Upload
dangquynh
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 5 SD Negeri Tlogo
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Lokasi SD Negeri Tlogo Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang berada di perkampungan daerah perkebunan karet.
Rata-rata pekerjaan orang tua siswa ialah buruh petani. siswa kelas 5 pada SD
Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang adalah 33 siswa, laki-
laki sebanyak 19 orang, perempuan sebanyak 14 orang. Karakteristik siswa-siswi
kelas 5 SD Negeri Tlogo beragam ada yang kritis, ada yang sedikit lamban dalam
mencerna pelajaran. Sehingga hasil belajar yang mereka peroleh pun berbeda-
beda, dapat dilihat pada data sekunder yang tertera di tabel 1 pada bab I
persebaran nilai. Berdasarkan data awal, diketahui bahwa 45,5% siswa belum
lulus KKM pada mata pelajaran IPA, karena itu diperlukan sebuah penelitian
tindakan untuk mengubah kondisi ini.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1.Kondisi Sebelum Tindakan
Kondisi sebelum tindakan adalah situasi pembelajaran, minat dan hasil
belajar belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang, sebelum diberikan tindakan dengan menerapkan model
pembelajran Discovery Learning.
4.2.1.1. Deskriptif Kondisi Awal Minat Belajar Siswa
Pada saat sebelum tindakan peneliti ingin mengetahui kondisi awal kelas 5
tentang minat belajar, maka peneliti menyebarkan angket kepada siswa kelas 5
dan hasilnya terdapat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
37
Tabel 4.1
Hasil Angket Minat Belajar Siswa Pada Pra Siklus
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persentase
Sangat tinggi 121-130 9 27,27%
Tinggi 110-120 8 24,24%
Sedang 99-109 11 33,33%
Rendah 88-98 4 12,12%
Sangat rendah 76-87 1 3,03%
Jumlah 33 100 %
Dari tabel 4.1 kondisi awal belajar siswa dapat dideskripsikan bahwa
siswa yang memiliki minat sangat tinggi ada 8 anak (24,24%), siswa yang
memiliki minat tinggi ada 12 anak (36,36% ), siswa yang memiliki minat sedang
ada 9 anak (27,27% ), siswa yang memiliki minat rendah ada 4 anak (12,12%),
sedangkan siswa yang memiliki nilai sangat rendah ada 1 anak (3,03%)
4.2.1.2. Deskriptif Kondisi Awal Ketuntasan Dan Hasil Belajar Siswa
Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus dari Sugiyono (2011) yang
menggunakan rumus K=1+3,3 log n.
Adapun rumus untuk menentukan Kelas Interval ditentukan dengan rumus
Sturges:
K= 1 + 3,3 log n
K = jumlah kelas interval
log= logaritma
n = jumlah data
karena datanya terdiri 33 siswa maka :
K = 1 + 3,3 log(33)
K = 1 + 3,3 . 1,51
K = 1 + 4,983
K = 4,983 dapat dibulatkan menjadi 5
38
Ketuntasan belajar pada kondisi sebelum tindakan ini, diketahui bahwa
dari 33 siswa, hanya 18 siswa yang lulus kriteria ketuntasan, sedangkan 15 siswa
lainnya belum lulus pada kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah
pada pelajaran IPA, yaitu 62. Berikut disajikan perolehan hasil belajar siswa dan
jumlah siswa yang belum tuntas belajar sebelum tindakan, melalui tabel b erikut
ini:
Tabel 4.2
Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan (Pra
siklus)
No Interval Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Persentase (%)
1 53-61 15 45,45 Belum tuntas
2 62-70 5 15,15 Tuntas
3 71-79 1 3,03 Tuntas
4 80-88 10 30,30 Tuntas
5 89-97 2 6,06 Tuntas
Jumlah 33 100
Rata-rata 70,48
Nilai tertinggi 94
Nilai terendah 53
Mengacu pada tabel 4.2, diketahui bahwa perbandingan siswa yang
belum mencapai KKM adalah 15 siswa atau sebesar 45,45%, sedangkan siswa
yang tuntas ada 18 siswa atau 54,54 %. Uraian siswa yang mendapatkan nilai di
bawah KKM seperti diuraikan melalui tabel 1, yaitu siswa yang mendapatkan
nilai pada interval nilai 53-61 sebanyak 15 siswa dengan persentase sebesar
45,45%. Sementara siswa yang tuntas KKM, yang mendapatkan nilai pada
interval 62-70 sebanyak 5 siswa, dengan persentase sebesar 15,15%; siswa yang
mendapatkan nilai pada interval nilai 71-79 sebanyak 1 siswa dengan persentase
3,03%; siswa yang mendapatkan nilai pada interval nilai 80-88 sebanyak 10 siswa
39
atau 30,30%, dan siswa yang mendapatkan nilai pada interval nilai antara 89-97
sebanyak 2 siswa atau 6,06%.
Perolehan nilai rata-rata adalah 70,48 dengan perolehan nilai tertinggi
yaitu 94 dan terendah 53. Jumlah siswa yang memperoleh nilai pada interval yang
disebutkan di atas, dan jumlah siswa yang tuntas berdasarkan interval nilai
tersebut, disajikan dalam diagram berikut ini:
Gambar 4.1. Diagram Jumlah Ketuntasan Siswa Berdasarkan Interval Nilai
pada Pra siklus.
Berdasarkan interval nilai pada pra siklus maka direncanakan sebuah
tindakan kelas untuk mengubah situasi tersebut. Adapun tindakan yang dilakuan
dipaparkan berikut ini:
4.2.2. Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum dilaksanakan tindakan, langkah pertama yang dilakukan adalah
menyusun rencana tindakan perbaikan. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam
rencana tindakan untuk memperbaiki situasi pembelajaran, hasil belajar maupun
ketuntasan belajar matematika siswa kelas 5 SD Negeri Tlogo Kecamatan
Tuntang adalah sebagai berikut:
1. Memilih dan memutuskan menerapkan model pembelajaran yang perlu
digunakan dalam pembelajaran. Setelah dipertimbangkan, maka dipilih model
Discovery Learning sebagai model pembelajaran.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
53-61 62-70 71-79 80-88 89-97
Frekuensi
2
10
1
5
15
40
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berikut media ataupun alat
peraga yang direncanakan, termasuk lembar observasi pembelajaran untuk
digunakan dalam pembelajaran IPA.
3. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, mengenai model
pembelajaran yang dipilih, RPP dan media maupun alat peraga yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran, maupun lembar obervasi pembelajaran,
termasuk menyepakati tindakan akan dilakukan dalam 2 siklus, dimana
masing-masing siklus akan dilakukan dalam 3 pertemuan.
4. Setelah mendapatkan persetujuan dengan dosen pembimbing dan guru kelas ,
dilakukan revisi dan mengecek kembali kelengkapan-kelengkapan baik RPP,
media maupun alat peraga, serta lembar observasi yang akan digunakan dalam
tindakan nanti.
b. Pelaksanaan
Setelah semua perangkat pembelajaran disiapkan, maka hal berikut yang
dilakukan bersama guru kelas adalah melakukan tindakan. Rincian tindakan pada
siklus I diuraikan dalam dua pertemuan berikut ini:
Pertemuan 1 Siklus I
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan seperti yang telah direncanakan dalam RPP dengan
langkah-langkah berurutan sebagai berikut: memberikan salam, mengkondisikan
kelas untuk berdoa, kemudian mengecek kehadiran siswa melalui absensi,
membawa siswa lebih rileks sekaligus siap dalam belajar dengan bertanya
kesiapan belajar berupa menyiapkan buku-buku atau alat-alat pendukung belajar
lainnya, kemudian guru menyiapkan segala keperluan belajar mengajar, meliputi
materi pelajaran, alat peraga, dan lembar observasi. Setelah menyiapkan
perlengkapan belajar mengajar, guru melakukan apersepsi dengan meminta siswa
memperhatikan benda-benda yang sudah guru siapkan d atas meja sambil
bertanya” anak-anak ketika lampu tiba-tiba mati di malam hari,apakah kalian
dapat melihat benda-benda disekelilingmu?kenapa kalian tidak dapat melihat
padahal mata kalian terbuka? Setelah siswa menjawab apersepsi, selanjutnya,
41
guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai melalui percobaan
dan penemuan dengan model pembelajaran Discovery Learning.
2) Kegiatan Inti
Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran yang perlu dicapai oleh siswa, langkah
berikut yang dilakukan guru antara lain bertanya jawab mengenai sumber cahaya,
kemudian meminta siswa menyebutkan sumber cahaya. setelah Tanya jawab, guru
membagi siswa dalam 5 kelompok secara heterogen. Setelah kelompok terbentuk,
selanjutnya, guru membagikan alat peraga yang telah disiapkan kepada masing-
masing kelompok. Setelah alat peraga ada pada masing-masing kelompok,
kemudian meminta siswa melakukan 3 kegiatan percobaan , pertama percobaan
pada cermin datar,cermin cembung dan cermin cekung, kedua percobaan tentang
pemantulan cahaya, dan ketiga tentang penguraian cahaya. Setiap kegiatan
berakhir. Setelah waktu yang diberikan untuk berdiskusi selesai, guru selanjutnya
memanggil salah satu anggota kelompok dan meminta kepada anggota kelompok
tersebut untuk mempersentasikan hasil kerja kelompoknya masing-masing.
Setelah dilakukan presentasi, guru meminta anggota kelompok lain untuk
memberikan tanggapan pada hasil kerja kelompok. Langkah berikut yang
dilakukan guru adalah membahas hasil kerja kelompok bersama dengan siswa
secara keseluruhan, juga mengajak siswa untuk melakukan tanya jawab. Sebagai
konfirmasi, guru dan siswa menyimpulkan hasil pengamatan yaitu tentang cahaya
merambat lurus dan cahaya menembus benda bening dan pemantulan cahaya.
3) Kegiatan Penutup
Sebelum mengakhiri pelajaran, guru mengingatkan bahwa pada masih ada
pertemuan berikutnya, karena itu, meminta untuk siswa terlebih dahulu belajar
materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan 2 Siklus I
1) Kegiatan Awal
Pertemuan ke 2 dilaksanakan dua hari setelah pertemuan pertama. Seperti pada
pertemuan pertama, guru melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:
memberikan salam, mengkondisikan kelas untuk berdoa, kemudian mengecek
kehadiran siswa melalui absensi, membawa siswa lebih rileks sekaligus siap
42
dalam belajar dengan bertanya kesiapan belajar berupa menyiapkan buku-buku
atau alat-alat pendukung belajar lainnya, kemudian guru menyiapkan segala
keperluan belajar mengajar, meliputi materi pelajaran, alat peraga, dan lembar
observasi. Setelah menyiapkan perlengkapan belajar mengajar, guru melakukan
apersepsi dengan meminta siswa memperhatikan benda-benda yang sudah guru
siapkan di atas meja sambil bertanya “anak-anak siapa diantara kalian yang tadi
pagi bercermin ?” Setelah siswa menjawab apersepsi yang diberikan guru,
selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari
itu.
2) Kegiatan Inti
Langkah-langkah yang dilakukan guru pada kegiatan inti pada pertemuan kedua
ini adalah mendiskusikan tentang cermin datar dan cermin cekung, pembiasan
cahaya dan penguraian cahaya. Langkah pertama yang dilakukan adalah bertanya
jawab. Selanjutkan, dengan kelompok yang telah terbentuk pada pertemuan
sebelumnya, guru membagikan alat peraga yang telah disiapkan kepada setiap
kelompok, kemudian meminta siswa melakukan 3 kegiatan percobaan , pertama
percobaan pada cermin datar,cermin cembung dan cermin cekung, kedua
percobaan tentang pemantulan cahaya, dan ketiga tentang penguraian cahaya.
Setiap kegiatan berakhir, guru memanggil salah satu anggota kelompok dari
masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya,
sementara kelompok lain diminta untuk jadi penanggap. Setelah presentasi selesai,
guru bersama-sama dengan seluruh siswa membahas hasil kerja dari masing-
masing kelompok, sambil melakukan tanya jawab. Setelah membahas hasil dari
masing-masing kelompok bersama-sama, guru bertanya pada siswa hal-hal apa
saja yang belum diketahui mengenai materi yang baru saja dibahas. Selanjutnya,
guru memberikan penguatan dan menyimpulkan secara keseluruhan materi yang
baru dibahas.
3) Kegiatan Penutup
Menegaskan kesimpulan yang baru saja dibicarakan guru, guru bersama siswa
menyimpulkan secara bersama-sama, menutup pelajaran, guru masih tetap
mengingatkan bahwa masih ada pertemuan berikutnya dengan materi yang sama
43
Pertemuan 3 siklus 1
1). Kegiatan awal
Persiapan pembelajaran. Selanjutnya guru mengingatkan kembali siswa tentang
pembelajaran pada pertemuan1 dan pertemun 2. Selanjutnya guru membagikan
soal evaluasi kepada siswa.
2). Kegiatan inti
Siswa mengerjakan soal evalusi dengan memperhatikan ketentuan yang
dicantumkan pada lembar soal. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara mandiri.
Setelah selesai mengerjakan soal, siswa diminta untuk tetap duduk di bangkunya
masing-masing hingga semua siswa selesai.
3). Kegiatan Akhir
Guru bersam siswa membahas evaluasi bersama-sama. Setelah selesai, soal
dikumpulkan. Selanjutnya guru mengakhiri pelajarandengan memberikan salam
dan ucapan terima kasih. Tidak lupa guru menyampaikan bahwa masih ada
pertemuan selanjutnya dengan materi pemanfaatan sifat-sifat cahaya pada
karya/model sederhana.
c. Observasi
Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua yang diamati adalah
keseluruhan aktivitas atau proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.
Fokus pengamatannya adalah bagaimana menerapankan model pembelajaran
Discovery Learning dalam pembelajaran IPA sumber cahaya dan sifat-sifatnya,
serta implikasi dari Discovery Learning pada hasil belajar IPA. Berkenaan
dengan penelitian ini, maka hal-hal yang menjadi pengamatan selama proses PBM
berlangsung yaitu:
1) Kinerja Guru
Mengamati kinerja guru, maka instrumen pengamatan yang digunakan
adalah lembar observasi guru dalam model pembelajaran Discovery Learning
pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Hasil amatan tentang kinerja
guru dipaparkan melalui tabel berikut ini:
44
Tabel 4.3
Hasil Observasi Kinerja Guru dalam Menerapkan Discovery Learning
Siklus Materi Total skor Nilai aktivitas Kriteria
I Sumber cahaya dan
sifat- sifat cahaya
14 70 % baik
Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan model Discovery
Learning dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas,
2003):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = baik sekali
70 – 85% = baik
55 – 69% = cukup baik
<54% = kurang
Berdasarkan perolehan di atas, maka diketahui bahwa kinerja guru dalam
menggunakan model pembelajaran Discovery masuk dalam kategori baik, dengan
perolehan yaitu 70%.
2). Minat Belajar Siswa
Mengukur skala minat belajar dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan
model pembelajaran Discovery Learning, digunakan skala menggunakan rumus
libert yang terdiri dari 5 kategori yaitu sangat setuju,setuju, tidak mempunyai
pilihan, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hasil pengamatan tentang minat
belajar siswa dipaparkan melalui tabel berikut:
45
Tabel 4.4
Lembar Observasi Minat Belajar Siswa Siklus I Dengan Model
Pembelajaran Discovery Learning
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persentase
Sangat tinggi 121-130 12 36,36%
Tinggi 110-120 10 30,30%
Sedang 99-109 8 24,24%
Rendah 88-98 3 09,09%
Sangat rendah 76-87 0 0%
Jumlah 33 100 %
Jumlah siswa dengan perolehan pada masing-masing interval minat, akan
disajikan dalam diagram berikut ini:
Gambar 4.2. Diagram Jumlah Minat Belajar Siswa Berdasarkan Rentang
Nilai Siklus I
3). Hasil Belajar Siswa
Penilaian belajar siswa dilakukan pada akhir siklus I pertemuan 3, dalam
bentuk tes tertulis pilihan ganda. Hasil belajar siswa dapat disajikan dalam tabel
berikut ini:
0
2
4
6
8
10
12
14
sangatrendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
jumlah siswa
3
8
10
12
46
Tabel 4.5
Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Interval
Nilai
Siklus I Keterangan
F Persentase (%)
1 ≥50 1 3,03 Belum tuntas
2 53 - 61 4 12,12 Belum tuntas
3 62 - 70 9 27,27 Tuntas
4 71 - 79 3 9,09 Tuntas
5 80 - 88 8 24,24 Tuntas
6 89 - 97 8 24,24 -
Jumlah 33 100
Rata-rata 76,81
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 50
Berdasarkan tabel 4.5, terlihat bahwa terjadi perubahan hasil belajar siswa
pada kondisi sebelum tindakan dan setelah diberikan tindakan pada siklus I, yang
mencapai kentuntasan belajar (KKM= 62) sebanyak 28 siswa atau 84,8% dari
kondisi awal yaitu 54,5%, sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan
belajar menurun menjadi 5 siswa atau sebanyak 15,15%, dari kondisi awal
sebelum tindakan yaitu 45,5%. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas setelah
tindakan pada siklus I adalah 76,81 dengan perolehan nilai terendah yaitu 50 dan
tertinggi 95. Rincian perolehan nilai berdasarkan interval nilai adalah sebagai
berikut: siswa yang mendapatkan nilai ≥50 satu siswa atau 3,03%, siswa yang
mendapatkan nilai pada interval nilai 53-61 sebanyak 4 siswa dengan persentase
sebesar 12,12%. Sementara siswa yang tuntas KKM, yang mendapatkan nilai pada
interval 62-70 sebanyak 9 siswa, dengan persentase sebesar 27,27%; siswa yang
mendapatkan nilai pada interval nilai 71-79 sebanyak 3 siswa dengan persentase
9,09%; siswa yang mendapatkan nilai pada interval nilai 80-88 sebanyak 8 siswa
atau 24,24%, dan siswa yang mendapatkan nilai pada interval nilai antara 89-97
47
sebanyak 8 siswa atau 24,24%. Jumlah siswa dengan perolehan pada masing-
masing interval nilai, akan disajikan dalam diagram berikut ini:
Gambar 4.3. Diagram Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan
Interval Nilai siklus I
Berdasarkan tabel 4.5 dan diagram 4.3, diketahui bahwa persentase
ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus 1 mengalami
peningkatan yaitu menjadi 84,8%, sedangkan jumlah yang tidak tuntas belajar
berkurang menjadi 15,5%.
Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa, namun peningkatan
ini belum memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, dimana
diharapkan bahwa ketuntasan belajar siswa terjadi minimal 85% dari total siswa di
kelas mendapatkan nilai ≥ 62.
4). Perbandingan Minat dan Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan dengan
Siklus 1
Dalam maksud untuk mengetahui terjadinya peningkatan minat, hasil
belajar dan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I,
maka berikut ini akan disajikan perbandingan hasil belajar maupun ketuntasan
belajar siswa sebelum diberikan tindakan dengan setelah diberikan tindakan pada
siklus I.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
≥50 53-61 62-70 71-79 80-88 89-97
Frekuensi
1
4
9
3
8 8
48
Tabel 4.6
Perbandingan Ketuntasan Angket Minat Pra siklus dan Siklus I
No Minat Belajar Pra siklus Siklus I
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 Sangat Tinggi 9 27,27% 12 36,36%
2 Tinggi 8 24,24% 10 30,30%
3 Sedang 11 33,33% 8 24,24%
4 Rendah 4 12,12% 3 09,09%
5 Sangat Rendah 1 3,03% 0 0%
Dari tabel 4.6 tersebut dapat dilihat bahwa ada peningkatan minat belajar
siswa. siswa yang minat belajarnya sangat tinggi bertambah menjadi 12 anak,
siswa yang minat belajarnya tinggi menjadi 10 anak, siswa yang minat belajarnya
sedang menjadi 8, siswa yang minat belajarnya rendah menjadi 3 anak,dan tidak
ada siswa yang minat belajarnya sangat rendah.
Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa terjadi perubahan jumlah dan
persentase ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I.
Sebelum tindakan, diketahui bahwa 18 siswa atau 54,5% yang lulus KKM. Hasil
ini berubah setelah tindakan pada siklus I, dimana siswa yang lulus KKM menjadi
28 siswa dengan persentase 84.8%. Sementara itu siswa yang belum tuntas
sebelum tindakan adalah 15 siswa dengan persentase 45,5%, berkurang setelah
diberikan tindakan pada siklus I menjadi 5 siswa dengan persentase 15,5%.
d. Refleksi
Setelah diberikan tindakan pada siklus I pertemuan 2, maka berdasarkan
temuan-temuan maupun diskusi dengan guru kelas ada beberapa hal yang perlu
menjadi masukan untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. Hal-hal tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kinerja Guru
Perolehan skor pada kinerja guru secara keseluruhan pada siklus I berada pada
kategori cukup baik. Meskipun begitu, jika diperhatikan per item berdasarkan
49
langkah-langkah pembelajaran Discovery Learning ada beberapa hal yang
perlu menjadi perbaikan, yaitu:
a. Mengkondisikan siswa dalam membagi kelompok. Guru masih berada
pada kategori kurang baik, karena masih terdapat beberapa siswa yang
ngomong sendiri atau ribut pada saat pembentukan kelompok.
b. Dalam mengerjakan tugas kelompok masih terdapat siswa yang belum
mengerti.
2. Minat Belajar Siswa
Minat siswa, secara keseluruhan berada pada kategori cukup baik. Namun, jika
mndiamati lembar observasi minat siswa, maka akan ditemukan ada beberapa
hal yang perlu diperbaiki dari siswa.
a. Masih ada beberapa siswa yang minat belajarnya kurang
b. Masih ada beberapa siswa yang kurang berani dalam mengeluarkan
pendapat.
c. Ada siswa yang memiliki kemampuan mengerjakan tugas secara mandiri
dengan baik, kemampuan bekerjasama dengan baik, namun belum
memiliki keberanian untuk tampil di depan kelas.
3. Hasil Belajar Siswa
Selain kinerja guru dan minat belajar siswa, hal yang harus menjadi masukan
untuk diperbaiki pada siklus II adalah hasil belajar atau ketuntasan belajar
siswa. Meskipun terjadi peningkatan hasil belajar dari sebelum tindakan (pra
siklus) ke setelah tindakan pada siklus I, hasil ini belum memberikan hasil
yang diharapkan, dimana ketuntasan kelas belum mencapai minimal 85% dari
total siswa.
4.2.3. Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus I pertemuan 3, maka hal-hal yang
direncanakan untuk dijadikan perbaikan pada pelaksanan tindakan pada siklus
II adalah sebagai berikut:
50
1) Kinerja Guru
Kinerja guru pada siklus I , masuk dalam kategori cukup baik, namun
demikian, ada hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan tindakan pada
siklus II pertemuan 1 adalah sebagai berikut:
a. Memperhatikan setiap langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan model
Discovery Learning agar sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang
dimaksud.
b. Membentuk siswa berkelompok secara heterogen dan Pada saat siswa
berdiskusi kelompok guru berkeliling untuk mengarahkan siswa yang belum
paham.
2) Minat Siswa
Sementara itu, pada Minat belajar siswa, hal-hal yang perlu diperhatikan agar
menjadi perbaikan pada siklus II adalah keragaman karakteristik personal
siswa. Karena itu, hal-hal yang perlu diperbaiki guru adalah dengan
melakukan pendekatan dengan siswa, dan mengorganisir siswa agar semua
siswa dapat menjadi aktif dengan cara:
a. Menanyakan kesulitan yang dialami siswa selama pembelajaran
berlangsung, memotivasi dan memberi dukungan kepada siswa agar rajin
belajar.
b. Meminta siswa yang kurang berani untuk mengeluarkan pendapat.
c. Siswa yang kurang berani tampil di depan kelas diminta maju di depan kelas
untuk menjadi perwakilan teman-teman kelomoknya.
3) Hasil Belajar Siswa
Hal yang harus diperhatikan dalam tindakan adalah mengupayakan dan
melakukan pengkondisian tertentu agar ketuntasan belajar siswa, minimal
mencapai target minimal yaitu 85% dari total jumlah siswa, tuntas dalam
KKM.
51
b. Pelaksanaan
Pertemuan 1
1) Kegiatan Awal
Kegiatan di awali dengan salam pembuka, selanjutnya guru mengkondisikan agar
siswa siap menerima pelajaran, guru memperhatikan murid satu persatu dan
memotivasi siswa, terkait dengan kondisi siswa yang ditemui guru mengacu pada
hasil refleksi. Selanjutnya, guru melakukan apersepsi dengan mengajak siswa
bernyanyi” Orang Pelaut” selanjutnya guru mengaitkan lagu tersebut dengan
kapal selam yang dapat berada di permukaan laut,tetapi dapat melihat keadaan di
atas permukaan laut berkat adanya periskop.Mengacu pada kondisi siswa pada
siklus I pertemuan 2, kali ini guru mengorganisir dan meminta siswa yang belum
berani mengemukakan pendapat yang menjawab pertanyaan apersepsi.
selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan garis besar materi.
2) Kegiatan Inti
Setelah selesai menyampaikan tujuan pembelajaran, Selanjutnya guru
mengajukan pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya yang dapat dimanfaatkan dalam
pembuatan alat-alat sederhana, dan meminta siswa untuk menyebutkan alat-alat
apa saja yang dapat dibuat dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Kemudian
guru mengarahkan jawaban pertanyaan dengan meminta siswa untuk membaca
buku pegangannya . Setelah itu peserta didik menyebutkan masing-masing
kegunaan alat-alat seperti periskop, kaleidoskop,lup sederhana dan cakram
warna.
Selanjutnya, guru membagi siswa dalam 3 kelompok. Kegiatan 1: guru
menunjukkan 2 periskop sederhana dengan ukuran kardus yang berbeda. Setelah
itu, guru membagikan periskop dan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok.
Setelah dibagikan, siswa diminta untuk melakukan pengamatan dan
mendiskusikannya dengan anggota kelompoknya masing-masing. Selama diskusi,
guru berkeliling untuk mengarahkan siswa yang belum paham dan mengorganisir
diskusi agar diskusi tidak didominasi oleh siswa yang berani berpendapat saja.
Setelah selesai berdiskusi, tiap kelompok maju didepan kelas menyampaikan hasil
diskusinya. Kembali siswa yang kurang berani presentasi diminta untuk
52
presentasi, sementara siswa yang berani, ditugaskan menjadi tim penyanggah jika
ada sanggahan dari kelompok lain. Setelah semua kelompok menyampaikan hasil
diskusinya, siswa dan guru bersama-sama membahas hasil diskusi kelompok
secara keseluruhan, kemudian siswa bersama dengan guru menyimpulkan
pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan II : Guru memperlihatkan sebuah
kaleidoskop sederhana,kemudian meminta salah satu siswa yang kurang berani
untuk maju meliahat cahaya yang dihasilkan oleh kaleidoskop,dan memintanya
untuk menunjukkan pada teman-temannya apa yang dia lihat dalam kaleidoskop
tersebut. Selanjutnya kegiatan inti dilakukan sama seperti kegiatan I.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa menarik kesimpulan bahwa sifat-sifat
cahaya dapat dimanfaatkan dalam pembuatan karya sederhana. Setelah itu, guru
mengingatkan untuk lebih giat lagi belajar di rumah, guru mengakhiri pelajaran
dengan mengucapkan salam sambil memberitahukan untuk melanjutkan materi
selanjutnya pada pertemuan selanjutnya.
c. Observasi
Pada pertemuan pertama ini pembelajaran berjalan dengan lancar dan sangat baik
adapun hal yang harus diperhatikan, yaitu Dalam interaksi dengan murid guru
masih kurang.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi maka perlu perbaikan pada pertemuan 2 siklus II,
yaitu guru harus meningkatkan interaksi dengan murid.
Pertemuan 2
1) Kegiatan Awal
Pertemuan ke 2 dilaksanakan dua hari setelah pertemuan pertama. Sama dengan
pertemuan sebelumnya, kegiatan diawali dengan salam pembuka, Agar siap
menerima pelajaran, guru mengkondisikan siswa dengan cara mengingatkan siswa
bahwa memberikan kesempatan kepada yang lain, mendengarkan yang lain, dan
berbagi dengan yang lain, seperti yang telah dilakukan pada pertemuan
sebelumnya adalah hal yang positif. Guru kemudian melakukan apersepsi dengan
bertanya “anak-anak pernahakah kalian bermain dengan menggunakan kaca
53
pembesar? Bagaimana bnda yang kamu lihat?”. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu pemanfaatan sifat-sifat cahaya pada lup sederhana dan cakram
warna.
2) Kegiatan Inti
Langkah-langkah yang dilakukan guru pada kegiatan inti pada pertemuan kedua
ini adalah mendiskusikan tentang lup sederhana dan cakram warna. Langkah
pertama yang dilakukan adalah bertanya jawab. Selanjutkan, dengan kelompok
yang telah terbentuk pada pertemuan sebelumnya, guru membagikan alat peraga
yang telah disiapkan kepada setiap kelompok, kemudian meminta siswa
melakukan 2 kegiatan percobaan , pertama percobaan pada lup sederhana, dan
kedua percobaan tentang cakram warna. Setiap kegiatan berakhir, guru
memanggil salah satu anggota kelompok dari masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sementara kelompok lain diminta
untuk jadi penanggap. Setelah presentasi selesai, guru bersama-sama dengan
seluruh siswa membahas hasil kerja dari masing-masing kelompok, sambil
melakukan tanya jawab. Setelah membahas hasil dari masing-masing kelompok
bersama-sama, guru bertanya pada siswa hal-hal apa saja yang belum diketahui
mengenai materi yang baru saja dibahas. Selanjutnya, guru memberikan
penguatan dan menyimpulkan secara keseluruhan materi yang baru dibahas.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, sebelum menutup pelajaran, siswa diminta membuat
rangkuman secara individu, dan kemudian guru dan siswa menarik kesimpulan
bahwa lup sederhana dan cakram warna memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Setelah
itu guru mengakhiri kegiatan pembelajaran, mengucapkan sala,m dan tidak lupa
mengingatkan siswa untuk mempelajari materi yang telah dipelajari,karena masih
ada pertemuan selanjutnya yaitu evaluasi pembelajaran.
Pertemuan 3
1). Kegiatan awal
Persiapan pembelajaran. Selanjutnya guru mengingatkan kembali siswa tentang
pembelajaran pada pertemuan1 dan pertemun 2. Selanjutnya guru membagikan
soal evaluasi kepada siswa.
54
2). Kegiatan inti
Siswa mengerjakan soal evalusi dengan memperhatikan ketentuan yang
dicantumkan pada lembar soal. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara mandiri.
Setelah selesai mengerjakan soal, siswa diminta untuk tetap duduk di bangkunya
masing-masing hingga semua siswa selesai.
3). Kegiatan Akhir
Guru bersam siswa membahas evaluasi bersama-sama. Setelah selesai, soal
dikumpulkan. Selanjutnya guru mengakhiri pelajaran dengan memberikan salam
dan ucapan terima kasih.
Observasi
Seperti pada siklus I pertemuan pertama dan kedua, pada siklus II pertemuan
pertama dan kedua ini, yang diamati adalah keseluruhan aktivitas atau proses
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Fokus amatannya adalah
bagaimana penerapan model pembelajaran Discovery Learning dalam
pembelajaran IPA, serta implikasi dari model pembelajaran Discovery Learning
pada minat belajar IPA dan hasil belajar IPA. Berkenaan dengan penelitian ini,
maka hal-hal yang menjadi pengamatan selama proses belajar mengajar
berlangsung yaitu:
1) Kinerja Guru
Mengamati kinerja guru, maka instrumen amatan yang digunakan adalah lembar
observasi guru dalam menerapkan model pembelajaran Discovery Learning pada
pembelajaran IPA. Hasil amatan tentang kinerja guru dipaparkan melalui tabel
berikut ini:
Tabel 4.7
Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Menerapkan Model
Pembelajaran Disovery Learning
Siklus Materi Total
skor
Nilai
aktivitas
Kriteria
II Membuat suatu karya/model,
misalnya periskop,
kaleidoskop,dan lup sederhana
18 90% Sangat
baik
55
Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan model Discovery
Learniang dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas,
2003):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = sangat baik
70 – 85% = baik
55 – 69% = cukup baik
<54% = kurang
Berdasarkan perolehan di atas, maka diketahui bahwa kinerja guru dalam
menggunakan model Discovery Learning masuk dalam kategori baik sekali
dengan perolehan yaitu 90%.
2) Minat Belajar Siswa
Mengukur skala minat belajar dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan
model Discovery Learning, digunakan skala menggunakan rumus Libert yang
terdiri dari 5 kategori yaitu sangat setuju,setuju, tidak mempunyai pilihan, tidak
setuju dan sangat tidak setuju. Hasil pengamatan tentang minat siswa dipaparkan
melalui tabel berikut ini:
Tabel 4.8
Hasil Analisis Angket Minat Belajar Pada Siklus II
Kategori Rentan nilai Frekuensi Prosentase
Sangat Tinggi 121-130 18 54,54%
Tinggi 110-120 12 36,36%
Sedang 99-109 3 9,09%
Rendah 88-98 0 0%
Sangat rendah 76-87 0 0%
Jumlah 33 100%
56
Dari tabel 4.8 siklus II minat belajar siswa dapat dideskripsikan bahwa
siswa yang memiliki minat sangat tinggi ada 18 anak (54,54%), siswa yang
memiliki minat tinggi ada 12 anak (36,36% ), siswa yang memiliki minat sedang
ada 3 anak (9,09% ), sedangkan siswa yang memiliki minatrendah dan sangat
rendah tidak ada.
3) Hasil Belajar Siswa
Evaluasi dilaksanakan pada pertemuan 3 pada siklus II. Evaluasi dimaksudkan
untuk melihat perubahan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA,
setelah diberikan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery
Learning.
Berikut ini disajikan dalam tabel perolehan hasil belajar setelah tindakan
pada siklus II.
Tabel 4.9
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
No Interval Nilai Siklus II Keterangan
F Persentase (%)
1 53-61 1 3,03
2 62-70 13 39,39 -
3 71-79 1 3,03 -
4 80-88 11 33,33 Tuntas
5 89-97 7 21,21
Jumlah 33 100 KKM 62
Rata-rata 77,87
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 60
Siswa yang Tuntas 33
Siswa yang Belum Tuntas -
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa terjadi peningkatan siswa yang
tuntas dalam belajar setelah diberikan tindakan pada siklus II. Jika pada siklus I
siswa yang tuntas adalah 28 siswa, maka setelah tindakan pada siklus II, siswa
57
yang tuntas menjadi meningkat yaitu 32 siswa dari jumlah keseluruhan 33 siswa,
atau hanya satu siswa yang belum tuntas dalam belajarnya. Adapun perolehan
nilai siswa pada siklus II diuraikan berikut ini: 1 siswa yang mendapat nilai pada
interval 53-61 dengan persentase 3,03%; 13 siswa mendapatkan nilai pada interval
62-70 dengan persentase 39,39%; 1 siswa mendapatkan nilai pada interval nilai
71-79 dengan persentase 3,03%; 11 siswa mendapatkan nilai pada interval nilai 80
– 88 dengan persentase 33,33%; dan 7 siswa mendapatkan nilai pada interval 89-
97 dengan persentase Setelah diberikan tindakan, terjadi perubahan pada
perolehan nilai rata-rata yaitu meningkat menjadi 21,21%. Juga terjadi perubahan
perolehan nilai terendah yaitu menjadi 60 dan nilai tertinggi yaitu 95. Berikut ini
disajikan dalam diagram jumlah siswa yang memperoleh nilai berdasarkan pada
interval nilai.
Gambar 4. 4 Jumlah Perolehan Nilai Berdasarkan Interval Nilai Siklus II
Berikut ini akan disajikan jumlah total siswa yang tuntas belajar, setelah
diberikan tindakan pada siklus II:
0
2
4
6
8
10
12
14
53-61 62-70 71-79 80-88 89-97
Frekuensi7
11
1
13
1
58
Gambar 4. 5 Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II
Di bawah ini akan disajikan dalam tabel persentase ketuntasan belajar
siswa setelah diberikan tindakan pada siklus II
Tabel 4. 10
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II
No Nilai Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 < 62 1 3,03 Belum tuntas
2 ≥ 62 32 96,96 Tuntas
Jumlah 33 100
Rata-rata 77,72
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 60
Persentase siswa yang tuntas dalam belajar setelah diberikan tindakan pada
siklus II adalah 96,96% Atau seluruh satu siswa tidak tuntas dalam belajar, setelah
diberikan tindakan pada siklus II. Dengan hasil ini dapat ditarik simpulan bahwa,
dengan melakukan perbaikan-perbaikan dalam menggunakan model Discovery
Learning dalam pembelajaran IPA, terjadi peningkatan ketuntasan belajar.
Dengan kata lain, pengunaan model Discovery Learning berhasil meningkatkan
hasil belajar IPA, siswa kelas 5 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang.
0
5
10
15
20
25
30
35
tidak tuntas tuntas
tidak tuntas
tuntas
1
32
59
4) Perbandingan Minat dan Hasil Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II
Dalam maksud untuk mengetahui terjadinya peningkatan minat belajar dan
hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus II, maka berikut ini akan
disajikan perbandingan hasil belajar maupun ketuntasan belajar siswa pada siklus
I dengan setelah diberikan tindakan pada siklus II
Tabel 4.11
Perbandingan Minat Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No Minat Belajar Pra siklus Siklus I Siklus II
F % F % F %
1 Sangat Tinggi 9 27,27% 12 36,36% 18 54,54%
2 Tinggi 8 24,24% 10 30,30% 12 36,36%
3 Sedang 11 33,33% 8 24,24% 3 9,09%
4 Rendah 4 12,12% 3 9,09% 0 0%
5 Sangat Rendah 1 3,03% 0 0% 0 0%
Dari tabel 4.11 diketahui bahwa minat siswa pada kondisi awal yang
sangat tinggi dan tinggi ada 17 siswa (51,51%), siklus I ada 22 siswa (66,66%),
siklus II ada 30 siswa ( 90%). Minat belajar sedang dan rendah pada kondisi awal
ada 15 siswa (45,45%),pada siklus I dan II ada 3 siswa ( 9,09%), sedangkan
minat sangat rendah kondisi awal ada 1 siswa (3,03%) dan siklus I dan siklus II
tidak ada.Jadi peningkatan minat belajar siswa dari yang sangat tinggi dan tinggi
dari kondisi awal 51,51% ,siklus I 66,66%, dan 90,90% pada siklus II.
Pada siklus I, diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar adalah 28 siswa
dari 33 siswa. Setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan
dimana siswa yang tuntas menjadi 32 siswa dari 33 siswa. Mengacu pada tabel di
atas, diketahui bahwa juga terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar yaitu 76,81%
pada siklus I, menjadi 77,72% pada siklus II. Terjadi juga perubahan perolehan
nilai tertinggi dan terendah. Pada siklus I, perolehan nilai tertinggi adalah 95,
sedangkan pada siklus II perolehan nilai tertinggi mencapai 95. Sementara
perolehan nilai terendah pada siklus I adalah 50, sedangkan pada siklus II
perolehan nilai terendah meningkat menjadi 60.
60
Berikut ini disajikan perbandingan jumlah siswa dan persentase ketuntasan
belajar siswa setelah tindakan pada siklus I dengan siklus II, melalui tabel berikut
ini:
Tabel 4. 12
Perbandingan Jumlah Siswa dan Persentase Ketuntasan Pada Siklus I
Siklus II
No Kategori Siklus I Siklus II
Jumlah siswa (%) Jumlah Siswa (%)
1 Tuntas 28 84,84 32 96,96
2 Belum Tuntas 5 15,15 1 3,03
Jumlah 33 100 33 100
Perbandingan jumlah siswa yang tuntas belajar setelah diberikan tindakan
pada siklus I dan setelah diberikan tindakan pada siklus II akan disajikan melalui
diagram berikut ini:
Gambar 4. 6 Perbandingan Jumlah Ketuntasan Belajar Pada Siklus I dengan
Siklus II
0
5
10
15
20
25
30
35
Siklus I Siklus II
Tuntas Tidak Tuntas
28
5
32
1
61
5) Perbandingan dan Perubahan Persentase Ketuntasan Belajar Sebelum
Tindakan, Siklus I dengan Siklus II.
Dengan maksud mengetahui terjadinya perubahan hasil belajar dan
ketuntasan belajar IPA siswa setelah diberikan tindakan sejak siklus I, hingga
siklus II dengan digunakannya model Discovery Learning, berikut disajikan
dalam tabel perbandingan hasil maupun ketuntasan belajar siswa baik sebelum
tindakan (pra siklus) maupun setelah tindakan baik pada siklus I maupun siklus II,
berikut ini.
Tabel 4. 13
Perbandingan Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan (pra siklus),
Siklus I dengan Siklus II
No Hasil Belajar Tuntas Belum Tuntas
Jumlah
siswa
% Jumlah
siswa
%
1 Sebelum tindakan (pra siklus) 18 54,54 15 45,45
2 Siklus I 28 84,84 5 15,15
3 Siklus II 32 96,96 1 3,03
Gambar 4.7. Perbandingan Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan (pra
siklus),Siklus I dengan Siklus II
0
5
10
15
20
25
30
35
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tidak Tuntas Tuntas
15 18
5
28
1
32
62
Berdasarkan tabel 4.13 dan gambar 4.7, diketahui bahwa sebelum tindakan
(pra siklus) siswa yang tuntas belajar adalah 18 siswa dengan persentase 54,54%.
Setelah diberikan tindakan pada siklus I, mengalami peningkatan ketuntasan
belajar menjadi 28 siswa dengan persentase 84,84%. Dengan demikian, setelah
diberikan tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas
belajar sebelum tindakan ke siklus I, yaitu 30,3%. Setelah diberikan lagi tindakan
pada siklus II, terjadi lagi peningkatan ketuntasan belajar yaitu 32 siswa dengan
persentase 96,96%. Dengan demikian, setelah diberikan tindakan pada siklus II,
terjadi peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II yaitu 12,12%.
Dengan demikian, total keseluruhan peningkatan hasil belajar sebelum tindakan
ke siklus II adalah 42,42%. Berdasarkan perolehan peningkatan jumlah siswa dan
persentase ketuntasan dalam belajar IPA, maka dapat dikatakan bahwa
penggunaan model Discovery Learning dalam pelajaran IPA, berhasil.
e. Refleksi
Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan masukan pada siklus I, dan
setelah guru memperbaiki kinerjanya, maka diketahui bahwa minat belajar dan
jumlah serta persentase ketuntasan belajar siswa menjadi meningkat setelah
diberikan tindakan pada siklus II. Hal ini memberikan refleksi bahwa
memperhatikan proses dan memperhatikan karakteristik personal siswa selama
KBM berlangsung adalah sesuatu yang penting dan mendasar demi mencapai
hasil belajar dan ketuntasan belajar yang diharapkan.
4.3. Pembahasan
Berikut ini pembahasan hasil penelitian bahwa berdasarkan latar belakang
masalah ditemukan fakta-fakta masih banyak nilai siswa di bawah (KKM) yaitu
62. Dalam wawancara dengan guru kelas 5 SD Negeri Tlogo menyebutkan siswa
kelas 5 berjumlah 33 siswa dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda
sehingga gaya belajar mereka juga berbeda-beda, dari data terlihat siswa kelas 5
berjumlah 33 tersebut yang tunta 18 siswa atau 54,5%, sedangkan yang tidak
tuntas 15 siswa atau 45,5%. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
yang dilaksanakan belum berhasil. Untuk meningkatkan minat siswa dalam
63
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar maka peneliti menggunakan salah
satu model pembelajaran yaitu model Discovery Learning.
Pada intinya, model pembelajaran discovery learning ini mengubah
kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang
teacher oriented dimana guru menjadi pusat informasi menjadi student oriented;
siswa menjadi subjek aktif belajar. Peran aktif anak dalam belajar ini diterapkan
melalui cara penemuan.Discovery merupakan proses mental di mana siswa
mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.Proses mental yang di
maksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Mengacu pada pemaparan di atas diketahui bahwa penggunaan model
pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan minat dan hasil belajar
IPA pada siswa kelas 5 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
dari pra siklus ke siklus 1 dan siklus 1 ke siklus 2 hal ini dapat dibuktikan dengan
terjadinya peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Pada kondisi
awal yang sangat tinggi dan tinggi ada 17 siswa (51,51%), siklus I ada 22 siswa
(66,66%), siklus II ada 30 siswa ( 90%). Minat belajar sedang dan rendah pada
kondisi awal ada 15 siswa (45,45%),pada siklus I dan II ada 3 siswa ( 9,09%),
sedangkan minat sangat rendah kondisi awal ada 1 siswa (3,03%) dan siklus I dan
siklus II tidak ada.Jadi peningkatan minat belajar siswa dari yang sangat tinggi
dan tinggi dari kondisi awal 51,51% ,siklus I 66,66%, dan 90,90% pada siklus II.
Selain minat belajar terjadi juga peningkatan hasil belajar siswa sebelum
tindakan (pra siklus) siswa yang tuntas belajar adalah 18 siswa dengan persentase
54,54%. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, mengalami peningkatan
ketuntasan belajar menjadi 28 siswa dengan persentase 84,84%. Dengan
demikian, setelah diberikan tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan persentase
siswa yang tuntas belajar sebelum tindakan ke siklus I, yaitu 30,3%. Setelah
diberikan lagi tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan ketuntasan belajar
yaitu 32 siswa dengan persentase 96,96%. Dengan demikian, setelah diberikan
tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I ke
64
siklus II yaitu 12,12%. Dengan demikian, total keseluruhan peningkatan hasil
belajar sebelum tindakan ke siklus II adalah 42,42%.
Hasil ini dengan demikian mendukung hipotesis penelitian yang telah
dirancang yaitu dengan menggunakan model discovery dalam proses
pembelajaran dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas 5 pada mata
pelajaran IPA di SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Hasil Penelitian ini juga mendukung hasil
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sibarani,Hartha L dengan judul
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Discovery Pada Mata Pelajaran Ipa Kelas V Sd Negeri 101880 Tanjung Morawa
Tahun Ajaran 2012/2013.Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah
rendahnya hasil belajar siswa pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya di kelas V SD
Negeri 101880 Tanjung Morawa Jalan Batang Kuis No.1 Tanjung Morawa.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Discovery pada pokok bahasan sifat-sifat
cahaya dan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran Discovery
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini dengan demikian juga mendukung pernyataan teoritis
hubungan minat dan hasil belajar terhadap model pembelajaran Discovery
Learning bahwa minat siswa terhadap sesuatu yang merupakan hasil belajar dan
menyokong belajar selanjutnya. Siswa dapat berusaha sendiri dalam memahami
belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku antara lain: mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.Dengan teknik tersebut, siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan intruksi.
Hal ini dapat dilihat melalui perubahan nilai siswa setelah menggunakan
model pembelajaran Discovery Learning yang pada awalnya jauh di bawah KKM,
sehingga ketika pada saat menerapkan model Discovery Learning siswa menjadi
aktif dan kreatif dan minat belajar siswa juga menjadi meningkat sehingga
mempengaruhi peningkatan minat dan hasil belajar.