24
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen a. Aktifitas Belajar Siswa Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen Belajar merupakan proses aktifitas yang memiliki keterukuran secara jelas. Dalam proses mengukur aktifitas belajar siswa digunakan teknik observasi yang melibatkan observer dengan instrumen yang berupa lembar observasi. Observasi ini dilakukan dengan tujuan mengetahui perbedaan aktifitas belajarsiswa antara kelas ekperimen dengan yang dalam pembelajarannya menerapkan media pembelajaran berbantuan e-learning dengan kelas kontrol yang dalam proses pembelajarannya menggunakan media dua dimensi. Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa pada pertemuan pertama pada pertemuan pertama tidak ada perbedaan aktifitas belajar siswa antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Sedangkan pada pertemuan kedua aktifitas belajar pada kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Berikut grafik prosentase rata-rata aktifitas belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen. Gambar 4.1 Grafik Persentase Rata-rata Aktifitas Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen pada Pertemuan Pertama dan Pertemuan Kedua Data (gambar 4.1) menunjukkan grafik dari persentase rata-rata antara kelas kontrol dan eksperimen pada pertemuan pertama dan kedua. Hasil yang didapatkan dari observasi pada pertemuan pertama menunjukkan bahwa pada 62.81 75 61.22 71.15 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Pertama Kedua Persentase (%) Eksperimen Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Aktifitas Belajar Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

a. Aktifitas Belajar Siswa Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen

Belajar merupakan proses aktifitas yang memiliki keterukuran secara

jelas. Dalam proses mengukur aktifitas belajar siswa digunakan teknik

observasi yang melibatkan observer dengan instrumen yang berupa lembar

observasi. Observasi ini dilakukan dengan tujuan mengetahui perbedaan

aktifitas belajarsiswa antara kelas ekperimen dengan yang dalam

pembelajarannya menerapkan media pembelajaran berbantuan e-learning

dengan kelas kontrol yang dalam proses pembelajarannya menggunakan media

dua dimensi.

Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa pada pertemuan

pertama pada pertemuan pertama tidak ada perbedaan aktifitas belajar siswa

antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Sedangkan pada pertemuan

kedua aktifitas belajar pada kelas eksperimen mengalami peningkatan yang

lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Berikut grafik prosentase rata-rata

aktifitas belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen.

Gambar 4.1 Grafik Persentase Rata-rata Aktifitas Siswa Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen pada Pertemuan Pertama dan Pertemuan Kedua

Data (gambar 4.1) menunjukkan grafik dari persentase rata-rata antara

kelas kontrol dan eksperimen pada pertemuan pertama dan kedua. Hasil yang

didapatkan dari observasi pada pertemuan pertama menunjukkan bahwa pada

62.8175

61.2271.15

01020304050607080

Pertama Kedua

Per

sen

tase

(%

)

Eksperimen Kontrol

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

42

kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak memiliki perbedaan aktifitas belajar

signifikan. Perbedaan persentase aktifitas siswa hanya selisih 1% antara

keduanya. Kelas kontrol 61.22% sedangkan kelas eksperimen 62.81%. namun

pada pertemuan kedua terdapat peningkatan persentase aktifitas belajar siswa

pada kedua kelas, yaitu kelas kontrol 71.15% dan kelas eksperimen 75.00%.

berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen memiliki

peningkatan aktifitas belajar siswa yang lebih besar dibandingkan dengan kelas

kontrol.

b. Aktifitas Belajar Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan Masing-masing Indikator Aktifitas Belajar

Observasi aktifitas belajar siswa yang dilakukan meliputi 5 indikator, yaitu

Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya

alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan, mengklarifikasi dan

menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan, mengevaluasi

argumen-argumen yang beragam jenisnya, menarik inferensi-

inferensi,menghasilkan argumen-argumen.

Masing-masing observer dalam penelitian ini mengamati kurang lebih 10

siswa dari masing-masing kelas yang diobservasi. Data yang diperoleh dari

pertemuan pertama dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 4.2 Grafik Aktivitas Siswa pada Pertemuan Pertama untuk Setiap

Indikatornya

Keterangan

Indikator KBK 1 : Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan,

khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan.

Indikator KBK 2 : Mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan

gagasan-gagasan. Indikator KBK 3 : Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya.

Indikator KBK 4 : Menarik inferensi-inferensi

Indikator KBK 5 : Menghasilkan argumen-argumen.

56

58

60

62

64

66

68

70

1 2 3 4 5

Per

sen

tase

(%

)

Eksperimen Kontrol

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

43

Berdasarkan data dari grafik aktifitas siswa pada pertemuan pertama

(gambar 4.2) pencapaian indikator ke -1 dilihat dari mengidentifkasi elemen-

elemen organ sistem pernapasan. Indikator ini dicapai oleh kelas kontrol

dengan persentase rata-rata 64% dan kelas eksperimen 67%. Pencapaian kelas

kontrol pada indikator ke-1 memiliki kriteria cukup,begitupun dengan

pencapaian kelas eksperimen pada indiator ke-1 memiliki kriteria lemah, namun

kelas eksperimen memiliki pencapaian lebih tinggi jika dibandingkan dengan

kelas kontrol. Pada indikator ke-2 yang meliputi siswa menginterpretasi

pernyataan dan gagasan mengenai fungsi organ sistem pernapasan, kelas

eksperimen memiliki pencapaian lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas

kontrol yaitu 69% dengan kriteria cukup dan kelas control hanya memperoleh

63% dengan kriteria cukup. Selanjutnya pencapaian indikator ke-3 oleh kelas

kontrol 61% dan kelas eksperimen 66%. Pencapaian pada indikator ke-4 oleh

kelas kontrol 63% dan kelas eksperimen 65%. Kemudian, pencapaian indikator

ke-5 oleh kelas kontrol 67%,sedangkan kelas eksperimen 68%.

Pertemuan kedua memperoleh hasil yang berbeda dengan pertemuan

pertama. Rata-rata pencapaian indikator kedua kelas meningkat dibandingkan

pada pertemuan pertama. Hasil observasi aktifitas belajar siswa pada pertemuan

kedua dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 4.3 Aktivitas Siswa pada Pertemuan Kedua untuk Setiap Indikatornya

Keterangan

Indikator KBK 1 : Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan.

Indikator KBK 2 : Mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan

gagasan-gagasan.

Indikator KBK 3 : Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya.

Indikator KBK 4 : Menarik inferensi-inferensi

Indikator KBK 5 : Menghasilkan argumen-argumen.

79 80 80 81 8078

70

74 7375

60

65

70

75

80

85

1 2 3 4 5

Per

sen

tase

(%

)

Eksperimen Kontrol

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

44

Berdasarkan grafik aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua (gambar

4.3) pencapaian indikator ke-1 kelas kontrol mencapai 78% dengan kriteria

baik, sedangkan kelas eksperimen mencapai 79% dengan kriteria baik. Pada

indikator aktivitas siswa ke-2, kelas kontrol memperoleh 70% sedangkan

pencapaian pada kelas eksperimen 80% hasil ini menunjukkan kriteria yang

baik. Selanjutnya pencapaian indikator ke-3 oleh kelas kontrol sebesar 74% dan

kelas eksperimen 80%. Indikator ke-4 kelas kontrol hanya mengalami sedikit

peningkatan menjadi 73% sedangkan kelas eksperimen memperoleh 81%.

Aktivitas siswa pada kelas kontrol dan eksperimen cenderung mengalami

peningkatan. Peningkatan ini dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 4.4 Rekapitulasi Aktivitas Siswa pada Pertemuan Pertama dan

Pertemuan Kedua untuk Setiap Indikatornya

Keterangan

Indikator KBK 1 : Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan,

khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan.

Indikator KBK 2 : Mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan

gagasan-gagasan.

Indikator KBK 3 : Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya.

Indikator KBK 4 : Menarik inferensi-inferensi Indikator KBK 5 : Menghasilkan argumen-argumen.

67

79

69

80

66

80

65

81

68

80

64

78

6370

61

74

63

7367

75

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

per

tem

uan

per

tam

a

per

tem

uan

ked

du

a

per

tem

uan

per

tam

a

per

tem

uan

ked

ua

per

tem

uan

per

tam

a

per

tem

uan

ked

ua

per

tem

uan

per

tam

a

per

tem

uan

ked

ua

per

tem

uan

per

tam

a

per

tem

uan

ked

ua

1 2 3 4 5

Per

senta

se (

%)

Eksperimen Kontrol

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

45

Berdasarkan grafik aktivitas belajar siswa (gambar 4.4) pada pertemuan

pertama kelas eksperimen memiliki persentase tertinggi sebesar 79%, pada

indikator ke-2 kelas kontrol memperoleh 70% lebih kecil dibandingkan dengan

kelas eksperimen memperoleh 80%. Pada pertemuan ke-3 kelas eksperimen

memiliki persentase tertinggi dengan nilai 81%. Secara keseluruhan grafik

aktivitas siswa menunjukan peningkatan aktivitas belajar siswa pada pertemuan

kedua. Kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas kontrol.

2. Perbedaan peningkatan keterampilan Berpikir Kritis (KBK) Siswa Antara

Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen

Penerapan pembelajaran yang berbeda antara kelas kontrol dengan kelas

eksperimen memungkinkan terjadinya perbedaan pencapaian hasil belajar yang

diperoleh masing-masing kelas. Dalam penelitian ini kelas kontrol menerapkan

pembelajaran dengan media dua dimensi. Sedangkan pada kelas eksperimen

diterapkan media pembelajaran berbantuan e-learning dalam pembelajaran biologi

dengan masing-masing siswa dapat mengoprasikan e-learning dalam bentuk web

LMS (Learning Management System) sebagai media dan sumber belajarnya.

a. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) Siswa Pada Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen

Perbedaan peningkatan keterampilan berpikir siswa yang diteliti memilki

acuan pada indikator keterampilan berpikir kritis yang diungkapkan oleh Alec

Fisher. Dalam penelitian ini terdapat 5 indikator yang digunakan, yaitu 1)

Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya

alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan 2) Mengklarifikasi dan

menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan 3) Mengevaluasi

argumen-argumen yang beragam jenisnya 4) Menarik inferensi-inferensi 5)

Menghasilkan argumen-argumen. Data nilai rata-rata keterampilan berpikir

kritis siswa yang diperoleh dari pretest dan postest pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat dilihat pada grafik.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

46

Gambar 4.5 Grafik Nilai Rata-rata Keterampilan Berpikir Kritis Siswa yang

Diperoleh dari Pretest-Postest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan grafik nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa

kelas kontrol dan kelas eksperimen (Gambar 4.5) yang diperoleh dari uji

pengetahuan awal (pretest) tdak jauh berbeda. Sedangkan pada proses posttest

nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen mengalami peningkatan. Peningkatan yang diperoleh kelas

eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol dengan nilai rata-

rata kelas 73, sedangkan kelas kontrol mengalami peningkatan dengan nilai

rata-rata 63.

Perbedaan nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas

kontrol dengan kelas eksperimen dapat diuraikan dan diamati lebih rinci

melalui grafik nilai rata-rata pretest-postest setiap indikator KBK.

Gambar 4.6 Grafik Nilai Rata-rata Pretest-Postest Setiap Indikator KBK pada

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

42.09 41.67

30.77

49.23

38.72

57.0563.03 63.68 65.38

60.26

42.0837.29

29.79

47.25

34.05

65.8371.04

65.21 68.2564.58

0

20

40

60

80

KBK 1 KBK 2 KBK 3 KBK 4 KBK 5 KBK 1 KBK 2 KBK 3 KBK 4 KBK 5

Pretest Postets

Per

sen

tase

(%

)

Kontrol Eksperimen

32.21

73.08

24.04

63

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Pretes postes

Per

sen

tase

(%

)

Eksperimen Kontrol

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

47

Keterangan

Indikator KBK 1 : Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan,

khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan.

Indikator KBK 2 : Mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan

gagasan-gagasan. Indikator KBK 3 : Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya.

Indikator KBK 4 : Menarik inferensi-inferensi

Indikator KBK 5 : Menghasilkan argumen-argumen.

Nilai rata-rata posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai rata-rata pretest.

Berdasarkan hasil pretest kelas kontrol memperoleh nilai lebih tinggi pada

semua indikator KBK yakni indikator KBK 1, indikator KBK 2, indikator KBK

3, indikator KBK 4 dan indikator KBK 5. Berbeda dengan kelas kontrol, pada

kelas eksperimen nilai rata-rata pretest lebih rendah dibandingkan dengan kelas

kontrol yakni pada indikator KBK 1, indikator KBK 2, indikator KBK 3,

indikator KBK 4 dan indikator KBK 5.

Berdasarkan grafik nilai rata-rata pretest-postest kelas kontrol dan kelas

eksperimen untuk setiap indicator KBK (Gambar 4.6) terlihat bahwa nilai rata-

rata posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen mengalami peningkatan. Nilai

rata-rata posttest tertinggi untuk kelas kontrol terletak pada indikator KBK 4,

sedangkan nilai rata-rata posttest terendah terjadi pada indikator KBK 1. Hasil

ini berbeda dengan kelas eksperimen yang memperoleh nilai rata-rata posttest

tertinggi pada indikator KBK 2 dan nilai rata-rata posttest terendah pada

indikator KBK 5.

Perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas

kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat dari nilai gain (N-gain). Dalam

penelitian ini N gain yang digunakan telah dinormalisasikan sehingga N gain

yang diperoleh tidak melebihi dari skor 1. Secara umum N gain pada kelas

kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 4.7 Grafik N-gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

0.62 0.51

0

0.2

0.4

0.6

0.8

Eksperimen Kontrol

Per

sen

tase

(%

)

N-Gain

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

48

Berdasarkan grafik N-gain (gambar 4.7) diketahui bahwa kelas

eksperimen mengalami peningkatan keterampilan berpikir kritis yang lebih

tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh N-

gain 0,62 sedangkan N-gain kelas kontrol hanya 0,51. Perbandingan kedua N-

gain tersebut merupakan N-gain rata-rata dari setiap kelas. Secara lebih rinci

peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang dicapai oleh kelas kontrol

dan kelas eksperimen untuk setiap indikator KBK dapat dilihat pada gambar 4.8

Gambar 4.8 N-gain untuk Setiap Indikator KBK pada Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

Grafik N-gain diatas menunjukan perbandingan N-gain yang dicapai

oleh masing-masing kelas pada setiap indikator keterampilan berpikir kritis

(KBK). Pada indikator KBK 1 yang meliputi mengidentifikasi elemen-elemen

dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-

kesimpulan skor N-gain kelas kontrol 0,26 sedangkan kelas eksperimen 0,39.

Selanjutnya indikator KBK 2 dengan ruang lingkup mengklarifikasi dan

menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan skor N-gain

kelas kontrol 0,37 sedangkan kelas eksperimen 0,54. Kemudian indikator KBK

3 yang meliputi mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya skor

N-gain kelas kontrol 0,48 sedngkan kelas eksperimen 0,49. Selanjutnya

indikator KBK 4 meliputi menarik inferensi-inferensi skor N-gain kelas

kontrol 0,32 sedangkan kelas eksperimen 0,40. Adapun untuk indikator KBK 5

yang merupakan indikator dari menghasilkan argument-argumen skor N-gain

untuk kelas kontrol 0,34 dan kelas eksperimen 0,45.

0.26

0.37

0.48

0.32 0.340.39

0.540.49

0.400.45

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

KBK 1 KBK 2 KBK 3 KBK 4 KBK 5

Per

sen

tase

(%

)

Kontrol Eksperimen

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

49

b. Analisis Uji Statistik Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) Siswa pada

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Statistika memegang peranan penting dalam penelitian, baik dalam

penyusunan model, penyusunan hipotesis, pengembangan alat dan instrumen,

pengumpulan data, penyusunan desain penelitian, penentuan sample dan dalam

analisis data (Nazir, 2013). Analisis uji statistik dilakukan dua tahap, yaitu uji

prasarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas dan uji hipotesis.

Dalam uji hipotesis data dianalisis dengan menggunakan dua cara yaitu dengan

uji Ttes untuk sampel yang berdistribusi normal atau dengan uji Mann-Withney

U untuk sampel yang tidak berdistribusi normal. Tingkat kepercayaan yang

digunakan 95% dengan α= 0,05.

1. Uji Statistik Keterampilan Berpikir Kritis (KBK)

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode

ilmiah, karena dengan analisislah data tersebut dapat diberi arti dan makna

yang berguna, guna memecahkan penelitian. Menurut Nazir (2013) Statistik

dapat menolong peneliti untuk menyimpulkan apakah suatu perbedaan yang

diperoleh benar-benar berbeda secara signifikan ataukah hubungan tersebut

hanya bersifat random atau kebetulan saja. Penarikan kesimpulan secara

statistik memungkin peneliti melakukan kegiatan ilmiah dengan lebih

ekonomis dalam pembuktian induktif. Tetapi harus disadari bahwa statistik

hanya merupakan alat bukan tujuan dari analisis.

Peningkatan keterampilan berpikir siswa dapat dianalisis dengan

mengolah data menggunakan software SPSS. 21. Terdapat dua langkah

utama dalam uji statistik ini, yaitu 1) uji prasarat dan 2) uji hipotesis. Dari

pengolahan data tersebut diperoleh hasil sebagai berikut.

a) Uji Prasarat

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas untuk N-gain secara

Umum

Data Kelas Uji Normalitas Uji

Homogenitas Kolmogorov Shapiro

N-Gain Kontrol Sig. 0,200 Sig. 0,683 Sig. 0,932

(Homogen) Keterangan Normal Normal

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

50

Eksperimen Sig. 0,200 Sig. 0.119

Keterangan Normal Normal

Tabel 4.1 menunjukan uji prasarat untuk N-gain antara kelas kontrol

dengan kelas eksperimen menyimpulkan bahwa data normal untuk uji

normalitas diperoleh nilai signifikansi >0,05 dan data homogen untuk uji

homogenitas. Hal ini dilihat dari nilai signifikansi uji homogenitas yang

>0,05.

b) Uji Hipotesis

Uji hipotesis merupakan uji statistik untuk memutuskan apakah

hipotesis penelitian yang diajukan diterima atau ditolak. Uji hipotesis ini

dilakukan sesuai dengan jenis data yang didapatkan dari uji prasarat.

Jika data tersebut berdistribusi normal maka dilakukan uji T tes,

sedangkan jika data tersebut tidak normal maka digunakan uji Mann-

Withney U.

Tabel 4.2 Hasil Uji Hipotesis Data N-gain Secara Umum

Data Uji Hipotesis Nilai

Signifikansi

Keterangan

N-

gain

Independent Simple T tes 0,026 H0 ditolak

Uji hipotesis pada tabel 4.2 menunjukan bahwa data N-gain

berdistribusi normal setelah diuji dengan T tes menghasilkan nilai

signifikansi 0,026 atau <0,05 yang berarti H0 ditolak. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan keterampilan

berpikir kritis siswa pada pembelajaran biologi berbasis e-learning

dengan pembelajaran biologi yang menggunakan media dua dimensi.

2) Uji Statistik Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) untuk Setiap

Indikatornya.

Uji statistik ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan peningkatan

berpikir kritis siswa pada setiap indikator KBK sehingga diketahui

indicator berpikir kritis mana yang mengalami peningkatan signifikan

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

51

diantara kedua kelas. Data yang diuji meliputi data N gain setiap

indikator KBK.

a) Uji Statistik Data N gain untuk Setiap Indikator Keterampilan Berpikir

Kritis (KBK)

Setiap indikator KBK dari data N gain diuji statistik dengan tujuan

mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis untuk

setiap indikator KBK. N gain yang diperoleh dari kedua kelas diolah

dengan uji prasarat dan uji hipotesis. Berikut adalah tabel hasil uji

prasarat untuk data N gain perindikator KBK.

Tabel 4.3 Uji Prasarat Data N gain untuk setiap Indikator KBK

Data N-

gain Kelas

Uji Normalitas Uji

Homogenitas Kolmogorov Shapiro

Indikator

KBK-1

Kontrol Sig.0,157 Sig. 0,109

Sig. 0,769

(Homogen)

Keterangan Normal Normal

Eksperimen Sig.0,200 Sig. 0,554

Keterangan Normal Normal

Indikator

KBK- 2

Kontrol Sig. 0,200 Sig. 0,512

Sig. 0,544

(Homogen)

Keterangan Normal Normal

Eksperimen Sig. 0,200 Sig. 0,888

Keterangan Normal Normal

Indikator

KBK- 3

Kontrol Sig. 0,200 Sig. 0,288

Sig. 0,877

(Homogen)

Keterangan Normal Normal

Eksperimen Sig. 0,200 Sig. 0,681

Keterangan Normal Normal

Indikator

KBK- 4

Kontrol Sig. 0,200 Sig. 0,101

Sig. 0,576

(Homogen)

Keterangan Normal Normal

Eksperimen Sig. 0,200 Sig. 0,553

Keterangan Normal Normal

Indikator

KBK- 5

Kontrol Sig. 0,176 Sig. 0,212

Sig. 0,283

(Homogen)

Keterangan Normal Normal

Eksperimen Sig. 0,200 Sig. 0,392

Keterangan Normal Normal

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

52

Keterangan

Indikator KBK 1 : Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang

dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-

kesimpulan. Indikator KBK 2 : Mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan-

pernyataan dan gagasan-gagasan.

Indikator KBK 3 : Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam

jenisnya.

Indikator KBK 4 : Menarik inferensi-inferensi

Indikator KBK 5 : Menghasilkan argumen-argumen.

Berdasarkan tabel hasil uji prasarat data N-gain untuk setiap

indikator KBK (tabel 4.3) menunjukkan bahwa semua indikator KBK

memiliki distribusi data yang normal. Nilai signifikansi yang diperoleh

dari uji normalitas data N-gain untuk setiap indikator KBK yaitu dari

indicator KBK-1, KBK-2, KBK-3, KBK-4 dan KBK-5 diatas α pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol menurut uji kolmogorov dan uji

Shapiro.

Uji homogenitas yang ditunjukan tabel (tabel 4.3) menghasilkan

data yang homogen. Nilai signifikansi yang diperoleh dari uji

homogenitas data N-gain untuk setiap indikator KBK yaitu indikator

KBK-1 0,769 indikator KBK-2 0,549 indikator KBK-3 0,877 indikator

KBK-4 0,576 dan indikator KBK-5 0,283. Semua hasil ini menunjukan

nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai α atau >0,05 yang artinya

data homogen.

Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis data N-gain untuk Setiap Indikator KBK

N-gain Uji Hipotesis Nilai

Signifikansi

Keterangan

KBK- 1 Independent Simple T tes 0,002 H0 ditolak

KBK- 2 Mann-Whitney U 0,279 H0 ditrima

KBK- 3 Mann-Whitney U 0,847 H0 ditrima

KBK- 4 Mann-Whitney U 0,552 H0 ditrima

KBK- 5 Independent Simple T tes 0,009 H0 ditolak

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

53

Keterangan

Indikator KBK 1 : Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang

dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-

kesimpulan.

Indikator KBK 2 : Mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan.

Indikator KBK 3 : Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam

jenisnya.

Indikator KBK 4 : Menarik inferensi-inferensi

Indikator KBK 5 : Menghasilkan argumen-argumen.

Berdasarkan tabel uji hipotesis data N-gain untuk setiap indikator

KBK (tabel 4.4), yang berdistribusi normal diuji hipotesis dengan

Independent Simple T tes, sedangkan indikator yang berdistribusi tidak

normal diuji hipotesis dengan menggunakan Mann-Withney U. indikator

KBK-1berdistribusi normal diuji hipotesis dengan Independent Simple T

tes untuk data N-gain menunjukan nilai signifikansi 0,002 sehingga H0

ditolak. Begitupun dengan indikator KBK-5 memiliki nilai signifikansi

0,009. Hasil ini lebih kecil dari α atau <0,05 sehingga H0 ditolak. Nilai

signifikansi diatas α ditunjukan oleh indikator KBK-2 dengan nilai

0,279, indikator KBK-3 dengan nilai 0,847 dan indikator KBK 4 dengan

nilai 0,552 sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis

siswa yang signifikan pada indikator KBK-1 dan indikator KBK-5

sedangkan pada indikator KBK-2, KBK-3, dan indikator KBK-4 tidak

terdapat perbedaan yang signifikan.

3. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Berbantuan E-Learning

Respon siswa terhadap pebelajaran berbasis e-learning dapat diukur

menggunakan angket. Metode ini hanya digunakan pada kelas eksperimen karena

kelas kontrol tidak melakukan pembelajaran dengan e-learning. Pengisian angket

dilakukan diakhir proses pembelajaran angket diberikan kepada siswa yang

termasuk dalam kelas eksperimen, yaitu kelas yang diberi perlakuan khusus berupa

pembelajaran e-learninng dalam pokok bahasan sistem pernapasan.

Peryataan dalam angket respon siswa terdiri dari 10 pertanyaan positif dan 10

pertanyaan negatif. Pernyataan dalam angket dibagi menjadi tiga dimensi. Pertama,

untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran biologi berbasis e-learning

pada konsep sistem pernapasan. Dimensi ini dikembangkan kedalam indikator

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

54

respon terhadap penerapan pembelajaran, rasa ingin tahu, dan manfaat

pembelajaran. Kedua, untuk mengetahui respon siswa terhadap proses

pembelajaran biologi berbasis e-learning pada konsep sistem pernapasan. Dimensi

ini dikembangkan menjadi empat indikator, yaitu minat siswa, keaktifan siswa,

kemampuan menyampaikan kembali dan motivasi belajar siswa. Ketiga, untuk

mengetahui respon siswa terhadap hasil belajar dengan pembelajaran biologi

berbasis e-learning pada konsep sistem pernapasan. Dimensi ini dikembangkan

kedalam indikator pemahaman siswa, wawasan siswa dan peningkatan kemampuan

kognitif siswa.

Ukuran yang digunakan dalam angket adalah skala likert. Skala ini disusun

dalam bentuk pernyataan dan diikuti oleh empat respon yang menunjukan tingkatan

respon. Instrumen ini dapat digunakan untuk mengukur kecenderungan sikap

peserta terhadap pembelajaran yang diikutinya. Berikut hasil rekapitulasi angket

yang telah dianalisis dan dituangkan dalam diagram pie.

Gambar 4.9 Diagram Persentase Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Berbasis

E-Learning

Diagram (gambar 4.9) menunjukan respon siswa terhadap pembelajaran

berbantuan E-Learnning. Berdasarkan hasil analisis data diatas, pembelajaran

berbasis e-learning dalam pembelajaran biologi mendapat respon kuat dengan

prosentase 63% , sedangkan sebagian siswa lainnya merespon sangant kuat

dengan prosentase 31%, merespon cukup 5% dan merespon lemah 1%. Hasil

rata-rata angket respon siswa adalah 99%. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa respon siswa terhadap pembelajaran biologi berbasis e-learning adalah

kuat.

31%

63%

5% 1%

Sangat kuat

Kuat

Cukup

Lemah

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

55

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Aktivitas Belajar Siswa Antara Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan

perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar (Majid,

2012). Dalam mengukur aktivitas belajar siswa digunakan metode observasi.

Sugiyono (2016) observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Observasi yang dilakukan

meliputi 5 indikator. Indikator tersebut yaitu Indikator KBK 1) Mengidentifikasi

elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan

kesimpulan-kesimpulan. 2) Mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan-

pernyataan dan gagasan-gagasan. 3) Mengevaluasi argumen-argumen yang

beragam jenisnya. 4) : Menarik inferensi-inferensi 5) Menghasilkan argumen-

argumen.

Hamalik dalam Arsyad (2016) pemakaian media pembelajaran dalam proses

belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media

pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu

keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi

pelajaran pada saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat

siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan

pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,

memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Analisis data observasi untuk aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama

(gambar 4.2) menunjukan nilai prosentase rata-rata kelas kontrol pada indikator-5

yaitu menghasilkan argumen-argumen memiliki prosentase tertinggi sedangkan

pada indikator-3 yaitu mengevaluasi argument-argumen yang beragam jenisnya

memiliki prosentase terendah. Analisis data observasi untuk aktivitas belajar siswa

pada kelas eksperimen pada indikator-2 yakni mengklarifikasi dan menginterpretasi

pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan memiliki prosentase tertinggi

sedangkan prosentase terendah pada kelas eksperimen yaitu pada indikator-4

menarik inferensi-inferensi.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

56

Pertemuan pertama pada kelas eksperimen lebih unggul dari kelas kontrol

dalam semua aspek aktivitas belajar siswa. Pembelajaran yang diterapkan pada

pertemuan pertama untuk kelas eksperimen menggunakan e-learning dalam bentuk

LMS (Learning Management System) website dengan pembelajaran yang dilakukan

di dalam kelas. Pembelajaran ini mendorong siswa untuk dapat belajar secara

mandiri dengan menggunakan fasilitas e-learning dalam bentuk LMS website serta

guru berperan sebagai fasilitator. Wahyuningsih dan Rakhmat (2017) penggunaan

e-learning dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian belajar peserta

didik. E-learning dapat menggantikan pembelajaran tatap muka mulai dari proses

pembelajaran hingga kegiatan evaluasinya. Darmawan (2014) e-learning

merupakan kombinasi antara informasi, interaksi dan komunikasi pendidikan. E-

learning mempermudah interaksi antara peserta didik dan materi pelajaran.

Pendidik dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tigas-tugas yang harus

dikerjakan oleh peserta didik di dalam website untuk diakses oleh para peserta

didik.

Aktivitas belajar pada pertemuan kedua pada kelas eksperimen mengalami

peningkatan yang signifikan dibandingkan kelas kontrol. Perbedaan ini meliputi

kelima aspek indikator aktivitas belajar siswa. Peneliti berpendapat bahwa pada

pertemuan kedua peningkatan terjadi disebabkan oleh faktor metode diskusi.

Namun pembelajaran e-learning yang sudah dapat dipahami penggunaan dan

manfaatnya oleh siswa dapat dimaksimalkan secara lagsung dalam

pembelajarannya. Berbeda dengan kelas eksperimen, pada kelas kontrol

pembelajaran dilakukan dengan media dua dimensi.

Rekapitulasi hasil observasi menunjukan persentase aktivitas belajar siswa

kelas eksperimen secara umum lebih unggul dibandingkan kelas kontrol. Perbedaan

aktivitas belajar tidak begitu nampak pada pertemuan pertama karena siswa dikelas

eksperimen masih terkesan kaku dalam menggunakan e-learning dalam bentuk

LMS website, sedangkan pada pertemuan kedua perbedaan persentase aktivitas

belajar terlihat signifikan dengan adanya diskusi dalam pembelajaran (lihat gambar

4.1). Keunggulan yang dimiliki e-learning dalam bentuk LMS memungkinkan guru

dan siswa untuk menggali kemampuan yang dimiliki.

Munir (2010) e-learning adalah proses belajar secara efektif yang dihasilkan

dengan caramenggabungkan penyampaian materi secara digital yang terdiri dari

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

57

dukungan dan layanan dalam belajar. E-learning merupakan kepanjangan dari

Elektronik Learning, merupakan salah satu metode baru dalam proses belajar

mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai sistem

pembelajarannya. E-learning merupakan alasan dasar dan konsekuensi logis dari

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ICT. Jaya Kumar C. Koran

dalam penelitian Ririn Arisa, mendefinisikan e-learning sebagai sembarang

pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN,

WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi atau

bimbingan. E-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan

melalui media internet.

Darmawan (2014) terdapat tiga fungsi e-learning dalam kegiatan

pembelajaran di dalam kelas yaitu sebagai suplemen (tambahan) yang sifatnya

pilihan (opsional), pelengkap (komplemen) atau pengganti (substitusi). E-learning

berfungsi sebagai suplemen (tambahan) yaitu peserta didik mempunyai kebebasan

memilih apakah akan memanfaatkan materi e-learning atau tidak. E-learning

berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) yaitu materinya diprogramkan untuk

melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas.

Kegiatan dengan menggunakan e-learning dimungkinkan berkembangnya

fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya peserta didik dapat mengakses bahan-

bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.

2. Perbedaan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Antara Kelas

Kontrol dengan Kelas Eksperimen

Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir reflektif yang

berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa yang harus diyakini dan

harus dilakukan. Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan

instrumenyang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis (Prayoga,

2013). Fisher (2008) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan kompetensi

akademis yang mirip dengan membaca dan menulis. Oleh karena itu, ia

mendefinisikan berpikir kritis merupakan interpretasi dan evaluasi yang terampil

dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. Dalam

pengukuran keterampilan berpikir kritis tes pilihan ganda beralasan digunakan dan

diimplementasikan pada materi system pernapasan pad manusia. Pilihan ganda ini

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

58

bukan hanya menuntut siswa mengetahui jawaban, tetapi siswa juga harus

mengetahui alasan dari jawaban tersebut. Dengan demikian dalam penskoran tes

pilihan ganda siswa diberi poin 2 untuk jawaban dan alasan yang tepat, 1 poin

untuk jawaban yang tepat dan alasan keliru, serta 0 apabila alasan tepat namun

jawaban salah serta kedua-duanya salah.

Kemampuan awal siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata pretest yang telah

dianalisis dan diuji statistik. Grafik nilai rata-rata pretest (gambar 4.5) menunjukan

bahwa kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak memiliki

perbedaan yang jauh. Dari hasil ini nilai kelas kontrol memperoleh rata-rata lebih

kecil sedangkan kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata lebih besar dari skor

maksimal. Pretest dilakukan sebelum diberikan perlakuan kepada masing-masing

kelas. Dalam hal ini setiap kelas belum mengalami proses pembelajaran secara

langsung dari peneliti sehingga kemampuan rata-rata yang dimiliki siswa antara

kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Dalam proses selanjutnya terdapat perbedaan kemampuan awal antara kelas

kontrol dan kelas eksperimen pada analisis kemampuan awal siswa pada setiap

indikator KBK. Berdasalkan hasil yang didapatkan dari pengolahan dan analisis

data pretest secara khusus untuk setiap indikator KBK menunjukan bahwa pada

indikator KBK-1 tidak dapat perbedaan kemampuan awal antara kelas kontrol dan

kelas eksperimen. Sedangkan pada indikator KBK yang lainya hanya terdapat

sedikit perbedaan kemampuan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Tetapi hasil indikator KBK-4 pada kelas kontrol memperoleh nilai lebih tinggi

dibandingkan kelas eksperimen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa

kelas kontrol memiliki keunggulan dalam kemampuan awal pada semua aspek

yaknimengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya

alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan, mengklarifikasi dan menginterpretasi

pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan, mengevaluasi argumen-argumen yang

beragam jenisnya, menarik inferensi-inferensi, menghasilkan argumen-argumen.

Namun pada indikator KBK- 4 dengan aspek menarik inferensi-inferensi kelas

kontrol memperoleh nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen.

Purwanto dalam Juanda (2016) tes merupakan alat ukur untuk proses

pengumpulan data dimana dalam memberikan respon atas pertanyaan dalam

instrument, peserta didorong untuk menunjukkan kemampuan maksimalnya. Astuti

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

59

(2015) kemampuan awal adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa

sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal

merupakan prasyarat yang harus dimiliki peserta didik sebelum memasuki

pembelajaran berikutnya yang lebih tinggi.

Penerapan pembelajaran e-learning dalam bentuk LMS website dilakukan

pada kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 1 Astanajapura. Sedangkan kelas XI IPA 2

merupakan kelas kontrol dengan pembelajaran tanpa menggunakan e-

learningdalam bentuk LMS website. Berdasarkan hasil pengukuran kemampuan

rata-rata siswa setelah mengikuti pembelajaran (nilai posttest), nilai rata-rata

posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (grafik

4.7). Hasil ini kemudian dianalisis dengan uji statistik yang meliputi uji prasarat

dan uji hipotesis. Dari hasil uji hipotesis (table 4.2) data N-gain menunjukan

signifikansi sig. <0,05 sehingga H0 ditolak. Dengan demikian terdapat perbedaan

yang signifikan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen pada kemampuan

rata-rata siswa setelah dilakukannya pembelajaran.

Penilaian terhadap kemampuan akhir dilakukan untuk mengukur seberapa

jauh tingkat pencapaian prestasi belajar selama mengikuti pembelajaran.

Keterampilan berpikir kritis yang dijadikan acuan sebagai hasil belajar dapat

dicapai lebih tinggi oleh kelas eksperimen dibandingkan dengan pencapaian kelas

kontrol. Dengan demikian penerapan e-learning dalam bentuk LMS website dalam

pembelajaran biologi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa secara

signifikan.

Arsyad (2016) menjelaskan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam

proses belajar mengajar dapat meningkatkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran

pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses

pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain itu,

media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman,

menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan

memadatkan informasi.

Dalam e-learning LMS website terdapat video, teks dan gambar yang

memungkinkan penyajian data menjadi lebih konkrit sehingga mudah dipahami.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

60

Kerucut pengalaman (cone of experience) yang dikemukakan oleh Edgar Dale

memberikan gambaran bahwa semakin konkret siswa mempelajari pelajaran, maka

semakin banyak pengalaman yang diperoleh siswa. Sebaliknya semakin abstrak

siswa mempelajari pelajaran, maka semakin sedikit pula pengalaman yang

diperolehnya.

Analisis kemampuan rata-rata siswa perindikator KBK setelah pembelajaran

dilakukan untuk mengetahui pada indikator mana terdapat perbedaan kemampuan

yang signifikan. Nilai rata-rata posttest untuk setiap indikator KBK dapat dilihat

pada gambar 4.6. nilai rata-rata posttest untuk indikator KBK-2 dan indikator KBK-

4.

Kemampuan awal siswa pada kelas kontrol untuk indikator KBK-4 lebih

unggul dibandingkan dengan kelas eksperimen. Hal ini mempengaruhi pencapaian

kelas kontrol pada hasil posttest yang telah dilakukan. Menurut Sanjaya (2012)

proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan dan karakteristik siswa

yang berbeda-beda. Siswa akan mudah mempelajari bahan pelajaran apabila siswa

tersebut telah memiliki sejumlah kemampuan awal. Siswa akan mudah mempelajari

bahan pelajaran, apabila dalam sirinya terdapat kemampuan awal yang dibutuhkan.

Siswa yang memiliki kemampuan awal akan lebih siap dibandingkan dengan siswa

yang belum memiliki kemampuan awal.

Peningkatan keterampilan berpikir kritis dapat dilihat dari N-gain yang

diperoleh masing-masing kelas. N-gain untuk kelas kontrol lebih kecil dan N-gain

kelas eksperimen lebih besar. Kelas eksperimen memiliki N-gain lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol. Hai ini menunjukan peningkatan keterampilan berpikir

kritis siswa pada kelas eksperimen lebih unggul daripada peningkatan keterampilan

berpikir kritis siswa dikelas kontrol. Hasil uji hipotesis yang diperoleh dari uji

Independent Simple T test pada data N-gain secara umum (tabel 4.2). Karena nilai

sig.<0,05 maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

peningkatan keterampilan berpikir kritis yang signifikan antara kelas kontrol

dengan kelas eksperimen.

Wahyuningsih dan Rakhmat (2017) penggunaan e-learning dalam

pembelajaran menurut riset-riset terbaru memberi dampak positif terhadap proses

dan hasil belajar. Penggunaan e-learning secara terencana dan terstruktur dapat

meningkatkan interaktivitas, kemandirian dan hasil belajar. E-learning dapat

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

61

digunakan untuk menyajikan bahan ajar sesuai dengan gaya belajar seseorang

secara visual, auditorial, dan kinetetik. E-learning juga baik digunakan untuk

membangun keterampilan berpikir seseorang yang meliputi berpikir kreatif, kritis

dan metakognisi. Pada prinsipnya e-learning tidak hanya sekedar media akan tetapi

di dalamnya terkandung metode dan sekumpulan strategi untuk memfasilitasi

manusia dalam belajar, baik secara individu maupun kelompok.

Analisis N-gain perindikator dilakukan guna mengetahui indikator KBK yang

memiliki perbedaan peningkatan signifikan atau bahkan tidak memiliki perbedaan

peningkatan KBK antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Berdasarkan data

N-gain yang diperoleh untuk setiap indikator KBK (gambar 4.8) secara

keseluruhan N-gain kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas

kontrol. N-gain tertinggi kelas eksperimen terdapat pada indikator KBK-2,

sedangkan N-gain indikator KBK-1, KBK-3, KBK-4 dan KBK-5 lebih kecil. Pada

kelas kontrol N-gain tertinggi pada indikator KBK-3, sedangkan indikator KBK-1,

KBK-2, KBK-4 dan KBK-5 N-gain nya lebih kecil.

Uji hipotesis pada masing-masing N-gain indikator KBK dilakukan dengan

uji Independent simple T test dan uji Mann- Whitney U karena ada data yang

berdistribusi tidak normal. Hasil dari uji hipotesis untuk masing-masing indikator

pada data N-gain (tabel 4.3) menunjukan bahwa nilai signifikansi N-gain pada

indikator KBK-1 dan indikator KBK-5 nilai signifikansi keduanya menunjukan

nilai yang <0,05 sehingga H0 ditolak. Sedangkan hasil uji hipotesis untuk data N-

gain indikator KBK- 2, indikator KBK-3 dan indikator KBK-4 nilai signifikansi

>0,05 sehingga H0 diterima. Berdasarkan hasil uji hipotesis ini dapat disimpulkan

bahwa perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang signifikan terdapat

pada indikator KBK-1 dan indikator KBK-5 sedangkan untuk indikator KBK-2,

KBK-3 dan KBK-4 tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir

kritis yang signifikan.

Perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang ditinjau dari

masing-masing indikator KBK menunjukan hasil yang kurang signifikan. Hanya

pada indikator KBK-1 dan indikator KBK-5 perbedaan peningkatan KBK dapat

diterima. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa kurang

maksimalnya ketercapaian keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen

dipengaruhi oleh terbatasnya prasarana yang dimiliki siswa untuk memahami

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

62

materi secara lebih mendalam melalui e-learning LMS website. E-learning yang

dikembangkan peneliti bersifat online dan dapat dibuka dengan menggunakan

komputer, laptop, netbook, handphone. Menurut Desmita (2014) sumber belajar

berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh

pengalaman belajar. Berbagai pengalaman yang dirancang agar siswa dapat

mencapai tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus

mendorong agar siswa aktif belajar baik secara fisik ataupun non-fisik. Adanya

fasilitas dalam pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar

sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.

3. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Berbantuan E-Learning

Respon merupakan tanggapan yang diberikan seseorang terhadap stimulus

yang telah diberikan. Pengukuran respon siswa terhadap pembelajaran berbantuan

e-learning LMS website dalam pembelajaran biologi sangat penting diketahu

karena respon siswa terhadap e-learning ini dapat menjadi salah satu tolak ukur

dalam mengevaluasi e-learning dan penerapannya. Tujuan pemberian angket

adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran yang telah

guru terapkan sebagai bahan evaluasi dan refleksi guru untuk dapat memberikan

yang lebih baik lagi dan lebih berkualitas kedepannya. Respon merupakan

tanggapan yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang telah diberikan

sehingga dapat diterima atau bahkan ditolak.

Pengukuran respon siswa terhadap pembelajaran biologi sangat penting

diketahui karena respon siswa terhadap pembelajaran berbantuan e-learning dapat

menjadi salah satu tolak ukur dalam mengembangkan pembelajaran yang baru

terhadap siswa agar ketika siswa telah selesai di jenjang pendidikannya siswa

memiliki sebuah pengetahuan. Data respon siswa hanya dibutuhkan pada kelas

eksperimen karena kelas kontrol tidak diberikan perlakuan berupa pembelajaran

berbantuan e-learning.

Angket yang digunakan tidak mencantumkan opsi ragu-ragu (R) atau opsi

tengah (netral). Opsi tersebut tidak digunakan dengan tujuan agar siswa tidak

terpengaruh untuk tidak memberikan pendapat yang berakibat tidak adanya respon

yang pasti, apakah menerima atau menolak. Sukardi (2008) yang menyatakan

bahwa ada kecenderungan seseorang atau responden memberikan pilihan jawaban

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

63

pada kategori tengah karena alasan kemanusiaan, seandainya responden memilih

pada kategori tengah maka peneliti tidak akan memperoleh informasi yang pasti.

Hasil penghitungan rata-rata persentase angket respon siswa per dimensi

dapat jelaskan bahwa respon siswa terhadap penerapan pembelajaran dan proses

pembelajaran berbantuan e-learning, dan hasil belajar dan peningkatan

keterampilan berpikir kritis siswa adalah kuat. Hasil perolehan data tersebut, secara

umum pembelajaran berbantuan e-learning ini diterima dengan baik oleh siswa.

Hasil dari persentase rata-rata siswa merasa tertarik terhadap pembelajaran biologi

berbantuan e-learning pada pokok bahasan sistem pernapasan pada manusia di

kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Astanajapura.

Dimensi proses yang digunakan dalam angket menggunakan indikator minat,

kemampuan menyampaikan kembali, keaktifan siswa dan motivasi. Sebagian besar

siswa memberikan respon bahwa pembelajaran berbantuan e-learning dapat

menumbuhkan minat serta motivasi dalam belajar, serta meningkatkan keaktifan

siswa dalam mengikuti pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menyampaikan

kembali materi yang telah dipelajari meningkat. Dimensi hasil belajar dalam angket

menggunakan indikator pemahaman, wawasan, dan adanya peningkatan

keterampilan berpikir kritis.

Respon kuat yang diberikan siswa terhadap pembelajaran biologi berbasis e-

learning LMS website ini sesuai dengan pendapat Kemp & Dayton dalam Arsyad

(2016) yang mengatakan bahwa media dapat diasosiasikan sebagai penarik

perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan

keruntunan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus

yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir,

yang kesemuanya menunjukan bahwa media memiliki aspek motivasi dan

meningkatkan minat.

Darmawan (2014) E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik

dan materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara peserta didik dan

pendidikmaupun antara sesama peserta didik saling berbagi informasi atau

pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan

pengembangan diri peserta didik. Pendidi.k dapat menempatkan bahan-bahan

belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu

di dalam website untuk diakses oleh para peserta didik.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB41413161020.pdf1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktifitas Belajar

64

Hamalik dalam Arsyad (2016) mengemukakan bahwa pemakaian media

pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan

minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan

bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan

media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu

keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat

itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga

dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan

menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Dapat diketahui bahwa pembelajaran berbantuan e-learning menggunakan

website memberikan hal baru bagi siswa, menciptakan lingkungan belajar yang

menyenangkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor

pengetahuannya didalam kelas, dengan demikian siswa termotivasi dalam

mengikuti pembelajaran dan merespon baik terhadap pembelajaran berbantuan e-

learning mengunakan website.