Upload
duongdieu
View
277
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS AKHIR – RC-090412
PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN SUMBER SARI, KUTAI BARAT,
KALIMANTAN TIMUR DENGAN SISTEM BUSUR BAJA
YANISFA SEPTIARSILIA
NRP. 3112 040 612
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2014
PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN SUMBER SARI, KUTAI BARAT,
KALIMANTAN TIMUR DENGAN SISTEM BUSUR BAJA
Nama Mahasiswa : Yanisfa Septiarsilia
NRP : 3112 040 612
Jurusan : D IV Teknik Sipil FTSP-ITS
Dosen Pembimbing : Ir. M. Sigit Darmawan M.Eng.Sc, Ph. D
Penyusunan proyek akhir ini menggunakan obyek Jembatan Sumber Sari, yang terletak
di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Perencanaan dan perhitungan dibatasi pada struktur
jembatan dan pondasi, yaitu meliputi bangunan atas jembatan, abutment, dan bangunan bawah
jembatan, yaitu pondasi.
Perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam proyek akhir ini mengacu pada
peraturan yang ada pada SNI 03-2847-2002 tentang perhitungan struktur beton, RSNI T-02
2005, RSNI T-03-2005, BMS 1992 (BDM dan PPTJ) dan AISC-LRFD. Sedangkan analisa
struktur dipakai program SAP 2000.
Dari data yang ada, jembatan Sumber Sari memiliki bentang 82 m dengan 2 lajur
kendaraan masing-masing selebar 4 m. Kemudian dilakukan preliminary design dengan
menentukan dimensi-dimensi jembatannya.
Tahap awal perencanaan adalah perencanaan bangunan atas yang terdiri dari lantai
kendaraan dan trotoar, gelagar memanjang dan gelagar melintang, kemudian konstruksi
pemikul utama. Analisa dengan menggunakan program SAP 2000 dilakukan setelah dketahui
beban – beban yang bekerja pada konstruksi tersebut untuk mendapatkan gaya – gaya dalam
yang bekerja, khususnya untuk konstruksi pemikul utama dan konstruksi sekundernya. Setelah
gaya – gaya tersebut diketahui besarnya maka dilakukan perhitungan kontrol tegangan dan
perhitungan sambungan. Untuk struktur bangunan bawah direncanakan abutment (kepala
jembatan) dengan pondasi tiang pancang sesuai perhitungan.
Kata kunci : Busur , Jembatan Baja
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Transportasi merupakan salah
satu sarana yang digunakan oleh manusia
dalam melakukan berbagai interaksi.
Mengingat pentingnya peran sarana
transportasi dalamkehidupan manusia maka
diperlukan sarana penunjang transportasi
yang baik, diantaranya adalah jalan dan
jembatan.
Jembatan mempunyai arti yang
sangat penting dalam sistem transportasi
sebagai prasarana untuk pergerakan barang
dan jasa yang secara langsung akan
menentukan produksi barang dan jasa
tersebut. Jembatan merupakan struktur
pelengkap jalan yang keberadaannya
diperlukan untuk menghubungkan ruas
jalan yang dibatasi oleh penghalang, misal
sungai, lembah, jalan rel, dan lain-lain.
Kondisi eksisting jembatan Sumber
Sari merupakan jembatan yang dipisahkan
oleh tebing dengan bentang ± 82 m.
Dengan bentang tersebut, di bagi menjadi 3,
yaitu dengan panjang bentang 40 m dan dua
bentang tepi sepanjang 21 m. Jembatan
eksisting menggunakan Jembatan
Prategang. Jembatan tersebut dibangun
untuk menghubungkan desa Sumber Sari
dan desa Sendawar di kecamatan Barong
Tongkok, Kutai Barat, Kalimantan Timur.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Merujuk pada latar belakang yang telah
diuraikan sebelumnya, permasalahan
yang
Dapat dikemukakan :
1. Bagaimana mendisain jembatan
dengan sistem busur baja?
2. Bagaimana menentukan preliminary
desain profil baja yang akan di
gunakan?
3. Bagaimana menentukan skema
pembebanan terhadap struktur
jembatan ?
4. Bagaimana menganalisa dan
mengontrol kestabilan struktur
jembatan?
5. Bagaimana merencanakan
sambungan baja jembatan?
6. Bagaimana merencanakan struktur
bawah jembatan agar mampu
menerima beban dari struktur
bangunan atas maupun struktur
bangunan bawah jembatan?
7. Bagaimana penggambaran teknik
jembatan dan bagian-bagiannya dari
hasil perhitungan dan desain
struktur?
1.3. BATASAN MASALAH
Lingkup bahasan dan pengerjaan
dibatasi pada :
1. Tidak merencanakan tebal
perkerasan dan design jalan pendekat
jembatan.
2. Tidak menghitung RAB (Rencana
Anggaran Biaya) jembatan.
3. Tidak merencanakan bangunan
pelengkap jembatan.
4. Tidak membahas metode
pelaksanaan.
1.4. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan Proyek Akhir
ini adalah :
1. Mendisain jembatan dengan sistem
busur baja.
2. Menentukan preliminary desain
profil baja yang akan di gunakan.
3. Menentukan skema pembebanan
terhadap struktur jembatan.
4. Menganalisa dan mengontrol
kestabilan struktur jembatan.
5. Merencanakan sambungan baja
jembatan.
6. Merencanakan struktur bawah
jembatan agar mampu menerima
beban dari struktur bangunan atas
maupun struktur bangunan bawah
jembatan.
7. Menggambaran teknik jembatan dan
bagian-bagiannya dari hasil
perhitungan dan desain struktur.
1.5. MANFAAT Manfaat dari penyusunan Proyek Akhir
ini adalah :
1. Mendapatkan pengetahuan lebih
dalam mengenai perhitungan
jembatan.
2. Mendapatkan cara perhitungan
suatu desain jembatan busur baja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Uraian
Definisi jembatan adalah suatu
struktur yang menghubungkan alur
transportasi melintasi rintangan yang ada
tanpa menutupinya. Rintangan bisa
berupa sungai, jurang, ruas jalan tidak
sebidang dan lain sebagainya. Sehingga
memungkinkan kendaraan, kereta api
maupun pejalan kaki melintas dengan
lancar dan aman.
2.1. Jenis–Jenis Jembatan Busur
2.2.1. Berdasarkan Letak Lantai Kendaraan
Deck girder atau lantai jembatan termasuk
ke dalam struktur bangunan atas ( Super-
Structure ). Bagian ini yang berfungsi
langsung untuk memikul beban lalu – lintas
dan melindungi terhadap keausan. Dan
biasanya untuk jembatan lengkung baja
konstruksi deck menggunakan pelat dari
beton bertulang atau pelat baja orthotropic.
Berdasarkan letak lantai kendaraannya,
ada beberapa bentuk jenis yang umum dipakai
yaitu :
Deck Arch
Salah satu jenis jembatan busur dimana
letak lantainya menopang beban lalu –
lintas secara langsung dan berada di
bagian paling atas busur ( lihat gambar
2.3 ).
Gambar 2.1 Jembatan dengan tipe ” Deck Arch
”
Through Arch
Merupakan jenis lainnya, dimana letak
lantai kendaraan jembatan terdapat tepat
di springline busurnya ( lihat gambar
2.4 ).
Gambar 2.2 Jembatan dengan tipe “
Through Arch ”
A Half – Through Arch
Merupakan salah satu jenis jembatan
busur dimana lantai kendaraan jembatan
terletak di antara springline dan bagian
paling atas busur atau di tengah – tengah
( lihat gambar 2.5 ). Pada umumnya,
jembatan busur banyak yang
menggunakan tipe A Half – Through
dan Through Arch untuk menghindari
agar pangkal busurnya tidak terendam
oleh air.
Gambar 2.3 Jembatan dengan tipe ” A Half –
Through Arch “
Sumber : O’Connors, Design Of Bridge
Structure
2.3. DATA BAHAN
2.3.1. Beton
1) Berdasarkan Bridge Design Code
(1992) tabel 6.3 hal 6-24 didapatkan
bahwa perkerasan dan lantai jembatan
yang berhubungan dengan lalu lintas
menengah atau berat (kendaraan
mempunyai masa kotor lebih dari 3 ton),
kuat tekan karakteristik minimum untuk
beton fc’ adalah 25 Mpa. Penentuan
dimensi tebal minimum plat dengan
beton bertulang berdasar BMS 1992
pasal 5.3.2 hlm 5.4
200 ≤ D ≥ 100 + 0,04 L ( D dan L
dalam mm )
2) Tebal selimut beton
Tebal selimut beton direncanakan
berdasarkan BMS BDC (1992) Tabel
6.6 hal 6-28.
Tabel 2.1. Selimut Nominal untuk Acuan
dan Kompaksi Standar
2.3.2. Baja
Mutu tulangan yang digunakan adalah :
1) Untuk tulangan dengan D < 12 mm,
maka fsy = 240 Mpa (Grade U24),
BMS BDC (1992) tabel 6.12 hal
35.
2) Untuk tulangan dengan D 13 mm,
maka fsy = 400 Mpa (Grade U39),
BMS BDC (1992) tabel 6.12 hal
35. 3) Modulus elastisitas baja adalah
2.105 Mpa, BMS BDC (1992) pasal
6.4.2.2 hal 35.
Untuk profil baja yang digunakan
berdasarkan Tabel profil yang masih
digunakan saat ini, dimana
perhitungannya menggunakan metode
LRFD (Load Resistance and Factor
design)
. Strand baja
Untuk konstruksi penggantung
menggunakan strand dengan 3 kawat (3-
wire strand) yaitu ketiga baja mutu
tinggi disatukan dan disatukan pada tiap
ujungnya dengan angker.
2.4. Analisis Struktur Jembatan
Jembatan terdiri atas beberapa struktur
bangunan yang umumnya dibagi menjadi
bangunan atas yang berupa sandaran, pelat
lantai dan trotoar, gelagar, dan diafragma
(balok melintang, bangunan bawah yang
berupa abutment / kepala jembatan, pilar,
pondasi dan bangunan pelengkap yang terdiri
dari plat injak, wing wall.
2.5. Pembebanan
Pada perencanaan jembatan yang perlu
diperhatikan adalah beban-beban yang terjadi
pada jembatan. Beban-beban tersebut akan
mempengaruhi besarnya dimensi dari struktur
jembatan serta banyak tulangan yang
digunakan.
2.6. Perencanaan dan Analisa Struktur
Bangunan Atas 2.6.1. Rencana desain awal (Prelyminari
Design)
Merencanakan dimensi penampang
busur dan profil (tinggi, lebar
penampang).
Tinggi fokus busur :
5
1
L
f
6
1
L = Panjang jembatan
f = Tinggi busur jembatan
menentukan tinggi penggantung
berdasarkan persamaan parabolic :
)(..4
2xL
l
xfYn ,
dimana : Yn = posisi koordinat balok
busur
x = posisi koordinat
balok busur
f = tinggi busur
jembatan
L = bentang jembatan
Panjang tiap segmen elemen busur :
22 xYSn , dimana : Sn =
panjang tiap segmen elemen busur
Y = beda tinggi antar koordinat Y pada
tiap Segmen
Perencanaan awal plat lantai kendaraan :
d3 ≥ 200 mm ……….atau
d3 ≥ 100 + 40 (b1)
d4 dipakai 50 mm
b1 < S ……….Komposit
b1 = S ……….Non komposit
Gambar 2.11 Notasi Perencanaan Plat Lantai
Kendaraan
Perencanaan awal box busur :
Tinggi balok busur harus memenuhi
syarat :
0,0125.L< x < 0,014.L
Stabilitas penampang Busur :
Untuk menghidari reduksi tegangan
pada web :
)(
760
Ksifbtw
h
Untuk menghidari vertical buckling
pada web :
)(
2000
Ksifbtw
h
Untuk menghidari local buckling pada
flens :
)(
190
Ksifbtf
bf
2.6.2. Perhitungan penulangan plat
Momen plat lantai kendaraan di dapat
dari hasil Analisa menggunakan
program SAP 2000v9
2.7. Perencanaan dan Analisa Struktur
Bangunan Bawah 2.7.1. Perencanaan Perletakan, meliputi:
Perencanaan Perletakan Sendi
Pada kontruksi jembatan Congot II ini
menggunakan perletakan sendi.Untuk jenis
ukuran dari kursi penumpu engsel dan rol
dapat ditentukan menurut cara yang diberikan
oleh Multer-Breslau berdasarkan literatur
Djembatan, Ir.H.J.Struyk.
2.7.2. Perencanaan Pondasi, meliputi:
Pemilihan Bentuk Pondasi
Untuk memilih bentuk pondasi yang
memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu
cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan
apakah pondasi itu memungkinkan untuk
diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan
jadwal kerjanya. Bila keadaan tersebut ikut
dipertimbangkan dalam menentukan macam
pondasi, hal-hal berikut ini perlu
dipertimbangkan.
1. Keadaan tanah pondasi
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya
(superstructure)
3. Batasan-batasan dari sekelilingnya
4. Waktu dan biaya pekerjaan
BAB III
METODOLOGI
3.1. Uraian
Pada bab ini akan di jelaskan
bagaimana proses perencanaan yang akan
di lakukan dari pengumpulan data sampai
penggambaran perencanaan selesai.
Langkah – langkah secara detail
pengerjaan juga akan di jelaskan pada bab
ini. Dalam perencanaan jembatan ini
menggunakan literatur seperti Bridge
Design Manual ( BMS 1992 ), RSNI
Jembatan, AISC LRFD, serta literatur
lain.
3.2. Pengumpulan Data
Data yang di perlukan dalam proses
perencanaan jembatan malangsari dengan
sistem busur baja adalah sebagai berikut :
1. Data survey pendahuluan,
Data ini diperlukan untuk mengetahui
data eksisting dari jembatan.
2. Data survey topografi,
Data topografi diperlukan dalam
menentukan bentang jembatan dan
perencanaan pendekat (Approach
Road).
3. Data tanah
Data tanah dilakukan di daerah sekitar
jembatan yang akan di bangun untuk
dilakukan pekerjaan sondir boring.
4. Gambar – gambar perencanaan
jembatan.
BAB IV
PRELIMINARY DESIGN
4.1. Perencanaan Awal Struktur Busur
KE DESA SENDAWAR
8200
16
00
Gambar 4.1 Tampak Samping Jembatan
Sumber Sari
Menentukan tinggi konstruksi busur
Merencanakan dimensi penampang busur dan
profil (tinggi, lebar penampang).
Tinggi fokus busur : 5
1
L
f
6
1
L = Panjang jembatan
f = Tinggi busur jembatan
f
Beban Roda Kendaraan
KERB
f = 1/5 . L = 1/5 . 82 m = 16,4 m.......
Direncanakan tinggi maksimum konstruksi
jembatan busur = 16 m
Menentukan tinggi penggantung berdasarkan
persamaan parabolic :
)(..4
2xL
l
xfYn ,
dimana : Yn = tinggi batang
penggantung
x = bentang jembatan yang
ditinjau
f = tinggi busur jembatan
L = bentang jembatan
Gambar 4.2 Notasi Konstruksi Jembatan
Busur
BAB V
PERENCANAAN LANTAI
KENDARAAN DAN TROTOAR
5.1 Perencanaan Pipa Sandaran
Perencanaan pipa sandaran dihitung
berdasarkan pada Peraturan Perencanaan
Teknik Jembatan, Bridge Management
System 1992 hal 2-69, yang menyebutkan
bahwa sandaran untuk pejalan kaki harus
direncanakan untuk dua pembebanan rencana
daya layan yaitu W = 0,75 KN/m. Beban–
beban tersebut bekerja secara bersamaan
dalam arah menyilang dan vertikal pada
masing-masing sandaran.
5.2 Perencanaan Tiang Sandaran
5.2.1. Pembebanan pada tiang sandaran
5.2.1. Beban mati
Berat sendiri : (K =1,3)
0,04 m2 x 1,5 m x 24 kN/m
3 x 1,3=
1,872 kN
Berat pipa sandaran : (K =1,1)
0,0276kN/m’ x 2 m x 1,1 =
0,061 kN +
Ptr =
1,933 kN
5.2.2. Beban hidup
Vh = 0,75 kN/m
5.3. Perencanaan Kerb
Dimensi kerb : h = 0,25 m
b1 = 0,15 m
b2 = 0,2 m
L = 1 m
5.3 Pelat Lantai Kendaraan
Pelat lantai kendaraan berupa beton
komposit antara beton bertulang dengan dek
baja gelombang ( compodeck ).
Gambar 5.11 Potongan Melintang Pelat Lantai
Kendaraan
Gambar 5.12 Potongan Memanjang Pelat Lantai
Kendaraan
HWL EL.39.513
KE YOGYAKARTAKE PURWOREJO
LC ABT ABTCL
10000
2000
508
BOX GIRDER h = 1,4 m
BATANG BUSURBOX GIRDER h = 1,25 m
422FREE BOARD =
± 0.00
+ 3.80
+ 7.20
+ 10.20
+ 12.80
+ 15.00
+ 16.80
+ 18.20+ 19.20+ 19.80+ 20.00
ELV.
Yn
x
Sn
50200
StudPelat compodeck t = 1 mm
Gelagar memanjang
1.70 m
Gelagar memanjang
Aspal
t compodeck = 1.0 mm
5.10
15.00
5.00
BAB VI
PERENCANAAN GELAGAR 6.1. GELAGAR MEMANJANG
Gelagar diasumsikan sebagai simple
beam.
Data perencanaan sebagai berikut :
beton = 24 kN/m3
aspal = 22 kN/m3
baja = 78,5 kN/m3
compodeck = 10,34 kN/m3
t.compodeck = 1 mm
Untuk perencanan gelagar memanjang dipilih
profil WF dengan dimensi : 500 x 200 x 10 x 16
Data – data profil :
g = 89,7 kg/m ; Ix =
47800 cm4
A = 114,2 cm2 ; Iy =
2140 cm4
ix = 20,5 cm ; Zx =
2096 cm3
iy = 4,33 cm ; Zy =
332 cm3
d = 500 mm ; t f =
16 mm
b f = 200 mm ; t w =
10 mm
r = 20 mm
BJ 41 fy = 250 MPa
fu = 410 MPa
6.2. GELAGAR MELINTANG
Gelagar diasumsikan sebagai simple
beam.
Data perencanaan sebagai berikut :
beton = 24 kN/m3
aspal = 22 kN/m3
baja = 78,5 kN/m3
compodeck = 10,34 kN/m3
t.compodeck = 1 mm
Untuk perencanan gelagar melintang dipilih
profil WF dengan dimensi :
WF 900.300.16.28 ( Gelagar Melintang )
d = 900 mm ; tf = 28 mm ;
r = 28 mm
bf = 300 mm ; tw = 16 mm ;
A = 308,8 cm2
Ix = 411.000 cm4 ; Iy = 12.600 cm
4
Sx = 9.140 cm3 ; Sy = 843 cm
3
ix = 36,4 mm ; iy = 6,39 mm
Zx = 10.174 cm3 ; Zy =1.314 cm
3
Es = 2 x 105 Mpa ; W = 243 kg/m
Mutu BJ-41 : fy = 250 MPa
fu = 410 MPa
BAB VII
KONSTRUKSI PEMIKUL UTAMA
7.1. Umum
Konstruksi pemikul utama adalah
merupakan bagian terakhir dari konstruksi
bagian atas jembatan yang menerima seluruh
beban yang ada pada lantai kendaraan yang
kemudian diteruskan ke tumpuan.
Bentuk konstruksi pemikul utama yang
dipilih adalah busur box dengan batang tarik.
Pendekatan pertama bentuk geometrik busur
sebagai persamaan parabola.
7.2. Batang Penggantung
Panjang batang penggantung dicari
dengan menggunakan pendekatan persamaan
sumbu geometrik busur.
1
2
3
4
5
67
89 10 11 12 13
1415
1617
18
19
20
21
Gambar 7.1 Sketsa Konstruksi Pemikul Utama
BAB VIII
PERENCANAAN KONSTRUKSI
SEKUNDER
8.1. Ikatan Angin Atas
Bentuk konstruksi ikatan angin atas
diasumsikan sebagai konstruksi rangka batang
bidang. Dan yang berfungsi sebagai batang
horizontal adalah konstruksi busur.
410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 4108200
10001120
1/2 P 1/2 PP P P P P P P P P P P P P P P P P P P
Gambar 8.1 Ikatan Angin Atas
8.1. Ikatan Angin Bawah
410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 410 4108200
10001120
1/2 P 1/2 PP P P P P P P P P P P P P P P P P P P
Gambar 8.3 Ikatan Angin bawah
Sebagai batang horizontal adalah gelagar
memanjang sedangkan untuk batang vertikal
ialah gelagar melintang.
Untuk satu titik simpul pada sisi yang
terkena beban, menerima beban P yang besarnya
diambil dari beban Tew (beban angin) untuk
masing-masing titik simpul (Lihat gambar
pembebanan beban angin pada Bab V).
Kemudian masing-masing beban dimasukkan
pada analisa SAP 2000.
8.2. Portal Akhir
Portal akhir adalah konstruksi yang
meneruskan gaya dari ikatan angin atas ke
tumpuan. Sebagai kolom pada portal akhir ini
adalah busur itu sendiri dan sebagai baloknya
digunakan profil DOUBLE WF pada bagian
atasnya. END PORTALBUSUR BOX 1200x600x40x40
CABLE(ZINC COATED BRIDGE STRAND) DIAMETER 2 INCH
1.70m 1.70m 1.70m 1.70m 1.70m0.75m 0.75m
8.16m
Gambar 8.5 Portal Akhir
BAB IX
PERHITUNGAN SAMBUNGAN DAN
PERLETAKAN
9.1. Sambungan Gelagar memanjang –
Gelagar melintang
Alat sambung yang digunakan adalah baut
mutu tinggi (HTB) yang perencanaannya
berdasarkan AISC – LRFD.
SHEAR CONNECTOR baut, d=16 mm
Gelagar Memanjang
WF 500 x 200 x 10 x 16
Gelagar Melintang
WF 900 x 300 x 16 x 28
Profil L 150.150.15
Gambar 9.1 Detail sambungan gelagar
melintang dan gelagar memanjang
9.2. Sambungan Gelagar Melintang –
Batang Tarik
Dari hasil SAP gelagar melintang,
didapatkan gaya dalam yaitu sebesar :
V = 595,126 kN = 59512,6 kg
Alat sambung yang digunakan adalah :
Profil baja : BJ-41 fu = 410 Mpa
Profil baja dobel L 150.150.15 : BJ-41
fu = 410 Mpa
Baut → db = 19 mm ; A490
fu = 825 Mpa, fy = 1035 Mpa
Φ lubang = 19 + 2 = 21 mm (dibor)
9.3. Sambungan box busur
las tumpul t = 2cm
Besi penyangga las tumpul
las tumpul t = 2cm
600.00
1200.00 40.00
40.00
Gambar 9.3 Detail sambungan
box girder
Sambungan box menggunakan tipe
sambungan pojok ( Corner Joint ) dengan
bantuan las tumpul penetrasi penuh. Sambungan
las akan dikontrol tahanan nominal nya terhadap
gaya dalam yang terjadi.
9.4. Sambungan box batang tarik
las tumpul t = 2cm
Besi penyangga las tumpul
las tumpul t = 2cm
600.00
1200.00 40.00
40.00
Gambar 9.4 Detail sambungan box
girder
9.5. Sambungan Segmental Antar Box Batang
Tarik
Sambungan seluruh gelagar dianggap
sama, yang dianalisa untuk memikul gaya
terbesar pada gelagar box, ialah sebagai berikut :
Zinc Coated bridge Strand D50,8 mmPLAT SAMBUNGt = 25 mm
C D
SAMBUNGAN BAUT 12D-32
100
150
150
150
100
100120120200200120120100
Gambar 9.5 Detail sambungan antar box girder
BAB X
PERENCANAAN STRUKTUR
BANGUNAN BAWAH
10.1. Umum
Struktur bawah jembatan, direncanakan
menggunakan Abutment.
Lokasi jembatan =
Kutai Barat, Kalimantan Timur
Nama jembatan =
Jembatan Sumber Sari
Bentang jembatan = 82 m
Lebar jembatan = 10 m
Struktur atas =
Busur Baja
Struktur bawah =
Pondasi Tiang Pancang
Zone gempa =
Daerah gempa 2
10.2. Pembebanan
Abutment pada jembatan ini terletak pada
setiap bagian tepi jembatan, pada jembatan ini
memiliki 2 abutment. Untuk perhitungan pada
abutment ini, dipilih pada salah satu abutment
saja.
10.3. Pembebanan struktur bawah
Abutment BH-2
Beban q Urugan 60 cm
0.50
3.00
1.50
0.50
2.50
2.00
Ea1
Ea2
Ea3
Gambar 10.3 Struktur Bangunan Bawah
10.4. Kontrol Stabilitas Abutment
a. Kontrol terhadap guling (overtuning)
Σ Mguling = 867,0 Tm
Σ Mpenahan = 6058,94Tm
SF = gulingMΣ
penahanMΣ ≥ 1,5
SF = 867,0
6058,944 ≥ 1,5
= 7 ≥ 1,5
→ OK
b. Kontrol terhadap geser
Faktor keamanan terhadap geser
SF = P
tgδ.Wb.a ≥ 1,5
10.5. Perhitungan Daya Dukung Tiang
Kelompok
Untuk menghitung daya dukung tiang
kelompok direncanakan konfigurasi dan
koefisien efisiensinya. Perumusan untuk
mencari daya dukung tiang kelompok adalah
sebagai berikut :
QL (group) = QL (1 tiang) x n x η
Direncanakan pondasi tiang pancang Ø60
cm dengan konfigurasi 7 x 4. Jarak antar
tiang (S) = 1,8 m. Daya dukung tanah
untuk 1 tiang yang digunakan adalah
daya dukung tanah BH-2
Syarat :
S ≥ 3 D
≥ 3 x 0,6 = 1,8 m
BAB XI
PENUTUP
Kesimpulan Dari hasil perencanaan yang diperoleh dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Dimensi melintang lantai kendaraan
lengkap dengan trotoar adalah 7 m
untuk jalan 2 jalur 2 arah. Tinggi fokus
busur adalah 16 m.
2. Pelat lantai kendaraan komposit, dengan
tebal pelat compodeck 1 mm dan pelat
beton bertulang 250 mm. Tulangan
terpasang untuk bagian tumpuan D16-
200 dan bagian lapangan D16-250,
Lendutan sebesar 0,000014 m ≤ 0.0094
m (Yijin).
3. Gelagar melintang WF 900.300.16.28
dengan rasio kapasitas geser dan lentur
sebesar 0,465. Lendutan 0,172 cm
akibat beban Truk (T) ≤ 0,5125 cm
(Yijin).
4. Struktur utama busur berupa profil box
1200 x 600 x 40 x 40, box tarik berupa
box 1200 x 600 x 40 x 40, dan kabel
penggantung menggunakan Zinc Coated
Bridge Stand diameter 50,8 mm dengan
lendutan 4,59 cm.
5. Struktur sekunder berupa ikatan angin
atas dengan dimensi profil yaitu WF 200
x 200 x 8 x 12 (horizontal) dan WF WF
200 x 200 x 8 x 12 (diagonal), ikatan
angin bawah menggunakan profil WF
250 x 250 x 9 x 14 (diagonal),
sedangkan untuk dimensi portal akhir
berupa profil Double WF 500.200.10.16
(balok) dan Box busur (kolom) dengan
menggunakan mutu baja BJ 50.
6. Perletakan berupa Perletakan sendi dan
rol baja.
7. Konstruksi Kepala jembatan setebal 2 m
selebar 12 m untuk mendukung bentang
82 m dengan pondasi tiang pancang
beton dengan diameter 0,6 m, sebanyak
35 buah kedalaman 24 m dan ukuran
pile cap (poer) 9 x 2 x 12 m.
Saran
Dalam perencanaan jembatan busur,
terdapat saran-saran yang dapat menunjang
kesempurnaan tugas akhir ini, yaitu sebagai
berikut :
1. Dalam perencanaan jembatan busur,
lebih efesien menggunakan profil
box busur 1800 x 600 x 30 x 30 dan
box tarik 1200 x 600 x 30 x 30.
2. Sambungan pada jembatan busur
seharusnya memakai tipe sambungan
friksi.
DAFTAR PUSTAKA
American Institute of Steel Construction, Inc.
1994. MANUAL
OF STEEL CONSTRUCTION LOAD
& RESISTANCE
FACTOR DESIGN
American Institute of Steel Construction, Inc.
2000. MANUAL
OF STEEL CONSTRUCTION : Load
and Resistance Factor Design
Specification for Steel Hollow
Structural Sections Bresler. Boris, Lin.T.Y.
B.Scalzi. John. 1994. Design Of Steel
Structures, New York, John Wiley &
Sons, Inc.
Departemen Pekerjaan Umum. Standar Nasional
Indonesia (RSNI T-02-2005) : Tata
CaraPerencanaan Pembebanan
Jembatan Jalan Raya
Departemen Pekerjaan Umum. Standar Nasional
Indonesia (RSNI T-03-2005) : Perencanaan stuktur baja untuk
jembatan
Departemen Pekerjaan Umum. Standar Nasional
Indonesia (RSNI T-12-2005) : Perencanaan stuktur beton untuk
jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1992.
Peraturan Perencanan
Teknik Jembatan (Bridge Management
System dan
Bridge Design Manual).
Irawan, Djoko. Diktat Kuliah Jembatan Bentang
Panjang
Marwan, Isdarmanu. Buku Ajar Struktur Baja I.
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya.
M Das, Braja. 1998. Mekanika Tanah (Prinsip
Rekayasa
Geoteknis). Jakarta, Pradnya Paramita.
Santoso, H. 2000. Tabel Profil Konstruksi Baja.
Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur
Baja dengan
metode LRFD. Jakarta, Erlangga.
Struyk, H. J dan K.H.C.W van der Veen. 1995.
Jembatan.
Diterjemahkan oleh Soemargono.
Jakarta : Pradnya
Paramita.
Soewardojo. Buku Ajar Struktur Baja II.
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya.
Sosrodarsono, Suyono dan Kazuto Nakazawa.
1994. Mekanika
Tanah dan Teknik Pondasi. Jakarta :
Pradnya Paramita