48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah Indonesia?” Iklan Perindo versi “Siapakah Indonesia?” merupakan iklan berdurasi 60 detik yang ditayangkan di tiga stasiun televisi nasional yang ada di bawah naungan Media Nusantara Citra (MNC) Group. Tiga stasiun televisi tersebut adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), MNC TV, dan Global TV. Secara umum iklan ini menyajikan konsep Indonesia dengan mengangkat keanekaragaman suku bangsa, agama, dan golongan di Indonesia secara audio visual dengan berbagai atributnya. Berikut merupakan rangkaian konsep audio visual dari iklan tersebut. Visual Audio Siapakah Indonesia? Apakah mereka yang dilahirkan dari orang Jawa… Dayak… Visual Audio Papua… Atau lebih dari 300 suku lainnya? Siapakah Indonesia?

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah Indonesia?”

Iklan Perindo versi “Siapakah Indonesia?” merupakan iklan berdurasi

60 detik yang ditayangkan di tiga stasiun televisi nasional yang ada di bawah

naungan Media Nusantara Citra (MNC) Group. Tiga stasiun televisi tersebut

adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), MNC TV, dan Global TV.

Secara umum iklan ini menyajikan konsep Indonesia dengan mengangkat

keanekaragaman suku bangsa, agama, dan golongan di Indonesia secara

audio visual dengan berbagai atributnya. Berikut merupakan rangkaian

konsep audio visual dari iklan tersebut.

Visual

Audio

Siapakah Indonesia? Apakah mereka yang

dilahirkan dari orang

Jawa…

Dayak…

Visual

Audio Papua… Atau lebih dari 300 suku

lainnya?

Siapakah Indonesia?

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

Visual

Audio Apakah mereka yang

beragama Islam…

Katolik… Kristen…

Visual

Audio Budha… Hindu… Khong Hu Cu dan aliran

kepercayaan lainnya?

Visual

Audio

Siapakah Indonesia? Apakah mereka yang

berpenghasilan miliaran…

Atau mereka yang hanya

mampu menafkahi hidup

mereka hari demi hari?

Visual

Audio Bukan itu semua! Indonesia adalah… Mereka yang tulus hati

mencintai negeri ini

26

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

Visual

Audio - Mereka yang tulus berjuang,

bertindak secara nyata

Menyejahterakan Indonesia

Visual

Audio Perindo untuk Indonesia

sejahtera!

Iklan tersebut diawali dengan sebuah pertanyaan “Siapakah

Indonesia?” yang disambung dengan pertanyaan “Apakah mereka yang

dilahirkan dari orang Jawa, Dayak, Papua, atau lebih dari 300 suku lainnya?”.

Kemudian narator kembali mempertanyakan, “Siapakah Indonesia?”, kali ini

narator mempertanyakan dari sisi agama, “Apakah mereka yang beragama

Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu, Khong Hu Cu, dan aliran kepercayaan

lainnya?”. Belum juga menampilkan jawaban dari pertanyaan tersebut,

narator kembali bertanya untuk ketiga kalinya “Siapakah Indonesia?”, namun

kali ini narator mengajak audiens berpikir dari segi golongan ekonomi,

“Apakah mereka yang berpenghasilan miliaran atau mereka yang hanya

mampu menafkahi hidup mereka hari demi hari?”. Setelah memunculkan

ketiga rangkaian pertanyaan tersebut, narator dengan tegas menjawab “Bukan

itu semua!”. Narator menambahkan “Indonesia adalah mereka yang tulus hati

mencintai negeri ini. Mereka yang tulus berjuang, bertindak secara nyata

menyejahterakan Indonesia.” Kemudian iklan ditutup dengan menayangkan

identitas partai disertai tagline “Perindo untuk Indonesia sejahtera!”

27

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

Secara umum, iklan ini menceritakan tentang konsep Bhinneka

Tunggal Ika. Hal tersebut ditunjukkan dengan menampilkan keanekaragaman

etnis, agama, dan golongan di Indonesia pada 39 detik pertama iklan tersebut.

Keanekaragaman etnis masyarakat Indonesia ditayangkan melalui visualisasi

orang-orang yang menggunakan pakaian adat. Kemudian keanekaragaman

agama ditayangkan dengan menampilkan figur-figur pemimpin agama yang

menjadi simbol dari 6 agama yang diakui di Indonesia. Pada detik ke-40

sampai selesai iklan ini menunjukkan nilai nasionalisme. Nilai nasionalisme

yang dimaksud adalah kecintaan terhadap tanah air. Nilai nasionalisme

tersebut ditunjukkan melalui kalimat “Indonesia adalah mereka yang tulus

hati mencintai negeri ini, mereka yang tulus berjuang, bertindak secara nyata

menyejahterakan Indonesia.” yang dinarasikan dengan menampilkan sosok

HT selaku Ketum DPP Perindo yang berjabat tangan dengan anggota

masyarakat kemudian berbaur dan berjalan beriringan dengan masyarakat.

Setelah itu iklan tersebut secara bergantian menampakkan sekelompok

masyarakat dari kalangan menengah ke bawah. Hal ini juga menunjukkan

visi partai yang berjuang untuk kesejahteraan masyarakat.

4.2. Persepsi Mahasiswa UKSW terhadap Makna Indonesia

Untuk menjawab rumusan masalah penelitian mengenai bagaimana

persepsi mahasiswa UKSW terhadap makna Indonesia dalam iklan Perindo

versi siapakah Indonesia, peneliti telah melakukan wawancara terhadap 11

orang informan. Informan merupakan mahasiswa UKSW yang berasal dari

beberapa etnis yang berbeda, memiliki pengetahuan awal mengenai partai

Perindo, serta pernah menonton iklan Perindo versi “Siapakah Indonesia?”

setidaknya dua kali. Sebagaimana diungkapkan Alex Sobur (2003) ada tiga

komponen utama dalam persepsi: seleksi, interpretasi, reaksi. Dalam sub bab

ini, peneliti akan menjabarkan persepsi para informan dengan berdasarkan

tiga komponen tersebut.

28

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

4.2.1. Seleksi

Seleksi (Sobur, 2003) merupakan proses penyaringan oleh

indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat

banyak atau sedikit. Dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa

seleksi adalah bagaimana informan memilah informasi yang

didapat dari iklan yang ditonton. Peneliti melihat komponen seleksi

berdasarkan pesan yang menjadi perhatian para informan. Pesan

yang menjadi perhatian tampak dalam jawaban informan mengenai

apa yang menjadi pesan utama dalam iklan tersebut serta hal apa

yang membuat iklan tersebut menarik.

Berdasarkan hasil penelitian, berkaitan dengan makna

Indonesia yang diteliti, pesan yang menjadi perhatian para

informan mahasiswa adalah keanekaragaman budaya dan agama

yang diangkat sebagai konsep iklan tersebut. Hal tersebut tampak

dalam pernyataan-pernyataan para informan sebagai berikut.

“Eee.. menarik sih.. ya menarik karena budaya-budayanya kan ditunjukkin. Terus tu, ininya juga apa sih.. tampilannya ya? Kayak gitu yaa, aku suka sih.”1

“Ya itu tadi apa, eee.. yang itu lho, dari latar belakang yang berbeda, budaya yang berbeda, dari agama yang berbeda.”2

“Menarik. Menarik, soalnya.. di luar dari yang nggak sesuai itu ya. Menarik karena dia itu dia bilang apakah Indonesia itu kristen, apakah Indonesia itu papua, apakah Indonesia itu orang kaya atau orang berkecukupan. Menariknya di situ. Dia itu melihat perbedaan, tapi menurutku cara melihatnya itu salah. Tapi menarik.”3

“Emm.. kesan yang aku tangkep? Dibilang bagus banget sih enggak, tapi yang aku tangkep sih dia hanya ingin menceritakan tentang Indonesia yang.. Indonesia yang multiculture.. yang memang…yang memang Indonesia itu ya nggak cuma satu atau dua…ee..oo satu atau dua suku, tapi ya Indonesia ya.. ya mencakup semuanya kayak gitu. Sebenarnya

1 Berdasarkan wawancara dengan AG pada tanggal 7 Juli 2016 di Kampus UKSW. 2 Berdasarkan wawancara dengan Bella pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW. 3 Berdasarkan wawancara dengan LA pada tanggal 24 Mei 2016 di Kampus UKSW.

29

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

bagus sih untuk, untuk secara, secara memperlihatkan Indonesia itu seperti apa kayak gitu. Sebenernya unik sih iklannya.”4

Lebih jauh lagi, para informan mahasiswa juga memunculkan

konsep bhinneka tunggal ika sebagai pesan dalam iklan tersebut.

“Pertama, menarik secara masif masyarakat Indonesia tentang keanekaragaman. Itu yang pertama. Ya dari yang kita lihat, dari Sabang sampai ke Merauke itu ya kita mempunyai banyak potensi untuk mengembangkan hal tersebut gitu. Untuk dilihat lebih lagi di kaca dunia, mungkin. Setidaknya kita tau lah arti Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri.”5

“Kebersamaan, terus solidaritas, terus gimana kita tidak membedakan satu dengan orang yang lain tanpa melihat background. Jadi kayak kita tu..ee..nolong orang, tanpa ngelihat background-nya dia tu dari apa karna sebenarnya Indonesia tu ya satu, untuk bareng-bareng, majuin Indonesia, gitu. Kalo aku nangkepnya, lho.”6

“Ya kamu nonton iklannya aja hahaha. Yaa..ibaratnya tu sama kayak yang diiklanin ya.. contoh misalkan ee.. apa sih, aku lupa lagi..aku tu lupa detailnya tapi garis besarnya aku masih inget karna itu udah lama banget aku udah nggak nonton lagi. Jadi intinya ya meskipun beda-beda suku, beda-beda agama tapi ya tetep..aaa..tidak memandang perbedaan itu.. artinya meskipun beda tapi itu kan nggak jadi sesuatu yang dilihat duluan. Jadi misalkan ada orang beda suku.. antara suku A sama suku B..meskipun mereka beda tapi mereka nggak ngeliat itu sebagai perbedaan, gitu sih. Yang aku tangkep gitu sih, harusnya seperti itu.”7

4.2.2. Interpretasi

Interpretasi (Sobur, 2003) adalah proses mengorganisasikan

informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Dalam tahap

ini informasi yang telah disaring dalam tahap seleksi diproses dan

diberikan makna. Sebelumnya, pesan yang menjadi perhatian para

informan adalah mengenai keanekaragaman budaya Indonesia.

Lebih jauh lagi para informan mengungkapkan tentang konsep

4 Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW. 5 Berdasarkan wawancara dengan Favian pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW. 6 Berdasarkan wawancara dengan Wahyu pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW. 7 Berdasarkan wawancara dengan RA pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW.

30

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

bhinneka tunggal ika sebagai pesan dalam iklan tersebut. Namun

demikian pemaknaan informan tidak hanya berhenti pada makna

denotasi dari konsep bhinneka tunggal ika yang ditayangkan. Para

informan mengkaitkan penggambaran bhinneka tunggal ika

tersebut dengan konsep-konsep lainnya, yaitu: nasionalisme,

kepemimpinan, mayoritas-minoritas dan politik identitas. Sehingga

persepsi para informan dapat dikategorikan ke dalam empat konsep

sebagai berikut: nasionalisme, bhinneka tunggal ika, mayoritas-

minoritas, dan kepemimpinan.

• Nasionalisme Indonesia

Penggambaran makna Indonesia dalam iklan Perindo versi

“Siapakah Indonesia?” dalam persepsi informan berkaitan dengan

konsep nasionalisme Indonesia. Nasionalisme melibatkan dimensi

emosional atau rasa yang berkaitan erat dengan aspek historis

(Hamengku Buwono X, 2008: 85). Adanya kesamaan sejarah

menimbulkan rasa senasib sepenanggungan yang kemudian

menumbuhkan perasaan bersatu dalam sebuah konsep kebangsaan

tertentu. Secara sederhana, konsep nasionalisme dapat dipahami

sebagai rasa cinta terhadap tanah air. Dalam iklan “Siapakah

Indonesia?”, informan LA menangkap makna Indonesia sebagai

orang-orang yang mencintai Indonesia, tanpa mengukur atau

membedakan etnis, agama, maupun kelas sosial.

“Dia kan gambarkan dulu kan, dia bertanya-bertanya terus terakhir dia bilang, Indonesia itu orang-orang yang mencintai Indonesia itu sendiri. Jadi menurutku ya, Indonesia ya itu. Tidak membeda-bedakan seperti yang dia gambarkan di awal.”8

“Menurutku mungkin dari pesan terakhirnya, Indonesia itu adalah orang yang mencintai Indonesia itu sendiri tanpa membeda-bedakan.”9

8 Berdasarkan wawancara dengan LA pada tanggal 24 Mei 2016 di Kampus UKSW. 9 Berdasarkan wawancara dengan LA pada tanggal 24 Mei 2016 di Kampus UKSW.

31

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

Di sini Indonesia dimaknai oleh LA sebagai individu yang

memiliki rasa nasionalisme atau cinta terhadap tanah airnya.

Nasionalisme Indonesia diciptakan oleh para pendiri bangsa

melalui Budi Utomo dan Sumpah Pemuda sebagai nasionalisme

yang lintas etnis (Hamengku Buwono, 2008: 85). Menurut LA

pesan dalam iklan tersebut menunjukkan bahwa nasionalisme

Indonesia tidak membedakan etnis, agama, maupun kelas sosial

seseorang seperti yang ditunjukkan di awal iklan ketika narator

mempertanyakan apakah Indonesia itu orang yang berasal dari

etnis, agama, maupun kelas sosial tertentu.

Indonesia merupakan negara yang plural, terdiri dari

berbagai etnis, bahasa, dan adat budaya. Dari segi pluralisme,

Indonesia memiliki kesamaan dengan Amerika Serikat, namun

kebanyakan suku bangsa di Indonesia terdiri dari penduduk

pribumi yang sudah lama mendiami wilayah tertentu, berbeda

dengan penduduk Amerika Serikat yang kebanyakan adalah

pendatang. Dengan demikian rasa memiliki terhadap wilayah

masing-masing yang tertanam dalam jiwa setiap kelompok etnis

pribumi Indonesia lebih kental. Sehingga menurut Hamengku

Buwono (2008: 86), terciptanya nasionalisme Indonesia

merupakan keberhasilan para pendiri bangsa yang telah mampu

membuat mereka merasa memiliki satu tanah air, yaitu Indonesia,

bukan hanya Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan, dan sebagainya.

Nasionalisme-lah yang telah mempersatukan bangsa Indonesia dari

Sabang sampai Merauke.

Nasionalisme tidak dapat diukur dari latar belakang etnis

dan hal itulah yang diungkapkan dalam iklan “Siapakah

Indonesia?”, demikian pendapat informan Tiara. Tiara

mengungkapkan iklan tersebut berupaya untuk menyadarkan

audiens mengenai konsep nasionalisme, di mana seorang warga

negara harus mencintai tanah airnya dengan tulus hati dan mau

32

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

turut berjuang demi kemajuan bangsa. Hal tersebut tertuang dalam

pesan iklan ‘Indonesia adalah mereka yang tulus hari mencintai

negeri ini, mereka yang tulus berjuang, bertindak secara nyata

menyejahterakan Indonesia’.

“Menurutku… Indonesia.. he e, karena sejarah juga mengungkapkan bahwa orang..orang Ar..ee..orang Tionghoa, orang yang bukan Indonesia, orang Tionghoa, orang Arab, orang mana lagi ya.. yang aku tahu cuman dua orang..dua dari luar ya.. kalo misalnya orang Arab, orang Tionghoa dia juga sama-sama dulu tu ya jaman sebelum kemerdekaan juga mereka..mereka ikut gitu lho.. ikut berjuang juga.. he e, jadi menurutku masalah nasionalisme itu tidak bisa diukur dengan seberapa…seberapa apa ya.. darah kamu apa, darah kamu mengalir darah ap\a, kayak gitu. Kamu dari latar belakang apa.. tapi apakah kamu mencintai tempat yang apa ya, tempat yang kamu tinggali saat ini misalnya kayak gitu. Itu kan juga nasionalisme. Mungkin orang Indonesia di luar sana karna..nasionalismenya mungkin bukan nasionalisme Indonesia lagi misalnya. Mungkin kalo misalnya udah tinggal di mana misalnya.. udah tinggal di Amerika mungkin yang lebih bebas atau mungkin di negara-negara yang.. negara Arab yang misalnya yang dia lebih ee.. apa ya.. lebih strict, lebih ketat dalam..dalam apa namanya.. dalam kebijakan..dalam negerinya.. mungkin kayak gitu.”10

“Ooo.. kalo dibilang idealnya sih mungkin belum, tapi iklan itu mencoba untuk merasionalkan pikiran kita, jadi Indonesia tu butuh seperti ini. Mungkin idealnya belum, idealnya…toh Indonesia mau ideal seperti apapun juga bakal ribet kita soalnya karna kita banyak suku, kita mau mengidealkan Indonesia yang seperti apa bingung juga. Tapi itu udah mencoba untuk sedikit merubah eee.. apa ya..merubah…merubah..keyakinan kita, oh ya kita tau kok orang Indonesia tu.. orang Indonesia itu harusnya seperti ini.. kita juga mungkin jangan melihat dari kelasnya misalnya, latar belakangnya misalnya, kayak gitu. Jadi, ya, ya sudah cukup menarik untuk menyadarkan pola pikir dan rasa apa lagi ya..rasa.. melihat dari “oh Indonesia tu bukan ini aja”, gitu..bukan hanya satu dua suku misalnya kayak gitu, yang mendominasi.”11

Indonesia bukan hanya Jawa, Dayak, atau Papua

sebagaimana yang dipertanyakan dalam iklan, namun merupakan

10 Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW. 11 Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW.

33

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

kesatuan dari semua suku bangsa yang ada di Indonesia karena

itulah nasionalisme Indonesia disebut nasionalisme lintas etnis. Hal

yang sama diungkapkan oleh informan Frisen, menurutnya kita

tidak bisa menyebutkan Indonesia itu siapa (dengan mengacu pada

suku bangsa) karena Indonesia merupakan sebuah kesatuan dari

berbagai suku bangsa.

“Ya kita susah, maksudnya tuh nggak bisa langsung dibilang ini Indonesia, tapi itu satu kesatuan. Jadi Indonesia ya, ya ini yang bermacam-macam itu.”12

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada

hakikatnya merupakan bentuk negara dengan kebangsaan modern.

Kebangsaan modern yang dimaksud yaitu negara dibentuk dengan

didasarkan semangat kebangsaan (nasionalisme) atau semangat

untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang

sama walaupun berbeda agama, ras, etnis, atau golongan (Listyarti,

2008). Konsep kebangsaan modern inilah yang dilihat Wahyu dari

iklan “Siapakah Indonesia?”

“Kalo Indonesia-nya siapa, ya kita. Kalo dilihat Indonesianya tu apa ya banyak hal yang berbeda-beda di Indonesia. Jadi banyak orang dengan berbagai jenis, berbagai culture, berbagai bentuk, ibaratnya, tapi ditempatkan di satu tempat yaitu Indonesia. Kayak ibaratnya gini deh, orangnya tu ada banyak, asal-usulnya tu ada banyak. Kayak misalnya ada yang dagang apa, ada yang punya background fisiknya kayak gimana, terus tua atau muda, terus miskin atau kaya. Nah tapi tu tetep, kita tu punya satu hal yang harus dituju yaitu Indonesia. Kalo aku ngeliatnya sih kayak gitu.”13

Menurut Jikae, iklan ini dibuat untuk menyadarkan bahwa

Indonesia adalah kita semua. Sehingga iklan ini ingin menggugah

rasa memiliki dalam diri kita bahwa kita perlu bersama-sama

memperjuangkan Indonesia menuju ke arah yang lebih baik. Hal

12 Berdasarkan wawancara dengan Frisen pada tanggal 10 Juni 2016 di Kampus UKSW. 13 Berdasarkan wawancara dengan Wahyu pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW.

34

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

ini sesuai dengan visi misi Perindo untuk menyejahterakan

Indonesia.

“Jadi tu mungkin dia menyampaikan Indonesia tu kita..kita ini lho.. jadi buat Indonesia itu lebih baik lagi..kan katanya ininya visinya sejahtera-sejahtera kan..menciptakan Indonesia yang sejahtera..gitu, menurutku sih bagus iklannya.”

Pada intinya, berbagai persepsi dalam hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa “Siapakah Indonesia?” dalam iklan

menggambarkan bahwa nasionalisme Indonesia bukanlah

nasionalisme berdasarkan etnis tetapi merupakan rasa cinta

terhadap tanah air. Nasionalisme diwujudkan sebagai semangat

untuk membangun negeri walau berbeda suku, agama, golongan.

• Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Sansekerta yang

memiliki makna meskipun berbeda-beda namun tetap satu jua.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika berkaitan erat dengan dasar

negara kita, Pancasila. Secara yuridis, semboyan Bhinneka

Tunggal Ika sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar

(UUD) 1945 Pasal 36 A, merupakan bagian dari lambang Negara

Indonesia, Garuda Pancasila. Semboyan tersebut tertulis pada pita

yang dibawa oleh sang lambang negara. Bhinneka Tunggal Ika

sendiri sebenarnya merupakan bentuk perwujudan dari sila ketiga

Pancasila, persatuan Indonesia. Dalam proses pembentukan negara,

mengingat unsur-unsur bangsa yang sangat beragam dalam hal

suku, ras, maupun golongan, sehingga untuk mewujudkan

persatuan harus disadari kodrat multiikulturalisme masyarakat.

Berangkat dari situ, nilai persatuan tersebut dirasa perlu untuk

diwujudkan dalam lambang bahasa yang kongkrit yaitu semboyan

Bhinneka Tunggal Ika. (Danusubroto, 2013: 60)

Iklan “Siapakah Indonesia?” memuat nilai Bhinneka

Tunggal Ika yang terwujud dengan menayangkan sisi

35

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

keanekaragaman budaya Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh

AG, menurutnya iklan tersebut menayangkan Indonesia yang

beranekaragam baik dari suku, agama, maupun kelas sosial.

“Indonesia yang beranekaragam. Suku, agama, dari yang di iklan ya.. terus itu..apalagi ya.. ee.. Indonesia yang bukan cuman dari kalangan ekonomi ya kan ada dia sebutin. Kan agama tu katolik.. eh islam, katolik, hindu, budha, kristen, gitu kan..khong hu cu.. terus apa namanya, sukunya terus disebutin juga apa Indonesia ini dari kalangan yang milioner, atau kalangan bawah.”14

Menurut Tiara, iklan “Siapakah Indonesia?” bagus dan unik

karena menceritakan sisi multikultural Indonesia. Dalam iklan

tersebut digambarkan Indonesia yang bukan terdiri dari satu atau

dua suku saja, namun Indonesia mencakup keseluruhan suku

bangsa yang ada di tanah air.

“Emm.. kesan yang aku tangkep? Dibilang bagus banget sih enggak, tapi yang aku tangkep sih dia hanya ingin menceritakan tentang Indonesia yang.. Indonesia yang multiculture.. yang memang…yang memang Indonesia itu ya nggak cuma satu atau dua…ee..oo satu atau dua suku, tapi ya Indonesia ya.. ya mencakup semuanya kayak gitu. Sebenarnya bagus sih untuk, untuk secara, secara memperlihatkan Indonesia itu seperti apa kayak gitu. Sebenernya unik sih iklannya.”15

Hampir sama dengan Tiara, Setyo mengungkapkan iklan

tersebut berupaya menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya

milik salah satu suku atau agama saja. Indonesia adalah milik

semua warga negara Indonesia, entah dari suku atau agama

apapun. Sehingga dalam persepsi Setyo pun, pesan iklan tetap

bermuara pada Bhinneka Tunggal Ika.

“Ya sebener e itu sih, cuman nunjukin Indonesia itu bukan hanya punyanya satu suku bangsa sih. Indonesia punyanya, ya semua orang Indonesia yang jadi orang Indonesia di dalem. Bukan punya orang kristen, islam, papua, jawa..jadi tu ya

14 Berdasarkan wawancara dengan AG pada tanggal 7 Juli 2016 di Kampus UKSW. 15 Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW.

36

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

semua itu Indonesia. Secara garis besar yang aku dapet itu ya karena udah lama nggak lihat iklannya.”16

Menurut Favian, iklan tersebut bagus karena menunjukkan

Bhinneka Tunggal Ika melalui keanekaragaman budaya, agama,

suku. Menurutnya keanekaragaman Indonesia harus dijunjung

tinggi dan hal itu harus diperlihatkan oleh partai karena

diskriminasi SARA (suku, agama, ras, antargolongan) masih sering

terjadi di Indonesia. Favian berharap Bhinneka Tunggal Ika tidak

hanya menjadi semboyan semata, namun setiap individu dapat

memahami arti keanekaragaman yang ada.

“Secara umum, ya? Secara umum itu bagus lah. Pertama, menunjukkan keanekaragaman budaya, agama, suku. Pokoknya mengandung SARA lah..ditampakkan di sana semua, Bhinneka Tunggal Ikanya diperlihatkan. Em, itu menurutku suatu iklan yang bagus karena apa namanya? Keanekaragaman Indonesia memang harus dijunjung tinggi apalagi sebagai partai harus memperlihatkan hal itu. Karna ya yang kita lihat banyak sekali diskriminasi SARA dan lain sebagainya di mana-mana. Ya meskipun kita terlalu.. Apa namanya.. Bukan terlalu sih..mengkoar-koarkan Bhinneka Tunggal Ika, kita harus tau keanekaragaman. Tapi yang kita lihat di sini masih ada, ya masih ada yang mendiskriminasikan SARA. tapi itu cukup bagus, sih.”17

Sebagai semboyan negara, Bhinneka Tunggal Ika

diharapkan dapat menjadi semboyan yang dijiwai oleh seluruh

rakyat Indonesia. Dalam persepsi RA, selain mempromosikan

partai Perindo sendiri, iklan “Siapakah Indonesia?” mengandung

pesan mengenai bagaimana Indonesia yang seharusnya. Keadaan

Indonesia seharusnya yang dimaksud mengacu pada perwujudan

Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa, yaitu tentang

bagaimana masing-masing individu menyikapi perbedaan. Dalam

kehidupan bermasyarakat, perbedaan seringkali menjadi suatu hal

yang sulit diterima. Iklan ini mencoba mengatakan bahwa

16 Berdasarkan wawancara dengan Setyo pada tanggal 17 Mei 2016 di Kampus UKSW. 17 Berdasarkan wawancara dengan Favian pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW.

37

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

perbedaan suku dan agama seharusnya tidak membuat kita lantas

membeda-bedakan satu sama lain.

“Enggak… Oh kesannya ya, ngerti-ngerti.. jadi, eee.. kalo menurutku itu..buk.. ya di la… di satu sisi memang itu dia untuk mempromosikan tempatnya dia, partainya dia tapi kalo menurutku ada pesennya sih. Ya kenapa aku bilang bagus itu karena ada pesennya di mana, maksudnya itu lebih ke arah eee bagaimana Indonesia itu seharusnya. Ya kan, itu kan inti iklannya? Bener nggak?”18

“Ya kamu nonton iklannya aja hahaha. Yaa..ibaratnya tu sama kayak yang diiklanin ya.. contoh misalkan ee.. apa sih, aku lupa lagi..aku tu lupa detailnya tapi garis besarnya aku masih inget karna itu udah lama banget aku udah nggak nonton lagi. Jadi intinya ya meskipun beda-beda suku, beda-beda agama tapi ya tetep..aaa..tidak memandang perbedaan itu.. artinya meskipun beda tapi itu kan nggak jadi sesuatu yang dilihat duluan. Jadi misalkan ada orang beda suku.. antara suku A sama suku B..meskipun mereka beda tapi mereka nggak ngeliat itu sebagai perbedaan, gitu sih. Yang aku tangkep gitu sih, harusnya seperti itu.”19

Menurut RA, sulit untuk mengatakan apakah Indonesia

sudah seperti itu atau belum, karena kadar toleransi di masing-

masing daerah berbeda-beda. Namun RA melihat masih ada

kecenderungan konflik antar agama, khususnya Islam dan Kristen.

“Ya kalo menurutku kalo kita bilang tentang Indonesia itu terlalu luas maksudnya nggak bisa digeneralisasikan..nggak bisa diumumkan antara satu daerah dengan daerah yang lain. Contoh kayak kita hidup di Salatiga, kayak gitu udah tercapai kalo menurutku. Salatiga.. kenapa aku bisa bilang gitu, contohnya aja eee.. bisa gerejanya banyak lalu itu nggak jadi hambatan.. atau nggak sama mesjid pun nggak terlalu ribet. Jadi antar agama itu kan yang memang, kan biasanya kan antara kristen sama islam, tapi itu di Salatiga enggak, tapi di daerah lain belum tentu kaya gitu. Gitu sih. Jadi kalo menurutku kalo kamu tanyanya untuk Indonesia udah seperti itu atau belum, susah jawabnya.”20

18 Berdasarkan wawancara dengan RA pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW. 19 Berdasarkan wawancara dengan RA pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW. 20 Berdasarkan wawancara dengan RA pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW.

38

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

• Mayoritas-minoritas

Menurut Louis Wirth (Liliweri, 2005: 108), kelompok

minoritas sering dianggap sebagai kelompok subordinasi, yang

karena ciri fisik atau karakteristik kebudayaannya bisa dibedakan

dari lingkungan pergaulan masyarakat kebanyakan. Anggota

kelompok minoritas menjadi kelompok yang didiskriminasi,

diperlakukan secara berbeda dari mayoritas. Namun, suatu

kelompok minoritas yang kecil dari segi jumlah terkadang

memegang peran mayoritas sehingga terkadang status minoritas

tidak ditentukan oleh jumlah. Setiap negara mempunyai kelompok-

kelompok kecil yang dinamakan minoritas. Kelompok yang

dimaksud minoritas memiliki satu atau beberapa dari karakteristik

berikut: perbedaan ras, kebangsaan, agama, adat istiadat dan

sebagainya. (Jahja, 2003:62)21

Di Indonesia, Islam merupakan agama yang paling banyak

dianut masyarakat. Data dari BPS menyatakan jumlah pemeluk

Islam di Indonesia pada 2010 mencapai 207.176.162 jiwa dari

sebanyak 237.641.326 jiwa penduduk Indonesia saat itu, atau dapat

dikatakan mencapai 87,18% penduduk Indonesia. Angka tersebut

menunjukkan perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan

jumlah pemeluk agama-agama lainnya di Indonesia. Dengan

demikian masyarakat beragama Islam dianggap sebagai kelompok

mayoritas dan pemeluk agama lainnya dianggap minoritas di

Indonesia.

21 Junus Jahja. 2003. Peranakan Idealis: dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

39

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

Tabel 4.1

Sumber: BPS, 2010

Konsep Indonesia yang beragam dalam iklan “Siapakah

Indonesia?” tidak dapat dijauhkan dari latar belakang Ketua Umum

DPP Perindo yang non-muslim sehingga tergolong minoritas.

Bahkan salah satu informan (Wahyu) mengatakan keterkaitan di

antara konsep Indonesia dengan latar belakang HT sangatlah

kental. Wahyu membandingkan gaya pencitraan yang dilakukan

SBY dahulu dengan HT sekarang. Menurut Wahyu, SBY dan

Demokrat mencitrakan diri sebagai sosok yang peduli pada

pembangunan Indonesia. Sedangkan HT berusaha membuat orang

berpikir bahwa semua orang bisa membangun Indonesia tanpa

dibatasi latar belakang suku maupun agama. Hal tersebut

mengingat HT datang dari kalangan non muslim.

“Iya, kental banget. Kalo aku sih ngeliatnya..ee..karna dia, gini.. Kalo misalnya ni, kamu orang… gini deh..siapa ya.. kayak SBY, dulu kan aku masih inget dia itu menjual packaging dari Partai Demokrat sama dirinya sendiri itu kan untuk pembangunan Indonesia yang lebih baik…pembangunan apa, dia punya visi misi apa, pokoknya tentang pembangunan itu. Sedangkan kalo misalnya Hary Tanoe itu kan aku tau non-muslim kan, makanya dia menjualnya itu tentang bagaimana

40

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

kita bisa membangun Indonesia lebih baik tanpa melihat latar belakang orang itu sendiri. Itu beneran sih, ketara banget. Karna memang dari sebelum iklan ini pun iklan-iklan yang sebelumnya ada beberapa dari Perindo dan Hary Tanoe itu tu lebih konteks yang nggak mempedulikan latar belakangya, yang penting gimana caranya kita ngebangun Indonesia lebih baik, gitu.”22

Iklan ini mencoba untuk merubah pola pikir masyarakat

Indonesia terhadap kelompok minoritas. Tiara melihat sisi

minoritas HT dari segi etnis, di mana HT merupakan seorang

keturunan Tionghoa. Selama ini etnis Tionghoa dianggap sebagai

kelompok minoritas di masyarakat. Selain karena jumlahnya yang

tergolong sedikit, kenyataan bahwa etnis Tionghoa merupakan

pendatang di Indonesia menjadikan etnis Tionghoa semakin

terpinggirkan.

“Ee.. jarang ada partai politik yang.. mungkin kayak terobosannya si HT memperlihatkan Indonesia itu ini lho, karena mungkin latar belakangnya dia bukan orang Indonesia…ee..orang Indonesia asli.. karena mungkin dia keturunan juga kan.. karena mungkin dia keturunan Tionghoa jadi dia mencitrakan orang Tionghoa pun yang udah di Indonesia ya tetep dinamakan orang Indonesia, kayak gitu. Dia mencoba untuk me..apa ya.. untuk merub..sedikit merubah, mungkin sedikit merubah pola pikir masyarakat Indonesia kayak gitu..”23

“Ee..menurutku pola pikir Indonesia..ee..apa namanya.. pola pikir Indonesia itu menurutku.. anu sih..ee.. kayak kita melihat orang-orang yang minoritas tu ada sedikit kayak.. “Ah, apaan sih..” kayak gitu lho. “Ah apaan sih” kayak gitu.. Entah, entah mungkin kalo misalnya orang, orang Jawa di komunitas orang, orang yang bukan Jawa. Dan ataupun komunitas yang lain, kayak gitu maksudnya ada rasa..ada rasa apa ya.. remeh ataupun apa ya.. sedikit terasingkan kayak gitu. Tapi ya di sini yang dicoba, mungkin ya menurutku ni..yang dicoba untuk diubah oleh iklan ini, iklannya Perindo ini ya Indonesia tu siapa sih? Yang, entah yang tingkat ekonominya tinggi.. kelas, kelasnya tinggi atau yang dia sebagai apa, dia dari latar belakang agama, suku, ras, dan sebagainya. Dia mencoba untuk me..apa ya.. menggambarkan kita tu mau di manapun

22 Berdasarkan wawancara dengan Wahyu pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW. 23 Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW.

41

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

kita kalo misalnya kita tinggal di Indonesia ya kita orang Indonesia, kayak gitu. Jadi warga Indonesia, kayak gitu.”24

Meskipun saat ini pemerintah telah mengakui bahwa etnis

Tionghoa juga merupakan bagian dari Indonesia, namun tak dapat

dipungkiri bahwa sampai saat ini masih ada anggapan bahwa etnis

Tionghoa merupakan pendatang atau orang asing. Menurut AG,

iklan “Siapakah Indonesia?” secara tidak langsung

memperkenalkan bahwa HT yang berasal dari etnis Tionghoa

adalah juga bagian dari Indonesia.

“He e.. Kalo dikait-kaitin sih sebenernya mungkin aja.. He e kayak bisa aja kan memperkenalkan secara nggak langsung kayak.. kalo misalnya dikaitin yaa.. Dia yang Tionghoa kan ee harusnya kan itu ya di.. kalo Indonesia itu bukan cuman itu aja, gitu.. kalo dia tu bagian dari Indonesia.”25

“Aku tu..setau.. bahwa itu tu kayak jadi minoritas gitu di Indonesia.. tapi kan dia sekarang udah diakui kan sama negara juga kalo dia udah suku kan.. Aku tu taunya dulu ya latar belakangnya dari Pak Soeharto ya? Yang ngebantaiin orang Papua sama orang Tionghoa.. itu sih yang aku tau ya.. terus karena dia pendatang, mungkin ya.. padahal kalo bagiku, orang Papua sana tu juga pendatang di Indonesia. Ya kalo dipikir-pikir ya, kita itu kan memang semuanya itu pendatang. Ya mungkin ada beberapa yang asli cuman kita nggak tau kan. Kayak kan yang aku tau juga ya.. Kayak Papua itu kan dari Aborigin sana, nah gitu sih.”26

Senada dengan Tiara dan AG, terkait dengan konsep iklan

yang memuat nilai Bhinneka Tunggal Ika, Favian melihat adanya

kepentingan yang terselip dalam penayangan iklan tersebut

mengingat posisi HT yang menurutnya tergolong minoritas sekali.

Favian melihat iklan tersebut dibuat untuk menyadarkan

masyarakat mengenai persamaan hak dalam keanekaragaman,

dalam arti bahwa meskipun dengan latar belakang yang berbeda-

beda namun semuanya dapat berkontribusi di bagian manapun

24 Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW. 25 Berdasarkan wawancara dengan AG pada tanggal 7 Juli 2016 di Kampus UKSW. 26 Berdasarkan wawancara dengan AG pada tanggal 7 Juli 2016 di Kampus UKSW.

42

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

karena Favian melihat masih kentalnya dominasi orang Jawa dalam

berbagai sektor. Hal ini terkait dengan konsep mayoritas-minoritas.

Selama ini adanya pembedaan mayoritas-minoritas selalu diikuti

dengan diskriminasi dan subordinasi. Di mana kelompok minoritas

seringkali masih dipandang sebelah mata, seperti halnya Ahok

yang saat ini berada di posisi DKI-1. Iklan ini ingin menunjukkan

bahwa kelompok minoritas pun bisa memimpin.

“Menurut aku kalo dari skala minoritasnya ya dia tergolong minoritas sekali.. Ya to? Kalo orang-orang pandang tentang itu kan, “Walah opo..” kayak contohnya kayak Ahok dulu sebelum jadi Gubernur tu kan..tentu kan sangat diragukan sekali to. Tau sendiri lah orang kita gimana. Minoritas sekali karena apa, mayoritas kita itu cenderung berpikir bahwa..contoh aja kayak soal agama misalnya.. mayoritas di Indonesia adalah Islam to, pasti to. Terus yang lainnya kayak pasti agak dikesampingkan, itu yang pertama. Lha, kalo agama aja udah seperti itu apalagi ras. Kan pasti mengikuti kan. Nha, terus kalo soal Hary Tanoe ini latar belakangnya seperti itu. Pandangan pertama pasti kalo aku nggak salah prediksi pasti dipandang negatif untuk orang-orang yang mayor. Karena kita lihat aja berkaca dari Ahok dulu sebelum jadi Gubernur, tapi nggak tau sih kalo sekarang dah berubah apa belum. Tapi aku harapannya jangan sampe ada lagi to. Yaa, itu.. menurutku ya dia karena dia berasal dari kelompok minor, bagi sebagian orang mayoritas dan dia menggunakan iklan Bhinneka Tunggal Ika ini..apa ya..istilahnya menarik masyarakat. Menarik untuk menyadari, pertama. Tapi nggak tau kalo urusan politiknya beda lagi. Menyadari kalo keanekaragamannya itu, semua orang tu bisa berkontribusi di bagian manapun gitu lho. Biar nggak yo orang-orang Jawa itu terus, jangan to, maksudnya kan orang lain kan masih ada.”27

“Ya mungkin dia, mungkin berpikir to kalo minoritas ki. Nanti dia berpolitik pun pasti agak dipandang apa ya namanya..dipandang berbeda lah karena ya tadi aku bilang kayak Ahok itu urusannya gimana ya mungkin sama antara ras Tionghoa ataupun kristen itu tetep pasti nanti jadi masalah atau apa sebagian orang apalagi urusannya sama FPI pasti dihujat sekali to. Jadi dia tu ingin menonjolkan “Ini lho, aku bisa. Aku nggak sama kalian pun..Aku yang berbeda dari kalian pun..em

27 Berdasarkan wawancara dengan Favian pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW.

43

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

mumpuni akan hal ini” dan kita sudah punya icon satu yaitu Ahok. Mungkin dia terinspirasi dengan itu. Tapi bagus ok.”28

Pendapat Favian seperti halnya pandangan Jefferson

mengenai hubungan konsep mayoritas dengan kekuasaan.

Jefferson (Liliweri, 2005: 100-101) berpendapat bahwa di

manapun, kekuasaan selalu berkaitan dengan mayoritas dalam

suatu masyarakat. Sehingga, orang kemudian akan

mempertanyakan akankah suatu saat seorang dari kelompok

minoritas menjadi seorang pemimpin. Untuk itulah HT ingin

menunjukkan bahwa ia mumpuni sekalipun ia berasal dari

kelompok minoritas dan dianggap berbeda.

Selama ini memang belum ada presiden Republik Indonesia

yang berlatarbelakang non muslim. Seperti dikatakan Bella

sebenarnya tidak ada ketentuan bahwa presiden Indonesia tidak

boleh orang kristen, namun demikian ia mempertanyakan mengapa

hingga saat ini tidak ada orang kristen yang menjadi presiden. Ia

menengarai bahwa hal tersebut berkaitan dengan perihal

mayoritas-minoritas di Indonesia.

“Eee.. pertamanya tu bukan dari suku ya, tapi dari agama. Secara sejarah tu nggak pernah ada yang namanya presiden Indonesia itu kristen, ya kan? Tapi, nggak ada tertulis presiden Indonesia itu dilarang kristen. Nah, tapi kenapa presiden Indonesia.. kenapa nggak ada orang beragama kristen yang muncul jadi presiden, gitu. Kayak Ahok aja, jangankan jadi Presiden, jadi Gubernur aja dia..ini..udah mau dijatuhkan..udah diancam-ancam gitu. Jadi secara nggak langsung banyak hukum-hukum..kalo agama kristen nggak boleh naik jadi presiden karna alasannya yang beredar adalah mayoritas Indonesia itu adalah agama Islam, bukan kristen, gitu.”29

Tak hanya soal agama, meskipun memiliki suku bangsa dan

budaya yang beranekaragam, namun selama ini Indonesia kerap

diidentikkan dengan Jawa, seakan-akan Indonesia hanyalah milik

orang Jawa. Hal tersebut diungkapkan oleh beberapa informan

28 Berdasarkan wawancara dengan Favian pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW. 29 Berdasarkan wawancara dengan Bella pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW.

44

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

dalam penelitian ini. Misalnya saja Frisen, ia menilai selama ini

orang Jawa-lah yang berada di barisan depan Indonesia. Bahkan

menurutnya, orang melihat Indonesia melalui Jawa. Di sini terlihat

adanya ketimpangan, bahwa suku Jawa terkesan yang ‘lebih

dipandang’ atau bahwa orang Indonesia adalah orang Jawa.

“Eee.. kalo untuk pertama kali saya lihat iklan itu yang muncul di pikiran itu biasa kan masing-masing kelompok atau etnis, mereka mau mengusung salah satu wakil untuk jadi pemimpin, biasanya. Jadi mereka pikir dari kelompok ini, dari golongan ini yang pantas jadi pemimpin atau dari golongan lain yang pantas karna berbagai macam alasan juga, mungkin pendidikan, atau memang sudah dikenal juga. Misal kalo Jawa itu seperti di barisan depannya Indonesia. Jadi orang luar lihat Indonesia melalui Jawa gitu. Akhirnya ketika ketemu suku lain, ‘Oh Indonesia gini juga to’”30

Demikian pula dengan Jikae, dirinya mengakui ada

pandangan mengenai Indonesia milik orang Jawa, khususnya di

kalangan orang-orang luar Jawa. Jumlah orang Jawa yang

merupakan penduduk mayoritas di Indonesia menumbuhkan

pemikiran-pemikiran bahwa orang Indonesia adalah orang Jawa.

Pembangunan yang tidak merata juga menjadi salah satu penyebab

munculnya pandangan tersebut. Jikae menuturkan bahwa orang-

orang Kalimantan merasa pembangunan hanya ada di Jawa dan

tidak sampai ke Kalimantan. Padahal seyogyanya pemerintah

Indonesia tidak hanya memperhatikan Jawa saja, karena wilayah

yang lain pun juga termasuk Indonesia. Kesenjangan tersebut

membuat orang lantas menyangsikan apakah daerahnya juga

dianggap sebagai bagian dari Indonesia.

Persoalan pembangunan yang tidak merata berakar dari

pelaksanaan pembangunan di era Orde Baru. Pada masa itu, Orde

Baru gagal mewujudkan pembangunan yang merata bagi seluruh

wilayah Indonesia. Pembangunan cenderung sentralistik, karena

sebagian besar pendapatan daerah juga ditarik ke pusat. Sehingga

30 Berdasarkan wawancara dengan Frisen pada tanggal 10 Juni 2016 di Kampus UKSW.

45

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

pada akhirnya pembangunan tidak dapat dinikmati oleh seluruh

rakyat Indonesia dan menyisakan berbagai persoalan lainnya, salah

satunya adalah menipisnya nilai nasionalisme di kalangan luar

Jawa. (Sutaryo dkk, 2015: 251) Maka tak heran jika mereka

menganggap Indonesia adalah Jawa. Kesan Indonesia milik Jawa

diperkuat dengan letak pusat pemerintahan yang berada di wilayah

Jawa. Menurut Jikae, persepsi mengenai Indonesia milik Jawa

inilah yang kemudian digambarkan pula oleh HT melalui iklan

“Siapakah Indonesia?”. Sehingga, iklan tersebut dibuat sebagai

upaya mengubah mindset masyarakat bahwa Indonesia bukan

hanya milik orang Jawa.

“Kan kita ini kalo nggak salah yang ketiga..negara muslim terbesar di dunia yang mayoritas..kalo sesuai yang aku pelajari yang mayoritas ya penduduk banyaknya misal agamanya yang paling banyak apa ya agama itulah yang mayoritas. Di luar agama itu ya berarti minoritas. Begitu juga etnis, etnis yang paling banyak penduduknya misalnya yang menguasai Indonesia kan. Contohnya di Jawa, nah Jawa itu bisa dikatakan itu adalah penduduk yang mayoritas di Indonesia, makanya ada slogan Indonesia itu adalah orang Jawa, gitu kan. Mungkin… si ini juga, si siapa..si..HT juga mungkin menyampaikan lewat iklannya Indonesia itu bukan cuma orang Jawa lho. Mungkin persepsinya aku orang Kalimantan kayak ‘itu Indonesia, terus kita yang di Kalimantan disebut orang mana?’ gitu kan. Jadi mungkin persepsi itu yang bisa digambarkan sama HT.”31

“Ada, aku baru inget.. Iya orang Jawa. Biasanya tu dilihat dari pembangunannya. Jadi kalo di sana tu sering ya bilang pembangunan itu cuman ada di Jawa aja ya, nggak sampe ke Kalimantan. Mungkin nggak cuman di Kalimantan. Di bagian Timur mungkin lebih parah lagi. Ada yang bilang kayak gitu malah. ‘Pemerintah tu cuma memperhatikan yang di Jawa-nya. Jawa itu kah yang Indonesia? Atau kita juga Indonesia?’”32

“Mungkin bahas etnis juga ya.. etnis Jawa, mungkin karna sejarahnya dulu kan Indonesia tu dibentuk juga pernah dijadikan ibukotanya di Yogya kan pernah.. terus sekarang di

31 Berdasarkan wawancara dengan Jikae pada tanggal 6 Juli 2016 di Kos Kemiri I no 27. 32 Berdasarkan wawancara dengan Jikae pada tanggal 6 Juli 2016 di Kos Kemiri I no 27.

46

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

Jakarta kan masih lingkup Jawa juga. Jadi mungkin lebih kentalnya Indonesia itu ya terkenalnya orang Jawa.”33

Menurut Tiara, iklan ini dibuat untuk merubah pikiran

masyarakat bahwa tidak hanya orang Jawa yang bisa memimpin.

Hal ini dikaitkan dengan HT yang dianggap berkeinginan untuk

maju ke pemilihan umum.

“Mungkin, karena mungkin gini kita kan nggak bisa.. ee aku.. mungkin, karena apa si ketua umumnya kan ingin beberapa waktu lagi menjadi seorang..apa, mencoba untuk mencalonkan ya, mencalonkan jadi presiden..atau pemimpin kayak gitu..dan itu yang coba ditampilkan, pemimpin nggak harus dari orang Jawa kok, nggak harus dari partai-partai lama kok.. partai-partai baru pun juga bisa..misalnya kayak gitu. Dan itu ya, ya tidak masalah selama tidak..selama bakat politik atau perpolitikannya dia sudah diakui, kalo aku gitu sih. Soalnya kalo misalnya duduk di pemerintahan itu adalah orang yang harus pandai..pandai..tidak hanya di uang tapi harus pandai di politik.”34

Demikian pula dengan Bella, menurutnya iklan “Siapakah

Indonesia?” secara tidak langsung menggambarkan sosok HT.

Menurutnya kebanyakan orang tidak sadar bahwa iklan tersebut

menggambarkan HT, iklan tersebut merupakan upaya HT untuk

masuk ke pemerintahan. Dalam hal ini menurut Bella HT yang

beragama Kristen dan beretnis Tionghoa ingin dirinya dianggap

sama sebagai orang Indonesia pada umumnya tanpa membedakan

sebagai minoritas atau pendatang.

“Ini pemikiran saya ya.. secara nggak langsung iklan itu menggambarkan dirinya gitu lho. Secara nggak langsung… ya itu iklan untuk mempromosikan dia tentu menggambarkan dirinya tapi banyak masyarakat yang nggak sadar kalo iklan itu menggambarkan dirinya itu, iklan itu melatarbelakangi.. apa namanya.. jalannya dia untuk masuk ke pemerintahan tu..banyak masyarakat yang nggak sadar karena ya seperti yang tadi saya bilang, dia itu bukan suku pribumi, maksudnya bukan suku asli Indonesia. Dia itu.. dan agamanya juga minoritas. Makanya tu, dia tu kayak.. ‘Janganlah ada

33 Berdasarkan wawancara dengan Jikae pada tanggal 6 Juli 2016 di Kos Kemiri I no 27. 34 Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW.

47

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

perbedaan di antara kita.. Saya ini sama, walaupun kulit saya berbeda, walaupun sejarah kita dari tempat yang berbeda, budaya kita berbeda tapi tu saya besar di sini. Saya besar di Indonesia. Saya belajar di Indonesia.’, gitu lho. ‘Saya makan dari Indonesia’, kaya gitu lho.”35

Perjuangan HT untuk merekonstruksi pandangan

masyarakat terhadap agama maupun etnisnya dapat dikatakan

sebagai bentuk politik identitas. Menurut Castells (Buchari

2014:19), politik identitas merupakan partisipasi individual pada

kehidupan sosial yang lebih ditentukan oleh budaya dan psikologis

seseorang. Identitas merupakan proses konstruksi dasar dari

budaya dan psikokultural dari seorang individu yang memberikan

arti dan tujuan hidup dari individu tersebut, karena terbentuknya

identitas adalah dari proses dialog internal dan interaksi sosial.

Kristianus (Buchari, 2014:20) mengemukakan bahwa

“politik identitas berkaitan dengan perebutan kekuasaan politik

berdasarkan identitas etnis maupun agama”. Perjuangan politik

identitas dapat juga dimaknai sebagai perjuangan kelompok

minoritas baik secara politik, sosial, maupun budaya dan ekonomi.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukannya, LSM (Lembaga

Swadaya Masyarakat) Kapal Perempuan36 menemukan dua jenis

politik identitas. Yang pertama, politik identitas yang bersumber

pada kehendak untuk mencapai dan mempertahankan atau

memelihara hegemoni kelompok mayoritas. Kedua, politik

identitas yang dilancarkan oleh kelompok minoritas untuk bertahan

dan dapat memelihara identitas kelompoknya.37

35 Berdasarkan wawancara dengan Bella pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW. 36 Kapal Perempuan merupakan singkatan dari Lingkaran Pendidikan Alternatif untuk Perempuan. LSM ini didirikan sebagai bentuk keprihatinan terhadap situasi konflik dan kekerasan akibat politik identitas berbasis suku dan agama yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia serta keprihatinan terhadap pelanggaran hak-hak asasi perempuan termasuk seksualitas dan kesehatan reproduksi perempuan serta praktek diskriminasi terhadap kelompok marginal dan minoritas. 37 Rachman, Budhy Munawar. 2010. Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme. Jakarta: Grasindo. 60-61

48

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

• Kepemimpinan Indonesia

Beberapa informan menilai konsep Indonesia yang

ditampilkan Perindo dalam iklan versi Siapakah Indonesia terkait

dengan persoalan kepemimpinan. Persoalan kepemimpinan yang

dimaksud adalah menjadi seorang pemimpin dalam konteks politik,

terutama sebagai pemimpin bangsa. Menurut informan Frisen,

selain menunjukkan keberagaman, iklan tersebut juga ingin

menunjukkan bahwa pemimpin bisa berasal dari semua golongan

atau kelompok yang ada di Indonesia. Biasanya masing-masing

kelompok atau etnis akan mengusung salah satu wakilnya untuk

menjadi pemimpin. Mereka merasa bahwa kelompoknya-lah yang

pantas menjadi pemimpin. Frisen menyebutkan orang Jawa terlihat

berada di barisan depan Indonesia, dalam arti Indonesia dikenal

dengan Jawa. Berdiri di barisan depan juga dapat diartikan bahwa

orang Jawa yang selama ini memimpin.

“Eee.. kalo untuk pertama kali saya lihat iklan itu yang muncul di pikiran itu biasa kan masing-masing kelompok atau etnis, mereka mau mengusung salah satu wakil untuk jadi pemimpin, biasanya. Jadi mereka pikir dari kelompok ini, dari golongan ini yang pantas jadi pemimpin atau dari golongan lain yang pantas karna berbagai macam alasan juga, mungkin pendidikan, atau memang sudah dikenal juga. Misal kalo Jawa itu seperti di barisan depannya Indonesia. Jadi orang luar lihat Indonesia melalui Jawa gitu. Akhirnya ketika ketemu suku lain, ‘Oh Indonesia gini juga to’”38

“Yang pertama keberagaman..keberagaman, terus yang kedua eee.. semua golongan atau kelompok yang ada di Indonesia itu bisa jadi pemimpin.”39

Mitos mengenai presiden Indonesia yang selalu Jawa telah

berkembang sejak lama. Isu etnisitas maupun agama memang

kerap diangkat sebagai isu politik, khususnya mengenai Presiden

Jawa. Memang sejauh ini presiden Republik Indonesia selalu

38 Berdasarkan wawancara dengan Frisen pada tanggal 10 Juni 2016 di Kampus UKSW. 39 Berdasarkan wawancara dengan Frisen pada tanggal 10 Juni 2016 di Kampus UKSW.

49

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

berasal dari orang Jawa, kecuali BJ Habibie yang merupakan

keturunan Bugis-Jawa. Isu mengenai Presiden Jawa pernah

mencuat menjelang pilpres 2009. Pada saat itu, Bachtiar Chamsyah

yang digadang-gadang akan maju dalam pilpres 2009 membuat

sebuah pernyataan berkaitan dengan isu Presiden Jawa dalam

wawancaranya dengan Rakyat Merdeka40 “kalau mau saya, ya jadi

presiden-lah. Tapi mana mungkin, saya kan bukan orang Jawa”41.

Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa etnisitas merupakan

salah satu variabel yang mempengaruhi elektabilitas seorang

kandidat. Selain itu, pernyataan tersebut menunjukkan bahwa

selama ini terjadi hegemoni dalam pembentukan pesan seolah-olah

hanya orang Jawa yang pantas menjadi presiden. (Widyawati,

2014: 11)

Dalam persepsi Tiara, iklan “Siapakah Indonesia?”

membawa pesan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin, jiwa

nasionalisme lebih penting daripada latar belakang etnis maupun

sosial ekonomi seseorang. Hal tersebut menurut Tiara berkaitan

dengan keinginan HT sebagai Ketua Umum DPP Perindo untuk

terjun dalam pilpres 2019. Mengingat latar belakang HT yang

bukan berasal dari etnis Jawa, iklan ini dimunculkan untuk

melawan isu Presiden Jawa. Sehingga dapat dikatakan iklan

“Siapakah Indonesia?” merupakan bentuk counter hegemony

terhadap isu Presiden Jawa.

“He e.. Jadi Indonesia bukan orang Jawa, bukan misalnya dia bekerja sebagai supir, sebagai tukang jamu, misalnya kayak gitu kan, tapi ya Indonesia ya apapun kamu..kamu merasa

40 Rakyat Merdeka merupakan surat kabar nasional yang tergabung dalam Jawa Pos Group. Sejak awal diterbitkan, fokus pemberitaan terletak pada isu-isu sosial dan politik. Rakyat Merdeka dikenal sebagai koran politik yang menyajikan berita-berita yang keras. Hal tersebut dikarenakan sikap Rakyat Merdeka yang selalu menempatkan diri sebagai oposisi terhadap pemerintahan. 41 Widyawati, Etnisitas Dan Agama Sebagai Isu Politik: Kampanye JK-Wiranto Pada Pemilu 2009. (Jakarta: Yayasan Obor, 2014), hlm. 8)

50

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

Indonesia adalah bagian dari dirimu ya.. siapapun bisa jadi pemimpin, kayak gitu lho.”42

“Mungkin, karena mungkin gini kita kan nggak bisa.. ee aku.. mungkin, karena apa si ketua umumnya kan ingin beberapa waktu lagi menjadi seorang..apa, mencoba untuk mencalonkan ya, mencalonkan jadi presiden..atau pemimpin kayak gitu..dan itu yang coba ditampilkan, pemimpin nggak harus dari orang Jawa kok, nggak harus dari partai-partai lama kok.. partai-partai baru pun juga bisa..misalnya kayak gitu. Dan itu ya, ya tidak masalah selama tidak..selama bakat politik atau perpolitikannya dia sudah diakui, kalo aku gitu sih. Soalnya kalo misalnya duduk di pemerintahan itu adalah orang yang harus pandai..pandai..tidak hanya di uang tapi harus pandai di politik.”43

Dalam persepsi Wahyu, iklan ini berupaya untuk ‘menjual’

HT. Secara tidak langsung Wahyu mengungkapkan bahwa ia

melihat keinginan HT untuk mencalonkan diri sebagai presiden.

Namun hal tersebut tidak ditunjukkan secara gamblang tetapi lebih

dengan menunjukkan bahwa HT adalah sosok yang peduli terhadap

bangsa Indonesia.

“Memperkenalkan..kayak gini deh..nggak usah ngomongin Hary Tanoe. Kayak misalnya bentar lagi Salatiga mau pemilihan wali kota. Sekarang di banner-banner di Salatiga itu nggak ngomongin ‘Ayo pilih saya untuk Wali Kota taun 2016’..endak.. tapi liat gambar gede, orang, namanya siapa terus bawahnya..ee..”orang ini peduli terhadap pembangunan Salatiga.” Ibaratnya kayak gitu, nah ibaratnya tu sama kayak Hary Tanoe. Jadi enggak ‘Ayo pilih Hary Tanoe sebagai presiden setelah Jokowi’, enggak. Tapi ‘Hary Tanoe peduli dengan Indonesia dan partainya itu partai Perindo’. Jadi ibaratnya memperkenalkan wajahnya…wajahnya si Hary Tanoe.”

Frisen juga mengungkapkan bahwa iklan ini berkaitan

dengan HT. Menurutnya, karena HT masuk dalam golongan yang

minoritas maka melalui iklan ini HT ingin menunjukkan bahwa

siapa saja bisa menjadi pemimpin, terlepas dari latar belakang

golongan.

42 Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW. 43 Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW.

51

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

“Betul..ada sih..ada iya, mungkin dia masuk di golongan-golongan yang saya maksud itu. Maksudnya siapa saja bisa jadi pemimpin, kayak tadi biasa kan kebanyakan parpol mereka fokusnya ke kelompok yang massanya banyak jadi kemungkinannya besar untuk diangkat jadi pemimpin. Tapi sebenernya siapapun dia biarpun gak ada sama sekali yang dukung seperti pak Ahok dimulai dari satu-satu orang seperti itu, KTP, tapi sebenernya sapa saja bisa.”44

Menurut Jikae melalui iklan ini HT ingin menunjukkan

bahwa meskipun berasal dari etnis Tionghoa namun HT bisa

berbaur dengan masyarakat. Selain itu, ia ingin membuktikan

bahwa tidak hanya mayoritas yang bisa jadi pemimpin. Minoritas

yang selama ini kadang dilupakan juga bisa maju sebagai

pemimpin.

“Ya bisa juga, karna dia kan etnisnya Chinese. Lewat iklannya dia menunjukkan, dia lho etnis yang minoritas tapi dia bisa hadir gitu lho di tengah-tengah.. dan dia membuktikan juga mungkin nggak selamanya orang-orang yang mayoritas itu jadi pemimpin tapi orang yang minoritas kadang dilupakan tapi bisa untuk maju ke depan. Contohnya kan HT itu sendiri lewat partainya dia.”

Senada dengan Frisen dan Jikae, Favian pun mengatakan

bahwa makna Indonesia yang ditampilkan dalam iklan ini

berkaitan dengan keinginan HT untuk terjun dalam bidang politik.

Melalui iklan ini HT ingin menunjukkan bahwa meskipun dirinya

dipandang berbeda (dalam hal ini karena minoritas) namun dirinya

juga mumpuni untuk menjadi seorang pemimpin. Favian

mencontohkan Ahok, menurutnya Ahok sudah menjadi icon

sebagai minoritas yang bisa menjadi pemimpin. Hal itulah yang

ingin ditonjolkan di sini.

“Ya mungkin dia, mungkin berpikir to kalo minoritas ki. Nanti dia berpolitik pun pasti agak dipandang apa ya namanya..dipandang berbeda lah karena ya tadi aku bilang kayak Ahok itu urusannya gimana ya mungkin sama antara ras Tionghoa ataupun kristen itu tetep pasti nanti jadi masalah atau

44 Berdasarkan wawancara dengan Frisen pada tanggal 10 Juni 2016 di Kampus UKSW.

52

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

apa sebagian orang apalagi urusannya sama FPI pasti dihujat sekali to. Jadi dia tu ingin menonjolkan “Ini lho, aku bisa. Aku nggak sama kalian pun..Aku yang berbeda dari kalian pun..em mumpuni akan hal ini” dan kita sudah punya icon satu yaitu Ahok. Mungkin dia terinspirasi dengan itu. Tapi bagus ok.”

Secara umum, persepsi mahasiswa dalam konteks

kepemimpinan mengarah pada upaya untuk menunjukkan bahwa

pemimpin itu bisa berasal dari golongan manapun, bukan hanya

orang jawa atau dari golongan-golongan tertentu. Secara khusus

dalam iklan ini ingin menunjukkan bahwa minoritas bisa menjadi

pemimpin. Seperti halnya HT yang minoritas pun bisa menjadi

pemimpin. Persepsi juga dikaitkan dengan karakteristik pemimpin

sebagai sosok yang bisa berbaur, mempunyai kepedulian terhadap

bangsa. Hal ini berkaitan dengan pembahasan konsep mayoritas-

minoritas di mana mayoritas-minoritas itu setara, sama-sama

Indonesia.

• Hubungan Antar Konsep

Dalam interpretasi para informan keempat konsep tersebut

saling berkaitan satu sama lain. Peneliti mencoba menggambarkan

hubungan antara konsep-konsep yang muncul ke dalam bagan

berikut.

Bagan 2 : Hubungan Antar Konsep Kunci

1

Bhinneka Tunggal Ika

Mayoritas-minoritas

Nasionalisme (konsep kebangsaan)

Kepemimpinan Indonesia

2 3

4

6 5

53

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

Penjelasan peneliti jabarkan berdasarkan penomoran hubungan-

hubungan yang peneliti gambarkan dalam bagan.

1. Sebagaimana kita ketahui, nasionalisme Indonesia merupakan

konsep nasionalisme yang lintas etnis. Sebagai

konsekuensinya, nilai persatuan mutlak perlu dijunjung tinggi

di tengah perbedaan tersebut sehingga memunculkan gagasan

semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai wujud konkrit dari

nilai persatuan tersebut.

2. Informan mengaitkan konsep kebangsaan Indonesia yang

ditampilkan dalam iklan tersebut dengan konsep

kepemimpinan. Nasionalisme menciptakan karakter

kepemimpinan yang ideal, di mana dalam pandangan para

informan maupun masyarakat secara luas, pemimpin tentunya

harus memiliki jiwa nasionalisme. Bahkan dalam persepsi

para informan untuk menjadi seorang pemimpin, terlepas dari

apapun latar belakang suku maupun agamanya, yang lebih

penting adalah jiwa nasionalismenya. Dalam iklan tersebut HT

dicitrakan sebagai sosok yang nasionalis. Informan melihat

adanya wacana HT untuk terjun dalam pemilihan umum yang

akan datang.

3. Konsep kebangsaan Indonesia yang beraneka ragam,

meskipun tak dikehendaki, memunculkan dikotomi mayoritas-

minoritas dan politik identitas.

4. Dari temuan peneliti, konsep mayoritas-minoritas berpengaruh

terhadap konsep kepemimpinan Indonesia. Dikotomi

mayoritas-minoritas secara implisit menunjukkan posisi

dominan dan inferior. Tak dapat dipungkiri bahwa dominasi

mayoritas dalam berbagai bidang termasuk politik masih

kental dalam pandangan masyarakat. Dalam penelitian ini,

dominasi mayoritas dalam bidang politik tampak dalam

munculnya gagasan-gagasan seperti “Presiden Jawa” ataupun

54

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

“Presiden Islam”. Gagasan tersebut muncul dalam pernyataan

para informan. Gagasan seperti “Presiden Jawa” ataupun

“Presiden Islam” merupakan bentuk karakterisasi pemimpin

Indonesia, bahwa Presiden harus orang Jawa, atau harus

beragama Islam. Sementara HT merupakan bagian dari

kelompok minoritas sehingga melalui iklan “Siapakah

Indonesia?” hal tersebut coba diubah melalui perumusan

konsep Indonesia yang menyiratkan adanya persamaan hak

untuk semua etnis maupun agama.

5. Berkaitan dengan hubungan yang dijabarkan dalam nomor 4,

konsep Bhinneka Tunggal Ika dimunculkan dalam iklan

“Siapakah Indonesia?” sebagai bentuk politik identitas kaum

minoritas. Penggambaran konsep bhinneka tunggal ika dalam

iklan tersebut dimaknai bahwa Indonesia bukan hanya milik

satu dua suku bangsa saja namun Indonesia adalah milik

segala suku bangsa yang ada di dalamnya. Sehingga

diharapkan masyarakat tak lagi membeda-bedakan baik dalam

segi etnis maupun agama, khususnya berkaitan dengan

dikotomi mayoritas-minoritas.

6. Konsep bhinneka tunggal ika yang berarti ‘meskipun berbeda-

beda tetapi tetap satu’, selain melambangkan makna toleransi

dan persatuan dari berbagai unsur yang berbeda juga

menunjukkan adanya kesetaraan. Bahwa di antara yang

berbeda-beda tersebut tidak ada yang ‘lebih Indonesia’ atau

‘kurang Indonesia’, namun semuanya sama-sama Indonesia.

Konsep ini merupakan counter hegemony terhadap

karakterisasi pemimpin Indonesia yang harus Jawa, atau harus

Islam. Jadi, siapa saja bisa menjadi seorang pemimpin di

Indonesia, tanpa dibatasi oleh suku, agama, maupun golongan.

55

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

4.2.3. Reaksi

Reaksi (Sobur, 2003) adalah bagaimana seseorang bertindak

sehubungan dengan informasi yang telah diserap. Reaksi terdiri

dari reaksi tersembunyi yaitu pendapat/sikap dan reaksi terbuka

sebagai tindakan yang nyata sehubungan dengan tindakan yang

tersembunyi. Dalam penelitian ini, reaksi para informan dapat

dilihat melalui sikap informan, bagaimana penerimaan para

informan terhadap konsep Indonesia yang ditayangkan, apakah

informan setuju dengan konsep Indonesia dalam iklan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, mereka

cenderung setuju dengan konsep Indonesia yang ditayangkan

dalam iklan tersebut. Menurut para informan, iklan “Siapakah

Indonesia?” telah dapat memberikan gambaran mengenai

Indonesia.

Informan Favian mengungkapkan pendapatnya mengenai

iklan “Siapakah Indonesia?” secara umum. Menurut Favian, secara

umum iklan tersebut bagus karena menunjukkan keanekaragaman

budaya, agama, suku di Indonesia. Menurutnya, keanekaragaman

Indonesia memang harus dijunjung tinggi. Dalam hal ini, pendapat

yang ia kemukakan menunjukkan sikap setujunya terhadap makna

Indonesia yang ditayangkan Perindo.

“Secara umum, ya? Secara umum itu bagus lah. Pertama, menunjukkan keanekaragaman budaya, agama, suku. Pokoknya mengandung SARA lah..ditampakkan di sana semua, Bhinneka Tunggal Ikanya diperlihatkan. Em, itu menurutku suatu iklan yang bagus karena apa namanya? Keanekaragaman Indonesia memang harus dijunjung tinggi apalagi sebagai partai harus memperlihatkan hal itu. Karna ya yang kita lihat banyak sekali diskriminasi SARA dan lain sebagainya di mana-mana. Ya meskipun kita terlalu.. Apa namanya.. Bukan terlalu sih..mengkoar-koarkan Bhinneka Tunggal Ika, kita harus tau keanekaragaman. Tapi yang kita

56

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

lihat di sini masih ada, ya masih ada yang mendiskriminasikan SARA. tapi itu cukup bagus, sih.”45

Senada dengan Favian, informan Jikae juga mengaku setuju

dengan makna Indonesia yang ditayangkan Perindo. Ia sependapat

bahwa kita tidak perlu memandang (membeda-bedakan) agama,

etnis, maupun kelas sosial karena semuanya sama-sama Indonesia.

“Eeemmm.. setuju.. Setuju aja sih, karena kenyataannya ya gitu.. mungkin dia bilang kalo misalnya nggak usah memandang agama ya nggak usah memandang etnis kan. Karena di situ kan yang dua itu.. nggak memandang orang kaya atau miskin tetep aja Indonesia.. iya kan? Buatnya Perindo sih. Tapi di Kalimantan ada nggak ya? Kayaknya udah ada deh.”46

Menurut informan RA, iklan “Siapakah Indonesia?” bagus

karena iklan tersebut tidak sekedar mempromosikan partai tetapi

mengandung pesan mengenai bagaimana Indonesia yang

seharusnya. RA pun setuju dengan konsep Indonesia yang

ditayangkan Perindo dan mengaku karenanya ia menyukai iklan

“Siapakah Indonesia?”. Dalam hal ini RA menegaskan rasa

sukanya dengan menonton iklan tersebut lebih dari tiga kali karena

ia menonton iklan tersebut berulang-ulang secara sengaja melalui

youtube, dalam arti bukan secara insidental ketika menonton di

televisi.

“Enggak… Oh kesannya ya, ngerti-ngerti.. jadi, eee.. kalo menurutku itu..buk.. ya di la… di satu sisi memang itu dia untuk mempromosikan tempatnya dia, partainya dia tapi kalo menurutku ada pesennya sih. Ya kenapa aku bilang bagus itu karena ada pesennya di mana, maksudnya itu lebih ke arah eee bagaimana Indonesia itu seharusnya. Ya kan, itu kan inti iklannya? Bener nggak?”47

“Karena ada pesen yang disampein dan pesennya bagus menurut aku. Jadi yang aku suka itu, kalo menurutku iklan di Indonesia tu kebanyakan eee… nggak ada pesennya,

45 Berdasarkan wawancara dengan Favian pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW. 46 Berdasarkan wawancara dengan Jikae pada tanggal 6 Juli 2016 di Kos Kemiri I no 27. 47 Berdasarkan wawancara dengan RA pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW.

57

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

kebanyakan. Dan ini meskipun iklannya itu untuk promosiin partainya dia, tapi ada pesen yang ingin disampein dan menurutku kenapa itu bagus. Jadi orang itu nggak cuman sekedar nonton acara yang nggak ada isinya, nggak ada meaning-nya gitu lho. Itu bagusnya kenapa karena ada meaning-nya.”48

“Setuju. Makanya aku suka, dan aku bilang bagus, dan aku nontonnya lebih dari tiga kali.”49

Dari penjabaran persepsi di atas, peneliti melihat bahwa setiap

informan mempersepsikan makna Indonesia dengan gaya yang berbeda-beda,

namun secara keseluruhan persepsi yang timbul kurang lebih sama. Hal

tersebut dapat dilihat dari kecenderungan yang ada pada setiap komponen:

seleksi, interpretasi, reaksi. Pada komponen seleksi, hal yang menjadi

perhatian para informan adalah keanekaragaman budaya Indonesia yang

ditayangkan di awal iklan. Dalam menginterpretasi makna Indonesia,

interpretasi para informan cenderung berkembang di sekitar empat konsep

kunci: nasionalisme, bhinneka tunggal ika, mayoritas-minoritas, dan

kepemimpinan. Kemudian reaksi yang timbul pun kurang lebih sama, para

informan cenderung setuju pada makna Indonesia yang ditayangkan Perindo.

Adanya kesamaan persepsi ini sejalan dengan teori Kategori Sosial.

Menurut DeFleur dan Ball-Rokeach, pertemuan khalayak dengan media

dapat dijelaskan dengan menggunakan perspektif kategori sosial. Dalam

perspektif Kategori Sosial, diasumsikan bahwa dalam masyarakat terdapat

kelompok-kelompok sosial yang reaksinya terhadap stimuli tertentu

cenderung sama. Anggota-anggota kategori tententu akan cenderung memilih

isi komunikasi yang sama dan akan memberikan respons kepadanya dengan

cara yang hampir sama pula (Rakhmat, 2007:204).

Kategori yang dimaksud adalah kategori sosial di mana masyarakat

dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan persamaan status

sosial tertentu. Pengkategorian tersebut dapat didasarkan pada usia, jenis

kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, tempat tinggal, ataupun agama.

48 Berdasarkan wawancara dengan RA pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW. 49 Berdasarkan wawancara dengan RA pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW.

58

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

Dalam penelitian ini para informan memiliki kesamaan kategori sosial, yaitu

mahasiswa. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa para informan

memberikan tanggapan yang kurang lebih sama terhadap makna Indonesia

dikarenakan berasal dari kategori sosial yang sama pula.

4.3. Kesesuaian Persepsi Mahasiswa Dengan Pandangan Partai

Selain melakukan wawancara untuk mendapatkan data mengenai

persepsi mahasiswa terhadap makna Indonesia dalam iklan “Siapakah

Indonesia?”, peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak partai untuk

mengetahui pandangan-pandangan partai mengenai konsep-konsep yang

muncul dalam persepsi para informan mahasiswa. Hal ini dimaksudkan untuk

melihat adakah kesesuaian antara pandangan partai dengan apa yang

mahasiswa persepsikan dari iklan “Siapakah Indonesia?”. Wawancara

dilakukan dengan mengambil Ketua DPD Perindo Salatiga dan Ketua DPW

Perindo Jawa Tengah sebagai informan50.

4.3.1. Pandangan Partai

• Nasionalisme

Nasionalisme dipahami sebagai keterlibatan berbagai

elemen masyarakat tanpa membeda-bedakan. Hal ini berkaitan

dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika. Informan menekankan

bahwa nasionalisme membawa Perindo untuk tidak membedakan

seorang dengan yang lain. Namun masing-masing adalah sama dan

saling bersinergi.

“Kalau menurut Perindo itu nasionalisme itu juga kita itu bisa ditempatkan di mana-mana ya, dalam artian Perindo ini kan partai yang baru tapi partai yang besar. Nah itu tadi yang dikatakan nasionalisme, kita semua itu orang nasionalisme. Nah kita bisa masuk ke mana-mana itu bisa.”51

“Dalam arti seperti ini, Perindo itu masuk ke golongan orang punya bisa, orang nggak punya bisa. Orang kaya dan orang miskin semua bisa. Jadi nasionalnya itu bisa gitu lho. Jadi kita

50 Transkrip terlampir. 51 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Putri Dewi Candra Sri, Ketua DPD Perindo Salatiga pada tanggal 25 Agustus 2016 di Jalan Mayangsari, Salatiga (rumah informan).

59

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

itu, piye yo, nasionalnya itu kita nggak pernah membedakan. Jadi umpama kita ketemu dengan DPC kita atau DPD kita secara nasional itu bisa membaur begitu.”52

“Membudaya ya. Saya kita itu membudaya. Perindo itu membudaya gitu. Jadi ya pokoknya membudaya dalam artian bisa masuk ke mana-mana itu. Nah nasionalismenya di situ. Jadi dia tidak seperti ini, membawa Perindo itu untuk siapa kamu, siapa aku, itu enggak. Membawa Perindo ini, siapa kamu ya itu saya. Siapa saya itu ya kamu, gitu. Jadi bisa saling sinergi itu lho dek.”53

Nasionalisme sebagai rasa kebangsaan, di mana dalam iklan

versi “Siapakah Indonesia?” terkandung harapan untuk dapat

menggugah rasa kebangsaan itu lebih lagi. Rasa kebangsaan ini

berkaitan dengan adanya rasa memiliki terhadap bangsa. Rasa

memiliki menciptakan kepedulian pada kondisi bangsa dalam diri

anggota masyarakat. Ketika seseorang merasa memiliki bangsanya

maka ia akan mengusahakan untuk memperbaiki kondisi

bangsanya. Dengan demikian nasionalisme inilah yang mendorong

orang-orang untuk turut berperan dalam memajukan bangsa.

“Saya kira kalo bangsa Indonesia itu pemahamannya sudah bagus ya. Sekarang orang Indonesia tu nggak ada yang bodo. Sekarang orang Indonesia itu pinter-pinter. Jadi seperti anak aja dengar lagu, itu aja dia udah bisa baca, jadi dia bisa menirukan. Nek saya lihat bangsa ini sudah maju ya, bangsa ini memang bangsa besar yang sudah keIndonesiaannya di situ sudah banyak. Ya itu tinggal pembenahan dikit. Mungkin pembenahan, penerapannya itu lho. Penerapannya dalam arti seperti ini. Saya bangsa Indonesia, saya bangsa besar. Itu gimana kalo saya pengen maju, apa yang harus saya lakukan. Itu mereka mungkin semuanya dah pinter itu. Nah ini, pengelolaan ekonomi cuman begini, kesenjangan masih ada. Kesenjangan itu memang masih ada karena kan tidak mungkin namanya bangsa ini semuanya kaya kan ndak mungkin. Pasti ada yang miskin, ada yang cukup, ada yang ekonominya lebih tinggi. Nah mungkin dengan tayangan “Siapakah Indonesia?” itu menggugah orang-orang seperti konglomerat, seperti yang sudah jadi, orang-orang yang kaya, orang-orang yang punya

52 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Putri Dewi Candra Sri, Ketua DPD Perindo Salatiga pada tanggal 25 Agustus 2016 di Jalan Mayangsari, Salatiga (rumah informan). 53 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Putri Dewi Candra Sri, Ketua DPD Perindo Salatiga pada tanggal 25 Agustus 2016 di Jalan Mayangsari, Salatiga (rumah informan).

60

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

harta sampai ke luar negeri. Menggugah itu supaya bisa ah saya tak pulang aja ke Indonesia. Gimana saya membenahi Indonesia. Saya akan mendirikan sesuatu, yang nanti saya akan menyerap tenaga kerja atau bagaimana. Nah mungkin menggugah itu. Kalo saya melihat kok dari berbagai macem itu saya melihatnya seperti itu.”54

“Nhaa rasa kebangsaannya itu ada gitu lho. Kalo saya melihat seperti itu.”55

Demikian pula dengan Bapak Siswadi, beliau

mengungkapkan bahwa nasionalisme sebagai rasa kebangsaan

yang menerima semua yang ada di Indonesia. Nasionalisme

merupakan rasa memiliki terhadap bangsa yang diwujudkan dalam

serangkaian tindakan yaitu memelihara, memberdayakan, dan

mempertahankan. Informan juga menuturkan bahwa nasionalisme

itu diukur dari sejauh mana kita mewujudkan nasionalisme tersebut

dalam tindakan sehari-hari.

“Jadi gini, nasionalisme itu rasa kebangsaan ya to? Rasa kebangsaan kita ya to, yang menerima semua apa yang ada di Indonesia ini. Memelihara, memberdayakan, dan mempertahankan. Gitu to. Jadi nasionalismenya tinggi tapi begitu ada ISIS masuk, ‘wah gah nek kui rak melu-melu’, nggak bisa. Jadi merasa memiliki, memelihara, memberdayakan, dan mempertahankan. Nah itu rentetan bentuk, suatu bentuk nasionalisme.”56

“Jadi pandangan nasional itu tadi. Bangsa Indonesia yang merasa memiliki terus eee menjaga ya, memberdayakan, dan mempertahankan. Kalo mempertahankan kelihatannya konotasinya perang ya, tidak. Belum tentu. Misalnya kamu merasa memiliki, numpak mobil opo motor, bendera merah putih kok roboh, ini contoh sing paling gampang. Jadi pak Sis memberikan gamblang seperti itu. O ya kan medun sik to, didhegke ojo malah dilindes lha kadung ok. Lha itu lhoo.. itu bentuk itu rasa memiliki. Lha menjaganya di situ. Terus memberdayakan, freeport akeh-akeh males lah engko kekke asing wae paling duit e gowo rene. Nha itu tidak

54 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Putri Dewi Candra Sri, Ketua DPD Perindo Salatiga pada tanggal 25 Agustus 2016 di Jalan Mayangsari, Salatiga (rumah informan). 55 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Putri Dewi Candra Sri, Ketua DPD Perindo Salatiga pada tanggal 25 Agustus 2016 di Jalan Mayangsari, Salatiga (rumah informan). 56 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Siswadi Selodipoero, Ketua DPW Perindo Jawa Tengah pada tanggal 29 Agustus 2016 di Kantor DPW Perindo Jawa Tengah.

61

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

memberdayakan. Breakdown-nya seperti itu. Dan mempertahankan tidak harus perang lawan Malaysia lawan Inggris, enggak. Ada ISIS, sekarang merah putih harus di bawah bendera perang yang tulisan arab itu, kita pertahankan. Itu belum tentu dengan cara perang to. Kira-kira gitu. Itu contoh nasionalismenya, nah ukuran nasionalisme itu, wah nasionalismenya tinggi, nasionalismenya biasa-biasa saja, ya tinggal yang kamu lakukan itu kebanyakan atau kamu khusus. Terus kamu nulis tentang ideologi asing, yang tidak sesuai dengan ideologi bangsaa, itu rasa nasionalismenya tinggi. Tapi kalo hanya merdeka pas 17an tok ya..tapi dah nasionalisme dia, tetep nasionalisme.”57

• Bhinneka Tunggal Ika

Pandangan Perindo mengenai Bhinneka Tunggal Ika terkait

dengan konsep iklan yang menampilkan berbagai suku. Iklan

tersebut menunjukkan bahwa Indonesia yang terdiri dari berbagai

suku dan bahasa namun bisa menjadi satu. Selain itu sebagaimana

ditunjukkan dalam iklan, di Indonesia masih ada kesenjangan

antara si kaya dan si miskin. Ini menggambarkan keadaan

Indonesia yang beraneka ragam baik dalam hal budaya maupun

kelas sosial, namun semuanya terangkum menjadi satu sebagai

bangsa.

“Emm.. saya kira ya kalo iklan itu ya kita berbagai suku. Berbagai suku. Jadi, siapakah saya dan siapakah Indonesia. Itu mereka itu akan istilahnya mengungkapkan ini lho Indonesia, berbagai suku, berbagai bahasa bisa terangkum jadi satu itu bangsa Indonesia itu. Jadi saya kira itu. Jadi berbagai…eee…di luar konsep-konsep yang dimengerti sama masyarakat itu sulit, dengan tayangan itu kan mungkin mereka bisa itu, O berarti bangsa ini akan seperti ini. Itu. Saya kira itu kapasitasnya mungkin ke DPP ya. Cuman yang kita sebagai orang awam, melihat itu kan suku, bahasa, itu berbagai to ya. Tapi kenapa bisa menjadi satu? Ya mungkin itu yang diangkat oleh Perindo seperti itu.”58

“Saya kira kalo bangsa Indonesia itu pemahamannya sudah bagus ya. Sekarang orang Indonesia tu nggak ada yang bodo.

57 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Siswadi Selodipoero, Ketua DPW Perindo Jawa Tengah pada tanggal 29 Agustus 2016 di Kantor DPW Perindo Jawa Tengah. 58 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Putri Dewi Candra Sri, Ketua DPD Perindo Salatiga pada tanggal 25 Agustus 2016 di Jalan Mayangsari, Salatiga (rumah informan).

62

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

Sekarang orang Indonesia itu pinter-pinter. Jadi seperti anak aja dengar lagu, itu aja dia udah bisa baca, jadi dia bisa menirukan. Nek saya lihat bangsa ini sudah maju ya, bangsa ini memang bangsa besar yang sudah keIndonesiaannya di situ sudah banyak. Ya itu tinggal pembenahan dikit. Mungkin pembenahan, penerapannya itu lho. Penerapannya dalam arti seperti ini. Saya bangsa Indonesia, saya bangsa besar. Itu gimana kalo saya pengen maju, apa yang harus saya lakukan. Itu mereka mungkin semuanya dah pinter itu. Nah ini, pengelolaan ekonomi cuman begini, kesenjangan masih ada. Kesenjangan itu memang masih ada karena kan tidak mungkin namanya bangsa ini semuanya kaya kan ndak mungkin. Pasti ada yang miskin, ada yang cukup, ada yang ekonominya lebih tinggi. Nah mungkin dengan tayangan “Siapakah Indonesia?” itu menggugah orang-orang seperti konglomerat, seperti yang sudah jadi, orang-orang yang kaya, orang-orang yang punya harta sampai ke luar negeri. Menggugah itu supaya bisa ah saya tak pulang aja ke Indonesia. Gimana saya membenahi Indonesia. Saya akan mendirikan sesuatu, yang nanti saya akan menyerap tenaga kerja atau bagaimana. Nah mungkin menggugah itu. Kalo saya melihat kok dari berbagai macem itu saya melihatnya seperti itu.”59

Makna Bhinneka Tunggal Ika adalah kesatuan dari semua

yang ada. Semua yang ada di sini artinya semua unsur yang ada di

Indonesia baik suku, agama, kelas sosial. Bhinneka Tunggal Ika

sebagai semboyan negara berfungsi untuk mengingatkan

masyarakat mengenai nilai persatuan tersebut.

“Bhinneka tunggal ika itu kan hanya tulisan. Untuk mengingatkan. Yang paling bener perwujudannya, aktualisasinya adalah dalam kehidupanmu sehari-hari.“60

“ya kesatuan semua yang ada to. Semua yang ada to, dari segala suku. Bhinneka macem-macem, tunggal itu satu, ika itu karep ya, kemauan.”61

• Mayoritas-minoritas

Terkait dengan konsep mayoritas-minoritas, Perindo tidak

ingin dianggap sebagai partai minoritas. Minoritas dalam hal ini

59 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Putri Dewi Candra Sri, Ketua DPD Perindo Salatiga pada tanggal 25 Agustus 2016 di Jalan Mayangsari, Salatiga (rumah informan). 60 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Siswadi Selodipoero, Ketua DPW Perindo Jawa Tengah pada tanggal 29 Agustus 2016 di Kantor DPW Perindo Jawa Tengah. 61 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Siswadi Selodipoero, Ketua DPW Perindo Jawa Tengah pada tanggal 29 Agustus 2016 di Kantor DPW Perindo Jawa Tengah.

63

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

dikaitkan dengan perbedaan agama yang ada di Indonesia.

Berdasarkan wawancara dengan ketua DPD Perindo Salatiga,

beliau mengungkapkan bahwa Perindo tidak membatasi dan

membedakan agama yang masuk dalam partainya. Beliau

menambahkan, bahwa dikotomi mayoritas-minoritas sebenarnya

keliru. Indonesia sebagai bangsa yang besar seharusnya bisa

berbaur. Dengan adanya persatuan dari berbagai elemen tersebut

diharapkan dapat membawa perubahan bagi Indonesia.

“Kalo Perindo ini, ini ya, bukan partai minoritas. Itu bukan begitu, seperti itu. Kita ini, bangsa ini, walaupun toh berbagai agama, Perindo ini bisa masuk ke mana aja. Yang saya udah jalani sekarang ini Kristen, Katolik, Islam, Budha pun masuk semua di Perindo. Jadi kalo ada orang bilang kita itu orang minoritas. Itu sebenernya keliru, kita itu seharusnya berbaur ya, karena kita itu bangsa yang besar. Bangsa yang besar dan ini akan membawa perubahan kan bila semuanya bisa bersatu. Itu yang saya tau.”62

Pernyataan di atas menunjukkan sikap Perindo terhadap

dikotomi mayoritas-minoritas. Senada dengan yang disampaikan

Bu Dewi, Pak Siswadi pun menyampaikan hal yang sama. Bagi

Perindo, tidak ada dikotomi mayoritas-minoritas. Semuanya

dianggap sama. Beliau kemudian memisalkan apabila HT yang

notabene merupakan berasal dari etnis Tionghoa dan beragama

katolik mencalonkan diri sebagai presiden, tidak ada masalah

dengan itu sejauh konstitusi tidak melarang. Di sini informan

berbicara mengenai persamaan hak sebagai warga negara.

Informan mengakui dikotomi mayoritas-minoritas menjadi

kendala, namun sebagaimana telah disampaikan sebelumnya

bahwa secara legal tidak ada ketentuan bahwa calon presiden harus

dari agama tertentu jadi sah-sah saja jika Hary Tanoe ingin jadi

presiden, dipilih atau tidak itu soal lain tergantung pada penilaian

62 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Putri Dewi Candra Sri, Ketua DPD Perindo Salatiga pada tanggal 25 Agustus 2016 di Jalan Mayangsari, Salatiga (rumah informan).

64

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

masyarakat. Sehingga agar dapat dipilih perlu ditunjukkan figur

seperti apakah Hary Tanoe sesungguhnya.

“Tidak ada, menganggap tidak ada. Semua sama tadi lho. Kalo kita menganggap ada dia jadi besar itu yang memunculkan isu itu. Contoh gini, saya muslim ya. Paham betul mengenai garis-garis kehidupan kebangsaan. Saya dulu kader tingkat nasional PDI Perjuangan, bidang ideologi saya, jadi paham betul, wareg to ya. Pak Hary Tanoe nyalon dia kan Chinese dan Katolik. Apa salahnya? Undang-undang Dasar mengatur atau tidak? Undang-undang dasar turunannya adalah undang-undang tentang pemilu, tentang pilpres, ngatur atau tidak? Kalo nggak diatur boleh. Dipilih atau tidak kembali kepada masyarakat, tingkat penilaiannya seperti apa. Memang kendala seperti itu ada sih. Tidak tidak ada.. ada.. makanya sekarang saya juga mengingatkan kepada Pak Hary Tanoe, kebetulan saya ketua Dewan Pimpinan Wilayah seluruh Indonesia paling tuo, saya sudah 65 saya. Saya bilang. Gini pak, Bapak boleh dateng ke pesantren. Dateng ke kyai ini itu silakan, tapi niat yang paling dalem, ya. Tokoh ketemu tokoh. Kalo boleh tokoh minta doa kepada tokoh. Lho itu kan Pak Hary Tanoe kan katolik, tapi yang didatangi Mbah Maimun Zubair, kyai khos Nahdlatul Ulama. Nggak papa. Mendoakan kan sesuai agamanya yang mendoakan.”63

“Jadi gitu, ya.. kamu kan meh tanya itu jan jan e. saya paham situasi kebatinan kamu, nyinggung nggak ke pak sis gitu. Kan Hary Tanoe nyalon presiden kan, pengen jadi presiden kan boleh saja, hak dia. Lha kembali kepada konstitusi bangsa, selama tidak diatur dalam undang-undang dasar. Undang-undang dasar kan anu, grand norm, jadi apa. Undang-undang tertinggi gitu kan. Itu di bawahnya baru undang undang pelaksana, di bawahnya lagi baru peraturan pemerintah. Jadi undang-undang dasar tu paling tinggi, di bawahnya baru undang-undang pemilu. Di bawahnya ada undang-undang opo wae. Pelaksanaannya baru peraturan pemerintah. Lah peraturan pemerintah tidak boleh tabrakan dengan undang-undang, undang-undang juga tidak boleh tabrakan dengan undang-undang dasar. Nah, undang-undang yang tabrakan dengan undang-undang dasar wasitnya Mahkamah Konstitusi. Nah di sini nggak ada di undang-undang dasar kan, di undang-undang pemilu nggak ada, pilpres nggak ada, Kpu ngga ada, peraturan yang pelaksanaan nggak ada. Berarti boleh kan? Sah. Dipilih nggak dipilih itu nomer dua nomer empat nomer sekian urusan masyarakat wong akeh banget ok. Nha tugasnya

63 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Siswadi Selodipoero, Ketua DPW Perindo Jawa Tengah pada tanggal 29 Agustus 2016 di Kantor DPW Perindo Jawa Tengah.

65

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

biar bisa dipilih apa, memberikan pencerahan kepada masyarakat pemilih, ki lho Hary Tanoe ki jan e ngene.”

“Ini kan janjinya, ini kan kesepakatan luhur bangsa Indonesia, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Termasuk papua sing ora katokan yo dilindungi bukan karena males ngurus dikekke wong amerika gitu lho. ini terjemahan bodonya begitu, jadi yang paling gampang saya memberikan contoh seperti itu. Jadi kayak gitu artinya, kalo pertanyaannya bagaimana Perindo melihat bangsa Indonesia. Itu ditambahi kudu ne, bangsa Indonesia saat ini itu potretnya seperti apa. Tapi bangsa Indonesia seutuhnya yang seperti apa itu ya kayak alinea empat kamu jabarkan semua. Yang melindungi segenap bangsa Indonesia. Segenap itu kabeh nggak boleh membedakan, itu kan sesuatu yang sangat fundamental. Segenap, tidak ada satupun yang tidak. Dan seluruh tumpah darah Indonesia kan gitu. Itu janji bangsa Indonesia yang diamanatkan kepada pemerintah. Pemerintah boleh dari kristen katolik, presidennya lho maksudnya. Kan segenap. Nah ini undang-undang dasar yang merupakan kesepakatan luhur bangsa Indonesia turun menjadi undang-undang pemilu, undang-undang pilpres, undang-undang yang lain yang lain. Pasti pelaksanaan menggunakan peraturan pemerintah selama itu masalah teknis, misalnya aku tugas TPS dapat honor 6000 misalnya.”64

• Kepemimpinan

Dalam perspektif partai, sebagaimana diungkapkan Ketua

DPD Perindo Salatiga pemimpin dilihat sebagai sosok yang

mengayomi, memahami kondisi rakyatnya, mampu memajukan

bangsanya. Sifat mengayomi seorang pemimpin itu fleksibel, di

sini informan mengibaratkan pemimpin harus seperti air yang bisa

menyesuaikan di mana air itu ditempatkan. Hal itu berarti

pemimpin bisa menyesuaikan dirinya dan membaur dengan

berbagai golongan di masyarakat. Untuk memajukan bangsanya

pemimpin juga harus cerdas dan bijak, dalam arti menjadi pribadi

yang solutif, mampu memberikan pemecahan terhadap masalah-

masalah yang dihadapi. Selain itu bijak juga diartikan bahwa

pemimpin tidak boleh membeda-bedakan anggota masyarakatnya.

64 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Siswadi Selodipoero, Ketua DPW Perindo Jawa Tengah pada tanggal 29 Agustus 2016 di Kantor DPW Perindo Jawa Tengah.

66

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

Karakteristik pemimpin yang ideal ini disesuaikan dengan visi misi

Perindo yaitu menyejahterakan Indonesia. Pemimpin harus bisa

menjadi teladan bagi bangsa.

“Kalau menurut Perindo, pemimpin itu yang bisa mengayomi, bisa melihat rakyatnya itu seperti apa. Terus melihat..seorang pemimpin itu harus bisa melihat bagaimana Indonesia ini bisa lebih maju, tidak kalah dengan bangsa lain. Itu, saya kira itu. Ya itu sifat pemimpin, jadi pemimpin itu harus bisa ditempatkan seperti air. Kalau dia ada di gelas, dia mau. Dia ada di bak, dia mau. Dia di kolam renang juga bisa. Seperti itu. Jadi pengayomannya pemahamannya memang harus bisa diterapkan begitu. Seperti saya misalnya, saya mimpin di Perindo Salatiga. Banyak sebetulnya masalah-masalah. Cuman saya, masalah itu kan tidak harus saya mendapatkan laporan satu persatu, saya terima, enggak. Kita harus melalui apa ya, rapat untuk memecahkan. Nah itu bangsa ini, seorang pemimpin itu yang bisa ngayomi, yang gitu aja. Terus membawa bangsa ini bisa sejahtera itu mencari terobosan-terobosan seperti pajek ini to. Pajek yang tadinya kecil ini bisa besar seperti apa, biar nanti kalo pajek ini masuk di kita nanti untuk mensejahterakan itu bisa, gitu. Bisa nangkep ya?”65

“Eee yang bisa mengambil kebijakan-kebijakan. Selain mengayomi, dia bisa mengambil kebijakan-kebijakan yang di mana kebijakan itu nanti diterapkan. Tapi bukan membijaki, gitu. Jadi kebijaksanaan itu ada gitu. Tanpa membedakan, jadi kalau ada perselisihan gitu lebih bijak dalam mengatasinya. Ekonomi yang sekarang baru sulit seperti ini mencari terobosan, seperti itu dek.”66

“Kalo Perindo itu, eee… dari pertama saya terjun, yang ditunjukkan oleh Perindo itu ya membantu masyarakat. Yang jelas itu. Mensejahterakan masyarakat dek, karena kan visi misinya seperti itu. Mensejahterakan masyarakat, membuat UMKM itu..mengangkatnya dari situ. Yang saya lihat itu mengangkatnya dari UMKM, yang pengangguran bisa dikasih umpama kayak gerobak, diberikan biar mereka usaha. Nah terus nanti kalo mereka sudah bisa berusaha kalo itu kan otomatis sejahtera bisa menghidupi dirinya sendiri to, nah itu. Nah itu pengembangannya seperti itu kalo saya lihat. Karna ini ekonomi sulit seperti ini, Perindo membuat terobosan-terobosan. Seperti baksos yang saya lakukan ini, itu sudah berpuluh kali ya saya lakukan itu. Baksos itu, itu bisa dilihat di

65 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Putri Dewi Candra Sri, Ketua DPD Perindo Salatiga pada tanggal 25 Agustus 2016 di Jalan Mayangsari, Salatiga (rumah informan). 66 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Putri Dewi Candra Sri, Ketua DPD Perindo Salatiga pada tanggal 25 Agustus 2016 di Jalan Mayangsari, Salatiga (rumah informan).

67

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

twitter bisa, di instagram ada, di youtube ada. Terus di TV-TV itu juga banyak. Nah seperti itu, jadi kita itu nggak, pemimpin itu memberi contoh dulu gitu lho dek.”67

“Iya harus menjadi teladan dulu, memberi contoh dulu. O perindo itu tujuannya seperti itu. Sehingga masyarakatnya tau gitu lho. O tujuannya perindo itu seperti ini, mensejahterakan masyarakat seperti ini. Kalo menurut saya, kalo perindo ini.. tujuan-tujuannya, visi misinya bagus lah.”68

Menurut Ketua DPW Perindo Jateng, pemimpin tidak harus

berasal dari suatu agama tertentu, yang penting pemimpin tidak

boleh melenceng dari apa yang dicita-citakan bangsa sebagaimana

tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia. Adalah

tugas seorang pemimpin untuk mewujudkan cita-cita tersebut.

Perwatakan seorang pemimpin tidak ingkar janji dan memiliki

dedikasi untuk bangsa. Di sini informan menegaskan, pemimpin

harus memiliki dedikasi untuk bangsa, bukan untuk kelompok,

golongan atau keluarga.

“Pemimpin itu apa. Pemimpin itu yang menjalankan tugas. Jadi gini, kalo pemimpin itu apa itu ya ya angel ya. Tetapi pemimpin ya yang menjalankan tugas. Kalo ini pemimpin pemerintahan ya? Pemimpin pemerintahan itu ya yang menjalankan alinea keempat ini. Pak Hary Tanoe pun nanti kalo jadi pemimpin pemerintahan dan pemimpin negara tidak sesuai dengan amanat alinea keempat itu ya pasti bukan Indonesia yang dia pimpin. Dia pun nggak boleh keluar dari itu.”69

“Ya di situ kan nggak ada boleh korupsi kan nggak ada. Jawabannya nggak korupsi. Harus kristen, harus muslim kan nggak ada. Jadi apapun boleh. Ya tadi, jangan keluar dari itu.

67 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Putri Dewi Candra Sri, Ketua DPD Perindo Salatiga pada tanggal 25 Agustus 2016 di Jalan Mayangsari, Salatiga (rumah informan). 68 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Putri Dewi Candra Sri, Ketua DPD Perindo Salatiga pada tanggal 25 Agustus 2016 di Jalan Mayangsari, Salatiga (rumah informan). 69 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Siswadi Selodipoero, Ketua DPW Perindo Jawa Tengah pada tanggal 29 Agustus 2016 di Kantor DPW Perindo Jawa Tengah.

68

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

Pemimpin yang benar angel, ya memang angel. Nek gampang kabeh wong dadi presiden. Wong wis ngaku koyok ngene nyatanya juga tidak. Tapi perwatakan pemimpin, misalnya ya to, menepati janjinya kampanye. Perwatakannya itu, tapi kalo yang ideal ya tadi itu. Tidak ingkar janji, punya dedikasi untuk bangsa. Bangsa to. Bukan dedikasi untuk kelompok, golongan, atau keluarga. Jadi gitu.”70

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan,

peneliti melihat penggambaran karakteristik pemimpin

sebagaimana disampaikan oleh para informan menunjukkan

gambaran pemimpin yang nasionalis. Gambaran tersebut berkaitan

dengan konsep nasionalisme, di mana pemimpin memiliki rasa

kebangsaan sehingga dalam menjalankan tugasnya akan senantiasa

berupaya untuk membawa bangsanya kepada kemajuan seperti

yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.

4.3.2. Analisis

No. Konsep Partai Mahasiswa 1. Nasionalisme Nasionalisme adalah rasa

kebangsaan. Rasa memiliki terhadap bangsa yang terwujud dalam kepedulian terhadap bangsa dan tindakan untuk memajukan bangsanya demi mencapai apa yang dicita-citakan bersama. Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang menerima semua unsur yang ada di Indonesia. Semua unsur ini termasuk keanekaragaman masyarakatnya.

Nasionalisme dilihat sebagai rasa cinta terhadap negerinya yang terwujud dalam upaya untuk bersama-sama memajukan bangsanya. Nasionalisme tidak membedakan suku, agama, ataupun golongan sebagaimana diperlihatkan di bagian awal iklan.

2. Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka tunggal ika dilihat sebagai kesatuan dari suku, agama, dan golongan yang beranekaragam dalam suatu bangsa yaitu Indonesia. Bhinneka tunggal ika sebagai semboyan negara berfungsi untuk mengingatkan bahwa Indonesia itu beranekaragam

Dalam persepsi mahasiswa, makna Indonesia dalam iklan versi “Siapakah Indonesia?” merupakan cerminan semboyan negara bhinneka tunggal ika. Bhinneka tunggal ika ditunjukkan adanya makna Indonesia yang tidak membedakan baik dari suku,

70 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Siswadi Selodipoero, Ketua DPW Perindo Jawa Tengah pada tanggal 29 Agustus 2016 di Kantor DPW Perindo Jawa Tengah.

69

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

tetapi tetap satu. agama, maupun kelas sosial. 3. Mayoritas-

minoritas Dalam hal ini minoritas dihubungkan dengan persoalan agama. Sebagaimana halnya masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai agama, Perindo menjangkau semuanya tanpa membedakan. Dikotomi mayoritas dan minoritas dianggap tidak ada karena sebagai bangsa yang besar seharusnya semuanya bisa berbaur tanpa membeda-bedakan. Persatuan-lah yang bisa membuat Indonesia menjadi lebih maju. Mayoritas dan minoritas itu setara. Kesetaraan yang dimaksud berkaitan dengan persamaan hak warga negara, bahwa siapapun bisa menjadi presiden termasuk HT sejauh tidak melenceng dari konstitusi.

Mayoritas dan minoritas menjadi salah satu latar belakang dibuatnya iklan “Siapakah Indonesia?”. Selama ini di Indonesia mayoritas dianggap mendominasi dalam berbagai bidang, termasuk politik. Perindo dipimpin oleh HT yang notabene berasal dari golongan minoritas. Menurut para informan, iklan “Siapakah Indonesia?” merupakan upaya untuk memperjuangkan kesetaraan mayoritas-minoritas atau dapat dikatakan menghapus dikotomi mayoritas-minoritas. Makna Indonesia yang ditayangkan dianggap sebagai bentuk politik identitas HT.

4. Kepemimpinan Pemimpin adalah sosok yang mengayomi, bisa berbaur dengan semua kalangan tanpa membeda-bedakan. Dalam konteks bangsa, pemimpin diharapkan cerdas, dapat melakukan terobosan-terobosan untuk memajukan bangsanya, membawa bangsanya menuju kesejahteraan. Pemimpin tidak dibatasi harus berasal dari golongan tertentu. Yang lebih penting pemimpin adalah ia yang menjalankan tugasnya membangun bangsa untuk mencapai cita-cita bersama. Dengan kata lain, pemimpin harus memiliki rasa kebangsaan/nasionalisme.

Dalam mempersepsi iklan “Siapakah Indonesia?”, konsep kepemimpinan dalam konteks politik dikaitkan dengan isu minoritas. Ada anggapan-anggapan yang berkembang mengenai Presiden harus Jawa, atau harus Muslim. Pada intinya dalam persepsi mahasiswa, makna Indonesia berkaitan dengan keinginan HT untuk menjadi pemimpin. Sehingga melalui iklan “Siapakah Indonesia?” ingin menunjukkan bahwa siapapun bisa menjadi pemimpin tanpa membedakan ia berasal dari golongan mana. Persepsi mahasiswa juga berkaitan dengan karakteristik seorang pemimpin yang ditunjukkan yaitu sosok pemimpin yang bisa berbaur dan mempunyai kepedulian terhadap bangsa. Secara umum jiwa nasionalisme merupakan modal untuk menjadi seorang pemimpin.

70

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

Dengan matriks di atas, peneliti mencoba membandingkan

pandangan-pandangan partai dengan persepsi mahasiswa mengenai

empat konsep kunci yang ada di dalam iklan “Siapakah

Indonesia?”. Jika dilihat dari matriks teresbut, baik partai maupun

mahasiswa melihat nasionalisme sebagai rasa kebangsaan. Rasa

kebangsaan yang dimaksud adalah perasaan memiliki terhadap

bangsa. Rasa memiliki terhadap bangsa ini terwujud dalam

tindakan dan upaya untuk memajukan bangsanya. Nasionalisme

juga berarti menerima semua yang ada di Indonesia tanpa

membedakan golongan. Hal ini berkaitan dengan konsep bhinneka

tunggal ika.

Pandangan partai terhadap konsep bhinneka tunggal ika pun

sama dengan apa yang dipersepsikan mahasiswa. Bhinneka tunggal

ika sebagai rasa persatuan di dalam keanekaragaman.

Keanekaragaman ini baik suku, agama, maupun kelas sosial. Iklan

“Siapakah Indonesia?” dipersepsikan oleh mahasiswa sebagai

cerminan dari konsep bhinneka tunggal ika tersebut.

Terkait dengan keanekaragaman Indonesia, muncul konsep

mayoritas dan minoritas. Ada kesamaan antara pandangan partai

mengenai mayoritas-minoritas dengan apa yang dipersepsikan oleh

mahasiswa dalam iklan “Siapakah Indonesia?”. Kesamaan tersebut

terletak dalam upaya untuk menyatukan mayoritas dengan

minoritas. Dalam pandangan partai, dikotomi mayoritas-minoritas

dianggap keliru. Seharusnya semua dianggap sama dan setara. Hal

itupun dilihat oleh para informan mahasiswa. Namun secara lebih

khusus, mahasiswa memandang iklan “Siapakah Indonesia?”

sebagai upaya untuk menghapus dikotomi tersebut. Upaya tersebut

dikaitkan dengan sosok HT sebagai Ketum DPP Perindo yang

dipandang sebagai bagian dari minoritas.

Selanjutnya mengenai konsep kepemimpinan, dalam

pandangan partai pada intinya pemimpin dipandang sebagai sosok

71

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecure Site repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11711/4/T1_362012017... · Konsep Iklan Partai Perindo Versi “Siapakah ... adalah Rajawali

yang mengayomi, cerdas, solutif, berorientasi untuk kemajuan

bangsa. Pemimpin mengemban tugas untuk mengupayakan

perwujudan cita-cita bangsa Indonesia. Karakteristik tersebut tidak

lain merupakan perwujudan dari nasionalisme Indonesia. Demikian

pula halnya yang dipersepsikan mahasiswa dari iklan “Siapakah

Indonesia?”. Dari iklan tersebut mahasiswa melihat bahwa hal

yang penting untuk menjadi pemimpin adalah memiliki jiwa

nasionalisme. Pemimpin tidak harus berasal dari golongan tertentu,

namun pemimpin harus berorientasi pada bangsa. Dalam persepsi

mahasiswa, konsep pemimpin ini dikaitkan dengan keinginan HT

untuk menjadi pemimpin.

Dari penjelasan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa

secara umum terdapat kesesuaian antara pandangan partai dengan

persepsi mahasiswa mengenai makna Indonesia dalam iklan versi

“Siapakah Indonesia?”. Hanya saja, peneliti melihat bahwa dalam

mempersepsi makna Indonesia dalam iklan tersebut, mahasiswa

cenderung melihat makna Indonesia secara keseluruhan sebagai

representasi aktor. Aktor yang dimaksud dalam hal ini adalah HT

sebagai ketua umum DPP Perindo. Menurut mahasiswa, makna

Indonesia yang ditayangkan dalam iklan mencerminkan keinginan

HT untuk menjadi pemimpin. Sementara isu minoritas dilihat

sebagai kendala dalam mewujudkan keinginan tersebut sehingga

HT mencoba mengarahkan pandangan masyarakat bahwa

mayoritas dan minoritas itu setara, semuanya sama-sama

Indonesia.

72