26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Badan Kepegawaian Daerah dibentuk setelah pelaksanaan Otonomi Daerah tahun 1999. Badan ini yang mengurusi administrasi kepegawaian pemerintah daerah baik di pemerintah daerah kabupaten/kota maupun pemerintah daerah provinsi. Sebagian besar BKD ini hanya berada ditingkat kabupaten/kota sedangkan ditingkat provinsi banyak yang masih menggunakan biro kepegawaian. Sesuai dengan Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah kewenangan mengatur kepegawaian mulai dari rekrutmen sampai dengan pension berada dikabupaten/kota. Pembentukan BKPAD pada umumnya didasarkan pada peraturan daerah masing-masing. Sebelum pelaksanaan Otonomi Daerah semua urusan kepegawaian berada di pemerintah pusat adapun yang ada di daerah hanya sebagai pelaksana administrasi kepegawaian dari kebijakan pemerintah pusat. Pembentukan Provinsi Gorontalo berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 merupakan Provinsi ke-32 dan termuda di Indonesia dan peresmiannya dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 februari 2001 sekaligus melantik H. TURSANDI ALWI sebagai pejabat Gubernur Gorontalo. Untuk menyelenggarakan tugas yang menjadi kewenangan pemerintah Provinsi Gorontalo, maka dengan berpegang pada prinsip efektivitas dan efisiensi dibentuklah lembaga perangkat daerah provinsi gorontalo yang miskin struktur namun kaya fungsi dan setelah melalui kajian yang cermat telah ditetapkan unsur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran …eprints.ung.ac.id/2764/9/2012-1-74201-271408002-bab4-13082012025257.pdfPembentukan Organisasi Tata Kerja Lembaga-Lembaga Teknis

  • Upload
    doananh

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Badan Kepegawaian Daerah dibentuk setelah pelaksanaan Otonomi Daerah

tahun 1999. Badan ini yang mengurusi administrasi kepegawaian pemerintah

daerah baik di pemerintah daerah kabupaten/kota maupun pemerintah daerah

provinsi. Sebagian besar BKD ini hanya berada ditingkat kabupaten/kota

sedangkan ditingkat provinsi banyak yang masih menggunakan biro kepegawaian.

Sesuai dengan Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah kewenangan mengatur

kepegawaian mulai dari rekrutmen sampai dengan pension berada

dikabupaten/kota. Pembentukan BKPAD pada umumnya didasarkan pada

peraturan daerah masing-masing. Sebelum pelaksanaan Otonomi Daerah semua

urusan kepegawaian berada di pemerintah pusat adapun yang ada di daerah hanya

sebagai pelaksana administrasi kepegawaian dari kebijakan pemerintah pusat.

Pembentukan Provinsi Gorontalo berdasarkan Undang-Undang Nomor 38

Tahun 2000 merupakan Provinsi ke-32 dan termuda di Indonesia dan

peresmiannya dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas

nama Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 februari 2001 sekaligus

melantik H. TURSANDI ALWI sebagai pejabat Gubernur Gorontalo.

Untuk menyelenggarakan tugas yang menjadi kewenangan pemerintah

Provinsi Gorontalo, maka dengan berpegang pada prinsip efektivitas dan efisiensi

dibentuklah lembaga perangkat daerah provinsi gorontalo yang miskin struktur

namun kaya fungsi dan setelah melalui kajian yang cermat telah ditetapkan unsur

lembaga perangkat daerah Provinsi Gorontalo yang dituangkan dalam 3 (tiga)

keputusan Gubernur Gorontalo yaitu :

1. Keputusan Gubernur Gorontalo No. 01 Tahun 2000 tentang Struktur

Organisasi Sekretariat daerah provinsi gorontalo yang terdiri dari 2 (dua)

asisten dan 6 (enam) biro termasuk biro kepegawaian dan organisasi serta

struktur organisasi sekretariat DPRD provinsi gorontalo.

2. Keputusan Gubernur Gorontalo Nomor 02 Tahun 2000 Tentang 9

(Sembilan) Dinas.

3. Keputusan Gubernur Gorontalo Nomor 03 Tahun 2000 Tentang

Badan/Lembaga Teknis Daerah Provinsi Gorontalo yang meliputi 3 (tiga)

badan.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Gorontalo Nomor 01 Tahun 2000 tersebut,

maka biro kepegawaian dan organisasi merupakan unit organisasi yang berada

dibawah asisten bidang administrasi sekretariat daerah provinsi gorontalo yang

dalam tugas pokok dan fungsinya melaksanakan tugas-tugas dibidang

kepegawaian dan organisasi dilingkungan pemerintah provinsi gorontalo.

Kemudian melalui tim eksistensi penyusunan RANPERDA tentang

struktur organisasi dilingkungan pemerintah Provinsi Gorontalo melalui beberapa

kajian dan pembahasan antara pihak eksekutif dan legislatif telah ditetapkan

Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 16 Tahun 2002 tanggal 04 januari

2002 Tentang Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Gorontalo sebagai penjabaran

dari Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 159 Tahun 2000 Tentang

Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah.

Struktur organisasi Badan Kepegawaian Daerah provinsi gorontalo

kemudian mengalami perubahan dari Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2002

menjadi Peraturan Daerah Nomor 45 Tahun 2002 tanggal 29 september 2002

Tentang Struktur Organisasi Badan Kepegawaian Daerah dan Pendidikan

Pelatihan Provinsi Gorontalo, serta Keputusan Gubernur Gorontalo Nomor 166

Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan PERDA Nomor 45 Tahun 2002. Pada tahun

2007 Struktur Organisasi Badan Kepegawaian Daerah dan Pendidikan Pelatihan

Provinsi Gorontalo mengalami perubahan lagi dari Peraturan Daerah Nomor 45

Tahun 2002 menjadi Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2007 Tentang

Pembentukan Organisasi Tata Kerja Lembaga-Lembaga Teknis Daerah Provinsi

Gorontalo, serta Peraturan Gubernur Provinsi Gorontalo Nomor 22 Tahun 2008

Tentang Tugas dan Fungsi Badan Kepegawaian dan Aparatur Daerah Provinsi

Gorontalo.21

B. Implementasi Disiplin Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Pasal 3 Angka

(11) Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 di Lingkungan Badan

Kepegawaian dan Pemberdayaan Aparatur Daerah (BKPAD) Provinsi

Gorontalo.

1. Pelaksanaan

a). Peranan Pegawai Negeri Sipil

Telah diketahui bersama bahwa kedudukan seseorang membawa pengaruh

pada peranannya, dilain pihak kedudukan membawa konsekwensi akan tugas dan

21 BPKAD, Sejarah berdirinya BKPAD Provinsi Gorontalo, Gorontalo 2012

kewajiban serta hak yang melekat kepada kedudukan yang dimiliki oleh seseorang

itu.

Bila dilihat belum semua Pegawai Negeri Sipil mengetahui secara benar

peranan, kedudukan, kewajiban, larangan dan hak-haknya. Bahkan lebih banyak

di antara Pegawai Negeri Sipil yang baru mengetahui sebagian haknya tanpa

mengetahui secara benar kewajiban-kewajibannya.

Sebagaimana telah dimaklumi bahwa Pegawai Negeri Sipil adalah mereka

yang setelah memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas

dalam Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-

undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pegawai Negeri adalah unsur aparatur Negara, abdi Negara dan abdi

masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-

Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah dalam menyelenggarakan tugas

pemerintahan dan pembangunan.

Bagaimana arti pentingnya kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil

secara tegas telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang telah mengalami perubahan menjadi

Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 sebagai Undang-Undang Kepegawaian yang

baru memberi rumusan tersebut bertolak pada pokok pikiran bahwa Pemerintah

tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan, tetapi juga harus mampu

melaksanakan fungsi pembangunan, atau dengan perkataan lain Pemerintah bukan

hanya menyelenggarakan tertib pemerintah, tetapi juga harus mampu

menggerakkan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat

banyak.

b). Kedudukan Pegawai Negeri sipil

Pegawai Negeri bukan saja unsur aparatur Negara, tetapi juga abdi Negara dan

abdi masyarakat yang hidup di tengah-tengah masyarakat dan bekerja untuk

kepentingan masyarakat. Sebagai aparatur Negara Pegawai Negeri merupakan

tulang punggung dalam penyelenggaraan roda pemerintahan dan sebagai abdi

Negara serta abdi masyarakat harus mengabdi kepada tugasnya, melaksanakan

tugasnya, memberikan pelayanan sebaik-baiknya.

Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur Negara, abdi Negara dan abdi

masyarakat wajib setia dan taat kepada Pancasila, sebagai falsafah dan ideologi

Negara, kepada Undang-Undang Dasar 1945, kepada Negara dan kepada

Pemerintah. Pegawai Negeri adalah pelaksana peraturan Perundang-Undangan

oleh sebab itu, Pegawai Negeri wajib berusaha agar setiap peraturan Perundang-

Undangan pertama-tama dipahami dan dilaksanakan serta dipatuhi/ditaati sebaik-

baiknya, disamping dirinya mengusahakan agar masyarakat dapat dan mau

mentaati peraturan perundang-undangan tersebut.

Dari uraian di atas telah jelas bagaimana kedudukan Pegawai Negeri (Sipil)

itu, kedudukan mereka di dalam beberapa hal berbeda dengan warga negara biasa,

karena kepadanya dipercayakan tugas menjalankan fungsi umum pemerintahan

dan pembangunan. Mereka harus melayani masyarakat bukan dilayani. Mereka

yang pertama-tama harus mentaati peraturan-peraturan perundang-undangan.

Pegawai Negeri harus mampu menggerakkan dan memperlancar

penyelengggaraan pemerintahan umum dan pembangunan untuk kepentingan

rakyat banyak. Untuk maksud itulah Pegawai Negeri (Sipil) dituntut kesetiaan dan

ketaatan penuh kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan

Pemerintah. Karena Pegawai Negeri Sipil bertindak sebagai pelaksana peraturan

perundang-undangan maka setiap pegawai wajib memberi contoh yang baik

dalam mentaati dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c). Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Kewajiban Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1974 ditentukan sebagai berikut:

1. Menurut Pasal 4 dari Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, setiap Pegawai

Negeri Sipil wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-

Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah. Pada umumnya yang dimaksud

dengan kesetiaan dan ketaatan adalah tekad dan kesanggupan untuk

melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang disertai atau ditaati dengan

penuh kesadaran dan tanggung jawab. Kesetiaan dan ketaatan timbul dari

pengetahuan dan pemahaman yang mendalam, oleh sebab itu setiap Pegawai

Negeri Sipil wajib mempelajari, memahami secara mendalam serta menghayati

Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Haluan Negara, dan Politik

Pemerintah.

2. Menurut Pasal 5 dari Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, setiap Pegawa

Negeri Sipil wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang

dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung

jawab. Pegawai Negeri Sipil adalah pelaksana peraturan perundang-undangan,

oleh sebab itu wajib berusaha agar setiap peraturan perundang-undangan ditaati

oleh masyarakat. Berhubung dengan itu Pegawai Negeri Sipil berkewajiban

untuk memberikan contoh, ketauladanan, panutan yang baik dalam mentaati

dan melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam

melaksanakan peraturan perundang-undangan, pada umumnya Pegawai Negeri

Sipil diberikan tugas kedinasan untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Perlu disadari bahwa pemberian tugas kedinasan itu merupakan kepercayaan

dari atasan yang berwenang dengan harapan agar tugas itu dapat dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya. Berhubungan dengan itu, setiap Pegawai Negeri Sipil

wajib melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan

penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.

3. Menurut Pasal 6 dari Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, setiap Pegawai

Negeri Sipil wajib menyimpan rahasia jabatan. Yang dimaksud dengan

“rahasia” rencana kegiatan atau tindakan yang akan, sedang atau telah

dilakukan yang dapat menimbulkan bahaya, apabila diberitahukan kepada atau

diketahui oleh orang yang tidak berhak. Rahasia jabatan adalah rahasia

mengenai atau yang ada hubungannya dengan jabatan. Rahasia jabatan dapat

berupa dokumen tertulis, seperti surat, notulen rapat, peta dan lain-lain, dapat

berupa rekaman suara dan dapat pula berupa perintah atau keputusan lisan dari

seseorang atasan.

d). Hak Pegawai Negeri Sipil

Di samping kewajiban-kewajiban sebagai tersebut di atas, ditentukan juga

hak-hak Pegawai Negeni Sipil yaitu:

1. Menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, setiap Pegawai

Negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan

tanggung jawabnya. Pada dasarnya setiap Pegawai Negeri Sipil beserta

keluarganya harus dapat hidup layak dari gajinya, sehingga dengan demikian ia

dapat memusatkan perhatian dan kegiatannya untuk melaksanakan tugas yang

dipercayakan kepadanya. Gaji adalah balas jasa atau penghargaan atas hasil

kerja seseorang.

2. Menurut Pasal 18 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, setiap Pegawai

Negeri berhak atas cuti. Yang dimaksud dengan cuti adalah tidak masuk kerja

yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu.

3. Menurut Pasal 9 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, setiap Pegawai

Negeri Sipil yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan dalam dan karena

menjalankan tugas kewajibannya, berhak memperoleh perawatan.

4. Pegawai Negeri Sipil yang tewas, keluarganya berhak memperoleh uang duka.

5. Menurut Pasal 10 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, setiap Pegawai

Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, berhak atas

pensiun. Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap

Pegawai Negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada

negara.

Dalam rangka meningkatkan fungsi pengawasan melekat atasan langsung

maka pemahaman dan penghayatan kedudukan, peranan, kewajiban dan hak-hak

kepegawaian mutlak menjadi kewajiban bagi Pegawai Negeri Sipil pada

Umumnya, khususnya oleh para pejabat struktural.

Mereka harus mengetahui/memahami secara benar dan seimbang

kedudukan, peranan, kewajiban dan hak tersebut. Pemahaman tersebut adalah

amanat.Sebagai atasan harus lebih mengetahui, sehingga disatu pihak dapat

berlaku sebagai teladan, contoh, panutan bagi bawahannya. Dilain pihak pejabat

atasan harus dapat memberi bimbingan dan tegoran kepada bawahan manakala

ada pelanggaran terhadap kewajiban Pegawai Negeri Sipil.

Kecuali itu atasan hendaknya selalu memperhatikan dan menjamin bahwa

hak-hak Pegawai Negeri Sipil telah dapat diberikan kepada bawahan tanpa adanya

gangguan atau pengurangan. Hal ini tidak mungkin dapat dilaksanakan apabila

baik atasan maupun bawahan tidak mengetahui secara benar akan kewajiban dan

hak-hak kepegawaian yang dipunyai. Apabila hal-hal yang mendasar tersebut

tidak dipahami, mustahil pula disiplin Pegawai Negeri Sipil dapat ditegakkan.

Demi terwujudnya hal diatas maka dapat dilihat dari bebrapa tabel presentase dari

beberapa indikator - indikator Implementasi Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun

2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Badan Kepegawaian

dan Pemberdayaan Aparatur Daerah (BKPAD) Provinsi Gorontalo, tergambar

sebagai berikut :

Tabel 1

Pemahaman Pegawai Negeri Sipil dilingkungan kantor BKPAD Provinsi

Gorontalo Tentang PP No.53 Tahun 2010 Pasal 3 angka (11)

No Indikator variabel F P

1

2

3

Paham

Kurang paham

Tidak paham

14

0

0

100

Jumlah 14 100

Sumber : Data Primer Diperoleh : 2012

Berdasarkan hasil tabel di atas, maka hal ini menunjukan bahwa

pemahaman Pegawai Negeri Sipil dilingkungan kantor BKPAD Provinsi

Gorontalo tentang PP No. 53 tahun 2010 pasal 3 angka (11) dari jumlah

responden sebanyak 14 orang keseluruhan responden mengatakan bahwa seluruh

Pegawai Negeri Sipil dilingkungan kantor BKPAD Provinsi Gorontalo sudah

memahami PP No. 53 Tahun 2010 pasal 3 angka (11). akan tetapi menurut Ratni

Mohi.,S.sos (SUBAG Akuntansi BKPAD Provinsi Gorontalo) mengatakan

bahwa mengenai ketentuan jam kerja sudah berjalan sebagaimana ketentuan yang

dimaksud, akan tetapi masih ada beberapa orang pegawai negeri sipil yang belum

mampu mentaati ketentuan tersebut22

. Kenyatannya bahwa tingkat disiplin jam

kerja perlu ditingkatkan karena masih dari fenomena masih adanya pegawai yang

datang terlambat, tidak bekerja pada saat jam kerja atau memanfaatkan waktu jam

kerja untuk melakukan hal-hal lain diluar pekerjaannya, dan atau tidak berada di

tempat saat jam kerja tanpa disertai alasan yang jelas.

Dari penjelasan diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

memang seluruh pegawai yang ada dilingkungan BKPAD Provinsi Gorontalo

sudah memahami peraturan pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Pasal 3 angka (11)

Wujud dari seberapa jauh sosialisasi yang dilakukan oleh pimpinan kantor

BKPAD Provinsi Gorontalo tentang PP No. 53 tahun 2010 Pasal 3 Angka (11)

kepada pegawainya tergambar pada tabel 2 sebagai berikut :

22 wawancara dengan Ratni Mohi (SUBAG BKPAD Provinsi Gorontalo) 10 mei 2012

Tabel 2

Sosialisasi Pimpinan Kantor BKPAD Provinsi Gorontalo Tentang PP No. 53

Tahun 2010 Kepada Pegawai

No Indikator variabel F P

1

2

3

Selalu

kadang-kadang

Tidak pernah

8

6

0

57,12

42,88

Jumlah 14 100

Sumber : Data primer diperoleh 2012

Dari tabel di atas, maka hal itu menunjukan Sosialisasi pimpinan kantor

BKPAD Provinsi Gorontalo Tentang PP No. 53 Tahun 2010 kepada pegawai dari

jumlah 14 orang responden, yang mengatakan selalu 8 orang dengan persentase

57,12 kemudian yang mengatakan kadang-kadang sebanyak 6 orang dengan

presentase 42,88 dan tidak ada responden yang mengatakan bahwa pimpinan

kantor BKPAD Provinsi Gorontalo tidak pernah melakukan sosialisasi tentang PP

No. 53 tahun 2010 pasal 3 angka (11) kepada pegawainya. Dari data tersebut

terlihat jelas bahwa keterlibatan pimpinan kantor BKPAD Provinsi Gorontalo

dalam mensosialisasikan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 kepada

pegawainya tergolong masih rendah. Hal itu belum sesuai dengan apa yang

disyaratkan oleh peraturan tersebut. Sehingga mengakibatkan pegawai yang

paham akan aturan tersebut terkesan tidak mengindahkan aturan tersebut.

Dari penjelasan diatas maka penulis dapat beranggapan bahwa memang

peran dari seorang pimpinan dalam sebuah Institusi itu sangat penting, selebihnya

mengenai sosialisai tentang Peraturan Pemerintah tersebut diatas, karena apabila

pimpinan sebuah institusi pada umumnya selalu melakukan sosialisasi terkait

dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil maka akan terwujudnya suatu PNS yang patuh kepada ketentuan jam kerja.

Menurut Herman Pasue.,S.sos (staf Bid. Kepegawaian BKPADP rovinsi

Gorontalo) mengatakan bahwa sosialisasi mengenai PP. No. 53 tahun 2010 telah

dilaksanakan dilingkungan BKPAD Provinsi Gorontalo baik melalui rapat

maupun pada apel, disamping itu pula disosialisasikan melalui SKPD

dilingkungan pemerintah provinsi dengan cara mengundang KASUBAG

Kepegawaian atau pejabat yang mengenai kepegawaian dan disosialisasikan pada

acara-acara peringatan hari-hari Nasional.23

2. Pembinaan dan Pengawasan Manajemen PNS

a). Pembinaan

Pembinaan dan pegawasan Pegawai Negeri Sipil daerah dikordinasikan

pada tingkat nasional oleh mentri dalam negeri dan pada tinggkat daerah oleh

gubernur : standar, norma, dan prosedur pembinaan dan pengawasan manajemen

pegawai negeri sipil daerah di atur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 khususnya

tentang Kepegawaian Daerah tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

23 Wawancara dengan Herman Pasue. (staf Bid. Kepegawaian BKPAD Provinsi Gorontalo)

Tanggal 11 Mei 2012

1. Kelemahan-kelemahan pelaksanaan manajemen PNS yang diatur pada UU

No.22 Tahun1999 dijadikan landasan pemerintah untuk melakukan

perubahan manajemen PNS melalui revisi menjadi UU N0. 32 Tahun

2004. kewenangan yang sebelumnya di daeah lebih besar ditarik kembali

ke pemerintah pusat dan cenderung mengarah pada manajemen PNS yang

tersentralisasi seperti halnya pada pemberlakuan UU No. 8 Tahun 1974.

2. Peranan gubernur yang sebelumnya berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999

dirasakan kurang efektif membina, dan mengawasi kepegawaian daerah

khususnya yang berada di kabupaten dan kta, berdasarkan UU No 32

Tahun 2004 ini mempunyai kewenangan yang jelas. Atas persetujuan

gubernur pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dari pejabat

eselon II dikabupaten dan kota.

3. Dengan berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 ini dimungkinkan

pemindahan PNS antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar

provinsi serta pemindahan ke departemen di pemerintah pusat dan

sebaliknya.

4. Dahulu menurut UU No. 22 Tahun 1999 perpindahan atau mobilisasi

kepegawaian sulit dilaksanakan karena hambatan dana anggaran melalui

DAU (Dana Alokasi Umum). Sekarang melalui UU No. 32 Tahun 2004

ini penyesuaian besaran alokasi dasar akibat pengangkatan dan

pemindahan dilaksanakan setiap yang diatur dalam undang-undang tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Dengan

demikian dana anggaran bukan lagi menjadi masalah mobilisasi dan

promise kepegawaian antar daerah.

5. Dalam pelaksanaan manajemen PNS seperti diatur dalam UU No. 32

Tahun 2004 ini tampaknya belum sepenuhnya diiukuti dengan peraturan-

peraturan pemerintah ataupun pedoman pelaksanaannya sehingga

pelaksanaan manajemen PNS didaerah sesuai Undang-undang ini belum

sepenuhnya optimal berjalan dengan baik

demikianlah pokok-pokok implikasi dari pemberlakuan UU No. 32 Tahun

2004 terhadap manajemen kepegawaian di Indonesia. Undan-Undang ini

baru akan efektif sesuai dengan harapan kebijakan terbaru pemerintah jika

segera dilakukan dan ditertibkan aturan-aturan pelaksanaan yang diminta

oleh Undang-Undang ini.

Sistem pembinaan PNS merupakan perpaduan antara sitem prestasi kerja

dan sistem karir yang dititik beratkan pada sistem prestasi kerja (Pasal 12 : 2 UU

No.43 Tahun 1999). Sistem karir adalam suatu sistem kepegawaian, dimana untuk

pengangkatan pertama didasarkan atas kecakapan yang bersangkutan, sedang

dalam pengembangan lebih lanjut, masa kerja, kesetiaan, ketaatan, pengabdian,

dan syarat-syarat objektif lainnya juga turut menentukan. Dalam sistem karir

dimungkinkan seseorang naik pangkat tanpa ujian jabatan dan pengangkatan

dalam jabatan dilaksanakan berdasarkan jenjang yang telah ditentukan. Sementara

sistem prestasi kerja adalah suatu sistem kepegawaian yang dalam kenaikan

pangkat dan pengangkatan dalam jabatan didasarkan pada kriteria yang jelas,

misalnya melalui serangkaian tes agar memenuhi syarat kompetensi yang

diperlukan serta dengan melihat prestasi kerjannya dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya dengan demikian terdapat objektifitas yang tinggi dalam

kenaikan pangkat maupun pengangkatan dalam suatu jabatan.

Dalam pembinaan karir PNS dikenal dua sistem, yaitu :

1. Sistem karir Tebuka

sitem karir terbuka ialah suatu system kepegawaian, dimana untuk menduduki

jabatan yang lowong dalam suatu unit organisasi terbuka bagi setiap warga

Negara asalkan ia mempunyai kecakapan dan pengalaman yang diperlukan untuk

jabatan yang lowong itu.

2. Sistem Karir Tertutup

sistem karir tertutup adalah suatu sistem kepegawaian dimana suatu jabatan

yang lowong dalam suatu organisasi hanya dapat diduduki oleh pegawai yang

telah ada dalam organisasi itu, tidak boleh diduduki oleh orang lain.

Dalam sistem tertutup, mempunyai beberapa arti, yaitu :

a. tertutup dalam arti departemen, artinya bawa jabatan yang lowong dalam

suatu departemen hanya diisi oleh pegawai yang telah ada dalam

departemen itu dan tidak boleh di isi oleh pegawai dari departemen lain.

b. Karir tertutup dalam arti Negara, artinya bahwa jabatan-jabatan yang ada

dalam organisasi pemerintah hanya dapat diisi oleh pegawai yang telah

ada dalam organisasi pemerintah. Dalam sitem karir tertutup dalam arti

Negara dimungkinkan perpindahan dari departemen yang satu ke

departemen yang lain atau dari provisi/kabupaten/kota yang 1 ke

provinsi/kabupaten/kota yang lain

b). Pengawasan

Pengawasan adalah salah satu organik manajemen, yang merupakan proses

pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-

tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana,

kebijakan, instruksi dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Pengawasan

sebagai fungsi manajemen sepenuhnya adalah tanggung jawab setiap pimpinan

pada tingkat manapun. Hakekat pengawasan adalah untuk mencegah sedini

mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan,

kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan

tugas-tugas organisasi.

Jenis-jenis pengawasan

a. Pengawasan Melekat

Pengawasan Melekat menurut Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 adalah

serangkaian kegiatan yang bersifat pengendalian yang terus menurus dilakukan

oleh atasan terhadap bawahannya. Secara preventif atau represif agar pelaksanaan

tugas bawahan tersebut terlaksana secara efektif dan efesien sesuai dengan

rencana kegiatan dan peraturan perundangan yang berlaku. Berhasil tidaknya

pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas suatu organisasi, atau baik

buruknya citra suatu organisasi dalam pandangan masyarakat adalah merupakan

tanggung jawab atasan langsung/pimpinannya. Dengan demikian, masalah-

masalah yang telah, sedang, dan mungkin akan terjadi, termasuk baagaimana

kualitas orang-orang yang ada dalam organisasi semuannya menjadi tanggung

jawab pimpinan untuk menyelesaikan dan membinanya sebaik mungkin.

Setiap pimpinan instansi pemerintah maupun pimpinan satuan/unit kerja

termasuk pimpinan proyek, pimpinan kelompok kerja yang ada dalam organisasi

tersebut memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang melekat pada dirinya

mengawasi pelaksanaan kegiatan diorganisasinya. Untuk itu pimpinan harus

selalu berusaha sedini mungkin dapat memonitor dan mengetahui kemungkinan

akan terjadinya penyimpangan, hambatan, kesalahan, dan atau kegagalan dari

pelaksanaan tugas-tugas satuan kerja yang dipimpinnya dalam rangka pencapaian

tujuan organisasi secara keseluruhan. Selanjutnya pimpinanberkewajiban pula

untuk secepat mungkin mengadakan langkah-langkah tindak lanjut guna dapat

meniadakan dan mencegah terjadinya atau berlanjutnya keadaan tersebut.

Pimpinan juga perlu berusaha untuk mempertahankan hal-hal yang sudah baik,

dan bahkan bila masih mungkin juga meningkatkannya. Semuanya itu hanya

dapat diwujudkan dengan baik, kalau pimpinan melakukan pengawasan sendiri

dengan sebaik-baiknya atas kegiatan organisasi dan bawahan yang dipimpinnya.

Sasaran waskat :

a. meningkatkan disiplin, prestasi kerja, pencapaian sasaran pelaksanaan

tugas.

b. Menekan hingga sekecil mungkin penyalagunaan wewenang

c. Menekan hingga sekecil mungkin kebocoran, pemborosan keuangan

Negara dan segala bentuk pemungutan liar.

d. Mempercepat penyelesaian perizinan dan peningkatan pelayanan kepada

masyarakat.

e. Mempercepat penyusunan kepegawaian sesuai ketentuan perundangan

yang berlaku.

b. Pengawasan Fungsional(wasnal)

Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh

aparat/pegawai yang tugas pokoknya khusus membantu pimpinan untuk

melakukan tugasnya masing-masing. Wasnal pada dasarnya bersifat interen. Oleh

karena itu, aparat Wasnal dalam suatu instansi secara umum disebut Satuan

Pengawasan Intern (SPI).

Menurut Iswan Hamzah.,S.pd (SUBAG Program BKPAD Provinsi

gorontalo) mengatakan bahwa pembinaan di kantor BKPAD Provinsi gorontalo

dilakukan dalam pelaksanaan apel dan sore dan kumpulan lainya, serta

pengawasan dilakukan setiap hari dan setiap bulan sekali diadakan evaluasi dan

rapat staf.24

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Disiplin Pegawai Negeri

Sipil Berdasarkan Pasal 3 Angka (11) Peraturan Pemerintah No. 53

Tahun 2010 di Lingkungan Badan Kepegawaian dan Pemberdayaan

Aparatur Daerah (BKPAD) Provinsi Gorontalo.

1. Sumber Daya Manusia

Manusia dalam kajian ekonomi disebut sebagai sumber daya karena

memiliki kecerdasan. Melalui kecerdasan yang semakin meningkat

mengakibatkan manusia dikatakan sebagai homo sapiens, homo politikus dan

homo ekonomikus dan dalam kajian yang lebih mendalam dapat dikatakan pula

bahwa manusia adalah zoon politicon.

Faktor manusia adalah adalah faktor yang sangat esensial dalam

pelaksanaan pengawasan. Pentingnya faktor ini karena manusia yang merupakan

subyek dalam setiap aktifitas atau kegiatan pengawasan. Manusialah yng

merupakan penggerak proses mekanisme dalam sistem pengawasan. Oleh sebab

itu, agar mekanisme pengawasan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya sesuai

dengan tujuan yang diharapkan, maka manusia sebagai subyek atau pelaku

24 Wawancara dengan Iswan Hamsah (SUBAG Program BPKAD Provinsi Gorontalo) Tanggal 13 Mei 2012

pengawasan harus mempunyai kemampuan tekhnis di bidang pengawasan. Atau

dengan kata lain mekanisme sistem pengawasan baik ditingkat pusat maupun di

daerah, hanya dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan seperti yang

dikehendaki apabila manusia sebagai subyek yang menggerakkannya baik. Tanpa

manusia pelaksana yang baik, maka sistem pengawasan tidak akan terlaksana

dengan baik. Pelaksana pengawasan yang baik dan profesional dapat diwujudkan

apabila manusia pelaksananya mempunyai kapasitas dan kemampuan teknis yang

mendukung.

Pentingnya faktor manusia sebagai pelaksana pengwasan karena

merupakan unsur dinamis dalam organisasi yang bertindak / berfungsi sebagai

subyek penggerak roda organisasi pemerintah di bidang pengawasan. Untuk dapat

melaksanakan tugas-tugas pengawasan sebagaimana menjadi peran utama bagi

kantor BKPAD Provinsi Gorontalo terhadap, maka faktor pendidikan menduduki

posisi sangat penting dalam pelaksanaan pengawasan. Melalui pendidikan dan

keterampilan yang luas mengenai tugas pengawasan, dapat melatih diri untuk

berfikir secara rasional dan terarah serta dapat memberikan kemampuan,

keterampilan dalam merumuskan gagasan, pemikiran dan pendapat yang hendak

disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dengan mudah dapat

mengerti.

Tabel 3

Tingkat Pendidikan Formal Pegawai Kantor BKPAD Provinsi gorontalo

No Indikator variabel F P

1

2

3

SMA

Sarjana (SI)

Pasca Sarjana

3

8

3

21,42

57,12

21,42

Jumlah 14 100

Sumber : Data primer diperoleh 2012

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa sumber daya manusia pegawai

negeri sipil Kantor BKD-Diklat Provinsi Gorontalo tergolong sudah memadai.

Tingkat pendidikan pegawai Kantor BKD-Diklat Provinsi Gorontalo berdasarkan

jumlah 14 orang responden berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu 3

orang atau 21,42 dan berpendidikan Sarjana sebanyak 8 orang atau 57,12 dan

pasca sarjana sebanyak 3 orang atau 21,42. Dari data tersebut tampak dengan

jelas bahwa faktor pendidikan formal yang pernah di tempuh oleh pegawai negeri

sipil dilingkungan Kantor BKD-Diklat Provinsi gorontal sangat berpengaruh

dalam pelaksanaan tugas pengawasan terhadap pelaksanaan ketentua pada jam

kerja.

Menurut Riyang L.,SH ( SUBID Kedudukan Hukum, Penggajian dan

kesejahteraan BKPAD Provinsi Gorontalo ) mengatakan bahwa permasalahan

sumber daya manusia adalah masalah yang sangat penting dalam menjalankan

organisasi, maka dari itu Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Kantor BKPAD

Provinsi Gorontalo sudah sangat memadai dari segi pendidikan, pengalaman

Diklat yang dimiliki dan sudah sesuai dengan kompetensi25

. Menurut Herman

Pasue, S.sos mengatakan bahwa sumber daya manusia dilingkungan BKPAD

Provinsi Gorontalo masih perlu ditingkatkan lagi misalnya dengan cara

peningkatan kualitas SDM melalui diklat.26

Berdasarkan analisis data diatas, nampak bahwa tingkat pendidikan formal

yang dimiliki oleh pegawai pada Kantor BKPAD tergolong Memadai dengan

persentase 21,42 berpendidikan Sekolah Menengah Atas ( SMU), 57,1 yang

telah berpendidikan Sarjana dan pasca sarjana sebanyak 21,42 . Dengan sumbr

daya manusia yang sudah tergolong memadai ini tentunya akan berpengaruh

terhadap kedisiplinan PP No. 53 Tahun 2010 Pasal 3 angka (11).

2. Rekruitmen

Pengadaan PNS merupakan proses kegiata yang dilakukan untuk mengisi

formasi yang lowong. Lowongan formasi pada suatu organisasi pemerintahan

pada umumnya disebabkan adanya PNS yang berhenti karena pensiun, meninggal

dunia, mutasi jabatan, pengembangan organisasi karena sebab lainnya. Karena

pengadaan PNS dilakukan untuk mengisi formasi yang lowong, oleh karena itu

maka pengadaan pegawai tersebut dilaksanakan atas dasar kebutuhan penambahan

pegawai, baik dalam arti jumlah, kualitas pegawai serta kompetensi jabatan yang

dibutuhkan.

Untuk itu, setiap Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat

yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku diberikan

kesempatan yang sama untuk mengajukan lamaran pekerjaan sebagai calon PNS.

25 wawancara dengan Riyang L. ( SUBID Kedudukan hukum, Penggajian dan kesejahteraan

BKPAD Provinsi Gorontalo) Tanggal 17 Mei 2012 26

wawancara dengan Herman pasue (staf Bid. Kepegwaian BKPAD Provinsi Gorontalo) Tanggal

11 Mei 2012

Dengan demikian maka pengadaan PNS harus didasarkan pada kebutuhan yang

dilakukan secara objektif berdasarkan persyaratan kompetensi yang telah

ditentukan.27

Dalam suatu organisasi selalu terbuka kemungkinan untuk terjadinya

berbagai lowongan dengan beraneka ragam penyebabnya, dan terjadinya

lowongan dalam suatu organisasi tersebut tidak mustahil harus segera diisi dan

salah satu tehnis pengisian lowongan ini adalah melalui proses rekruitmen.

Rekruitmen adalah salah satu instrumen pengawasan terhadap Pegawai Negeri

Sipil yang dilakukan saat seleksi dilakukan untuk memutuskan pelamar mana

yang akan diterima atau ditolak.

Hal utama yang perlu diketahui atas fungsi Badan Kepegawaian dan

Pemberdayaan Aparatur Daerah provinsi gorontalo adalah orientasi pekerjaannya

selalu berkoordinasi dengan pejabat-pejabat dilingkungan pemerintahan seperti-

Kepala Dinas, kepala-kepala badan dan tidak secara langsung berhubungan

dengan masyarakat, sehingga kinerjannya dapat dilihat. Atas dasar tersebut,

Badan Kepegawaian dan Pemberdayaan Aparatur Daerah Provinsi Gorontalo

selalu menjalankan tugas sesuai dengan prosedur dan aturan yang ada termasuk

dalam proses penyelenggaraan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil.

Menurut Fitri handayani.,S.ip ( Staf Bidang Kepegawaian BKPAD

Provinsi Gorontalo ) mengatakan bahwa proses rekrutmen Pegawai Negeri Sipil

dilingkungan BKPAD telah dilakukan sesuai dengan prosedur mekanisme Kepres

No. 71 tahun 2004 tentang pengadaan pegawai dan petunjuk teknis kepada BKN

27 Harsono, Perencanaan Kepegawaian, Fokusmedia, Jatinagor, 2010 hlm 42

No. 11 tahun 20002 rekrutmen Pegawai Negeri sipil dilaksanakan secara

Transparan.28

Dasar pelaksanaan perekrutan yang dalam bahasa Inggris ”recruting”

adalah kegiatan utnuk melakukan analisis jabatan atau analisis pekerjaanyang

berisikan uraian pekerjaan29

. Rekrutmen adalah salah satu proses untuk memenuhi

kebutuhan kuota aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,

namun demikian jika berdasar pada kebijakan pemerintah dengan melakukan

rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil dengan sistim pengalihan, maka tentunya

akan melahirkan permasalahan baru dalam hal kompotensi dan kapabilitas

seorang pegawai untuk menjalankan kewajibannya khususnya memenuhi

ketentuan jam kerja dan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada

masyarakat. Oleh karena rekrutmen dengan sistim pengalihan tidak melalui

seleksi untuk mengukur kemampuan seseorang untuk menjadi pelayan

masyarakat. Sehingganya terkait dengan rekrutmen ini, tentunya perlu adanya

suatu politik hukum pemerintah yang jelas terkait dengan tata cara dan prosedur

rekrutmen seorang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), agar orang yang direkrut

betul-betul memiliki kemampuan dan keahlian untuk memberikan pelayanan

yang baik kepada masyarakat.

Selanjutnya, bila membahas tentang efektivitas rekrutmen dalam

peningkatan kinerja pegawai tentu tidak telepas dari bagaimana dari hasil

pelaksanaan rekrutmen atau penerimaan pegawai yang dilaksanakan. Hal ini

cukup relevan dengan bagaimana dengan mekanisme rekrutmen itu sendiri.

28 Wawancara dengan Fitri Handayani (staf Bid. Kepegawaian BKPAD Provinsi Gorontalo)

Tanggal 12 Mei 2012 29

ibid

Sebagai lembaga yang dipercayakan untuk melakukan penerimaan

pegawai, salah satu tuntutan dari pimpinan adalah mampu memahami serta

menjabarkan tugas pokok dan fungsinya pada bidang yang ditempatinya, sehingga

dengan tupoksi tersebut, pimpinan tidak mengalami kesulitan untuk

memperdayakan pegawai yang memiliki keahlian pada bidang-bidang tertentu.hal

ini menunjukan bahwa, kinerja pegawai yang ada sudah berjalan dengan baik.

Keberhasilan pegawai dalam menjalankan tugas sebagai abdi Negara,

tentunya tidak terlepas dari kualitas calon pegawai negeri yang diterima,

kerjasama antara unit kerja atau pegawai yang ada dilingkungan kerja tersebut.

Kenyataan di Badan kepegawaian dan Pemberdayaan Aparatur daerah Provinsi

Gorontalo, proses penyelenggaraan penerimaan CPNS tersebut cukup efektif,

karena semua elemen baik pimpinan maupun bawahan terlibat secara langsung

dalam tim tersebut, sehingga rekrutmen yang dilakukan selalu berjalan

berdasarkan prosedur dan peraturan yang berlaku.

3. Sanksi

Sanksi adalah merupakan ganjaran terhadap seseorang yang lalai dalam

menjalankan kewajibannya, sehingga dengan demikian sanksi mutlak dilakukan

dalam rangka pengawasan terhadap seoarang aparatur dalam menjalakan

tugasnya.

Yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin menurut Pasal 1 Peraturan

Pemerintah No. 53 Tahun 2010 adalah setiap ucapan, tulisan atau perbuatan

Pegawai Negeri Sipil yang tidak mentaati kewajiban dan/atau melanggar

ketentuan disiplin Pegawai negeri sipil, baik yang dilakukan di dalam maupun di

luar jam kerja. Lebih lanjut dalam Pasal 6 dinyatakan dengan tidak

mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana,

pegawai negeri sipil yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman

disiplin oleh pejabat yang berwenang menghukum.

Untuk mewujudkan hal diatas, maka dapat dilihat dalam tabel 4 dibawah

ini dimana tanggapan responden terhadap instrument sanksi tentang mentaati

ketentuan jam kerja dalam mewujudkan implementasi Pasal 3 angka (11)

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tergambar sebagai berikut :

Tabel 4 .

Tanggapan Responden Terhadap Instrumen Sanksi

Dalam mentaati ketentuan jam kerja

No. Indikator Variabel F P

1.

2.

3.

Setuju

Kurang Setuju

Tidak setuju

14

-

-

100

Jumlah 14 100

Sumber: data primer diolah, 2012

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 14 (100 ) responden

memberikan jawaban setuju, maka sanksi sebagai fungsi pengawasan terhadap

Pegawai Negeri Sipil adalah memberikan pengaruh positif, artinya dengan

memberikan sanksi yang tegas terhadap Pegawai Negeri Sipil yang lalai

menjalankan amanat Pasal 3 angka (11) di kantor BKPAD Provinsi Gorontalo

dalam menjalankan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.

Menurut Herman Pasue S.sos (Staf Bidang Kepegawaian BKPAD Provinsi

Gorontalo) mengatakan bahwa pemberian sanksi terhadap Pegawai Negeri Sipil

yang melanggar aturan mempunyai efek jera yang sangat signifikan, meskipun

sebagian besar Pegawai Negeri Sipil yang wanita sering mengeluhkan bahwa

yang paling mempengaruhi tidak tepatnya masuk jam kerja adalah jalan menuju

kantor BPKAD cukup terjal, dan yang paling disayangkan adalah perilaku dari

beberapa orang Pegawai Negeri Sipil yang datang tidak tepat waktu masih banyak

yang memanipulasi data dalam absen masuk.30

Berdasarkan penyajian data hasil penelitian yang telah dikemukakan

diatas, nampak bahwa sanksi yang diberikan kepada pegawai yang sering lalai

menjalankan kewajibannya terkait dalam mentaati ketentuan jam kerja oleh

pejabat yang berwewenang kepada pegawai pada Kantor BKPAD Provinsi

Gorontalo belum berjalan efektif, sehingga hal tersebut selalu terjadi dan

berulang-ulang. Maka untuk mewujudkan aparatur yang handal dan mentaati

ketentuan jam kerja maka pihak berwewenang harus memberika sanksi yang tegas

bagi aparatur yang sering melanggar kewajibannya sebagaimana ditegaskan dalam

Pasal 3 angka (11) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.

30 Wawancara dengan Herman Pasue (staf Bid. Kepegawaian BKPAD Provinsi Gorontalo)

Tanggal 11 Mei 2012