Upload
phamnga
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.I.1 Siklus Pertama
4.1.1.1 Perencanaan
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah sebagai berikut
1) Peneliti bersama-sama dengan mitra pelaksana menentukan pokok bahasan yang akan
dipakai, dalam hal ini adalah kompetensi dasar mengarang deskripsi khususnya deskripsi
sugestif.
Disamping itu, peneliti juga menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis
KTSP. Peneliti tidak lupa juga memilih media gambar untuk mengarang yaitu media gambar
cetak.
1) Gambar yang dipilih adalah gambar yang dikenal siswa, edukatif, dengan warna kontras
dengan tema “Jembatan Layang Ampera” . Jembatan yang menghubungkan Seberang Ulu
dan Seberang Ilir dimana di bawah jembatan terdapat sungai”Musi”
2) Peneliti menyiapkan instrument yang akan digunakan yaitu Lembar jawab karangan siswa ,
fotokopi gambar untuk setiap siswa, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi
perencanaan rpp.
Pengamatan dilakukan oleh guru mitra (kolabor) terkait dengan perencanaan pembelajaran dan
proses pelaksanaannya. Hasil yang diperoleh sebagai berikut.
Tabel 4.1Data Penilaian Perencaan Pembelajaran Siklus Pertama
No Indikator
Siklus Pertama
Skor Catatan
1 Kejelasan perumusan tujuan
pembelajaran
4 Uraian cukup jelas
2 Pemilihan materi ajar
3
Penggunaan frase ajektif dalam
paragraph deskriptif tidak
terpakai
3 Pengorganisasian materi ajar 4
Cukup relevan
4 Pemilihan sumber /media
pembelajaran 3
Media gambar kurang dikenal
siswa
5 Kejelasan skenario
pembelajaran 3
Ada satu skenario kurang tepat
6 Kerincian skenario
pembelajaran 3
Penetapan waktu kurang tepat
7 Kesesuaian teknik dengan
tujuan pembelajaran 4
Cukup relevan
8 Kelengkapan instrumen 4
Cukup relevan
Rerata 28 28: 40 x 100 = 70 (Sedang)
Skor tertinggi dalam setiap indikator pada data penilaian perencanaan pembelajaran adalah 4,
sementara rentang nilai setiap indicator adalah nol sampai dengan lima (0-5). Bila dalam
penilaian perencanaan pembelajaran terdapat nilai 3 maka ada indicator yang belum memenuhi
kriteria penilaian standar. Oleh sebab itu bi)la ada indicator yang belum mencapai nilai standar
terdapat catatan yang belum memenuhi dalam criteria standar itu. Berdasarkan data penilaian di
atas rata-rata penilaian yang diberikan oleh kolabor (mitra) adalah 70(sedang), maka rencana
pelaksana pembelajaran perlu diperbaiki.
4.1.1.2 Pelaksanaan
Proses pembelajaran konstruktuvis lebih menekankan pada informasi yang diterima siswa
menjadi bermakna dan relevan bagi siswa, memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan dan menerapkan sendiri ide-idenya.
Pembelajaran konstruk membuat siswa kreatif, menuangkan pengalamannya ke dalam karangan
sesuai dengan gambar yang ditayangkan Dalam proses pembelajaran konstruk siswa juga
melakukan diskusi dengan kawan di sampingnya dan tanya jawab bila mengalami kesulitan.
Siklus I dilaksanakan pada bulan Juli 2009, dengan pertemuan sebanyak 1 kali. Peneliti dan
kolabor masuk kelas yang dikenai tindakan, setelah membaca doa bersama, guru (peneliti)
melaksanakan administrasi kelas seperti biasa.
Kegiatan selanjutnya adalah guru menjelaskan bahwa materi hari ini adalah mengarang dengan
kompetensi dasar mengarang deskripsi (deskripsi sugestif) yang bertujuan siswa dapat
mendeskripsikan secara luas dan rinci apa yang dilihat, siswa dapat mendeskripsikan gambar
yang dilihat dengan menggunakan bahasa yang baik. Guru menjelaskan hal-hal yang belum jelas
selama pembelajaran berlangsung, siswa boleh berdiskusi dengan teman atau bertanya dengan
guru.
Setelah menjelaskan guru mulai memaparkan materi pembelajaran, dimulai dengan mengajukan
pertanyaan kecil untuk merangsang siswa berpikir lebih lanjut. Kegiatan selanjutnya guru
memberikan fotokopi gambar untuk dideskripsikan oleh siswa dengan menggunakan lembar
jawab karangan siswa.
Setelah enam puluh menit kemudian siswa (perwakilan) membacakan hasil deskripsinya di
depan kelas, sementara siswa yang tidak maju menuliskan rangkuman hasil pembacaan
deskripsi temannya. guru bersama siswa menyimpulkan hasil deskripsinya. Dalam penilaian
pelaksanaan pembelajaran peneliti melakukan penilaian pada aktivitas siswa yang tergambar
dalam tabel berikut.
Tabel 4.2 Penilaian Aktivitas Siswa Siklus Pertama Kelas X2 dan X3
No Aspek
Rerata aktivitas
siswa Keterangan
X2 X3
1 Kerja sama
antarindividu
3 3 Siswa cukup dalam kerjasama
diskusi
2 Keantusiasan
berdiskusi
3 3 Siswa cukup antusias
3 Keaktifan siswa 3 3 Siswa cukup aktif dalam
diskusi
4 Teknik memberikan
ide/gagasan 3 3
Siswa lumayan dalam
mengemukakan pendapat, bisa
dipahami
5 Penggunaan waktu 2 2 Pelaksanaan membuat
karangan tidak tepat waktu
Nilai rerata keseluruhan aspek adalah 2,8 dinyatakan cukup. nilai rerata ini menunjukkan
bahwa siswa dalam proses pembelajaran masih belum aktif.
Pelaksanaan aktivitas belajar mengarang deskripsi siswa di kelas X2 pada siklus pertama
mencapai 51,28%, ssementara di kelas X3 mencapai 52,63 %
Dari data persentase di atas menunjukkan kedua kelas tersebut masih pasif.
4.1.1.3 Sistem Penilaian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, maka analisis
sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan, peneliti melakukan konsultasi dengan ahli dan mitra
untuk memberi penilaian terhadap instrument perencanaan pembelajaran . Hasil penilaian dari
mitra sebesar 0,75
Nilai 0,75 menandakan instrument rencana pembelajaran sangat kuat dan dapat dipakai untuk
rencana pembelajaran dengan kata lain tingginya koefisien reliabilitas rating dapat diartikan
bahwa pemberian rating yang telah dilakukan oleh masing-masing rater adalah konsisten satu
sama lain.
Demikian pula dengan instrument evaluasi kemampuan menulis karangan deskripsi. Para rater
telah memberikan penilaian terhadap kemampuan menulis karangan deskripsi dengan hasil
olahan nilai sebesar 0,7. Penilai konsisten dengan penilaian terhadap instrument ini, karena 0,70
menunjukkan tingginya koefisien reliabilitas rating. Ini berarti instrument evaluasi menulis
karangan deskripsi dapat dipakai sebagai instrument penelitian.
Hasil perhitungan validitas soal uraian di kelas X2 menghasilkan data reliabilitas skor
0,89(sangat kuat), validitas soal 0,82( sangat kuat), tingkat kesukaran 85,23(sangat mudah) Di
kelas X3 reliabilitas skor 0,73(kuat), validitas soal 0,81(kuat), tingkat kesukaran 75,00 (mudah)
4.1.1.4 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskrispi
Hasil penilaian karangan deskripsi siswa diperoleh data di bawah ini
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Mengarang deskripsi
Siklus Pertama
NO Rentang Nilai Frekuensi
Persentase
(%) Keterangan
1 75 - 79 15 19,48 Tuntas
2 70 - 74 25 32,46 Tuntas
3 65 – 69 7 9,09 Belum Tuntas
4 60 – 64 9 11,68 Belum Tuntas
5 55 - 59 11 14,28 Belum Tuntas
6 50 - 54 10 12,98 Belum Tuntas
Dari instrumen penilaian tes latihan mengarang diperoleh hasil siswa kelas X2 dan X3 tahun
ajaran 2009/2010, siswa yang mencapai ketuntasan sebesar 51,94 %. Sementara siswa yang
belum mencapai ketuntasan di kedua kelas adalah 48,03% Secara global prestasi mengarang
deskripsi siswa belum mencapai ketuntasan padahal gambar yang ditayangkan adalah gambar
jalan layang “Ampera”,Jembatan yang ada di Sumatra Selatan. Jembatan bersejarah di
Palembang yang menghubungkan antara Seberang Ulu dengan Seberang Ilir ditengahnya
sungai Musi
Hal seperti ini siswa belum bisa mengungkap (mendeskripsikan) denga baik. Hasil karangan
menunjukkan bahwa siswa belum dapat mendeskripsikan dengan jelas dan panjang apa yang
mereka lihat dan pernah alami atau dengar tentang “Ampera”pada jembatan layang tersebut.
Akibat kurang banyaknya pendeskripsiaan jembatan layang itu, pengembangan kalimat,
paragraf, hubungan antarkalimat dan paragraf menjadi kurang.
Kondisi waktu juga mempengaruhi siswa menyelesaikan karangan deskripsi masih kurang tepat.
Saat memulai mengarang siswa terasa kekurangan waktu, karena waktu yang dipergunakan
tidak mencukupi. Hal ini karena isolasi tidak merekat lama, sering pasang – lepas dan
penjelasan tentang teori mengarang terlalu panjang.
4.1.1.4 Refleksi
Hasil yang didapat dari siklus pertama ini dirasakan peneliti cukup memprihatinkan, terutama
pada hasil deskripsi siswa terhadap gambar yang dilihat. Siswa tidak mampu mengungkap
deskripsi gambar jembatan layang Ampera karena siswa belum mengenal gambar yang
diberikan, akibatnya siswa dalam mendeskripsikan gambar hanya sebagian saja,isi karangan
sedikit, belum banyak informasi yang disampaikan. Sebagian besar siswa masih belum
bekerjasama dengan temannya dan terlihat siswa masih bingung melihat gambar yang
ditayangkan karena persepsi mereka ada yang belum pernah ke Palembang sebelumnya atau
gambar ”Jembatan ampera ” itu asing bagi mereka.
Siswa masih belum bisa mengungkapkan gambar jembatan layang ”Ampera” yang
mengakibatkan belum tercapainya ungkapan dalam bentuk kalimat dengan kalimat berikutnya.
Siswa belum dapat mendeskripsikan jembatan yang menghubungkan muara ilir dan muara ulu
dengan runtut.
Mengingat kondisi ini, maka dalam sesi refleksi yang berlangsung Agustus 2009 peneliti
sekaligus guru dan kolabor sepakat untuk melakukan perbaikan pada beberapa poin yang akan
dilakukan pada siklus 2, perbaikan itu diantaranya:
1) Guru pelaksana (peneliti) menugaskan kembali kepada siswa mengarang deskripsi gambar.
Siswa ditugaskan lagi untuk mengamati gambar secara detail.
2) Guru memperpanjang waktu pembelajaran. Sebelumnya sudah direncanakan bahwa setiap
siklus masing-masing 1 kali pertemuan. Siklus 2 dan 3 diubah menjadi 2 sampai 3 kali
pertemuan, dengan menambah penjelasan tentang kebahasaan dan menambah waktu
mengarang dengan gambar yang berbeda atau gambar yang sedikit mudah dideskripsikan.
3) Guru mengupayakan gambar yang mudah dideskripsikan (dikenal) siswa yaitu gambar
”Pantai” dengan segala keramaian yang ada di tepi pantai, sehingga siswa dapat
mengungkap (deskripsikan) dengan lebih baik dan suasana pembelajaran yang dapat
merangsang siswa untuk berpikir lebih kritis, seperti mengajukan lebih banyak lagi
pertanyaan kepada siswa sehingga siswa menjadi sedikti terpancing untuk lebih berpikir.
Berdasarkan tes awal mengarang deskripsi menunjukkan siswa dengan 8 indikator keberhasilan
menunjukkan kurang keseriusan dalam proses pembelajaran dan kurang paham dalam teknik
mengarang. Hasil data menunjukkan hanya 40 siswa tuntas dalam pembelajaran. Dari hasil
pengamatan peneliti sebagai observer 8 indikator karangan yaitu
a Kesesuaian judul dengan Isi
4 Penggunaan dan Penulisan EYD
b Pilihan kata/Diksi
c Struktur kalimat
a Keterpaduan antarkalimat
b Keterpaduan antarparagraf
c Isi keseluruhan
a Menulis karangan dengan rapi dan bersih
Sementara dari hasil tes karangan berikutnya, yang tergambar dalam distribusi frekuensi
menunjukkan jumlah siswa yang mendapatkan nilai 70 sebanyak 40 anak atau 51,94%,
sedangkan siswa yang belum menguasai karangan deskripsi atau belum tuntas 48,03% Maka
dengan mengacu dari data yang ada siswa yang mendapatkan nilai kurang sebanyak 37 anak
(48,03%).
Sementara hasil pengamatan aktivitas proses belajar, siswa masih belum dapat bekerjasama dan
serius dalam kegiatan pembelajaran serta waktu yang terbatas. Selain itu, siswa masih sulit
menerka gambar yang ditayangkan. Siswa masih bertanya gambar tersebut gambar layang
dimana?
Berikut ditambahkan penjelasan mengenai rata-rata nilai setiap aspek kebahasaan pada siklus
pertama dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Aspek Kebahasaan Siklus Pertama
NO Aspek Rata-Rata
Nilai
Skor
Maksimal
Persentase
(%)
1 Kesesuaian judul
dengan Isi 9JI)
3,00 4 75,00
2 Penggunaan dan
Penulisan Ejaan
2,77 4 69,25
3 Pilihan kata (Diksi) 2,75 4 68,75
4 Struktur Kalimat 2,55 4 63,75
5 Keterpaduan
antarkalimat
2,40 4 60,00
6 Keterpaduan
antarparagraf
2,20 4 62,5
NO Aspek Rata-Rata
Nilai
Skor
Maksimal
Persentase
(%)
7 Isi Keseluruhan 2,50 4 62,50
8 Kerapian 3,10 4 77,50
Kemampuan nilai rata-rata mengarang deskripsi siswa menunjukkan bahwa nilai yang mencapai
rata-rata tiga ada pada aspek kesesuaian judul dengan isi, penggunaan dan penulisan ejaan,
pilihan kata, struktur kalimat, isi keseluruhan, dan kerapian, namun dari aspek kebahasaan yang
lain menunjukkan nilai rata-rata dua. Siswa masih ada yang belum memenuihi nilai yang
diharapkan dari segi kebahasaan yaitu keterpaduan antarkalimat dan keterpaduan antarparagraf.
Adapun solusi untuk permasalahan kebahasaan di atas adalah.
Tabel 4.5 Solusi Kelemahan Kebahasaan pada siklus Pertama
No Kelebihan Kelemahan Solusi
1 Kesesuaian judul dengan Isi
(JI)
Masih ada yang
belum terurai
dengan rinci
Teori diulang dan
latihan kembali
2
Penggunaan dan Penulisan
Ejaan
Masih ada
penulisan nama
kota salah,
peletakan tanda titk
atau koma salah
Pengulangan teori
dan banyak latihan
3 Pilihan kata (Diksi) Masih ada
penempatan kata
tidak tepat
Banyak latihan
menulis
4
Struktur Kalimat Ada subjek,
predikat atau objek
hilang 9tidak
tertulis)
Latihan membuat
kalimat
5 Keterpaduan
antarkalimat
Penjelasan ulang
tentang kalimat
6
Keterpaduan antarparagraf Seharus terdapat
beberapa paragraf
tetapi dituliskan
hanya satu paragraf
Latihan
menghubungkan
paragraf
7 Isi Keseluruhan Belum mencapai
standar
Gambar yang
mudah
dideskripsikan
9
Kerapian Terkadang tulisan
tidak terbaca,
terdapat kesalahan
dengan cara dicoret
Latihan dengan
tidak selalu
mencoret bila ada
kesalahan
4.1.2 Siklus II
4.1.2.1 Perencanaan
Pada siklus pertama gambar belum dikenal siswa, sehingga siswa sulit mendeskripsikan gambar
jembatan layang “Ampera” yang mengakibatkan hasil mengarang deskripsi kurang
memuaskan. Hasil analisis karangnan penulis memilih dan merencanakan gambar yang lebih
dikenal siswa yaitu gambar “Pantai”.
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam siklus kedua adalah sebagai berikut
1) Peneliti bersama kolabor menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis
KTSP. Peneliti tidak lupa juga memilih media gambar yang lebih dikenal siswa, agar siswa
dapat mendeskripsikan gambar ‘Pantai” dengan baik
2) Gambar yang dipilih adalah gambar pantai. Peneliti beranggapan bahwa gambar yang
ditayangkan adalah gambar yang mereka kenal, setidaknya mereka pernah pergi ke pantai
dan siswa dapat mendeskripsikan pantai dengan lebih luas atau rinci.
3) Peneliti menyiapkan instrument yang akan digunakan yaitu Tes kompetensi karangan ,
lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi perencanaan, lembar jawab untuk
mengarang (kertas HVS).
4) Peneliti dan siswa menyiapkan Gambar cetak
Tabel 4.6 Data Penilaian Perencaan Pembelajaran Siklus Kedua
No Indikator
Siklus I
Skor Catatan
1 Kejelasan perumusan tujuan
pembelajaran
4 Menyusun paragraph deskripsi
berdasarkan tujuan tepat
2 Pemilihan materi ajar 4
Cukup jelas
3 Pengorganisasian materi ajar 4
Cukup relevan
4 Pemilihan sumber /media
pembelajaran 4
Media gambar dikenal siswa
5 Kejelasan skenario
pembelajaran 4
Masih ada satu scenario
pembelajaran belum tepat
6 Kerincian skenario
pembelajaran 4
Penetapan waktu cukup optimal
7 Kesesuaian teknik dengan
tujuan pembelajaran 4
Cukup relevan
8 Kelengkapan instrumen 4
Cukup relevan
Rerata 32 32:40x100= 80
Penilaian perencanaan pembelajaran bila dilihat tabel diatas maka terjadi kenaikan. Penilaian
rencana pembelajaran mencapai nilai 80. Penilaian perencanaan pembelajaran setiap indicator
sudah memenuhi standar minimal yaitu empat koma nol. Perencanaan pembelajaran pada siklus
pertama yaitu pada indicator pemilihan materi ajar, media pembelajaran, kejelasan scenario,
kerincian scenario pembelajaran sudah diperbaiki pada siklus kedua. Walaupun penilaian
perencanaan pembelajaran sudah mencapai standar, namun peneliti masih ingin memperbaiki
perencanaan pembelajaran yang lebih baik lagi pada siklus ketiga.
4.1.2.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran konstruktuvis pada siklus II adalah perbaikan dari siklus I.
Pembelajaran dengan media gambar dipilih dengan gambar yang memang atau sering dikenal
oleh siswa yaitu media gambar pantai.
Kurangtercapainya waktu dalam membuat karangan deskripsi diperbaiki pada siklus II.
Ketidaktepatan waktu, saat siswa menyelesaikan karangan diperketat.
Siklus II dilaksanakan pada bulan Agustus 2009, dengan pertemuan sebanyak dua kali. Peneliti
dan kolabor masuk kelas yang dikenai tindakan, setelah membaca doa bersama, guru (peneliti)
melaksanakan administrasi kelas seperti biasa.
Kegiatan selanjutnya adalah guru mengapersepsi bahwa materi sebelumnya belum mencapai
kepuasaan. Guru menjelaskan hal-hal yang belum jelas selama pembelajaran berlangsung, siswa
boleh berdiskusi dengan teman atau bertanya dengan guru.
Guru mulai memaparkan materi pembelajaran, dimulai dengan mengajukan pertanyaan kecil
untuk merangsang siswa berpikir lebih lanjut. Kegiatan selanjutnya guru menayangkan gambar
“Pantai” dengan segala keramaian di tepi pantai atau peristiwa yang menggunjang Indonesia di
Aceh untuk dideskripsikan oleh siswa dengan menggunakan tes kemampuan mengarang
deskripsi.
Setelah sembilan puluh menit kemudian siswa (perwakilan) membacakan hasil deskripsinya di
depan kelas, sementara siswa yang tidak maju menuliskan rangkuman hasil pembacaan
deskripsi temannya. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil deskripsinya.
Tabel di bawah ini adalah table pelaksanaan aktivitas pembelajaran siswa.
Tabel 4.7 Penilaian Aktivitas Siswa Siklus Kedua Kelas X2 dan X3
No Aspek
Rerata
aktivitas siswa
Keterangan X2
X3
1 Kerjasama
antarindividu
3 3 Siswa cukup dalam kerjasama
diskusi
2 Keantusiasan
berdiskusi
3 3 Siswa cukup antusias
3 Keaktifan siswa 3 3 Siswa cukup aktif dalam
diskusi
4 Teknik memberikan
ide/gagasan
3 3 Siswa lumayan dalam
mengemukakan pendapat,
mudah dipahami
5 Penggunaan waktu 3 3 Cukup tepat waktu
Nilai rata-rata tiga dinyatakan baik pada semua aspek menunjukkan bahwa siswa sudah aktif
dalam proses pembelajaran, Penilaian aktivitas siswa oleh mitra terjadi peningkatan dari siklus
sebelumnya, khususnya pada indicator penggunaan waktu dan teknik memberikan gagasan.
Pemberian nilai pada indicator itu sebelumnya diberi nilai oleh mitra adalah dua, pemberian
nilai meningkat menjadi tiga. Mitra melihat adanya perbaikan dalam penggunaan waktu dan
penyampaian gagasan pada siswa.
Persentase aktivitas belajar pada siklus dua di kelas X2 mencapai 64,10% sementara aktivitas
belajar di kelas X3 mencapai 68,42%
4.1.2.3 Sistem Penilaian
Instrumen perencanaan pembelajaran dan lembar tes mengarang setelah dilaksanakan pada
siklus pertama masih tetap dipakai pada siklus kedua karena hasil rater menunjukkan masih tetap
berlaku atau kuatnya instrument yang akan dipakai.
Penilaian perencanaan pembelajaran berdasarkan penilaian standar APKG pada aspek pemilihan
materi ajar, pemilihan sumber / media, kejelasan scenario, kerincian scenario terjadi
peningkatan. Penilaian pada siklus pertama pada indicator tersebut hanya diberi tiga setelah
diaplikasikan dan dianalis, penilaian meningkat menjadi empat (perencanaan dilaksanakan lebih
baik)
Media gambar yang dipakai pada siklus pertama tentang jembatan layang diganti dengan gambar
pantai. Semua siswa tahu dengan gambar pantai, mayoritas siswa pernah berkunjung menikmati
liburan ke tepi pantai.
Peneliti memilih pantai sebagai media gambar bermaksud siswa dapat mendeskripsikan apa yang
ada pada gambar itu dan mungkin teringat apa yang pernah mereka alami selama di tepi pantai
atau mendeskripsikan peristiwa dahsyat yang pernah terjadi di Indonesia yaitu gempa dan
tsunami. Hasil uji soal uraian di kelas x2 melalui anates menunjukkan bahwa reliabilitas
mencapai skor 0,83(sangat kuat), tingkat kesukaran skor 82,95 (mudah), validitas 0,83(sangat
kuat), di kelas X3 reliabilitas 0,35(sedang), validitas 0,671(kuat), tingkat kesukaran 77,50
(mudah)
4.1.2.4 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskripsi
Kesalahan tindakan yang terjadi pada siklus pertam a diperbaiki pada siklus kedua dimana
gambar diganti dengan gambar ”Pantai”. Gambar ini dipilih dengan alasan agar siswa dapat
mendeskripsikan gambar pantai itu dengan lebih baik. Selain itu juga diperbaiki kegiatan
perencanaan dan pemantauan, tindakan observasi dan refleksi, yang dirancang berdasarkan
kesalahan, kelemahan, dan kekurangan yang sudah terjadi.
Tabel 4.8 Penilaian Tes Kemampuan Menulis Siswa Siklus Kedua
Kelas X2 dan X3
NO Rentang Nilai
Frekuensi Persentase
(%) Keterangan
1 75 – 79 15 19,48 Tuntas
2 70 – 74 36 46,75 Tuntas
3 65 – 69 10 12,98 Belum Tuntas
4 60 – 64 6 7,79 Belum Tuntas
5 55 – 59 9 11,68 Belum Tuntas
6 50 - 54 0 0 -
Hasil data di atas menunjukkan bahwa hasil penilaian karangan deskripsi terjadi peningkatan.
Siswa yang mencapai nilai ketuntasan sebesar 66,23%, berarti terjadi kenaikan dari 51,94 %
menjadi 66,23% sebesar 14,29%. Sementara siswa yang tidak mencapai nilai ketuntasan dari
48,03% menjadi 32,45%. Siswa yang tidak mencapai ketuntasan mengalami penurunan., berarti
siswa telah mengalami kemajuan dalam mengarang deskripsi.
Siswa sudah dapat mendeskripsikan gambar “Pantai” dengan baik, dimana hasil mengarang
deskripsi sudah mengalami kemajuan. Siswa dapat mendeskripsikan detail pantai. Mayoritas
siswa mendeskripsikan peristiwa pantai di Aceh tentang “Tsunami” dengan lumayan baik,
namun dari segi kebahasaan, misalnya pengembangan paragraf siswa masih ada yang belum
memisahkan ide pokok dalam satu paragraf.
4.1.2.5 Refleksi
Hasil yang didapat dari siklus II ini dirasakan peneliti cukup baik, terutama pada hasil deskripsi
siswa terhadap gambar yang dilihat. Siswa mampu mendeskripsikan gambar dengan urian rinci,
namun masih ada paragraf tumpang tindih . Paragraf yang seharusnya terpisah alias satu ide
pokok namun siswa masih meletakkan menjadi satu paragraf. Siswa sebagian besar dapat
bekerjasama dengan temannya dan terlihat siswa tidak bingung lagi melihat gambar yang
ditayangkan karena rata-rata siswa pernah ke tempat gambar yang ditayangkan (pantai) atau
pernah melihat peristiwa dahsyat di media cetak atau elektronik tentang Tsunami, gempa yang
pernah terjadi Aceh.
Siswa sudah bisa mendeskripsikan gambar lebih rinci walaupun ada sebagian yang masih
mencampurkan ide pokok baru dengan ide pokok sebelumnya. Penulisan kata ”yang” masih
disingkat, hubungan antarkalimat masih belum tepat., secara keseluruhan hasil mengarang siswa
baik. Peneliti sekaligus guru dan kolabor sepakat untuk melakukan perbaikan pada beberapa
poin yang akan dilakukan pada siklus 2, perbaikan itu diantaranya;
Guru memperpanjang waktu pembelajaran. Sebelumnya sudah direncanakan bahwa setiap siklus
masing-masing satu kali pertemuan menjadi dua kali pertemuan dan peneliti memberikan latihan
pengembangan paragraf kembali.
Hasil pengamatan terhadap karangan siswa dengan 8 indikator keberhasilan menunjukkan
peningkatan dibandingkan dengan hasil tindakan pertama, dimana siswa dalam mengarang
hampir kedelapan indakator itu ada peningkatan. Siswa mulai dapat mengembangkan karangan
dengan baik, mulai rapi dan bersih dalam mengarang, paham penggunaan dan penulisan EYD.
Hanya saja, kemampuan siswa dalam memadukan dan menyusun kalimat serta memadukan
paragraf masih sebatas cukup baik walau terdapat peningkatan dibandingkan sebelumnya yang
terlihat kurang.
Sementara dari hasil tes mengarang kedua, yang tampak pada distribusi frekuensi melalui media
gambar dari sebesar 51,94 % atau meningkat sebesar 66,23%.
Dengan mengacu dari data yang ada walau siswa yang mendapatkan 70-74 terdapat 36 siswa dan
75-79 terdapat 15 siswa, bukan berarti harus puas sampai nilai itu saja, namum harus
ditingkatkan untuk melihat peningkatan berikutnya. Secara klasikal pembelajaran karangan
deskripsi melalui media gambar dinyatakan tuntas.
Tabel 4.9 Nilai Rata-Rata Aspek Kebahasaan Siklus kedua
No Aspek Rata-Rata
Nilai
Skor
Maksimal
Persentase
(%)
1 Kesesuaian Judul dengan Isi
(JI)
3,05 4 76,25
2 Penggunaan dan Penulisan
Ejaan
2,93 4 73,25
3 Pilihan Kata (Diksi) 2,87 4 71,75
4 Struktur Kalimat 2,75 4 68,75
5 Keterpaduan antarkalimat 2,59 4 64,75
6 Keterpaduan antarparagraf 3,76 4 94
7 Isi keseluruhan 2,56 4 64
8 Kerapian 3,16 4 79,75
Tabel data nilai rata-rata di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengarang
deskripsi dari segi kebahasaan yang mencapai persentase baik ada pada keterpaduan
antarparagraf 94% diikuti dengan kerapian 79%, kemudian judul dengan isi 76%, sementara
kemampuan siswa yang masih lemah pada mengarang secara keseluruhan 64%
Adapun solusi untuk permasalahan kebahasaan di atas adalah.
Tabel 4.10 Solusi Kelemahan Kebahasaan pada siklus Kedua
No Kelebihan Kelemahan Solusi
1
Kesesuaian judul dengan Isi
(JI)
Mulai sedikit
kelemahan, siswa
dapat
mendeskripsikan
peristiwa tepi
pantai di aceh
Latihan kembali
dengan contoh
peristiwa lain
2
Penggunaan dan Penulisan
Ejaan
Masih ada yang
lupa menuliskan
huruf awal kalimat
dengan huruf kecil.
latihan
3
Pilihan kata (Diksi) Ada kosa kata yang
belum tepat
Penjelasan/diskusi
4
Struktur Kalimat Masih ada
penulisan struktur
kalimat masih
salah
latihan
5
Keterpaduan antarkalimat Keterpaduan
antarkalimat masih
ada yang belum
tepat
Penjelasan ulang
tentang paragraf
6 Keterpaduan antarparagraf Belum padu latihan
7 Isi Keseluruhan Cukup baik latihan
9 Kerapian Masih ada coretan latihan
4.1.3 Siklus III
4.1.3.1 Perencanaan
Peneliti menyiapkan rancangan pembelajaran tindakan ketiga dilengkapi dengan skenario
pembelajaran siklus ketiga
1.Pertemuan Pertama (Tindakan III-I)
Tindakan III-I ini Aktivitas siswa mengarang deskripsi lebih banyak agar siswa menguasai dan
meningkatkan pemahamannya pada karangan deskripsi melalui media gambar
2. Pertemuan ke-2 (Tindakan III-2)
Pada tindakan III-2 ini siwa melakukan diskusi antarindividu kemudian setiap siswa
membacakan kesimpulannya dan guru memantapkannya.
Tabel 4.11 Data Penilaian Perencaan Pembelajaran Siklus Ketiga
No Indikator
Siklus I
Skor Catatan
1 Kejelasan perumusan tujuan
pembelajaran
4 Perumusan tujuan baik
2 Pemilihan materi ajar 4
Relevan
3 Pengorganisasian materi ajar 4
relevan
4 Pemilihan sumber /media
pembelajaran 5
Media gambar dikenal siswa
5 Kejelasan skenario
pembelajaran 4
Baik
6 Kerincian skenario
pembelajaran 5
Pelaksanaan tepat
7 Kesesuaian teknik dengan
tujuan pembelajaran 4
Relevan
8 Kelengkapan instrumen 5
Relevan
Rerata 35 35:40x100= 87,50
Penilaian perencanaan pembelajaran pada indicator media pembelajaran diperbaiki lebih baik
lagi, agar memudahkan siswa dalam mengembangkan karangannya. Mitra memberikan nilai
pada indicator media pembelajaran sebesar lima.
Pemilihan media gambar yang sudah dikenal siswa pada siklus kedua lebih ditingkatkan
kembali pada pembelajaran pada siklus ketiga. Media gambar yang mudah dideskripsikan oleh
siswa memudahkan siswa untuk mengekplorasi karangannya. Aplikasi pembelajaran sesuai
dengan perencanaan pembelajaran maka mitra memberikan penilaian pada indikator pemilihan
sumber media dan kerincian scenario pembelajaran dengan nilai lima. Penerapan perencanaan
pembelajaran sudah sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran maka hasil penilaian perencanaan
pembelajaran diperoleh nilai rata-rata penilaian pembelajaran sebesar 87,50 berarti rencana
pembelajaran ini baik.
4.1.3.2 Pelaksanaan
Pada tindakan pertama seluruh objek penelitian terlihat tidak asing bagi siswa , sehingga siswa
hafal urutan yang harus dilakukan dan suasana hidup (aktif).
Proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus III dilakukan penilaian aktivitas siswa yang
tergambar dalam table berikut
.Tabel 4.12 Penilaian Aktivitas Siswa Siklus Ketiga Kelas X2 dan X3
No Aspek
Rerata
aktivitas siswa Keterangan
X2 X3
1 Kerjasama
antarindividu
3 3 Siswa cukup dalam
kerjasama antarindividu
2 Keantusiasan
berdiskusi
3 3 Siswa cukup antusias
dalam diskusi
3 Keaktifan siswa 4 4 Siswa cukup aktif dalam
diskusi
4 Teknik memberikan
ide/gagasan
4 4 Siswa lumayan dalam
mengemukakan
pendapat, jelas dipahami
5 Penggunaan waktu 3 3 Pelaksanaan membuat
karangan tepat waktu
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mencapai peningkatan, terdapat nilai rata-rata setiap
indikator 3 dan 4. Nilai ini menunjukkan adanya perubahan daripada siklus sebelumnya.
Peningkatan itu ada pada penyampaian ide dan keaktifan siswa.
Kegiatan proses pembelajaran sudah sesuai dengan standar proses pembelajaran.
Pada proses pembelajaran mengarang siswa aktif dalam mengarang dan diskusi dan dalam
menyampaikan ide bila siswa memberikan pernyataan sudah dapat dipahami
penjelasannya. Penilaian pada aktivitas belajar di kelas X2 mencapai 84,61% sementara aktivitas
belajar di kelas X3 mencapai 84,21%
4.1.3.3 Sistem Penilaian
Pada tahap evaluasi siklus ketiga, siswa selain diberi lembar tes mengarang diberi juga fotokopi
gambar gedung SMAN 4 Metro. Hasil mengarang dipresentasikan atau disimpulkan untuk
disampaikan di depan kelas. Hasil uji soal uraian di kelas x2 melalui anates menunjukkan bahwa
reliabilitas mencapai skor 0,45(sedang), validitas 0,573(sedang), tingkat kesukaran 86,36
(sangat mudah) di kelas X3 reliabilitas 0,81(kuat), validitas 0,517 (sedang), tingkat kesukaran
76,25(mudah).
4.1.3.4 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskripsi
Pada siklus pertama proses pembelajaran menggunakan media gambar ”Jembatan Ampera”,
siswa belum banyak mendeskripsikan jembatan ”Ampera” lebih banyak yang mengakibatkan
isi keseluruhan, pengembangan paragraf dan hubungan antarkalimat, penggunaan tanda baca
titik dan koma belum baik.
Proses pembelajaran dilanjutkan pada siklus kedua dengan menggunakan media gambar
”Pantai”. Pendeskripsian lebih baik, siswa mulai banyak mendeskripsikan pantai lebih luas
karena pantai adalah gambar yang sering dilihat dan imjinasi siswa teringat pada kegiatan yang
pernah dialami atau didengan melalui media elektronik atau cetak misalnya bencana ’Tsunami”.
Pada siklus ketiga ini, proses pembelajaran menggunakan media gambar ”Gedung SMAN 4
Metro”, siswa mendeskripsikan gedung ini dengan lebih banyak. Banyak yang diuraikan pada
gedung SMAN 4 karena siswa itu sendiri adalah siswa SMAN 4 yang memang lebih paham
tentang informasi sekolah itu.
Dengan melihat gambar gedung SMAN 4 siswa langsung dapat mendeskripsikan gambar
tersebut. Peneliti mengoreksi hasil karangan siswa, pengembangan paragraf sudah baik. Siswa
memerinci informasi SMAN4 lebih luas, penulisan informasi dalam kalimat sudah saling
berhubungan, sudah dapat menempatkan tanda baca
dengan baik, sudah dapat membedakan penulisan huruf besar dan kecil. Penulisan karangan
sudah tidak ada coretan lagi.
Pada tabel di bawah ini tergambar jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dan belum tuntas.
Tabel 4.13 Penilaian Tes Kemampuan Menulis Siswa
Siklus Ketiga Kelas X2 dan X3
NO Rentang Nilai Frekuensi Persentase
(%) Keterangan
1 75 – 79 18 23,37 Tuntas
2 70 – 74 47 61,03 Tuntas
3 65 – 69 9 11,68 Belum Tuntas
4 60 – 64 2 2,59 Belum Tuntas
5 55 – 59 0 0
6 50 - 54 0 0
Data penilaian kemampuan menulis karangan deskripsi, siswa sudah mencapai ketuntasan
mengarang sebesat 84,40% berarti terjadi peningkatan penilaian yang signifikan dari siklus II
yaitu sebesar 18.17%. Nilai rata-rata yang lebih banyak diperoleh antara 70 sampai dengan 74.
4.3.4 Refleksi
Implementasi pembelajaran karangan deskripsi melalui media gambar ternyata menunjukkan
peningkatan dari tiap siklus. Pada tindakan III siswa nampak hasil tes kompetensi menulis
karangan menunjukkan tidak ada satu pun siswa yang nilainya di bawah 70
Berdasarkan data tabel aktivitas siswa pada tindakan III menunjukkan peningkatan nilai walau
tidak terlalu mencolok pada siklus sebelumnya. Penelitian ini ditunjukkan dengan hasil
pengamatan peneliti sebagai observer dari 8 indikator menunjukkan nilai sebaran merata.
Sementara itu, dari hasil mengarang siswa pada siklus III, yang termuat dalam distribusi
frekuensi juga menunjukkan peningkatan yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah siswa
yang mendapatkan nilai 55-59 tidak ada.(0%), 75-79 ada
18 siswa (23,37%) dan nilai 70-74 sebanyak 47 siswa(61,03%).dan nilai 65-69 sebanyak 9 siswa
(11,68%)
Bila dibandingkan dengan rata-rata kelas hasil tes mengarang pertama dengan nilai rata-rata tes
mengarang ketiga terjadi peningkatan sebesar 32,46% dan bila dibandingkan dengan rata-rata
kelas hasil tes mengarang kedua maka terjadi peningkatan sebesar 18,17% maka dapat dikatakan
siswa mulai merasakan manfaat pembelajaran karangan deskripsi melalui media gambar.
Tabel 4.14 Nilai Rata-Rata Aspek Kebahasaan Siklus Ketiga
No Aspek Rata-Rata
Nilai
Skor
Maksimal
Persentase
(%)
1 Kesesuaian Judul dengan Isi (JI) 3,05 4 76,25
2 Penggunaan dan Penulisan Ejaan 2,99 4 74,75
3 Pilihan Kata (Diksi) 3,00 4 75,00
4 Struktur Kalimat 2,95 4 73,75
5 Keterpaduan antarkalimat 2,80 4 70,00
No Aspek Rata-Rata
Nilai
Skor
Maksimal
Persentase
(%)
6 Keterpaduan antarparagraf 3,76 4 94,00
7 Isi keseluruhan 2,59 4 64,75
8 Kerapian 3,19 4 79,75
Keterangan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengarang deskripsi
pada aspek kebahasaan mencapai kemampuan yang seimbang yaitu nilai dua dan tiga yang
berjumlah empat aspek kebahasaan yang mencapai nilai kurang dan empat aspek yang
mempunyai nilai baik.
Adapun solusi untuk permasalahan kebahasaan di atas adalah sebagai berikut
Tabel 4.15 Solusi Kelemahan Kebahasaan pada siklus Ketiga
No Kelebihan Kelemahan Solusi
1 Kesesuaian judul dengan Isi (JI) Sebagian kecil
yang masih melakukan
kesalahan
Latihan lebih lanjut
melalui media lain
2 Penggunaan dan Penulisan Ejaan Sebagian kecil
yang masih melakukan
kesalahan
Latihan pada materi
lain
3 Pilihan kata (Diksi) Sebagian kecil
yang masih melakukan
kesalahan
Latihan
4 Struktur Kalimat Ada yang masih
melakukan kesalahan
latihan
5 Keterpaduan antarkalimat Ada yang masih
melakukan kesalahan
latihan
6 Keterpaduan antarparagraf Sebagian kecil
yang masih melakukan
kesalahan
latihan
No Kelebihan Kelemahan Solusi
7
Isi Keseluruhan Masih ada
pengembangan karangan
secara keseluruhan
belum
Mencapai target
Berikan contoh dan
latihan menulis
8 Kerapian Sudah lebih rapi Latihan membiasakan
menulis bersih
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perencanaan Pembelajaran
Tujuan penyajian grafik seperti gambar di bawah ini adalah memudahkan bagi pembaca untuk
melihat gambaran data penilaian yang dituliskan.
Dari data penilaian perencanaan pembelajaran di atas digambarkan juga dalam bentuk gambar di
bawah ini
Gambar 4.1 Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus Pertama
Keterangan.
KPTP : Kejelasan Perumusan Tujuan Pembelajaran
PMA : Pemilihan Materi Ajar
PMA : Pengorganisasian Materi A
PMP : Pemilihan Sumber /Media Pembelajaran
KSP :Kejelasan Skenario Pembelajaran
KSP :Kerincian Skenario Pembelajaran
KTP :Kesesuaian Teknik dengan Tujuan Pembelajaran
KI :Kelengkapan Instrumen
Ada beberapa temuan dalam perencanaan pembelajaran yang masih kurang tepat. Temuan-
temuan itu adalah penggunaan frase ajektif yang kurang jelas. Frase ajektif dalam sebuah
paragraph jarang dipakai. Kemudian media gambar yang ditayangkan belum dikenal oleh siswa,
karena siswa itu sendiri belum pernah melewati jalan layang tersebut. Persiapan pembelajaran
yang kurang terpenuhi ditambah dengan penyelesaian mengarang deskripsi tidak tepat waktu,
maka hasil penilaian perencanaan dari mitra guru adalah 3,5. Penilaian tiga koma lima
berdasarkan criteria penilaian perencanaan belum mencapai standar yang dibutuhkan.
Perencanan pelaksanaan pembelajaran dari hasil penilaian diperbaiki pada siklus kedua.
Hasil siklus kedua menunjukkan indicator waktu sudah diperbaiki, perencanaan pembelajaran
pada indicator waktu sudah ditambah, dalam pelaksanaan pembelajaran penyelesaian waktu
teratasi. Pelaksanaan pembelajaran disiapkan sedemikian rupa berupa alat-alat pembelajaran
sudah disiapkan sebelumnya, Sementara media gambar dipilih yang memang sudah dikenal
siswa pada umumnya. Penilaian pada siklus kedua sudah mengalami kenaikan dari 3,50 menjadi
4,00.
Penilaian tergambar juga di gambar di bawah ini
Gambar 4.2 Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus Kedua
Pada siklus ketiga perencanaan sudah lebih baik, karena objek atau model yang siswa lihat lebih
nyata dan memang biasa mereka lihat serta sudah paham atas gedung atau sekolah yang mereka
lihat. Dari melihat objek sekolah ini siswa dapat mengekplorasi apa yang mereka lihat dan
mereka tulis. Mitra memberikan nilai pada perencanaan pembelajaran sebesar 4,5. Nilai ini
merupakan nilai lebih baik dari nilai siklus sebelumnya, maka penilaian perencanaan
pembelajaran cukup pada siklus tiga saja.
0
1
2
3
4
KPTP
PMA
KSP
KTP
KPTP PMA PMA PMP KSP KSP KTP KI
Adapun penjelasan lebih mudah untuk melihat penilaian perencanaan pembelajaran pada siklus
ketiga tergambar pada gambar di bawah ini
Gambar 4.3 Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus Ketiga
4.2.2 Pelaksanaan
Pada siklus pertama penilaian pelakasanaan pembelajaran yang difokuskan pada aktivitas siswa
antara kelas X2 dan X3 pada indicator kerjasama antarindividu menunjukkan saling
berkerjasama, mitra memberikan nilai 3.
Sementara penilaian penggunaan waktu kolabor memberi nilai 2, karena siswa saat
menyelesaikan karangan deskripsi ini, mereka mengulur waktu. Mereka masih penasaran apa
yang mereka tulis belum selesai sehingga mereka melakukan itu.
Nilai 2 pada penggunaan waktu adalah nilai kurang alias siswa mayoritas pasif dalam proses
pembelajaran.
Siswa kelas X2 dan X3 pada aspek keantusiasan berdiskusi, keaktifan siswa dan teknik
memberikan ide atau gagasan sama-sama siswa tersebut cukup antusias, aktif dan wajar dan
mudah dimengerti dalam menyampaikan ide.
Untuk memudahkan penjelasan uraian data penilaian di atas digambarkan dalam bentuk gambar
di bawah ini
Gambar 4.4 Penilaian aktivitas Belajar Siswa siklus Pertama
Hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus pertama, diperoleh dari lembar pengamatan
aktivitas siswa meliputi aspek;
1. Kerjasama antarindividu
2. Keantusiasan berdiskusi
3. Keaktifan siswa
4. Teknik memberikan ide/gagasan
5. Penggunaan waktu
Data siklus kedua menunjukkan ada peningkatan pada aspek penggunaan waktu. Penggunaan
waktu pada siklus pertama tercapai nilai 2 tetapi pada siklus kedua tercapai nilai 3, berarti terjadi
peningkatan nilai satu poin. Siswa sudah memahami kondisi pembelajaran, sehingga mereka
dapat membagi waktu antara diskusi dan mengerjakan karangan.
Penggambaran peningkatan aktivitas siswa lebih jelas dapat terlihat dalam grafik di bawah ini.
Gambar 4.5 Penilaian Aktivitas Siswa siklus kedua
Pada siklus ketiga aktivitas pembelajaran mengarang siswa bertambah meningkat, khusus pada
aspek aktivitas pembelajaran dalam mengarang dan menyampaikan ide atau gagasan dalam
proses pembelajaran. Poin aktivitas pembelajaran mengarang dari poin tiga menjadi empat,
terjadi kenaikan satu poin. Demikian pula dengan menyampaikan ide dari poin tiga menjadi
empat. Siswa sudah dapat mengerti apa yang telah dijelaskan guru dan mengatur kata-kata yang
dituliskan.
Sementara aspek kerjasama antarindividu masih tetap yaitu poin tiga, siswa masih selalu
bertanya dan mengungkap hal-hal yang belum dimengerti dengan kawannya. Aspek antusias
berdiskusi, erat sekali hubungannya dengan kerjasama antarindividu yaitu poin tiga, penilaian
stabil dan kondisi kerjasama dan diskusi juga stabil. Aspek penggunaan waktu, siswa masih
konsisten dengan tugasnya karena siswa tetap aktif dalam menulis karangan dan tidak ada lagi
yang masih santai atau berbicara
dengan topik yang lain. Gambaran aktivitas siswa dalam pembelajaran dijabarkan dalam grafik
di bawah ini.
Gambar 4.6 Penilaian Aktivitas Belajar siswa siklus Ketiga
0
1
2
3
4
KK
KD
KS
TMI
PW
KK KD KS TMI PW
4.2.3 Sistem Penilaian
Sistem evaluasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah memakai instrumen kemampuan
menulis karangan deskripsi yang sebelumnya sudah diberi penilaian terlebih dahulu oleh para
rater, lalu dilakukan pemilihan gambar yang sesuai dengan usia siswa.
Gambar yang dipilih dalam hal ini adalah Jembatan Layang. Gambar, bagi peneliti sudah dikenal
oleh siswa, karena jembatan layang ini sudah dibangun di berbagai provinsi, contoh jembatan
layang Natar, jembatan layang Ampera, jembatan layang Semanggi, dan lain-lain .
Gambar jembatan layang dimaksudkan agar siswa dapat mendeskripsikan betapa dahsyat dan
luar biasanya karya anak bangsa dapat mencipta sarana jalan pengantar antarwilayah Seberang
Ulu dan Ilir atau daerah di propinsi Lampung atau provinsi lain.
Hasil penilaian rencana pembelajaran tercapai 0,75, nilai ini menandakan instrument rencana
pembelajaran sangat kuat dan dapat dipakai untuk rencana pembelajaran dengan kata lain
tingginya koefisien reliabilitas rating dapat diartikan bahwa pemberian rating yang telah
dilakukan oleh masing-masing rater adalah konsisten satu sama lain.
Adapun hasil penilaian tes kemampuan mengarang deskripsi tercapai 0,7. Nilai ini menunjukkan
adanya koefisien reliabilitas yang cukup tinggi, menandakan penilaian masing-masing rater
cukup konsisten.
Penilaian perencanaan pembelajaran oleh para rater hanya dilakukan satu kali namun penilaian
perencanaan pembelajaran dilakukan oleh Mitra dilakukan setiap siklus, karena rencana
pembelajaran dengan aplikasi atau pelaksanaan pembelajaran terkadang berbeda. Oleh sebab itu
penilaian rencana pembelajaran dilakukan setiap siklus. Penilaian rencana pembelajaran akan
dihentikan bila nilai rencana pembelajaran meningkat setiap siklus dan tidak ada skor tiga (3)
pada penilaian tersebut.
4.2.4 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskrispi
Materi karangan deskripsi melalui media gambar disampaikan cukup jelas. Dalam pembelajaran
ini digunakan metode pembelajaran diskusi. Dengan diskusi ini siswa (peserta didik) dibimbing
dengan pertanyaan-pertanyaan dan tugas-tugas.
Melalui media gambar peserta didik dapat menyelesaikan tugas membuat satu karangan
deskripsi dari gambar yang dilihat siswa di depan kelas. Dalam tahap pemahaman, pembelajaran
diorientasikan pada aktivitas peserta didik. Sebagian besar siswa sudah dapat bekerjasama, hanya
beberapa orang saja yang mempunyai ide kurang logis dan sulit dipahami, sementara gambar
yang ditayangkan agak sulit dijelaskan karena gambar tersebut belum dikenal oleh siswa, dengan
kata lain siswa belum kenal atau belum pernah ada kegiatan yang berhubungan dengan tempat
gambar yang ditayangkan. Ini menandakan bahwa siswa dari segi bahasa sedikit tahu atau paham
sementara dalam bentuk tulisan atau menjabarkan mereka masih belum dapat menyusun dan
menghubungkan kalimat.
Peneliti sebagai fasilitator yang berperan membantu, memberi kemudahan dan membimbing
peserta didik dengan sabar dan telaten. Peserta didik masih belum bisa menalarkan hal yang
dilihatnya dengan baik. Data tentang hasil belajar peserta didik dari karangan yang dibuat
dijaring melalui table dan grafik. Data kemudian dianalisis dengan cara sebagaimana tersebut
dalam alternatif pemecahan. Nilai kompetensi karangan Deskripsi siswa tergambar dalam
gambar di bawah ini.
Ganbar 4,7 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskripsi
Materi pembelajaran yang dipelajari pada pembelajaran siklus Kedua adalah pembuatan
karangan deskripsi melalui media gambar berdasarkan gambar yang memang dikenal siswa.
Yang menjadi fokus pembelajaran pada siklus kedua adalah ” Bagaimana pengembangan
pendekatan kontruktivistik khususnya dalam mengungkapkan pikirannya untuk pembuatan
karangan deskripsi melalui media gambar secara efektif dan menyenangkan”.
Pada siklus kedua siswa ditugaskan mengarang kembali dengan gambar berikutnya yaitu
”Pantai”. Gambar suatu tempat yang sudah dikenal siswa. Pada gambar ini siswa diharapkan
dapat mendeskripsikan gambar pantai lebih luas . Materi yang didiskusikan di atas diharapkan
dikuasai siswa dengan baik, agar siswa sedikit melakukan kesalahan dalam mengarang deskripsi.
Selama proses pembelajaran peneliti melakukan observasi yang ditujukan pada aktivitas dan
antusiasme peserta didik. Perbaikan proses pembelajaran dengan memperhatikan kesalahan,
kelemahan dan kekurangan pada siklus pertama.
Hasil penilaian mengarang deskripsi , siswa terlihat ada peningkatan ketuntasan belajar dari
51,94 pada siklus pertama menjadi 66,23% pada siklus kedua, terjadi kenaikan 14,70%
Gambar 4.8 Prestasi kemampuan Mengarang Deskripsi Siswa
Tindakan yang dilakukan pada siklus kedua hampir sama dengan kegiatan pada siklus pertama.
Pada tahap pembuatan karangan deskripsi melalui media gambar, siswa lebih didorong untuk
menguasai menulis karangan deskripsi. Pada saat melakukan kegiatan membuat karangan
deskripsi siswa dapat menambahkan informasi gambar yang ditayangkan dengan pengalaman
yang pernah dialami siswa saat di pantai. Pada dasarnya siswa didorong untuk lebih wajar
menuangkan tulisannya. Peneliti masih belum puas dengan hasil nilai yang dicapai siswa.
Pada siklus ketiga siswa dapat mengungkap pengalamannya ke dalam karangan, apa yang diingat
dan informasi yang didapat dari melihat gambar gedung SMAN 4. Nilai ketuntsan mengarang
deskripsi rata-rata kelas sebesar 84,40% untuk rentang nilai antara 70 hingga 79, hal ini sudah
menunjukkan proses pembelajaran mencapai ketuntasan yang signifikan. Peningkatan ketuntasan
pembelajaran ditunjang dari
berbagai pihak antara lain pemilihan media pembelajaran, rencana pembelajaran yang baik dan
ditunjang siswa yang melaksanakan proses pembeljaran juga ikut mendukung terciptanya proses
pembelajaran yang baik.
Keterangan.
1. Kesesuaian judul dengan isi
2. Penggunaan dan penulisan EYD
3. Pilihan kata/Diksi
4. Struktu kalimat
5. Keterpaduan antarkalimat
6. Keterpaduan antarparagraf
7. Isi keseluruhan
8. Menulis karangan dengan rapi dan bersih
Grafik di atas menunjukkan prestasi siswa dalam mengarang deskripsi dari seluruh aspek
kebahasaan dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengarang deskripsi pada setiap siklus
adanya perubahan atau peningkatan kemampuan. Kemampuan mengarang deskripsi siswa pada
3.00 3.05 3.05 2.77 2.93 2.99 2.75 2.87 3.00 2.55 2.75 2.95 2.40 2.59 2.80 2.20
3.76 3.76 2.50 2.56 2.59 3.10 3.16 3.19
1 2 3
Series1 Series2 Series3 Series4
Series5 Series6 Series7 Series8
Gambar 4.9 Hasil Penilaian Prestasi
siswa
Aspek Kebahasaan Setiap Siklus
aspek keterpaduan antarkalimat mencapai nilai terendah 2,40, sementara pada siklus ketiga pada
aspek yang sama siswa mencapai
kenaikan nilai menjadi 2,80. Prestasi kemampuan mengarang deskripsi pada siklus ketiga masi
hada satu aspek yang kurang mencapai target 2,59, namun hal ini relatif karena k eseluruhan
hasil karangan siswa menunjukkan karangan yang baik.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian.
1. Isolasi yang kurang melekat di tembok, mengakibatkan berulang kali pasang – lepas
2. Pemanfaatan waktu tidak memadai, terkadang molor.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, perencanaan
pembelajaran yang baik, proses pembelajaran menggunakan media gambar sebagai media
pembelajaran membuat siswa aktif belajar, didukung dengan sistem penilaian yang baik, mampu
meningkatkan prestasi belajar mengarang deskripsi di SMAN 4 Metro. Simpulan ini didasarkan
pada temuan sebagai berikut.
a. Penggunaan rencana pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran. Rencana
pembelajaran terdapat delapan (8) indikator, setiap indikator dinilai dengan skor maksimal tiga
(3) sehingga skor total maksimal adalah empat puluh(40). Pada siklus pertama skor dua puluh
delapan (28) dengan rata-rata skor tiga koma lima (3,5) berarti 70% dari skor total masuk
katagori sedang, siklus kedua skor 32 dengan rata-rata skor empat (4) berarti delapan puluh
persen (80%) dari skor total masuk katagori baik, dan pada siklus ketiga (3) skor tiga puluh lima
(35) dengan rata-rata skor empat koma tiga tujuh lima berarti delapan puluh tujuh koma lima
(87,5%) dari skor total masuk katagori sangat baik.
b. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan media gambar mampu membuat siswa aktif belajar,
pengamatan dilakukan pada 2 kelas, kelas X2 dan X3. Di kelas X2 terdapat 39 siswa dan di kelas
X3 terdapat 38 siswa; pada siklus pertama siswa kelas X2 yang aktif 20 siswa berarti 51,28% ,
kelas X3 siswa yang aktif 20 siswa berarti 52,63%, jadi rerata siswa yang aktif pada siklus
pertama 51,95% katagori kurang aktif; pada siklus kedua siswa kelas X2 yang aktif 25 siswa
berarti 64,10%, siswa kelas X3 yang aktif 26 siswa berarti 68,42% jadi rerata siswa yang aktif
pada siklus dua 66,26% katagori sedang, siklus ketiga siswa kelas X2 yang aktif 33 siswa berart
84,61%, siswa kelas X3 yang aktif 84,21%, jadi rerata siswa yang aktif pada siklus ketiga
84,41% katagori sangat aktif.
c. Sistem penilaian dilaksanakan sesuai prosedur, soal tes yang digunakan untuk mengukur
prestasi mengarang deskripsi dibuat melalui tahapan pembuatan soal yang didiskusikan melalui
beberapa ahli dalam bidang bahasa. Hasil diskusi dianalisis dengan mencari realibitas dan
validitas. Hasil reliabilitas dan validitas 0,7 katagori kuat. Soal bentuk uraian diujicoba, hasil
ujicoba dianalisis menggunakan anates. Tingkat Kesukaran Prop.Correct (P) kriteria sedang;
Daya beda (D) kriteri sedang; reliabilitas (alpha) kriteria cukup; validitas kriteria baik, pada
siklus pertama (I) dari 8 soal valid 7 soal, pada siklus dua (II) dari 8 soal valid 5 soal, pada
siklus ketiga
dari 8 soal valid 8 soal. Siklus pertama nilai validitas 0,57 cukup, reliabilitas nilai 0,89 tinggi,
tingkat kesukaran 67,05 sedang; Siklus Kedua nilai validitas 0,58 cukup, reliabilitas 0,83 tinggi,
tingkat kesukaran 62,50 sedang; Siklus ketiga nilai validitas 0,29, reliabilitas 0,45, tingkat
kesukaran 71,59 mudah. Semua aspek ada yang meningkat maupun menurun setiap siklus, tetapi
bila diinterpretasikan tingkat validitas dan reliabilitas sedang, sementara tingkat kesukaran makin
tinggi menandakan soal itu mudah ada hubungannya dengan gambar yang mudah dimengerti
oleh siswa.
d. Prestasi belajar siswa yang menggunakan media a sebagai media pembelajaran mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa,
Prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan jumlah siswa yang tuntas belajar, yaitu jumlah siswa
yang setelah mengikuti tes memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan 70. Pengamatan dilakukan pada 2 kelas, kelas X2 dan X3. Di
kelas X2 ada 39 siswa dan di kelas X3 ada 38 siswa; pada siklus pertama siswa kelas X2 yang
tuntas 20 siswa berarti 51,28%, kelas X3 yang tuntas 20 siswa berarti 52,63%, jadi rerata siswa
yang tuntas pada siklus pertama 51,95%; pada siklus kedua siswa yang tuntas di kelas X2 25
siswa berarti 64,10%, kelas X3 yang tuntas 25 siswa berarti 65,78%, jadi rerata siswa yang
tuntas pada siklus kedua 64,94%; siklus ketiga siswa yang tuntas di kelas X2 33 siswa berarti
84,61%, kelas X3 yang tuntas 33 siswa berarti 86,84%, jadi rerata siswa yang tuntas pada siklus
ketiga 85,72%. Prestasi belajar siswa meningkat setiap siklus dan jika dibandingkan dengan
indikator keberhasilan maka pada siklus ketiga jumlah siswa yang tuntas lebih dari indikator
yang ditetapkan 70%
5.2 Saran-saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian yang didukung dengan adanya temuan-temuan
tersebut di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut.
1. Sebaiknya guru dapat menerapkan penggunaan media gambar yang mudah diinterpretasikan
atau gambar yang banyak dikenal siswa agar mudah dideskripsikan dalam bentuk tulisan .
2. Hendaknya para guru mau membangun budaya tidak puas menggunakan satu metode tertentu
saja, sehingga disarankan mengambil dari pengalaman mengajar untuk menjadi kreatif guna
menemukan dan menciptakan model pembelajaran atau media baru . Hal ini dimaksudkan
sebagai upaya guru dalam memotivasi siswa dalam proses pembelajaran melalui media lain.