27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis dan Topografi Kecamatan Bintauna merupakan salah satu daerah yang memiliki kerajaan yang sekarang termasuk salah satu dari enam kecamatan di Kabupaten Daerah Tingkat II Bolaang Mongondow Utara. Secara geografis Kecamatan Bintauna berada 125° LU dan 1° BT dengan ketinggian 1 meter di atas permukaan air laut ( Pemda, Perencanaan Kota Ibu Kota Pimpi, 1991 : 1 ). Kecamatan Bintauna terdiri dari 16 Desa Dan 1 Kelurahan yang memanjang dari daratan Rendah (Barat Laut) ke Tenggara dan di apit oleh sungai Sangkub dan Sungai Bonoto, yang berbukit-bukit,bergunung-gunung, sebagai puncak tertinggi adalah Gunung Gambuta. Bentuk topografi wilayah Kecamatan Bintauna dan Jarak pusat pemerintahan Kecamatan Bintauna dapat diklasifikasikan menjadi : Keadaan tanahnya datar sampai berombak 74 %, berombak sampai berbukit 10 %, berbukit sampai bergunung 15 %, dari seluruh wilayah Kecamatan Bintauna. Jarak tempuh dari pusat kecamatan ke ibu kota kabupaten yakni berjarak 20 km, pusat kecamatan ke Kota Madya Kotamobagu berjarak 132 km, sedangkan jarak ke ibu kota Provinsi Sulawesi Utara yaitu 258 km. 4.1.2 Hidrologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/3954/11/2013-1-87201-231408018-bab4...pemerintahan Raja Mohammad Datunsolang tahu 1859-1945 mulai timbul

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis dan Topografi

Kecamatan Bintauna merupakan salah satu daerah yang memiliki kerajaan

yang sekarang termasuk salah satu dari enam kecamatan di Kabupaten Daerah

Tingkat II Bolaang Mongondow Utara. Secara geografis Kecamatan Bintauna

berada 125° LU dan 1° BT dengan ketinggian 1 meter di atas permukaan air laut (

Pemda, Perencanaan Kota Ibu Kota Pimpi, 1991 : 1 ).

Kecamatan Bintauna terdiri dari 16 Desa Dan 1 Kelurahan yang

memanjang dari daratan Rendah (Barat Laut) ke Tenggara dan di apit oleh sungai

Sangkub dan Sungai Bonoto, yang berbukit-bukit,bergunung-gunung, sebagai

puncak tertinggi adalah Gunung Gambuta.

Bentuk topografi wilayah Kecamatan Bintauna dan Jarak pusat

pemerintahan Kecamatan Bintauna dapat diklasifikasikan menjadi :

Keadaan tanahnya datar sampai berombak 74 %, berombak sampai

berbukit 10 %, berbukit sampai bergunung 15 %, dari seluruh wilayah Kecamatan

Bintauna. Jarak tempuh dari pusat kecamatan ke ibu kota kabupaten yakni

berjarak 20 km, pusat kecamatan ke Kota Madya Kotamobagu berjarak 132 km,

sedangkan jarak ke ibu kota Provinsi Sulawesi Utara yaitu 258 km.

4.1.2 Hidrologi

Kecamatan Bintauna dikelilingi oleh pegunungan, sungai, serta laut karena

sebagian wilayah Kecamatan di pesisir pantai dan sebagai pegunungan. Keadaan

suhu sekitar 22℃ - 32 ℃ dan umumnya sangat dipengaruhi oleh alam tropis yang

beriklim tipe B.

Jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak 150 hari dan banyaknya

curah hujan hujan 200 mm pertahun. Musim penghujan jatuh pada Bulan Oktober

– Februari dan musim peralihan (musim hujan ke musim kemarau) jatuh

padabulan Maret, sehingga musim panas mulai pada Bulan April- juli. Sebaliknya

peralihan dari musim panas ke musim hujan terjadi pada Bulan Agustus –

September. ( Jawatan meteorologi dan geofisika).

4.1.3 Kependudukan

Pada masa pemerintahan Kerajaan Bintauna kependudukan merupakan

data pokok yang dibutuhkan baik dikalangan pemerintahan maupun swasta,

sebagai bahan untuk perencanaan pembangunan baik di bidang Sosial, Ekonomi,

maupun Politik, semuanya memerlukan data penduduk sebagai subyek sekaligus

obyek dari pembangunan.

Penduduk Kemacatan Bintauna saat ini sangat beragam dengan masuknya

para pedagang (migrasi) pada tahun 1998-2013 tercatat 21.000 jiwa dengan rata-

rata pertumbuhan pertahunnya 500 jiwa.

Namun hubungan antara penduduk asli menunjukan hubungan yang baik,

baik diantara penduduk pendatang dengan penduduk asli, masing-masing

mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda namun hubungan sosial

yang baik ini dapat dilihat segi pendidikan, pertanian, perekonomian, dan sosial

budaya.

Sebagai masyarakat yang mendiami Kecamatan Bintauna tentunya

mengetahui bahwa penduduk di daerah ini mayoritas beragama islam dan wajib

menjalankan syareatnya. Hal ini dapat di lihat dalam aktivitas seharian,

memperlihatkan nafas keislaman, sehingga anatara adat dan agama selalu

terpelihara dan saling menunjang antara adat dan agama selalu terpelihara dan

saling menunjang antara keduannya, oleh karena itu, di dalam kehidupan sehari-

hari syarat dengan gagasan nilai-nilai, norma, kebiasaan dan aturan-aturan lisan

yang hingga kini tetap terpelihara dan di hormati keberadaannya.

4.1.4 Sosial Budaya

Sejak zaman dulu, masyarakat Bintauna terkenal dengan adanya sistem

kerjasama atau tolong menolong yang dalam bahasa Bintauan Motiayo dan tidak

terbatas hanya dengan satu keluarga saja, tetapi tolong menolong antara anggota

masyarakat dalam desa untuk menyelesaika suatu perkara, misalnya membangun

rumah, membersikan kebun, menanam dan lain-lain. Di samping itu terjadi dalam

pesta acara pesta perkawinan, kedukaan dimana semua anggota keluarga terikat

dengan kewajiban untuk membantu moral mapun material, karena merasa

suksesnya pelaksanaan kegiatan tersebut merupakan tanggung jawab keluarga

serta nama baik mereka. Tolong menolong tersebut hingga kini masih melekat

pada masyarakat Bintauna.

Selain itu keadaan masyarakat Bintauna dengan Corak kehidupannya dapat

di tinjau dari beberapa aspek kehidupan, antara lain :

1. Bidang pendidikan dan Kebudayaan

Di lihat dari aspek pendidikan, C.P. Mokodenseho(2003 :21), di masa

pemerintahan Raja Mohammad Datunsolang tahu 1859-1945 mulai timbul

adanya perhatian dalam soal pendidikan Di Kerajaan Bintauna dengan di

bukanya sekolah Rendah 3 tahun dan pada bulan September 1908 menjadi

sekolah rendah 5 tahun dengan Gurunya H.Gerungan.

Keadaan pendidikan di Bintauna sampai sekarang berupaya untuk

menunjang bagaimana program wajib belajar yang telah dicanangkan oleh

pemerintahan dan menyediakan perpustakaan, di samping berupa

meningkatkan pembinaan terhadap kegiatan pendidikan formal dan non

formal, usaha peningkatan kulitas dan kualitas sektor pendidikan.

Sementara dari aspek kebudayaan, sampai sekarang ini yang masih terus

berlansung dimasyarakat Bintauna yaitu dikenal dengan adanya upacara

penjemputan tamu kepada setiap tamu-tamu agung kenegaraan atau

kepemerintahan. Adapun kebudayaan yang berupa sisa peninggalan dari

kerajaan Bintauna yaitu Rumah Adat Kerajaan Bintauna.

2. Agama dan Kepercayaan

Menurut catatan sejarah, agama Islam di Bintauna sudah ada sejak

pertengahan abad ke-16, namun kelompok masyarakat tersebut akhirnya

melepaskan diri dari kerajaan Bintauna dan bergabung dengan kerjaan

Bone Suwawa.

Setelah masuknya para pedagang Bugis tahun 1700, akhirnya membawa

pengaruh Islam bagi penduduk setempat. Tetapi, Islam berkembang pesat

di Kerajaan Bintauna ketika Raja Patilima Datunsolang ( 1783 ) yang

dinobatkan di Ternate menetapkan Islam sebagai agama kerajaan.

Sedangkan agama Katolik masuk pada tahun 1680 pada Raja pertama

Lepeo Mreteo yang di bawah masuk oleh pendeta asal Ambon bernama

Talahutu sekitar abad ke-17. Sedangkan untuk agama Budha masuk di

Bintauna bersama datangnya para perantau-peratau dari daerah China yang

dalam perkembangannya sudah menjadi penduduk bintauna dengan status

Warga Negara Indonesia Keturunan China.

Walaupun masyarakat sudah dipengaruhi oleh aliran-aliran kepercayaan

keagamaan namun dalam beberapa hal mereka masih mempertahankan

tradisinya. Sampai akhir abad ke-19 bahkan lebih jauh terlihat adanya

pelaksanaan adat kebiasaan lama khusus alam pikir/kepercayaan lama

seperti praktek-praktek utuk memperoleh pentuk dari yang ghaib.

Adanya pengajaran-pengajaran agama alam pikir yang telah dikemukakan

diatas, terlepas oleh masyarakat Bintauna. Untuk saat ini kebijaksanaan

dalam bidang agama dititik beratkan pada penetapan kerukunan

beragama bagi seluruh pemeluk agama. Sampai saat ini sarana peribadatan

yang menunjang upaya pembinaan kehidupan umat beragama di wilayah

Kecamatan Bintauna.

3. Kehidupan Ekonomi

Kehidupan perekonomian pada masa kerajaan Bintauna berfokus pada

pertanian, pedagang, penangkapan ikan, meramu hasil hutan dan berburu.

Aspek pertanian areal yang di tanami adalah ladang, sawah, adapun

menjadi makanan pokok adalah beras dan sagu. Perdagangan yang lebih

dominan yang di kembangkan pada masa kerajaan bintauna adalah

perdagangan hasil-hasil pertanian yang kemudian di angkat dengan

perahu/ perahu layar ke Manado karena perdagangan pada masa kerajaan

Bintauna dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan.

Pada abad ke-21 masyarakat Bintauna saat ini masih meningkatkan

kemampuan industri perdagangan untuk dapat mendorong peningkatan

mutu yang akhirnya memperluas lapangan kerja sehingga dapat

mengarungi tingkat pengangguran. Sejalan dengan ini di Bintauna

diberlakukan kegiatan perekonomian di sektor industri di arahkan pada

peningkatan kemampuan industri kecil dan rumah tangga.

4.2 Status Pemerintahan Kerajaan Bintauana

Berbicara kerajaan Bintauna tidak terlepas dari kerajaan-kerajaan yag ada

di gorontalo dan Bolaang Mongondow. Menurut B.J Haga dalam perjanjian

limolo pohalaa, Bintauna tergabung dalam satu ikatan keluarga yang disebut

pohalaa, yakni termasuk dalam pohalaa Bone- Suwawa.

Seirama dengan pendapat di atas sumber lain mengatakan bahwa kerajaan

Bintauna termasuk dalam kelompok Pohalaa dan selanjutnya pohalaa itu

membentuk satu kesatuan (Limolo Pohalaa) berdasarkan ikatan Geneologis,tata

pemerintahan tradisional.

Perjalanan sejarahnya, Bintauna melepaskan diri dari kerajaan Bone-

Suwawa dan membentuk kerajaan sendiri dengan nama Vintauna, mula-mula

Bintauna terdiri dari dua kelompok masyarakat yang masing-masing memiliki

wilayahnya sendiri-sendiri dan memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda.

Kelompok pertama adalah:

1. Masyarakat yang berada di bagian utara penyembah pohon, batu dan lain-

lain yang di sebut dengan kepercayaan

2. animisme dan dinamisme.

3. Masyarakat bagian selatan yang beragama Islam.

Alasan inilah yang menjadi penyebab sehingga kelompok bagian selatan

yang beragama islam memisahkan diri dari kerajaan Bintauna dan bergabumg

kembali dengan kerajaan Bone-suwawa.di Gorontalo pada tahun 1673. Kalau

demikian jelas apa yang di katakan oleh Kuno Kaluku (dalam idhar Mohammad

2008: 42) bahwa : disebelah Timur Gorontalo terdapat Negeri Bawangijo yang

tergabung dalam Pohalaa Suwawa yang dihuni oleh beberapa kelompok manusia.

Oleh suatu sebab yang tidak jelas beberapa dari kelompok ini berpindah ke

Bagian Timur laut dan dapat berhubungan dengan kerajaan Bintauna.

Mengacu pada pendapat di atas, amat jelas jika di lihat dari kelompok

agama islam bagian selatan yang melepaskan diri dari kerajaan Bintauna dan

bergabung dengan kerajaan Bone-Suwawa di Gorontalo. Selanjutnya kerajaan

Bintauna yang berkembang adalah sebagian penduduk yang masih menganut

kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Kelompok kedua berada di bagian

selatan. Mereka sudah menganut Islam sebagai kepercayaan mereka.karena

perbedaan kepercayaan ini, kelompok dari selatan bergabung kembali ke dalam

wilayah kerajaan Bone(Suwawa).

Masuknya para pedagang Bugis, beberapa warga dari Bintauna Utara

masuk Islam. Meski seblumnya ada sebagian dari mereka sudah memeluk agama

Kristen Katolik. Ini antara lain dibuktikan oleh kuburan Raja

Mooreteo(mokodetek) yang biasa dijuluki Ohongia (Jangkulango) okahera (Raja

di Gereja). Bahkan di dekat makam Moereteoo terdapat kuburan seorang pendeta

berasal dari Ambon,Bernama Talahutu.

Sementara Raja Bintauna yang pertama-tama memeluk Islam adalah Raja

Patilima Datunsolang (Raja Ketiga) yang dinobatka diternate pada tahun 1783.

Kerajaan Bintauna pernah memiliki wilayah di Daerah Afdeling Gorontalo

dalam kerajaan Bone-Suwawa. Pendapat tersebut diperjelas lagi oleh B.J.Haga

1981-14 (dalam idhar Mohammad 2008-43) bahwa pada saat itu, datanglah

pendatang baru ke Kerajaan Suwawa yakni Bone (Sulawesi Selatan) dan dari

Bintauna (wilayah Kontroliran Bolaang Mongondow). Demikian terjadi tiga

kerajaan merdeka. Bone-Suwawa dan Bintauna yang mengadakan kontrak

bersama dengan VOC. Tiap kerajaan mempunyai Rajanya sendiri dan dua

marsaoleh dengan gelar-gelar sendiri.

Satu distrik wilayah kerajaan Bintauna yang dimasukan pada wilayah

Afdeling Gorontalo tersebut menjadi satu marsaoleh Ulea dari kerajaan Bone-

Suwawa. Walaupun demikian Bintauna tetap menjalankan system pemerintahan

kerajaan dengan bermusyawarah untuk mengangkat raja pengganti yaitu Toraju

Datungsolang yang kemudian pusat pemerintahan kerajaan dipindahkan pada

negeri Vantayo.

Sebenarnya sejak berdirinya kerajaan Bintauna tidak mencakup wilayah

pesisir pantai laut Sulawesi seperti sekarang, tetapi menguasai wilayah

pedalaman, seperti wilayah bagian selatan kecamatan Sangtombolang (sekarang

kecamatan Sangkub), bagian barat kecamatan Dumoga dan bagian pedalaman

Kecamatan Bintauna sekarang.

Ketika Raja Mohammad Datunsolang melakukan kontrak sifat batas-batas

wilayah dengan Kerajaan Mongondow dan Bolangitang pada tahun 1901,maka

wilayah kerajaan Bintauna sebagai berikut:

1. Mencakup laut Sulawesi disebelah Utara,

2. Kerajaan Bolaang Mongondow sebelah timur,

3. Afdeling Gorontalo sebelah selatan dan

4. Kerajaan Bolangitang di sungai Biontong (Bunongoditi/Gulantu) di

sebelah barat.Mokodenseho (dalam Reiner Emyot Ointoe).

Demikian Kerajaan Bintauna harus melepaskan distrik Doloduo ke

kerajaan Mongondow, sebagai penggantinya, wilayah Mongondow yang berada di

pesisir pantai desa Batulintik (sekarang menjadi salah satu Desa di kecamatan

Bintauna), diserahkan pada kerajaan Bintauna . setelah terjadi pergantian wilayah

tahun 1905, maka pendudk Kerajaan Bintauna yang sudah berabad-abad lamanya

bermukim di daerah pedalaman di tepi sungai Sangkub pindah ke pesisir Utara

Minaga yang sekarang menjadi desa Bintauna Pantai.

4.3 Dimensi Pemerintahan Sangkurango (Kepala Suku)

Bintauna masih terdapat kelompok masyarakat yag masih statis dan

hidupnya berpindah-pindah (nomaden). Dalam perjalanan sejarah kelompok-

kelompok tersebut membuat satu pemukiman yang dalam bahasa bintauna disebut

lipu.

Seluruh wilayah Bolaang Mongondow sudah terdapat beberapa pemukiman baru

yang oleh para bogani dinamakan totabuan,termasuk bintauna.lama-kelamaan

pemukiman yang mereka duduki beberapa tahun di tinggalkan lagi dan mencari

pemukiman baru.sangkurango Vahe yang memimpin perpindahan penduduk dari

sahawoto ke ipisolo di tempat sapahohavo.

Menurut C.P Mokodenseho (dalam Idhar mohamad 2008 :47) Dalam

perjalanan perpindahan yang dipimpin oleh sangkuranh Vahe menuju ke ipisolo,

di tempat peristirahatan mereka memandang ke negeri asal tiba-tiba sangkurango

Vahe berseruh :

‘’ Liti-litu sapahohavo tinumike kunomanto rono hayu lipu nato lipu parango no

panto inosumbolo no rayo nomungo nohindapo tipuwongku pokundalo poneapu

no sumako luli rasu mindao’’ (duduk di savahohaavo berdiri dan memandang

sayup-sayup mata memandang negeri yang tercinta ditumbuhi pohon kraton yang

berbuah,brcahaya, kupetik dan kujadikan bedak diusapkan dimuka hilangkan

rindu dendam).

Syair ini sekarang sudah menjadi lagu yang sering dinyanyikan masyarakat

bintauna.

Adapun sangkurango yang mengangkat ohongia adalah sangkurango

Rayonda dan Movihe sekaligus berperan sebagai raja.dalam musyawarah dengan

penduduk setempat untuk mendapatkan kesepakatan mengangkat Tamengku

menjadi Ohongia Bintauna sebagai raja.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh C.P Mokodenseho (dalam Idhar

Mohammad 2008-50) bahwa : Vokani Vende pada saat itu diusung mnjadi raja

oleh rakyat Bintauna yang bertempat di Iposolo, namun beliau menolaknya dan

memeberikan saran agar cucucnya putri Tendeno yaitu Lepeo Mooreteo di

Limboto untuk di angkat menjadi Ohongia atau raja tertinggi di Bintauna. Usul

tersebut disepakati dan berangkatlah utusan ke Limboto untuk menjemput Lepeo

Mooreteo dan niat Masyarakat Bintauna tersebut di kabulkan oleh orangtua Lepeo

Mooreteo dan di bawahlah Lepeo ke negeri Iposolo menjadi Rja Bintauna dn

semasa pemerintahannya negeri dipindahkan ke Raaminanga.

Proses pengangkatan raja tersebut diatas, jelas bukan melalui paksaan,

kekerasan, melainkan dengan hasil musyawarah oleh kelompok-kelompok

tersebut membentuk satu persekutuan tanpa ada paksaan.

Sejak Lepeo Mooreteo menjad raja Bintauna, maka mulailah berlaku

sistem pemerintahan kerajaan Bintauna, waaupun sebelumnya ada raja tertinggi

yang diangkat melalaui hasil musyawarah oeh masyarakat dan para sangkurango

serta tua-tua adat, namun tidak sempat mnata sistem pemerintahan kerajaan

Bintauna sebab tlah terbunuh pada saat penobatan sebagai raja.

4.4 Dimensi pemerintahan Raja-raja

Setelah berakhirnya pemerintahan sangkurango pada tahun 1600, Bintauna

mulai memasuki zaman raja-raja. Sebenarnya sejak zaman sangkurango Movihe

dan Rayonda munculnya embrio sistem pemerintahan kerajaan bintauna yang

diawali dengan dipeloporinya untuk mengangkat tamangku sebagai raja tertinggi

dikerajaan Bintauna. Oleh karena terbunuhnya Tamangku Bintauna dipimpin oleh

para sangkurango. Sistem pemerintahan ini baru dimantapkan oleh raja yang

terpilih berikutnya, yakni Lepeo Moreteoo.

Adapun dimensi raja-raja yang pernah memimpin kerajaan bintauna adalah

sebagai berikut :

1. Raja Lepeo Mooreteo 1675-1720

Raja Lepeo Mooreteo memimpin sekitar tahun 1675-1720,pada masa

pemerintahannya negeri Bintauna bertempat di Raaminanga.Mooreteo ketika

menjadi raja masih menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme dengan

masuknya Agama Kristen pada akhir abad ke-17 maka raja mooreteo memeluk

agama tersebut.

Pada masa pemerintahan Raja Lepeo Mooreteo terjadi pembentukkan

struktur kemasyarakatan dan kesejahteraan masyarakat, sedangkan bentuk

penyapaan pada anak cucu Ohongia Biasa di sapa dengan kata Avo dan Vua.

2. Raja Datu 1720-1783

Meninggalnya raja mooreteo, di gantikan anaknya Datu,karena Datu

diangkat menjadi raja maka rakyat saat itu mengatakan Datu rono solako dalam

arti Datu sudah besar dalam hal ini menjadi Raja. Sebutan tersebut telah melekat

pada raja dan berubah menjadi Datunsolang sehingga raja-raja berikutnya telah

memakai julukan tersebut.sebagai marga keturunannya. Ia menikah dengan putrid

rantoiya dan memperoleh dua orang putra masing-masing, Bolakia dan Patilima.

Pada masa kepemimpinannya negeri dipindahkan dari raaminanga k salako.

Pada masa kepemimpinannya sebagian penduduk dan pembesar-pembesar

kerajan sudah mulai memeluk agama islam.

3. Raja Patilima Datunsolang 1783-1823

Sesudah raja Datu meninggal, digantikan oleh raja Patilama Datunsolang

yang di nobatkan di Ternate pada tahun 1783. Raja Patila Datunsolang

seperangkat alat kebesaran adat raja adat dari Ternate misalnya: Kulintang, Gong,

Tambur, Payung dan Taparajo (tombak) yang sekarang masih tersimpan pada

keluargannya. Dimasa kepemimpinannya agama islam menjadi agama kerajaan.

4. Raja Salmon Datunsolang 1823-1857

Menggantikan raja Patila Datunsolang adalah Raja Salmon. Masa

pemerintahannya Negeri Bintauna dari Raminanga dipindahkan kesuatu tepat

yang bernama Voaa.pemrintahan raja salmo untuk menshejahterakan rakyat

Bintauna.

5. Raja Eliyas Datunsolang 1857-1874

Menggantikan rja salmon ialah adik kandungnya Eliyas

Datunolang,kedudukan pemerintah dipindahkan ke negeri Pangkusa. Dimasa

pemerintahannya memiliki wilayah kerajaan Bone-Suwawa.Raja Eliyas

melakukan konntrak politik dengan Residn Manado.

6. Raja Toraju Datunsolang I 1874-1884

Setelah raja Eliyas meninggal dunia,maka yang di angkat sebagai Raja

adalah Toraju Datunsolang,anak dari raja Salmon Datunsolang dank arena

umurnya sudah lanjut usia, maka beliau mengundurkan diri dan di angkat raja

baru yang bernama Serael Datunsolang. Semasa pemerintahannya negeri

dipindahkan dari negeri Pangkusa ke Vantayo.

7. Raja Serael Datunsolang 1884-1893

Raja Serael adalah anak dari raja Eliyas Datunsolang.pada masa

pemerintahannya raja Seral Datunsolang pusat pemerintahan kerajaan kembali

lagi dipindahkan dari negeri Vantayo menuju negeri Pangkusa.

8. Raja Toraju Datunsolang II 1893-1895

Menggantikan raja Serael Datunsolang adalah raja Toraju Datunsolang,

sebenarnya menurut ketentuan pada waktu itu yang harus memangku jabatan

adalah putra Mohammad Datunsolang. Namun usianya terlalu muda maka

masyarakat dan tua-tua adat bersepakat mengangkat kembali Toraju Datunsolang

II untuk menjadi raja sambil menunggu putra mahkota dewasa.

9. Raja Mohammad Datunsolang 1895-1948

Pewaris tahta kerajaan saat Toraju wafat adalah Mohammad Datunsolang,

Beliau diangkat menjadi Raja dari dari tahun 1895-1948. Penobatan raja

Mohammad Datunsolang pada tanggal 1 juli 1895. Dan menyerahkan jabatanya

kepada Abo Jan Rasid Datunsolang pada tanggal 1 Juli 1948. Beliau meninggal

dunia pada bulan Februari 1950 dan dimakamkan dipimpi bersama permaisuri

Vua Mosolako. Didalam pemerintahan beliau banyak berbuat untuk

kesehjahteraan rakyat Bintauna.

10. Raja muda Jan rasid Datunsolang 1948-1950

Menggantikan raja Muhammad Dtunsolang adalah Raja Muda Jan Rasid

Datunsolang,Namun kekuasaannya hanya bersifat simbolis. Sejak 1950,wilayah

swapraja kerajaan Bintauna dihapuskan. Ketika itu beberapa kaum muda dan

massa meminta agar wilayah itu tidak dianggap wilayah kerajaan. .Datunsolang

berada di Gorontalo dan duduk sebagai salah seorang anggota Dewan Raja-raja,

pemerintahan sementara di jabat oleh Abo.A.M.Datunsolang.

4.5 Struktur Masyarakat Menurut Hukum Adat

Sebagaimana kerajaan-kerajaan lainnya lainya Bintauna termasuk kerajaan

yang merdeka secara defakto memiliki wilayah kekuasaan dan pemerintahan

sendiri serta hukum adat dalam masyarakat yang mempunyai kepribadian sendiri

yang ditimbulkan ole h ikrar bersama.

Adat istiadat sangat mempengaruhi kehidupan mereka,Oleh sebab itu,

disamping keramahan mereka juga suka akan gotong royong (mototiayo) seperti

yang sudah dikemukakan sebelumnya, serta bermusyawarah apabila ada hal-hal

yang menyangkut kepentingan umum. Kepribadian ini semakin memberi warna

ketika agama Islam masuk dan adat-istiadat yang mengatur tata cara kehidupan

mereka dengan disesuaikan dengan ajaran Islam.

Bintauna sampai dengan pemerintahan Sangkurango (Kepala Suku)

Vokani Vende belum ada penetapan aturan-aturan resmi berupa hukum adat

sehingga semua keputusan dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan dan

keamanan sampai menjatuhkan hukum bagi yang bersalah sepenuhnya masih

didasarkan atas kebijaksaan kepala suku yang berkuasa. Oleh karena itu, dimasa

Raja Lepeo Moreteoo yang pertama kali menjalankan sistem pemerintahan

kerajaan mengadakan semacam musyawarah besar yang berhasil merumuskan

ketetapan-ketetapan sebagai berikut:

Tingkat ohongi (raja) yaitu anak dan keturunan raja yang berhak

menjadi raja.

Bangsawan yaitu mereka yang msih keturunan raja yang dianggap

cakap dan berani diangkat menjadi pemimpin yang di sebut inapita.

Simpalo yaitu orang-orang yang cakap dan penghidupannya

sederhana diangkat menjadi pegai kerajaan.

Suango lipu atau anak negeri mereka yang berkehidupan rendah

Mokiko.

Vevako (budak) yaitu hamba sahaya atu pelayan-pelayan

dapatdiperjual belikan.

Sedangkan pada masa pemerintahan raja Muhammad Datunsolang

musyawarah besar yang dilakukan oleh masyarakat Bintauna seperti :

Pemilihan semacam legislatife yang dinamakan Ulea Savoto.

Pemilihan raja-raja atau eksekutif yang dinakan ohongia,ohongia

berkewajiban mencintai dan melindungi serta menjaga keselamatan

wilayah dan penduduk Bintauna.

4.6 Silsilah Pemerintahan Raja-Raja Bintauna

Valulangito + Uherayo

Tamungku Tendeno + makasumba

Loini + Bareng Dua Wulu

(Bolotihe)

Moroteo+Tabo Gei Paudi Eyato Koku

Datu + Rantoia

Patilima Datunsolang Bolakia Datunsolang

V1+ VIII VII

IX

(Minanga 1905, pimpi 1914)

4.7 Asal Nama Kerajaan Bintauna

Bintauna berasal dari Vintauna yang trdiri dari dua kata vinta dan una,

Vinta artinya Bintang dan Una artinya terdahulu. Sehingga Vintauna sesungguhya

dimaknai sebagai bintang terdahulu. Dalam versi lain dimaknai juga bahwa

vintauna adalah berasal dari panggilan istri dan suami dari manusia pertama kali

yang Mendiami Negeri Huntuo yaitu Vi Vunia dan Pai Sahaya.

Huntuo adalah bahasa bintauna yang merupakan kata asal huntuk yang

sekarang ini menjadi nama salah satu di Kecamatan Bintauna. Kata huntuo di

ambil dari kata puntuo yang artinya suatu benda yang terletak di atas benda lain

yag kemudia di artikan sebagai topi kecil yang terletak diatas kepala besar yang

maksudnya suatu tempat yang terletak diatas punggung gunung sehingga

kelihatan lebih tinggi dari tempat lain. Bintauna merupakan suatu daerah yang

berada didataran tinggi yang berbentuk bukit sehingga dapat dilihat dari kejauhan.

Salmon Datunsolang

Lahai Datunsolang Elyas Datunsolang

Serail Datunsolang Taraju Datunsolang

Mohammad Datunsolang

Abd. Murad Datunsolang Jan Datunsolang

4.7 Asal Usul Penduduk Bintauna

Masa lalu manusia berawal ketika manusia belum mengenal tulisan sampai

ketika manusia sudah mengenal tulisan dan seterusnya.perkembangan dan

perjalanan hidup manusia selalu disertai segala aktivitasnyamulai dari yang

sederhana sampai pada yang rumit. Aktivitas manusia ada yang bermanfaat bagi

kehidupan kolektif serta yang tidak. Biasanya yang bermanfaat bagi kolektif

selalu dilestarikan dengan cara mewarisi secara turun temurun oleh pendukung

kebudayaan itu.

Pengungkapan tentang kapan, darimana, dan kemana datangnya penduduk

Bintauna dapat ditelusuri melalui penuturan secara turun-temurun dimana dapat

di yakni kebenarnya setelah melalui kritik dan penafsiran sumber itu sesuai

metodologi penulisan sejarah.

Menurut cerita dari mulut ke mulut yang sudah merakyat pada masyarakat

Bintauna sampai kini, pada zaman air bah nabi Nuh, seluruh bumi tenggelam dan

hanya huntuo yang merupakan sebuah pulau kecil yang berada diatas permukaan

air bah tersebut.

Di atas air bah sekitar pulau kecil itu, terdapat sebuah bahtera, kemudian

dari bahtera itulah tampak dikejauhan, seakan-akan ada sebuah bintang di atas

permukaan laut setelah mendekat ternyata itu bukan sebuah bintang melainkan

sebuah pulau kecil, Didalam bahtera itu konon hanya ada satu-satunya penumpang

yang menyebut dirinya sahaya.sahaya turun dari bahtera dan mendarat dipulau

kecil,ternyata tidak ada penghuninya kemudian sahaya menamakan tempat itu

adalah Huntuo yang sekarang ini menjadi kecamatan Bintauna. Dan tinggallah ia

di tempat itu sambil mengamati keadaan air bah, pada saat itu pula ia mengambil

sepotong kayu dari pohon yang sudah mati. Kayu itu dalam bahasa Bintauna

ampor. Dipatokannya kayu itu diantara pertemuan air dan daratan. Kayu itu

tumbuh dan di pelihara oleh sahaya.ia member nama pohon itu ayu

inomasa.menurut mitos dan kepercayaan orang Bintauna kayu keramat.

Sambil terus melakukan pekerjaannya memelihara kayu dan mengamati

air bah,Pai sahaya tia-tiba mencium bau manusia dan diantara buah buih air laut

itu ia melihat seseorang perempuan muncul.diambil perempuan itu dan

dipeliharanya,setelah dewasa,ia kawini dan jadilah perempuan itu istrinya sampai

mereka hidup damai dipulau itu.

Menurut hikayat ini, dari kedua manusia tersebut lahirlah keturunan orang

Bintauna. Karena itu, Vaunia, istri sahaya, diartikan sebagai”bau buih air laut”.

Kedua pasangan suami-istri ini memperoleh pula sepasang anak. Ang pria

bernama Velembele dan yang putri bernama Rulumpinga. Setelah di kenal dengan

Motevato pada zaman itu, metevato berarti permohonan doa restu kepada maha

pencipta.

Velembele dan Rulumpinga memperoleh keturunan lima belas laki-laki

dan perempuan.Diantara anak-anak mereka salah seorang jatuh dalam Voeango

(sejenis gandum) yang biasa terisi dalam tempat persediaan makanan dari kulit

kayu yang disebut liuto.sedangkan anak-anak laki-lakinya yang tertinggal masing-

masing bernama: Pasila,Vahe,Tongkingoto,Paremango,Kevendaha dan

Lainde,sedangkan anak perempuannya adalah: Pinosohe,Kokunde,dan

Rorunde.Setelah mereka dewasa orang tua mereka,Velembele dan Rulupinga

memebuat suatu perempuan yang juga disetejui kakek dan nenek mereka Sahaya

dan Vai Vaunia agar perkawinan diantara mereka diatur secara bersilang

misalnya, anak laki-laki tertua dikawinkan dengan putri keempat dan seterusnya.

Peraturan ini merupakan adat yang harus di patuhi dan bukan sekedar

sebuah ritus perkawinan, melainkan menyangkut pula tata hidup dan peraturan

lainnya. Bahkan dari keturunan mereka ini atas izin Sang Maha Pencipta

berkembangbiaklah manusia-manusia di tanah Huntuo Valura.

Didalam hikayat Bintauna, di negeri sha sahuwato ini, ada di antara

penduduk yang telah bermukim disana. Mereka adalah sepasang suami istri pai

damo dan via damo.Seiring dengan perkembangan dan perjalanan waktu

keturunan mereka berkembang menjadi kelompok-kelompok manusia yang hidup

bersama. Tempat tinggal mereka dinamakan Lipu (kampung). Sebenarnya Sahaya

Vaunia adalah manusia pendatang berasal dari luar yang menggunakan perahu

dari tempat asalnya, mengarungi lautan hingga tiba disuatu tempat yang bernama

Huntuk yang kala itu termasuk puncak yang tertinggi. Tempat itu biasa disebut

Huntuk Baludaa.

Masyarakat Huntuo-Vintauna mengangkat Tamungku menjadi Ohongia

(Jangkulango=kepala suku). Dan sebagai tetua adat dipegang oleh Sangkurango

Rayonda Moovihe, Ohongia Tamangku menjadi Ohongia Vintauna yang

berkedudukan di Negeri Pande. Namun ketika memangku ohongia, tamungku

banyak mrlakukan pelanggaran susila. Para sangkurango dan rakyat

bermusyawarah apa gerangan yang menyebabkan taamungku suka melakukan hal

itu. Akhirnya, diperoleh penyebab bahwa ohongia tamungku belum dinobatkan

(diduiyo) sebagai pimpinan (raja). Maka, untuk mencegah perbuatan tamungku

berlarut-larut, iapun dinobatkan pada sebuah tempat yang disebut kokuka (los).

Menurut adat, didalam acara santap malam Jangkulango Tamangku harus disuap

oleh orang lain. Mereka yang berhak menyuapi dan memberi minum adalah

Sangkurango Moovihe dan Sangkurango Rayonda.Namun ketika Jangkulango

Tamangku Minum, Sangkurango Rayonda tempat minum sebilah bamboo jawa

yang terbuat dari emas (Tombulango Vuula) dan ujungnya di tajamkan.

Pada saat hendak dituangkan minuman kedalam mulut Tamangku,tiba-tiba

Sangkurango Moovihe Memukul ujung bamboo yang sedang di pegang

Sangkurango rayonda.Bamboo menusuk tenggorokan Tamangku dan ia tewas

seketika. Akibat pembunuhan itu, saudara perempuan Tamangku,Putri tendeno

sangat takut dan melarikan diri kenegeri Tonto. Tampat itu konon berada di

sebelah selatan wilayah Pande Tendeno dinikahi oleh seorang Putra Mahkota

Sultan, setelah perkawinan putri Tendeno dibawa suaminya ke Suwawa.

Hasil perkawinan mereka diperoleh seorang putri bernama Loini. Setelah

dewasa, putri Loini di lamar oleh Raja Limboto, bernama Bareng Dua Wulu

(Bilotohe). Kedua pasangan ini di karunia lima orang anak masing-masing

bernama Roku,Eayato, Paudi, Gei,dan Mooreteo.

4.8 Berakhirnya pemerintahan kerajaan Bintauna

Pada tahun 1901 diadakan perjanjian batas kerajaan antara kerajaan

Mongondow dan kerajaan Bolaang Itang di mana antara lain: Doloduo ditukar

dengan Desa Bantulintik dipesisir pantai Sulawesi,batas kerajaan Bolaang Itang di

sungai Gulantu dan menanjang keselatan Gunung Masinggi.adanya perjanjian

batas pada tahun 1901 itu maka Kerajaan Bintauna adalah kerajaan pedalaman

sejak itu Kerajaan Bintauna sudah memeperoleh daerah pesisir pantai dan

Kerajaan Bintauna kehilangan Wilayah kekuasaan distrik Doloduo.

Pada bulan juli 1905 kerajaan Bintauna dipindahkan dari negeri Vantayo

kepesisir pantai pada muara Sangkub pada suatu tempat yang bernama Negeri

Minaga yang sekarang ini masih di diami oleh sebagian orang Bintauna.pada

tahun 1910 dengan adanya banyak penduduk yang di sambar buaya sebagian

pnduduk dipindahkan kesuatu tempat di seblah barat dari Bintauna dan disebelah

selatan Desa Batulintik yang disebut Desa Bunia, kemudian pada tanggal 1 juli

1913 penduduk Desa Bintauna pantai atau Minanga resmi dipindahkan kesuatu

tempat yang bernama Pimpi dan mulai di atur dan ditata Desa-desa disekitar

kedua Desa yang terdahul yaitu Desa Pimpi,Bagugula,Parango dan Talaga,

sedangkan Desa Kuhanga sudah lebih dahulu dipindahkan dengan Nama Desa

Vunongo,untuk melestarikan Nama Bintauna maka Desa Bagugula diganti Nama

menjadi Desa Bintauna yang saat sekarang telah menjadi Kelurahan

Kerajaan Bintauna pada saat itu dipimpin oleh Raja Muda Jan Abdul

Rasyid Datunsolang 1948-1950. Oleh karena gejolak Politik yang memanas

terjadi dipusat sampai ke daerah-derah tidak terkecuali keempat kerajaan yang ada

di Bolaang Mongondow yang tergabung dalam pemerintaha dewan Raja-raja.

Kerajaan-kerajan tersebut yaitu Kerajaan Mongondow,Kerajaan

Bintauna,Kerajaan Kaidipang Besar, dan Kerajaan Bolaang Uki. maka kekuasaan-

kekuasaan tidak dapat dipertahankan lagi. Hal ini terjadi karena raja-raja di

Bolaang Mongondow cenderung pada bentuk Negara federal yang tunduk pada

kekuatan konstitusi Negara Indonesia timur (NIT).

Keluarnya peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor. 24 tanggal 23

maret 1954, dimana Bolaang Mongondow ditetapkan sebagai daerah otonomi

yakni daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

setingkat Kabupatennya,oleh karena itu, Bintauna menjadi bagian dari Kabupaten

Bolaang Mongondow dengan status kecamatan yang beribu kota pimpi.

Dideklarasikan Kabupasten Bolaang Mongondow Utara yang diresmikan pada

tanggal 25 mei 2007, maka kecamatan Bintauna menjadi bagian dari kabupaten

Bolaang Mongondow Utara.

4.9 Bintauna Pada Masa Sekarang

Sejak 1950, wilayah swapraja Kerajan Bintauna Dihapuskan dan diganti

dengan pemerintahan Demokratis menurut pilihan rakyat secara langsung.

Bahkan kekuasaan Raja Muda J.M.Datunsolang ditiadakan Abo J.M. Datunsolang

berada di Gorontalo dan duduk sebagai salah seorang anggota Dewan Raja-raja,

pemerintahan sementara dijabat oleh Abo A.M.Datunsolang. sejak penghapusan

wilayah swapraja praktis Kerajaan Bintauna.

Pada bulan Desember 1950, proses dimasukannya wilayah Bolaang

Mongondow Utara kedalam Wilayah Kabupaten Sulawesi Utara yang di pimpin

oleh F.Mokodenseho sebagai kepala daerah Kecamatan Bintauna.keberhasilan

pembangunan dikecamatan Bintauna sangat signifikan dengan kebutuhan

masyarakat Kecamatan Bintauna.Kecamatan Bintauna Mendapat Prestasi

gemilang serta usaha yang tidak pernah mengenal kata menyerah mendatangkan

hasil yang perlu di perhatikan oleh pemerintah Kecamatan Bintauna Kabupaten

Bolaang Mongondow Utara, Bintauna di catat Dengan Tinta Emas dalam Sejarah

perjalan dari masa pemerintahan raja-raja sekarang beralih ke masa pemerintahan

Demokrasi.

Setelah peralihan pemerintahan raja-raja kemasa pemerintahan Demokrasi

Bintauna mengalami perubahan yang sangat pesat dalam Pemerintahan,

pertanian,maupun pendidikan. Pendidikan pada masa kerajaan Bintauna hanya

bersifat sekolah rendah 3 Tahun sedang pendidikan pada masa sekarang berupaya

untuk menunjang program wajib belajar yang telah dicanangkan oleh pemerintah.

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu modal dasar

pembangunan, sebaliknya sumber daya yang tidak berkualitas akan menjadi beban

pembangunan. Oleh karena itu juga salah satu indikator keberhasilan

pembangunan diukur dengan kualitas sumber daya manusia. Angka Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih

tergolong rendah yakni 72,27, berada di peringkat ke-13 Kabupaten/Kota di

Provinsi Sulawesi Utara dan peringkat 182 nasional. Masih rendahnya angka

partisipasi pendidikan, rata-rata lama sekolah masih rendah, angka melek huruf.

masih rendah yang diakibatkan oleh:

1. Kondisi dan ketersedian gedung sekolah dan peralatan yang belum

memadai;

2. Penyediaan guru yang belum cukup dan belum merata terutama untuk

mata pelajaran pokok seperti Matematika, Ipa, Biologi, Bahasa

Inggris,dll;

3. Strata pendidikan guru disemua jenjang pendidikan sebagian besar

belum sesuai kompetensi.

4. Masih rendahnya usia harapan hidup, masih tingginya angka kesakitan

dan angka kematian anak yang diakibatkan oleh :

5. Belum Tersedianya Sarana Kesehatan Rawat Inap yang memadai

terutama Rumah Sakit;

6. Pelayanan kesehatan disemua wilayah Bolmut belum optimal karena

kurang tersedianya tenaga medis ( dokter umum, dokter spesialis,

perawat ) dan obat-obatan serta sarana dan prasarana lainnya;

7. Kondisi lingkungan pemukiman yang kurang menunjang perangkat

kesehatan masyarakat yakni buruknya drainase dan ketersediaan MCK

yang sangat kurang;

8. Belum meratanya sarana kesehatan (Poskesdes) di tiap desa.

Upaya pemerintah daerah untuk memacu pembangunan ekonomi

membawa dampak kepada penurunan jumlah penduduk miskin yang sangat

signifikan beberapa tahun terakhir. Angka kemiskinan pada tahun 2010 dapat

ditekan hingga angka 14,21% dari angka 25,62% tahun 2007. Walaupun demikian

angka tersebut masih jauh diatas capaian provinsi dan nasional namun komitmen

pemerintah daerah untuk terus memperbaiki taraf hidup masyarakat sehingga

ditargetkan angka kemiskinan pada tahun 2011 dapat dicapai hingga dibawah

10%.

Sebaran penduduk miskin perkecamatan dengan prosentase tertinggi

terdapat di Kecamatan Pinogaluman, sedangkan yang terendah terdapat di

Kecamatan Bintauna.

Salah satu indikator penting yang digunakan untuk mengamati hasil

pembangunan terutama pada bidang ekonomi di suatu wilayah yaitu dengan

melihat pertumbuhan ekonomi. Indikator tersebut digunakan untuk mengukur

tingkat pertumbuhan perekonomian suatu wilayah, yang juga memberikan

indikasi tentang sejauh mana dampak dari aktivitas perekonomian selama periode

tertentu. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara selama

periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 terus mengalami pertumbuhan

positif setiap tahunnya.

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sangat kaya dengan berbagai

potensi daerah meliputi Pertanian ( tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan

kehutanan), Perikanan dan kelautan, Pertambangan dan Pariwisata.

Pengembangan industri di masa datang sangat dimungkinkan oleh ketersediaan

bahan baku dari sektor-sektor terkait tersebut diatas.