29
54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilaksanakan dalam dua siklus dengan tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanan dan observasi serta refleksi. Berikut adalah uraian pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian yang telah dilaksanakan. 4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1 4.1.1.1 Perencanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus 1, dilakukan dalam tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Pada tahap perencanaan, penelitian dirancang dengan jenis tindakan model action learning. Tahap perencanaan dimulai dari menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA kelas 5 yang akan diujikan, kemudian menentukan indikator dengan lebih spesifik dan menyeluruh menggunakan aturan penulisan indikator yang tepat. Setelah itu materi disusun dengan urut, lengkap dan berisi terkait indikator yang sudah ditentukan. Setelah menentukan indikator, kemudian dibuat kisi-kisi soal dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus 1. RPP dan kisi-kisi soal dibuat dengan beracuan pada indikator yang telah ditentukan. Indikator dalam RPP kemudian dibuat menjadi tujuan yang dirumuskan secara lengkap dengan memberikan unsur action, behavior, condition dan degree. Penyusunan RPP dan kisi-kisi soal telah dikonsultasikan dengan guru kelas serta dosen pembimbing. Selain kisi-kisi soal dan RPP, juga disusun kisi-kisi angket motivasi belajar dengan beracuan dari indikator yang dipakai untuk mengukur motivasi belajar yaitu tanggung jawab dan respon terhadap pelajaran, umpan balik atas perbuatan (tugas) yang dilakukannya, tingkat kesulitan tugas, ketekunan dan keuletan individu, penuh pertimbangan dan perhitungan (tidak berspekulasi dalam tugas), serta dorongan untuk belajar.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...Observasi juga dilakukan selama jalannya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga siklus 1. Kegiatan

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 54

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Pelaksanaan Tindakan

    Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilaksanakan dalam

    dua siklus dengan tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanan dan observasi serta

    refleksi. Berikut adalah uraian pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam

    penelitian yang telah dilaksanakan.

    4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1

    4.1.1.1 Perencanaan

    Pelaksanaan tindakan pada siklus 1, dilakukan dalam tiga tahap yaitu

    perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Pada tahap

    perencanaan, penelitian dirancang dengan jenis tindakan model action learning.

    Tahap perencanaan dimulai dari menentukan Standar Kompetensi dan

    Kompetensi Dasar IPA kelas 5 yang akan diujikan, kemudian menentukan

    indikator dengan lebih spesifik dan menyeluruh menggunakan aturan penulisan

    indikator yang tepat. Setelah itu materi disusun dengan urut, lengkap dan berisi

    terkait indikator yang sudah ditentukan.

    Setelah menentukan indikator, kemudian dibuat kisi-kisi soal dan rencana

    pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus 1. RPP dan kisi-kisi soal dibuat

    dengan beracuan pada indikator yang telah ditentukan. Indikator dalam RPP

    kemudian dibuat menjadi tujuan yang dirumuskan secara lengkap dengan

    memberikan unsur action, behavior, condition dan degree. Penyusunan RPP dan

    kisi-kisi soal telah dikonsultasikan dengan guru kelas serta dosen pembimbing.

    Selain kisi-kisi soal dan RPP, juga disusun kisi-kisi angket motivasi

    belajar dengan beracuan dari indikator yang dipakai untuk mengukur motivasi

    belajar yaitu tanggung jawab dan respon terhadap pelajaran, umpan balik atas

    perbuatan (tugas) yang dilakukannya, tingkat kesulitan tugas, ketekunan dan

    keuletan individu, penuh pertimbangan dan perhitungan (tidak berspekulasi dalam

    tugas), serta dorongan untuk belajar.

  • 55

    Kisi-kisi soal yang dibuat pada siklus 1 berjumlah 40 butir soal pilihan

    ganda dan kemudian diujikan di kelas 6 untuk mengetahui validitas dan

    reliabilitas soal. Butir-butir soal yang valid kemudian diambil 20 soal untuk

    evaluasi siklus 1. Kisi-kisi motivasi belajar dibuat sejumlah 32 butir pernyataan

    dan diujikan pula di kelas 6. Uji instrument soal dilakukan di kelas 6 SDN

    Tegalrejo 05 pada hari sabtu, tanggal 8 Maret 2014 dengan jumlah siswa 30 anak.

    Untuk pelaksanaan observasi, maka perlu dibuat pula lembar observasi

    keterlaksanaan sintaks. Untuk itu dibuat kisi-kisi lembar keterlaksanaan sintaks

    untuk guru dan untuk siswa dengan beracuan pada sintaks atau langkah-langkah

    pembelajaran pada model action learning. Masing-masing lembar observasi

    keterlaksanaan sintaks dibuat satu untuk setiap pertemuan di setiap siklus.

    Untuk persiapan implementasi RPP atau tahap pelaksanaan, maka

    sebelumnya perlu adanya pembahasan dan diskusi mengenai RPP bersama guru

    dan penjelasan mengenai langkah-langkah yang benar mengajar materi

    pembentukan tanah akibat pelapukan batuan menggunakan model action learning.

    Hal ini dimaksudkan agar guru kelas yang akan mengajar paham betul sintaks dari

    model action learning dan bagaimana cara mengajarnya.

    Selain persiapan-persiapan tersebut, media dan alat pembelajaran juga

    disiapkan dengan teliti seperti membuat bagan yang kreatif dan menarik tentang

    jenis-jenis batuan, contoh nyata batuan dan gambar-gambar batuan, serta

    memperbanyak soal evaluasi dan lembar motivasi belajar.

    4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

    Tahap pelaksanaan dan observasi merupakan implementasi dari RPP dan

    perencanaan yang telah disusun. Tahap pelaksanaan siklus 1 dilakukan dalam tiga

    pertemuan, dimana pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 24

    maret 2014, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari jumat tanggal 28 maret 2014

    dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari senin tanggal 31 maret 2014.

    Masing-masing pertemuan dilakukan selama dua jam pelajaran (2x35 menit).

  • 56

    Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin, setelah upacara bendera

    selesai, dan berlangsung selama 70 menit dimulai pada pukul 07.35 dan selesai

    pada pukul 08.45. Guru memberikan materi dengan menggunakan model action

    learning sesuai RPP yang telah disusun. Materi yang diajarkan pada pertemuan

    pertama adalah jenis-jenis batuan. Guru memberi penjelasan singkat tentang

    materi yang akan dipelajari sesuai yang tertulis dalam RPP, kemudian

    mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dan membentuk kelompok secara

    heterogen berdasarkan jenis kelamin. Setiap kelompok berisi 4 sampai 5 orang.

    Dalam kegiatan pembelajaran pertemuan pertama guru membiarkan siswa

    bekerja dalam kelompok untuk berdiskusi tentang bagan jenis dan contoh batuan

    kemudian meminta action dari siswa yaitu dengan menentukan jawaban yang

    tepat dari bagan jenis-jenis batuan. Setelah kelompok secara bergantian mengisi

    bagan, siswa (masih dalam kelompok) diberikan contoh-contoh nyata dari batuan

    dan dibebaskan untik mengamati contoh-contoh tersebut setelah itu guru meminta

    kelompok menentukan nama dan jenis batuan dengan tepat. Bagian akhir dari

    pertemuan pertama adalah laporan dari tiap kelompok tentang jenis-jenis batuan

    yang dipelajarinya. Pada pertemuan pertama ini siswa masih segan dan belum

    begitu berani melaporkan hasil yang diperolehnya di depan kelas.

    Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari jumat jam pertama dan

    kedua yaitu dimulai pukul 07.00 dan berakhir pada pukul 08.10. Guru

    melaksanakan pembelajaran dengan langkah yang hampir sama dengan pertemuan

    pertama, tetapi dengan melanjutkan materi yaitu materi pembentukan tanah akibat

    pelapukan. Materi ini adalah lanjutan dari materi sebelumnya yaitu jenis-jenis

    batuan. Pada pertemuan kedua ini siswa tidak diminta berkelompok tetapi siswa

    bekerja secara individu. Meskipun bekerja secara inividu, siswa tetap

    menunjukkan keaktifannya selama proses pembelajaran. Terlihat dari antusiasme

    dan banyaknya siswa yang mulai berani bertanya seputar materi.

    Setelah memberikan penjelasan singkat tentang materi dan identifikasi

    masalah yaitu bagaimana proses pembentukan tanah akibat pelapukan batuan,

    guru memberikan kisi-kisi tentang pengertian proses pembentukan tanah. Untuk

    menarik keaktifan siswa kemudian guru meminta siswa menyusun tentang

  • 57

    pengertian proses pembentukan tanah dari kisi-kisi yang ada dan mengemukakan

    dengan kata-kata siswa sendiri. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu

    “bertindak” atau “berbuat” dalam menentukan jawaban dari identifikasi masalah

    yang telah dipaparkan. Dengan begitu, siswa akan lebih memperhatikan dan

    termotivasi untuk menemukan jawaban meskipun secara individu. Disamping itu

    terjadi persaingan yang sehat antar siswa untuk menunjukkan keberanian dan

    kemampuannya dalam berpendapat.

    Setelah itu guru menyediakan gambar dan contoh tentang faktor-faktor

    penyebab pelapukan batuan dan meminta siswa untuk menggolongkan faktor

    tersebut ke dalam jenis pelapukan fisika, kimia atau biologi. Di akhir kegiatan inti

    siswa menyusun hasil yang diperolehnya selama proses pembelajaran dan

    meminta beberapa siswa untuk melaporkannya di depan kelas. Pada pertemuan

    kedua ini antusiasme siswa lebih besar untuk menyampaikan pendapat dibanding

    dengan pertemuan pertama.

    Pada pertemuan ketiga yang dilaksanakan pada hari senin setelah upacara

    bendera, guru hanya mengulang sekilas seputar materi yang telah diberikan pada

    pertemuan pertama dan kedua kemudian melakukan evaluasi (tes formatif) siklus

    1 serta membagikan lembar motivasi belajar untuk mengukur sejauh mana

    motivasi siswa setelah dilakukan tiga kali pertemuan siklus 1 menggunakan model

    action learning. Siswa mengerjakan evaluasi dengan tertib dengan diberikan

    waktu selama 40 menit untuk 20 soal pilihan ganda.

    Observasi juga dilakukan selama jalannya proses pembelajaran yang

    dilakukan oleh guru pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga siklus 1. Kegiatan

    observasi dilakukan sendiri oleh observer dengan menggunakan lembar observasi

    tentang keterlaksanaan sintaks. Lembar observasi keterlaksanaan sintaks ini ada

    dua macam yaitu lembar observasi keterlaksanaan sintaks untuk guru dan lembar

    observasi keterlaksanaan sintaks untuk siswa. Jadi observasi dilakukan terhadap

    aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran apakah guru dan siswa sudah

    mengikuti proses pembelajaran sesuai sintaks atau belum.

  • 58

    Pada siklus 1 pertemuan pertama guru sudah berhasil melakukan

    pembelajaran dengan langkah-langkah yang benar dan cukup sesuai sintaks,

    terbukti dari hasil lembar observasi keterlaksanaan sintaks bahwa hampir semua

    langkah action learning telah dilaksanakan, hanya ada dua langkah yang

    terlewatkan oleh guru yaitu memeriksa kesiapan peserta didik sebelum

    memulai pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa guru cukup berhasil

    melakukan proses pembelajaran sesuai dengan sintaks yang tertuang dalam RPP

    siklus 1 pertemuan pertama. Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan sintaks

    yang dilakukan oleh guru pada siklus 1 pertemuan pertama (terlampir), dapat

    dilaporkan secara ringkas hasil observasi aktivitas guru dalam Tabel 23 sebagai

    berikut.

    Tabel 23

    Hasil Observasi

    Keterlaksanaan Sintaks bagi Guru pada Siklus 1 Pertemuan 1

    No Waktu

    Pelaksanaan Jumlah item

    Keterangan

    Terlaksana Tidak

    1. Pra Pembelajaran 2 2 0

    2. Kegiatan Awal 3 1 2

    3. Kegiatan Inti 9 9 0

    4. Kegiatan Akhir 2 2 0

    Berdasarkan Tabel 23 dapat terlihat bahwa dari 16 butir langkah

    pembelajaran atau sintaks yang ada, guru telah melaksanakan 14 diantaranya dan

    hanya dua yang tidak terlaksana. Namun masih ada kekurangan yaitu alokasi

    waktu yang dilakukan selama proses pembelajaran masih kurang tepat dari

    perencanaan dalam RPP siklus 1 pertemuan pertama, dimana diskusi siswa

    membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang ditentukan sehingga rangkuman

    dilakukan dengan cepat untuk menyingkat waktu yang berlebih dalam diskusi.

    Pada pertemuan kedua, guru telah melaksanakan seluruh sintaks dengan

    baik. Hal ini terbukti dari lembar observasi tentang keterlaksanaan sintaks untuk

    pertemuan kedua yang semua butirnya terlaksana. Berdasarkan hasil observasi

  • 59

    keterlaksanaan sintaks yang dilakukan oleh guru pada siklus 1 pertemuan kedua

    (terlampir), dapat dilaporkan secara ringkas hasil observasi aktivitas guru dalam

    Tabel 24 sebagai berikut.

    Tabel 24

    Hasil Observasi

    Keterlaksanaan Sintaks bagi Guru pada Siklus 1 Pertemuan 2

    No Waktu

    Pelaksanaan Jumlah item

    Keterangan

    Terlaksana Tidak

    1. Pra Pembelajaran 2 2 0

    2. Kegiatan Awal 3 3 0

    3. Kegiatan Inti 8 8 0

    4. Kegiatan Akhir 2 2 0

    Pada pertemuan ketiga, pembelajaran yang dilakukan hanya mengulang

    sekilas materi pada pertemuan pertama dan kedua kemudian memberikan evaluasi

    siklus 1 dan angket motivasi belajar. Pada pertemuan ketiga, semua langkah

    dilakukan dengan benar oleh guru. Terbukti dari hasil observasi keterlaksanaan

    sintaks yang dilakukan oleh guru pada siklus 1 pertemuan ketiga (terlampir),

    dapat dilaporkan secara ringkas hasil observasi aktivitas guru dalam Tabel 25

    sebagai berikut.

    Tabel 25

    Hasil Observasi

    Keterlaksanaan Sintaks bagi Guru pada Siklus 1 Pertemuan 3

    No Waktu

    Pelaksanaan Jumlah item

    Keterangan

    Terlaksana Tidak

    1. Pra Pembelajaran 1 1 0

    2. Kegiatan Awal 2 2 0

    3. Kegiatan Inti 2 2 0

    4. Kegiatan Akhir 1 1 0

  • 60

    Selain observasi keterlaksanaan sintaks atau langkah-langkah

    pembelajaran yang dilakukan oleh guru, juga diobservasi keterlaksanaan sintaks

    yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan observasi keterlaksanaan sintaks pada

    siswa pada siklus 1 pertemuan pertama yang hasilnya terlampir, dapat disajikan

    data secara ringkas dalam Tabel 26 sebagai berikut.

    Tabel 26

    Hasil Observasi

    Keterlaksanaan Sintaks bagi Siswa pada Siklus 1 Pertemuan 1

    No Waktu

    Pelaksanaan Jumlah item

    Keterangan

    Terlaksana Tidak

    1. Pra Pembelajaran 2 2 0

    2. Kegiatan Awal 3 2 1

    3. Kegiatan Inti 9 9 0

    4. Kegiatan Akhir 2 1 1

    Dari Tabel 26 dapat terlihat bahwa sebagian besar langkah pembelajaran

    didikuti dengan baik oleh siswa. Terbukti dari 16 item (langkah pembelajaran)

    yang ada, 14 item sudah dilakukan dan 2 item belum dilakukan oleh siswa yaitu

    menyimak dan menulis tujuan pembelajaran serta merefleksikan hasil

    pembelajaran. Dua item yang belum dilakukan tersebut terdapat pada kegiatan

    awal dan kegiatan akhir. Pada kegiatan inti semua item (langkah pembelajaran)

    sudah dilakukan. Sementara itu berdasarkan observasi keterlaksanaan sintaks pada

    siswa pada siklus 1 pertemuan kedua yang hasilnya terlampir, dapat disajikan data

    secara ringkas dalam Tabel 27 sebagai berikut.

    Tabel 27

    Hasil Observasi

    Keterlaksanaan Sintaks bagi Siswa pada Siklus 1 Pertemuan 2

    No Waktu

    Pelaksanaan Jumlah item

    Keterangan

    Terlaksana Tidak

    1. Pra Pembelajaran 2 2 0

    2. Kegiatan Awal 3 3 3

    3. Kegiatan Inti 8 8 0

    4. Kegiatan Akhir 2 2 0

  • 61

    Berdasarkan Tabel 27 pada pertemuan kedua siklus 1 dapat diperoleh data

    bahwa siswa sudah lebih mengikuti jalannya proses pembelajaran dengan baik.

    Siswa menyimak dengan baik dan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran

    sesuai dengan RPP yang telah disusun. Terbukti dari 14 item langkah-langkah

    pembelajaran sudah dilaksanakan semuanya oleh siswa.

    Berdasarkan observasi keterlaksanaan sintaks oleh siswa siklus 1 pada

    pertemuan ketiga yang hasilnya terlampir, maka dapat disajikan data dalam Tabel

    28 sebagai berikut.

    Tabel 28

    Hasil Observasi

    Keterlaksanaan Sintaks bagi Siswa pada Siklus 1 Pertemuan 3

    No Waktu

    Pelaksanaan Jumlah item

    Keterangan

    Terlaksana Tidak

    1. Pra Pembelajaran 1 1 0

    2. Kegiatan Awal 2 2 0

    3. Kegiatan Inti 2 2 0

    4. Kegiatan Akhir 1 1 0

    Berdasarkan Tabel 28 dapat diperoleh data bahwa siswa sudah mengikuti

    semua sintaks atau langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah

    disusun. Pada pertemuan ketiga ini, siswa hanya menyimak ulasan sekilas materi

    pada pertemuan pertama dan kedua kemudian mengerjakan evaluasi siklus 1 dan

    angket motivasi belajar. Siswa mengerjakan evaluasi dan angket motivasi belajar

    dengan tenang dan sungguh-sungguh. Tidak ada siswa yang bekerja sama dalam

    mengerjakan evaluasi siklus 1.

    4.1.1.3 Refleksi

    Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus 1 dari pertemuan pertama,

    kedua dan ketiga kemudian diadakan refleksi dalam bentuk diskusi terkait proses

    kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Diskusi dilakukan bersama guru

  • 62

    kelas guna untuk mencari kelebihan dan kekurangan yang terdapat pembelajaran

    siklus 1 yang dapat digunakan untuk perbaikan pada siklus 2.

    Dalam diskusi yang dilakukan bersama guru kelas, ditemukan beberapa

    kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama,

    kedua dan ketiga.

    Adapun kelebihan dari pembelajaran yang telah dilakukan dalam siklus 1

    diantaranya yaitu : 1)Rancangan atau rencana pembelajaran telah disusun dengan

    baik bersama dengan guru. 2)Persiapan yang dilakukan sudah cukup matang, dari

    penyusunan RPP sampai pada media dan alat pembelajaran yang digunakan sudah

    disiapkan sebaik mungkin. 3)Pembelajaran sudah dilaksanakan sesuai sintaks,

    dilakukan dengan baik dan urut oleh guru. 4)Dengan adanya diskusi dan

    pembelajaran berbuat (mengamati dan menentukan secara langsung), mulai

    tumbuh keaktifan siswa selama megikuti jalannya proses pembelajaran. 5)Guru

    tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, pembelajaran sudah berlangsung

    dua arah, terbukti dengan adanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa

    dengan beberapa pertanyaan yang diajukan siswa. 6)Siswa saling berlomba

    dengan kelompok lain secara sportif untuk mendapatkan jawaban yang terbaik.

    Selain kelebihan-kelebihan tersebut, terdapat beberapa kekurangan selama

    proses pembelajaran siklus 1 dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Beberapa

    kekurangan tersebut yaitu: 1)Alokasi waktu kurang sesuai dengan yang

    ditentukan, ada beberapa langkah pembelajaran yang melebihi batas waktu

    meskipun tidak terlalu banyak. 2)Pembagian kelompok tidak berjalan dengan

    mulus karena ada beberapa siswa yang protes ketika guru membagi kelompok

    secara heterogen. 3)Masih ada beberapa siswa yang mengganggu jalannya diskusi

    dengan ramai sendiri. 4)Siswa masih agak takut untuk mengemukakan pendapat

    di depan kelas, dorongan untuk berani berpendapat masih kurang. 5)Masih ada

    beberapa siswa yang kebingungan dengan model pembelajaran action learning

    yang digunakan.

  • 63

    4.1.2 Pelaksanaan Siklus 2

    Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 juga dilakukan dalam tiga tahap yaitu

    perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi.

    4.1.2.1 Perencanaan

    Tahap perencanaan siklus 2 sama dengan siklus 1 yaitu dimulai dari

    menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA kelas 5 yang akan

    diujikan. Standar kompetensi yang dipilih sama dengan standar kompetensi pada

    siklus 1, tetapi kompetensi dasarnya berbeda. Pada siklus 2 kompetensi dasar

    yang dipakai adalah KD 7.2 yaitu mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Setelah KD

    diketahui kemudian menentukan indikator dengan lebih spesifik dan menyeluruh

    menggunakan aturan penulisan indikator yang tepat. Setelah itu materi disusun

    dengan urut, lengkap dan berisi terkait indikator yang sudah ditentukan.

    Setelah menentukan indikator, kemudian dibuat kisi-kisi soal dan rencana

    pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus 2. RPP dan kisi-kisi soal dibuat

    dengan beracuan pada indikator yang telah ditentukan. Indikator dalam RPP

    kemudian dibuat menjadi tujuan yang dirumuskan secara lengkap dengan

    memberikan unsur action, behavior, condition dan degree. Penyusunan RPP dan

    kisi-kisi soal telah dikonsultasikan dengan guru kelas serta dosen pembimbing.

    Kisi-kisi soal yang dibuat pada siklus 2 berjumlah 30 butir soal pilihan

    ganda dan kemudian diujikan di kelas 6 untuk mengetahui validitas dan

    reliabilitas soal. Butir-butir soal yang valid kemudian diambil 20 soal untuk

    evaluasi siklus 1. Untuk menguji motivasi belajar, instrument yang digunakan

    masih sama dengan yang digunakan pada siklus 1, karena itu tidak perlu

    dirancang lagi.

    Untuk pelaksanaan observasi siklus 2, maka dibuat pula lembar observasi

    keterlaksanaan sintaks untuk siklus 2. Untuk persiapan implementasi RPP atau

    tahap pelaksanaan, maka diadakan kembali pembahasan RPP bersama guru, tetapi

    tidak lagi menjelaskan mengenai langkah-langkah yang benar mengajar

    menggunakan model action learning.

  • 64

    4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

    Tahap pelaksanaan pada siklus 2 juga dilakukan dalam tiga pertemuan,

    dimana pertemuan pertama dilaksanakan pada hari jumat tanggal 04 April 2014,

    pertemuan kedua pada hari senin tanggal 07 April 2014 dan pertemuan ketiga

    pada hari kamis tanggal 10 april 2014. Masing-masing pertemuan dilakukan

    selama dua jam pelajaran (2x35 menit).

    Pertemuan pertama yang dilaksanakan pada hari jumat berlangsung selama

    70 menit dimulai pada pukul 07.00 dan selesai pada pukul 08.10. Guru

    memberikan materi dengan menggunakan model action learning sesuai RPP yang

    telah disusun. Guru memberi penjelasan singkat tentang materi yang akan

    dipelajari sesuai yang tertulis dalam RPP, kemudian mengidentifikasi masalah

    yang akan dibahas serta membentuk kelompok secara heterogen berjumlah 4

    sampai 5 orang setiap kelompok. Setelah itu guru membiarkan siswa bekerja

    dalam kelompok untuk mengamati jenis-jenis tanah yang telah disiapkan oleh

    guru. Setelah siswa selesai mengamati contoh yang ada, guru membimbing siswa

    untuk ke luar kelas dan mengamati tanah yang ada di lingkungan sekitar sekolah.

    Jenis tanah yang ada di lingkungan sekolah harus diamati dan dicatat oleh

    siswa termasuk ke dalam jenis tanah yang mana. Setelah kelompok selesai dengan

    pengamatan atau actionnya di luar, kemudian siswa kembali ke kelas dengan

    masih berkelompok. Setiap kelompok diminta melaporkan hasil yang

    diperolehnya di depan kelas.

    Pada pertemuan kedua, guru melaksanakan pembelajaran dengan langkah

    yang hampir sama dengan pertemuan pertama, tetapi dengan melanjutkan materi

    yaitu pemanfaatan jenis-jenis tanah. Pada pertemuan kedua ini siswa tidak diminta

    berkelompok tetapi secara individu. Siswa bekerja di dalam kelas mengamati

    contoh-contoh benda hasil pemanfaatan jenis tanah tertentu. Selain itu siswa juga

    diminta melaporkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

    Pada pertemuan ketiga guru hanya mengulang sekilas materi kemudian

    melakukan evaluasi (lembar soal) serta membagikan lembar motivasi belajar

    untuk mengukur sejauh mana motivasi siswa setelah dilakukan tiga kali

    pertemuan siklus 2 menggunakan model action learning.

  • 65

    Observasi dilakukan selama jalannya proses pembelajaran yang

    dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan lembar observasi tentang

    keterlaksanaan sintaks. Lembar observasi keterlaksanaan sintaks ini ada dua

    macam yaitu lembar observasi keterlaksanaan sintaks untuk guru dan lembar

    observasi keterlaksanaan sintaks untuk siswa.

    Pada siklus 2 pertemuan pertama guru berhasil melakukan pembelajaran

    dengan langkah-langkah yang benar dan sesuai sintaks, terbukti dari observasi

    keterlaksanaan sintaks yang hasilnya terlampir dapat dilaporkan data dalam Tabel

    29 sebagai Berikut.

    Tabel 29

    Hasil Observasi

    Keterlaksanaan Sintaks bagi Guru pada Siklus 2 Pertemuan 1

    No Waktu

    Pelaksanaan Jumlah item

    Keterangan

    Terlaksana Tidak

    1. Pra Pembelajaran 2 2 0

    2. Kegiatan Awal 3 3 0

    3. Kegiatan Inti 9 7 0

    4. Kegiatan Akhir 2 2 0

    Berdasarkan Tabel 23 dapat terlihat bahwa dari 16 butir langkah

    pembelajaran atau sintaks yang ada, guru telah melaksanakan semuanya. Alokasi

    waktu yang dilakukan selama proses pembelajaran sudah cukup tepat dari

    perencanaan dalam RPP siklus 1 pertemuan pertama.

    Pada pertemuan kedua, guru juga melaksanakan seluruh sintaks dengan

    baik. Hal ini terbukti dari lembar observasi tentang keterlaksanaan sintaks untuk

    pertemuan kedua yang semua butirnya terlaksana. Berdasarkan hasil observasi

    keterlaksanaan sintaks yang dilakukan oleh guru pada siklus 2 pertemuan kedua

    (terlampir), dapat dilaporkan secara ringkas hasil observasi aktivitas guru dalam

    Tabel 24 sebagai berikut.

  • 66

    Tabel 30

    Hasil Observasi

    Keterlaksanaan Sintaks bagi Guru pada Siklus 2 Pertemuan 2

    No Waktu

    Pelaksanaan Jumlah item

    Keterangan

    Terlaksana Tidak

    1. Pra Pembelajaran 2 2 0

    2. Kegiatan Awal 3 3 0

    3. Kegiatan Inti 7 7 0

    4. Kegiatan Akhir 2 2 0

    Berdasarkan Tabel 30 dapat dilihat bahwa semua item langkah-langkah

    pembelajaran sudah dilakuakn dengan baik oleh guru. Pada pertemuan ketiga,

    pembelajaran yang dilakukan hanya mengulang sekilas materi pada pertemuan

    pertama dan kedua kemudian memberikan evaluasi siklus 2 dan angket motivasi

    belajar. Pada pertemuan ketiga, semua langkah dilakukan dengan benar oleh guru.

    Terbukti dari hasil observasi keterlaksanaan sintaks yang dilakukan oleh guru

    pada siklus 1 pertemuan ketiga (terlampir), dapat dilaporkan secara ringkas hasil

    observasi aktivitas guru dalam Tabel 31 sebagai berikut.

    Tabel 31

    Hasil Observasi

    Keterlaksanaan Sintaks bagi Guru pada Siklus 2 Pertemuan 3

    No Waktu

    Pelaksanaan Jumlah item

    Keterangan

    Terlaksana Tidak

    1. Pra Pembelajaran 1 1 0

    2. Kegiatan Awal 2 2 0

    3. Kegiatan Inti 2 2 0

    4. Kegiatan Akhir 1 1 0

    Selain observasi keterlaksanaan sintaks atau langkah-langkah

    pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus 2, juga diobservasi

    keterlaksanaan sintaks yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan observasi

  • 67

    keterlaksanaan sintaks pada siswa pada siklus 1 pertemuan pertama yang hasilnya

    terlampir, dapat disajikan data secara ringkas dalam Tabel 32 sebagai berikut.

    Tabel 32

    Hasil Observasi

    Keterlaksanaan Sintaks bagi Siswa pada Siklus 2 Pertemuan 1

    No Waktu

    Pelaksanaan Jumlah item

    Keterangan

    Terlaksana Tidak

    1. Pra Pembelajaran 2 2 0

    2. Kegiatan Awal 3 3 0

    3. Kegiatan Inti 9 9 0

    4. Kegiatan Akhir 2 1 1

    Dari Tabel 32 dapat terlihat bahwa sebagian besar langkah pembelajaran

    didikuti dengan baik oleh siswa. Terbukti dari 16 item (langkah pembelajaran)

    yang ada, 15 item sudah dilakukan dan hanya 1 item belum dilakukan oleh siswa

    yaitu merefleksikan hasil pembelajaran. Satu item yang belum dilakukan tersebut

    terdapat pada an kegiatan akhir. Pada kegiatan pra pembelajaran, kegiatan awal,

    dan kegiatan inti semua item (langkah pembelajaran) sudah dilakukan. Sementara

    itu berdasarkan observasi keterlaksanaan sintaks pada siswa pada siklus 2

    pertemuan kedua yang hasilnya terlampir, dapat disajikan data secara ringkas

    dalam Tabel 33 sebagai berikut.

    Tabel 33

    Hasil Observasi

    Keterlaksanaan Sintaks bagi Siswa pada Siklus 2 Pertemuan 2

    No Waktu

    Pelaksanaan Jumlah item

    Keterangan

    Terlaksana Tidak

    1. Pra Pembelajaran 2 2 0

    2. Kegiatan Awal 3 3 0

    3. Kegiatan Inti 7 7 0

    4. Kegiatan Akhir 2 2 0

  • 68

    Berdasarkan Tabel 33, pada pertemuan kedua siklus 2 dapat diperoleh data

    bahwa siswa sudah mengikuti jalannya proses pembelajaran dengan baik. Siswa

    menyimak dengan baik dan melaksanakan semua langkah-langkah pembelajaran

    sesuai dengan RPP yang telah disusun. Terbukti dari 14 item langkah-langkah

    pembelajaran sudah dilaksanakan semuanya oleh siswa.

    Berdasarkan observasi keterlaksanaan sintaks oleh siswa siklus 2 pada

    pertemuan ketiga yang hasilnya terlampir, maka dapat disajikan data dalam Tabel

    34 sebagai berikut.

    Tabel 34

    Hasil Observasi

    Keterlaksanaan Sintaks bagi Siswa pada Siklus 2 Pertemuan 3

    No Waktu

    Pelaksanaan Jumlah item

    Keterangan

    Terlaksana Tidak

    1. Pra Pembelajaran 1 1 0

    2. Kegiatan Awal 2 2 0

    3. Kegiatan Inti 2 2 0

    4. Kegiatan Akhir 1 1 0

    Berdasarkan Tabel 34 dapat diperoleh data bahwa siswa sudah mengikuti

    semua sintaks atau langkah-langkah pembelajaran sebanyak 6 item sesuai dengan

    RPP yang telah disusun. Pada pertemuan ketiga ini, pembelajaran yang dilakukan

    hanya mengulang sekilas materi pada pertemuan pertama dan kedua kemudian

    memberikan evaluasi siklus 2 dan angket motivasi belajar. Siswa mengerjakan

    evaluasi dan angket motivasi belajar dengan tenang dan sungguh-sungguh. Tidak

    ada siswa yang bekerja sama dalam mengerjakan evaluasi siklus 2.

  • 69

    4.1.2.3 Refleksi

    Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus 2 dari pertemuan pertama,

    kedua dan ketiga maka kemudian diadakan refleksi kembali dalam bentuk diskusi

    terkait proses kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam diskusi yang

    dilakukan bersama guru kelas, ditemukan lebih banyak kelebihan dari proses

    pembelajaran yang telah dilaksanakan.

    Kelebihan-kelebihan tersebut adalah: 1)Rancangan atau rencana

    pembelajaran telah disusun dengan sangat baik bersama dengan guru. 2)Persiapan

    yang dilakukan sudah cukup matang, dari penyusunan RPP sampai pada media

    dan alat pembelajaran yang digunakan sudah disiapkan sebaik mungkin.

    3)Pembelajaran sudah dilaksanakan sesuai sintaks, dilakukan dengan baik dan

    urut oleh guru. 4)Dengan adanya diskusi dan pembelajaran berbuat (mengamati

    dan menentukan secara langsung), mulai tumbuh keaktifan siswa selama megikuti

    jalannya proses pembelajaran. 5)Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber

    belajar, pembelajaran sudah berlangsung dua arah, terbukti dengan adanya

    komunikasi yang baik antara guru dan siswa dengan beberapa pertanyaan yang

    diajukan siswa. 6)Siswa saling berlomba dengan kelompok lain secara sportif

    untuk mendapatkan jawaban yang terbaik. 7)Ada interaksi siswa dengan

    lingkungan yang menyebabkan siswa lebih nyaman dan mudah belajar. 8)Siswa

    mulai berani mengeluarkan pendapat dan berani melaporkan hasil kerjanya di

    depan kelas. 9)Siswa yang mengganggu jalannya pembelajaran berkurang karena

    merasa senang dengan model action learning yang digunakan.

    Kekurangan-kekurangan dari siklus 1 sudah tidak terlihat lagi di siklus

    kedua, hanya mungkin masih ada satu dua siswa yang gaduh dan ramai. Namun

    hal itu tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.

    4.2 Hasil Penelitian

    Setelah melakukan kegiatan pembelajaran yang meliputi siklus 1 dan

    siklus 2, didapatkan hasil penelitian yang disajikan dalam deskripsi data dan

    analisis data dengan uraian sebagai berikut.

  • 70

    4.2.1 Deskripsi Data

    Pada akhir kegiatan pembelajaran siklus 1 maupun siklus 2, dilakukan

    kegiatan evaluasi untuk mengukur hasil belajar IPA siswa dan angket motivasi

    belajar untuk mengukur bagaimana motivasi belajar IPA siswa setelah diterapkan

    model action learning. Pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dari

    siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan kualitas. Akibatnya keaktifan dan kerja

    sama siswa kemudian meningkat. Demikian pula motivasi belajar dan sikap siswa

    terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Semua peningkatan ini

    berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif yang

    ditunjukkan oleh meningkatnya hasil tes secara signifikan.

    4.2.1.1 Data Siklus 1

    Setelah dilakukan pembelajaran siklus 1 dengan menggunakan model

    action learning yang terdiri dari 3 pertemuan, diperoleh adanya peningkatan hasil

    belajar dan motivasi belajar IPA siswa pada akhir siklus 1. Hasil belajar yang

    diperoleh disajikan dalam tabel distribusi frekwensi hasil belajar sebagai berikut.

    Tabel 35

    Distribusi Frekwensi Hasil Belajar IPA Siklus 1 Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05

    Semester 2/ 2013-2014

    No Interval Frekwensi Persentase

    1. 40 - 51 1 4

    2. 52 - 63 3 12

    3. 64 - 75 11 44

    4. 76 - 87 8 32

    5. 88 - 99 2 8

    Jumlah 25 100

    Dari Tabel 35 dapat diperoleh data bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 5

    yang diperoleh melalui evaluasi siklus 1 sebanyak 4% siswa memperoleh nilai

    pada interval 40-51, 12% siswa memperoleh nilai pada interval 52-63, 44% siswa

    memperoleh nilai pada interval 64-75, 32% siswa memperoleh nilai pada interval

    76-87 dan sebanyak 8% siswa memperoleh nilai tertinggi pada interval 88-99.

  • 71

    Motivasi belajar IPA pada akhir siklus 1 juga diukur dengan menggunakan

    instrumen butir-butir pernyataan. Hasil dari pengukuran motivasi belajar IPA

    siklus 1 disajikan dalam Tabel 36.

    Tabel 36

    Hasil Motivasi Belajar IPA Siklus 1 Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05 Semester 2/ 2013-2014

    No Kategori Interval Skor Frekuensi Persentase

    1. Tinggi 18 - 25 17 68

    2. Sedang 10 - 17 7 28

    3. Rendah 0 - 9 1 4

    Jumlah 25 100

    Dari Tabel 36 dapat diperoleh data bahwa tingkat motivasi belajar IPA

    siswa kelas 5 pada siklus 1, sebanyak 68% berada pada tingkat motivasi belajar

    yang tinggi, sebanyak 28% berada pada tingkat motivasi belajar sedang dan hanya

    4% siswa yang berada pada tingkat motivasi belajar yang rendah.

    4.2.1.2 Data Siklus 2

    Pada akhir kegiatan pembelajaran siklus 2, kembali dilakukan evaluasi (tes

    formatif). Setelah hasil evalusasi diolah, diperoleh adanya peningkatan hasil

    belajar dan motivasi belajar IPA siswa yang lebih baik dari siklus 1. Hasil belajar

    yang diperoleh dari evaluasi siklus 2 disajikan dalam Tabel 37 sebagai berikut.

    Tabel 37

    Distribusi Frekwensi Hasil Belajar IPA Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05

    Semester 2/ 2013-2014

    No Interval Frekwensi Persentase

    1. 60 - 67 1 4

    2. 68 - 75 8 32

    3. 76 - 83 4 14

    4. 84 - 91 10 40

    5. 92 - 99 2 8

    Jumlah 25 100

  • 72

    Dari Tabel 37 dapat diperoleh data bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 5

    pada siklus 2 sebanyak 4% siswa memperoleh nilai pada interval 60-67, sebanyak

    32% siswa memperoleh nilai pada interval 68-75, sebanyak 14% siswa

    memperoleh nilai pada interval 76-83, sebanyak 40% siswa memperoleh nilai

    pada interval 84-91 dan sebanyak 8% siswa memperoleh nilai tertinggi pada

    interval 92-99.

    Motivasi belajar IPA pada akhir siklus 2 juga diukur dengan menggunakan

    instrumen butir-butir pernyataan dalam lembar angket motivasi belajar yang sama

    dengan siklus 1. Setelah model action learning kembali diterapkan pada kegiatan

    pembelajaran siklus 2, terjadi peningkatan motivasi belajar IPA siswa

    dibandingkan siklus 1. Hasil dari pengukuran motivasi belajar IPA siswa pada

    siklus 2 disajikan dalam Tabel 38 sebagai berikut.

    Tabel 38

    Hasil Motivasi Belajar IPA Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05 Semester 2/ 2013-2014

    No Kategori Interval Skor Frekuensi Persentase

    1. Tinggi 18 - 25 21 84

    2. Sedang 10 - 17 4 16

    3. Rendah 0 - 9 0 0

    Jumlah 25 100

    Dari Tabel 38 dapat diperoleh data bahwa tingkat motivasi belajar IPA

    siswa kelas 5 pada siklus 2, sebanyak 84% berada pada tingkat motivasi belajar

    yang tinggi, sebanyak 16% berada pada tingkat motivasi belajar sedang dan tidak

    ada siswa yang berada pada tingkat motivasi belajar yang rendah.

    4.2.2 Analisis Data

    Analisis data pada siklus 1 maupun siklus 2 dilakukan melalui dua tahap

    yaitu analisis ketuntasan dan analisis komparatif. Berikut akan diuraikan analisis

    data selengkapnya.

  • 73

    4.2.2.1 Analisis Ketuntasan

    Analisis ketuntasan dilakukan untuk menganalisis hasil belajar IPA siswa

    dengan membandingkan data mentah dengan skor KKM mata pelajaran IPA yang

    telah ditetapkan oleh sekolah. Berikut disajikan tabel ketuntasan hasil belajar IPA

    siswa kelas 5 siklus 1 pada Tabel 39.

    Tabel 39 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1

    Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05

    Semester 1/ 2013-2014

    No Ketuntasan Frekwensi Persentase

    1. Tuntas 20 80

    2. Tidak Tuntas 5 20

    Rerata 73.8

    Maksimum 95

    Minimum 40

    Berdasarkan Tabel 39 terlihat bahwa pada siklus 1, sebanyak 80% siswa

    sudah mencapai ketuntasan dan masih ada sebanyak 20% siswa yang belum

    mencapai ketuntasan atau KKM IPA yaitu 68. Data pada Tabel 39 dapat

    digambarkan dalam grafik seperti yang tergambar pada Gambar 2 sebagai berikut.

    Gambar 2. Grafik ketuntasan hasil belajar IPA siklus 1 siswa

    kelas 5 SDN Tegalrejo 05 Salatiga

    80%

    20%

    Tuntas

    Tidak Tuntas

  • 74

    Analisis ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 5 pada siklus 2 disajikan

    dalam Tabel 40 sebagai berikut.

    Tabel 40 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2

    Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05

    Semester 1/ 2013-2014

    No Ketuntasan Frekwensi Persentase

    1. Tuntas 24 96

    2. Tidak Tuntas 1 4

    Rerata 80

    Maksimum 95

    Minimum 60

    Berdasarkan Tabel 40 terlihat bahwa pada siklus 2, sebanyak 96% siswa

    sudah mencapai ketuntasan dan hanya sebanyak 4% siswa (1 orang siswa) yang

    belum mencapai ketuntasan atau KKM IPA yaitu 68. Data pada Tabel 40 dapat

    digambarkan dalam grafik seperti yang tergambar pada Gambar 3 sebagai berikut.

    Gambar 3. Grafik ketuntasan hasil belajar IPA siklus 2 siswa

    kelas 5 SDN Tegalrejo 05 Salatiga

    96%

    4%

    Tuntas

    Tidak Tuntas

  • 75

    4.2.2.2 Analisis Komparatif

    Berdasarkan hasil analisis ketuntasan, maka analisis komparatif dilakukan

    dengan membandingkan ketuntasan hasil belajar antar siklus dan pra-siklus.

    Sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan model action learning (hasil

    pra-siklus), siswa yang mampu mencapai ketuntasan hanya sebanyak 6 orang atau

    sebesar 24%. Apabila dibandingkan dengan hasil belajar pra-siklus, hasil yang

    diperoleh pada siklus 1 dan siklus 2 mengalami peningkatan seperti yang tersaji

    pada Tabel 41 sebagai berikut.

    Tabel 41

    Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA

    Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05

    Semester 1/2013-2014

    No Ketuntasan Pra-siklus Siklus 1 Siklus 2

    f % F % f %

    1. Tuntas 6 24 20 80 24 96

    2. Tidak tuntas 19 76 5 20 1 4

    Rerata 61,12 73.8 80.6

    Maksimum 83 95 95

    Minimum 43 40 60

    Berdasarkan Tabel 41 terlihat bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 5

    mengalami peningkatan dari pra-siklus ke siklus 1, terbukti dari persentase siswa

    yang mencapai ketuntasan dari pra siklus yang hanya sebanyak 24% naik

    sebanyak 64% ke siklus 1 menjadi 80%. Kemudian dari siklus 1 ke siklus 2 naik

    sebanyak 16% menjadi 96%. Apabila dibandingkan dengan indikator kinerja yaitu

    sebanyak 80% siswa harus mencapai ketuntasan, maka hasil yang diperoleh pada

    siklus 1 maupun siklus 2 sudah memenuhi dari indikator kinerja yang telah

    ditetapkan.

  • 76

    Selain proporsi jumlah siswa yang mencapai ketuntasan, dapat terlihat

    pada siklus 1 dan siklus 2 bahwa rerata nilai IPA yang diperoleh siswa kelas 5

    mengalami peningkatan dari pra-siklus yang sebesar 61,12 naik menjadi sebesar

    73,8 pada siklus 1 kemudian naik lagi menjadi sebesar 80,6 pada siklus 2. Nilai

    maksimum pada kedua siklus sama tinggi yaitu 95. Nilai minimum dari siklus 1

    mengalami perbaikan yaitu dari nilai 40 di siklus 1 menjadi nilai 60 di siklus 2.

    Kondisi meningkatnya ketuntasan siswa dari pra-siklus ke siklus 1 dan

    siklus 2 tergambar dalam grafik pada Gambar 4 sebagai berikut.

    Gambar 4.Grafik perbandingan proporsi ketuntasan hasil belajar IPA

    pra-siklus dan antar siklus siswa kelas 5 SDN Tegalrejo 05

    Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar IPA siswa kelas 5 sebelum

    diberikan tindakan dan setelah diberikan tindakan dengan model action learning,

    maka analisis komparatif juga dilakukan dengan membandingkan hasil

    pengukuran motivasi belajar IPA antar siklus dan pra-siklus. Sebelum dilakukan

    tindakan dengan menggunakan model action learning (hasil pra-siklus), siswa

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    Pra-siklus Siklus 1 Siklus 2

    Tuntas Tidak Tuntas

  • 77

    yang memiliki motivasi belajar IPA tinggi hanya sebanyak 4 orang atau sebesar

    16%, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah masih banyak yaitu

    9 siswa atau 36%, sedangkan 12 siswa lainnya hanya memiliki motivasi belajar

    IPA pada tingkat sedang. Apabila dibandingkan dengan hasil pengukuran pra-

    siklus, tingkat motivasi yang ditunjukkan siswa pada hasil pengukuran motivasi

    pada siklus 1 dan siklus 2 mengalami peningkatan seperti yang tersaji pada Tabel

    42 sebagai berikut.

    Tabel 42

    Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar IPA

    Siswa Kelas 5 SDN Tegalrejo 05

    Semester 1/2013-2014

    No Tingkat

    Motivasi

    Pra-siklus Siklus 1 Siklus 2

    f % f % f %

    1. Tinggi 6 24 17 68 22 88

    2. Sedang 12 48 7 28 3 12

    3. Rendah 9 36 1 4 0 0

    Berdasarkan Tabel 42 terlihat bahwa tingkat motivasi belajar IPA siswa

    kelas 5 mengalami peningkatan dari pra-siklus ke siklus 1, terbukti dari persentase

    siswa yang memiliki motivasi tinggi dari pra-siklus yang hanya sebanyak 24%

    naik sebanyak 44% ke siklus 1 menjadi 68%. Kemudian dari siklus 1 ke siklus 2

    naik sebanyak 20% menjadi 88%.

    Apabila dibandingkan dengan indikator kinerja yaitu sebanyak 80% siswa

    harus memiliki motivasi tinggi, maka hasil yang diperoleh pada akhir siklus 2

    sudah memenuhi dari indikator kinerja yang telah ditetapkan. Selain itu pada akhir

    siklus, sudah tidak ada siswa yang berada pada tingkat motivasi belajar IPA

    rendah setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model action

    learning.

  • 78

    Kondisi meningkatnya motivasi belajar IPA siswa dari pra-siklus ke siklus

    1 dan siklus 2 tergambar dalam grafik peningkatan tingkat motivasi belajar IPA

    pada Gambar 5 sebagai berikut.

    Gambar 5. Grafik perbandingan proporsi tingkat motivasi belajar IPA

    pra-siklus dan antar siklus siswa kelas 5 SDN Tegalrejo 05

    4.3 Pembahasan

    Berdasarkan analisis data, kegiatan pembelajaran IPA yang berlangsung

    selama dua siklus di kelas 5 SDN Tegalrejo 05 dapat disimpulkan bahwa terdapat

    peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar pada mata pelajaran IPA setelah

    diterapkan model pembelajaran action learning.

    Hasil belajar IPA siswa dengan nilai rerata 61,12 pada kondisi pra-siklus,

    setelah dilakukan pembelajaran dengan action learning pada siklus 1, mengalami

    peningkatan rerata menjadi 73,8 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 40.

    Walaupun masih terdapat nilai di bawah KKM, pembelajaran pada siklus 1 dapat

    dikatakan telah berhasil karena indikator keberhasilan telah tercapai yaitu proporsi

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    Pra-siklus Siklus 1 Siklus 2

    Motivasi Tinggi Motivasi Sedang Motivasi Rendah

    %

  • 79

    jumlah siswa yang dapat mencapai KKM adalah 80% dari keseluruhan siswa yang

    berjumlah 25 anak. Keberhasilan pencapaian indikator kinerja hasil belajar pada

    siklus 1 dipengaruhi oleh adanya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

    model action learning yang bervariasi, menyenangkan dan memungkinkan siswa

    mengalami pembelajaran yang nyata. Dengan pembelajaran yang demikian, mulai

    tumbuh motivasi, partisipasi dan keaktifan siswa untuk mengikuti proses

    pembelajaran dengan antusias dan sungguh-sungguh, sehingga ketika dilakukan

    tes formatif pada akhir siklus 1 didapatkan hasil sebanyak 80% siswa sudah

    mencapai ketuntasan.

    Dalam pembelajaran Siklus 1 walaupun indikator kinerja telah tercapai

    pada akhir siklus 1, tetapi masih ada 20% siswa yang belum dapat mencapai

    ketuntasan. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang belum dapat

    menyesuaikan diri dengan model pembelajaran yang action learning, sehingga

    siswa-siswa tadi belum begitu antusias dalam kegiatan pembelajaran, belum

    berani mengungapkan pendapat dan belum sepenuhnya aktif dalam diskusi

    kelompok yang berlangsung. Kebanyakan siswa yang belum dapat mencapai

    ketuntasan ini, apabila dilihat dari latar belakang prestasinya termasuk siswa-

    siswa yang menempati rangking bawah di kelas.

    Kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam siklus 1 kemudian dilakukan

    perbaikan dalam pembelajaran siklus 2. Siswa yang tadinya belum antusias

    mengikuti pembelajaran sekarang lebih antusias dan aktif dalam bertanya jawab,

    berdiskusi kelompok, bahkan memperhatikan ketika perwakilan kelompok lain

    sedang membacakan hasil kerja kelompoknya. Selain itu siswa tidak lagi bergurau

    ketika diminta melakukan pengamatan di luar kelas.

    Dilihat dari hasil belajar pada akhir siklus 2, indikator kinerja kembali

    tercapai dengan peningkatan yang cukup baik ditandai dengan terjadinya

    peningkatan proporsi jumlah siswa yang mencapai ketuntasan yaitu sudah

    mencapai 96% atau sebanyak 24 orang dari 25 siswa. Selain itu pada siklus 2

    rerata kelas naik menjadi 80,6 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 60.

  • 80

    Adanya peningkatan proporsi jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dari

    siklus 1 ke siklus 2 dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

    meningkatnya antusiasme dan motivasi belajar IPA siswa karena mengalami

    pembelajaran action learning yang menyenangkan, menantang dan nyata.

    Pembelajaran pada siklus 2 yang lebih baik dibanding siklus 1 menyebabkan

    siswa juga mengalami peningkatan aktivitas. Terlihat dari beberapa siswa yang

    awalnya pasif mulai berani untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan

    mengungkapkan pendapatnya. Peningkatan-peningkatan inilah yang kemudian

    menyebabkan tingkat motivasi belajar maupun hasil belajar siswa juga ikut

    meningkat.

    Adanya satu siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan pada akhir

    siklus 2, setelah dianalisis dalam refleksi bersama guru kelas lebih lanjut ternyata

    disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, dari 6 kali pertemuan dalam 2 siklus

    yang berlangsung, siswa tersebut tercatat satu kali tidak mengikuti proses

    pembelajaran di kelas (tidak masuk) tanpa alasan. Kedua, dari hasil observasi

    yang telah dilakukan sepanjang kegiatan pembelajaran yang berlangsung,

    memang siswa tersebut seringkali tidak memperhatikan penjelasan dan hanya

    pasif dalam diskusi kelompok sehingga hasil yang diperolehnya belum maksimal.

    Ketiga, dari pendapat beberapa teman sekelas siswa tersebut memang agak sulit

    untuk bersosialisasi dengan teman lain dan prestasi belajarnya di kelas juga tidak

    terlalu baik.

    Dilihat dari hasil observasi selama proses pembelajaran, keaktifan siswa

    sudah cukup besar. Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti langkah-langkah

    pembelajaran dengan penggunaan model action learning. Model pembelajaran ini

    mampu memberikan pembelajaran yang menarik tidak hanya terpusat pada guru

    melainkan berpusat pada siswa dengan lingkungan sekitarnya berfungsi sebagai

    sumber belajar yang baik dan mampu memberikan hal-hal yang positif kepada

    siswa sehingga mampu meningkatkan hasil belajar IPA.

    Dilihat dari tingkat motivasi belajar siswa pra-siklus ke siklus 1, juga

    mengalami peningkatan. Terbukti pada pra-siklus, ketika dilakukan pengukuran

    tingkat motivasi belajar IPA siswa, hanya sebanyak 24% siswa saja yang memiliki

  • 81

    tingkat motivasi belajar yang tinggi dan masih ada sebanyak 36% siswa yang

    motivasi belajarnya rendah. Sedangkan pada siklus 1 setelah diterapkan model

    pembelajaran action learning, terdapat sebanyak 68% siswa yang memiliki tingkat

    motivasi belajar tinggi dan hanya 4% siswa yang memiliki motivasi belajar

    rendah.

    Keberhasilan meningkatnya proporsi jumlah siswa yang memiliki tingkat

    motivasi belajar IPA tinggi pada siklus 1 dipengaruhi oleh pembelajaran action

    learning yang mampu memberi kontribusi positif dalam diri siswa untuk lebih

    aktif dan antusias dalam mengikuti jalannya proses pembelajaran. Pembelajaran

    dengan model baru yang menyenangkan mampu meningkatkan motivasi belajar

    IPA siswa yang awalnya rendah sampai sedang menjadi tinggi.

    Pada siklus 2, setelah kembali diterapkan model action learning dalam

    kegiatan pembelajaran, antusiasme dan keaktifan siswa lebih meningkat dibanding

    siklus 1. Terbukti dari proporsi jumlah siswa yang memiliki tingkat motivasi

    belajar tinggi pada siklus 2 sebanyak 88% dan sudah tidak ada siswa yang

    memiliki tingkat motivasi belajar rendah. Hal ini menunjukkan bahwa model

    action learning yang diterapkan dengan benar sesuai langkah-langkah yang ada

    mampu meningkatkan motivasi belajar IPA pada siswa kelas 5 yang awalnya

    kurang antusias pada mata pelajaran IPA.

    Setelah membandingkan dengan teori-teori model pembelajaran action

    learning, didapatkan hasil yang sepaham dalam penelitian ini. Melalui kegiatan

    pembelajaran yang dirancang sesuai dengan langkah-langkah action learning yang

    menekankan kepada pembelajaran berbuat yang nyata dan menyenangkan,

    terbukti mampu meningkatkan hasil belajar maupun motivasi belajar IPA siswa.

    Teori Michael J. Marquadt yang menyatakan bahwa “belajar dengan

    bertindak apabila dilaksanakan secara sistematis, dapat secara efektif dan efisien

    memecahkan masalah dengan strategi inovatif dan mempertahankan,

    mengembangkan tim yang terus meningkatkan kemampuan mereka…” sejalan

    dengan hasil penelitian yaitu meningkatnya hasil belajar dan motivasi belajar IPA

    siswa diiringi dengan peningkatan kerjasama dan interaksi antar siswa untuk

  • 82

    memecahkan masalah (action) sehingga pembelajaran menjadi lebih

    menyenangkan.

    Teori Revans yang menyatakan bahwa “action learning mengajarkan

    suatu konsep atau pengetahuan yang kemudian dihubungkan dengan tindakan dan

    pengalaman langsung, sehingga dapat membantu proses pembelajaran menjadi

    lebih nyata…” juga sejalan dengan hasil penelitian. Terlihat dari kegiatan

    pembelajaran yang berlangsung selama dua siklus dengan pembelajaran berbuat

    yang nyata, siswa dapat lebih memahami pengetahuan yang diajarkan oleh guru.

    Kondisi yang demikian kemudian secara bertahap menyebabkan motivasi belajar

    IPA siswa meningkat dan kemudian mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa

    sehingga dapat meningkat pula.

    Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan

    oleh David Kristian Setiaji pada tahun 2012 dengan judul “Upaya Meningkatkan

    Hasil Belajar IPS Melalui Action Learning bagi siswa Kelas IV SD Negeri 2

    Pajerukan Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas Semester II tahun Ajaran

    2011/ 2012”. Hasil penelitian milik David memaparkan pula bahwa melalui model

    action learning, hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Peningkatan ini

    ditunjukkan dengan proporsi jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dari pra-

    siklus sebesar 45% meningkat pada siklus 1 menjadi 65% dan pada siklus 2

    menjadi 100%.