100
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN PELAKSANAAN PENELITIAN Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan pra- penelitian terlebih dahulu. Bogdan menyatakan (dalam Moleong, 2006), terdapat 6 tahap pra-lapangan dan ditambah dengan etika penelitian yaitu : a. Menyusun rancangan penelitian, meliputi penulisan bab 1 hingga bab 3 yang mencakup latar belakang, landasan teori dan metode penelitian kemudian juga mempersiapkan alat pengumpul data berupa penuntun wawancara (interview guide) dan panduan observasi. b. Memilih lapangan penelitian, sesuai dengan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menetapkan tempat penelitian yakni di Jln. Onta Raya No 10 Semarang. c. Pengurusan perijinan dilakukan peneliti dengan mengurus perijinan dari Fakutas Psikologi dengan persetujuan dosen pembimbing I dan pembimbing II serta dekan Fakultas Psikologi. Kemudian peneliti pada keesokan harinya ditemani kerabat mengunjungi pembina Yayasan Emas Indonesia. Setelah diberikan izin kepada pembina yayasan peneliti diberikan kesempatan untuk memulai wawancara disesuaikan dengan jadwal partisipan. Sebelum pelaksanaan wawancara, peneliti menjelaskan gambaran detail mengenai penelitian yang akan dilakukan. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. …...3. Hasil observasi di tempat kerja Beberapa hari kemudian, peneliti melakukan observasi di tempat kerja subjek. Saat peneliti tiba subjek

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. PERSIAPAN PELAKSANAAN PENELITIAN

    Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan pra-

    penelitian terlebih dahulu. Bogdan menyatakan (dalam Moleong,

    2006), terdapat 6 tahap pra-lapangan dan ditambah dengan etika

    penelitian yaitu :

    a. Menyusun rancangan penelitian, meliputi penulisan bab 1

    hingga bab 3 yang mencakup latar belakang, landasan teori dan

    metode penelitian kemudian juga mempersiapkan alat

    pengumpul data berupa penuntun wawancara (interview guide)

    dan panduan observasi.

    b. Memilih lapangan penelitian, sesuai dengan hasil survei yang

    dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menetapkan tempat

    penelitian yakni di Jln. Onta Raya No 10 Semarang.

    c. Pengurusan perijinan dilakukan peneliti dengan mengurus

    perijinan dari Fakutas Psikologi dengan persetujuan dosen

    pembimbing I dan pembimbing II serta dekan Fakultas

    Psikologi. Kemudian peneliti pada keesokan harinya ditemani

    kerabat mengunjungi pembina Yayasan Emas Indonesia.

    Setelah diberikan izin kepada pembina yayasan peneliti

    diberikan kesempatan untuk memulai wawancara disesuaikan

    dengan jadwal partisipan. Sebelum pelaksanaan wawancara,

    peneliti menjelaskan gambaran detail mengenai penelitian yang

    akan dilakukan.

    56

  • d. Menjajaki dan Menilai Lapangan dilakukan dengan maksud

    untuk mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik Yayasan

    Emas Indonesia serta cara pandang anak-anak yang hidup di

    yayasan tersebut. Hal ini dilakukan dengan menghubungi salah

    satu pembina yang selalu mengambil peran dalam yayasan

    tersebut. Dengan begitu peneliti bisa cepat menyesuaikan diri

    dengan keadaan setempat. Beruntungnya semua anak-anak

    maupun pengurus bisa menerima peneliti.

    e. Dalam hal ini, peneliti juga memilih dan memanfaatkan

    informan untuk kepentingan penelitian ini.

    f. Mempersiapkan perlengkapan penelitian, yang peneliti lakukan

    dengan menyediakan alat-alat yang dibutuhkan selama proses

    pengambilan data seperti alat tulis, buku catatan, handphone.

    g. Mengetahui persoalan etika penelitian dengan memberitahukan

    maksud dan tujuan penelitian secara terbuka pada pembina

    yayasan serta fasilitator yang bekerja di yayasan emas

    Indonesia.

    B. PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian melakukan beberapa tahapan dalam pengumpulan

    data, dimulai dengan mewawancarai anak-anak jalanan yang sesuai

    dengan kriteria penelitian. Tujuan diadakan wawancara untuk

    mendapatkan gambaran program resosialisasi serta sikap mereka

    terhadap program resosialiasi yang diterapkan di Yayasan Emas

    Indonesia. Observasi dilakukan saat wawancara, ditempat kerja

    subjek serta aktivitas mereka saat berada di yayasan. Peneliti

    57

  • mengawali dengan datang ke yayasan, membuat janji untuk

    wawancara dan obsevasi.

    Tabel 4.1 Jadwal pertemuan dengan subjek penelitian

    Waktu Tempat Keterangan

    Tanggal Jam

    7-11-2013 18:05 WIB

    9-11-2013 17:13 WIB

    Ruang Tamu

    Anak jalanan yang

    memiliki latar

    belakang menodong

    dan memakai obat-

    obatan (AM)

    27-11-2013 14:32 WIB Ruang Pertemuan Anak jalanan yang

    memiliki latar

    belakang menodong

    dan memakai obat-

    obatan (IW)

    Dalam pertemuan tersebut peneliti menjelaskan terlebih

    dahulu mengenai maksud dan tujuan secara langsung perihal

    pertemuan peneliti dengan pembina yayasan serta anak-anak

    jalanan yang sesuai dengan kriteria penelitian dan kemudian

    meminta kesediaan mereka untuk diwawancarai sekaligus

    melakukan pengamatan langsung. Selanjutnya peneliti mulai

    mewawancarai kedua subjek dan diteruskan dengan mewawancarai

    fasilitator lainnya dalam hari yang berbeda. Setelah data yang

    dikumpul dirasa cukup, peneliti mulai mengolah transkrip

    wawancara (dalam bentuk soft copy) dan datang kembali ke

    58

  • yayasan menunjukkan transkrip wawancara demi keperluan

    member check. Kedua subjek menyetujui transkrip wawancara

    yang sudah dibuat dan tidak berkeberatan untuk mencantumkannya

    untuk lampiran skripsi ini. Selanjutnya peneliti meminta masing-

    masing partisipan untuk menandatangani surat pernyataan bahwa

    peneliti benar-benar telah melakukan wawancara serta observasi

    dengan mereka. Kedua subjek juga tidak keberatan jika

    menggunakan nama mereka pada surat pernyataan, maupun

    menampilkan dokumentasi di skripsi peneliti.

    C. ANALISIS DATA

    Setelah semua data diperoleh, baik wawancara, observasi dan

    foto, peneliti kemudian melakukan analisis data sesuai dengan

    tahapan yang telah dirancangkan sebelumnya. Proses analisis data

    diawali dengan pengetikkan transkrip wawancara yang peneliti

    lakukan secara manual dengan mendengarkan hasil rekaman dan

    mengetik kata perkata. Selanjutnya peneliti menambahkan kode

    angka latin (1, 2, 3, 4, dst...) pada bagian kanan transkrip disetiap

    barisnya agar memudahkan dalam proses analisis data.

    Setelah proses pengetikan selesai, peneliti kemudian membaca

    transkripsi wawancara dan hasil observasi berulang-ulang hingga

    peneliti mampu menemukan alur dan juga menentukan tema-tema

    serta makna dibalik setiap kalimat yang diungkapkan partisipan

    penelitian secara verbal. Tema dan makna tersebut peneliti

    tambahkan pada bagian kanan transkrip.

    59

  • Agar memudahkan dalam merujuk, peneliti memberikan kode

    sesuai dengan inisial nama masing-masing partisipan. Untuk

    subjek pertama AM sedangkan subjek kedua IW. Selanjutnya

    peneliti mengelompokkan data ke dalam aspek-aspek yang

    digunakan dalam penelitian dan analisis. Adapun hasil pengkodean

    berdasarkan masing-masing aspek dapat dilihat pada lampiran.

    D. HASIL PENELITIAN I. Subjek I

    a. Identitas dan Gambaran Umum Nama : AM

    Umur : 16 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Pendidikan terakhir : SD

    Agama : Kristen Protestan

    Anak ke- : 3 dari 5 bersaudara

    Subjek berasal dari Tual tepatnya di Maluku Tengah.

    Lahir pada 18 Mei 1997. Subjek berasal dari keluarga yang

    kurang mampu, dan broken home. Orang tuanya bercerai

    ketika subjek masih kecil. Ibunya menikah lagi sementara

    ayahnya seorang diri dalam keadaan sakit-sakitan. Alasan

    tersebut membuat subjek dan saudaranya lebih memilih

    tinggal dengan ayah ketimbang dengan ibunya. Subjek

    memiliki enam saudara namun kedua kaka tertuanya

    meninggal di usia yang masih kecil dan akhirnya tinggal

    empat orang. Subjek merupakan anak ketiga dari lima

    bersaudara. Kaka pertama merintis usaha sendiri dengan

    60

  • menjual alat-alat elektronik, kaka yang kedua tidak

    melanjutkan sekolah dikarenakan biaya namun kegiatan

    sehari-harinya merawat bunga dan menjaga ayah serta adik-

    adiknya yang masih kecil.

    Hubungan subjek dengan keluarganya tidaklah seperti

    dulu dikarenakan keluarganya tinggal di pelosok-pelosok

    sehingga subjek mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.

    Selesai sekolah subjek merantau ke Jogja dengan alasan akan

    di sekolahkan oleh Omnya. Namun sampai di Jogja subjek

    hanya disuruh merawat bunga. Ketika ia tinggal dengan

    keluarga di Jogja, ia mengalami kekerasan baik verbal

    maupun nonverbal dari omnya sendiri. Benar ataupun salah

    pasti dimarahin atau dipukul. Kekerasan yang ia alami lantas

    membuat ia akhirnya turun ke jalanan.

    Kehidupan jalanan serta pengaruh teman-teman akhirnya

    membuat subjek berperilaku kriminal seperti: menodong dan

    memakai obat-obatan. Kegiatan menodong dan memakai

    obat-obatan dilakukan hampir setiap hari. Gerbong Kereta

    Api, Stasiun Poncol dan konser-konser merupakan tempat

    subjek melakukan kegiatan tersebut. Diakui subjek bahwa

    kegiatan menodong dan memakai obat-obatan sangat

    berpengaruh baik maupun buruk bagi dirinya. Pengaruh baik

    dari obat membuat subjek merasa diri jago, berani dan

    memiliki kepercayaan dirinya saat berada di jalanan dalam

    menghadapi polisi maupun masyarakat umum lainnya. Aksi

    menodong subjek menghasilkan uang serta berbagai jenis

    handphone. Sementara pengaruh buruk, seperti badan subjek

    61

  • sering sakit-sakitan, sesak di dada sampai pernah di pukul

    oleh masyarakat dan ditangkap oleh polisi.

    Ketika subjek berada di jalan Johar saat itu juga,

    Yayasan Emas Indonesia yang merupakan salah satu bagian

    dalam mengentaskan anak jalanan sedang melakukan

    kegiatan belajar mengajar bagi anak-anak jalanan. Subjek

    merasa tertarik dan saat yang bersamaan subjek mengambil

    keputusan untuk tinggal di yayasan. Pertama kali tinggal di

    yayasan subjek masih merasa malu-malu ketika berinteraksi

    dengan lingkungan yayasan namun seiring berjalannya waktu

    subjek mulai akrab dengan teman-teman maupun kakak-

    kakak yang berada di yayasan. Yayasan Emas Indonesia bagi

    subjek secara pribadi adalah bagian dari keluarga. Kasih

    sayang, kebaikan, perhatian yang ia tidak didapatkan dari

    keluarganya sendiri, ia dapatkan di yayasan. Menurut salah

    satu sumber yang merupakan orang terdekat subjek

    menyatakan bahwa subjek itu anak yang penurut, rajin, tekun

    dalam melakukan pekerjaannya namun terkadang subjek

    menunjukan perilaku malu-malu. Dari proses kehidupan

    yang dialami saat berada di yayasan membuat subjek ingin

    sekali menjadi orang yang berguna bagi orang tuanya. Hal

    tersebut terbukti dari pertanyaan subjek serta pembuktian

    bahwa subjek sudah berubah. Saat ini subjek sedang

    mengumpulkan uang agar ia bisa pulang dan membahagiakan

    ayah tercinta.

    62

  • b. Hasil Observasi 1. Laporan observasi selama wawancara

    Wawancara dilaksanakan pada tanggal 7 & 8

    November 2013 di ruangan Yayasan Emas Indonesia.

    Hari itu subjek menggunakan kaos hitam, celana panjang

    hitam serta topi berwarna hitam kuning. Saat dilakukan

    wawancara subjek kelihatan cape dikarenakan subjek baru

    pulang kerja. Secara keseluruhan ruangan yayasan

    terdapat satu bangku serta satu meja, banyak tikar serta

    terdapat lukisan-lukisan di dinding ruangan. Saat

    wawancara peneliti dan subjek melantai dengan tikar.

    Posisi duduk subjek dan peneliti cukup dekat. Awal

    wawancara subjek kelihatan agak tegang dan banyak

    berpikir tentang apa saja yang akan ditanyakan.

    Ketika pertanyaan yang berhubungan dengan

    keluarga subjek menjawab dengan suara yang agak pelan.

    Selain itu, faktor kebisingan di jalan raya yang akhirnya

    membuat peneliti mengalami sedikit kesulitan sehingga

    peneliti meminta agar subjek mengulangi apa yang subjek

    ucapkan dan semakin mendekatkan handphone di mulut

    subjek. Sesekali saat menjawab pertanyaan, subjek

    menggerakkan tangan, memainkan topi sebagai wujud

    ekspresi non verbalnya. Selama wawancara nada suara

    serta intonasi subjek naik turun. Ketika percakapan

    mengenai kehidupan di jalanan nada suara subjek sedikit

    keras saat ia menceritakan setiap kejadian-kejadian yang

    ia alami di jalanan. Ekspresi muka yang begitu penuh

    63

  • penyesalan subjek tunjukan saat menjelaskan bahwa

    kehidupan jalanan membuat kehidupannya sangat tidak

    karuan. Subjek kadang cenderung kurang menangkap

    dalam menanggapi pertanyaan sehingga meminta peneliti

    untuk menyederhanakan beberapa pertanyaan yang bagi

    subjek sulit untuk dimengerti. Kadang-kadang subjek

    menunjukkan ekspresi senang ketika ia menjelaskan

    mengenai kehidupan di yayasan yang begitu penuh

    dengan kasih sayang. Mendekati akhir wawancara, subjek

    menunjukkan beberapa tanda-tanda kelelahan seperti

    posisi duduk yang berubah, mulai mengelus-eluskan

    wajah dan terkadang memakai topi kemudian melepaskan

    topi dan sebagainya. Akhirnya peneliti memutuskan untuk

    mengakhiri wawancara di malam hari tersebut.

    2. Hasil observasi saat di yayasan

    Selesai melaksanakan wawancara, peneliti tetap

    mengamati subjek dengan alasan ingin melihat bagaimana

    hubungan subjek dengan teman-teman di yayasan. Sehabis

    wawancara subjek kembali dan berkumpul dengan teman-

    teman di yayasan. Mereka bercanda sambil tertawa. Saat

    sedang bercandagurau dengan teman-temannya, salah satu

    temannya bercanda sambil memukul subjek. Subjekpun

    melakukan hal yang sama. Namun mereka tetap dalam

    keadaan bercanda. Saat yang bersamaan subjek mentraktir

    semua anak-anak yayasan untuk bermain di pasar malam.

    Subjekpun mengajak peneliti dan ia mengakui ini hasil

    saat ia mengikuti syuting yang dilakukan oleh beberapa

    64

  • orang yang berasal dari Jakarta. Tidak hanya mentraktir

    semua anak-anak, iapun membagi uang buat beberapa

    pembina yang tinggal di yayasan.

    Hari semakin malam akhirnya peneliti memutuskan

    untuk melanjutkan observasi pada keesokan harinya. Hari

    esokpun tiba, saat peneliti berada di yayasan, subjek

    masih di tempat kerja. Beberapa saat kemudian subjek

    pulang lebih dulu dari hari biasanya. Ketika subjek tiba, ia

    dalam keadaan mendorong sepeda sambil tersenyum. Hal

    tersebut membuat peneliti penasaran dan peneliti mencoba

    berbincang-bincang dengan subjek. Alasan subjek pulang

    lebih cepat dari hari-hari biasanya sambil tersenyum

    karena hari itu subjek telah menerima gaji dari hasil

    kerjanya. Setelah selesai berbincang-bincang dengan

    peneliti, subjek langsung ke belakang melihat hewan

    peliharaannya. Kemudian ia masuk ke kamar dan

    beberapa saat kemudian ia langsung bergabung dengan

    teman-teman dan juga peneliti yang saat itu sedang

    bercanda di ruang televisi.

    Sorepun tiba, dari ruang televisi subjek dan teman-

    temannya duduk di halaman belakang rumah sambil

    bercanda-canda. Subjek dan teman-teman kebanyakan

    menggunakan bahasa jawa sehingga membuat peneliti

    sedikit tidak mengerti. Namun akhirnya peneliti

    menanyakan dari teman subjek maksud dari perkataan

    subjek dengan teman-temannya. Dari pengamatan peneliti

    subjek adalah pribadi yang sangat penyanyang dan suka

    65

  • bercanda. Terkadang dalam keadaan bercanda subjek

    menggendong anak kecil dan bermain-main dengannya

    sambil mencium pipinya dan memberikan beberapa

    makanan kepadanya. Saat temannya sedang membutuhkan

    bantuan, subjek langsung menolongnya. Namun ada satu

    kebiasaan subjek yang kadang membuat jengkel teman-

    temannya. Saat dimana ia bercanda dengan teman laki-

    laki maupun perempuan tanpa memperdulikan mereka.

    Ada satu kejadian dimana subjek bercanda dengan teman

    perempuan sampai buat temannya marah namun ia tetap

    bercanda sambil tertawa terbahak-bahak sampai akhirnya

    ditegur oleh kaka yayasan barulah ia berhenti.

    3. Hasil observasi di tempat kerja

    Beberapa hari kemudian, peneliti melakukan

    observasi di tempat kerja subjek. Saat peneliti tiba subjek

    sedang bekerja. Didalam ruangan kerja selain subjek, ada

    juga salah satu anak jalanan dan pemiliki usaha meja

    belajar. Secara keseluruhan ruang kerja penuh dengan

    meja-meja belajar yang siap untuk di jual serta bahan-

    bahan dasar pembuatan meja belajar. Sesekali subjek

    bercanda dengan temannya dan pemilik usaha tersebut

    namun waktu subjek banyak di luangkan untuk

    menyelesaikan meja belajar. Subjek mulai bekerja dari

    jam 08.00 wib sampai 17.00 WIB dan waktu istirahatnya

    berkisar jam 12.00 sampai 14.00 WIB. Dalam sehari

    subjek harus bisa menyelesaikan 150 buah meja belajar.

    Subjek benar-benar begitu konsen dan sangat telaten

    66

  • dalam pembuatan meja belajar karena ketika terjadi

    kesalahan akan menimbulkan sedikit kerugian. Saat waktu

    istirahat tiba subjek mencoba untuk menggerakkan

    seluruh bagian tubuhnya yang merupakan tanda bahwa

    subjek merasa kelelahan. Makan siang pun tiba, subjek

    berjalan menuju ruang makan, Setelah selesai makan

    subjek bercakap-cakap dengan peneliti serta orang-orang

    yang berada di tempat tersebut. Sembaring bercanda,

    subjek terus melihat jam dinding. Hal tersebut

    dilakukannya agar ia tidak lupa waktu untuk melanjutkan

    pekerjaannya.

    Waktu istirahatpun telah selesai, subjek melanjutkan

    mengerjakan kerjaannya. Sesekali subjek kerja sambil

    mendengarkan musik. Alasan ia mendengarkan musik

    agar ia tidak cepat bosan walaupun dalam keadaan yang

    sangat melelahkan. Ada beberapa kesalahan yang subjek

    lakukan saat membuat meja belajar tapi subjek tetap santai

    untuk memperbaiki kesalahan yang ia buat. Ketika subjek

    sedang bekerja, tiba-tiba salah satu temannya kehabisan

    mur dan mencoba mencari lagi di beberapa tempat. Pada

    saat subjek mengetahuinya subjek menawarkan mur buat

    temannya walaupun mur yang dimiliki subjek hanya

    tinggal sedikit dan masih banyak meja belajar yang belum

    diselesaikan. Hari semakin sore akhirnya peneliti

    mengakhir proses observasi tersebut.

    67

  • c. Analisis berdasarkan masing-masing aspek.

    1. Komponen Kognitif. Aspek kognitif menjelaskan mengenai pemikiran

    berupa fakta-fakta, pengetahuan, keyakinan subjek tentang

    latar belakang menodong dan memakai obat-obatan

    sampai menjalani program resosialisasi di Yayasan Emas

    Indonesia. Pemikiran subjek meliputi kehidupan di

    jalanan, kehidupan di Yayasan Emas Indonesia serta

    aturan dan program yang diterapkan.

    a. Pemahaman mengenai alasan serta kehidupan yang terjadi saat subjek turun ke jalanan.

    Salah satu faktor anak turun ke jalanan adalah

    menjadi korban kekerasan dalam keluarga. Pergi ke

    jalanan dinilai sebagai upaya untuk melepaskan atau

    menghindari tekanan yang dihadapi dalam keluarga.

    Kekerasan dalam keluargapun dialami oleh subjek.

    Dalam keadaan yang tidak terlalu paham mengenai

    kehidupan di jalanan subjek tetap bersikeras untuk

    turun ke jalanan untuk mencari kebebasan.

    “...........Pas dari ambon ke sini diajak omku katanya mau disekolahin, padahal nyampe Cuma disuruh rawat bunga. Satu pot pecah dimarahin, dipukulin. Aku ga tahan akhirnya pergi dari rumah, naik bus aku ga tau kota seperti apa. Dari jogja ga tau naik bus tujuan mana nyatanya sampai di Semarang.” AM (13-26)

    “Cari kebebasan ga betah kalau di jogja” AM (38-39)

    68

  • “Pembina TL & A membenarkan bahwa subjek .........menjadi korban kekerasan sehingga ia turun ke jalanan. Ga tau kota seperti apa, subjek naik bus tiba-tiba sampai di pasar johar.

    Pengaruh jalanan dan kawan-kawan di jalanan

    membuat sikap dan perilaku subjek lambat-laun

    menyesuaikan dengan kehidupan di jalanan. Semakin

    lama di jalanan, semakin kuat pengaruh pada sikap dan

    perilakunya. Hal tersebut akhirnya membuat subjek

    berperilaku kriminal. Subjek mengakui bahwa awal ia

    melakukan kegiatan menodong dan memakai obat-

    obatan dipengaruhi oleh teman-temannya sampai

    akhirnya subjek ketagihan. Bagi subjek kehidupan di

    jalanan membuat hidupnya tidak karuan.

    “Pas sampai semarang bergaulnya sama anak jalanan. Hidup sama anak jalanan hidupku ga karuan. Aku rokok, obat-obatan dan segala macam ta (aku) coba semua dan akhirnya ketagihan. Aku kerja dan nodong setiap hari untuk beli obat-obat akhirnya badanku rusak .” AM (26-36)

    “Dari teman. Pertama dikasih teman, akhirnya ketagihan kemudian ditunjukin tempat jualannya. “ AM (98-102)

    “Pembina TL juga membenarkan bahwa kegiatan subjek ketika di jalanan adalah ngemen dan nodong.

    b. Pemahaman subjek mengenai kegiatan menodong dan memakai obat-obatan

    Alasan-alasan berperilaku delinkuensi disebabkan

    dari luas gerak ruang lingkup kehidupan manusia yang

    sering berhubungan dan saling mempengaruhi serta

    69

  • terkait antara yang satu dengan yang lain. Bisa berupa

    lingkungan maupun teman. Selain itu, ada berbagai

    alasan untuk tetap berperilaku delinkuensi karena

    tuntutan kebutuhan maupun keinginan dalam

    kelangsungan kehidupan di jalanan. Hal tersebut

    dialami subjek mulai dari pengaruh teman, kebutuhan

    dan keinginan yang sangat berdesak agar dapat

    bertahan hidup saat di jalanan.

    “Banyak si alasannya. Pertama, karena aku hidup sama orang yang tiap harinya ngobat, nodong bisa ga bisa harus tetap ikut. Pengaruh teman-teman juga. Kedua, aku nodong karena ga punya duit, pingin pegang dan punya duit, pingin pegang dan punya handphone. Ketiga, aku kalau ga make obat, aku ga bisa ngamen, ga bisa cari duit. Selain nodong aku ngamen juga.” AM (113-125)

    “Soalnya malu kalo ngamen tanpa ngobat. Pengaruhnya aku berani dan merasa jago.“ AM (131-134)

    c. Penilaian mengenai pengaruh kegiatan menodong dan

    memakai obat-obatan pada diri subjek.

    Penilaian terhadap pengaruh perilaku delinkuensi

    bagi kehidupan anak jalanan sendiri akan sangat

    berdampak bagi kehidupannya baik secara fisik

    maupun secara sosial. Kondisi seperti ini akan

    menimbulkan pengalaman yang sangat tidak

    mengenakan. Bagi subjek keadaan yang dialami baik

    buruk merupakan kehidupannya saat ia tinggal di

    jalanan.

    70

  • “Sangat berpengaruh. Buruk baik ada.” AM (217-218).

    “Make obat dan nodong pernah ga pernah tapi waktu itu ada konser, aku di tangkep dikirain aku yang ketuanya. Padahal aku ga buat apa-apa. Pas di tangkep aku dipukulin sama polisi yang lainnya dan pas habis konser baru aku dibebasin. Pernah juga di tangkep saat nodong tapi hanya diamankan beberapa jam sesuai waktu tugas keamanaan polisi yang nangkep aku. Pengalaman buruk. Aku mabuk ketemu orang mabuk, empat orang naik motor terus mukulin aku. “AM (179-197)

    “Buruknya kalau memakai obat-obatan badanku sakit-sakitan, dadaku mulai sesak, dan pernah di tangkep juga saat nodong. Baiknya aku merasa jago di jalanan karena ngobat. Nodong dapat uang, handphone.“ AM (220-228)

    d. Pengetahuan subjek mengenai kegiatan menodong dan

    memakai obat-obatan.

    Pengetahuan subjek mengenai kegiatan menodong

    meliputi alat-alat, tempat subjek bereaksi serta hasil-

    hasil dari kegiatan tersebut. Selain itu, pengetahuan

    subjek mengenai obat-obatan yang dikonsumsi

    meliputi jenis-jenis obat, segi harga serta pengaruh dari

    obat-obatan tersebut.

    “Alat nodongnya pisau, biar ga kelihatan.” AM (64-65)

    “Aku pernah dapat uang 1juta sama Handphone. “ AM (69-70)

    “Di gerbong kereta api, Stasiun Poncol dan konser-konser “ AM (161-163)

    71

  • “Aslinya obat penenang orang gila. Obat anjing dan digunakan untuk keseharian”.AM (74-77)

    “Kalau penenang orang gila itu kasaran, kalau obat anjing itu jistro. Ada juga BI”. AM (79-82)

    “BI ga tau jenis apa tapi sangat enak”. AM (84-85)

    “Kalau BI ga bisa di kontrol emosi. Maunya kalau nyenggol dikit pasti mau dipukul. Ga takut sama siapapun. Kalau kasaran dan jistro ga terlalu hanya untuk penenang aja”.AM (89-95)

    “Ada yang 5000 dapat 3 kasaran , ada yang 5000 dapat 30 butir jistro. Kalau 1nya mahal, ada 1 butir 25.000 itu BI”. AM (105-109)

    e. Pendapat subjek mengenai kegiatan menodong dan memakai obat-obatan yang dihubungkan dengan perilaku delinkuensi.

    Masalah delinkuensi anak jalanan merupakan

    masalah yang sangat serius. Pada kondisi seperti ini

    akan menimbulkan terganggunya keberfungsian sosial

    anak. Selain itu, salah satu faktor munculnya kenakalan

    anak karena pengaruh pergaulan teman sebaya.

    Subjekpun mengalami hal yang sama, pengaruh teman,

    serta kesenangan dalam memenuhi kebutuhan maupun

    keinginan membuat subjek tetap berperilaku

    delinkuensi.

    ”Itu karena pengaruh teman-teman, obat-obatan, dapat duit. Pokoknya enaklah.”AM (237-239)

    72

  • f. Fakta-fakta mengenai keberadaan subjek di yayasan

    emas Indonesia.

    Penjangkauan kepada anak-anak yang masih

    tinggal di jalanan merupakan salah satu langka proses

    pembelajaran dalam penanganan anak jalanan seperti

    kunjungan ke lapangan, menjalin hubungan dengan

    mereka. Subjek merupakan salah satu anak jalanan

    yang dijangkau langsung dari jalanan dan tinggal di

    Yayasan Emas Indonesia.

    “Awalnya aku belum benar. Aku ada di jalan johar dan aku ketemu sama orang benar. Terus di tempat aku tinggal di jalan johar, yayasan ini ada kegiatan pembelajaran untuk anak jalanan. terus di tanya “ kamu mau ga ke yayasan?” mau dan akhrnya aku di ajak. Pas di yayasan di tanya aku mau kerja apa sekolah, pokoknya terserah kamu. Aku pinginnya kerja. Aku kerja ya dimasukin kerja. Bos di tempat kerja udah anggap aku kaya anak sendiri. Aku dikasih uang, aku ke jalanan lagi beli obat ya kembali ke kegiatanku dulu di jalanan“. AM (292-313)

    Saat anak-anak dijangkau dan tinggal di rumah

    pengentasan, maka secara tidak langsung mereka harus

    mengikuti sistem tempat dimana mereka tinggal.

    Sistem tersebut meliputi aktivitas-aktivitas yang

    diterapkan oleh rumah pengentasan yang merupakan

    proses penanganan anak jalanan seperti

    mengembangkan kemandirian secara pribadi. Selain

    aktivitas, tujuan diadakan pembelajaran ketrampilan

    agar anak-anak saat dientaskan mereka bisa hidup

    mandiri dan produktif.

    73

  • “Bersih-bersih, nganter anak-anak sekolah, aku pergi kerja, pulang bersih-bersih dan istirahat, ikut kegiatan ibadah, Belajar musik, ketrampilan-ketrampilan seperti buat meja belajar, buat sabun dan les komputer “AM (536-544)

    “Pembina TL & A juga menjelaskan mengenai aktivitas di yayasan seperti..... doa pagi, bersih-bersih, yang sekolah ke sekolah, yang kerja pergi kerja. Kalau ada yang dirumah dibina kemudian makan siang, istrirahat, les, makan malam, belajar, tidur. .... dihari-hari tertentu ada jadwal ibadah.....

    Berdasarkan hasil observasi aktivitas di yayasan sebagai berikut doa pagi, bersih-bersih, sekolah, kerja, turut hadir dalam kegiatan di luar, belajar, bina mental dan berdoa. Kemudian macam-macam ketrampilan yang dilaksanakan adalah les musik dan ketrampilan meja belajar.

    g. Pemahaman subjek mengenai keputusan untuk kembali

    lagi di jalanan.

    Bebas, ngobat, nodong, minum, rokok, ngelem

    merupakan kehidupan yang anak-anak jalani saat

    tinggal di jalanan. Ketika mereka dijangkau dan tinggal

    di rumah pengentasan yang begitu ketat dengan aturan

    maka, hal tersebut akan bertabrakan dengan kebiasaan

    mereka ketika di jalanan. Kondisi tersebut akhirnya

    membuat mereka kembali lagi ke jalanan. Subjek

    mengalami hal yang sama, tidak biasanya menjalani

    sistem yayasan, tidak ada teman dan masih ingin

    bermain lagi, membuat subjek berkeputusan untuk

    balik lagi ke jalanan.

    74

  • “Pernah. Sudah beberapa kali. Ga nyaman sama peraturannya. Tiap hari aku harus bangun tempo (pagi), bangun jam 5 harus berdoa, kegiatan banyak, belajar. Ya ga nyaman lebih baik di jalanan aja de. Ngapaian aja minum, roko sepuas-puasnya.” AM (394-403)

    “Pembina TL & A membenarkan bahwa sudah beberapa kali subjek kembali ke jalanan karena ga betah dengan peraturan, bosan karena ga ada teman waktu pagi hari dan pingin maen lagi”

    h. Pemahaman subjek untuk kembali ke yayasan dan akhirnya menetap sampai sekarang di Yayasan Emas Indonesia

    Menjalani kehidupan di jalanan akan menimbulkan

    pengalaman yang buruk serta hidup tidak karuan dan

    sebagainya. Satu-satunya jalan agar mereka tidak lagi

    mengalami kehidupan buruk di jalanan yaitu

    meninggalkan kebiasaan di jalanan dan mau dibentuk

    lebih baik lagi oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

    mereka misalnya tinggal di rumah singgah atau

    yayasan peduli anak jalanan. Pengalaman buruk subjek

    akhirnya membuatnya meninggalkan kehidupan

    jalanan dan kembali lagi ke yayasan.

    “Pengin berubah. Ga mau kaya dulu lagi, ngobat merusak badan. Waktu aku balik ke jalanan itu aku dipukulin padahal ga ada salah. Akhirnya aku balik ke yayasan dan tinggalkan semua kehidupan jalanan”.AM (417-425)

    75

  • i. Pemahaman subjek mengenai masalah-masalah dengan

    teman-teman di lingkungan kerja maupun lingkungan

    yayasan.

    Berada dalam suatu lingkungan baru dengan

    berbagai macam perbedaan karakter tidak menutup

    kemungkinan bahwa akan terjadi benturan antara satu

    dengan yang lainnnya. Ada berbagai masalah yang

    subjek alami dengan teman-temannya. Namun ketika

    subjek merasa bersalah, ia akan langsung meminta

    maaf. Ada rasa tanggung jawab dalam dirinya.

    “Pernah. Teman-teman kerjaku anak jalanan semua, malah rusakin lagi. Ngasih obat dan pernah sekali kedapatan dan itupun semua teman-teman lari karena dipukulin karena ga punya jiwa bertaruh, mau punya masalah tapi ga bertanggung jawab dan aku juga mau lari tapi pikirku ya sudah aku salah akhrinya aku dipukulin.”AM (320-333)

    “Aku pernah, Cuma sebentar to”.AM (525)

    “Teman-Teman yayasan pada ngomong aja aku ko gini, aku ko gitu. Aku minta maaf karena aku rasa aku yang salah.” AM (528-532)

    “Pembina TL & A membenarkan bahwa subjek pernah bermasalah dengan teman-teman yayasan. Masalahnya sepele, sering bercanda, dia ga tau bercandanya buat temannya tersinggung akhirnya berantem............

    j. Gambaran subjek mengenai Yayasan Emas Indonesia

    Saat subjek tinggal di yayasan, subjek memiliki

    gambaran mengenai tersebut. Menurut subjek di

    76

  • yayasan ia banyak memiliki hal-hal positif yang tidak

    ia dapatkan ketika ia di jalanan.

    “Di yayasan ini aku dapat masa depanku, belajar banyak. Di sini juga aku kenal Tuhan, diajarkan agar tidak ngobat dan nodong.” AM (444-449)

    k. Penilaian subjek mengenai Yayasan Emas Indonesia.

    Selain subjek memiliki gambaran, ia juga memiliki

    penilaian mengenai Yayasan Emas Indonesia. Subjek

    merasa aman ketika tinggal di yayasan serta ia

    merasakan seperti hidup dengan sebuah keluarga yang

    tidak ia dapatkan di rumahnya sendiri.

    “Bagus, enak pokoknya serasa keluarga. aku merasa aman di sini.” AM (453-455)

    “Pembina TL memiliki penilaian terhadap peran yayasan yang berdampak baik bagi anak-anak maupun pembina. Bagi pembina, kita punya pengetahuan tentang anak-anak dan bagi anak-anak sendiri, yang aku lihat mereka sudah benar-benar berubah..........

    l. Pemahaman subjek mengenai pentingnya peran

    Yayasan Emas Indonesia bagi masa depan dan

    hubungan subjek dengan lingkungan masyarakat.

    Peran sebuah yayasan atau rumah singgah dalam

    penanganan anak jalanan yaitu membantu anak jalanan

    menangani masalah mereka, membantu

    mengembalikan sikap dan perilaku mereka sesuai

    dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat

    serta mengembalikan fungsi sosial mereka dalam

    77

  • masyarakat. Saat subjek tinggal di yayasan dan

    menjalani setiap sistem yayasan, banyak sekali

    perubahan yang ia alami secara pribadi maupun secara

    sosial.

    “Sangat berpengaruh karena aku pikirnya proses dan aku harus lakukan. Aku mulai punya pekerjaan, aku mulai berpikir untuk menabung agar bisa pulang ke ambon.” AM (472-478)

    “Aku kan udah kerja, mendapat pengalaman di sini, aku mau dibawah ke ambon. Pengalamanku ta bawa biar dibagi masa teman-temanku.” AM (588-593)

    “Ya. Dulunya aku sangat cuek, so jagoan ketika bertemu mereka. Dulunya aku hanya dengan teman-teman jalanan tapi sekarang aku mulai berani dan sekarang juga sudah dekat dengan mereka. Temanku bukan hanya sesama jalanan tapi juga masyarakat yang ada di sekitar yayasan dan tempat kerja aku.” AM (488-500)

    “Pembina A membenarkan bahwa subjek sudah banyak perubahan. Sekarang sudah nurut kata-kata kaka pembina, dulu dia main belakang kalau kaka pembina keluar dia langsung lari ke jalanan sekarang tidak lagi. Dia mulai berpikir tentang omongan kita sampai akhirnya dia tidak lagi turun ke jalanan. Dia sudah bisa bersosialisasi dengan orang-orang sekitar.

    “Pembina TL membenarkan bahwa subjek banyak sekali mengalami perbedaan dulu dan sekarang. ..... pertama kali datang dia masih labil, masih berontak. Dia sering keluar masuk. Terus dia ngomongnya belum lancar. Dia kalau dikasih pertanyaan susah loadingnya....baca tulis ga bisa sekali, sekarang sudah lumayan. Sekarang dia sudah tumbuh dewasa, lebih sayang sama adik-adiknya, suka memberi...... sudah

    78

  • lumayan rajin. Sekarang dia sudah ga lagi nodong dan ngobat tapi rokok masih.

    “Hal tersebut juga terlihat dari hasil observasi. Subjek pribadi yang penyayang, terkadang dalam keadaan bercanda, subjek menggendong anak kecil dan bermain dengannya sambil mencium pipinya. Subjek juga pribadi yang suka memberi, saat ia mendapatkan uang hasil syutingnya ia membagi uang buat para pembina serta mentraktir teman-temannya .....subjek adalah pribadi yang rajin. Selain itu proses interaksinya dengan masyarakat sekitar sudah lebih baik, tidak bersikap cuek dan bersikap apatis. Hal tersebut terlihat saat peneliti melakukan observasi di tempat kerjanya.

    m. Pengetahuan subjek mengenai ajaran-ajaran yang

    diterapkan oleh Yayasan Emas Indonesia

    Saat anak jalanan berhasil dijangkau dari jalanan

    dan tinggal di yayasan, maka langka selanjutnya adalah

    anak-anak dibina untuk membentuk sikap dan perilaku

    mereka sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di

    masyarakat. Dalam pembinaan mental yang

    dilaksanakan di Yayasan Emas Indonesia, banyak

    sekali diajar mulai dari pembentukan karakter sampai

    pada fungsi dan peran sosial mereka. Hal tersebut

    merupakan bekal dikemudian hari ketika mereka sudah

    dietaskan ke masyarakat.

    “Banyak. Aku dibilangin kalau mau jadi orang sukses kamu harus belajar dari hal kecil seperti kebersihan diri, jujur supaya bisa di kasih kepercayaan. Di ajari tentang firman Tuhan, biar diberkati Tuhan caranya gimana. Aku diajarin cara sopan santun yang baik, contohnya kalau ada tamu ngomongnya harus kata-

    79

  • kata yang sopan, kata-kata kasar ga boleh keluar, yang rusak-rusak di jalanan ga boleh bawah di sini. Tentang menabur, mengasihi orang. Kalau punya berkat kita harus berbagi dengan yang lain. Di ajari kalau ketemu hari salaman, harus berpakaian rapi. Aku diajarin berani tampil misalnya aku dulu aga malu kalau tampil-tampil tapi sekarang sudah berani, kadang dimarahin tapi marahnya benar buat kebaikan aku. Pokoknya aku rasa berubah total. “ AM (549-581)

    “Pembina TL membenarkan bahwa bina mental seperti karakter building. Di bina mental ada pembelajaran firman Tuhan, etika sopan santun kepada orang lain. Kemudian bina perilaku misalnya ketika mereka di jalanan jarang pake sendal ya kasih tahu harus pake sendal, kalau makan pake sendok. Kita ajarkan mereka salam soalnya pertama kali mereka di sini seenakknya ga sopan sama orang lain. Diajarain tentang tujuan hidup agar mereka tahu tujuan hidup mereka di sini dan kedepannya mereka punya tujuan hidup.

    “Pembina A juga membenarkan ajaran-ajaran yang diterapkan di yayasan misalnya membimbing mereka dengan tujuan merubah sikap dan mental mereka........ Pembina SVR juga membenarkan bahwa mereka diajarkan ketrampilan seperti ketrampilan meja belajar, musik dan ketrampilan temporer seperti buat sabun. Kemudian kalau ada kegiatan diajak biar mereka bisa bersosialisasi. Terus dibina mental seperti ngasih tahu mental dan sikap yang baik itu kaya gimana, sopan santun yang baik. Jadi dibina mental dan karakter mereka seperti itu. Jadi diharapkan ketika mereka bersosial di masyarakat mereka sudah mengikuti sistem sosial yang ada di masyarakat bukan sistem sosial mereka yang ngomong sembarangan.

    80

  • n. Pemahaman subjek mengenai alasan meninggalkan kegiatan menodong dan memakai obat-obatan

    Mengalami pengalaman buruk ketika di jalanan,

    dianggap sampah masyarakat, membuat anak jalanan

    kadang merasa tidak diterima ditengah-tengah

    masyarakat. Namun berkat pihak-pihak yang peduli

    pada anak jalanan, mereka dibina, dibentuk, dibekal

    dengan berbagai ketrampilan membuat anak-anak

    jalanan sudah dapat menjalankan keberfungsian

    sosialnya secara baik dan telah dipandang oleh

    masyarakat. Subjekpun mengalami hal seperti itu.

    Masa lalunya saat dijalanan sangat memprihatinkan

    namun saat ia berkeputusan untuk mau tinggal di

    yayasan dan dibina akhirnya kehidupan masa sekarang

    dia sudah selayaknya anak-anak pada umumnya.

    “Pingin berubah, ga kaya dulu lagi ga ngobat biar ga rusak badan, ga dianggap sampah. Ya sekarang aku sudah teranggap. Ya kalau dulu ada masalah-masalah pasti dibilang anak sampah tapi sekarang orang juga senang karena aku sudah tobat”. AM (417-425)

    “3 bulan aku bisa lepas. Puncaknyakan lagi khotba di bilangin kamu nerusin aja obat-obatanmu, kamu akan tau akibatnya. Terus aku masih obat-obat Akhirnya aku sakit, gatal-gatal, badanku panas dan akhirnya aku lepas. Aku merasa mereka sayang sama aku, di yayasan aku merasa seperti keluargaku sendiri. Masa depanku di sini dan juga apa yang mereka ajarkan memang benar. Semuanya buat aku berubah total.”AM (602-618)

    81

  • Pembina TL membenarkan bahwa subjek tidak lagi menodong dan make obat. Ia berubah karena menjalani proses pembinaan di yayasan.

    Berdasarkan hasil observasi, subjek sudah hidup selayak anak-anak pada umunya, hubunganya dengan lingkungan sudah membaik, tidak lagi menodong dan make obat. Sudah menuruti perkataan dari pembina, taat dan rajin mengikuti sistem yayasan.

    Perubahan yang dialami subjek membuat ia

    memiliki harapan bagi teman-temannya yang masih

    hidup di jalanan agar mereka tidak lagi merusak

    kehidupan mereka.

    “Jangan mau untuk rusakin badan dengan make obat. Pengharapanku mereka bisa berubah. Setiap kita punya masa depan dan jangan mau rusak masa depan kita “AM (642-643)

    2. Komponen Afektif

    Aspek afektif merupakan keseluruhan perasaan atau

    emosi dari subjek. Perasaan atau emosi dari kegiatan

    menodong dan memakai obat-obatan sampai pada

    kehidupan ketika subjek tinggal dan menjalani peraturan

    serta program yang diterapkan oleh Yayasan Emas

    Indonesia.

    a. Kesan pertama kali turun ke jalanan

    Kesan pertama bagi setiap anak saat turun ke jalanan

    sangat bermacam-macam. Ada yang merasa takut karena

    belum mengetahui tentang kehidupan jalanan, adapula

    yang merasa senang karena bebas tidak ada yang

    82

  • mengatur. Bagi subjek sendiri, ia sangat senang pertama

    kali turun ke jalanan dikarenakan merasakan kebebasan.

    “Waktu ke jalanan aku senang. Ooo ternyata di jalanan enak juga.” AM (138-140)

    “Biasa-biasa aja si, ga takut sudah kenal sama yang lain terus pengaruh obat juga”. AM (144-146)

    b. Perasaan subjek ketika melakukan kegiatan menodong

    dan memakai obat-obatan

    Takut dan gemetar adalah perasaan subjek pertama

    kali menodong dan memakai obat-obatan. Bagi subjek

    apa yang dia rasakan pertama kali menodong dan

    memakai obat-obatan berbeda dengan waktu-waktu

    berikutnya. Pengaruh obat serta teman-teman merupakan

    alasan utama subjek berani melakukan semuanya itu.

    “Aga gemetar tapi ketika melihat teman-teman pada berani dan di ajak akhirnya aku berani. “ AM (153-156)

    “Biasa saja. Ga ada rasa takut habisnya sudah mabuk, pengaruh obat juga. Pokoknya harus beranilah” AM (169-172)

    c. Perasaan subjek ketika mengalami pengalaman buruk

    Kehidupan di jalanan yang tidak karuan akan

    mengakibatkan subjek mengalami pengalaman buruk

    seperti menghadapi orang mabuk dan berurusan dengan

    pihak yang berwajib. Namun kejadian tersebut lantas

    tidak membuat subjek takut malah subjek biasa-biasa

    saja serta menunjukkan perilaku yang sangat menantang.

    83

  • “Biasa aja soalnya udah pengaruh obat.” AM (201-202))

    “ga takut, malah ajak brantem. Sudah pengaruh minuman dan obat juga”. AM (206-207)

    d. Perasaan subjek ketika berinteraksi dengan masyarakat

    luar yang menganggap buruk anak jalanan

    Kehidupan anak jalanan tak lepas dari keberadaan

    masyarakat sekitar karena masyarakat adalah pusat

    penghasilan mereka. Selain itu, masyarakat merupakan

    bagian dari pihak-pihak yang berperan penting dalam

    penanganan anak jalanan namun terkadang masyarakat

    selalu memandang anak jalanan sebagai sampah

    masyarakat dan hubungan antara anak jalanan dan

    masyarakat sangatlah bertentangan. Hal tersebut tidak

    lantas membuat subjek takut malahan perasaan berani

    dan menantang ia tunjukkan ketika berinteraksi dengan

    masyarakat umum.

    “Ga takut. Pernah aku dipukul sama mereka terus aku mukul balik karena sakit hati.” AM (282-285)

    e. Perasaan subjek pertama kali tinggal di Yayasan Emas

    Indonesia

    Kehidupan anak-anak jalanan saat berada di jalanan

    sangatlah bertolak belakang dengan nilai dan norma

    pada umumnya. Melakukan perilaku delinkuensi

    membuat mereka merasa diri hebat dan berani namun

    tidak saat mereka masuk dan tinggal di yayasan. Rasa

    84

  • malu yang subjek rasakan pertama kali tinggal di

    yayasan karena ia berasal dari Ambon dan teman-teman

    yang lain berasal dari Jawa tapi berjalannya waktu

    akhirnya subjek mulai akrab dengan lingkungan

    yayasan.

    “Pertama kali aku masih malu tapi ko lama-lama aku sama teman-teman di sini cepat akrab akhirnya aku merasa nyama di sini.” AM (368-372)

    “Malu soalnya banyak orang pada liatin aku semua, terus aku bukan orang sini, aku orang Ambon.” AM (374-377)

    “Pembina TL membenarkan perasaan subjek pertama kali datang sangat malu, kaku karena di sini banyak jawa mana dia sendiri jadi minder Cuma lama kelamaan sudah biasa.

    f. Perasaan subjek saat kembali lagi ke jalanan

    Pertama kali tinggal di yayasan dan mengikuti

    sistem yayasan adalah kegiatan yang sangat bertolak

    belakang dengan kehidupan subjek saat tinggal di

    jalanan. Hal tersebut membuat subjek memutuskan

    untuk kembali lagi ke jalanan. Perasaan senang subjek

    rasakan saat kembali ke jalanan dan melakukan apapun

    yang ia inginkan.

    “Pas lari kan aku lagi emosi, ga takutlah dicariin. Pokoknya lari aja, pas di jalanan aku udah senang, sampai jalanan aku udah bebas.” AM (408-413)

    “Pembina TL membenarkan bahwa subjek sangat senang saat kembali ke jalanan karena dia bebas dan bisa make obat lagi.

    85

  • g. Perasaan subjek saat berinteraksi dengan masyarakat

    umum dalam hal ini ia tidak lagi menodong dan

    memakai obat-obatan.

    Subjek mengakui bahwa saat ia berinteraksi dengan

    masyarakat umum dalam keadaan tidak lagi menodong

    dan memakai obat-obatan merupakan sesuatu sangat

    menyenangkan karena di satu sisi ia mulai diterima oleh

    masyarakat dan memperluas ruang pergaulannya.

    “Senang.” AM (510)

    “Karena hidupku ga kaya dulu lagi. Dulu ketika ketemu aku, mereka bilangnya sampah jalanan, sekarang aku pas tinggal di yayasan dan tidak lagi kaya dulu, aku dihormati sebaliknya aku menghormati mereka. Aku sudah berubah.” AM (512-521)

    “Pembina TL membenarkan bahwa subjek merasa senang ketika berinteraksi dengan masyarakat sekitar tapi terkadang ada rasa minder juga.

    Berdasarkan hasil observasi saat subjek berinterkasi dengan masyarakat sekitar, subjek terlihat sangat terbiasa tanpa ada rasa canggung, ada rasa senang tergambar dari raut wajahnya saat ia bercanda gurau sambil tertawa terbahak-bahak.

    h. Perasaan subjek ketika tidak lagi menodong dan

    memakai obat-obatan

    Terlepas dari kehidupan di jalanan dengan gaya

    hidup yang bertentangan dengan nilai dan norma

    masyarakat membuat kehidupan anak-anak yang

    dulunya menjadi anak jalanan, sudah melaksanakan

    86

  • keberfungsian sosialnya secara baik. Saat sudah diterima

    di masyarakat dan tidak lagi dipandang sebelah mata

    maka secara tidak langsung subjek sangat senang karena

    baginya ia telah terlepas dari berbagai masalah.

    “Senang, karena sudah terlepas dari masalah.” AM (638-639)

    3. Komponen Konatif

    Komponen konatif menyangkut kesiapan untuk

    berperilaku atau kecenderungan untuk bertindak meliputi

    kehidupan di jalanan sampai pada kehidupan di Yayasan

    Emas Indonesia.

    a. Bentuk interaksi subjek dengan lingkungan jalanan.

    Biasanya anak-anak jalanan mempunyai komunitas-

    komunitas yang disebut geng. Di dalam geng itu, anak

    jalanan bersosialisasi dan mengembangkan pola relasi

    sosial berdasarkan nilai dan norma yang berlaku dalam

    komunitas mereka. Bagi subjek bentuk interaksi dalam

    komunitasnya atau gengnya adalah anak buah tunduk pada

    ketuanya.

    “Ya anak buah tunduk, takut sama ketua. Pernah kita kerja 10 orang. Dapat handphone 8, mana dikasih hanya 1 handphone dan dikasih makan nasi to sama air putih. Aku bingung 7 handphone yang lain dikemanakan, ya pasrah aja.” AM (248-257)

    87

  • b. Respons subjek ketika menghadapi atau berinteraksi

    dengan lingkungan masyarakat yang menganggap buruk

    kehidupan anak jalanan.

    Kehidupan anak jalanan tak lepas dari keberadaan

    masyarakat sekitar karena masyarakat adalah pusat

    penghasilan mereka. Selain itu, masyarakat merupakan

    bagian dari pihak-pihak yang berperan penting dalam

    penanganan anak jalanan namun terkadang masyarakat

    selalu memandang anak jalanan sebagai sampah

    masyarakat dan hubungan antara anak jalanan dan

    masyarakat sangatlah bertentangan. Perilaku yang selalu

    ditunjukkan subjek saat berinterkasi dengan masyarakat

    sekitar adalah perilaku yang menantang seperti merasa diri

    jagoan.

    “Kalau ketemu mereka kaya merasa jago. Kan kalau minum dan ngobat matanya merah jadi melotot nunjukin kepada mereka kaya orang jago gitu, jadi kalau brani ayo brantem.” AM (266-273)

    c. Perilaku subjek pertama kali tinggal di Yayasan Emas

    Indonesia

    Kehidupan anak-anak jalanan saat berada di jalanan

    sangatlah bertolak belakang dengan nilai dan norma pada

    umumnya. Melakukan perilaku delinkuensi membuat

    mereka merasa diri hebat dan berani namun tidak saat

    mereka masuk dan tinggal di yayasan. Perilaku subjek

    pertama kali tinggal di yayasan sangat gugup dan malu

    begitu bertolak belakang dengan kehidupan saat ia di

    88

  • jalanan. Selain itu, kebiasaannya di jalanan masih tetap

    terbawah-bawah saat ia tinggal pertama kali di yayasan.

    “Aga gugup, kalau mau ngomong apa tetap gugup. Aku mau ambil minum masih malu. Kan aku pingin minum tapi karena ada teman-temanku ga jadi, nanti tunggu sepi baru aku keluar. “ AM (341-348)

    “Pembina TL juga menjelaskan bahwa pertama kali datang subjek masih labil sekali, masih memberontak........masih malas, sering tidur karena pengaruh obat.

    “Masih make obat kalau nodong ga. Aku ngulangin terus tapi yayasan disini tetap sabar, ajarin aku ga boleh make, doain aku, nerima aku makanya aku mikir aku pingin kaya mereka, kaka-kaka di sini, walaupuan aku udah ngecewain mereka tapi mereka masih menerima aku, sayang sama aku”AM (353-364)

    “Pembina TL & A juga membenarkan bahwa subjek pertama kali datang masih make obat ......

    d. Perilaku yang ditunjukan pertama kali menjalani peraturan

    serta program-program yang diterapkan oleh Yayasan

    Emas Indonesia.

    Saat anak jalanan tinggal di sebuah yayasan

    pengentasan anak jalanan maka secara tidak langsung hal

    tersebut begitu bertolak belakang dengan kehidupannya.

    Akibatnya subjek bermalas-malasan sampai akhirnya

    berkeputusan untuk kembali ke jalanan.

    “Males bangat. Lebih enak hidup di jalanan. dijalanan bebas, ngapain aja ga ada yang larang” AM (385-389)

    89

  • “Pembina TL membenarkan bahwa subjek sangat malas karena masih bleng pikirannya. Padahal sudah tertulis jadwalnya tapi harus diingat lagi karena masih pengaruh obat.

    e. Perilaku yang di tunjukan saat subjek tinggal dan menetap

    sampai sekarang di Yayasan Emas Indonesia.

    Penerapan sistem kekeluargaan serta pembinaan nilai

    dan norma masyarakat akan diterapkan dalam proses

    pembinaan anak jalanan. Ketika penerapan tersebut

    berhasil secara tidak langsung pembina telah berhasil

    memenangkan hati anak-anak binaan. Hal tersebut

    membuat subjek merasa betah dan merasakan suasana

    kekeluargaan sehingga membuat subjek sampai sekarang

    tinggal dan menetap di Yayasan Emas Indonesia.

    “Sudah biasa, nyaman sudah kaya rumah sendiri.” AM (429-430)

    “Kehidupan di sini serasa aku hidup dengan keluargaku sendiri. Di sini orangnya rama-rama ya walaupun kadang ngamuk-ngamuk tapi ga lama ko, langsung baikan.”AM (434-440)

    “Terlihat dari hasil observasi, kehidupan subjek di yayasan sudah seperti tinggal dengan keluarganya sendiri.

    f. Perilaku yang ditunjukan subjek sekarang dalam

    mengikuti peraturan serta program-program yang

    diterapkan Yayasan Emas Indonesia.

    Dalam sebuah yayasan atau rumah singgah akan

    menerapkan sistem dan peraturan bagi anak-anak binaan.

    90

  • Pertama kali akan sangat bertolak belakang dengan

    kehidupan mereka. Namun berjalannya waktu ketika

    sudah melalui proses yang panjang maka mereka akan

    terbiasa dengan sistem maupun peraturan yang diterapkan.

    Subjekpun merasakan hal yang sama, seiring berjalannya

    waktu subjek mulai terbiasa menjalankan sistem maupun

    peraturan yang diterapkan Yayasan Emas Indonesia.

    “Aku selalu ikut. Pokoknya rutinlah karena semua buat kebaikan ku juga” AM (462-465)

    “Pembina A membenarkan bahwa sekarang sudah subjek taat dengan peraturan, pokoknya tata tertib dijalankan dengan baik”

    Berdasarkan hasil observasi, subjek selalu mengikuti aturan, kegiatan, ketrampilan yang diterapkan yayasan. Selain itu, ia mulai menuruti kata-kata pembina ............

    d. Kesimpulan subjek I

    Penyebab subjek turun ke jalanan karena menjadi

    korban kekerasan dalam keluarga. Pergi ke jalanan dinilai

    sebagai upaya untuk melepaskan atau menghindari tekanan

    yang dihadapi dalam keluarganya. Saat di jalanan subjek

    bergaul dengan anak-anak jalanan. Pengaruh teman-teman

    membuat subjek berperilaku delinkuensi seperti menodong

    dan memakai obat-obatan. Perasaan yang dirasakan subjek

    saat menodong dan memakai obatan sangat berbeda dengan

    teman-temannya. Ia masih gemetar, takut namun melihat

    teman-teman dan diajak akhirnya subjek berani. Kejadian

    91

  • tersebut memperkuat sikap positif subjek terhadap perilaku

    delinkuensi. Pengaruh obat-obatan dan hasil dari penodongan

    membuat subjek tetap melakukan perilaku tersebut walaupun

    ia tahu bahwa hal tersebut akan mengakibatkan hal negatif

    pada dirinya seperti saat subjek dikroyok oleh orang mabuk

    atau saat ia ditangkap oleh polisi.

    Saat subjek sedang berada di tempat mangkringnya,

    salah satu yayasan peduli anak jalanan sedang melakukan

    penjangkauan. Subjek diajak untuk tinggal di yayasan dan

    hal tersebut disetujui olehnya. Pertama kali datang subjek

    langsung mendapat pekerjaan. Pekerjaannya berupa

    pembuatan meja belajar yang merupakan bentuk ketrampilan

    yang diterapkan oleh yayasan. Subjek masih sangat malu-

    malu karena ia berasal dari Ambon membuat ia merasa

    berbeda dari teman-teman yayasan yang semuanya berasal

    dari Jawa. Subjekpun masih mengkonsumsi obat-obatan tapi

    secara diam-diam. Pengaruh obat-obatan dan aturan yayasan

    yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan saat di

    jalanan membuat subjek sangat bermalas-malasan dalam

    menjalankan sistem yayasan. Sikap negatif terhadap

    kehidupan di yayasan membuat subjek akhirnya

    berkeputusan untuk kembali lagi ke jalanan. Mulai pertama

    kali subjek lari dari yayasan sampai pada terakhir tahun 2012

    terhitung sudah 5 kali subjek keluar masuk yayasan. Ada

    berbagai alasan mulai dari tidak ada teman, tidak betah

    dengan sistem yayasan serta pengaruh teman-teman.

    92

  • Ketika ia kembali ke jalanan perasaannya sangat senang,

    merasa bebas karena tidak ada aturan atau larangan. Subjek

    kembali melakukan perilaku kriminal seperti kebiasaannya

    saat di jalanan. Minum, mabuk, nodong, ngelem,

    mengkonsumsi obat-obatan, senang-senang itulah

    kegiatannya saat ia kembali ke jalanan. Namun diakui subjek

    bahwa saat terakhir kali ia kembali ke jalanan, kehidupannya

    semakin parah seperti saat ia mengkonsumsi obat-obatan

    membuat ia kesakitan sampai hampir mati dan dipukul oleh

    orang yang tidak di kenal padahal tidak ada salah apa-apa.

    Kejadian tersebut menimbulkan sikap negatif subjek

    terhadap kehidupan di jalanan dan ia memutuskan untuk

    kembali ke yayasan. Pembina yayasan tetap menerima subjek

    untuk tinggal di yayasan.

    Subjek mengalami kesulitan menjalankan sistem

    yayasan tetapi ada tekat yang kuat akhirnya subjek berhasil

    walaupun masih sampai sekarang ia masih merokok. Baginya

    semuanya merupakan proses untuk menjadi lebih baik lagi.

    Subjek rutin menjalani sistem yayasan. Menurutnya Yayasan

    Emas Indonesia merupakan bagian dari keluarganya. Di

    yayasan ia merasakan kasih sayang yang tidak pernah ia

    dapat di keluarganya. Mulai taat, merasa nyaman, mulai ada

    perubahan hidup membentuk sikap positif subjek terhadap

    pembinaan Yayasan Emas Indonesia. Menurut subjek ia

    sangat senang meninggalkan kehidupan di jalanan yang

    penuh dengan permasalahan dan memulai hidup yang bisa

    berguna bagi orang tua dan sesama.

    93

  • Saat ia dibentuk dan dibina di Yayasan Emas Indonesia

    hubungan subjek dengan lingkungan mulai membaik, mulai

    dipandang baik oleh masyarakat serta ia mempunyai cita-cita

    untuk bisa pulang ke Ambon dan membahagiakan

    keluarganya. Saat ini subjek merupakan bagian dari

    pengentasan anak jalanan. Ia ditugaskan untuk melakukan

    perekrutan di jalanan karena menurut salah satu pembina

    bahwa subjek akan lebih mudah untuk menjangkau teman-

    temannya yang dijalanan.

    II. Subjek II a. Identitas dan Gambaran Umum Nama : IW

    TTL : Semarang, 18 April 1997

    Umur : 15 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Pendidikan terakhir :Tidak tamat SD (berhenti pada

    kelas 4)

    Agama : Kristen Protestan

    Anak : Tunggal

    IW berasal dari Semarang, lahir pada tanggal 18 April

    1997. Subjek berasal dari keluarga yang kurang mampu.

    Sebelum ayahnya meninggal, orang tuanya berjualan di pasar

    bulu. Namun semenjak Ayahnya meninggal karena

    kecelakan di pasar bulu akhirnya Ibu subjek tidak lagi

    berjualan disebabkan stres yang berkepanjangan akibat

    insiden yang menimpah suaminya. Insiden itu terjadi saat

    94

  • subjek berusia 6 tahun sehingga nenek dari keluarga Ibulah

    yang menjaga subjek sejak kecil dan merawat Ibunya sampai

    sekarang. Nenek juga yang menggantikan Ibu subjek

    berjualan di Pasar Bulu.

    Subjek pernah mengikuti sekolah dasar Namun,

    terhenti di kelas 4. Alasannya karena ia tidak mendapatkan

    uang saku. Bagi subjek sekolah tanpa uang saku adalah hal

    yang paling tidak mengenakan karena harus melihat anak-

    anak yang lain pada jajan. Alasan tersebut membuat subjek

    akhirnya berhenti sekolah. Ketika berhenti sekolah dan

    keadaan keluarga yang sedang susah, subjek pergi tinggal

    bersama keluarganya di Salatiga, tepatnya di daerah Tingkir.

    Subjek mengaku tidak betah tinggal di salatiga karena semua

    saudaranya adalah perempuan. Ia paling tidak suka berteman

    atau bermain dengan perempuan karena kalau nanti ada

    masalah mau dipukul juga tidak enak.

    Tidak punya teman dan merasa sepih adalah alasan

    subjek turun ke jalanan. Jalanan adalah tempat subjek

    melepaskan setiap beban yang dialami selama ini seperti ia

    bisa mendapatkan uang dengan cara mengamen atau

    menodong, mendapat banyak teman sehingga tidak kesepian

    dan merasa bebas untuk melakukan apa saja karena tidak ada

    yang mengatur. Kegiatan subjek di jalanan adalah

    mengamen, menodong, make obat-obatan serta minum-

    minuman keras. Diakui subjek bahwa kegiatan menodong

    dan memakai obat-obatan sangat berpengaruh baik maupun

    buruk. Pengaruh baik dari hasil nodong bisa mendapatkan

    95

  • uang buat makan namun subjek mengakui bahwa uang

    seperti itu tidak akan bertahan lama karena tidak halal.

    Sementara pengaruh buruknya buat organ tubuh,

    mempermalukan keluarga, alami pengalaman buruk di

    jalanan seperti di tangkap dan dipenjarakan selama satu

    minggu.

    Awal kehidupan subjek di jalanan karena keinginan

    sendiri sampai akhirnya kegiatan menodong dan memakai

    obat-obatan menjadi kebiasaan ia saat hidup di jalanan.

    Subjek merasa kehidupan di jalanan begitu menyenangkan

    karena memiliki banyak teman dan tidak ada yang mengatur.

    Sampai suatu saat subjek dia ajak oleh temannya untuk

    tinggal di Yayasan Emas Indonesia. Perilaku subjek saat

    tinggal di yayasan adalah perilaku yang tetap tunduk pada

    otoriter walaupun ada keinginan untuk melanggar. Namun

    bukan karena hal tersebut sehingga subjek lari atau kembali

    ke jalanan, melainkan karena subjek merasa sepi dan tidak

    mempunyai teman pada pagi hari. Subjek mengakui bahwa ia

    merasa betah tinggal di yayasan karena ia mendapatkan kasih

    sayang, ada masa depan. Namun ia sangat tidak tahan ketika

    harus merasa sepi pada pagi hari dimana teman-temannya

    pergi ke sekolah dan kerja.

    Sudah beberapa kali subjek kembali ke jalanan hanya

    karena merasa sepi dan ia kembali lagi ke yayasan karena

    dijemput oleh pihak yayasan. Baginya ia tidak ingin lagi

    kembali ke jalanan dan melakukan kegiatan yang akan

    merusak masa depannya. Namun kadang keinginannya tidak

    96

  • sesuai dengan kenyataan karena subjek terkadang terlalu

    menyerah dengan keadaan yang ada seperti penjelasannya

    yang menjelaskan bahwa ia ingin dipandang benar dan

    berhasil dalam segala hal tapi ia tidak tahu juga kedepannya

    seperti apa, kalau memang harus begitu lagi (turun ke

    jalanan) ya mau gimana lagi. Saat ini subjek tinggal di

    yayasan dengan mengikuti sistem yayasan serta membantu

    pembina ketika dibutuhkan.

    b. Hasil Observasi

    1. Laporan observasi selama wawancara

    Wawancara dilakukan pada tanggal 27 November

    2013 di Yayasan Emas Indonesia tepatnya di ruangan les

    komputer atau ruangan pertemuan. Hari ini subjek

    memakai baju kaos abu-abu dan celana jeans pendek.

    Secara keseluruhan ruang les komputer atau ruang

    pertemuan sangat rapi. Komputer, buku-buku serta kursi

    begitu tertata dengan rapi. Peneliti dan subjek memilih

    melantai dengan karpet hijau selama melaksanakan proses

    wawancara. Posisi duduk peneliti dan subjek cukup dekat

    dikarenakan faktor bising dari jalan raya. Awal

    wawancara subjek kelihatan santai namun terkadang

    seperti banyak berpikir tentang apa saja yang akan di

    tanyakan. Sampai akhirnya subjek menanyakan maksud

    dan tujuan peneliti melakukan wawancara tersebut.

    Subjek kadang cepat dalam menanggapi pertanyaan

    yang dilontarkan peneliti tetapi terkadang juga subjek

    97

  • menanyakan kembali maksud dari pertanyaan tersebut

    yang akhirnya membuat peneliti mencoba

    menyederhanakan pertanyaan-pertanyaan tersebut.

    Ekspresi sedih subjek tunjukan saat ia menceritakan

    tentang keluarganya seperti kematian Ayahnya dan

    keadaan Ibunya yang sampai sekarang masih memikirkan

    Ayahnya. Sesekali subjek menjawab pertanyaan dengan

    beberapa kali mengganti posisi duduk dan menggerak-

    gerakan badannya yang merupakan wujud ekspresi non

    verbalnya.

    Ada beberapa cerita yang subjek jelaskan sambil

    tertawa dengan gerakan yang begitu lucu. Saat dimana ia

    harus berteman dengan para wanita serta saat dimana

    orang yang dia temanin malah sibuk dan subjek hanya

    sendirian di yayasan pada waktu pagi. Terkadang subjek

    menjawab pertanyaan sambil memukul pahanya,

    menggeleng-gelengkan kepalanya saat menceritakan

    betapa bosan dan sepinya ia diwaktu pagi karena tidak ada

    teman. Mendekati akhir wawancara subjek mengulang

    gerakannya yang beberapa kali menggantikan posisi

    duduk serta melihat-lihat ke luar saat ada yang lewat.

    Akhirnya peneliti memutuskan untuk mengakhiri

    wawancara di sore hari tersebut.

    2. Observasi di yayasan

    Selesai pelaksanaan wawancara, subjek langsung ke

    ruang nonton. Ia hanya duduk nonton sambil melihat-lihat

    ke luar seperti berharap agar teman-temannya cepat

    98

  • pulang sehingga ia tidak merasakan sepi dan bosan.

    Sesekali ia mondar mandir ke belakang dan bermain

    dengan hewan peliharaannya bersama beberapa anak kecil

    yang ikut juga bermain. Kemudian ia balik lagi ke ruang

    nonton dan duduk di tangga sambil melihat keluar

    berharap teman-temannya cepat pulang.

    Kadang ia bercanda dengan salah satu kaka binaan

    dengan menggunakan bahasa jawa yang membuat peneliti

    merasa tidak mengerti dengan maksud mereka. Tiba-tiba

    anak-anak pulang dari sekolah, subjek menyapa mereka

    dengan bercanda dan bercerita dengan beberapa teman-

    temanya. Ekspresi subjek mulai menunjukan raut wajah

    senang karena ia tidak merasa sepi dan bosan. Namun itu

    tidak berlangsung lama karena beberapa teman dekatnya

    harus mengikuti les musik yang diadakan oleh yayasan

    bagi mereka. Sebenarnya subjeklah yang seharusnya

    mengikuti les musik tersebut namun diganti oleh

    temannya karena beberapa bulan kemarin subjek sempat

    balik ke jalanan karena tidak tahan dengan kesepian serta

    rasa bosan yang dialaminya.

    Ketika teman-temannya mengikuti les musik subjek

    masuk dan beristirahat di kamar. Beberapa jam kemudian

    subjek bangun dan bergabung dengan teman-teman dan

    peneliti di halaman belakang dalam keadaan wajah yang

    masih ngantuk. Subjek masih diam ketika yang lain pada

    bercanda, lama-kelamaan subjek mulai bercanda dengan

    mereka. Merasa cape berdiri subjek langsung mencari

    99

  • tempat untuk duduk namun ada salah satu bapa juga yang

    berdiri akhirnya subjek merelakan kursinya untuk

    diberikan kepada bapa tersebut. Subjek berdiri sambil

    menggerakkan badannya. Makan malampun tiba, sebelum

    makan subjek mandi dan bergabung dengan semua untuk

    makan malam. Semua berkumpul namun subjek memilih

    untuk duduk sendiri sambil menikmati makannya. Kadang

    juga ia ikut ketawa ketika yang lain pada bercanda.

    Waktupun semakin malam akhirnya peneliti pamit dan

    mengakhiri observasi.

    c. Analisis berdasarkan masing-masing aspek 1. Komponen kognitif

    Aspek kognitif meliputi pemikiran berupa fakta-

    fakta, pengetahuan keyakinan subjek tentang latar

    belakang menodong dan memakai obat-obatan sampai

    menjalani program resosialisasi di Yayasan Emas

    Indonesia. Pemikiran subjek meliputi kehidupan di

    jalanan, kegiatan menodong dan memakai obat-obatan,

    kegiatan serta ajaran-ajaran yang diterapkan oleh Yayasan

    Emas Indonesia.

    a. Pemahaman mengenai alasan serta kehidupan yang

    terjadi saat subjek turun ke jalanan

    Salah satu faktor anak turun ke jalanan karena

    ikut-ikutan teman, sekedar bersenang-senang dan

    kumpul-kumpul bersama teman. Bagi kebanyakan anak

    jalanan, hidup di jalanan sangat menyenangkan dan

    100

  • melakukan apapun sesuka hati. Hal yang sama juga

    dirasakan subjek, turun ke jalanan karena ingin mencari

    kebebasan dan bisa punya teman dan berkumpul

    bersama-sama mereka.

    “ Pingin cari kebebasan. Kan dirumah ga ada temane, mau maen juga malas. Kalau di jalanan banyak temane. Ga da yang atur, bebas, dapat uang”. IW (15-20)

    Keinginan sendiri untuk seperti teman-teman di

    jalanan membuat sikap dan perilaku subjek lambat-laun

    menyesuaikan dengan kehidupan di jalanan. Semakin

    lama di jalanan, semakin kuat pengaruh pada sikap dan

    perilakunya. Hal tersebut akhirnya membuat subjek

    berperilaku kriminal.

    “ keinginan sendiri, pertama patungan-patungan lama kelamaan enak sampai kecanduan “IW (129-134)

    “ dulu si ngamen, terus ga ada uang, panas-panasan lebih baik ke tengah tugu muda, cari orang gitu to, dipukuli, dipalai, ditodong gitu biar dapat uang”. IW (115-)

    b. Pemahaman subjek mengenai kegiatan menodong dan

    memakai obat-obatan

    Salah satu alasan anak-anak berperilaku

    delinkuensi karena berbagai tuntutan kebutuhan

    maupun keinginan dalam kelangsungan kehidupan di

    jalanan. Subjek merasa perlu berperilaku delinkuensi

    karena merasakan dirinya seperti jagoan jalanan serta

    101

  • keinginan untuk mendapatkan uang secara instan dalam

    mempertahankan keberlangsungan hidupnya di jalanan.

    “Alasannya si ya kalau di badan terasa enak enteng. Make obat-obatan mental kita besar dan mental penakutnya ga ada. Pokoknya kita berani, masalah apa saja kita berani. Alasan kalau nodong kalau kepepet. Dulu waktu pertama ga dapat uang dan kepepet tapi lama-kelamaan jadi kebiasaan. Daripada panas-panasan ngamen lebih baik tunggu malam nodong. Nodong paling dapat Rp 100.000.00 atau Rp 200.000.00. IW (110-123)

    c. Penilaian mengenai pengaruh kegiatan menodong dan

    memakai obat-obatan pada diri sebjek.

    Penilaian terhadap pengaruh perilaku delinkuensi

    bagi kehidupan anak jalanan sendiri akan sangat

    berdampak bagi kehidupannya baik secara fisik

    maupun secara sosial. Kondisi seperti ini akan

    menimbulkan pengalaman yang sangat tidak

    mengenakan. Bagi subjek keadaan yang dialami baik

    buruk merupakan realita yang ia alami saat tinggal di

    jalanan.

    “Adanya ya buruk tapi sudah kecanduan udah suka kaya gitu gimana lagi.” IW (243-245)

    “Buruknya kita sendiri buat organ kita ga baik, kalau kita nodong emang ga baik terpengaruh sama saudara kita atau orang tua kita kalau tahu anaknya nodong nanti pasti orang tua malu. Terus baiknya bisa makan tapi namanya uang kaya gitu ga akan lama. “IW (247-255)

    “Kalau yang baik ngumpul sama teman, kan dirumah ga ada teman, rumah sepi. Ngumpul bareng, jalan

    102

  • bareng main PS, main game online sama teman-teman, happy-happy ga ada yang larang” IW (209-214)

    “kalau nodong ga tapi pernah karena pengaruh obat jadi berani. pernah bobol rumah, warung dan nyopet yang penting dapat uang ta lakuin. Pernah sekali ditanggkap waktu bobol rumah polisi. Terus orangnya tiba-tiba datang, teman ku berhasil kabur tapi aku ditangkap, dipukulin. IW (145-152)

    d. Pengetahuan subjek mengenai obat-obatan, alat nodong

    hasil nodong serta tempat-tempat umum dimana subjek

    melakukan aksi tersebut.

    Pengetahuan subjek mengenai kegiatan

    menodong meliputi alat-alat, tempat subjek bereaksi

    serta hasil-hasil dari kegiatan tersebut. Selain itu,

    pengetahuan subjek mengenai obat-obatan yang

    dikonsumsi meliputi jenis-jenis obat, segi harga serta

    pengaruh dari obat-obatan tersebut.

    .“ Sejenis trihek itu obat orang gila, kalau obat penenang lebih terkenalnya kasaran, jistro dan sama Bi” IW (69-72)

    “kalau jistro Cuma Rp5000.00 atau Rp5500.00 itu pasarannya, tapi kalau trihek itu Rp18.000.00 kalau Bi itu yang paling enak harganya Rp22.000.00 atau 24.000.00” IW (99-104)

    “tugu muda, simpang lima dan pasar-pasar” IW (180)

    “ Gelati sama bang turik” IW (40) “ uang Rp100.000.00 atau Rp. 200.000.00 dan handphone” IW (120)

    103

  • “Kalau jistro misalnya kita nelan paling dikit 5 itu ga terasa, kalau kita nela jistro itu kita harus nelan 20 atau 50 baru terasa. Kalau kasaran kalau 1 ga ngangkat(terasa),paling 5 butir. kalau trihek 10 butir baru ngangkat (teras). Kalau BI 1 butir sudah ngangkat(terasa). BI yang paling enak” IW (79-90)

    e. Pendapat subjek mengenai kegiatan menodong dan

    memakai obat-obatan yang dihubungakan dengan

    perilaku delinkuensi.

    Masalah delinkuensi anak jalanan merupakan

    masalah yang sangat serius. Pada kondisi seperti ini

    akan menimbulkan terganggunya keberfungsian sosial

    anak. Bagi subjek walaupun menjadi masalah yang

    serius dan mengakibatkan hal yang buruk baginya ia

    tetap berperilaku delinkuensi karena dirinya merasa

    seperti jagoan jalanan dan bisa mendapatkan uang

    secara instan tanpa harus bersusah payah.

    “Kalau itu si kita tetap lakuin soalnya merasa ga da yang berani Sama kita. Serasa jadi raja. Sudah biasa mukulin orang ya tetap pingin gitu terus, kaya ga punya rasa takut. Cita-citanya dulu pingin jadi profesor tapi ga sekolah dan hidup di jalanan ya jadi preman skalian aja. Pingin gitu. Pengaruh obat juga apalagi BI..” IW (262-273)

    f. Fakta-fakta mengenai keberadaan subjek di yayasan

    emas Indonesia.

    Keberadaan subjek di yayasan karena diajakan

    salah satu temannya yang juga adalah subjek dalam

    penelitian ini. Temannya memilih untuk kembali ke

    jalanan dan subjek tetap berada di yayasan.

    104

  • Dulu di ajak teman. di ajak Angki. Waktu itu Angki mau kembali ke jalanan lagi terus aku pikir-pikir “ ya wes gini ki, kamu kembali lagi ke jalanan aku di sini. E ternyata dia kembali lagi ke sini, kan dulu masih bleng jadi keluar masuk gitu.” IW (348-356)

    Ketika tinggal di yayasan, subjek tidak

    melanjutkan sekolahnya karena surat-surat ataupun

    ijasahnya terbakar. Akhirnya subjek memilih untuk

    bekerja dengan AM yaitu membuat meja belajar.

    Namun tiba-tiba subjek keluar dan tidak melanjutkan

    pekerjaan tersebut sampai sekarang.

    “Sudah telat dan semua rapot dan surat-surat yang lain sudah kebakar. Dulu rumahku kebakaran. Dulu kerja sama angki, terus gimana gitu aku keluar langsung ke jalanan”IW (406-412)

    “ga enak sama suasananya” IW (414)

    “Pembina TL juga membenarkan alasan subjek berhenti kerja......biasanya saat istirahat bosnya pergi, subjek tidur. Emang teman-temannya sengaja ga dibangunkan karena sudah beberapa kali seperti itu. Yang lain jengkel....... Bosnya pulang subjek kena marah akhirnya dia takut untuk balik kerja.

    “Pembina A juga membenarkan bahwa subjek orangnya masalah karena kehidupan anak jalanan kurang suka kerja, mereka malas-malasan.

    Saat anak-anak tinggal di rumah pengentasan,

    Maka secara tidak langsung mereka harus mengikuti

    sistem rumah pengentasan. Sistem tersebut meliputi

    aktivitas-aktivitas yang diterapkan oleh rumah

    pengentasan yang merupakan proses penanganan anak

    105

  • jalanan seperti mengembangkan kemandirian secara

    pribadi.

    “Bantu bersih-bersih, ibadah ke greja, les keybord” IW (529-230)

    “Pembina TL & A membenarkan bahwa sudah beberapa kali subjek kembali ke jalanan karena ga betah dengan peraturan, bosan karena ga ada teman waktu pagi hari dan pingin maen lagi”

    g. Pemahaman subjek mengenai keputusan kembali lagi

    ke jalanan

    Bersenang-senang dan berkumpul-kumpul

    bersama teman jalanan adalah kebiasaan subjek saat

    hidup di jalanan. Namun tidak ketika tinggal di

    yayasan karena teman-temannya sekolah dan bekerja.

    Kejadian tersebut membuat subjek berkeputusan untuk

    kembali lagi ke jalanan.

    “......bosan” IW (400)

    “ ... pagi ga ada teman. wong orang yang aku temanin malah kerja lah aku sendiri akhirnya bosan karena sepi.”IW (400-404)

    “Pembina A membenarkan bahwa subjek cepat jenuh, dia berkeinginan untuk bebas karena dari kecil dia sudah bebas

    “.....aku pinginnya di sini tapi ga ada teman, semua pada sibuk” IW (425-426)

    “Pembina TL & A juga membenarkan bahwa subjek merasa kesepian, tidak punya teman waktu pagi........

    106

  • “Terlihat dari hasil observasi, subjek sangat kesepian saat semua teman-teman pada ke sekolah dan kerja. Terkadang ia mondar mandiri........duduk sambil melihat ke luar dengan harapan teman-temannya segera pulang.

    h. Pemahaman sujek untuk kembali ke yayasan dan

    akhirnya menetap sampai sekarang

    Menjalani kehidupan di jalanan akan

    mengakibatkan pengalaman yang buruk serta hidup

    tidak karuan dan sebagainya. Satu-satunya jalan agar

    mereka tidak lagi mengalami kehidupan buruk di

    jalanan yaitu meninggalkan kebiasaan di jalanan dan

    mau dibentuk lebih baik oleh pihak-pihak yang peduli

    terhadap mereka misalnya tinggal di rumah singgah

    atau yayasan peduli anak jalanan. Subjek memutuskan

    untuk kembali ke yayasan karena dijemput oleh

    pembina serta mau untuk dibentuk lagi.

    “di jemput sama kaka-kaka yayasan........” IW (424)

    “Pembina TL membenarkan kadang balik sendiri. Terakhir ketemu dijalanan,.....kita ngomong dan dia ngerti itu salah, dia nangis, dia balik ke jalanan tapi kadang dia masih bingung. Kadang juga kita cari karena lia dia punya potensi yang bagus dan dia sudah membaik.

    “pembina A membenarkan bahwa diajak dan dibujuk.

    107

  • i. Pemahaman subjek mengenai masalah-masalah yang

    dihadapi.

    Berada dalam suatu lingkungan baru dengan

    berbagai macam perbedaan karakter tidak menutup

    kemungkinan bahwa akan terjadi benturan antara satu

    dengan yang lainnya. Ada berbagai masalah yang

    subjek alami dengan teman-temannya.

    “ .... sama anak binaan gitu tapi sudah ga tinggal di sini. Aku di belakang, mau cuci baju, tempatnya sudah aku bersihin. Tiba-tiba dia datang di belakang dalam keadaan marah-marah sama anak-anak cewe. Terus tempat yang aku bersihin malah di injak. Aku sabar, aku bersihin lagi e malah di injak. Aku tetap sabar e malah dia ngamuk dan lewat sini lagi ya ta pukul. Kita di panggil sama kaka terus baikan lagi” IW (510-525)

    “Pembina A membenarkan bahwa masalah karena bercanda doang

    j. Gambaran dan penilaian mengenai yayasan emas

    Indonesia

    Kehidupan yang dilalui subjek di yayasan

    membuat subjek memiliki gambaran secara pribadi

    mengenai Yayasan tersebut.

    “ yayasan ini keluarga aku. Masa depan aku disini, penghasilan dan kalau kerja mungkin lewat sini juga” IW (445-448)

    Selain gambaran, subjek juga mempunyai

    penilaian mengenai Yayasan Emas Indonesia. Menurut

    subjek, yayasan tersebut berdampak baik bagi

    108

  • kehidupannya Namun ada rasa bosan dan sepi saat pagi

    hari

    “ baik. memang dari aku enak di yayasan sini, Cuma pagi to karena bosannya yang aku ga kuat” IW (452-455)

    k. Pemahaman mengenai peran penting Yayasan Emas

    Indonesia bagi masa depan dan hubungan dengan

    lingkungan masyarakat.

    Peran sebuah yayasan atau rumah singgah dalam

    penanganan anak jalanan yaitu membantu anak jalanan

    menangani masalah mereka, membantu

    mengembalikan sikap dan perilaku mereka sesuai

    dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat

    serta mengembalikan fungsi sosial mereka dalam

    masyarakat. Saat subjek tinggal di yayasan dan

    menjalani setiap sistem yayasan, banyak sekali

    perubahan yang ia alami baik secara pribadi maupun

    secara sosial namun berdasarkan hasil observasi dan

    triangulasi subjek masih sangat mudah terpengaruh.

    “ Pengaruh bangat. Kalau peraturan di sini buat aku lebih baik daripada yang dulu. Misalnya ketrampilan atau pelatihan buat kedepannya aku”IW (475-480)

    “Ya aku tetap cuek saja tapi sudah ga kaya dulu lagi. Ada orang ngomong jelek-jelekin gimana gitu pinginnya emosi tapi sekarang aku cuek aja. Berpengaruh Cuma pingin happy-happy jadi tidak terlalu memperhatikan. Ya kalau di sini orang-orang memandang aku di sini sudah bisa berubah,

    109

  • memandangnya bagus. Pokoknya ikut yang baik aja.IW (485-497)

    Berdasarkan hasil observasi beberapa minggu yang lalu subjek masih sempat turun ke jalanan dan mengkonsumsi minuman keras bersama teman-teman di jalanan.

    Pembina A membenarkan bahwa subjek masih sangat labil masih perlu dimentor dan dibimbing.

    l. Pengetahuan mengenai ajaran yang diterapkan oleh

    yayasan emas Indonesia

    Setelah anak-anak berhasil dijangkau dan tinggal

    di yayasan, maka langka selanjutnya adalah anak-anak

    dibina untuk membentuk sikap dan perilaku mereka

    sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di

    masyarakat. Dalam pembinaan mental yang

    dilaksanakan di Yayasan Emas Indonesia, banyak

    sekali yang diajarkan mulai dari pembentukan karakter

    sampai pada fungsi dan peran sosial mereka. Hal

    tersebut merupakan bekal dikemudian hari ketika

    mereka sudah dientaskan ke masyarakat.

    “Mengenai diajarin harus tunduk sama otoritas ga boleh semena-mena, harus berubah artinya harus bisa berubah arah berperilaku kita. Jadi di sini belajar mempunyai harapan atau masa depan. Diajarin sopan santun, sikap dan tingkah laku yang baik misal e ga boleh lagi berperilaku buruk seperti di jalanan, nodong, nyuri, palakin orang. Sopan sama yang lebih tua. Jadi harus berubah lebih baik lagi. Diajarin semuanya tapi balik lagi ke kitanya. IW (533-549)

    110

  • “Pembina TL membenarkan bahwa bina mental seperti karakter building. Di bina mental ada pembelajaran firman Tuhan, etika sopan santun kepada orang lain. Kemudian bina perilaku misalnya ketika mereka di jalanan jarang pake sendal ya kasih tahu harus pake sendal, kalau makan pake sendok. Kita ajarkan mereka salam soalnya pertama kali mereka di sini seenakknya ga sopan sama orang lain. Diajarain tentang tujuan hidup agar mereka tahu tujuan hidup mereka di sini dan kedepannya mereka punya tujuan hidup.

    “Pembina A juga membenarkan ajaran-ajaran yang diterapkan di yayasan misalnya membimbing mereka dengan tujuan merubah sikap dan mental mereka........ Pembina SVR juga membenarkan bahwa mereka diajarkan ketrampilan seperti ketrampilan meja belajar, musik dan ketrampilan temporer seperti buat sabun. Kemudian kalau ada kegiatan diajak biar mereka bisa bersosialisasi. Terus dibina mental seperti ngasih tahu mental dan sikap yang baik itu kaya gimana, sopan santun yang baik. Jadi dibina mental dan karakter mereka seperti itu. Jadi diharapkan ketika mereka bersosial di masyarakat mereka sudah mengikuti sistem sosial yang ada di masyarakat bukan sistem sosial mereka yang ngomong sembarangan. “Mau bangat, yang penting ga sepi lagi waktu pagi”. IW (552-553)

    “Semua pengurus sini. Ya ka Ayub, ka Sem, mba Tri, pa Heri, bu Indah, mas Kiman” IW (555-557)

    m. Pemahaman mengenai alasan meninggalkan kegiatan

    menodong dan memakai obat-obatan.

    Mengalami pengalaman buruk ketika di jalanan,

    dianggap sampah masyarakat, membuat anak jalanan

    111

  • kadang tidak diterima di tengah-tengah masyarakat.

    Namun berkat pihak-pihak yang peduli pada anak

    jalanan, mereka dibina, dibentuk, dibekali dengan

    berbagai ketrampilan membuat anak-anak jalanan

    sudah dapat menjalankan keberfungsian sosialnya

    secara baik dan telah dipandang baik oleh masyarakat.

    Subjekpun mengalami hal seperti itu. Masa lalunya saat

    di jalanan sangat memprihatinkan namun saat ia

    berkeputusan untuk mau tinggal di yayasan dan dibina

    akhirnya kehidupan masa sekarang sudah selayaknya

    anak-anak pada umumnya.

    “Karena sudah tinggal di yayasan, pingin dipandang benar dan pingin berhasil dalam segala hal. Tapi ga tau juga ke depan. Semua pilihan di aku. Ya ta lakuin aja semampunya.”IW (581-587)

    “Pembina TL bahwa subjek mengalami perubahan ke arah yang baik lebih cepat tapi dia juga cepat terpengaruh dengan teman-teman diluar.

    “Pembina A juga menegaskan bahwa subjek harus benar-benar dimentor dan dibimbing karena subjek masih sangat labil. Berdasarkan hasil observasi, subjek sudah hidup selayaknya anak-anak umumnya, hubungannya dengan lingkungan sudah membaik namun terkadang subjek masih mengkonsumsi minuman-minuman keras karena subjek masih sangat terpengaruh oleh teman-temannya.

    Sedikit perubahan yang dialami subjek membuat

    ia memiliki harapan bagi teman-temannya yang masih

    di jalanan .

    112

  • “Menjadi anak yang lebih baik lagi” IW (595)

    “fasilitator (TL) membenarkan bahwa yudha orangnya baik.....

    2. Komponen Afektif

    Aspek afektif merupakan keseluruhan perasaan atau

    emosi dari subjek. Perasaan atau emosi dari kegiatan

    menodong dan memakai obat-obatan sampai pada

    kehidupan ketika subjek tinggal dan menjalani peraturan

    serta program yang diterapkan oleh Yayasan Emas

    Indonesia.

    a. Kesan pertama kali turun ke jalanan

    Kesan pertama bagi setiap anak saat turun ke

    jalanan sangat bermacam-macam. Ada yang merasa

    takut karena belum mengetahui tentang kehidupan

    jalanan, adapula yang merasa senang karena bebas

    tidak ada yang mengatur. Bagi subjek sendiri ia sangat

    takut saat turun ke jalanan karena belum terlalu

    mengenal anak-anak jalanan yang lainnnya tapi

    berjalannya waktu subjek sudah mulai terbiasa dan

    sangat akrab dengan mereka.

    “Ya pertama kali takut turun karena dulukan ga kenal sama teman-teman. dulu di jalanan ga punya teman hawanya ga enak kaya di rumah tapi lama-kelamaan kenal-kenal ternyata hidup di jalanan enak dan bebas. Selain itu belum bisa ngamen karena masih grogi”IW (137-146)

    “Ya dulu pertama takut sama mereka aga gimana gitu, bercandanya selalu kasar. Lama-kelamaan sudah

    113

  • biasa. Kita makan ya makan bareng. Tidur bareng-bareng ya sudah anggap saudara” IW (150-156)

    b. Perasaan subjek ketika melakukan kegiatan menodong

    dan memakai obat-obatan

    Takut dan merasa kasihan kepada korban

    adalah perasaan subjek pertama kali menodong dan

    memakai obat-obatan. Namun karena kebutuhan dan

    keinginan yang sangat mendesak serta pengaruh obat-

    obatan membuat subjek berperilaku delinkuensi.

    “Takut si kalau ada apa-apa gimana tapi sudah terlanjur” IW (169-171)

    “Ya gimana ya. Sudah gitu juga. Aku malahan ga takut tapi ya perasaannya si pinginnya kasian sama korbannya. Pernah juga bayangin coba kalau aku yang ditodong gimana ya, ya mau gimana lagi sudah ga dapat uang, ga bisa ngapa-ngpain, ya lebih baik nodong. Juga sering mukulin kalau ga di kasih. Dulu takut tapi lama kelamaan sudah ga takut, yang lain bisa dan pengaruh obat jadi ga takut” IW (188-201)

    c. Perasaan subjek ketika mengalami pengalaman buruk

    Kehidupan di jalanan yang tidak karuan akan

    mengakibatkan subjek mengalami pengalaman buruk

    seperti ditangkap oleh polisi dan dimasukan penjara.

    Kejadian tersebut membuat subjek merasa takut serta

    merasa kesepian karena harus berada di dalam penjara.

    “Awalnya si deg-degan, mau difonis berapa tahu-tahunya dipukulin sama di sel 1 minggu “ IW (227-230-)

    114

  • “Ya sepi. Hari-hari rame tapi ko di sini sepi sendiri. Terus 1 hari aja sudah lama bangat” IW (232-235)

    d. Perasaan subjek ketika berinteraksi dengan masyarakat

    luar yang menganggap buruk anak jalanan

    Kehidupan anak jalanan tidak lepas dari

    keberadaan masyarakat sekitar karena masyarakat

    adalah pusat penghasilan mereka. Selain itu,

    masyarakat merupakan bagian dari pihak-pihak yang

    berperan penting dalam penanganan anak jalanan.

    Namun terkadang masyarakat selalu memandang anak

    jalanan sebagai sampah masyarakat dan hubungan

    antara anak jalanan dan masyarakat sangatlah

    bertentangan. Hal tersebut tidak lantas membuat subjek

    takut malahan perasaan berani dan menantang ia

    tunjukkan ketika berinteraksi dengan mereka tetapi saat

    polisi turun tangan maka subjek akan lari karena

    ketakutan.

    “Dulu si sudah kena obat juga jadi ga rasa apa-apa. Ga takut. Kalau mereka main sama polisi ya kita deg-degan dan lari” IW (339-343)

    e. Perasaan subjek pertama kali tinggal di Yayasan Emas

    Indonesia

    Kehidupan anak-anak jalanan saat berada di

    jalanan sangat bertolak belakang dengan nilai dan

    norma pada umumnya. Melakukan perilaku delinkuensi

    membuat mereka merasa diri hebat dan berani namun

    tidak ketika subjek tinggal di yayasan. Malu dan takut

    115

  • adalah perasaan subjek pertama kali tinggal di yayasan

    tapi berjalannya waktu subjek mulai akrab dengan

    lingkungan yayasan.

    “Takut, malu, diam karena ga kenal sama yang di sini. Mau ngomong takut karena salah tapi lama-kelamaan sudah akrab” IW (379-383)

    f. Perasaan subjek saat kembali lagi ke jalanan

    Berkumpul dan bersenang-senang di jalanan

    adalah salah satu faktor subjek turun ke jalanan. Hal

    tersebut membuat subjek memilih kembali lagi ke

    jalanan karena di yayasan subjek merasakan kesepian.

    Kembali lagi ke jalanan membuat subjek sangat senang

    bisa merasakan keramaian dan bersenang-senang.

    “Senang bisa kumpul sama teman-teman walaupun lakuin hal yang ga benar, sudah gitu mau gimana lagi. IW (417-421)

    Pembina TL membenarkan bahwa subjek sangat senang......

    g. Perasaan subjek saat berinteraksi dengan masyarakat

    umum dalam hal ini ia tidak lagi menodong dan

    memakai obat-obatan.

    Subjek mengakui bahwa saat ia berinteraksi

    dengan masyarakat umum dal