Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Langkah-langkah Pengembangan
4.1.1 Studi Pendahuluan
Pendidikan di sekolah merupakan agen
perubahan bagi peserta didik di masa depan. Segala
sikap dan tingkah laku peserta didik salah satunya
dipengaruhi oleh pendidikan di sekolah. PPKn di SMA
merupakan salah satu pelajaran yang tidak hanya
memberikan pengetahuan, namun lebih dari itu yaitu
membentuk watak, sikap dan perilaku peserta didik
dengan harapannya dapat menjadi manusia yang
unggul, menjadi warga negara yang baik dengan jiwa
Pancasila. Karena perannya yang begitu penting,
pelajaran PPKn hendaknya bukan sekedar pelajaran
pelengkap, justru menjadi pelajaran penopang utama
sebagai landasan perilaku peserta didik. Dengan
demikian, sikap dan perilaku menjadi hal utama untuk
diperhatikan dalam setiap pembelajaran di dalamnya.
Seperti tertuang dalam silabus PPKn SMA pada
kurikulum 2013, secara jelas tertulis sebagai berikut.
1. Menghayati isi dan makna pasal 28E dan 29
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (1.2)
2. Menghayati nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (2.1)
3. Mengamalkan sikap toleransi antar umat beragama
dan kepercayaan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara (2.4)
44
4. Mengamalkan perilaku toleransi dan harmoni
keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara Indonesia (2.5).
(Silabus PPKn, Kurikulum 2013)
Penekanan utamanya adalah pada sikap dan
perilaku peserta didik untuk menghayati isi makna
tentang hak asasi manusia dan mengamalkan ajaran
agama dan kepercayaannya yang diyakininya,
menghayati nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Terkait
dengan pluralisme di Indonesia, secara tegas dalam
silabus diharapkan peserta didik mengamalkan sikap
toleransi antar umat beragama dan kepercayaan dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sikap dan perilaku ini tidaklah cukup diajarkan
dengan cara transfer knowledge seperti membahas di
dalam kelas saja tanpa aplikasi yang nyata dalam
kehidupan. Pembelajaran PPKn pada umumnya yang
dilakukan oleh sebagian besar guru SMA di Kabupaten
Kendal masih didominasi pembelajaran di dalam kelas.
Guru masih mendominasi di setiap kegiatan
pembelajaran, karena cara-cara lama masih dilakukan
dengan melakukan ceramah di depan kelas, siswa-
siswa duduk mendengarkan. Hal ini juga diungkapkan
oleh ketua MGMP PPKn Kabupaten Kendal, Drs.
Nuryanto saat diwawancari tentang kondisi
pembelajaran PPKn.
Menurut saya, pembelajaran PPKn yang masih didominasi oleh guru. Sepertinya kita masih sulit
beralih ke pembelajaran yang terkini. Kita masih suka dengan mengajar di depan kelas, kita
45
bercerita dan anak-anak mendengarkan. Kita tanya jawab dengan anak tentang permasalahan-permasalahan yang terkait dengan materi yang
diajarkan (Wawancara, Ketua MGMP PPKn Kabupaten Kendal, 7 Oktober 2014)
Untuk memberikan penekanan pada sikap dan
perilaku peserta didik, pembelajaran PPKn hendaknya
tidak hanya berkutat pada pembelajaran di dalam
kelas. Kegiatan-kegiatan nyata perlu dilakukan sebagai
aplikasi untuk menumbuhkan sikap dan perilaku yang
diharapkan. Untuk menumbuhkan sikap dan perilaku
pluralisme, hendaknya pembelajaran dapat dilakukan
ke luar kelas, melakukan kegiatan kunjungan ke
tempat-tempat ibadah lain dan melakukan diskusi atau
dialog langsung dengan para pemuka agama. Dengan
mengetahui inti dari ajaran di setiap agama yang ia
peroleh secara langsung dari pemeluknya, akan
tumbuh kesadaran dari dalam diri peserta didik untuk
menghormati perbedaan agama, karena pada
prinsipnya tujuannya adalah sama.
Kondisi riil di sekolah, kegiatan tersebut belum
dilakukan oleh para guru PPKn di Kabupaten Kendal.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua MGMP, terkait
pelaksanaan pembelajaran yang menyangkut toleransi
antara umat beragama.
Ya, masih seperti biasa, bu. Kita bahas materi terkait dengan toleransi antar umat beragama.
Untuk penugasan, anak-anak kita beri tugas untuk mencari artikel tentang kejadian-kejadian
yang menyangkut perselisihan antar umat beragama di Indonesia. Anak saya suruh menganalisis faktor-faktor penyebabnya
46
(Wawancara, Ketua MGMP PPKn Kabupaten Kendal, 7 Oktober 2014)
Ketika diusulkan tentang pembelajaran PPKn
yang memanfaatkan lingkungan sekitar seperti
melakukan kunjungan ke tempat ibadah dan berdialog
dengan pemuka agama, ketua MGMP memberikan
komentar bahwa kegiatan tersebut merupakan ide yang
bagus dan perlu ditindaklanjuti dengan pelatihan.
Ini ide yang baru untuk pembelajaran PPKn. Saya yakin banyak teman-teman kita yang belum melaksanakan pembelajaran itu. Kita perlu
sharing pembelajaran tersebut di forum MGMP, semacam pelatihan di forum MGMP. Bagaimana langkah-langkahnya, apa yang perlu
didiskusikan, bagaimana proses penilaiannya (Wawancara, Ketua MGMP PPKn Kabupaten
Kendal, 7 Oktober 2014)
Uraian tersebut memberikan gambaran bahwa
tuntutan pembelajaran PPKn adalah menumbuhkan
sikap dan perilaku peserta didik agar menjadi warga
negara yang berjiwa Pancasila, mengamalkan sikap
toleransi. Tuntutan tersebut memberikan konsekuensi
perlu adanya perubahan dalam cara berpikir, cara
pandang dan perubahan pembelajaran yang tidak
hanya dilakukan di dalam kelas saja. Pembelajaran
dengan mengundang nara sumber atau berkunjung ke
luar kelas, melakukan pengamatan langsung, berdialog
dengan orang lain di luar kelas, melakukan kegiatan-
kegiatan yang mampu menumbuhkan jiwa pluralisme
merupakan pembelajaran yang perlu dilakukan oleh
guru. Oleh karena itu diperlukan pengembangan
47
pelatihan bagi guru tentang pembelajaran PPKn
bewawasan pluralisme.
4.1.2 Tahap-tahap Pengembangan
Pengembangan pelatihan guru-guru PPKn
berwawasan pluralisme dilakukan dengan beberapa
tahapan sebagai berikut.
1. Menyusun Model Pelatihan
Pelatihan guru-guru PPKn berwawasan
pluralisme yang akan dikembangkan menggunakan
model pelatihan sepuluh langkah. Model ini merupakan
model partisipatif dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Rekrutmen peserta pelatihan
Rekruitmen peserta pelatihan dilakukan pada tahap
awal. Pihak penyelenggara perlu melakukan
pemberitahuan tentang pelatihan, pendaftaran dan
seleksi peserta.
b. Identifikasi kebutuhan, sumber belajar dan
kemungkinan hambatan. Kebutuhan tentang
pelatihan dilakukan dengan memberikan kuesioner
terbuka untuk mengetahui kebutuhan apa yang
diperlukan dalam pelatihan pembelajaran PPKn
berwawasan pluralisme, menganalisis sumber
belajar yang dibutuhkan dan memprediksi
hambatan-hambatan yang dapat terjadi selama
kegiatan pelatihan.
c. Merumuskan tujuan pelatihan. Tujuan pelatihan
ini adalah: 1) Mengenalkan pembelajaran PPKn
berwawasan pluralisme; 2) Melatih guru melakukan
48
perencanaan pembelajaran PPKN berwawasan
pluralisme.
d. Menyusun alat evaluasi awal dan akhir peserta
pelatihan. Alat evaluasi yang digunakan berupa tes
kognitif untuk mengetahui kondisi awal dan kondisi
akhir tentang pengetahuan guru tentang pluralisme
dan pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme.
Alat evaluasi lainnya berupa dokumentasi RPP
tentang pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme.
e. Menyusun kegiatan pelatihan, menentukan bahan
belajar, metode dan tehnik pelatihan.
Penyelenggara perlu menyusun kegiatan pelatihan,
menentukan bahan belajar, metode dan teknik
pelatihan yang tertuang dalam pedoman pelatihan
bagi penyelenggara, narasumber dan peserta
pelatihan.
f. Latihan untuk instruktur
Kegiatan ini diberikan untuk memberikan
pemahaman kepada instruktur/pelatih tentang
program pelatihan).
g. Melaksanakan evaluasi pada peserta pelatihan
dapat berupa tes tertulis untuk mengetahui
pengetahuan awal tentang pembelajaran PPKn
berwawasan pluralisme dan dokumentasi tentang
RPP.
h. Mengimplementasikan proses pelatihan. Proses
pelatihan dilakukan berdasarkan program pelatihan.
i. Melaksanakan evaluasi akhir kegiatan. Untuk
mengevaluasi akhir kegiatan dapat menggunakan
alat evaluasi yang digunakan pada saat evaluasi
awal
49
j. Melaksanakan evaluasi program pelatihan
(menganalisis penyelenggaraan pelatihan) untuk
dijadikan masukan dalam kegiatan pelatihan di
masa yang akan datang.
2) Merumuskan Desain
Desain pelatihan yang dikembangkan dapat
dilihat pada bagan gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1
Desain Pelatihan
3) Penyusunan Perangkat
Perangkat pelatihan merupakan bagian penting
dalam pelaksanaan pelatihan. Perangkat pelatihan yang
dimaksud adalah buku panduan kegiatan pelatihan
dan materi pelatihan tentang pembelajaran PPKn
berwawasan pluralisme.
Identifikasi Kebutuhan Materi
tentang
Pembelajaran PPKn
Berwawasan
Pluralisme
Tujuan Pelatihan
1. Mengenalkan
pembelajaran PPKn
berwawasan pluralisme
2. Melatih guru melakukan
perencanaan pembelajaran PPKN
berwawasan pluralisme
Penyusunan Program Pelatihan
1. Buku panduan
pelatihan 2. Materi pelatihan
Pelaksanaan
Pelatihan dan
Evaluasi
50
a. Penyusunan Buku Panduan Kegiatan
Buku panduan pelatihan berisi tentang pedoman
sebagai acuan bagi penyelenggara, nara sumber
(pelatih) dan peserta dalam proses pelatihan. Buku
panduan ini terdiri dari 4 bab, yaitu pendahuluan,
pelaksanaan, tata tertib dan penutup.
Bagian pendahuluan dalam buku panduan
pelatihan terdiri dari latar belakang, definisi, tujuan,
sasaran, indikator keberhasilan dan dasar hukum.
Latar belakang berisi tentang pentingnya pelatihan
pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme. Alasan
yang kuat tersebut dapat digunakan pedoman
penyelenggara untuk menentukan siapa yang layak
menjadi nara sumber, sehingga dapat memberikan
surat permohonan agar menyajikan materi sesuai
dengan tujuan pelatihan. Bagi nara sumber, sebagai
pedoman dalam penyusunan materi pelatihan, hal-hal
apa yang perlu ditekankan dalam pelatihan sehingga
tercapai sesuai kebutuhan. Bagi peserta pelatihan
dapat memberikan motivasi perlunya mengikuti
pelatihan yang diharapkan dapat memberikan inspirasi
dalam melaksanakan pembelajaran nantinya.
Di dalam bagian pendahuluan juga memuat
tentang tujuan pelatihan yang dapat memberikan arah
bagi nara sumber dan peserta pelatihan dilaksanakan
pelatihan. Pelatihan ini diharapkan dapat:
1) Meningkatkan pengetahuan guru-guru tentang
materi pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme
2) Meningkatkan kompetensi pedagogik bagi guru
sebagai pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran PPkn berwawasan pluralisme.
51
Sasaran pelatihan tersebut adalah guru-guru
PPKn SMA se Kabupaten. Pada akhir pelatihan, seluruh
peserta pelatihan diharapkan mampu memahami dan
akhirnya meng-implementasikan pembelajaran PPKn
berwawasan pluralisme,
Suatu pelatihan perlu dasar hukum yang kuat,
sehingga pelatihan tidak menyimpang dari landasan
yang ada. Landasan hukum tertinggi diadakan
pelatihan ini adalah Pancasila sebagai landasan ideal
dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan
konstitusional. Landasan operasional lainnya adalah
1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2) Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen
3) Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang
pPerubahan Atas Peraturan Pemerintah No 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
4) Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008 tentang
Guru
5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan
Republik Indonesia No 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
7) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia NO 81 A tahun 2013 tentang
Implementasi Kuriklum 2013.
Bab II tentang pelaksanaan memberikan ulasan
tentang pedoman bagi penyelenggara, nara sumber dan
52
peserta tentang pelaksanaan pelatihan. Dalam bab ini
tercantum penanggung jawab, narasumber, waktu dan
tempat pelaksanaan, panitia, prosedur pelaksanaan,
struktur program, jadwal kegiatan dan anggaran.
Sebagai penanggung jawab pelatihan yang
dikembangkan dengan sasaran guru-guru PPKn adalah
ketua penyelenggara. Sesuai dengan materi pelatihan
yaitu pembelajaran PPKn berwawawasan pluralisme,
maka perlu dipilih nara sumber yang kompeten. Nara
sumber atau pelatihnya adalah widyaiswara dari LPMP
Jawa Tengah dosen dari perguruan tinggi yang
dianggap kompeten dalam bidang teori pembelajaran
yang berkaitan pluralisme. Guru praktisi yang dianggap
kompeten dalam melaksanakan pembelajaran PPKn
berwawasan pluralisme, juga dapat menjadi pelatih.
Penyelenggara perlu lebih jeli dalam memilih nara
sumber guru praktisi karena tidak semua sekolah
menerapkan pembelajaran pluralisme. Direkomendasi-
kan sekolah-sekolah yang berada di bawah Keuskupan
Agung Semarang dijadikan sebagai acuan karena
sudah melaksakan pembelajaran religiusitas yang
berbasis pluralisme. Guru praktisi ini dipandang
memiliki pengalaman secara realistis akan mudah
diterima peserta pelatihan.
Waktu pelaksanaan pelatihan direncanakan
hanya dua hari. Hari pertama membahas tentang teori,
hakekat pembelajaran PPKn berwawasan pluralise,
sedangkan hari kedua melakukan kunjungan ke
berbagai tempat ibadah untuk melakukan diskusi
interaktif dengan pemuka agama. Kunjungan ini
dimaksudkan memberikan pengalaman langsung bagi
53
guru, sehingga ketika melakukan pembelajaran, PPKn
berwawasan pluralisme akan dilakukan hal serupa oleh
peserta didik.
Panitia kegiatan pelatihan terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara, sie acara, sie humas, sie
dokumentasi dan perlengkapan. Ketua bertanggung-
jawab terhadap pelaksanaan pelatihan dan membuat
program pelaksanaan pelatihan. Ketua dibantu oleh
sekretaris dan memiliki tugas-tugas membuat surat-
surat seperti: 1) permohonan nara sumber ke: LPMP
Jawa Tengah, Lembaga Perguruan Tinggi, dan
permohonan ke sekolah tempat guru praktisi yang akan
menjadi nara sumber; 2) permohonan ijin pelatihan ke
Dinas Pendidikan Kabupaten dan permohonan ijin
tempat pelaksanaan pelatihan ke sekolah tempat
penyelenggara; 3) undangan Peserta Pelatihan ke SMA
Negeri/Swasta se Kabupaten; 4) menyiapkan hal-hal
yang terkait dengan administrasi pelatihan seperti:
formulir biodata peserta serta datar hadir, jadwal
pelatihan, sertifikat peserta pelatihan; 5) melakukan
pencatatan hasil pelatihan beserta laporan pelaksanaan
pelatihan.
Bendahara bersama ketua panitia membuat
rencana anggaran dan memiliki tugas untuk mengatur
pengeluaran biaya dalam pelaksanaan pelatihan,
menginventarisasi nota, kwitansi pengeluaran
keuangan dan membuat laporan keuangan.
Sie acara memiliki tugas menerima Surat Tugas
dan SPPD serta meminta tanda tangan surat tugas
kepada kepala sekolah tempat pelatihan, memandu
54
peserta mengisi formulir pendaftaran dan memandu
jalannya pelatihan.
Sie Konsumsi memiliki tugas mengatur dan
menyiapkan konsumsi penyelenggaraan pelatihan
sedangkan sie Humas bertugas mendistribusikan
surat-surat yang keluar, memberikan informasi tentang
pelatihan. Sebelum pelaksanaan pelatihan, sie
perlengkapan menyiapkan tempat pelatihan dan di saat
pelaksanaan pelatihan mendokumentasikan setiap
kegiatan pelatihan.
Prosedur pelaksanaan pelatihan juga ditulis
sebagai pedoman bagi penyelenggara dalam melakukan
pelatihan. Adapun prosedur yang perlu dilakukan oleh
panitia antara lain: panitia membuat surat
permohononan menjadi nara sumber yaitu: widya
Iswara dan Pengawas SMA di Dinas Pendidikan
Kabupaten, membuat surat ijin ke Dinas Pendidikan
Kabupaten, membuat surat undangan pelatihan ke
peserta melalui kepala SMA Negeri/Swasta se
Kabupaten Kendal, membuat surat ijin penggunaan
tempat pelatihan di kepada kepala sekolah.
Setelah surat terdistribusi maka sesuai dengan
rencana tanggal pelaksanaan, peserta datang ke tempat
pelatihan mengisi formulir biodata peserta dan pas foto
3 x 4 sebanyak 2 lembar, menyerahkan Surat Tugas
dan SPPD dan mendapatkan materi pelatihan serta
memasuki ruangan pelatihan dan siap mengikuti
pelatihan. Di akhir pelaksanaan dilakukan monitoring
dan evaluasi terhadap pelaksanaan pelatihan, dengan
cara:
55
1) Hasil tugas pembuatan RPP PPKn berwawasan
pluralisme dikumpulkan ke panitia.
2) Narasumber memberikan penilaian hasil tugas
pembuatan RPP
3) Pengisian Kuesioner tentang respon pelaksanaan
pelatihan (terlampir)
Lebih jelasnya alur kegiatan pelatihan sebagai
pedoman bagi penyelenggara dapat dilihat pada gambar
4.1.
Gambar 4.2. Alur Kegiatan Pelatihan
Struktur program juga perlu dicantumkan di
buku panduan agar memberikan informasi bagi peserta
pelatihan tentang materi apa saja yang akan dilatih dan
PANITIA
MENGIRIMKAN
SURAT
PERMOHONAN
NARA SUMBER
LPMP JATENG
PERGURUAN
TINGGI
SMA SURAT
UNDANGAN
PELATIHAN
KEPALA
SEKOLAH
KEPALA SEKOLAH
MENGIRIM GURU
PPKn
SURAT IJIN
PELAKSANAAN
PELATIHAN
KEPALA DINAS
PENDIDIKAN
TEMPAT
PENYELENGGARA
PELAKSANAAN PELATIHAN
MONOTORING DAN EVALUASI
MENGIRIM
NARA SUMBER
PELAPORAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN
56
juga sebagai pedoman bagi nara sumber untuk
membuat materi pelatihan.
Pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari
digunakan struktur kurikulum 18 jam pelajaran seperti
tercantum pada tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Struktur Kurikulum Pelatihan
No Mata Latih JPL
1 Konsep Pembelajaran PPKn berwawasan
Pluralisme
2
2 Kegiatan-kegiatan Sekolah Berwawasan
Pluralisme
2
3 Perancangan Pembelajaran PPKn
berwawasan Pluralisme
2
4 Perancangan Penilaian Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme
2
5 Kunjungan dan Dialog dengan Pemuka Agama ke Masing-masing Tempat Ibadah
8
6 Monitoring dan Evaluasi 2
Jumlah 18
Materi tentang konsep pembelajaran PPKn
berwawasan pluralisme dan kegiatan-kegiatan sekolah
berwawasan pluralisme disampaikan oleh widayiswara
dan lembaga perguruan tinggi yang dipandang memiliki
kompetensi secara teoretis sesuai dengan kajian teori
yang lebih mendalam. materi perancangan
pembelajaran, penilaian dan kunjungan serta dialog
dengan pemuka agama dipandu oleh guru yang
memiliki pengalaman dalam melakukan kegiatan
tersebut. Struktur kurikulum tersebut dijabarkan
dalam bentuk jadwal kegiatan pelatihan pelatihan guru
57
PPKn tentang Pembelajaran PPKn berwawasan
pluralisme sebagai berikut
Tabel 4.2
Jadwal Kegiatan Pelatihan
Hari Pertama
No Waktu Materi Pelatihan Narasumber
1 07.00 – 08.00 Registrasi
2 08.00 – 08.30 Pembukaan dan sambutan-
sambutan
Kepala SMA
3 08.30 – 08.45 Coffe break
4 08.45 – 10.15 Konsep
Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme
Widyaiswara
LPMP
5 10.15 –11.45 Kegiatan-kegiatan Sekolah
Berwawasan Pluralisme
Dosen Perguruan
tinggi
6 11.45 – 13.00 ISOMA
7 13.00 -14.30 Perancangan Pembelajaran PPKn
berwawasan Pluralisme
Guru Praktisi
8 14.30 -16.00 Perancangan
Penilaian Pembelajaran PPKn
berwawasan Pluralisme
Guru
Praktisi
58
Hari Kedua
No Waktu Materi Pelatihan Narasumber
1 07.00 – 08.00 Perjalan Ke Semarang
2 08.00 – 09.00 Dialog dengan Biksu Wihara
Biksu
3 09.00 – 09.30 Perjalanan ke Pura
4 09.30 – 10.30 Dialog dengan Pendeta Hindu
Pendeta Hindu
6 10.30 – 11.00 Perjalanan Ke Keuskupan
7 11.00 -12.00 Dialog dengan Keuskupan
Romo
8 12.00 -13.00 Perjalanan ke Masjid dan ISOMA
9 13.00 – 14.00 Dialog dengan ustad Ustad
10 14.00 -15.00 Monitoring dan evaluasi
Anggaran untuk pelatihan dirancang sebagai
pedoman bagi bendahara untuk mengatur pengeluaran
pembiayaan pelatihan. Contoh anggaran pelatihan
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3.
Contoh Anggaran Pelatihan
No Rincian Jumlah Biaya/ satuan
Total
1 Narasumber 2 jam 500.000 1000.000
2 Narasumber 2 jam 500.000 1000.000
3 Guru Praktisi 2 hari 500.000 1000.000
4
Transportasi peserta hari (2 hari) 25 orang 75.000 1.875.000
5 Konsumsi (2 hari) 35 orang 80.000 2.800.000
59
No Rincian Jumlah Biaya/ satuan
Total
6 ATK 25 orang 15.000 375.000
7 Sewa bus 1 hari 1.200.000 1.200.000
8
Kenang-kenangan untuk tempat ibadah 4 tempat 100.000 400.000
9 Perlengkapan 1 orang 100.000 100.000
10 Dekorasi dan dokumentasi 1paket 250.000 250.000
Total
10.000.000
Contoh anggaran ini digunakan sebagai pedoman
bagi penyelenggara terutama bendahara untuk
pengeluaran keuangan dalam pelaksanaan pelatihan.
Bab III berisi tentang tata tertib secara
administratif dan akademis. Secara adminsitrasi,
peserta segera melapor kepada panitia penyengara dan
menyerahkan berkas kelengkapan administrasi yang
terdiri dari: 1) Surat Tugas yang ditandatangani oleh
atasan langsung yang bersangkutan; 2) SPPD yang
telah ditandatangani oleh atasan langsung yang
bersangkutan.
Tata tertib secara akademis mengatur para
peserta agar mengikuti pelaksanaan pelatihan secara
tertib. Adapun tata tertib secara akademis sebagai
berikut: 1) peserta diwajibkan mengikuti seluruh acara
yang telah ditetapkan tercantum pada jadwal kegiatan;
2) Peserta diwajibkan mengisi daftar hadir setiap hari;
3) Peserta harus hadir 10 menit sebelum kegiatan
dimulai; 4) Peserta wajib membawa laptop sendiri
untuk menunjang kegiatan pelatihan; 5) Peserta wajib
membawa silabus PPKn dari sekolah masing-masing; 6)
60
Selama mengikuti kegiatan peserta berpakaian bebas
rapi; 7) Keperluan mengenai pelayanan dan atau materi
akademik diberikan oleh panitia; 8) Selama kegiatan
berlangsung peserta diwajibkan mengenakan tanda
peserta; 9) Selama kegiatan berlangsung peserta,
penyaji materi dan panitia dilarang merokok.
Buku panduan pelatihan bagi nara sumber relatif
sama dengan buku panduan untuk penyelenggara
hanya isinya ada yang dikurangi yaitu rencana
anggaran. Perbedaan lainnya terletak pada bagian
prosedur dan tata tertib bagi pelatih.
Setelah mendapatkan surat permohonan dari
panitia, nara sumber hal-hal yang harus dibawa yaitu
surat tugas, SPPD, materi dan media presentasi.
Selanjutnya nara sumber mengirim materi maksimal 2
hari sebelum pelaksanaan pelatihan. Sesuai dengan
jadwal pelaksanaan, nara sumber datang ke tempat
pelatihan sesuai jadwal dan siap memberi pelatihan
dan memberi tugas serta mengevaluasi peserta
pelatihan. Setelah pelatihan selesai, nara sumber
kembali ke instansi dan melaporkan ke atasan.
Beberapa aturan yang dipedomani bagi nara
sumber antara lain:
1. Nara sumber membawa Surat Tugas yang
ditandatangani oleh atasan langsung yang
bersangkutan
2. Naras sumber membawa SPPD yang telah
ditandatangani oleh atasan langsung yang
bersangkutan
3. Mengirim materi pelatihan dan media presentasi
maksimal 2 hari sebelum pelaksanaan pelatihan.
61
4. Nara sumber datang ke tempat pelatihan sesuai
dengan jadwal
5. Narasumber hadir maksimal 20 menit sebelum
kegiatan dimulai
6. Narasumber berpakaian bebas rapi
7. Selama kegiatan berlangsung nara sumber dilarang
merokok.
Gambar 4.3 Prosedur Kegiatan Pelatihan bagi Pelatih
Buku panduan bagi peserta pelatihan juga relatif
sama dengan buku panduan untuk nara sumber, yang
membedakan adalah pada prosedurnya. Adapun
prosedur pelaksanaan pelatihan guru PPKn
berwawasan pluralisme untuk peserta pelatihan
sebagai berikut.
NARASUMBER
MENERIMA SURAT
PERMOHONAN
NARA SUMBER MENYIAPKAN
1. SURAT TUGAS
2. SPPD
3. MATERI PELATIHAN
4. PRESENTASI
KEMBALI KE INSTANSI DAN
MELAPOR KE ATASAN
MENGIRIM MATERI KE PANITIA
UNTUK DIGANDAKAN, 2 HARI
SEBELUM PELAKSANAAN
DATANG KE TEMPAT
PELATIHAN
MEMBERI PELATIHAN MEMBERIKAN PENUGASAN DAN
PENILAIAN
62
Gambar 4.4 Prosedur Pelatihan bagi Peserta Pelatihan
1. Setelah mendapatkan surat undangan dari panitia,
peserta pelatihan menyiapkan hal-hal yang harus
dibawa yaitu surat tugas, SPPD, laptop dan silabus
mata pelajaran PPKn
PESERTA
MENERIMA SURAT
UNDANGAN
PESERTA MENYIAPKAN
1. SURAT TUGAS
2. SPPD
3. LAPTOP
4. SILABUS
5. FOTO 3 X4 2
LEMBAR
LAPORAN KE KEPALA
SEKOLAH
PESERTA DATANG KE
TEMPAT PELATIHAN
MENGISI BIODATA
FORMULIR
PENDAFTARAN
MENERIMA MATERI
PELATIHAN
MENGIKUTI PELATIHAN
DAN MENYELESAIKAN
TUGAS
MENGISI ANGKET RESPON TERHADAP PELAKSAAN
PELATIHAN, MENGERJAKAN EVALUASI,
MENGUMPULKAN TUGAS RPP
63
2. Peserta datang ke tempat pelatihan
3. Setelah sampai di tempat pelatihan, mengisi form
biodata formulir pendaftaran dan menyerahkan foto
3 x 4 sebanyak 2 lembar
4. Peserta mendapatkan materi pelatihan
5. Peserta siap mengikuti pelatihan dan mematuhi
aturan yang berlaku dalam pelatihan, berpartisipasi
aktif selama kegiatan pelatihan
6. Peserta mengisi angket respon terhadap
pelaksanaan pelatihan, menjawab lembar soal dan
mengumpulkan RPP yang ditugaskan nara sumber.
7. Pelatihan selesai, peserta melaporkan kepada kepala
sekolah masing-masing.
Bab penutup dituliskan tentang kunci
keberhasilan pelatihan antara lain:
1. Penyelenggara
a. Surat undangan kepada peserta pelatihan
terkirim tepat waktu dan mendapatkan kepastian
kesanggupan untuk mengikuti pelatihan
b. Tersedianya sarana dan prasarana pelatihan
yang memadai
c. Tersedianya konsumsi untuk pelatihan
d. Tersedianya blangko form biodata formulir
pendaftaran minimal sejumlah peserta pelatihan
e. Tersedianya materi pelatihan yang sudah
digandakan minimal sejumlah peserta pelatihan.
f. Mematuhi jadwal pelaksanaan yang sudah ada
g. Memberi informasi secara jelas tentang pelatihan
h. Memberi pelayanan baik dalam pelatihan
64
2. Nara Sumber
a. Menguasai materi pelatihan tentang
pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme
b. Materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan
pelatihan
c. Adanya kejelasan dalam penyampaian materi
d. Adanya komunikasi aktif antara nara sumber
dengan peserta pelatihan
e. Mampu menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam penyampaian materi
f. Menguasai pengelolaan kelas pelatihan
g. Mampu menjawab dengan baik terhadap apa
yang belum diketahui peserta
h. Bersikap dan berperilaku menyenangkan
3. Peserta Pelatihan
a. Memahami pembelajaran PPkn berwawasan
pluralisme
b. Mampu membuat perencanaan pembelajaran
PPKn berwawasan pluralisme
Untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan
pelatihan maka dibagikan angket untuk memberikan
respon kepada penyelenggara dan narasumber,
sedangkan untuk mengetahui hasil pelatihan bagi
peserta didik dilakukan tes dan pengumpulan hasil
penugasan berupa RPP.
b. Penyusunan Buku Materi Pelatihan
Buku materi pelatihan merupakan perangkat
yang penting untuk melaksanakan pelatihan. Buku
materi yang disampaikan terlebih dahulu kepada
65
peserta sebagai sumber bacaan dan informasi sebelum
peserta mengikuti pelatihan yang dipandu oleh penyaji
materi atau pelatih. Peserta pelatihan yang memiliki
persiapan terlebih dahulu akan memudahkan
pelaksanaan pelatihan. Ketika bertemu dengan pelatih,
peserta dapat melakukan tanya jawab atau
menanyakan hal-hal yang belum dimengerti saja.
Pelatih juga akan lebih mudah menguasai kelas, karena
peserta memiliki persiapan terlebih dahulu.
Buku materi pelatihan pembelajaran PPKn
berwawasan pluralisme berisi tentang: 1) Latar
belakang perlunya pembelajaran PPKn berwawasan
pluralisme; 2) aspek historis tentang pluralisme; 3)
pandangan berbagai agama tentang pluralisme; 4)
pendidikan pluralisme di sekolah; 5) implementasi
pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme.
Peserta pelatihan perlu diberikan gambaran
tentang latar belakang perlunya pendidikan pluralisme,
karena kondisi di masyarakat banyak terjadi tindak
kekerasan yang bersinggungan dengan agama maupun
perselisihan antar agama karena pandangan sempit
dari sekelompok orang. Permasalahan yang tergolong
rawan konflik ini, perlu menjadi bahan renungan bagi
guru PPKn. Guru merupakan agen pembaharu, sebagai
pendidik bagi generasi muda, sehingga diharapkan
akan menumbuhkan jiwa-jiwa pluralisme,
menghormati perbedaan bagi generasi mendatang agar
menjdi warga negara yang Pancasialis.
Aspek historis tentang pluralisme juga perlu
diberikan kepada peserta pelatihan agar memiliki
pemahaman bahwa pluralisme pada dasarnya sudah
66
sejak lama bahkan pada masa kerajaan-kerajaan di
Nusantara sudah menjunjung tinggi pluralisme.
Semboyan “Bhineka Tunggal Ika” berasal dari tulisan
kuno sejak jaman Majapahit sebagai gambaran bahwa
perbedaan agama bukan suatu penghalang, justru
sebagai pemersatu. Demikian juga, lahirnya Pancasila
juga dari suatu musyawarah pendiri-pendiri bangsa
yang kental dengan bentuk penghormatan adanya
perbedaan agama. Landasan historis ini memberikan
pemahaman bagi peserta pelatihan bahwa jiwa
pluralisme perlu ditanamkan kepada peserta didik.
Materi lainnya yang penting adalah pandangan
dari berbagai agama di Indonesia terkait dengan
pluralisme, dapat memberikan wawasan lebih
mendalam kepada peserta pelatihan. Peserta pelatihan
akan mengenal lebih mendalam dari agama-agama lain,
bahwa di dalamnya tidak lepas dari bentuk
penghormatan terhadap perbedaan agama. Dengan
mengenal lebih dekat tentang ajaran-ajaran agama
lainnya, akan lebih dekat pula rasa persahabatan.
Dengan demikian diharapkan akan berimbas kepada
peserta didik. Ketika guru-gurunya memiliki jiwa
pluralisme, akan memberikan dampak positif terhadap
perilaku pluralis pada peserta didiknya.
Bagian lainnya dari buku materi adalah
mengupas tentang kegiatan-kegiatan riil di sekolah
maupun di luar sekolah yang dapat menumbuhkan
jiwa pluralisme bagi peserta didik. Materi ini
memberikan wawasan yang lebih luas tentang
kegiatan-kegiatan di sekolah yang dapat dikembangkan
untuk menumbuhkan jiwa pluralisme. Beberapa
67
contoh kegiatan riil di sekolah maupun di luar sekolah
yang dapat dikembangkan untuk menumbuhkan jiwa
pluralisme dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Rencana Program Kegiatan Riil dalam Rangka Pendidikan Pluralisme
No Kegiatan Uraian kegiatan Tujuan
1 Kunjungan ke
Masjid, Gereja, Wihara, Pura
dan Klenteng
Melakukan
diskusi interaktif antara siswa yang
beragam dengan pemuka agama
Mengenal lebih
dalam tentang agama-agama di Indonesia
2 Diskusi Ilmiah Lintas Agama
OSIS mengundang para pemuka
lintas agama untuk
membahas pluralisme
Menumbuhkan jiwa pluralis
3 Kegiatan Live in
Selama 3 hari peserta didik yang menjadi
ujicoba pendidikan pluralis
melakukan kegiatan hidup
bersama di tempat keluarga yang berbeda
agama
Menumbuhkan jiwa pluralis melalui
kegiatan nyata
4 Melakukan
kemah bakti Lintas agama
Siswa
melakukan ke-mah bakti di desa tertentu
yang terdapat tempat ibadah
Menumbuhkan
jiwa pluralisme melalui kegiatan nyata
68
No Kegiatan Uraian kegiatan Tujuan
ber-agam.
Dalam kemah tersebut siswa melaku-kan
kerja bakti seperti di masjid
untuk membersihkan ling-kungan
masjid maupun lingkungan
gereja atau tempat ibadah lainnya
5 Perayaan Iddul Addha
Kegiatan dilakukan oleh OSIS dengan
melibatkan siswa yang non
muslim dalam kepanitian
Tumbuh kerjasama antar siswa
yang berbeda agama
6 Perayaan
Iddul Fitri di Sekolah
Mengundang
pemuka agama Islam untuk
memberikan ceramah, dengan
melibatkan guru dan siswa
non muslim dalam kepanitiaan
Tumbuh
kerjasama antara guru,
siswa yang berbeda agama
7 Perayaan Natal di
sekolah dengan
Melakukan missa bersama
dengan melibatkan
Tumbuh kerjasama
antara siswa yang berbeda
69
No Kegiatan Uraian kegiatan Tujuan
mengundang
umat Nasrani di wilayah setempat
siswa muslim
dalam kepanitian
agama
8 Penggalangan dana untuk
anak panti asuhan
Melibatkan panitia siswa
dari siswa yang berbeda-beda
agama
Tumbuh kerjasama
antara siswa yang berbeda
agama
Bagian berikutnya adalah aplikasi pembelajaran
PPKn berwawasan pluralisme. Materi ini berisi
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru
PPKn dalam pembelajaran yang dapat mengembangkan
jiwa pluralisme. Sebagai aplikasinya diberikan contoh
RPP yang didalamnya juga berisi kegiatan kunjungan
ke tempat-temapt ibadah dan berdialog langsung
dengan para pemuka agama.
4) Hasil Validasi Produk
Produk yang dikembangkan berupa pedoman
pelatihan pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme
dan materi pelatihan divalidasi oleh 4 validator yaitu: 1)
Prof. Dr. Slameto, M.Si (Dosen Pascasarjana UKSW
Salatiga), 2) Drs. Muryono, S.H, M.Pd (Kepala Dinas
Kabupaten Kendal), 3) Drs. Wagiyo, M.Pd (Pengawas
SMA Kabupaten Kendal) dan Drs. Nuryanto (Ketua
MGMP PPKn Kabupaten Kendal.
a. Validasi Pedoman Pelatihan
Rata-rata hasil validasi keempat validator
terhadap pengembangan produk pedoman pelatihan
dapat dilihat pada tabel 4.5
70
Tabel 4.5
Hasil Uji Validasi Pedoman Pelatihan
No Indikator Rata-rata Kriteria
1 Kesesuaian judul bab dengan isi materi dalam tiap bab
4.25 ST
2 Kejelasan isi bab 4.25 ST
3 Kejelasan kerangka isi 4.25 ST
4 Kesesuaian latar belakang dengan maksud dan tujuan Pelatihan Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme
3.75 T
5 Kejelasan maksud dan tujuan 4.00 T
6 Kejelasan sasaran 3.75 T
7 Kesesuaian dasar hukum 4.50 ST
8 Kejelasan penanggung jawab 4.25 ST
9 Kesesuaian nara sumber 4.50 ST
10 Kesesuaian waktu dan tempat 4.25 ST
11 Kesesuaian peserta pelatihan 3.75 T
12 Kesesuaian panitia 3.75 T
13 Kesesuaian struktur progam dengan Pelatihan Pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme
4.00 T
14 Kesesuaian jadwal kegiatan dengan struktur program
4.25 ST
15 Kesesuaian anggaran 3.75 T
16 Kejelasan tata tertib 4.25 ST
Rata-rata 4.09 T
Keterangan: 1,0 – 1,8 Sangat rendah (SR) 1,9 – 2,6 Rendah (R) 2,7 – 3,4 Cukup (C) 3,5 – 4,2 Tinggi (T)
4,3 – 5,0 Sangat tinggi (ST)
71
Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa rata-rata 4,09
pada interval 3,4-4,2 dalam kategori tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa pedoman pelatihan yang
dikembangkan sudah tergolong valid dengan beberapa
saran. Beberapa saran dari validator tersebut antara
lain:
Tabel 4.6
Saran Validator terhadap Perbaikan Pedoman Pelatihan
Validator Saran
Validator 1 Perlunya adanya pedoman belajar,
latihan dan evaluasi
Validator 2 Disinergikan dengan kurikulum 2013
Validator 3 Perlu dicek kesesuaian jumlah jam dalam struktur program pelatihan dengan di jadwal, setiap jam pelatihan adalah 45
menit
Validator 4 -
b. Validasi Materi Pelatihan
Rata-rata hasil validasi keempat validator
terhadap pengembangan produk materi pelatihan dapat
dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Validasi Materi Pelatihan
Aspek Indikator Rata-rata
Kriteria
Kesesuaian uraian materi dengan tujuan pelatihan
1. Keluasan materi 3.75 T
2. Kedalaman materi 4.25 ST
3. Pilihan tema
4.00 T
Keakuratan materi
4. Keakuratan fakta dan konsep
3.75 T
5. Keakuratan langkah-langkah
3.75 T
72
Aspek Indikator Rata-rata
Kriteria
pembelajaran
Materi pendukung
pembelajaran
6. Kesesuaian dengan perkembangan pendidikan
4.00 T
7. Keterkinian fitur, contoh dan rujukan
3.50 T
Teknik penyajian materi
8. Keruntutan konsep 4.25 ST
9. Kekonsistenan sistematika
4.25 ST
10. Keseimbangan antar Bab
4.00 T
Kelengkapan materi
11. Pendahuluan 4.00 T
12. Aspek Historis Pluralisme
3.50 T
13. Pandangan Berbagai Agama tentang Pluralisme
4.00 T
14. Pendidikan Pluralisme Di Sekolah
4.25 ST
15. Penutup 3.75 T
Rata-rata 3.93 T
Rata-rata hasil validasi diperoleh sebesar 3,93
pada interval 3,4-4,2 dalam kategori tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa materi pelatihan yang
dikembangkan sudah tergolong valid dengan beberapa
saran. Saran-saran dari validator dapat dilihat pada
tabel 4.9.
73
Tabel 4.9 Saran Validator terhadap Perbaikan Materi Pelatihan
Validator Saran
Validator 1
Validator 2
Validator 3 1. Taati ketentuan umum dalam penulisan karya ilmiah
2. Tuliskan halaman sesuai ketentuan penulisan
3. Istilah asing dicetak miring 4. Perlu dicek penulisan istilah 5. RPP lengkapi dengan instrumen
penilaian, soal pengetahuan dan kunci jawaban, pedoman penskoran
Validator 4 1. Kekuatan dan kedalaman materi perlu dimaksimalkan
2. Ditambahkan contoh-contoh real
Berdasarkan saran dari para validator maka
dilakukan perbaikan untuk memperoleh produk akhir
berupa materi pelatihan dengan memperhatikan tata
ketntuan tulisan, materi dengan dengan mencantukan
RPP yang dilengkapi dengan instrumen soal
pengetahuan, kunci jawaban dan pedoman pensekoran,
memperdalam materi tentang pluralisme yang
ditambahkan contoh-contoh yang lebih riil.
Produk lainnya adalah pedoman pelatihan bagi
penyelenggara, narasumber dan peserta pelatihan yang
memperhatikan saran dari ahli yaitu adanya
kesinergian dengan kurikulum 2013, kesesuaian
jumlah jam dengan struktur jam pelatihan.
4.2 Pembahasan
74
Maraknya kekerasan yang terjadi di masyarakat,
bahkan kekerasan berlatar belakang perbedaan agama
menjadi fenomena yang memprihatinkan. Pendidikan
diyakini dapat menjadi agen perubahan, dengan
demikian guru memiliki tanggungjawab moral untuk
melakukan pembimbingan, mendidik para peserta didik
menjadi manusia yang unggul. Berlakunya kurikulum
2013 menjadi pelengkap dari kurikulum 2006 yang
lebih menekankan pada pembelajaran dengan
memperhatikan sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang
didalamnya membahas tentang sikap toleransi antar
umat beragama dan kepercayaan dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara. Dalam kenyataannya,
para guru lebih menekankan pada aspek kognitif,
sedangkan pembentukan sikap dan perilaku toleransi
belum dilakukan secara proporsional. Pembelajaran
PPKn berbasis pluralisme belum banyak dipahami dan
dilaksanakan. Pembelajaran secara aplikatif untuk
menanamkan jiwa pluralisme belum banyak dilakukan
oleh guru.
Di samping perlu adanya kesadaran dari guru
untuk melaksanakan pembelajaran PPKn berbasis
pluralisme, namun diperlukan pula kemampuan guru
membuat rancangan yang tepat sebagai acuan
melaksanakan pembelajaran tersebut. Diperlukan
suatu pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam membuat rancangan pembelajaran PPKn
berwawasan pluralisme.
Pelatihan merupakan jantung dari upaya untuk
meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan
75
kinerja organisasi (Mondy, 2008). Melalui pelatihan
akan diperoleh sumber daya manusia yang unggul dan
profesional diharapkan oleh banyak organisasi atau
lembaga pendidikan untuk bisa bersaing dalam era
globalisasi. Program pengembangan SDM merupakan
strating point bagi organisasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan skill, knowledge dan ability individu
sesuai dengan kebutuhan masa mendatang (Sutrisno,
2009: 72).
Untuk melakukan pelatihan diperlukan suatu
pengelolaan yang matang. Terdapat lima sumber daya
pelatihan yaitu man,money, machines, matherial dan
methods (Emerson dalam Usman, 2009: 15). Lima
sumber daya inilah inilah yang harus digerakkan
dengan maksimal sehingga tujuan yang diinginkan
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Efektif
menunjukkan derajat pencapaian tujuan sedangkan
efisien menunjukkan derajat optimalisasi penggunaan
sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan
tersebut (Sugiyono, 2002: 8).
Produk pengembangan pelatihan PPKn
berwawasan pluralisme dalam penelitian ini adalah
buku pedoman pelaksanaan pelatihan dan materi
pelatihan. Buku pedoman digunakan sebagai acuan
bagi penyelenggara untuk mengatur pelaksanaan
pelatihan, acuan bagi nara sumber untuk menyusun
materi, memberikan pelatihan dan melakukan evaluasi.
Buku pedoman pelatihan juga digunakan acuan bagi
peserta pelatihan mengikuti pelatihan.
Buku pedoman yang dikembangkan memuat
unsur-unsur sumber daya pelatihan yaitu man, money,
76
machines, matherial dan methods. Buku pedoman yang
dikembangkan berisi tentang latar belakang sebagai
acuan bagi penyelenggara, nara sumber dan peserta
pelatihan tentang pentingnya dilakukan pelatihan.
Berdasarkan latar belakang ini, nara sumber dapat
menyusun materi dengan tingkat kedalaman sesuai
dengan yang diharapkan dari pelatihan. Buku pedoman
berisi pula tentang tujuan pelatihan.
Tujuan merupakan unsur penting, karena dapat
menjadi acuan bagi penyelengara, nara sumber dan
peserta pelatihan tentang apa yang diharapkan dari
pelatihan. Pelatihan pembelajaran PPKn berwawasan
pluralisme bermaksud untuk meningkatkan
kemampuan guru membuat perencanaan tentang
pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme.
Buku pedoman berisi tentang sasaran dan
narasumber pelatihan. Suatu komponen pelatihan
tidak lepas dari input (siapa yang akan dilatih), siapa
yang melatih dan apa yang akan dihasilkan dari
pelatihan. Sasaran pelatihan PPKn berwawasan
pluralisme adalah para guru PPKn SMA.
Memilih pelatih yang kompeten akan berpengaruh
terhadap kualitas proses pelatihan yang berakibat pada
kualitas output pelatihan. Terkait dengan pelatihan
pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme,
narasumber yang dipandang lebih kompeten dari
LPMP, lembaga Perguruan Tinggi yang dianggap
memiliki kedalaman ilmu secara teoretis. Narasumber
lainnya adalah dari guru yang memiliki pengalaman
melakukan pembelajaran PKKn berwawasan
pluralisme.
77
Rencana dapat dilaksanakan dengan baik atau
tidak, akan sangat tergantung pada siapa yang akan
melaksanakan rencana tersebut. Pertanyaan “siapa”
sangat dominan peranannya dalam merumuskan
rencana yang efektif dan efisien. Penempatan yang
rasional dan objektif yang didasarkan pada kriteria
latar belakang pendidikan formal, bakat, pengalaman
dan kepribadian akan menempatkan orang yang tepat
pada pekerjaan yang tepat, dengan tingkat imbalan
yang tepat pula (Siagian, 2007: 45).
Pelatihan tidak lepas dari biaya. Penyelenggara
pelatihan perlu merencanakan anggaran secara tepat
agar pelaksanaan pelatihan berjalan. Anggaran
pelatihan perlu dicantumkan dalam pedoman pelatihan
sebagai acuan bagi penyelengara terkait peneluaran
keuangan untuk pembiayaan pelatihan. Biaya
merupakan faktor penting dalam pelaksanaan
pelatihan karena pelaksanaan akan berjalan sesuai
rencana apabila ditopang dengan dana yang memadai.
Oleh karena itu pembiayaan pelatihan perlu diorganisir
dan dikoordinasikan antara penyelenggara pelatihan,
pejabat pembina profesi guru, guru dan pihak lain yang
terkait.
Material pelatihan perlu direncanakan secara baik.
Pelatihan tentang pembelajaran PPKn berwawasan
pluralisme memiliki tujuan untuk meningkatkan
kemampuan guru PPKn dalam membuat perencanaan
pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme. Sesuai
dengan tujuan tersebut maka materi yang perlu
disampaikan berkaitan dengan: 1) konsep Pembelajaran
PPKn berwawasan Pluralisme;2) Kegiatan-kegiatan
78
Sekolah Berwawasan Pluralisme; 3) Perancangan
Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme. Materi
secara teoretis tidak cukup untuk meningkatkan
kemampuan guru melakukan perancangan
pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme, oleh
karena itu perlu diberikan pengalaman langsung yang
dipandu oleh guru yang memiliki pengalaman
melakukan pembelajaran tersebut. Terkait dengan hal
ini maka minimal pelatihan ini dilaksanakan selama
dua hari, hari pertama membahas secara teoretis dan
hari kedua memberikan pengalaman langsung melalui
kunjungan ke berbagai tempat ibadah. Nilai moral yang
diharapkan adanya kesadaran dari para pendidik
tentang pluralisme yang nantinya diharapkan dapat
melaksanakan pembelajaran serupa dengan apa yang
dilatihkan.
Metode pelatihan yang relatif tepat adalah
pelatihan di dalam ruang dengan pola diskusi interaktif
antara peserta pelatihan dengan narasumber sebagai
pembimbing dan pelatih dan dilanjutkan dengan
kegiatan di luar ruangan untuk mengimplementasikan
dan memberikan pengalaman nyata bagaimana
seharusnya pembelajaran PPKn berwawasan pluralisme
diterapkan.
Pedoman pelatihan berisi pula tentang prosedur
kerja yang perlu dilakukan oleh penyelenggara, nara
sumber dan peserta pelatihan. Melalui prosedur ini
akan terlihat jelas pengelolaan sumber daya manusia
yang ada, apa yang menjadi tugas dan wewenangnya
dari masing-masing kompoenen penyelenggara, apa
yang perlu dilakukan narasumber dan peserta agar
79
tercipta pelaksanaan pelatihan sesuai yang
direncanakan.
Prosedur kerja merupakan komponen penting
dalam manajemen pelatihan yaitu pengelolaan.
Pengorganisasian merupakan keseluruhan suatu
proses pengelompokan orang, alat, tugas, serta
wewenang dan tanggung jawab yang bergerak secara
bersama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain pengorganisasian dilakukan untuk
menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber
yang diperlukan, sehingga pekerjaan yang dikehendaki
berhasil dilaksanakan. Handoko (2008), menjelaskan
pengorganisasian merupakan proses penyusunan
struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan
organisasi, sumber-sumber daya yang dimilikinya, dan
lingkungan yang melingkupinya. Hal senada
dikemukan oleh Terry dan Rue (2010: 82), bahwa
pengorganisasian adalah proses pengelompokan
kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan
penugasan setiap kelompok pada seorang manajer yang
mempunyai kekuasaan, yang perlu mengawasi anggota
kelompoknya.
Prosedur bagi penyelengara mengatur bagaimana
kinerja yang harus dilakukan penyelengara untuk
merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi
terhadap pelatihan. Prosedur bagi nara sumber
mengatur secara khusus hal-hal apa yang perlu
dilakukan narasumber sebagai pelatih, seperti
mengatur tentang pembuatan materi, kapan
pengirimannya dan kapan pelaksanaan pelatihan.
80
Prosedur bagi peserta pelatihan mengatur secara
khusus yang terkait dengan hal-hal apa yang perlu
dipersiapkan oleh peserta agar pelaksanakan pelatihan
berjalan secara efektif dan efisien.
Hasil validasi oleh tiga validator menunjukkan
bahwa tingkat validitas pedoman pelatihan tergolong
tinggi. Demikian juga hasil penilaian tentang materi
pelatihan tergolong tinggi. Dengan demikian, pedoman
pelatihan dan materi pelatihan dapat digunakan
sebagai acuan untuk melaksanakan pelatihan.