32
85 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di Gugus Murai, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang yang terdiri dari lima SD yaitu SDN Kesongo 01, SDN Kesongo 02, SDN Kesongo 04, SDN Lopait 01 dan SDN Lopait 02. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas, variabel terikat dan variabel kovarian. Variabel bebas yaitu metode mind mapping dan model pembelajaran make a match, variabel terikat yaitu hasil belajar IPA, sedangkan variabel kovarian adalah pretes. Sebelum melakukan penelitian dibuat kisi-kisi instrumen untuk menguji kelayakan instrumen sebelum instrumen digunakan dalam penelitian. Setelah melakukan penelitian kemudian hasil penelitian dilakukan analisis data untuk penarikan kesimpulan. Analisis data yang dilakukan adalah analisis data deskriptif dan statisktik. Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi hasil penelitian pada implementasi pembelajaran menggunakan metode pembelajaran mind mapping sebagai kelompok eksperimen 1 dan hasil penelitian pada implementasi pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match sebagai kelompok eksperimen 2 serta membahas tentang deskripsi komparasi hasil pengukuran, hasil uji beda penelitian, hasil uji hipotesis, pembahasan dan keterbatasan penelitian. 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Implementasi Pembelajaran IPA menggunakan Metode mind mapping sebagai Kelompok Eksperimen 1 Dalam penelitian eksperimen ada banyak faktor luar yang mempengaruhi hasil belajar dan tidak semua dapat dikontrol oleh peneliti. Faktor-faktor luar ini tentunya mempengaruhi validitas eksternal dan internal. Untuk itu perlu dilakukan analisis kovarian guna menyaring faktor-faktor luar yang mempengaruhi validitas eksternal dan internal. Analisis kovarian dilakukan dengan pemberian pretes, pretes digunakan untuk melihat kondisi awal siswa sehingga peneliti dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

85

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Gugus Murai, Kecamatan Tuntang, Kabupaten

Semarang yang terdiri dari lima SD yaitu SDN Kesongo 01, SDN Kesongo 02,

SDN Kesongo 04, SDN Lopait 01 dan SDN Lopait 02. Variabel dalam penelitian

ini adalah variabel bebas, variabel terikat dan variabel kovarian. Variabel bebas

yaitu metode mind mapping dan model pembelajaran make a match, variabel

terikat yaitu hasil belajar IPA, sedangkan variabel kovarian adalah pretes.

Sebelum melakukan penelitian dibuat kisi-kisi instrumen untuk menguji

kelayakan instrumen sebelum instrumen digunakan dalam penelitian. Setelah

melakukan penelitian kemudian hasil penelitian dilakukan analisis data untuk

penarikan kesimpulan. Analisis data yang dilakukan adalah analisis data deskriptif

dan statisktik. Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang

meliputi hasil penelitian pada implementasi pembelajaran menggunakan metode

pembelajaran mind mapping sebagai kelompok eksperimen 1 dan hasil penelitian

pada implementasi pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a

match sebagai kelompok eksperimen 2 serta membahas tentang deskripsi

komparasi hasil pengukuran, hasil uji beda penelitian, hasil uji hipotesis,

pembahasan dan keterbatasan penelitian.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Implementasi Pembelajaran IPA menggunakan Metode mind

mapping sebagai Kelompok Eksperimen 1

Dalam penelitian eksperimen ada banyak faktor luar yang mempengaruhi

hasil belajar dan tidak semua dapat dikontrol oleh peneliti. Faktor-faktor luar ini

tentunya mempengaruhi validitas eksternal dan internal. Untuk itu perlu dilakukan

analisis kovarian guna menyaring faktor-faktor luar yang mempengaruhi validitas

eksternal dan internal. Analisis kovarian dilakukan dengan pemberian pretes,

pretes digunakan untuk melihat kondisi awal siswa sehingga peneliti dapat

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

86

menilai kemampuan awal siswa. Dengan pemberian pretes, peneliti dapat

mempertanggungjawabkan bahwa keberhasilan hasil belajar siswa karena benar-

benar berdasarkan pemberian perlakuan dari peneliti.

Setelah merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan sintak, peneliti

selanjutnya melaksanakan penelitian. Pelaksanaan penelitian pada kelompok

eksperimen 1 dilakukan pada kelas 4 di SDN Kesongo 1 dan SDN Kesongo 02

pada tanggal 28 – 31 Maret 2016 dengan jumlah siswa sebanyak 44 anak. Pada

setiap SD penelitian dilakukan dua kali pertemuan selama empat jam

pembelajaran dengan alokasi waktu 4 x 35 menit. Dalam pembelajaran IPA di

kelas 4 ini peneliti mengambil materi tentang pengaruh perubahan lingkungan

fisik terhadap daratan. Untuk pelaksanaan perlakuan peneliti sendirilah yang

memberikan perlakuan. Observer dalam penelitian ini adalah Sudarmi dan

Abdullah yang merupakan wali kelas 4 SDN Kesongo 01 dan SDN Kesongo 02.

4.1.1.1 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Mapel IPA

a. Pertemuan 1

Pada pertemuan 1 yang dilakukan di SDN Kesongo 01 tanggal 28 Maret

2016 siswa hadir semua dengan jumlah 17 siswa. Sebelum pretes dimulai peneliti

memperkenalkan diri dan memberitahu kegiatan yang akan dilakukan. Setelahnya

barulah peneliti memulai pretes dengan terlebih dahulu membagi soal dan lembar

jawaban. Pretes dilaksanakan selama 30 menit dan kebanyakan siswa sudah

selesai sebelum waktu yang ditentukan habis.

Pada pertemuan 1 yang yang dilakukan di SDN Kesongo 02 tanggal 30

Maret 2016 siswa hadir semua dengan jumlah 27 siswa. Kegiatan pertama yang

dilakukan peneliti sama dengan kegiatan yang dilakukan di SDN Kesongo 01

yaitu memperkenalkan diri dan memberi penjelasan tentang kegiatan yang

dilakukan. setelahnya peneliti membagi soal dan lembar jawab kepada semua

siswa. Pretes dilaksanakan dengan batasan waktu 25 menit, namun ada beberapa

siswa yang masih belum selesai dan peneliti menambah waktu pengerjaan 5

menit. Semua siswa kemudian disuruh untuk mengumpulkan jawaban setelah

waktu yang ditentukan habis.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

87

Sintak pembelajaran pertemuan pertama ini adalah a) Guru memberikan

pretes; b) Pada tahap informasi kompetensi; 1) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran, siswa mendengarkan penjelasan dari guru; 2) Guru

menginstruksikan model pembelajaran yang dipakai, siswa mendengarkan

instruksi dari guru; 3) Guru mulai menjelaskan tentang pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan, siswa memperhatikan dan fokus mendengarkan

penjelasan dari guru; c) Pada tahap sajian permasalahan terbuka; 4) Guru memberi

waktu siswa untuk membaca materi yang telah diajarkan, siswa kembali membaca

materi yang telah diajarkan guru; 5) Guru mengajak siswa tanya jawab, siswa

mendengarkan pertanyaan dari guru dan mengacungkan tangan serta berani

menjawab setelah ditunjuk guru;

Pertemuan 1 berjalan dengan lancar. Siswa memperhatikan penjelasan

materi dari guru dengan tenang. Siswa aktif saat guru memberikan pertanyaan.

Kegiatan pembelajaran ini dinilai observer melalui lembar observasi kegiatan

siswa dan guru. Melalui lembar observasi diperoleh data keterlaksanaan sintak

pertemuan pertama sebesar 83%.

Pada pertemuan pertama ini selain menyampaikan materi, peneliti juga

memberikan arahan cara membuat mind map. Peneliti memberi tugas kepada

siswa untuk membuat mind map tentang materi pengaruh perubahan lingkungan

fisik terhadap daratan.

b. Pertemuan 2

Pada pertemuan 2 di SDN Kesongo 01 dilakukan esok harinya yaitu

tanggal 29 Maret 2016 sedangkan di SDN Kesongo 02 dilaksanakan pada tanggal

31 Maret 2016. Semua siswa SDN Kesongo 01 yang berjumlah 17 kembali

mengikuti pembelajaran, begitu pula semua siswa SDN Kesongo 02 yang

berjumlah 27 tetap mengikuti pembelajaran. Dalam pertemuan kedua ini peneliti

melaksanakan sintak pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua.

Sintak pertemuan kedua ini adalah a) Pada tahap kelompok; 1) Guru

membagi siswa ke dalam kelompok dan memberikan tugas untuk membuat mind

mapping berdasarkan materi yang telah diajarkan, siswa berkumpul dengan

kelompoknya sesuai dengan kelompok yang ditentukan oleh guru; b) Pada tahap

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

88

menanggapi dan membuat alternatif jawaban; 2) Guru memberi batasan waktu

dan mengarahkan siswa dalam membuat mind mapping, Di dalam kelompok

siswa berdiskusi dan membuat mind map. Pembuatan mind map dimulai dari

membuat ide utama berupa gambar, simbol dan tulisan. Dilanjutkan dengan

menarik ide utama ke cabang utama kemudian cabang pertama, kedua dan

seterusnya; c) Pada tahap presentasi diskusi kelompok; 3) Guru meminta setiap

kelompok untuk maju mempresentasikan hasil diskusinya, siswa maju ke depan

mempresentasikan mind mapnya. Siswa yang maju mendengarkan tanggapan dari

guru dan teman lain. Setelah semua kelompok telah maju presentasi, siswa

kembali ke tempat duduk masing-masing; d) Pada tahap membuat kesimpulan; 4)

Guru dan siswa menyamakan persepsi dari presentasi dan hasil diskusi setiap

kelompok; e) Pada tahap evaluasi; 5) Guru mereview materi dan hasil

pembelajaran secara garis besar, siswa mendengarkan review dari guru; f) Pada

tahap refleksi; 6) Guru memberikan penguatan agar siswa termotivasi untuk dapat

membuat mind map lebih bagus, siswa mendengarkan nasihat dan motivasi dari

guru; g) Guru memberikan postes.

Secara keseluruhan sintak pembelajaran pertemuan kedua berjalan dengan

lancar. Siswa dapat bekerja sama dengan kelompoknya untuk membuat mind map

dengan materi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan.

Dalam pelaksanaan postes peneliti kembali memberikan arahan dan

selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa. Siswa

diberi waktu 25 menit dalam mengerjakan. Setelah waktu habis semua siswa

disuruh untuk mengumpulkan soal dan lembar jawab. Kegiatan pembelajaran ini

dinilai observer melalui lembar observasi kegiatan siswa dan guru. Melalui

lembar observasi diperoleh data keterlaksanaan sintak pertemuan kedua sebesar

100%.

4.1.1.2 Tingkat Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Menggunakan Metode

Mind Mapping

Dalam penelitian ini didapatkan data hasil belajar siswa. Data yang

didapat adalah nilai pretes dan postes siswa. Nilai tersebut kemudian dicari rata-

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

89

rata nilai (mean), nilai tertinggi (max), nilai terendah (min) dan standar deviasi.

Berikut adalah tabel yang menyajikan data tersebut:

4.1 Tabel Deskriptif Statistik Nilai Pretes dan Postes

Kelompok Eksperimen 1

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PRETESEKS1 44 23 87 59,36 15,335

POSTESEKS1 44 40 97 73,91 14,087

Valid N (listwise) 44

Dalam tabel tersebut didapatkan rata-rata nilai pretes (mean) sebesar

59,36, nilai tertinggi (max) sebesar 87, nilai terendah (min) sebesar 23 dan standar

diviasi 15,335. Sementara dalam postes didapatkan rata-rata nilai (mean) sebesar

73,91, nilai tertinggi (max) sebesar 97 dan nilai terendah (min) sebesar 40 dan

standar diviasi 14,087. Pada data ini dapat dilihat peningkatan rata-rata nilai

pretes dan postes dari 59,36 menjadi 73,91. Selain itu ada peningkatan perolehan

nilai tertinggi dan terendah dengan perbedaan standar diviasi pretes 15,335 dan

postes 14,087.

Data hasil belajar siswa kemudian diukur menggunakan distribusi

frekuensi. Ditribusi frekuensi yaitu susunan data menurut kelas interval tertentu

atau menurut kategori tertentu. Dalam pengukuran distribusi ditentukan terlebih

dahulu banyaknya kelas dan interval. Kelas adalah kelompok nilai data atau

variabel dari suatu data acak. Pengukuran distribusi frekuensi pertama dilakukan

pada hasil pretes. Langkah awal yaitu mencari kelas digunakan rumus K = 1 +

3,3log n. K merupakan jumlah kelas dan n adalah banyaknya data/siswa. Kelas

eksperimen 1 terdiri dari 44 siswa. Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

rumus K = 1 + 3,3log 44 = 6, didapat data banyaknya kelas yaitu 6. Selanjutnya

menentukan interval, interval adalah selang yang memisahkan kelas yang satu

dengan kelas yang lain. Dalam menetukan besar interval menggunakan rumus

hasil rentang (nilai maksimal-skor minimal) dibagi jumlah kelas. Dari hasil

belajar pretes didapat skor maksimal sebesar 87, skor minimal sebesar 23 dan

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

90

jumlah kelas yaitu 6. Data tersebut kemudian dimasukkan kedalam rumus interval

=

11, didapat besar interval yaitu 11.

Sementara itu untuk nilai postes didapat skor maksimal sebesar 97, skor

minimal sebesar 40 dan jumlah kelas yaitu 6. Data tersebut kemudian

dimasukkan kedalam rumus interval =

10, didapat besar interval yaitu 10.

Data banyaknya kelas dan interval kemudian dimasukkan ke dalam tabel

distribusi frekuensi hasil pretes dan postes. Berikut tabel tersebut:

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi

No.

Kelas

Kelas

Interval

Pretes

Nilai Pretes Kelas

Interval

Postes

Nilai Postes

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

1. 23-34 3 6,8 40-50 3 6,8

2. 35-46 4 9,1 51-61 4 9,1

3. 47-58 13 29,5 62-72 12 27,3

4. 59-70 13 29,5 73-83 15 34,1

5. 71-82 9 20,5 84-94 8 18,2

6. 83-94 2 4,5 95-105 2 4,5

Jumlah 44 100 44 100

Dari hasil pengukuran distribusi frekuensi diketahui data pretes dengan

sampel sebanyak 44 menempati 6 kelas. Kelas interval 23-34 dengan frekuensi 3

dan presentase sebanyak 6,8%, kelas interval 35-46 dengan frekuensi 4 dan

presentase sebanyak 9,1%, kelas interval 47-58 dengan frekuensi 13 dan

presentase sebanyak 29,5%, kelas interval 59-70 dengan frekuensi 13 dan

presentase sebanyak 29,5%, kelas interval 71-82 dengan frekuensi 9 dan

presentase sebanyak 20,5%, kelas interval 83-94 dengan frekuensi 2 dan

presentase sebanyak 4,5%. Dari hasil distribusi frekuensi ini kebanyakan siswa

mendapatkan nilai pretes kurang, dilihat dari banyaknya siswa yang menempati

kelas interval 47-58 dan 59-70 sebanyak 26 siswa.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

91

Dari hasil pengukuran distribusi frekuensi diketahui data postes dengan

sampel sebanyak 44 menempati 6 kelas. Kelas interval 40-50 dengan frekuensi 3

dan presentase sebanyak 6,8%, kelas interval 51-61 dengan frekuensi 4 dan

presentase sebanyak 9,1%, kelas interval 62-72 dengan frekuensi 12 dan

presentase sebanyak 27,3%, kelas interval 73-83 dengan frekuensi 15 dan

presentase sebanyak 34,1%, kelas interval 84-94 dengan frekuensi 8 dan

presentase sebanyak 18,2%, kelas interval 95-105 dengan frekuensi 2 dan

presentase sebanyak 4,5%. Dari hasil distribusi frekuensi ini terjadi kenaikan nilai

siswa, kebanyakan siswa mendapatkan nilai postes sedang, dilihat dari banyaknya

siswa yang menempati kelas interval 62-72 dan 73-83 sebanyak 27 siswa.

Sementara siswa yang mendapat nilai baik menempati kelas interval 84-94 dan

95-105 sebanyak 10 siswa. Berikut grafik peningkatan hasil belajar IPA siswa

kelas 4 menggunakan metode mind mapping:

4.3 Grafik Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4

Menggunakan Metode Mind Mapping

0

2

4

6

8

10

12

14

23-34 35-46 47-58 59-70 71-82 83-94

Distribusi Frekuensi Skor Pretes Kelompok Eksperimen

1

NILAI PRETES FREKUENSI

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

92

4.1.2 Hasil Implementasi Pembelajaran IPA menggunakan Model Make a

match sebagai Kelompok Eksperimen 2

Dalam penelitian eksperimen ada banyak faktor luar yang mempengaruhi

hasil belajar dan tidak semua dapat dikontrol oleh peneliti. Faktor-faktor luar ini

tentunya mempengaruhi validitas eksternal dan internal. Untuk itu perlu dilakukan

analisis kovarian guna menyaring faktor-faktor luar yang mempengaruhi validitas

eksternal dan internal. Analisis kovarian dilakukan dengan pemberian pretes,

pretes digunakan untuk melihat kondisi awal siswa sehingga peneliti dapat

menilai kemampuan awal siswa. Dengan pemeberian pretes, peneliti dapat

mempertanggungjawabkan bahwa keberhasilan hasil belajar siswa karena benar-

benar berdasarkan pemberian perlakuan dari peneliti.

Setelah merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan sintak, peneliti

selanjutnya melaksanakan penelitian. Pelaksanaan penelitian pada kelompok

eksperimen 2 dilakukan pada kelas 4 di SDN Kesongo 1 dan SDN Lopait 01 pada

tanggal 24-29 Maret 2016 dengan jumlah siswa sebanyak 47. Sebenarnya jumlah

siswa keseluruhan adalah 49 siswa tetapi karena 2 siswa tidak berangkat maka

siswa yang menjadi subjek penelitian menjadi 47 siswa. Pada setiap SD penelitian

0

2

4

6

8

10

12

14

16

40-50 51-61 62-72 73-83 84-94 95-105

Distribusi Frekuensi Skor Postes Kelompok Eksperimen 1

NILAI POSTES FREKUENSI

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

93

dilaksanakan dua kali pertemuan selama empat jam pembelajaran dengan alokasi

waktu 4 x 35 menit. Dalam pembelajaran IPA di kelas 4 ini peneliti mengambil

materi tentang pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan. Untuk

pelaksanaan perlakuan peneliti sendirilah yang memberikan perlakuan. Observer

dalam penelitian ini adalah Mahmudah dan Sudarmi yang merupakan wali kelas 4

SDN Lopait 01 dan SDN Kesongo 01.

4.1.2.1 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Mapel IPA

a. Pertemuan 1

Pada pertemuan 1 yang dilakukan di SDN Lopait 01 tanggal 24 Maret

2016 siswa yang hadir sebanyak 30 siswa dari jumlah keseluruhan 32 siswa.

Sebelum pretes dimulai peneliti memperkenalkan diri dan memberitahu kegiatan

yang akan dilakukan. Setelahnya barulah peneliti memulai pretes dengan terlebih

dahulu membagi soal dan lembar jawaban. Pretes dilaksanakan selama 25 menit

dan kebanyakan siswa sudah selesai sebelum waktu yang ditentukan habis.

Sementara itu pertemuan 1 yang dilakukan di SDN Kesongo 01 pada

tanggal 28 Maret 2016 siswa hadir semua dengan jumlah sebanyak 17 siswa.

Sebelum pelaksanaan pretes peneliti memperkenalkan diri dan memberikan

arahan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. setelahnya peneliti baru

membagikan soal dan lembar jawaban. Pengerjaan pretes diberi batas waktu

selama 30 menit tetapi kebanyakan dari siswa sudah selesai sebelum waktu yang

ditentukan habis.

Pembelajaran pada pertemuan ini mengacu pada sintak pembelajaran yaitu

a) Guru memberikan pretes; b) Pada tahap penyampaian materi; 1) Guru

menerangkan materi yang akan dipelajari, siswa mendengarkan penjelasan dari

guru tentang materi yang akan diajarkan; 2) Guru menjelaskan materi tentang

pengaruh perubahan lingkungan fisik, siswa tenang mendengarkan penyampaian

materi dari guru tentang pengaruh perubahan fisik terhadap daratan.

Pertemuan 1 berjalan dengan lancar. Siswa memperhatikan penjelasan

materi dari guru dengan tenang. Kegiatan pembelajaran ini dinilai observer

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

94

melalui lembar observasi kegiatan siswa dan guru. Melalui lembar observasi

diperoleh data keterlaksanaan sintak pertemuan pertama sebesar 100%.

b. Pertemuan 2

Pertemuan kedua di SDN Lopait 01 dilakukan pada tanggal 26 Maret 2016

dengan jumlah siswa yang tetap yaitu 30 orang siswa di mana ada dua siswa yang

tidak berangkat. Sementara itu di SDN Kesongo 01 pertemuan 2 dilakukan esok

harinya yaitu pada tanggal 29 Maret 2016, siswa kembali berangkat semua dengan

jumlah sebanyak 17 siswa.

Pada pertemuan 2 ini peneliti melanjutkan sintak pembelajaran yaitu a)

Pada tahap pembagian kelompok; 1) Guru membagi siswa ke dalam dua

kelompok. Misalnya kelompok A dan kelompok B, siswa memperhatikan

pembagian kelompok; b) Pada tahap pembagian kartu soal dan jawaban; 2) Guru

membagikan kartu soal dan jawaban, siswa yang menjadi kelompok A

mendapatkan kartu soal dari guru sedangkan siswa yang menjadi kelompok B

mendapatkan kartu jawaban; c) Pada tahap penyampaian dalam mencocokkan

kartu yang dipegang; 3) Guru menyampaikan instruksi agar siswa mencocokkan

kartu yang dipegang dengan milik kelompok lain, siswa memperhatikan instruksi

dari guru; d) Pada tahap mencari pasangan; 4) Guru memberi batasan waktu dan

mengawasi siswa dalam mencari pasangan; siswa yang mendapatkan kartu soal

harus mencari siswa yang memegang kartu jawaban begitu pula sebaliknya; d)

Pada tahap laporan hasil kerja; 5) Guru meminta siswa yang telah mendapatkan

pasangan antara soal dan jawaban untuk maju ke depan melaporkan hasil

kerjanya, siswa yang telah mendapatkan pasangan antara kartu soal dan jawaban

maju ke depan untuk melaporkan hasil kerjanya; e) Pada tahap konfirmasi; 6)

Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran soal dan jawaban yang telah

dilaporkan siswa, sementara siswa memperhatikan konfirmasi dari guru tentang

kebenaran pasangan soal dan jawaban; 9) Guru meminta siswa untuk

menempelkan jawaban dan soal pada karton di papan tulis agar siswa lain tahu

kebenaran antarasoal dan jawaban, Siswa menempelkan pasangan soal dan

jawaban pada karton; f) Guru memberikan postes.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

95

Secara keseluruhan sintak pembelajaran pertemuan kedua berjalan dengan

lancar. Siswa dapat memahami instruksi dari guru untu menemukan pasangan

kartu soal dan jawaban, sehingga kegiatan mencari pasangan pun berjalan dengan

baik. Siswa yang sudah mendapat pasangan kartu soal dan jawaban pun berani

untuk maju membaca kartu soal dan jawaban, sedangkan peneliti dan siswa yang

lain memberikan konfirmasi kebenaran. Siswa pun kemudian menulis pasangan

kartu soal dan kartu jawaban yang ditempel di karton sehingga daya ingat mereka

terhadap materi pembelajaran bertambah.

Dalam pelaksanaan postes peneliti kembali memberikan arahan dan

selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa. Siswa

diberi waktu 25 menit dalam mengerjakan. Setelah waktu habis semua siswa

disuruh untuk mengumpulkan soal dan lembar jawab. Kegiatan pembelajaran ini

dinilai observer melalui lembar observasi kegiatan siswa dan guru. Melalui

lembar observasi diperoleh data keterlaksanaan sintak pertemuan pertama sebesar

100%.

4.1.2.2 Tingkat Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Menggunakan Model

Make a match

Dalam penelitian ini didapatkan data hasil belajar siswa. Data yang

didapat adalah nilai pretes dan postes siswa. Berikut adalah tabel yang menyajikan

data tersebut:

4.4 Tabel Deskriptif Statistik Nilai Pretes dan Postes

Kelompok Eksperimen 2

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PRETESEKS2 47 20 90 61,66 18,484

POSTESEKS2 47 27 97 70,83 16,539

Valid N (listwise) 47

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

96

Nilai tersebut kemudian dicari rata-rata nilai (mean), nilai tertinggi (max)

dan nilai terendah (min). Dalam pretes didapatkan rata-rata nilai (mean) sebesar

61,66, nilai tertinggi (max) sebesar 90, nilai terendah (min) sebesar 20 dan standar

diviasi sebesar 18,484. Sementara dalam postes didapatkan rata-rata nilai (mean)

sebesar 70,83, nilai tertinggi (max) sebesar 97, nilai terendah (min) sebesar 27 dan

standar diviasi 16,539. Pada data ini dapat dilihat peningkatan rata-rata nilai

pretes dan postes dari 61,66 menjadi 70,83. Selain itu ada peningkatan perolehan

nilai tertinggi dan terendah dengan perbedaan standar diviasi pretes 18,484 dan

postes 16,539.

Data hasil belajar siswa kemudian diukur menggunakan distribusi

frekuensi. Ditribusi frekuensi yaitu susunan data menurut kelas interval tertentu

atau menurut kategori tertentu. Dalam pengukuran distribusi ditentukan terlebih

dahulu banyaknya kelas dan interval. Kelas adalah kelompok nilai data atau

variabel dari suatu data acak. Untuk mencari kelas digunakan rumus K = 1 + 3,3

log n. K merupakan jumlah kelas dan n adalah banyaknya data/siswa. Kelas

eksperimen 1 terdiri dari 47 siswa. Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

rumus K = 1 + 3,3 log 47 = 7, didapat data banyaknya kelas yaitu 7. Selanjutnya

menentukan interval, interval adalah selang yang memisahkan kelas yang satu

dengan kelas yang lain. Dalam menetukan besar interval menggunakan rumus

hasil rentang (nilai maksimal-skor minimal) dibagi jumlah kelas. Dari hasil

belajar pretes didapat skor maksimal sebesar 90, skor minimal sebesar 20 dan

jumlah kelas yaitu 7. Data tersebut kemudian dimasukkan kedalam rumus interval

=

10, didapat besar interval yaitu 10.

Sementara itu dari hasil belajar postes didapat skor maksimal sebesar 97,

skor minimal sebesar 27 dan jumlah kelas yaitu 7. Data tersebut kemudian

dimasukkan kedalam rumus interval =

10, didapat besar interval yaitu 10.

Data banyaknya kelas dan interval kemudian dimasukkan ke dalam tabel

distribusi frekuensi hasil pretes dan postes. Berikut tabel tersebut:

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

97

Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi

No.

Kelas

Kelas

Interval

Pretes

Nilai Pretes Kelas

Interval

Postes

Nilai Postes

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

1. 20-30 3 6,4 27-37 1 2,1

2. 31-41 4 8,5 38-48 2 4,3

3. 42-52 7 14,9 49-59 10 21,3

4. 53-63 12 25,5 60-70 11 23,4

5. 64-74 9 19,1 71-81 9 19,1

6. 75-85 7 14,9 82-92 8 17,0

7. 86-96 5 10,6 93-103 6 12,8

Jumlah 47 100 47 100

Dari hasil pengukuran distribusi frekuensi diketahui data pretes dengan

sampel sebanyak 47 menempati 6 kelas. Kelas interval 20-30 dengan frekuensi 3

dan presentase sebanyak 6,4%, kelas interval 31-41 dengan frekuensi 4 dan

presentase sebanyak 8,5%, kelas interval 42-52 dengan frekuensi 7 dan presentase

sebanyak 14,9%, kelas interval 53-63 dengan frekuensi 12 dan presentase

sebanyak 25,5%, kelas interval 64-74 dengan frekuensi 9 dan presentase sebanyak

19,1%, kelas interval 75-85 dengan frekuensi 7 dan presentase sebanyak 14,9%,

kelas interval 86-96 dengan frekuensi 5 dan presentase sebanyak 10,6%. Dari

hasil distribusi frekuensi ini kebanyakan siswa mendapatkan nilai pretes rendah

dan sedang.

Dari hasil pengukuran distribusi frekuensi diketahui data postes dengan

sampel sebanyak 47 menempati 7 kelas. Kelas interval 27-37 dengan frekuensi 1

dan presentase sebanyak 2,1%, kelas interval 38-48 dengan frekuensi 2 dan

presentase sebanyak 4,3%, kelas interval 49-59 dengan frekuensi 10 dan

presentase sebanyak 31,3%, kelas interval 60-70 dengan frekuensi 11 dan

presentase sebanyak 23,4%, kelas interval 71-81 dengan frekuensi 9 dan

presentase sebanyak 19,1%, kelas interval 82-92 dengan frekuensi 8 dan

presentase sebanyak 17,0%, kelas interval 93-103 dengan frekuensi sebanyak 6

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

98

dan presentase sebanyak 12,8%. Dari hasil distribusi frekuensi ini kebanyakan

siswa mendapat nilai postes sedang. Berikut grafik peningkatan hasil belajar IPA

siswa kelas 4: menggunakan model make a match:

4.6 Grafik Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 Menggunakan

Model Make a match

0

2

4

6

8

10

12

14

20-30 31-41 42-52 53-63 64-74 75-85 86-96

Distribusi Frekuensi Skor Pretes Kelompok

Eksperimen 2

Nilai Pretes Frekuensi

0

2

4

6

8

10

12

27-37 38-48 49-59 60-70 71-81 82-92 93-103

Distribusi Frekuensi Skor Postes Kelompok

Eksperimen 2

Nilai Postes Frekuensi

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

99

4.1.3 Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran

Dalam deskripsi komparasi dilakukan pengukuran hasil perbandingan hasil

antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 berdasarkan nilai

pretes dan postes. Deskrispi komparasi kelompok eksperimen 1 dan kelompok

eksperimen 2 berdasarkan nilai pretes dan postes disajikan dalam bentuk sebagai

berikut:

Tabel 4.7

Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen 1

dan Kelompok Eksperimen 2

Tahap

Pengukuran

Rerata skor (mean) Kelompok

Keterangan Selisih

Skor

Eksperimen 1

Eksperimen 2

Pretes

Postes

59,36

73,91

61,66

70,83

2,30

3,08

Dari tabel komparasi kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2

dapat dilihat bahwa ada peningkatan perolehan nilai pretes dan nilai postes.

Peningkatan perolehan nilai pada kelompok eksperimen 1 mengalami peningkatan

dari rata-rata 59,36 menjadi 73,91. Pada kelas eksperimen 2 juga mengalami

kenaikan nilai pretes ke postes yaitu dari rata-rata 61,66 menjadi 70,83.

Peningkatan rata-rata pretes dan postes dapat dilihat pada grafik komparasi

berikut:

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

100

4.8 Grafik Komparasi Kelompok Eksperimen 1 dan Eksperimen 2

4.1.4 Hasil Uji Perbedaan Rerata Hasil Belajar IPA

Pada hasil uji beda rerata penelitian akan memaparkan tentang teknik

analisis data dengan menggunakan uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji prasyarat

terdiri atas uji normalitas data, uji homogenitas variansi data dan uji homogenitas

koefisien regresi linier. Sedangkan pengujian hipotesis akan dilakukan dengan

menggunakan uji Anakova.

4.1.4.1 Uji Normalitas Data

Uji normallitas data digunakan untuk menguji data hasil penelitian apakah

setiap kelas eksperimen mempunyai data normal atau tidak. Data dapat dikatakan

berdistribusi normal jika diperoleh angka signifikansi/probobilitas > 0,05. Berikut

adalah hasil uji normalitas data yang disajikan dalm bentuk tabel di bawah ini:

4.9 Tabel Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PRETES

EKPERI

MEN 1

POSTES

EKSPERI

MEN 1

PRETES

EKSPERI

MEN 2

POSTES

EKSPERI

MEN 2

N 44 44 47 47

Normal Parametersa,b

Mean 59,36 73,91 61,66 70,83

Std. Deviation 15,335 14,087 18,484 16,539

Most Extreme Differences

Absolute ,100 ,127 ,113 ,105

Positive ,057 ,067 ,063 ,105

Negative -,100 -,127 -,113 -,092

Kolmogorov-Smirnov Z ,662 ,842 ,776 ,723

Asymp. Sig. (2-tailed) ,773 ,477 ,583 ,673

0

20

40

60

80

Kelompok Eksperimen 1 Kelompok Eksperimen 2

Pretes

Postes

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

101

Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai Asymp.Sig.(2-tailed) hasil

pretes dan postes kelompok eksperimen 1 adalah 0,773 dan 0,477 sedangkan hasil

pretes dan postes pada kelompok eksperimen 2 adalah 0.583 dan 0.673. Dari data

tersebut diperoleh nilai signifikasi/probabilitas data rata-rata > 0,05 ini berarti

bahwa sampel data hasil pretes dan postes kelompok eksperimen 1 dan kelompok

eksperimen 2 memiliki distribusi data normal. Setelah dilakukan pengujian

normalitas data selanjutnya akan dilakukan uji homogenitas variansi data terhadap

hasil pretes dan postes kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.

4.1.4.2 Uji Homogenitas Variansi Data

Uji homogenitas variansi data digunakan untuk mengetahui apakah varian

kedua kelompok eksperimen homogen atau tidak. Data dikatakan homogen

apabila nilai signifikansi/ probabilitas data rata-rata > 0,05. Berikut adalah hasil

uji homogenitas variansi data pada kelompok eksperimen:

4.10 Tabel Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok

Eksperimen 2

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

PRETES

Based on Mean 2,042 1 89 ,157

Based on Median 2,030 1 89 ,158

Based on Median and with

adjusted df 2,030 1 87,058 ,158

Based on trimmed mean 2,061 1 89 ,155

Berdsarkan tabel tersebut dapat diketahui hasil output test of Homogenity

Variance nilai pretest menunjukkan nilai signifikansi untuk based on Mean =

0,157, untuk based on median = 0,158, Based on Median and with adjusted df

=0,158 dan Based on trimmed mean = 0,155. Dari data yang diperoleh dapat

disimpulkan bahwa pretes kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2

homogen karena nilai signifikansi/ probabilitas data rata-rata > 0,05. Selanjutnya

akan dipaparkan data uji homogenitas variansi data postes kelompok eksperimen

1 dan kelompok eksperimen 2 dalam tabel berikut:

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

102

4.11 Tabel Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok

Eksperimen 2

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

POSTES

Based on Mean 2,107 1 89 ,150

Based on Median 2,103 1 89 ,151

Based on Median and with

adjusted df 2,103 1 88,750 ,151

Based on trimmed mean 2,057 1 89 ,155

Berdsarkan tabel tersebut dapat diketahui hasil output test of Homogenity

Variance nilai pretest menunjukkan nilai signifikansi untuk based on Mean =

0,150, untuk based on median = 0,151, Based on Median and with adjusted df

=0,151 dan Based on trimmed mean = 0,155. Dari data yang diperoleh dapat

disimpulkan bahwa postes kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2

homogen karena nilai signifikansi/ probabilitas data rata-rata > 0,05.

4.1.4.3 Uji Homogenitas Koefisien Regresi Linier

Uji homogenitas koefisien regresi linier data bertujuan untuk mengetahui

apakah variabel kovarian ( X1.2 dan X2.2 ) dan variabel terikat (Y) homogen atau

tidak jika dilihat dari koefisien regresinya. Acuan homogenitas regresi linier

adalah jika nilai Beta >0,6. Berikut adalah hasil uji homogenitas regresi linier data

pada kelompok ekperimen 1 dan kelompok eksperimen 2:

4.12 Tabel Uji Homogenitas Koefisien Regresi Linier

Parameter Estimates

Dependent Variable: POSTES

Parameter B Std. Error t Sig. 95% Confidence Interval Partial Eta

Squared Lower Bound Upper Bound

Intercept 24,683 3,547 6,958 ,000 17,633 31,733 ,355

PRETES ,749 ,054 13,920 ,000 ,642 ,856 ,688

[MIND

MAPPING] 4,767 1,820 2,619 ,010 1,150 8,384 ,072

[MAKE A

MATCH] 0

a . . . . . .

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

103

Berdasarkan uji homogenitas koefisien regresi linier data pada kelas

eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 didapatkan nilai beta sebesar 0,749 > 0,6

dan nilai signifikansi t < 0,05 sehingga dapat dikatakan koefisien regresi linier

homogen, dengan begitu dapat disimpulkan bahwa pretes ( X1.2 dan X2.2 )

kelompok ekperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 linier dengan hasil belajar

(Y). Setelah melakukan tiga uji prasyarat anakova yaitu uji normalitas data, uji

homogenitas variansi data dan uji homogenitas koefisien regresi linier data

diketahui bahwa seluruh varian data telah memenuhi uji prasyarat anakova yang

telah ditentukan. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka penarikan hipotesis dapat

dilakukan dengan menggunakan uji anakova.

4.1.4.4 Uji Anakova

Uji Anakova atau Analisis Kovarian adalah penggabungan antara uji

komparatif dan korelasional. Anakova membandingkan variabel terikat (Y)

ditinjau dari variabel bebas (X1.1 dan X2.1 ) sekaligus menghubungkan variabel

terikat tersebut dengan variabel bebas lainnya (X1.2 dan X2.2). Variabel X1.2 dan

X2.2 yang dipakai memprediksi inilah yang dinamakan dengan variabel kovarian.

Dengan menggunakan anakova maka peranan variabel bebas terhadap variabel

terikat, baik melalui komparasi maupun prediksi dapat dilakukan secara

bersamaan (simultan). Dalam penelitian eksperimen sendiri, peneliti menguji

efektivitas perlakuan yang diberikan. Perlakuan dikatakan efektif jika terdapat

perubahan skor antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.

Acuan analisis kovarian adalah jika nilai probabilitas/signifikansi <0,05. Di

bawah ini adalah hasil uji kovarian kelompok eksperimen 1 dan kelompok

eksperimen 2:

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

104

4.13 Tabel Uji Anakova

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: POSTES

Source Type III Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig. Partial Eta

Squared

Corrected Model 14736,874a 2 7368,437 98,322 ,000 ,691

Intercept 4808,922 1 4808,922 64,169 ,000 ,422

PRETES 14521,391 1 14521,391 193,769 ,000 ,688

MODEL 514,112 1 514,112 6,860 ,010 ,072

Error 6594,884 88 74,942

Total 497261,000 91

Corrected Total 21331,758 90

a. R Squared = ,691 (Adjusted R Squared = ,684)

Berdasarkan hasil uji anakova menggunakan sofware SPSS 20.0 for

windows di atas dapat dilihat bahwa corrected model menunjukkan angka

singnifikansi/probabilitas sebesar 0,00 < 0,05 artinya pretes dan model

pembelajaran secara simultan berbeda dampaknya terhadap hasil belajar. Intercept

menunjukkan nilai konstanta dengan signifikansi/probabilitas sebesar 0,00 < 0,05

dengan sumbangan dampak perlakuan terhadap hasil belajar sebesar 42,2 %. Nilai

signifikansi pretest menunjukkan nilai signifikansi/probabilitas sebesar 0,00 <

0,05 artinya pretes memliki dampak terhadap hasil belajar. Model pembelajaran

menunjukkan nilai signifikansi/probabilitas sebesar 0,01 < 0,05 artinya model

pembelajaran memiliki berdampak yang signifikan terhadap hasil belajar. Dari

hasil uji anakova dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar

yang signifikan pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.

4.1.5 Hasil Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini dirumuskan dua hipotesis sebagai berikut :

1) H0 = tidak ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada siswa

kelas 4 SD antara yang memperoleh pembelajaran menggunakan metode

pembelajaran mind mapping dan model pembelajaran make a match

Gugus Murai Tuntang Kabupaten Semarang.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

105

2) Ha = ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada siswa kelas 4

SD antara yang memperoleh pembelajaran menggunakan metode

pembelajaran mind mapping dan model pembelajaran make a match

Gugus Murai Tuntang Kabupaten Semarang.

Dengan hipotesis statistik sebagai berikut:

Ho: μ1 metode mind mapping = μ2 model make a match

Ha: μ1 metode mind mapping μ2 model make a match

1) H0: μ1 = μ2 artinya, tidak ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan

pada siswa kelas 4 SD antara yang memperoleh pembelajaran

menggunakan metode pembelajaran mind mapping dan model

pembelajaran make a match Gugus Murai Tuntang Kabupaten Semarang.

2) Ha: μ1 ≠ μ2 artinya, ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada

siswa kelas 4 SD antara yang memperoleh pembelajaran menggunakan

metode pembelajaran mind mapping dan model pembelajaran make a

match Gugus Murai Tuntang Kabupaten Semarang.

Setelah diperoleh hasil uji Anakova maka dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak dan Ha diterima. Ha diterima karena nilai probabilitas/signifikansi sebesar

0,01 < 0,05. Hal ini berarti ada perbedaan hasil belajar yang signifikan pada siswa

kelas 4 SD antara yang memperoleh pembelajaran menggunakan metode

pembelajaran mind mapping dan model pembelajaran make a match Gugus Murai

Tuntang Kabupaten Semarang.

4.2 Pembahasan Penelitian

Telah didapatkan kesimpulan uji hipotesis bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima yang artinya bahwa ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada

siswa kelas 4 SD antara yang memperoleh pembelajaran menggunakan metode

pembelajaran mind mapping dan model pembelajaran make a match Gugus Murai

Tuntang Kabupaten Semarang. Kesimpulan ini didukung dengan data deskriptif

dan data komparasi. Data deskriptif menunjukkan bahwa adanya peningkatan

hasil belajar siswa menggunakan metode mind mapping dan model make a match.

Sedangkan data komparasi menunjukkan adanya perbedaan nilai rata-rata metode

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

106

mind mapping dan model make a match di mana metode mind mapping memiliki

nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan model make a match.

Sebelumnya telah dibahas pada BAB I dan BAB II bahwa metode mind

mapping dan model pembelajaran make a match memiliki pengaruh terhadap hasil

belajar IPA. Dalam IPA sendiri terdapat tiga komponen dalam rumusan atau

batasan tentang sains, yaitu 1) kumpulan konsep, prinsip hukum dan teori, 2)

proses ilmiah fisik dan mental dalam mencermati fenomena alam, termasuk juga

penerapannya, dan 3) sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan untuk

menyingkap rahasia alam. Dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk

menambah kemampuan siswa pada komponen pertama yaitu kumpulan konsep,

prinsip hukum dan teori. Untuk itulah metode mind mapping dan model make a

match digunakan, kedua model ini pada dasarnya membantu pemahaman dan

daya ingat siswa dalam menyerap semua materi tentang mata pelajaran IPA.

Mind mapping merupakan sistem penyimpanan, penarikan data dan akses

yang luar biasa dalam perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak

yang menakajubkan (Buzan, 2012: 12). Menurut Buzan (2004: 164), metode

pembelajaran mind mapping dapat mempermudah untuk senang hati masuk ke

dunia pengetahuan dengan mendorong otak belajar lebih banyak lagi dan

membuat seseorang menjadi rajin belajar. Mind mapping membuat tafsiran baik

berupa pengkategorian fakta-fakta, mancari hubungan dan perbedaan, dan

mencari kesimpulan dengan menggunakan garis, simbol, gambar dan warna yang

variatif sehingga dapat merangsang otak sehingga lebih mudah dipelajari, dibaca

dan diingat oleh siswa.

Model make a match atau mencari pasangan adalah salah satu alternatif

yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model ini dimulai dari teknik

yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang berupa jawaban/soal sebelum

batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Model

pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna

Curran. Salah satu keunggulannya adalah siswa mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana belajar yang menyenangkan

(Huda, 2011: 135).

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

107

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti telah disamakan dengan

sintak pembelajaran mind mapping dan make a match. Keterlaksanakan

pembelajaran sendiripun diukur melalui lembar observasi yang diisi oleh

observer. Pada kelompok eksperimen 1 menggunakan metode mind mapping

dengan observer Sudarmi dan Abdullah. Kegiatan pembelajaran baik kegiatan

guru dan siswa pada pertemuan 1 dan 2 sudah terlaksana 100% sesuai sintak

metode pembelajaran mind mapping. Sedangkan pada kelompok eksperimen 2

menggunakan model make a match dengan observer Mahmudah dan Sudarmi.

Kegiatan pembelajaran baik kegiatan guru dan siswa pada pertemuan 1 dan 2

sudah terlaksana 100% sesuai sintak model pembelajaran make a match.

Metode mind mapping dan model make a match selanjutnya diterapkan

dalam pembelajaran. Dengan kelompok eksperimen 1 menerima perlakuan

menggunakan metode mind mapping dan kelompok eksperimen 2 menerima

perlakuan menggunakan model make a match. Setelah kegiatan pembelajaran

selesai diperoleh data nilai pretes dan postes siswa. Data tersebut digunakan untuk

menarik kesimpulan ada atau tidaknya perbedaan signifikan hasil belajar IPA

siswa kelas 4 menggunakan metode mind mapping dan make a match di Gugus

Murai, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian di SDN Kesongo 01, SDN

Kesongo 02 dan SDN Lopait 01 di Gugus Murai, Kecamatan Tuntang, Kabupaten

Semarang yang dilakukan pada tanggal 24-31 Maret 2016 diperoleh nilai rata-rata

pretes untuk kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. Kelompok

eksperimen 1 yang diberikan perlakuan menggunakan metode mind mapping

sebesar 59,36 sedangkan untuk kelompok eksperimen 2 yang diberikan perlakuan

model make a match diperoleh nilai rata-rata sebesar 61,66. Hasil perolehan pretes

selanjutnya dikenakan uji anakova untuk mengetahui ada/tidaknya perbedaan

yang signifikan dari perlakuan menggunakan kedua model.

Setelah dilakukan uji anakova, ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima, karena nilai signifikansi pada corrected model sebesar 0,00 <0,05

artinya pretest dan model pembelajaran secara stimultan memiliki dampak yang

berbeda terhadap hasil belajar. Intercept menunjukkan nilai konstanta dengan

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

108

signifikansi/probabilitas sebesar 0,00 <0,05 yang artinya sumbangan dampak

perlakuan terhadap hasil belajar. Nilai signifikansi pretes sebesar 0,00

<0,05artinya pretes memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil belajar dan

pemberian perlakuna model dengan signifikansi/probabilitas sebesar 0,01 <0,05

artinya model pembelajaran berdampak yang signifikan terhadap hasil belajar.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan hasil belajar IPA

Kelas 4 menggunakan metode mind mapping dan model make a match. Hasil

penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian

terdahulu.

Terdapat beberapa temuan hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan

bahwa penggunaan metode mind mapping dan model make a match dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut akan dipaparkan temuan hasil

penelitian terdahulu:

Berdasarkan penelitian menggunakan metode pembelajaran mind mapping

yang dilakukan oleh Ni Putu Stya Prahita, I Nyoman Jampel, I Gde Wawan

Sudatha pada hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD tahun pelajaran 2013/2014 di

Desa Yahembang Gugus IV Diponegoro Kecamatan Mendoyo. Dalam penelitian

ini kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran mind mapping hasil belajarnya

lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran

secara konvensional. Ini menjadi bukti bahwa metode pembelajaran mind

mapping dapat meningkatkan hasil belajar. Adanya perbedaan yang signifikan

pada hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan menggunakan metode mind

mapping berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa dibandingkan

dengan pembelajaran konvensional.

Berikutnya penelitian mind mapping yang dilaksanakan oleh Anisa

Fatmawati tentang perbandingan metode mind mapping dan index card match.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuantitatif dengan subjek

penelitian siswa kelas 4C dan 4D SD IT Nur Hidayah Surakarta. Berdasarkan

hasil uji t diperoleh data taraf signifikansi 5% diperoleh thitung >ttabel yaitu

2,0722 > 1,994 dengan nilai rata-rata hasil belajar IPA kelas 4C lebih besar

dibandingkan nilai rata-rata kelas 4D yaitu 85,1 > 82,5. Kesimpulan dari

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

109

penelitian ini adalah (1) ada perbedaan hasil belajar IPA dalam penggunaan

metode mind mapping dengan index card match pada kelas 4 SDIT Nur Hidayah.

(2) Metode pembelajaran mind mapping lebih baik dibandingkan dengan index

card match terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV.

Selanjutnya, penelitian tentang mind mapping yang dilakukan oleh Rizkia

Hilmi Utami tentang aktivitas dan hasil belajar siswa kelas 4 SD. Subjek

penelitian adalah siswa kelas 4 SD Negeri 01 dan 03 Majalangu. Dari hasil

penelitian data diuji menggunakan uji Udiperoleh nilai Asymp. Sig/Asymptotic

significance sebesar 0,045 atau<0,05, sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan

Ha diterima. Dengan demikian, metode pembelajaran mind mapping efektif dalam

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi Sumber Daya Alam pada siswa

kelas IV SD Negeri 03 Majalangu Kabupaten Pemalang.

Selanjutnya, penelitian terkait metode mind mapping oleh Lina Herlina

dengan materi sistem organ pada siswa SMP Negeri 281 Jakarta. Dalam penelitian

ini didapatkan hasil sebagai berikut: Kegiatan membuat mind map dilakukan

dalam suasana yang menyenangkan dan santai tatapi tetap serius dan nuansa

ilmiah tetap mendominasi. Belajar yang dilakukan dengan senang, aktif, kreatif

dan inovatif dapat meningkatkan efektifitas belajar, sehingga pada akhirnya hasil

belajar juga lebih meningkat.

Penelitian tentang metode mind mapping terdahulu yang digunakan

sebagai rujukan adalah penelitian dari Dasmo dan Heri Riswanto tentang hasil

belajar IPA. Subjek penelitian adalah kelas VIII SMP 275 Jakarta yang terdiri dari

60 siswa dan kemudian dibagi kedalam kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari

hasil pengujian simple effect diperoleh thitung sebesar 3,345 dan ttabel 1,672. Dengan

demikian disimpulka bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan

antara peserta didik yang belajar menggunakan mind mapping dengan yang

menggunakan pembelajaran konvensional.

Selanjutnya ada penelitian tentang metode mind mapping dari Maria

Magdalena dan Asri Budiningsih. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VIIA dan

VIIB SMP Santa Maria Fatima Jakarta Timur. Kelas VII A terdiri dari 40 siswa

sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas VII B yang terdiri dari 38 siswa

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

110

sebagai kelas kontrol. Dalam penelitian ini didapatan kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan pemahaman konsep antara siswa yang melaksanakan pembelajaran

dengan metode mind mapping dengan siswa yang menggunakan metode ceramah

dan presentasi.

Penelitian berikutnya tentang metode mind mapping dilakukan oleh

Chusnul Nurroeni, penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 5 A dan kelas 5 B

SDN Debong Kidul Kota Tegal sebanyak 78 siswa. Kelas 5 A berjumlah 38 siswa

sebagai kelompok eksperimen dan kelas 5 B sebanyak 40 siswa sebagai kelompok

kontrol. Kelas eksperimen diberikan pembelajaran IPA menggunakan metode

mind mapping sementara kelas kontrol diberikan pembelajaran IPA menggunakan

pembelajaran konvensional. Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa H0

diterima, ini artinya tidak ada perbedaan signifikan hasil belajar IPA

menggunakan metode mind mapping dan pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian Chusnul Nurroeni bertentangan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian Chusnul Nurroeni ditarik

kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan

menggunakan metode mind mapping sedangkan dari hasil penelitian yang

dilakuakan peneliti terdapat pengaruh hasil belajar IPA menggunakan metode

mind mapping. Dalam penelitian ini, kesesatan konstan yang sangat nampak jelas

adalah pemahaman siswa tentang cara pembuatan mind mapping masih kurang.

Kekurangpahaman tersebut menyebabkan siswa lebih berkonsentrasi untuk

membuat mind mapping daripada memahami materi pembelajaran.

Kekurangpahaman tersebut tidak mudah untuk dikendalikan dalam waktu singkat.

Perlu waktu lama dan intensif untuk membiasakan siswa dalam membuat mind

mapping.

Setelah dipaparkan hasil penelitian sebelumnya tentang metode mind

mapping selanjutnya akan dipapatkan penelitian yang mendukung model make a

match. Penelitian model make a match yang pertama akan dibahas adalah

penelitian oleh Isnaeni Budi Rahayu dkk tentang peningkatan hasil belajar IPA

siswa kelas 5 SDN 3 Waluyo dengan materi bumi dan alam semesta. Berdasarkan

hasil penelitian diperoleh data yang menyatakan peningkatan pada setiap siklus.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

111

Peningkatan tersebut sudah mencapai indikator kinerja yaitu > 85%. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model make a match dapat

meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas 5 SDN 3 Waluyo.

Hasil penelitian model make a match berikutnya dari Ibadullah Malawi dan

Juwarti tentang hasil belajar IPA pada kelas 5 SDN 01 Manisrejo Madiun. Sampel

penelitian adalah siswa kelas V A dan V B SDN Manisrejo Madiun. Kelas A

sebagai kelas ekperimen dan kelas B sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen

dalam pembelajaran menggunakan model make a match sementara kelas kontrol

dalam pembelajaran menggunakan model konvensional. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: 1) siswa yang diberi pembelajaran model cooperative

learning type make a-match lebih baik dari siswa yang diberi pembelajaran model

konvensional; 2) jika dilihat dari model pembelajaran yang digunakan ini, maka

hasil belajar siswa yang diajar dengan kedua pembelajaran tersebut menunjukkan

bahwa siswa yang diberi model pembelajaran make a-match lebih tertarik dan

mereka merasa gembira. Karena dalam pembelajaran ini, siswa tidak hanya

belajar saja akan tetapi siswa belajar sambil bermain dan ini lebih membuat siswa

aktif dalam belajar. Sehingga akan menghasilkan nilai yang lebih baik dari siswa

yang diberi pembelajaran konvensional, sedangkan siswa yang diberi

pembelajaran konvensional cenderung pasif dan ini akan mengakibatkan hasil

nilai yang rendah.

Penelitian model make a match selanjutnya dari Maulidiyah tentang hasil

belajar siswa IPA dengan materi adaptasi makhluk hidup. Subjek penelitian yaitu

siswa kelas 5 MI Raudlatul Jannah yang berjumlah 56 siswa yang kemudian

dibagi dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Teknik analisi data

dalam penelitian ini menggunakan uji t. Berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil

thitung = 2,12 dan ttabel = 1,706 dengan taraf signifikan 5 % yang berarti thitung > ttabel

(2,12 < 1,706 ), Maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh hasil belajar menggunakan model make a

match.

Penelitian tentang model make a match selanjutnya dari Suatri pada mata

Pelajaran IPA di SDN 12 Nan Sabaris. Pada penelitian ini didapatkna hasil bahwa

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

112

model pembelajaraan make a match dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini

dibuktikan dengan terjadinya peningkatan ketuntasan belajar siswa pada setiap

siklus, yaitu 64,00% pada siklus I dan 83,50% pada siklus II.

Berikutnya penelitian tentang make a match oleh Nunung Nurgayati. Dalam

penelitian ini membandingkan antara model make a match dan think pair share

materi organisasi kehidupan mata pelajaran IPA. Subjek penelitian adalah siswa

kelas VII-5 dan kelas VII-6 MTs Negeri Leuwimunding yang berjumlah masing-

masing 30 siswa. Berdasarkan analisis data menggunakan uji t diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0,021, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka

terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar mebggunakan think pair

share dan make a match. Hal ini berarti model make a match dan think pair share

baik digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

Selanjutnya penelitian tentang model make a match oleh Ni Made

Suandayani Ari Putri, Ni Wayan Suniasih, I Wayan Wiarta pada mata pelajaran

IPA siswa kelas 4 SD. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu.

Sampel penelitian terdiri dari 78 siswa yang dibagi ke dalam kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dalam pembelajaran

menggunakan model pembelajaran make a match sementara kelas kontrol dalam

pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan

uji t diperoleh hasil bahwa H0 ditolak dan Ha diterima ini artinya bahwa terjadi

perbedaan signifikan hasil belajar IPA menggunakan model make a match dengan

hasil belajar IPA menggunakan model konvensional. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make-a match berbasis

media lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 Sekolah

Dasar Gugus II Kecamatan Kuta Utara Tahun pelajaran 2012/2013.

Penelitian tentang model make a match berikutnya dari Leyla Ary Octavia

dan Muhroji tentang perbedaan hasil belajar IPA kelas 3 menggunakan model

STAD dan make a match. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas 3 A dan 3 B

SD N Gemolong 2. Setelah penelitian didapatkan data yang kemudian di analisis.

Berdasarkan analisis data dengan taraf signifikansi 5% diperoleh thitung > ttabel =

3,611 dan 3,618 > 2,01954. Dan diperoleh nilai rerata kelas antara kelas yang

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

113

diajar menggunakan strategi STAD dan kelas yang diajar menggunakan strategi

make a match yaitu 85,68 > 77,62. Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1) ada

perbedaan pengaruh antara strategi STAD dengan strategi make a match terhadap

hasil belajar IPA siswa kelas 3 di SD N Gemolong 2 Tahun 2015/ 2016. 2)

strategi STAD lebih besar pengaruhnya daripada strategi make a match terhadap

hasil belajar IPA siswa kelas III di SD N 2 Gemolong Tahun Ajaran 2015/ 2016.

Dalam penelitian ini ternyata model make a match dalam meningkatkan hasil

belajar masih belum begitu bagus. Hal ini karena penerapan model STAD

(Student Teams Achievement Division) dapat membangkitkan semangat belajar

siswa dalam mengemukakan pendapat untuk saling berbagi informasi dengan

perbedaan kemampuan yang dimiliki anggota satu dengan yang lain. Sementara

model make a match terfokus pada melatih ingatan siswa dalam memahami

materi dengan cepat dan menghafal cepat dan terkadang beberapa siswa lambat

melakukan hal tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti serta sumber

penelitian sebelumnya, peneliti menarik kesimpulan bahwa metode mind mapping

dan model make a match berpengaruh terhadap hasil belajar IPA. Di mana metode

pembelajaran mind mapping lebih unggul dari model pembelajaran make a match

dilihat dari komparasi nilai pretes dan postes.

Metode pembelajaran mind mapping lebih unggul karena menurut Buzan

(2012: 50) mind mapping adalah alat yang penuh daya dan ramah otak. Mind

mapping melibatkan kedua sisi otak. Mind mapping menggunakan gambar, warna

dan imajinasi (wilayah otak kanan) bersamaan dengan kata, angka, dan logika

(wilayah otak kiri). Mind mapping mendorong untuk berpikir secara sinergis.

Cara cabang tumbuh ke luar untuk membentuk anak-anak cabang lain mendorong

untuk menciptakan lebih banyak ide dari setiap pikiran yang di tambahkan ke

dalam mind map. Dalam mind mapping semua gagasan saling berkaitan, mind

mapping membantu otak membuat lompatan pengertian dan imajinasi besar

melalui asosiasi. Dengan mind mapping akan membantu kekuatan otak untuk

dapat lebih bebas dalam berpikir. Mind mapping merupakan sistem penyimpanan,

penarikan data dan akses yang luar biasa dalam perpustakaan raksasa, yang

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

114

sebenarnya ada dalam otak yang menakajubkan (Buzan, 2012: 12). Menurut

Buzan (2004: 164), metode pembelajaran mind mapping dapat mempermudah

untuk senang hati masuk ke dunia pengetahuan dengan mendorong otak belajar

lebih banyak lagi dan membuat seseorang menjadi rajin belajar.

Sementara itu model pembelajaran make a match kegiatan mencari

pasangan mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu

dalam suasana menyenangkan (Huda, 2011: 135). Model pembelajaran make a

match akan meningkatkan aktivitas siswa baik dalam kegiatan belajar dan

fisiknya. Pembelajaran pun akan terasa menyenangkan dengan kegiatan mencari

pasangan antara kartu soal dan jawaban. Dengan begitu maka pemahaman dan

motivasi belajar siswa akan meningkat. Dalam model pembelajaran make a

match, siswa dilatih keberaniannya melalui kegiatan presentasi pasangan soal dan

jawaban. Siswa juga dilatih untuk disiplin menghargai waktu sesuai dengan aturan

yang ditentukan guru dalam setiap kegiatan mencari pasangan.

Namun demikian model pembelajaran make a match memiliki kelemahan

yang mengganggu siswa dalam menguasai konsep-konsep IPA. Hal ini bisa

terjadi ketika dalam pembelajaran waktu banyak terbuang karena kurangnya

persiapan. Begitu pula pada waktu awal-awal kegiatan mencari pasangan, banyak

siswa yang akan malu-malu jika mendapatkan pasangan lawan jenis sehingga

menghambat kegiatan belajar siswa dalam menguasai konsep-konsep IPA. Dalam

kegiatan presentasi pun akan banyak siswa yang kurang memperhatikan sehingga

penguasaan konsep-konsep IPA mereka akan melemah untuk itu guru harus dapat

mengendalikan situasi tersebut. Selain itu kegiatan mencari pasangan yang

dilakukan secara terus menerus akan membosankan sehingga tujuan awal untuk

memperkuat konsep-konsep IPA tidak dapat berjalan dengan maksimal karena

siswa yang tidak lagi bersemangat dalam bermain mencari pasangan kartu soal

dan jawaban (Huda, 2014: 253-254). Kelemahan model pembelajaran make a

match sehingga membuatnya lemah dibandingakan metode pembelajaran mind

mapping karena model pembelajaran make a match hanya menggunakan kata,

angka, dan logika yang merupakan wilayah otak kiri saja melalui kegiatan

mencocokkan kartu soal dan jawaban tanpa melibatkan otak kanan berbeda

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

115

dengan metode pembelajaran mind mapping yang menggunakan bagian otak kiri

dan otak kanan. Apabila hanya mengandalkan satu sisi otak dan melalaikan sisi

lainnya akan mengurangi potensi keseluruhan otak secara drastis (Buzan, 2012:

60). Setelah dilakukan kajian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

mind mapping lebih unggul dan dapat membuat siswa menguasai konsep-konsep

IPA lebih baik daripada model pembelajaran make a match.

Selanjutnya akan dibahas kegiatan pembelajaran menggunakan metode

pembelajaran mind mapping dan model pembelajaran make a match. Dalam

kegiatan pembelajaran ada dua pandangan yang berbeda mengenai epistemologi

pengetahuan dan cara pemerolehan pengetahuan, meskipun keduanya terhubung

melalui garis kontinum berlawanan kutub. Kedua pandangan tersebut adalah: a)

pandangan obyektivistik (direct instruction) yang banyak dipengaruhi teori belajar

behavioristik dan teori kognitif terutama teori pemrosesan informasi; b)

pandangan konstruktivistik. Pandangan obyektivistik melahirkan pembelajaran

dengan: 1) presentasi berbantuan media visual, 2) drill and practice (latihan dan

pengulangan), 3) tutorial, dan 4) demonstrasi. Pandangan konstruktivistik

melahirkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, diantaranya: 1) diskusi, 2)

cooperative learning, 3) games, 4) simulasi, 5) inquiry – discovery, 6) problem

solving, 7) problem based learning dan 8) project based learning (Pujiriyanto,

2011: 105-125).

Metode pembelajaran mind mapping termasuk dalam pandangan

obyektivistik yang banyak dipengaruhi teori belajar behavioristik dan teori

kognitif terutama teori pemrosesan informasi. Metode pembelajaran mind

mapping termasuk dalam pembelajaran dengan presentasi berbantu media visual.

Sementara model pembelajaran make a match termasuk dalam pandangan

kontruktivistik yang melahirkan pembelajaran cooperatif learning. Kedua metode

dan model pembelajaran sama-sama digunakan dalam pemerolehan pengetahuan,

namun metode pembelajaran mind mapping dalam kegiatan pembelajaran

langsung terfokus pada ranah kognitif dalam penguasaan konsep-konsep IPA.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11009/4/T1_292012242_BAB IV... · selanjutnya baru membagikan soal dan lembar jawab kepada semua siswa

116

evaluasi (Sudjana, 2016: 22). Sedangkan model pembelajaran make a match lebih

kepada pandangan kontruktivistik di mana siswa membangun pengetahuannya

secara aktif (Lie, 2010: 5). Penguasaan konsep-konsep IPA akan lebih lama ketika

menggunakan model pembelajaran make a match dibandingkan dengan metode

pembelajaran mind mapping. Uraian tersebut menjadi alasan ditariknya simpulan

bahwa metode pembelajaran mind mapping lebih unggul daripada model

pembelajaran make a match.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian pasti ada beberapa keterbatasan termasuk penelitian yang

telah dilaksanakan oleh peneliti. Dalam peneltian ini masih banyak kekurangan

yang berdampak pada kurang sempurnanya penelitian. Kekurangan tersebut

meliputi sampel yang tidak bisa diambil secara random dan peneliti tidak dapat

menemui satu persatu menemui orang tua atau wali siswa untuk meminta izin

melakukan penelitian. Oleh karena itu dihimbau pada para peneliti untuk

memperhatikan keterbatasan tersebut sehingga di masa mendatang penelitian akan

menjadi lebih baik.