Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Data hasil penelitian akan dipaparkan dan dia-
nalisis sesuai dengan permasalahan dan tujuan pene-
litian. Agar sistematis, data hasil penelitian yang
bersumber dari wawancara mendalam, observasi
langsung, dokumentasi dan FGD akan dikelompokkan
sesuai dengan permasalahan serta tujuan penelitian.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi SD Negeri Peterongan
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Peterongan
Semarang. SD Negeri Peterongan merupakan SD
Negeri yang besar dan terkreditasi A (Nilai 90). Letak-
nya strategis di tepi Jalan Raya Kompol Maksum No.
292 Semarang, berdiri sejak tahun 1918. Sekolah ini
bekas sekolah Belanda (HIS) dan sekolah wanita.
Dahulu berasal dari SD Peterongan 01 dan 02, lahir
dan berkembangan pesat, sehingga disusul dengan
lahirnya SD Peterongan 03, 04 yang terkenal dengan
istilah SD Bugel. Karena terus berkembang maka SD
Peterongan 01, 02 sudah tidak bisa menampung
murid, hingga harus membuka SD baru yaitu SD
Peterongan 05 yang kemudian menjadi Kampus
Peterongan 01, 02, 05.
52
Pada tahun 2002 SD Peterongan 3, 4 harus
gulung tikar. Adapun sisa murid dan gurunya kemu-
dian digabung ke SD Peterongan 1, 2. Karena SD
Peterongan 3, 4 sudah tidak ada, maka nama SD
disesuaikan menjadi SD Peterongan 1, 2, 3 (tahun
2003) dan berlangsung hingga akhir tahun pelajaran
2010/2011. Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas
Pendidikan Kota Semarang Nomor: 420/4610 tentang
perubahan nama sekolah dasar negeri, maka nama SD
Negeri Peterongan 1, 2, 3 menjadi SD Negeri Peterong-
an yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah.
Data siswa dalam tiga tahun terakhir di awal
tahun ajaran 2011/2012, jumlah seluruh siswa adalah
495 yang terdiri dari siswa kelas I (96 siswa); kelas II
(83 siswa); kelas III (93 siswa); kelas IV (72 siswa);
kelas V (66 siswa), dan kelas VI (85 siswa). Pada tahun
ajaran 2012/2013 jumlah seluruh siswa adalah 533
orang yang terdiri dari siswa kelas I (92 siswa); kelas II
(95 siswa); kelas III (75 siswa); kelas IV (62 siswa);
kelas V (89 siswa); dan kelas VI (120 siswa). Pada
tahun ajaran 2013/2014 jumlah seluruh siswa adalah
456 orang yang terdiri dari siswa kelas I (105 siswa);
kelas II (80 siswa); kelas III (78 siswa); kelas IV (57
siswa): kelas V (73 siswa); dan kelas VI (63 siswa).
Hasil prestasi akademik yang berkaitan dengan
peningkatan kualitas sekolah dapat ditunjukkan dari
kenaikan presasi akademik Nilai Ujian Nasional dalam
4 tahun terakhir. Pada Tahun 2010/2011 rata-rata
nilai ujian nasional adalah 6.94; tahun 2011/2012
53
meningkat menjadi 7.35; tahun 2012/2013 rata-rata
ujian nasional meningkat lagi menjadi 7.43; dan pada
Tahun 2013/2014 mengalami peningkatan lagi menja-
di 7.94.
Berbagai fasilitas dimiliki SD Negeri Peterongan
Semarang untuk menunjang mutu sekolah. Fasilitas
tersebut antara lain: Kelas yang berjumlah 15 ruang;
Perpustakaan dengan ukuran 15x8 m; 1 Ruang PAK
dengan ukuran 6x5 m; 1 Ruang Komputer dengan
ukuran 8 x7 m; Lapangan Olahraga dan Aula ukuran
8x16 m.
Ditinjau dari tenaga pendidik, SD Negeri
Peterongan Semarang memiliki 25 tenaga pendidik.
Guru tetap baik PNS maupun GWB (Guru Wiyata
Bakti) berjumlah 21 orang, yang terdiri dari 20 tenaga
pendidik dengan kualifikasi akademik Strata 1 (S1);
1 tenaga pendidik Strata 2 (S2); 1 Tenaga Pendidik
dengan kualifikasi akademik Diploma dua (D2). Guru
tidak tetap atau guru bantu berjumlah 4 orang yang
kualifikasi akademiknya strata satu (S1). Berdasarkan
uraian tersebut bahwa kualifikasi akademik dari
tenaga pendidik cukup memadai, karena yang meng-
ajar sudah sesuai standar kualifikasi pendidik SD
yaitu lulusan S1 bahkan ada yang sudah S2 sedang-
kan stafnya D2.
54
4.1.2 Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
di SD Negeri Peterongan Semarang
Penerapan MMT di SD Negeri Peterongan
Semarang ditempuh dengan melakukan perubahan
budaya yang ada di sekolah menuju ke arah perbaikan
kualitas secara total, baik kualitas pendidikan, tenaga
pendidikan, fasilitas pendidikan, maupun aspek
sekolah lainnya. SD Negeri Peterongan Semarang
menerapkan MMT di sekolah dengan memperhatikan
beberapa aspek yaitu fokus pada pelanggan, perbaikan
berkelanjutan, keterlibatan total (pembagian tang-
gungjawab) ukuran baku mutu lulusan sekolah, peng-
akuan dan penghargaan, pendidikan dan pelatihan,
serta kepemimpinan yang efektif.
a. Penerapan Aspek Fokus terhadap Pelanggan
MMT pada prinsipnya adalah suatu standar
mutu yang fokusnya memberikan kepuasan pada
pelanggan, dalam hal ini adalah peserta didik dan
orang tua peserta didik yang berasal dari kalangan
masyarakat yang memiliki beraneka ragam harapan.
Prinsip SD Negeri Peterongan Semarang menerapkan,
bahwa fungsi mereka sebagai Unit Layanan Jasa yaitu
pelayan pembelajaran. Sesuai fungsi kepala sekolah
sebagai leader sekaligus manajer sehingga kerja seko-
lah terfokus pada pelanggan-pelanggan yang mempu-
nyai berbagai kebu-tuhan, dan bagaimana memuas-
kan para pelanggan tersebut. Oleh karena itu dalam
pelayanannya guru SD Negeri Peterongan Semarang
55
memperlakukan siswa sebagai customer (pelanggan)
yang wajib untuk dilayani secara proporsional. Lebih-
lebih guru yang sudah bersertifikat pendidik profesi-
onal memandang siswanya tidak hanya sebagai objek
tetapi juga subyek pembelajaran yang harus dilayani
sesuai tugas pokok dan fungsinya sebagai agen pem-
belajaran.
Langkah yang ditempuh Kepala Sekolah SD
Negeri Peterongan Semarang dalam memberikan
layanan dan kepuasan kepada pelanggan adalah
sebagai berikut:
1. Menyusun program bersama tim pengembang
sekolah (TPS) dan tenaga pendidik untuk mencari
kegagalan dan hambatan yang telah dilalui, kemu-
dian mencari solusi dan dilakukan secara konse-
kuen. Penyusunan program tersebut dilalui dengan
mengidentifikasikan dan mengantisipasi kebutuhan
peserta didik dan tenaga pendidik baik sekarang
maupun akan datang; menciptakan lingkungan
yang kondusif dan menyenangkan; menyiapkan
sarana-prasarana yang memadai bagi peserta didik
dan tenaga pendidik dalam melakukan tugas dan
tanggung jawabnya; memberikan pengakuan
(reward) jika ada peserta didik maupun tenaga
pendidik yang berprestasi;
2. Berkoordinasi dalam menyusun program pening-
katan mutu lulusan dengan Tim Pengembang
Kurikulum Sekolah (TPK) dengan pemberian tugas
56
dan tanggung jawab dalam menyusun standar
ketuntasan minimal (SKM) dan standar kelulusan
(SKL) mengacu pada SPM kurikulum nasional,
peningkatan relevansi dan mutu penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran yang mencakup:(a)
peningkatan mutu kurikulum melalui evaluasi
silabus dan RPP (dibentuk tim pengembang kuri-
kulum); (b) peningkatan mutu sarana prasarana
pembelajaran dengan skala prioritas: pengadaan
dan pembelian sarana pembelajaran sesuai karak-
teristik materi, pengadaan buku siswa dengan rasio
1:1 dan buku penunjang referensi perpustakaan;
(c) peningkatan program evaluasi: seksi bidang
akademik dan non akademik sekolah; (d) pening-
katan evaluasi diri peningkatan mutu pelayanan
sekolah (EDS) dan tindak lanjut untuk peningkatan
mutu pelayanan pendidikan di sekolah (Tim
pengembang sekolah); (e) pelayanan ekstrakulikuler
untuk membina bakat minat peserta didik dengan
keterlibatan otang tua dalam pelatihan (seni tari,
Macapat dan lukis).
b. Penerapan Aspek Perbaikan Berkelanjutan
Kualitas hanya akan dapat dicapai bila selalu
diadakan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk men-
ciptakan kultur perbaikan terus-menerus, kepala
sekolah SD Negeri Peterongan Semarang memberikan
kepercayaan kepada guru dan staf dan mendelegasi-
kan keputusan kepada personil yang tepat dengan
57
tujuan untuk memberikan tugas dan tanggung jawab.
Berdasakan hasil wawancara bahwa penerapan MMT
konsep perbaikan berkelanjutan sebagaimana peran
dan fungsi kepala sekolah selain sebagai motivator
juga berperan sebagai seorang educator dengan mela-
kukan berbagai upaya perbaikan mutu pembelajaran:
1. Pembagian tugas mengajar dan tugas tambahan
bagi guru berdasarkan potensi kinerja guru. Pende-
legasian tugas dan tanggungjawab masing-masing
atas dasar hasil rapat sekolah, dengan diterbitkan
SK Kepala Sekolah. Bagi tim lomba, tugas dan ke-
wenangannya dilaksanakan sejak pemilihan peserta
sampai pelaksanaan lomba dan bertanggungjawab
terhadap pencapaian hasil. Sedangkan pembagian
tugas mengajar lebih dikhususkan pada guru kelas
I, IV, dan VI. Untuk kelas VI karena 3 rombel
sehingga dari 3 guru dikolaborasikan dalam mem-
persiapkan peserta ujian khu-susnya pada Mapel
Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Dari 3
Mapel tersebut masing-masing mempunyai kelebih-
an dan kekurangan agar rata-rata kelulusan dapat
seimbang. Hasil lulusan dalam tiga tahun terakhir,
setiap tahunnya ada peningkatan;
2. Memberikan tambahan jam pelajaran (untuk peser-
ta didik yang mengalami masalah belum tuntas
menguasai materi ajar);
3. Program remidial dan pengayaan bagi siswa.
Program remidial dilaksanakan apabila dari hasil
58
evaluasi peserta didik belum mencapai batas ketun-
tasan minimal (KKM), sedangkan pangayaan dilak-
sanakan oleh guru jika peserta didik telah melam-
paui batas ketentuan minimal;
4. Meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kepen-
didikan dengan cara mengikutsertakan guru-guru
dalam kegiatan pelatihan-pelatihan seperti
workshop, seminar, in house training, dan kegiatan
KKG. Indikator keberhasilan dari perbaikan ber-
kelanjutan adalah diraihnya berbagai prestasi dari
lomba akademik dan non akademik baik dari segi
peserta didik maupun guru dalam kurun waktu
tiga tahun terakhir.
c. Penerapan Aspek Keterlibatan Total (Pembagian
Tanggungjawab)
Peran kepala sekolah sebagai pemimpin ( leader)
kepala sekolah menggerakkan semua potensi sekolah,
khususnya tenaga guru dan tenaga kependidikan bagi
pencapaian tujuan sekolah. Dalam pembagian
tanggungjawab seluruh guru dan staf karyawan,
kepala sekolah harus mampu menciptakan kondisi
yang memberi peluang bagi guru untuk lebih kreatif
dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya serta meningkatkan dedikasi dan kemam-
puannya melalui struktur organisasi sekolah. Keter-
libatan guru dan staf dilakukan dalam setiap kegiatan
dan setiap pengambilan keputusan. Realisasi keterli-
batan guru dan staf adalah pada kegiatan akhir tahun
59
pelajaran dengan pembagaian tugas:
1. Penyusunan tim pengembang sekolah (TPS) dengan
tugas mengerjakan Evaluasi Diri Sekolah (EDS)
yang berisi delapan standar, dan masing-masing
standar dikerjakan oleh tim berdasarkan keputus-
an bersama (hasilnya menjadi bahan penyusunan
RPS, RKJM, RKJP, dan RKAS);
2. Penyusunan tim pengembang kurikulum (TPK)
dengan tugas menyusun Dokumen I Kurikulum
berupa: (a) KTSP 2006; (b) Dokumen Permendiknas;
(c) PP 32 tahun 2013/PP 19 tahun 2005; (d) Pergub
tentang Muatan Lokal BHS Jawa; (e) Analisis KKM
sekolah; (f) Penetapan Struktur Kurikulum (beban
belajar dan mengajar); (g) Penetapan hari efektif
belajar; (h) Pengembangan diri; (i) Peraturan aka-
demik (kenaikan dan kelulusan sekolah); (j) Penyu-
sunan jadwal dan kaldik;
3. Penyusuan Tim akademik dan kesiswaan dengan
pembagian tugas: (a) Pendataan kegiatan pengem-
bangan tenaga pendidik (Pemberdayaan KKG,
Bintek, IHT, Workshop, dan Seminar); (b) Seleksi
peserta lomba (sekolah, siswa, guru, dan tenaga
kependidikan). Hasil tiga tahun terahkir ada
peningkatan; (c) Penyusunan kegiatan ekstrakuri-
kuler (jadwal, pelatih, dan penilaian);
4. Penyusunan kepanitiaan (PPDB, dan kegiatan
sekolah lainnya). Tiga tahun telah melaksanakan
PPDB on line.
60
d. Penerapan Aspek Ukuran Baku Mutu Lulusan
Sekolah
SD Negeri Peterongan Semarang sudah mene-
rapkan manajemen mutu sebagai ukuran atas pene-
rapannya, yaitu dengan mengukur mutu lulusan. Pilar
ukuran baku lulusan sekolah/pengukuran dalam
penerapan MMT dimaksudkan jika mutu dapat dike-
lola, maka mutu juga dapat diukur. Untuk mengejar
mutu, maka kesalahan harus dieliminasi untuk men-
capai kompetitif lulusan sekolah. Sebagai tolok ukur
keberhasilan pencapai mutu sekolah bagi pelanggan
adalah lulusan atau tamatan dari sekolah dapat dite-
rima di sekolah lanjutan sesuai harapan pelanggan.
Sekolah dalam menentukan ukuran baku kelu-
lusan (SKL) melibatkan guru, komite sekolah dan
orang tua peserta didik kelas VI dalam forum rapat
sekolah pada awal tahun pelajaran. Dengan maksud
agar orangtua peserta didik ada pemahaman sejak
awal sehingga ikut memberikan perhatian dan pantau-
an belajar anak-anak mereka. Dengan adanya keterli-
batan orangtua hasil NEM ada peningkatan dan
mereka dapat ditampung di sekolah-sekolah yang
menjadi harapan.
e. Penerapan Aspek Pengakuan dan Penghargaan
Hasil wawancara dan dokumentasi bahwa dalam
penerapan pilar pengakuan dan penghargaan (reward)
dalam penerapan MMT, adalah merupakan bagian dari
peran kepala sekolah sebagai motivator bagi warga
61
sekolah. Sekolah dalam hal ini kepala sekolah mem-
berikan penghargaan atau pengakuan kepada peserta
didik dan guru yang telah berhasil/berprestasi di
bidangnya setelah mengikuti lomba atau berjasa bagi
sekolah atas prestasi yang dilakukan. Misalnya: peme-
nang lomba siswa berprestasi, lomba guru berprestasi,
pemenang lomba seni dan kreativitas guru dan siswa,
lomba sekolah lainnya. Tujuan diberikan reward
adalah untuk memberikan motivasi agar mereka terus
berprestasi. Dengan banyaknya prestasi yang diraih
maka kepercayaan pelanggan akan semakin mening-
kat.
Berdasarkan hasil dokumentasi peneliti berupa
foto-foto kegiatan sekolah SD Negeri Peterongan
Semarang, dapat ditunjukkan bahwa SD Negeri
Peterongan Semarang memberikan reward kepada
semua pelanggan sekolah dalam hal ini guru, staf
sekolah, dan siswa yang berprestasi. Dokumentasi
tersebut ditunjukkan di Gambar 4.1 sebagai berikut:
62
Gambar 4.1 Pemberian penghargaan (reward) kepada guru dan
siswa sebagai bentuk motivasi kepala sekolah agar mereka terus berusaha lebih maju sehingga mampu
meningkatkan mutu pendidikan
f. Penerapan Aspek Pendidikan dan Pelatihan
Penerapan manajemen mutu sekolah dilihat dari
aspek SDM di sekolah tersebut. Hasil wawancara
menyebutkan bahwa beberapa cara yang dilakukan
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu
sekolah adalah kepala sekolah menjalankan peranya
sebagai penyelia (supervisor) dari seorang pemimpin,
dengan mengirimkan beberapa guru untuk melakukan
pelatihan berupa Bintek,Workshop,IHT dari tingkat
Kecamatan, Dinas Pendidikan Kota, LPMP, dan Diklat
Tingkat Nasional. Pemberian kesempatan seluas-luas-
63
nya untuk studi lanjut dengan pendidikan yang
relevan dengan tugas mengajar. Pelatihan penguasa-
an IT komputer bagi guru-guru yang belum mampu
mengoperasikan sebagai penunjang pembelajaran di
kelas. Optimalisasi kegiatan KKG dan mengikutserta-
kan seminar yang relevan dengan bidang tugasnya.
g. Penerapan Aspek Kepemimpinan yang Efektif
Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam
penerapan MMT mensosialisasikan dan mengkoordina-
sikan program kegiatan secara bertahap dan berkesi-
nambungan, antara lain: (1) mengikutsertakan guru
dan tenaga kependidikan dalam pelatihan dan pe-
ngembangan; (2) melakukan pembagian tugas dan
tanggungjawab yang jelas dan proporsional; (3) meli-
batkan guru dan staf dalam pengambilan keputusan;
(4) mengkomunikasikan dan memberikan umpan balik
kepada guru tentang tugas dan tanggungjawab mere-
ka; (5) melakukan evaluasi: (6) memberikan pengaku-
an dan penghargaan atau reward; (7) melibatkan guru
dalam penyusunan EDS, RKAS, RAPBS, dan RPS.
4.1.3 Peran Kepala Sekolah dalam Penerapan
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) di SD Negeri
Peterongan Semarang
Peran kepala sekolah dalam kaitannya dengan
penerapan MMT adalah segala upaya yang dilakukan
dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah
dalam mengimplementasikan pilar-pilar MMT di
64
sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien, terutama meningkatkan
mutu pendidikan di sekolahnya.
Berkaitan dengan peran kepala sekolah sebagai
seorang manajer dan leader dalam menerapkan MMT
di SD Negeri Peterongan Semarang dengan mensosiali
sasikan unsur-unsur pokok MMT kepada seluruh
pelanggan sekolah, yang meliputi pelanggan internal
(guru, tenaga kepen-didikan dan tenaga administrasi)
dan pelanggan eksternal (pelanggan primer/siswa,
pelanggan sekunder/orang tua, pemerintah dan masya
rakat,dan pelanggan lainnya/pemakai/penerima lulus
an).Unsur-unsur pokok yang sering dibahas adalah
dari faktor layanan pembelajaran.
Kepala sekolah senantiasa berusaha untuk me-
ningkatkan kemampuan para tenaga pendidik dengan
cara mengikutkan mereka pada pelatihan-pelatihan
atau workshop. Hal ini disampaikan oleh kepala
sekolah SD Negeri Peterongan Semarang sebagai
berikut.
Sebagai upaya peningkatan mutu SDM salah satu
bentuknya adalah diberikannya kesempatan selu-
ruh tenaga pendidik dan kependidikan untuk mengikuti pelatihan berupa Bintek, Workshop, dan
IHT dari tingkat Kecamatan, Dinas Pendidikan
Kota, LPMP Provinsi dan Diklat tingkat Nasional. Selain itu, sekolah memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi semua guru untuk studi
lanjut menempuh S1. Pada tahun 2010 dari 24
guru kelas dan guru Mapel dengan kualifikasi pendidikan jenjang S1 baru 8 orang, pada tahun
2014 seluruh guru telah menempuh pendidikan
S1 dan 1 orang guru telah lulus S2.
65
Salah seorang guru SDN Peterongan Semarang
menambahkan sebagai berikut:
Kepala sekolah memberikan kesempatan kepada
kami untuk mengikuti berbagai kegiatan dan pela-
tihan. Keikutsertaan kami sebagai guru dalam kegiatan pelatihan dalam pengembangan profesi
wajib dilakukan mengingat 98% guru telah memi-
liki sertifikat pendidik profesional (angkatan 2006-2013). Guna penguasaan teknologi pembelajaran
bagi guru yang belum menguasai IT, sekolah mem-
berikan pelatihan setiap seminggu satu kali latih-an sampai mereka mampu mengopersikan sarana
komputer dan media lainya. Karena sebagai seko-
lah gugus inti, maka guru kelas SD Negeri Peterongan mempunyai kewajiban sebagai peman-
du kelas (struktur organisasi gugus).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat
disimpulkan bahwa peran kepala sekolah yang lain
dalam penerapan MMT di SD Negeri Peterongan
Semarang adalah dengan memberikan kesempatan
kepada seluruh tenaga pendidik dan kependidikan
untuk mengikuti pelatihan berupa Bintek, Workshop,
dan IHT dari tingkat Kecamatan, Dinas Pendidikan
Kota, LPMP Provinsi dan Diklat tingkat Nasional.
Selain itu sekolah memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi semua guru untuk studi lanjut
menempuh S1. Pada tahun 2010 dari 24 guru kelas
dan guru Mapel dengan kualifikasi pendidikan jenjang
S1 baru 8 orang, tahun 2014 seluruh guru telah
menempuh pendidikan S1, dan 1 orang guru telah
lulus S2.
Keikutsertaan guru dalam kegiatan pelatihan
pengembangan profesi wajib dilakukan mengingat 98%
66
guru telah memiliki sertifikat pendidik profesional
(angkatan 2006-2013). Guna penguasaan teknologi
pembelajaran bagi guru yang belum menguasai IT,
sekolah memberikan pelatihan setiap seminggu satu
kali latihan sampai mereka mampu mengoperasikan
sarana komputer dan media lainya. Karena sebagai
sekolah gugus inti, maka guru kelas SD Negeri
Peterongan mempunyai kewajiban menjadi pemandu
kelas (struktur organisasi gugus).
Berdasarkan hasil observasi peneliti diketahui
bahwa, kepala sekolah berkomunikasi secara teratur
dengan guru, staf, orang tua, peserta didik, dan
masyarakat terkait dalam pelaksanaan MMT di SD
Negeri Peterongan Semarang. Salah satu guru SD
Negeri Peterongan Semarang menyampaikan sebagai
berikut:
Program kegiatan sekolah terkait dengan pelayan-
an terhadap pelanggan oleh kepala sekolah diko-munikasikan kepada segenap komponen yang
terkait, melalui forum rapat sekolah, rapat sekolah
bersama anggota komite, rapat sekolah bersama orangtua siswa pada awal tahun pelajaran, tengah
semester, dan pada akhir tahun pelajaran sebagai
bentuk kendali berhasil tidaknya program sekolah dalam satu tahun pelajaran.
Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa
kepala sekolah SD Negeri Peterongan Semarang me-
nyampaikan program kegiatan sekolah terkait dengan
pelayanan terhadap pelanggan kepada segenap kom-
ponen yang terkait. Program tersebut disampaikan
melalui forum rapat sekolah, rapat sekolah bersama
67
anggota komite, rapat sekolah bersama orangtua siswa
pada awal tahun pelajaran, tengah semester, dan pada
akhir tahun pelajaran sebagai bentuk kendali berhasil
tidaknya program sekolah dalam satu tahun pelajaran.
Dalam penerapan MMT, kepala sekolah melaku-
kan pembagian tugas dan tanggung jawab yang tepat
dan jelas kepada para guru dan staf sekolah. Hal ini
disampaikan oleh kepala sekolah SD Negeri Peterong-
an Semarang sebagai beriku:
Dalam menjalankan peran sebagai manajer, agar
efektif dan efisien dalam menjalankan tupoksi ini, maka selaku harus membagi habis tugas kepada
semua tenaga yang ada di sekolah dengan tepat
dan jelas. Pembagian ini meliputi Stuktur organi-sasi sekolah, administrasi data kepegawaian
(diterbitkan SK), dan deskripsi tugas organisasi
sekolah. Dalam pembagian tugas ditentukan
dalam forum rapat sekolah yang melibatkan segenap pemangku kepentingan sekolah.
Salah satu guru SD Negeri Peterongan Semarang
menambahkan sebagai berikut:
Kepala sekolah selalu memberikan tugas dengan
jelas. Hal ini memudahkan kami dalam melaksa-
nakan tugas tersebut. Selain itu, kepala sekolah
juga selalu melibatkan kami dalam mengambil setiap keputusan yang berkaitan dengan pening-
katan mutu sekolah, khususnya dalam memberi-
kan pelayanan kepada siswa, memenuhi kebutuh-an belajar mereka serta menjalin hubungan baik
dengan orang tua siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
informan di atas dapat disimpulkan bahwa Kepala
Sekolah SD Negeri Peterongan Semarang dalam pene-
68
rapan MMT melakukan tugas pokok dan fungsinya
sebagai manajer dengan cara melakukan pembagian
tugas dan tanggung jawab yang tepat dan jelas kepada
para guru dan staf sekolah. Pembagian ini meliputi
stuktur organisasi sekolah, data kepegawaian (diterbit-
kan SK, dan deskripsi tugas organisasi sekolah).
Pembagian tugas ditentukan dalam forum rapat seko-
lah yang melibatkan segenap pemangku kepentingan
sekolah. Selain itu, kepala sekolah juga selalu meli-
batkan guru dalam mengambil setiap keputusan yang
berkaitan dengan peningkatan mutu sekolah, khusus-
nya dalam memberikan pelayanan kepada siswa,
memenuhi kebutuhan belajar mereka, serta menjalin
hubungan baik dengan orang tua siswa.
4.1.4 Hambatan yang Dihadapi pada Pelaksanaan
MMT di SDN Peterongan Semarang
Penerapan MMT di SD Negeri Peterongan
Semarang belum berjalan secara maksimal. Hambatan
yang muncul adalah hambatan yang berasal dari
Sumber Daya Manusia sendiri dan dari Material/
Sarana-prasarana.
a. Hambatan dari Sumber Daya Manusia di Sekolah
Dari hasil observasi dan wawancara terhadap
guru dan karyawan, ditemukan beberapa hambatan
dalam implementasi MMT di SD Negeri Peterongan:
1. Kurangnya pemahaman personel pada sistem MMT
yang diterapkan. Masih ada beberapa karyawan
69
yang bekerja harus menunggu perintah dahulu
(kurang inisiatif). Untuk mengatasi hal ini, biasanya
kepala sekolah memberikan pengarahan langsung
secara face to face kepada mereka;
2. Layanan pembelajaran kurang memanfaatkan
media pembelajaran, dikarenakan terbatasnya guru
yang menguasai perkembangan teknologi. Masih
ada guru yang mengalami kesulitan dengan peng-
gunaan teknologi baru, seperti penggunaan LCD,
serta penggunaan video-video pembelajaran inter-
aktif. Hal ini juga mengganggu pelayanan sekolah
kepada siswa.
b. Hambatan dari segi Sarana Prasarana
Sarana-prasana menjadi salah satu kendala
dalam penerapan MMT di sekolah. Berdasarkan doku-
mentasi di SD Negeri Peterongan Semarang bahwa
jumlah rombongan belajar sebanyak 18 rombel.
Sedang ruang yang dimilki baru 15 ruang, kondisi
beberapa ruang dalam keadaan rusak, hal ini menim-
bulkan pengurangan kualitas terhadap sekolah terse-
but. Ada peserta didik masuk siang (kelas III). Ruang
belajar yang dimiliki oleh SD Negeri Peterongan
Semarang dengan kategori baik berjumlah 12 ruang,
sedangkan rusak ringan ada 3 ruang, sehingga ruang
belajar memiliki kriteria layak untuk proses pembela-
jaran.
70
Data Ruang Penunjang Belajar
Jenis Ruangan Jumlah (buah)
Ukuran (pxl)
Kondisi
Perpustakaan 1 15 x 8 Rusak ringan
Ruang PAK 1 6 x 5 Rusak ringan
Ruang Komputer 1 8 x 7 Rusak ringan
Raung Pertemuan/
Aula
1 8 x 16 Baik
Sumber: Data Primer yang diolah, 2014
Ruang pendukung pembelajaran di SD Negeri
Peterongan Semarang terdiri dari Perpustakaan,
Ruang Aula, dan Ruang Komputer serta lapangan
Olah Raga dalam katagori rusak ringan.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
di SD Negeri Peterongan Semarang.
Dalam penerapan MMT, SD Negeri Peterongan
Semarang berfungsi sebagai Unit Layanan Jasa, yaitu
pelayanan pembelajaran. Kerja sekolah terfokus pada
pelanggan-pelanggan yang mempunyai berbagai kebu-
tuhan, dan bagaimana memuaskan para pelanggan
tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilaku-
kan oleh Darmadji (2008) dengan judul “Implementasi
Total Quality Management sebagai Upaya Peningkatan
Mutu Pendidikan di MAN Model Yogyakarta.” Hasil
penelitian menunjukkan bahwa implementasi prinsip
MMT di MAN Model Yogyakarta tercermin dari proses
71
secara bertahap dan terus menerus dalam peningkat-
an mutu dengan pemenuhan harapan pelanggan
(client) internal maupun eksternal melalui dukungan,
partisipasi aktif dan dinamis dari sejumlah pihak.
Dalam penerapan MMT, guru SD Negeri
Peterongan Semarang memperlakukan siswa sebagai
customer (pelanggan) yang wajib untuk dilayani secara
proporsional. Lebih-lebih guru yang sudah bersertifi-
kat pendidik profesional memandang siswanya harus
sebagai tamu yang terhormat yang harus dilayani
sesuai tupoksi dan tanggungjawabnya.
Penerapan MMT di SD Negeri Peterongan
Semarang melibatkan seluruh unsur di antaranya
kepala sekolah, segenap guru, tenaga administrasi,
siswa dan orangtua siswa dalam hal ini komite
sekolah. Dalam penerapan MMT ini, sekolah juga
melakukan upaya-upaya perbaikan mutu pembelajar-
an secara berkelanjutan, misalnya: memberikan tam-
bahan jam pelajaran, program remedial dan pengaya-
an bagi siswa, dan meningkatkan kualitas pendidik
dengan cara mengikutsertakan guru-guru dalam ke-
giatan pelatihan-pelatihan seperti workshop, seminar,
in-house training dan lainnya
Penerapan MMT di SD Negeri Peterongan
Semarang mampu meningkatkan mutu dengan dica-
painya berbagai prestasi dalam tiga tahun terakhir.
Sekolah tersebut menjadi juara III lomba perpusta-
kaan sekolah, juara III sekolah sehat, dan juara V
taman sekolah pada tahun 2012. Di tahun 2013,
72
sekolah tersebut menjadi juara II lomba perpustakaan
sekolah dan juara II lomba taman sekolah.
Penerapan MMT mampu meningkatkan prestasi
guru dan siswa dalam tiga tahun terakhir di antaranya
untuk siswa, juara 1 lomba melukis tingkat provinsi,
juara 1 lomba menggambar tingkat kecamatan, juara
II lomba sari tilawah tingkat kecamatan. Sedangkan
untuk guru menjadi juara I lomba pembelajaran
tematik tingkat kecamatan, juara I lomba pembuatan
media belajar SBK tingkat kecamatan, juara I lomba
pembuatan media belajar Matematika tingkat keca-
matan, juara II lomba peraga PKn tingkat kecamatan,
dan masih banyak lagi.
Penerapan MMT SD Negeri Peterongan Semarang
dengan memberikan penghargaan (reward) secara
proposional kepada semua pelanggan sekolah dalam
hal ini guru, staf sekolah, dan siswa yang berprestasi
di bidangnya. Penghargaan yang diberikan ini sebagai
motivasi berkompetisi positif untuk meningkatkan
kualitas diri yang pada akhirnya akan meningkatkan
kualitas sekolah.
4.2.2 Peran Kepala Sekolah dalam Penerapan
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) di SD Negeri
Peterongan Semarang
Penelitian yang dilakukan oleh Suharsono (2012)
dengan judul “Pengaruh Implementasi Total Quality
Management terhadap Kinerja Auditor dengan Kuali-
73
tas Audit sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris
Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Malang)”. Hasil
penelitian membuktikan adanya pengaruh antara Total
Quality Management terhadap Kinerja Auditor pada
Kantor Akuntan Publik di Kota Malang. Hasil dari
Analisis MRA menyatakan bahwa Total Quality
Management berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap Kinerja Auditor dengan Kualitas Audit
sebagai Variabel Moderasi. Oleh karena itu, kombinasi
penerapan Kualitas Audit yang baik dan implementasi
Total Quality Management yang terarah bisa berpenga-
ruh pada peningkatan Kinerja Auditor.
Dalam penelitian terdahulu dan penelitian yang
dilakukan di SD Negeri Peterongan Semarang sama-
sama meneliti tentang implementasi Total Quality
Management, namun bedanya bahwa penelitian pada
penelitian terdahulu lebih terfokus tentang pengaruh
yang diberikan Total Quality Management dalam pe-
ningkatan kinerja Auditor. Sedangkan dalam peneli-
tian di SD Negeri Peterongan Semarang lebih terfokus
dalam peran kepala sekolah dalam penerapan Mana-
jemen Mutu di sekolah.
Peran kepala sekolah dalam menerapkan MMT
di SD Negeri Peterongan Semarang adalah mensosiali-
sasikan segala informasi kegiatan sekolah manyangkut
peningkatan pelayanan mutu pendidikan kepada guru,
karyawan (staf administrasi), siswa, dan orang tua
siswa. Peran kepala sekolah yang lain dalam pene-
rapan MMT di SD Negeri Peterongan Semarang adalah
74
dengan memberikan kesempatan seluruh tenaga
pendidik dan kependidikan untuk mengikuti pelatihan
berupa Bintek, Workshop, dan IHT dari tingkat
Kecamatan, Dinas Pendidikan Kota, LPMP Provinsi dan
Diklat tingkat Nasional. Selain itu sekolah memberi-
kan kesempatan yang seluas-luasnya bagi semua guru
untuk studi lanjut menempuh S1.
Pada tahun 2010 dari 24 guru kelas dan guru
Mapel dengan kualifikasi pendidikan jenjang S1 baru 8
orang, pada tahun 2014 seluruh guru telah menepuh
pendidikan S1 dan 1 orang guru telah lulus S2.
Keikutsertaan guru dalam kegiatan pelatihan dalam
pengembangan profesi wajib dilakukan mengingat 98%
guru telah memiliki sertifikat pendidik profesional
(angkatan 2006-2013). Guna penguasaan teknologi
pembelajaran bagi guru yang belum menguasai media
komputer, sekolah memberikan pelatihan setiap
seminggu satu kali sampai mereka mampu mengo-
persikan sarana komputer dan media lainya. Sebagai
sekolah gugus inti, maka guru kelas SD Negeri
Peterongan mempunyai kewajiban sebagai pemandu
kelas (struktur organisasi gugus).
Kepala sekolah SD Negeri Peterongan Semarang
menyampaikan program kegiatan sekolah terkait
dengan pelayanan terhadap pelanggan kepada segenap
komponen yang terkait. Program disampaikan melalui
forum rapat sekolah, rapat sekolah bersama anggota
komite, rapat sekolah bersama oranguta siswa pada
awal tahun pelajaran, tengah semester, dan pada
75
akhir tahun pelajaran sebagai bentuk kendali berhasil
tidaknya program sekolah dalam satu tahun pelajaran.
Kepala sekolah SD Negeri Peterongan Semarang
dalam penerapan MMT melakukan tugas pokok dan
fungsinya sebagai manajer dengan cara melakukan
pembagian tugas dan tanggung jawab yang tepat dan
jelas kepada para guru dan staf sekolah. Pembagian
ini meliputi struktur organisasi sekolah, data kepe-
gawaian (diterbitkan SK, dan deskripsi tugas organi-
sasi sekolah). Pembagian tugas ditentukan dalam
forum rapat sekolah yang melibatkan segenap pe-
mangku kepentingan sekolah. Selain itu, kepala
sekolah juga selalu melibatkan guru dalam mengambil
setiap keputusan yang berkaitan dengan peningkatan
mutu sekolah, khususnya dalam memberikan pelayan-
an kepada siswa, memenuhi kebutuhan belajar mere-
ka serta menjalin hubungan baik dengan orang tua
siswa.
4.2.3 Hambatan yang Dihadapi pada Pelaksanaan
MMT di SD Negeri Peterongan Semarang
Penelitian yang dilakukan oleh Magutu (2010)
dengan judul “Quality Management Practices In Kenyan
Educational Institutions: The Case Of The University Of
Nairobi”. Praktik manajemen mutu telah diselidiki
secara ekstensif (Kaynak, 2003). Meskipun sejumlah
studi telah dilakukan pada konsep dan konteks mana-
jemen mutu dari masing-masing pendidikan tinggi,
tidak ada yang dilakukan dalam konteks universitas di
76
publik Kenya (kasus Universitas Nairobi). Ada kebu-
tuhan untuk penelitian yang berfokus pada pelayanan
akademik Universitas Nairobi dalam hubungannya
dengan cirri-ciri manajemen mutu yang utama. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen mutu
dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja ke-
uangan organisasi dan kepuasan pelanggan.
Dibandingkan dengan penelitian terdahulu, hasil
penelitian di SD Negeri Peterongan Semarang menun-
jukkan bahwa selain mampu memberikan kontribusi
dalam peningkatan kualitas sekolah, penerapan MMT
juga menemui berbagai hambatan dalam penerapan-
nya. Hambatan tersebut diidentifikasi dengan melaku-
kan kegiatan bernama Focus Group Discussion (FGD)
atau diskusi kelompok terarah. Kegiatan ini merupa-
kan proses pengumpulan informasi dari suatu masa-
lah tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi
kelompok.
Kegitan Focus Group Discussion (FGD) di SD
Negeri Peterongan Semarang, diadakan pada hari
Selasa, 4 Juni 2014 di Gedung ad hoc Fakultas
Ekonomi UNNES Semarang. Peserta FGD ini terdiri
dari: (1) Pengawas TK/SD UPTD Pendidikan Kec.
Semarang Selatan, Dra. Hj. Sukarsih, M.Si; dan (2)
Guru dan Staf SDN Peterongan: Leiliyati, S.Pd, Elok
Suryo Utami, S.Pd, Woro Listiyarini, S.Pd, Siti
Zaerofah, S.Pd, Resmiwati, S,Pd, Sri Mulyani, S.Pd.SD,
Netty Aprilastuti, A.Md. Kom, Ristyo Widodo (unsur
Komite Sekolah).
77
Hambatan tersebut antara lain kurangnya ke-
mampuan guru dalam pemanfaatan perkembangan
teknologi pembelajaran. Tidak semua guru menerima
sebuah perubahan dan inovasi sehingga pelayanan
terhadap pelanggan (siswa) tidak proposional dan
kurang optimal. Contoh dari hasil pengamatan proses
pembelajaran guru di kelas: Pembelajaran masih ter-
pusat pada guru, pendekatan dominan dengan guru
berceramah, guru mengajar duduk di tempat, dan
kurang memanfaatkan media pembelajaran. Pendekat-
an PAIKEM hanya tertulis dalam RPP pada saat pelak-
sanaan pembelajaran tak tersentuh, dengan alasan
hanya menghabiskan waktu, kelas menjadi ramai.
Contoh inovasi yang dilakukan oleh sekolah menye-
diakan berbagai sarana media berupa media teknologi
elektronika (Media audio visual) dan CD pembelajaran
interkatif tidak dimanfaatkan dengan alasan merasa
sudah tua dan tidak bisa menggunakan, tanpa media
seperti itu yang penting anak bisa.
Masih ada beberapa karyawan SD Negeri
Peterongan Semarang yang bekerja harus menunggu
perintah dahulu (kurang inisiatif). Untuk mengatasi
hal ini, biasanya kepala sekolah memberikan penga-
rahan langsung secara face to face kepada mereka.
Contohnya: Karyawan petugas kebersihan kalau
bukan bidang pekerjaannya, meskipun dia tahu dan
mampu mereka tidak ada inisiatif untuk mengerjakan
jika tidak ada perintah. Orang tua siswa SD Negeri
Peterongan Semarang kurang memberikan dukungan
78
dalam peningkatan mutu sekolah. Orang tua menye-
rahkan sepenuhnya pendidikan anak-anak mereka di
sekolah tanpa disertai pengawasan ketika mereka ada
di rumah. Contoh: guru kelas memberikan tugas
rumah (PR) mayoritas mereka sering lupa mengerja-
kan. Karena sering tidak mengerjakan tugas maka
guru kelas memanggil orangtua peserta didik datang
ke sekolah dengan tujuan konsultasi (dokumen buku
konsultasi dan pemecahan masalah sekolah). Mereka
mengakui tidak bisa memberikan pengawasan anak
belajar, karena kesibukan mereka mencari nafkah
selain mereka merasa sudah tidak mampu.