas; h. Bidkum; i. Bid TI Polri; j. Spripim; 1 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2010, pasal 7-12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur

Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) adalah bagian dari aparatur

negara yang diberi wewenang untuk menegakkan hukum di masyarakat dan

merupakan salah satu bentuk institusi dari aparat penegak hukum, yakni

kepolisian yang bekerja dibawah naungan POLRI (Kepolisian Republik

Indonesia). Karena kedudukannya sebagai alat penegak hukum, maka Kepolisian

Daerah Jawa Timur tentunya memiliki tugas sebagaimana juga dimiliki oleh alat

penegak hukum lainnya, antara lain ialah untuk memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat yang berada dalam ruang lingkup wilayah kerjanya.

Kepolisian Daerah Jawa Timur beralamat di Jalan Ahmad Yani No.116

Surabaya dan sebagai sebuah instansi, Polda Jatim mempunyai struktur organisasi

yang berfungsi untuk memperjelas tugas dan wewenang dari masing-masing

bagian. Susunan organisasi tersebut terdiri dari:1

1. Unsur Pimpinan

a. Kapolda; dan

b. Wakil Kapolda (Wakapolda).

2. Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan

a. Itwasda;

b. Roops;

c. Rorena;

d. Ro SDM;

e. Rosarpras;

f. Bidpropam;

g. Bidhumas;

h. Bidkum;

i. Bid TI Polri;

j. Spripim;

1 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2010, pasal 7-12

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

2

k. Setum; dan

l. Yanma.

3. Unsur Pelaksana Tugas Pokok

a. SPKT;

b. Ditintelkam;

c. Ditreskrimum;

d. Ditreskrimsus;

e. Ditresnarkoba;

f. Ditbinmas;

g. Ditsabhara;

h. Ditlantas;

i. Ditpamobvit;

j. Ditpolair;

k. Dittahti; dan

l. Satbrimob.

4. Unsur Pendukung

a. SPN;

b. Bidkeu; dan

c. Biddokkes.

5. Unsur Pelaksana Tugas Kewilayahan

a. Polres

Dalam melaksanakan tugasnya untuk mengawasi tindak pidana pemalsuan

merek, Kepolisian Daerah Jawa Timur melimpahkan kewenangan kepada

Ditreskrimsus (Direktorat Reserse Kriminal Khusus), khususnya Unit I HKI

dalam Subdit I Indagsi. Ditreskrimsus merupakan unsur pelaksana tugas pokok

yang berada di bawah Kapolda dan bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan

penyidikan tindak pidana khusus, koordinasi, pengawasan operasional, dan

administrasi penyidikan PPNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.2 Dalam melaksanakan tugasnya, Ditreskrimsus menyelenggarakan

fungsi:3

a. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus, antara lain tindak

pidana ekonomi, korupsi, dan tindak pidana tertentu di daerah hukum

Polda;

b. penganalisisan kasus beserta penanganannya, serta mempelajari dan

mengkaji efektivitas pelaksanaan tugas Ditreskrimsus;

2 Ibid, pasal 139 ayat (1) dan (2).

3 Ibid, pasal 139 ayat (3).

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

3

c. pembinaan teknis, koordinasi, dan pengawasan operasional, serta

administrasi penyidikan oleh PPNS;

d. pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana khusus di lingkungan

Polda; dan

e. pengumpulan dan pengolahan data serta menyajikan informasi dan

dokumentasi program kegiatan Ditreskrimsus.

Struktur Ditreskrimsus terdiri dari:4

a. Subbagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin);

b. Bagian Pembinaan Operasional (Bagbinopsnal);

c. Bagian Pengawas penyidikan (Bagwassidik);

d. Seksi Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil,

disingkat Sikorwas PPNS; dan

e. Sub Direktorat (Subdit).

4 Ibid, pasal 141

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

4

Gambar 4.1: Struktur Organisasi Direskrimsus Polda Jatim 2014

Sumber: Data Sekunder, diolah, 2014

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

5

Dalam hal penyelidikan dan penyidikan tindak pidana yang dilakukan

Ditreskrimsus yang terjadi di daerah hukum Polda Jatim, yang diberi wewenang

adalah Sub Direktorat (Subdit). Subdit dalam Ditreskrimsus terdiri dari:5

1. Subdit I Tindak Pidana Indagsi

2. Subdit II Tindak Pidana Perbankan

3. Subit III Tindak Pidana Korupsi

4. Subdit IV Tindak Pidana Tertentu

Keempat Subdit di atas dalam menjalankan tugas penyelidikan dan penyidikan

tindak pidana menyelenggarakan fungsi yang sama, yaitu sebagai berikut:6

a. penyelidikan dan penyidikan tindak pidana yang terjadi di daerah hukum

Polda;

b. pemberkasan dan penyelesaian berkas perkara sesuai dengan ketentuan

administrasi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana; dan

c. penerapan manajemen anggaran, serta manajemen penyelidikan dan

penyidikan tindak pidana.

Dari keempat Subdit yang ada dalam Ditreskrimsus Polda Jatim, untuk

penanganan tindak pidana merek dilimpahkan kepada Subdit I Tindak Pidana

Indagsi, karena bagian Indagsi ini meliputi industri, dagang, dan investasi. Tindak

pidana merek merupakan kejahatan dalam kegiatan industri perdagangan barang

atau jasa. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Subdit I Tindak Pidana

Indagsi dibantu oleh sejumlah unit, antara lain:7

1. Unit I HKI

2. Unit II Asuransi

3. Unit III Industri

4. Unit IV Perdagangan

Dalam hal penanganan atas tindak pidana pemalsuan merek, Subdit I

Tindak Pidana Indagsi memberikan kewenangan kepada Unit I HKI untuk

menyelenggarakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan hingga proses

5 Struktur Organisasi Ditreskrimsus Polda Jatim, data diambil tgl 6 Maret 2014, pukul 10.00 WIB

6 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2010, pasal 146 ayat

(2). 7 Struktur Organisasi Ditreskrimsus Polda Jatim, data diambil tgl 6 Maret 2014, pukul 10.00 WIB

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

6

pemberkasan dan penyelesaian berkas perkara. Unit I HKI sendiri tidak hanya

menangani masalah merek saja, tetapi seluruh permasalahan yang mencakup HKI

(Hak Kekayaan Intelektual) yaitu Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri (Paten,

Desain Industri, Merek, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang,

Varietas Tanaman).

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

7

B. Data Kasus Tindak Pidana Merek Yang Ditangani Ditreskrimsus Subdit

I Tipid Indagsi Dalam Tahun 2011-2014

Berikut adalah data kasus tindak pidana merek yang ditangani oleh

Ditreskrimsus Polda Jatim selama kurun waktu 4 tahun terakhir:

Tabel 4.1

Laporan Tindak Pidana Merek Ditreskrimsus Polda Jatim Tahun 2011-2014

NO. TAHUN KESATUAN JUMLAH LAPORAN

POLISI

JUMLAH

SELESAI

KETERANGAN

1. 2011 DITRESKRIMSUS

POLDA JATIM

11 LP 9 LP dgn rincian : SISA TUNGGAKAN =

2 LP dgn rincian :

· 5 LP SP3 · 1 LP P.19

· 2 LP P.21 · 1 LP Proses (Sidik)

· 2 LP Henti

Lidik

2. 2012 DITRESKRIMSUS

POLDA JATIM

5 LP 5 LP SP3 -

3. 2013 DITRESKRIMSUS

POLDA JATIM

10 LP 7 LP SP3 SISA TUNGGAKAN =

3 LP dgn rincian :

· 2 LP Proses (Sidik)

· 1 LP Tsk DPO

4. 2014 DITRESKRIMSUS

POLDA JATIM

4 LP 1 LP SP3 SISA TUNGGAKAN=

3 LP Proses (Sidik)

Sumber: Data Sekunder, diolah, 2014

Keterangan:

Data diatas merupakan ringkasan atas tindak pidana merek yang

ditangani oleh Ditreskrimsus Polda Jatim khususnya Subdit I Tipid

Indagsi Unit I HKI dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Adapun

keseluruhan data kasus yang penulis peroleh yang penulis lampirkan

dihalaman lampiran.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

8

Adapun salah satu kasus yang paling menonjol yang ditangani oleh Ditreskrimsus

Polda Jatim, yaitu kasus tindak pidana merek Larutan Penyegar Badak. Berikut

adalah posisi kasus yang penulis dapatkan dari Ditreskrimsus Polda Jatim Subdit I

Tipid Indagsi Unit I HKI:8

“Bahwa pada tanggal 3 September 2003 WEN KEN DRUG CO (PTE)

LTD mengajukan pendaftaran merek no : 509205. Namun oleh Ditjen

HKI pada tanggal 4 Juni 2008 ditolak karena memiliki persamaan dengan

milik TJIOE BUDI YUWONO sertifikat merek No. : IDM000152059,

selanjutnya pihak WEN KEN DRUG CO (PTE) LTD berupaya lain

dengan mengajukan pertimbangan ke Komisi Banding Ditjen HKI pada

tanggal 11 Pebruari 2009 sehingga pada tanggal 1 April 2009 Komisi

Banding Ditjen HKI mengabulkan permohonan WEN KEN DRUG CO

(PTE) LTD selanjutnya memerintahkan Direktur Merek untuk

menerbitkan Sertifikat dengan no : IDM000199185.”

“Sekira tahun 2010 pihak WEN KEN DRUG CO (PTE) LTD juga

mengajukan permohonan sertifikat, disetujui dan dikabulkan dengan

terbitnya sertifikat no : IDM000241894. Sehingga pada tanggal 26 Januari

2011 TJIOE BUDI YUWONO mengajukan gugatan pembatalan Setifikat

No : IDM000199185 ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan putusan

No.: 10/MEREK/2011/PN. NIAGA.JKT PST dimana putusannya

mengabulkan pembatalan Sertifikat Merek No : IDM000199185 pada

tanggal 17 Oktober 2011 pihak WEN KEN DRUG CO (PTE) LTD

mengajukan permohonan kasasi namun ditolak.”

“Berdasarkan putusan Mahkamah Agung No. 595.K/Pdt.Sus/2011 tanggal

17 Oktober 2011 yang diantara putusannya berbunyi :

1. Menyatakan merek dagang dengan tulisan LARUTAN PENYEGAR

(dalam bahasa Indonesia, huruf Kanji, bahasa Inggris Cooling Water dan

huruf Arab. Lukisan “BADAK” dan Tulisan “CAP BADAK” dalam

bahasa Indonesia, huruf Kanji dan bahasa Inggris Rhinoceros Brand

adalah satu kesatuan merek dagang yang tidak terpisahkan.

2. Menyatakan batal sertifikat merek “ Cap Kaki Tiga+lukisan Badak atas

nama tergugat (WEN KEN DRUG CO (PTE) LTD) tertanggal 1 April

2009 dengan no: IDM000199185 dan mencoret dari Daftar Umum Merek

Ditjen HKI dengan segala akibat hukumnya.

3. “Bahwa sekitar bulan Oktober 2011, Managemen PT. Sentosa Karya

Gemilang (anak perusahaan PT. Sinde Budi Sentosa) mendapatkan

informasi dari PT. Mitra Sentosa Puritama (Agen penjualan produk PT.

Sinde Budi Sentosa) bahwa diwilayah jawa timur telah beredar minuman

merek Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga+Lukisan Badak dan minuman

Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga yang diduga hasil tindak pidana merek

yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau pada keseluruhannya

8 Data kasus Unit I HKI Subdit I Tipid Indagsi Ditreskrimsus Polda Jatim, diambil pada tanggal 28

Juni 2014, pukul 10.00

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

9

dengan merek Larutan Penyegar Badak yang terdaftar di Ditjen HKI

Kementerian Hukum dan HAM RI.”

4. “Awalnya Merek Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga+Lukisan Badak

terdaftar di Direktorat Merek Ditjen HKI 2Kementerian Hukum dan HAM

RI dengan Nomor Daftar IDM000199185, namun pada akhirnya telah

dibatalkan oleh Ditjen HKI Kementerian Hukum dan HAM RI pada

tanggal 20 Pebruari 2012 atas putusan Mahkamah Agung RI No. 595

K/Pdt.Sus/2011, tanggal 17 Oktober 2011 Jo. Putusan Pengadilan Niaga

Jakarta Pusat No. 10/Merek/2011/PN. Niaga.Jkt.Pst tanggal 6 Juli 2011.”

5. Setelah adanya pembatalan Merek Cap Kaki Tiga+Lukisan Badak Daftar

Nomor IDM000199185, dan terdaftar di Ditjen HKI Kementerian Hukum

dan HAM RI, pada tanggal 29 Pebruari 2012 pihak PT. Sentosa Karya

Gemilang menemukan kegiatan penjualan minuman Merek Larutan

Penyegar Cap Kaki Tiga+Lukisan Badak dan Merek Larutan Penyegar

Cap Kaki Tiga.”

6. Dengan beredarnya minuman Merek Larutan Penyegar Cap Kaki

Tiga+Lukisan Badak dan Merek Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga yang

mempunyai kesamaan pada Merek Larutan Penyegar Badak yang terdaftar

di Ditjen HKI Kementerian Hukum dan HAM RI, PT. Sinde Budi Sentosa

merasa dirugikan sehingga memberikan kuasa kepada pelapor untuk

melaporkan kejadian kepada pihak yang berwajib.”

Berdasarkan hasil pemeriksaan saksi dan ahli serta penyitaan dokumen

dan barang bukti, kasus ini telah cukup bukti melanggar pasal 91 dan atau pasal

94 Undang-undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek yg berbunyi :

Pasal 91

“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang

sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang

dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)”

i. BARANG SIAPA : PT. Duta Lestari Sentratama

ii. DENGAN SENGAJA TANPA HAK: PT. Duta Lestari Sentratama

masih/tetap memperdagangkan minuman Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga

dan Minuman Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga +Lukisan Badak walaupun

mengetahui adanya somasi (Media Massa, Pebruari 2012) dan Putusan

Mahkamah Agung RI No. 595 K/Pdt.Sus/2011, tanggal 17 Oktober 2011

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

10

Jo. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No. 10/Merek/2011/PN.

Niaga.Jkt.Pst tanggal 6 Juli 2011 yang salah satunya menjelaskan bahwa

tulisan “Larutan Penyegar” merupakan satu kesatuan yang terdaftar pada

Direktorat Merek Ditjen HKI Kementerian Hukum dan HAM RI

sebagaimana Sertifikat Merek Nomor IDM000152059 atas nama TJIOE

BUDI YUWONO.

iii. MENGGUNAKAN MEREK YANG SAMA PADA POKOKNYA DENGAN

MEREK TERDAFTAR MILIK PIHAK LAIN : PT. Duta Lestari Sentratama

memperdagangkan barang berupa Minuman dengan menggunakan Merek

“Larutan Penyegar baik huruf kanji maupun huruf arab”, yang mana

merek Larutan Penyegar merupakan milik pihak lain (PT. Sinde Budi

Santosa) yang terdaftar di Ditjen HKI Kementerian Hukum dan HAM RI,

dan telah ada Putusan Mahkamah Agung RI No. 595 K/Pdt.Sus/2011,

tanggal 17 Oktober 2011 Jo. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No.

10/Merek/2011/PN. Niaga.Jkt.Pst tanggal 6 Juli 2011 yang salah satunya

menjelaskan bahwa tulisan “Larutan Penyegar” merupakan satu kesatuan

yang terdaftar pada Direktorat Merek Ditjen HKI Kementerian Hukum

dan HAM RI sebagaimana Sertifikat Merek Nomor IDM000152059 atas

nama TJIOE BUDI YUWONO.

iv. BARANG DAN/ATAU JASA SEJENIS : Barang berupa Minuman Larutan

Penyegar Cap Kaki Tiga yang diduga hasil tindak pidana Merek yang

diperdagangkan oleh PT. Duta Lestari Sentratama merupakan barang

sejenis dengan Minuman Larutan Penyegar Cap Badak yang diproduksi

oleh PT. Sinde Budi Sentosa yaitu termasuk dalam kelas barang dan/jasa

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

11

05 berupa minuman kesehatan, minuman isotonic dan minuman energy

(yang mengandung obat-obatan, jamu-jamu)dan seterusnya.

v. YANG DIPRODUKSI DAN/ATAU DIPERDAGANGKAN : Bahwa barang

berupa minuman larutan penyegar Cap Kaki Tiga yang diduga hasil tindak

pidana Merek (produksi PT. Kinocare Era Kosmetindo) yang kemudian

oleh PT. Duta Lestari Sentratama d/a Jl. Margomulyo Indah Kav. 6

Surabaya dijual/diperdagangkan kepada agen-agennya yang ada di

Surabaya (Toko Saerah Surabaya dan Toko Sumber Jaya Surabaya),

sebagaimana bukti berupa surat jalan : Surat Jalan tertanggal 16 April

2012, Surat Jalan/faktur No. T012014512, tanggal 31-03-2012, Surat

Jalan/faktur No. T012008972, tanggal 28-02-2012, Surat Jalan/faktur No.

T012008910, tanggal 28-02-2012.

Pasal 94

“Barangsiapa memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau

patut diketahui bahwa barang dan/atau jasa tersebut merupakan hasil

pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92,

dan Pasal 93 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun

atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)”

i. BARANG SIAPA : PT. Duta Lestari Sentratama

ii. MEMPERDAGANGKAN BARANG DAN/ATAU JASA : Bahwa PT. Duta

Lestari Sentratama memperdagangkan barang berupa minuman larutan

penyegar Cap Kaki Tiga yang diduga hasil tindak pidana Merek (produksi

PT. Kinocare Era Kosmetindo) kepada agen-agennya yang ada di

Surabaya (Toko Saerah Surabaya dan Toko Sumber Jaya Surabaya),

sebagaimana bukti berupa surat jalan : Surat Jalan tertanggal 16 April

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

12

2012, Surat Jalan/faktur No. T012014512, tanggal 31-03-2012, Surat

Jalan/faktur No. T012008972, tanggal 28-02-2012, Surat Jalan/faktur No.

T012008910, tanggal 28-02-2012.

iii. DIKETAHUI ATAU PATUT DIKETAHUI BAHWA BARANG DAN/ATAU

JASA TERSEBUT MERUPAKAN HASIL PELANGGARAN : PT. Duta

Lestari Sentratama tahu bahwa Merek Larutan Penyegar merupakan milik

pihak lain (PT. Sinde Budi Sentosa), hal tersebut dibuktikan dengan

adanya :

a. Somasi melalui media massa, pada bulan Pebruari 2012

b. Putusan Mahkamah Agung RI No. 595 K/Pdt.Sus/2011, tanggal 17

Oktober 2011 Jo. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No.

10/Merek/2011/PN. Niaga.Jkt.Pst tanggal 6 Juli 2011 yang salah

satunya menjelaskan bahwa tulisan “Larutan Penyegar” merupakan

satu kesatuan yang terdaftar pada Direktorat Merek Ditjen HKI

Kementerian Hukum dan HAM RI sebagaimana Sertifikat Merek

Nomor IDM000152059 atas nama TJIOE BUDI YUWONO.

Dalam sengketa kasus merek Larutan Penyegar Badak dan Larutan

Penyegar Cap Kaki Tiga, menurut penulis ada suatu kesalahan dalam kronologi

pendaftaran merek untuk merek Larutan Cap Kaki Tiga, karena pada tanggal 17

september 2004 sdr. Tjioe Budi Yuwono telah melakukan pengajuan pendaftaran

merek dengan kata-kata “Larutan Penyegar Badak” beserta gambar badak dan

kaligrafi arab, lalu pengajuan pendaftaran tersebut disetujui dan dikeluarkannya

sertifikat merek oleh Ditjen HKI tertanggal 7 Januari 2008. Tetapi, dalam

penerimaan pendaftaran merek Larutan Cap Kaki Tiga milik Wen Ken Drug CO,

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

13

PTE LTD, Ditjen HKI juga menerima dan mengesahkan pendaftaran merek pada

tanggal 24 Maret 2010 atas kata-kata “Cap Kaki Tiga” dengan gambar badak yang

memiliki persamaan seperti milik sdr. Tjioe Budi Yuwono. Dalam proses

pengesahan merek Cap Kaki Tiga milik sdr. Wen Ken Drug CO (PTE) LTD,

sebenarnya Ditjen HKI telah menolak pendaftaran merek pada tanggal 4 Juni

2008, tetapi karena sdr. Wen Ken Drug mengajukan banding pada tanggal 11

Februari 2009 dan Ditjen HKI mengabulkan permohonan banding tersebut pada

tanggal 1 April 2009, lalu sekitar tahun 2010 keluarlah sertifikat merek no:

IDM000241894 “Cap Kaki Tiga” dengan gambar badak. Hal ini merupakan suatu

kesalahan yang dilakukan oleh Ditjen HKI, karena dengan keluarnya sertifikat

merek Cap Kaki Tiga dengan gambar badak milik sdr. Wen Ken Drug CO (PTE)

LTD, maka jelas akan merugikan sdr. Tjioe Budi Yuwono yang telah terlebih

dahulu mendapatkan legalitas mereknya. Selain itu, dengan beredarnya 2 (dua)

produk larutan penyegar dengan cap yang berbeda tentu akan membuat

masyarakat bingung akan produk larutan mana yang memang benar-benar asli dan

berkhasiat menyegarkan tenggorokan. Hal ini akan jelas merugikan secara

finansial salah satu pihak pemilik merek asli yang mendaftarkan mereknya

terlebih dahulu.

Dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek telah

tercantum bahwa “Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung

salah satu unsur di bawah ini”:

a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum ;

b. tidak memiliki daya pembeda;

c. telah menjadi milik umum; atau

d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang

dimohonkan pendaftarannya.

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

14

Lalu juga dalam pasal 6:

1. Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek

tersebut:

a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu

untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;

b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang

dan/atau sejenisnya.

c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan indikasi-geografis yang sudah dikenal.

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula

diberlakukan terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang

memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah.

3. Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek

tersebut :

a. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama

badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan

tertulis dari yang berhak;

b. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama,

bendera, lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga

nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis

dari pihak yang berwenang;

c. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel

resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah,

kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

Dari penjelasan atas pasal 5 dan 6 diatas, maka telah jelas bahwa seharusnya

Ditjen HKI menolak apapun usaha (permohonan pendaftaran merek hingga proses

banding) dari pihak pendaftar merek yang memiliki persamaan atas kata-kata,

nama, gambar, cap, tanda, lambang, simbol yang tidak memiliki daya pembeda

dengan merek lain. Karena yang memiliki kewenangan menolak dan menyetujui

keluarnya sertifikat merek hanyalah Ditjen HKI. Oleh sebab itu, maka

kewenangan tersebut haruslah dipergunakan dengan sebaik-baiknya demi

kepentingan umum.

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

15

C. Upaya Kepolisian Daerah Jawa Timur Dalam Menangani Tindak Pidana

Pemalsuan Merek Yang Terjadi Di Wilayah Hukum Polda

Untuk menangani tindak pidana merek yang terjadi, Polda Jatim

melakukan beberapa tindakan. Tindakan-tindakan tersebut berupa tindakan secara

pre-emtif, preventif dan represif. Berikut penjelasan dari ketiga tindakan tersebut:

a. Tindakan pre-emtif adalah tindakan yang dilakukan sebelum tindakan

preventif. Tindakan pre-emtif yang dilakukan oleh kepolisian dalam

pencegahan kasus tindak pidana merek adalah himbauan dan pendekatan,

termasuk sosialisasi langsung ke user maupun dalam bentuk suatu kegiatan

acara.9

b. Tindakan preventif adalah tindakan yang diarahkan kepada usaha

pencegahan terhadap kejahatan. Tindakan tersebut diarahkan sebelum

suatu kejahatan dilakukan.10

Dan khusus dalam tindak pidana HKI,

tindakan preventif dari kepolisian sama dengan tindakan pre-emtif. Jadi

apabila tindakan pre-emtif dan preventif sudah dilaksanakan, maka

tindakan kepolisian selanjutnya adalah represif.11

c. Tindakan represif adalah tindakan penanggulangan yang dilakukan setelah

tindakan kejahatan tersebut dilakukan, tindakan yang dimaksud adalah

tindakan yang berupa pengusutan, penyidikan, penghukuman, dan

rehabilitasi.12

Berikut ini adalah tindakan represif dari kepolisian dalam penanganan

tindak pidana pemalsuan merek yaitu:

9 AKP Kurniawati D.L, wawancara diambil tanggal 12 Agustus 2014, pukul 17.00 WIB

10 Soedjono, Penanggulangan Kejahatan Crime Prevention, Alumni, Bandung, 1988, hal 43

11 AKP Kurniawati D.L, wawancara diambil tanggal 12 Agustus 2014, pukul 17.00 WIB 12

Ibid, hal 176

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

16

a. Menerima Aduan

Langkah awal yang dilakukan oleh penyidik dalam menangani

tindak pidana pemalsuan merek adalah dengan menerima aduan dari pihak

pemilik merek asli yang terdaftar sertifikat hak mereknya(untuk

selanjutnya disebut pihak pelapor). AKP ibu Kurniawati Dewi Lestari

menjelaskan bahwa langkah awal kepolisian hanyalah sebatas menerima

aduan dari pihak pelapor, tidak langsung melakukan tindakan tangkap

tangan, karena ini merupakan delik aduan. Dalam penerimaan aduan ini,

pelapor harus membawa barang yang diduga merupakan hasil tindak

pidana merek (palsu) dan membawa barang yang asli (lengkap dengan

sertifikat merek terdaftar) ke Kantor Subdit Tipid Indagsi Polda Jatim

untuk memperjelas tentang kejahatan pemalsuan merek yang terjadi.

Karena itu merupakan dasar bagi kepolisian untuk melanjutkan ke tahap

selanjutnya yang disebut tahap penyidikan dalam proses penanganan

tindak pidana pemalsuan merek.

Proses tersebut berbeda sekali dengan kejahatan-kejahatan pada

umumnya (seperti pencurian, pembunuhan, jual-beli dan pemakaian

narkoba, penggelapan, dan lain-lain), yang mana ketika kepolisian

menerima laporan dari masyarakat tentang akan/telah terjadinya kejahatan,

kepolisian akan melakukan penyelidikan dahulu dengan mengumpulkan

informasi dari masyarakat atau langsung terlibat dalam praktek jual-beli

dengan menyamar sebagai pembeli. Apabila memang terbukti, maka polisi

langsung melakukan tindakan tangkap tangan. Hal ini dikarenakan,

kejahatan yang dilakukan oleh pelaku bukanlah merupakan kali pertama

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

17

dia melakukan kejahatan, pasti kejahatan tersebut merupakan kejahatan

yang sudah berulang kali dilakukannya.

Menurut penulis, dalam proses penerimaan aduan tindak pidana

merek, kepolisian disini bersifat pasif dikarenakan prosesnya tidak sama

seperti tindak pidana umum. Tindak pidana umum, umumnya kepolisian

begitu mendapatkan laporan atas tindak pidana yang terjadi, akan langsung

melakukan tindakan tangkap tangan (apabila pelaku kejahatan masih

berada dalam jangkauan kepolisian), tetapi apabila pelaku berhasil kabur,

maka polisi akan langsung melakukan tindakan selanjutnya berupa

penyelidikan dan penyidikan. Tindak pidana merek ini merupakan tindak

pidana khusus, karena tindak pidana ini merupakan pelanggaran terhadap

hak atas merek. Hak atas merek merupakan hak eksklusif yang diberikan

oleh negara kepada pemilik merek untuk jangka waktu tertentu dengan

menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak

lain untuk menggunakannya. Hak eksklusif disini adalah suatu hak yang

hanya di berikan kepada pemegang suatu hak in casu merek dalam jangka

waktu tertentu untuk melaksanakan sendiri secara komersial atau

memberikan hak lebih lanjut kepada orang lain.13

b. Melakukan Penyidikan

Setelah keseluruhan informasi tentang laporan dan barang bukti

yang diadukan telah lengkap, maka proses selanjutnya yang dilakukan

kepolisian dalam menangani tindak pidana merek adalah melakukan

penyidikan. Dalam proses penyidikan untuk tindak pidana pemalsuan

13

Adami Chazawi, op.cit., hal 146

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

18

merek, penyidik juga berpedoman seluruhnya pada KUHAP. Tetapi, tata

cara yang dilakukan penyidik dalam melakukan pemeriksaan terhadap

saksi, ahli, dan tersangka, berbeda dengan tata cara pemeriksaan dalam

kejahatan umum lainnya. Proses penyidikan terhadap kejahatan umum

lainnya dilakukan oleh penyidik dengan memeriksa tersangka sebagai

langkah awalnya, karena dalam kejahatan umum, tersangka pasti sudah

tertangkap sebelum penyidikan ini berlangsung dan tanpa melalui surat

pemanggilan. Lalu, dalam pemeriksaan ahli untuk kejahatan umum,

penyidik akan memanggil ahli apabila dianggap perlu (seperti dalam hal

pemalsuan surat dan visum).

Tata cara pemeriksaan dalam tindak pidana merek berdasarkan

wawancara dengan AKP Kurniawati Dewi Lestari selaku anggota dari

Subdit I Tipid Indagsi, yaitu:

1. Pemeriksaan saksi

Dalam pemeriksaan terhadap saksi, tata cara yang digunakan

oleh penyidik secara keseluruhan berpedoman pada KUHAP. Tata cara

pemeriksaannya adalah sebagai berikut:14

i. Saksi diperiksa tanpa disumpah kecuali apabila ada cukup alasan

untuk diduga bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam pemeriksaan

di pengadilan.

ii. Saksi diperiksa secara tersendiri, tetapi boleh dipertemukan yang

satu dengan yang lain dan mereka wajib memberikan keterangan

yang sebenarnya.

iii. Keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan

tanpa tekanan dari siapa pun dan atau dalam bentuk apapun.

iv. Keterangan tersangka dan atau saksi dicatat dalam berita acara

yang ditandatangani oleh penyidik dan oleh yang memberi

keterangan itu setelah mereka menyetujui isinya.

14

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, pasal 116 ayat (1), (2), pasal 117 ayat (1), dan

pasal 118.

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

19

v. Dalam hal tersangka dan atau saksi tidak mau membubuhkan tanda

tangannya, penyidik mencatat hal itu dalam berita acara dengan

menyebut alasannya.

Kenyataannya dalam memeriksa saksi untuk tindak pidana

merek, saksi bisa dihadirkan sebelum melakukan penyidikan. Dalam

hal ini, pelapor yang akan melakukan pengaduan atas tindak pidana

merek, selain membawa barang bukti dalam aduannya, bisa membawa

saksi yang dianggap mengetahui adanya tindak pidana merek. Ini

dilakukan agar dapat meyakinkan penyidik bahwa memang telah

terjadi pelanggaran merek dan dapat segera di proses.

Selepas dari menghadirkan saksi dalam aduan, pemeriksaan

saksi dalam penyidikan dilakukan sendiri-sendiri sesuai dengan

keterangan dari pelapor. Saksi-saksi dalam tindak pidana merek ini

biasanya meliputi, pekerja dalam perusahaan pelapor, pekerja dalam

perusahaan terlapor, dan pemilik toko (yang memperdagankan barang

hasil tindak pidana merek palsu ataupun barang aslinya). Namun,

pemilik toko hanya diperiksa sebagai saksi saja, tidak dapat menjadi

tersangka dikarenakan mereka tidak memproduksi barang-barang yang

diketahui hasil tindak pidana merek.

2. Pemeriksaan ahli

Ahli merupakan orang yang memiliki keahlian khusus dalam

bidang tertentu. Dalam tindak pidana merek ini ahli merek lah yang

berkewajiban menentukan jenis tindak pidana yang terjadi. Ahli yang

ditunjuk biasanya dapat dari golongan ahli perdata maupun dari

akademisi. Tahap pemeriksaan terhadap ahli merupakan tahap untuk

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

20

menentukan jenis tindak pidana merek yang dilakukan oleh

tersangka/terlapor, karena hanya dengan pernyataan dari ahli inilah

nantinya penyidik akan mengetahui apakah benar terjadi pelanggaran

terhadap merek sesuai dengan isi pasal 90-94 Undang-Undang Nomor

15 tahun 2001 tentang Merek.

Adapun tata cara pemeriksaan terhadap ahli, yaitu:15

i. Diberikan langsung dihadapan penyidik

ii. Diberikan secara tertulis

Berdasarkan tata cara dan proses dalam kenyataannya, tata cara

pemeriksaan terhadap ahli merek hanya diberikan secara langsung

dihadapan penyidik. Sedangkan tata cara pemberian secara tertulis

hanya dilakukan dalam hal kejahatan-kejahatan yang sifatnya bisa

menimbulkan luka (ringan atau berat) terhadap korban.

Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap ahli, penyidik harus

membuat surat penghadapan/pemanggilan terhadap ahli untuk datang

ke kantor Subdit I Tipid Indagsi, lalu ahli akan dimintai

keterangannya. Setelah ahli menghadap untuk dimintai keterangannya

akan kasus yang terjadi. Dalam proses ini, penyidik harus sudah

melengkapi keterangan saksi-saksi dan barang bukti dan nantinya akan

ditunjukkan kepada ahli. Hal ini harus dipenuhi agar dapat meyakinkan

ahli bahwa memang terjadi pelanggaran terhadap merek dan ahli dapat

dengan mudah menganalisa jenis pelanggaran apa yang terjadi. Dalam

pemberian keterangannya, pengucapan sumpah atau janji harus

15

Ibid, pasal 120 ayat (1) dan pasal 133

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

21

dilakukan oleh ahli untuk mendapatkan kepastian hukum, karena

berdasarkan keterangan ahli inilah yang digunakan nantinya untuk

menentukan jenis tindak pidana merek dan juga nantinya akan

digunakan untuk menjerat pelaku tindak pidana merek.

3. Pemeriksaan tersangka

Dalam tindak pidana merek, tersangka diperiksa setelah

mendapat keterangan saksi dan ahli, karena tindak pidana merek

merupakan delik aduan. Dalam delik aduan, penyidik tidak bisa

mengambil tindakan langsung seperti tindakan tangkap tangan atau

penahanan karena dalam hal aduan polisi hanya bertindak sebagai

perantara proses penanganan perkara. Selain itu, dibutuhkan juga

keterangan saksi-saksi, ahli, dan bukti yang kuat untuk membuktikan

bahwa tersangka benar-benar melakukan tindak pidana atau tidak.

Setelah mendapatkan keterangan dari saksi-saksi dan ahli, baru lah

kepolisian dapat melakukan pemanggilan terhadap tersangka untuk

diperiksa dan dimintai keterangannya.

Seperti halnya dalam pemeriksaan saksi dan ahli, dalam

pemeriksaan tersangka pun ada tata caranya. Tata cara dalam

pemeriksaan tersangka hampir keseluruhannya sama seperti tata cara

pemeriksaan saksi, tetapi ada satu tata cara yang belum disebut, yaitu:

i. Dalam hal tersangka memberi keterangan tentang apa yang

sebenarnya ia telah lakukan sehubungan dengan tindak pidana

yang dipersangkakan kepadanya, penyidik mencatat dalam berita

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

22

acara seteliti-telitinya sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh

tersangka sendiri.16

ii. Dalam pemeriksaan terhadap tersangka, selain harus tetap

menerapkan asas praduga tak bersalah, polisi juga harus

memperhatikan hak-hak tersangka, karena apabila ada kesalahan

atau menyimpangi aturan dalam KUHAP tentang pemeriksaan

tersangka, maka tersangka bisa langsung mengajukan pra

peradilan. Apabila dalam pra peradilan terbukti ada kesalahan

dalam pemeriksaan tersangka, maka bisa langsung dilakukan

penghentian penyidikan demi hukum.

c. Melakukan Penggeledahan dan Penyitaan

Penyidik yang sebelumnya telah mendapatkan cukup bukti dan

berdasarkan keterangan saksi-saksi maupun tersangka, akan melanjutkan

ke tahap penggeledahan dan penyitaan. Dalam tahap ini, penyidik harus

melakukan pengajuan persetujuan penyitaan dan penggeledahan yang

mana ada 2 cara, yaitu:17

i. Mengurus surat izin dari Pengadilan Negeri sebelum dilakukannya

penggeledahan dan penyitaan.

ii. Dalam keadaan yang memaksa (overmacht), surat izin dari

Pengadilan Negeri didapatkan setelah melakukan penggeledahan

dan penyitaan.

Dalam point (i) diatas, setelah mendapatkan surat izin dari Pengadilan

Negeri, barulah penyidik melakukan tindakan penggeledahan dan

16

Ibid, pasal 117 ayat (2) 17

AKP Kurniawati D.L, wawancara diambil tanggal 26 April 2014, pukul 10.00 WIB

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

23

penyitaan ke tempat produksi dimana tempat itu adalah tempat yang

dipakai oleh tersangka untuk memproduksi barang-barang hasil tindak

pidana merek. Lalu dalam point (ii), apabila dirasa penyidik harus segera

dilakukan tindakan penggeledahan dan penyitaan karena keadaan yang

memaksa, surat izin dari Pengadilan Negeri didapatkan setelah penyidik

melakukan penggeledahan dan penyitaan.

Dalam melakukan penggeledahan, dengan atau tanpa surat izin dari

Pengadilan Negeri, penyidik yang datang ke lokasi produksi tindak pidana

merek tetap menghadirkan saksi untuk menyaksikan proses

penggeledahan, serta tidak lupa kepala desa atau ketua lingkungan tempat

tinggal tersebut juga harus turut serta menyaksikan. Hal ini tercantum

dalam KUHAP pasal 33 ayat (3) dan (4) bagian ketiga tentang

penggeledahan. Sedangkan penyitaan dilakukan pada saat penggeledahan

dilakukan dimana semua barang hasil tindak pidana merek disita tanpa

terkecuali. Lalu selanjutnya dibawa ke rumah penyimpanan barang sitaan

untuk disimpan dengan sebaik-baiknya. Selain tata cara yang telah penulis

sebutkan diatas, tata cara penggeledahan dan penyitaan juga tercantum

dalam KUHAP khususnya pasal 32-46.

Setelah penggeledahan dan penyitaan selesai, dalam tindak pidana

merek ini penyidik biasanya melakukan pemanggilan tersangka lagi

melalui surat panggilan atau secara kooperatif untuk datang sendiri ke

kantor. Tujuannya untuk memberitahukan bahwa setelah melakukan

penggeledahan dan penyitaan, penyidik akan melengkapi berita acara

pemeriksaan untuk diberkaskan dan karena telah lengkap keseluruhan

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

24

proses penyidikan, nantinya akan berikan kepada penuntut umum untuk

dilakukan Penuntutan dan setelah itu akan dilimpahkan kepada Kejaksaan

Tinggi.

d. Membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan Pemberkasan

Dalam tahap ini, penyidik telah selesai melakukan penyidikannya

untuk selanjutnya melengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) secara

keseluruhan mulai pemeriksaan saksi-saksi hingga penggeledahan dan

penyitaan. dalam BAP ini akan termuat segala bentuk pernyataan ahli yang

menguatkan ada atau tidaknya tindak pidana dalam kasus sengketa merek,

lalu pernyataan saksi-saksi, dan tersangka. Berita Acara Pemeriksaan

(BAP) ini nantinya akan diberkaskan yang nantinya akan dinamakan

Berkas Perkara. Dalam tindak pidana merek, apabila BAP belum selesai

diberkaskan, terlapor/tersangka bisa meminta pengalihan perkara ke

Pengadilan Niaga untuk menghindari sanksi pidana yang ditetapkan dalam

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek.

Pengadilan niaga adalah pilihan yang biasa diambil oleh para

terlapor/tersangka tindak pidana merek, karena dalam penyelesaian kasus

merek waktu yang dibutuhkan relatif lama dan apabila dalam Pengadilan

Niaga ini terlapor tidak terbukti bersalah dan memenangkan kasus merek,

maka terlapor tidak akan dikenai sanksi pidana dari Kejaksaan Tinggi.

Dengan kata lain, terlapor akan bebas dari tuntutan pelapor. Namun,

apabila dalam Pengadilan Niaga, terlapor dinyatakan bersalah dan harus

membayar kerugian materiil, maka nantinya setelah selesai dari

Pengadilan Niaga, terlapor akan dapat dituntut ke Kejaksaan Tinggi dan

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

25

mendapatkan sanksi pidana sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang

Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek.

e. Melakukan Gelar Perkara

Gelar perkara merupakan ringkasan secara keseluruhan proses

penyidikan yang dilakukan oleh penyidik untuk dibahas secara bersama-

sama dengan seluruh unit untuk mendapatkan saran dan kritik atas kasus

merek yang ditangani penyidik. Gelar perkara ini adalah sarana penyidik

membeberkan kasus yang ditangani dan dimaksudkan untuk mendapatkan

masukan-masukan dari seluruh unit dalam Subdit I Tipid Indagsi. Setelah

gelar perkara selesai, maka penyidik dapat segera melengkapi BAP apabila

ada tambahan dalam gelar perkara, lalu akan diberikan kepada penuntut

umum untuk dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi.18

Gelar perkara ini sama halnya seperti seminar, tetapi sifatnya

tertutup untuk kalangan tertentu. Kalangan tertentu dalam hal ini adalah

seluruh Subdit I Tipid Indagsi dan. Menurut penulis, dengan adanya gelar

perkara, keseluruhan tindakan penyidik dalam perkara merek akan

diberitahukan, dan didalam gelar perkara penyidik akan mendapatkan restu

untuk bisa melanjutkan perkara ke tingkat selanjutnya atau pun

diberhentikan. Hal ini juga didasarkan pada penyidikan atas saksi-saksi,

ahli, tersangka, dan barang bukti yang ada, serta kesimpulan penyidik

sendiri akan kasus yang ditanganinya, apakah itu terbukti unsur pidananya

ataupun tidak. Ini merupakan batu loncatan untuk penyidik dalam

menangani kasus merek, agar tidak terjadi kesalahan dalam menetapkan

18

AKP Kurniawati D.L, wawancara diambil tanggal 26 April 2014, pukul 10.00 WIB

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

26

sanksi-sanksi yang ada maupun mengeluarkan SP3 (Surat Perintah

Penghentian Penyidikan).

f. Melakukan Pra Penuntutan dan Penuntutan

Setelah proses pemberkasan dan gelar perkara selesai, penyidik

dapat menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum untuk diperiksa

dan diteliti apakah berkas perkara tersebut telah lengkap atau belum.

Penyerahan berkas perkara ini biasanya disertai barang bukti untuk

meyakinkan penuntut umum. Apabila berkas perkara dianggap belum

lengkap, maka penuntut umum akan mengembalikan berkas perkara

tersebut kepada penyidik untuk dilengkapi lagi kekurangannya. Proses

penyerahan dan pengembalian inilah yang dinamakan pra penuntutan.

Menurut AKP Kurniawati Dewi Lestari, proses pra penuntutan biasanya

maksimal hanya sampai 3 (tiga) kali, karena biasanya penuntut umum

kurang yakin terhadap pelanggaran terhadap pasal-pasal tentang merek

dan ada sedikit salah kata dalam penyusunan berkas perkara. Setelah

berkas perkara dinyatakan lengkap oleh penuntut umum, maka akan terjadi

pelimpahan kewenangan dari penyidik kepada penuntut umum. Dan

berkas perkara yang telah lengkap tersebut nantinya akan dilimpahkan ke

Kejaksaan Tinggi untuk dilakukan penuntutan. Dari sinilah nantinya

kejaksaan akan menentukan apakah kasus tindak pidana merek ini bisa

dilakukan penuntutan untuk selanjutnya dilimpahkan ke pengadilan negeri

supaya mendapat kekuatan hukum yang tetap.

Dari keseluruhan proses penanggulangan tindak pidana merek yang

dilakukan oleh kepolisian, penulis berpendapat bahwa proses penanganan

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

27

tindak pidana merek yang dilakukan kepolisian sifatnya aktif ketika

kepolisian telah mendapatkan aduan dari pihak pemilik merek asli. Tanpa

adanya aduan akan tindak pidana merek, maka kepolisian akan pasif. Dan

dalam proses penyidikan, apabila terlapor mengerti bahwa kasus sengketa

merek bisa diselesaikan di pengadilan niaga, maka terlapor akan berusaha

untuk memenangkan sidang. Apabila dalam pengadilan niaga terlapor

menang, maka akan berimbas pada penanganan oleh kepolisian untuk

menjatuhkan sanksi pidana. Hal tersebut dikarenakan relevansi antara

pengadilan niaga dan penanganan kepolisian sangatlah terikat dalam hal

sengketa merek. Relevansinya adalah ketika dalam sengketa merek yang

dilakukan di pengadilan niaga dimenangkan oleh pihak pelapor, maka

penjatuhan sanksi pidana dalam prosesnya di kepolisian akan dapat

diberikan terhadap terlapor, karena unsur pidana dalam pasal 90-94

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek telah terpenuhi.

Sebaliknya, apabila di pengadilan niaga sengketa merek dimenangkan oleh

pihak terlapor, maka proses penanganan di kepolisian akan dapat

dihentikan, karena unsur pidana yang terkandung dalam pasal 90-94

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek tidak dapat

terpenuhi.

Seperti dalam kasus sengketa merek antara Larutan Penyegar

Badak dan Cap Kaki Tiga, dimana setelah sengketa itu dimenangkan oleh

sdr. Tjioe Budi Yuwono selaku pemilik merek asli, peran kepolisian dalam

menangani penyelesaian tindak pidana merek akan dimulai kembali sesuai

dengan prosedur yang sedemikian rupa, mulai proses penerimaan aduan,

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

28

melakukan penyidikan, melakukan penggeledahan dan penyitaan barang

bukti, membuat BAP (Berkas Acara Pemeriksaan), hingga melakukan pra

penuntutan. Perkara merek secara keseluruhan yang ditangani oleh

Ditreskrimsus Polda Jatim, jika dalam proses penyidikan tidak terbukti

adanya unsur tindak pidana, maka kepolisian akan langsung memberikan

SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan). Namun, jika terbukti ada

tindak pidana didalamnya, maka proses pun akan berjalan sesuai dengan

prosedur yang ada. Sama halnya dalam kasus Larutan Penyegar Badak,

ternyata dalam proses pemeriksaan saksi, para ahli, dan adanya barang

bukti, maka kepolisian akan mencantumkan pelanggaran pasal 91 dan atau

94 dalam berkas perkara yang akan dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi.

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

29

D. Kendala yang dihadapi Kepolisian Daerah Jawa Timur dalam menangani

kasus tindak pidana pemalsuan merek

Dalam upaya menangani pemalsuan merek yang terjadi di daerah hukum

Polda Jatim, setiap pihak dan sistemnya harus bekerja dan berjalan secara

berkesinambungan, agar tercipta keselarasan antara sisitem dan segala sarana

prasarananya. Namun dalam kenyataannya, masih terdapat beberapa kendala yang

dialami oleh penyidik dari Unit I HKI Subdit I Tipid Indagsi Ditreskrimsus Polda

Jatim. Berikut adalah beberapa kendala yang dialami, antara lain:

1. Terbatas dalam delik aduan

Dalam kasus tindak pidana merek, menurut Dr. H. Adami Chazawi

dalam bukunya “Tindak Pidana Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI)”,

semua tindak pidana dibidang merek merupakan tindak pidana aduan

absolut. Tanpa adanya pengaduan, kasus tindak pidana hak merek tidak

dapat dituntut ke pengadilan. Menurut penulis, pendapat Dr. H. Adami

Chazawi didasarkan pada pasal 95 Undang-Undang Nomor 2001 tentang

Merek yang berbunyi:

“Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91,

Pasal 92, Pasal 93, dan Pasal 94 merupakan delik aduan.”

Dan selain itu juga didasarkan pada pasal 95, juga didasarkan pada hak

atas merek yang tercantum dalam pasal 3, yang berbunyi:

“Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara

kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek

untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek

tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk

menggunakannya”

Dari penjelasan sebelumnya, dikatakan bahwa dalam delik aduan absolut

adalah merupakan suatu delik yang baru ada penuntutan apabila ada

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

30

pengaduan dari pihak yang dirugikan. Di dalam kasus tindak pidana

merek, pihak pemilik merek asli jelas dirugikan dengan adanya merek

tiruan/palsu yang sama dengan pemilik merek asli, sehingga hal tersebut

berdampak pada penilaian konsumen akan barang-barang yang diperjual-

belikan di pasaran.

2. Pemberian pertimbangan hukum dari Ditjen HKI dan ahli yang selalu

berbeda-beda

Hal ini didasarkan kepada pengetahuan antara Ditjen HKI dan ahli

merek yang berbeda. Ditjen HKI dalam memberikan pertimbangan hukum

selalu melihat dari kasus ke kasus. Sedangkan ahli memberikan

pertimbangan hukum berpacu pada substansi dari sebuah kasus dan

mengacu kepada Undang-Undang. Ahli dalam membeikan pertimbangan

hukum akan sebuah kasus juga berdasarkan keahliannya, pengetahuannya

yang didapatkan dengan pendidikan keahlian merek. Tampaknya hal ini

membuat bingung penyidik kepolisian dalam menentukan jenis pidana

mana yang terjadi dalam sebuah kasus. Oleh karena itu, setelah

mendapatkan pertimbangan hukum, penyidik juga melakukan gelar

perkara agar mendapatkan kepastian hukum akan penjatuhan sanksi pidana

dalam sebuah kasus merek.

3. Fungsi koordinasi yang kurang antara kepolisian dan Kejaksaan Tinggi

Setelah kepolisian menyelesaikan berkas perkara dan melimpahkan

kasus ke Kejaksaan Tinggi untuk dilakukan penuntutan, pihak Kejaksaan

akan membuat surat dakwaan dan melimpahkan kasus tindak pidana merek

ini ke Pengadilan Negeri untuk menentukan apakah tersangka dapat

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

31

dipidana atau tidak. Namun, kejaksaan kurang berkoordinasi dan

transparansi kepada penyidik apakah kasus merek yang telah dilimpahkan

ke pengadilan telah benar-benar dilimpahkan ke pengadilan guna

mendapatkan kepastian hukum. Hal ini membuat kepolisian menunggu

lama dan terkadang bisa sampai bertahun-tahun untuk mengetahui

kelanjutan kasus merek. Hal ini membuat kasus yang dilimpahkan ke

Kejaksaan tidak pernah memberikan kepastian hukum, dan membuat

kepolisian tidak mengetahui apakah tersangka telah ditahan atau tidak. Hal

ini membuat para pelaku tindak pidana merek masih bisa melakukan

tindakan produksi maupun penjualan barang hasil tindak pidana tersebut

dengan sangat leluasa, karena mereka belum mendapatkan kepastian

hukum akan putusan dari Kejaksaan.19

Berdasarkan uraian diatas, walaupun terdapat kendala dalam penyelesaian

kasus tindak pidana merek, Kepolisian Daerah Jawa Timur dipermudah oleh

unsur penunjang dalam menjalankan tugasnya. Unsur-unsur penunjang tersebut,

yaitu:

1. Adanya Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek, sebagai

dasar hukum untuk membantu memberikan sanksi pidana terhadap pelaku

pemalsuan merek.

2. Kesigapan kepolisian dalam menerima aduan tindak pidana merek, yang

langsung segera membantu pelapor untuk melakukan penyidikan terhadap

pelaku/tersangka/terlapor yang diduga melakukan tindak pidana merek.

19

AKP Kurniawati D.L, wawancara diambil tanggal 26 April 2014, pukul 10.00 WIB

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum …repository.ub.ac.id/6903/5/BAB IV.pdf · 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur Kepolisian Daerah

32

3. Mulai adanya dukungan dari masyarakat (pembeli maupun penjual) dan

pihak pemilik merek asli untuk berani mengadukan produsen merek palsu

yang diduga/dianggap memiliki kesamaan tanda/logo/gambar, karena

dianggap telah merugikan pihak pemilik merek asli.

4. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu kepolisian

dalam menjalankan tugas dan aktivitasnya, dimana teknologi ini

membantu kepolisian dalam hal penyidikan hingga penggeledahan dan

penyitaan barang-barang hasil tindak pidana merek.

Dari berbagai kendala diatas, penulis berpendapat bahwa tindak pidana merek

memang merugikan, tetapi kebiasaan masyarakat Indonesia yang saat ini

menggunakan barang-barang dengan harga yang murah tidak bisa kita ubah begitu

saja, karena perekonomian di negara Indonesia belum merata. Hal ini membuat

masyarakat memakai segala macam bentuk barang dengan tidak memperhatikan

merek. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita sebagai masyarakat wajib

melaporkan dengan membawa bukti barang yang diduga hasil tindak pidana

merek. Merek merupakan logo/gambar/tanda yang menjadi pembeda antara merek

satu dengan yang lainnya, yang dalam pendaftarannya memerlukan waktu yang

lama dan biaya yang tidak murah.