Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
45
BAB IV
PENGUKURAN DAN ANALISIS
4.1. Hasil Pengukuran Parameter Antena
Dari simulasi desain antena menggunakan Ansoft HFSS v11.1, didapatkan nilai
parameter antena yang diinginkan, yang selanjutnya difabrikasi menjadi antena seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.1. Setelah itu dilakukan pengukuran antena dengan alat
ukur untuk mengetahui nilai parameter antena yang telah difabrikasi. Pengukuran
tersebut untuk mendapatkan nilai VSWR, return loss, gain dan impedansi antena.
Metode pengukuran dijelaskan pada Sub Bab 2.11.
(a)
(b)
Gambar 4.1. (a) Hasil fabrikasi antena mikrostrip elemen tunggal (b) Hasil fabrikasi
antena mikrostrip array dua elemen
46
4.1.1. Pengukuran VSWR dan Return Loss
Pengukuran VSWR dan return loss hanya menggunakan satu antena uji, yaitu
satu antena yang telah difabrikasi.
4.1.1.1. Hasil Pengukuran VSWR dan Return Loss Antena Elemen Tunggal
Hasil pengukuran terhadap VSWR, return loss dan impedansi antena elemen
tunggal secara berurutan ditunjukkan pada Gambar 4.2, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.
Gambar 4.2. Grafik hasil pengukuran VSWR antena elemen tunggal
47
Gambar 4.3. Grafik hasil pengukuran return loss antena elemen tunggal
Gambar 4.4. Smith Chart impedansi hasil pengukuran antena elemen tunggal
48
Dalam Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 pada marker 2 (MKRO2) didapat nilai
VSWR = 1,92 dan nilai return loss sebesar -10,028 dB pada frekuensi 2,4 GHz . Nilai
VSWR dan return loss terendah dapat dilihat pada marker 3 (MKRO3) berturut-turut
yaitu 1,055 dan -31,444 dB pada frekuensi 2,45 GHz. Pada marker 4 (MKRO4) didapat
nilai VSWR = 1,888 dan nilai return loss sebesar -10,243 dB pada frekuensi 2,5 GHz.
Impedansi antena ditunjukkan pada Gambar 4.4, dengan marker 3 (MKRO3) pada
frekuensi resonansi 2,45 GHz memberikan nilai impedansi 47,755 Ω.
Hasil rancangan antena elemen tunggal dapat bekerja pada nilai VSWR ≤ 2. Nilai
tersebut telah memenuhi nilai yang diinginkan yaitu VSWR ≤ 2 dan nilai return loss ≤ -
9,54 dB. Bandwidth yang dicapai pada nilai VSWR ≤ 2 dihitung dengan Persamaan (2.7)
pada Bab II sebagai berikut :
𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ =𝑓2 − 𝑓1
𝑓𝑐× 100 %
𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ =2,5−2,4
2,45× 100 %
𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ = 4,08 % 100 𝑀𝐻𝑧
4.1.1.2. Hasil Pengukuran VSWR dan Return Loss Antena Array Dua Elemen
Hasil pengukuran terhadap VSWR , return loss dan impedansi antena array dua
elemen ditunjukkan grafik VSWR, return loss dan smith chart berturut-turut pada
Gambar 4.5, Gambar 4.6 dan Gambar 4.7.
49
Gambar 4.5. Grafik hasil pengukuran VSWR antena array dua elemen
Gambar 4.6. Grafik hasil pengukuran return loss antena array dua elemen
50
Gambar 4.7. Smith Chart impedansi hasil pengukuran antena array dua elemen
Dalam Gambar 4.5 dan Gambar 4.6, untuk marker 2 (MKRO2) didapatkan nilai
VSWR sebesar 1,471 dan nilai return loss sebesar -14,387 dB pada frekuensi 2,35 GHz.
Nilai VSWR dan return loss terendah dapat dilihat pada marker 3 (MKRO3) berturut-
turut yaitu 1,036 dan -34,929 dB pada frekuensi 2,45 GHz. Untuk marker 4 (MKRO4)
didapat nilai VSWR sebesar 1,497 dan nilai return loss -14,016 dB pada frekuensi 2,5
GHz. Impedansi antena ditunjukkan pada Gambar 4.7, dengan marker 3 (MKRO3) pada
frekuensi resonansi 2,45 GHz diperoleh nilai impedansi 51,716 Ω.
Hasil pengukuran antena array dua elemen, antena dapat bekerja pada nilai
VSWR ≤ 2. Nilai tersebut telah memenuhi nilai yang diinginkan yaitu VSWR ≤ 2 dan
nilai return loss ≤ -9,54 dB. Tetapi pada pengukuran antena array dua elemen didapat
nilai VSWR dan return loss yang lebih baik, masing-masing sebesar 1,5 dan -13,979 dB.
Bandwidth yang dicapai pada nilai VSWR ≤ 1,5 dihitung dengan Persamaan (2.7) pada
Bab II sebagai berikut :
𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ =𝑓2 − 𝑓1
𝑓𝑐× 100 %
𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ =2,5−2,35
2,45× 100 %
51
𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ = 6,122 % 150 𝑀𝐻𝑧
4.1.2. Pengukuran Gain
Pengukuran gain menggunakan spectrum analyzer, function generator serta
antena horn sebagai antena referensi. Spectrum analyzer digunakan untuk mengukur
daya yang diterima oleh antena penerima. Function generator digunakan untuk
menghasilkan gelombang dengan frekuensi 2,45 GHz. Antena yang diukur adalah
antena elemen tunggal dan antena array dua elemen. Pengukuran gain menggunakan
metode dua antena seperti dijelaskan pada Sub Bab 2.11.3. Pengukuran gain dilakukan
pada frekuensi resonansi antena. Frekuensi resonansi dari antena hasil fabrikasi yaitu
pada frekuensi 2,45 GHz. Pada pengukuran gain ini digunakan 𝑃𝑟2 merupakan daya
yang diterima antena uji, 𝑃𝑟1 merupakan daya yang diterima antena referensi dan 𝐺1
merupakan gain antena standar/antena referensi. Besar gain antena horn yang
digunakan sebesar 12 dB. Gain antena yang diukur menggunakan Persamaan (2.33)
pada Bab II.
4.1.2.1. Hasil Pengukuran Gain Antena Elemen Tunggal
Hasil pengukuran gain antena elemen tunggal ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Gambar 4.8 dan 4.9 masing-masing menunjukkan hasil pengukuran daya terima pada
antena mikrostrip elemen tunggal dan daya terima pada antena horn.
Tabel 4.1. Gain antena elemen tunggal
Frekuensi (GHz) 𝑷𝒓𝟐 (dBm) 𝑷𝒓𝟏 (dBm) 𝑮𝟏 (dB) Gain (dB)
2,45 -32,14 -24,04 12 3,9
52
Gambar 4.8. Daya yang diterima antena uji
Gambar 4.9. Daya yang diterima antena referensi (antena horn)
4.1.2.2. Hasil Pengukuran Gain Antena Array Dua Elemen
Hasil pengukuran gain antena array dua elemen ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Gambar 4.10 dan 4.11 masing-masing menunjukkan hasil pengukuran daya terima pada
antena mikrostrip array dua elemen dan daya terima pada antena horn.
Tabel 4.2. Gain antena array dua elemen
Frekuensi (GHz) 𝑷𝒓𝟐 (dBm) 𝑷𝒓𝟏 (dBm) 𝑮𝟏 (dB) Gain (dB)
2,45 -28,28 -22,95 12 6,67
53
Gambar 4.10. Daya yang diterima antena uji
Gambar 4.11. Daya yang diterima antena referensi (antena horn)
4.1.3. Pengukuran Pola Radiasi
Pengukuran pola radiasi dilakukan dengan menggunakan alat ukur spectrum
analyzer dan function generator. Function generator digunakan untuk menghasilkan
gelombang dengan frekuensi 2,45 GHz. Pada function generator digunakan antena
pemancar yang memiliki frekuensi kerja yang sama dengan antena hasil perancangan.
Antena pemancar dan penerima dipisahkan pada jarak 150 cm, yaitu jarak yang cukup
54
memenuhi syarat medan jauh antena, dengan Persamaan (2.27) seperti yang dijelaskan
pada Sub Bab 2.11.2.
Pola radiasi diukur dengan mengubah-ubah sudut azimuth dan sudut elevasi.
Antena penerima diputar dari posisi 0º sampai 350º dengan interval 10º. Data hasil
pengukuran pola radiasi dapat dilihat pada Lampiran C. Data tersebut menunjukkan
besar normalisasi daya yang diterima oleh antena penerima pada setiap perubahan
sudut. Dari data tersebut dapat digambarkan pola radiasi seperti pada Gambar 4.12,
Gambar 4.13, Gambar 4.14 dan Gambar 4.15.
Gambar 4.12. Hasil pengukuran pola radiasi sudut azimuth pada sudut elevasi = 90
antena elemen tunggal pada frekuensi 2,45 GHz
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,000
10 2030
4050
60
70
80
90
100
110
120
130140
150160170
180190200
210220
230
240
250
260
270
280
290
300
310320
330340350
Azimuth Antena Elemen Tunggal
Azimuth
55
Gambar 4.13. Hasil pengukuran pola radiasi sudut elevasi pada sudut azimuth = 0
antena elemen tunggal pada frekuensi 2,45 GHz
Gambar 4.14. Hasil pengukuran pola radiasi sudut azimuth pada sudut elevasi = 90
antena array dua elemen pada frekuensi 2,45 GHz
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,000
10 2030
4050
60
70
80
90
100
110
120
130140
150160170
180190200
210220
230
240
250
260
270
280
290
300
310320
330340350
Elevasi Antena Elemen Tunggal
Elevasi
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,000
10 2030
4050
60
70
80
90
100
110
120
130140
150160170
180190200
210220
230
240
250
260
270
280
290
300
310320
330340350
Azimuth Antena Array Dua Elemen
Azimuth
56
Gambar 4.15. Hasil pengukuran pola radiasi sudut elevasi pada sudut azimuth = 0
antena array dua elemen pada frekuensi 2,45 GHz
Dari hasil pengukuran pola radiasi antena elemen tunggal dan antena array dua
elemen pada frekuensi 2,45 GHz, dapat digambarkan pola radiasi antena mikrostrip
array dua elemen yang cenderung berbentuk direksional.
4.2. Analisis Hasil Pengukuran
Dari hasil pengukuran pada Sub Bab 4.1 dapat dilakukan analisis. Analisis yang
dilakukan mencakup analisis mengenai perbedaan hasil pengukuran dengan hasil
simulasi.
4.2.1. Antena Elemen Tunggal
Gambar 4.16 merupakan grafik perbedaan nilai VSWR hasil simulasi dan hasil
pengukuran, sedangkan Gambar 4.17 merupakan grafik perbedaan nilai return loss hasil
simulasi dan hasil pengukuran.
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,000
10 2030
4050
60
70
80
90
100
110
120
130140
150160170
180190200
210220
230
240
250
260
270
280
290
300
320320
330340350
Elevasi Antena Array Dua Elemen
Elevasi
57
Gambar 4.16. Grafik perbedaan nilai VSWR hasil simulasi dan hasil pengukuran antena
elemen tunggal
Gambar 4.17. Grafik perbedaan nilai return loss hasil simulasi dan hasil pengukuran
antena elemen tunggal
Dari Gambar 4.16 dan Gambar 4.17 dapat dilihat bahwa hasil simulasi dan
perancangan mempunyai frekuensi resonansi yang sama yaitu pada 2,45 GHz. Ada
pergeseran impedance bandwidth antena hasil simulasi dan hasil pengukuran. Pada
Gambar 4.16 dapat dilihat impedance bandwidth pada nilai VSWR ≤ 2 hasil simulasi
terletak pada frekuensi 2,4 GHz – 2,49 GHz (90 MHz). Sedangkan impedance
bandwidth pada nilai VSWR ≤ 2 hasil pengukuran terletak pada frekuensi 2,4 GHz – 2,5
GHz (100 MHz).
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
2,3
5
2,3
6
2,3
7
2,3
8
2,3
9
2,4
2,4
1
2,4
2
2,4
3
2,4
4
2,4
5
2,4
6
2,4
7
2,4
8
2,4
9
2,5
VSW
R
Frekuensi
Pengukuran
Simulasi
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
2,3
5
2,3
6
2,3
7
2,3
8
2,3
9
2,4
2,4
1
2,4
2
2,4
3
2,4
4
2,4
5
2,4
6
2,4
7
2,4
8
2,4
9
2,5
Re
turn
Lo
ss (
dB
)
Frekuensi
Simulasi
Pengukuran
58
Frekuensi tengah hasil simulasi adalah 2,45 GHz mempunyai nilai VSWR dan
return loss minimum masing-masing yaitu 1,034 dan -35,331 dB. Sedangkan frekuensi
tengah hasil pengukuran adalah 2,45 GHz mempunyai nilai VSWR dan return loss
minimum masing-masing yaitu 1,055 dan -31,444 dB. Gain hasil simulasi sebesar 3,82
dB dan hasil pengukuran sebesar 3,9 dB. Hasil pengukuran antena menghasilkan gain
yang lebih baik dibandingkan dengan gain hasil simulasi. Perbandingan nilai hasil
simulasi dan hasil pengukuran antena elemen tunggal dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Perbandingan nilai hasil simulasi dan hasil pengukuran antena elemen
tunggal
Parameter Hasil Simulasi Hasil Pengukuran
Rentang frekuensi kerja 2,4 GHz – 2,49 GHz 2,4 GHz – 2,5 GHz
VSWR dan Return Loss
pada frekuensi 2,45 GHz
VSWR = 1,034
Return Loss = -35,331 dB
VSWR = 1,055
Return Loss = -31,444 dB
VSWR dan Return Loss
pada bandwidth
VSWR ≤ 2
Return Loss ≤ -9,54 dB
VSWR ≤ 2
Return Loss ≤ -9,54 dB
Impedance bandwidth pada
VSWR ≤ 2 90 MHz 100 MHz
Gain 3,82 dB 3,9 dB
Dari hasil simulasi dan pengukuran pola radiasi antena elemen tunggal pada
sudut elevasi 90º dan sudut azimuth bervariasi dari 0º sampai 350º dapat dilihat
perbandingan pola radiasi pada Gambar 4.18.
59
Gambar 4.18. Pola Radiasi Antena Mikrostrip Elemen Tunggal
Dari Gambar 4.18 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran dengan simulasi
menghasilkan pola yang berbeda. Perbedaan hasil diakibatkan pengukuran tidak
dilakukan di ruang anechoic chamber, sehingga benda-benda yang berada di sekitar
antena akan menyebabkan refleksi gelombang yang dipancarkan antena.
4.2.2. Antena Array Dua Elemen
Perbedaan nilai VSWR dan return loss hasil simulasi dan hasil pengukuran
antena array dua elemen ditunjukkan pada Gambar 4.19 dan Gambar 4.20.
Gambar 4.19. Grafik perbedaan nilai VSWR hasil simulasi dan hasil pengukuran antena
array dua elemen
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,000
10 2030
4050
6070
80
90
100
110
120130
140150
160170180190200210220
230240
250
260
270
280
290
300310
320330
340350
Pengukuran
Simulasi
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
2,3
5
2,3
6
2,3
7
2,3
8
2,3
9
2,4
2,4
1
2,4
2
2,4
3
2,4
4
2,4
5
2,4
6
2,4
7
2,4
8
2,4
9
2,5
VSW
R
Frekuensi
Simulasi
Pengukuran
60
Gambar 4.20. Grafik perbedaan nilai return loss hasil simulasi dan hasil pengukuran
antena array dua elemen
Dari Gambar 4.19 dan Gambar 4.20 dapat dilihat adanya perbedaan kurva yang
signifikan antara hasil simulasi dan hasil pengukuran, tetapi mempunyai kemiripan
bentuk. Pada Gambar 4.19 dapat dilihat impedance bandwidth pada nilai VSWR ≤ 2
hasil simulasi terletak pada frekuensi 2,4 GHz – 2,49 GHz (90 MHz), sedangkan
impedance bandwidth hasil pengukuran yang terletak pada frekuensi 2,35 GHz – 2,5
GHz (150 MHz) mempunyai nilai VSWR ≤ 1,5. Pada Gambar 4.20 dapat dilihat
impedance bandwidth pada nilai return loss ≥ -9,54 dB hasil simulasi terletak pada
frekuensi 2,4 GHz – 2,49 GHz (90 MHz), sedangkan impedance bandwidth hasil
pengukuran didapat nilai yang lebih baik yaitu nilai return loss ≥ -13,979 dB yang
terletak pada frekuensi 2,35-2,5 GHz (150 MHz). Dengan demikian fabrikasi antena
array dua elemen telah memenuhi kebutuhan yang diinginkan yaitu bekerja pada
frekuensi 2,4 GHz mempunyai VSWR ≤ 2. Gain hasil simulasi sebesar 5,72 dB dan hasil
pengukuran sebesar 6,67 dB. Hasil pengukuran antena menghasilkan gain yang lebih
baik dibandingkan dengan gain hasil simulasi. Perbandingan nilai hasil simulasi dan
hasil pengukuran antena array dua elemen dapat dilihat pada Tabel 4.4.
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
2,3
5
2,3
6
2,3
7
2,3
8
2,3
9
2,4
2,4
1
2,4
2
2,4
3
2,4
4
2,4
5
2,4
6
2,4
7
2,4
8
2,4
9
2,5
Re
turn
Lo
ss (
dB
)
Frekuensi
Simulasi
Pengukuran
61
Tabel 4.4. Perbandingan nilai hasil simulasi dan hasil pengukuran antena array dua
elemen
Parameter Hasil Simulasi Hasil Pengukuran
Rentang frekuensi kerja 2,4 GHz – 2,49 GHz 2,35 GHz – 2,5 GHz
VSWR dan Return Loss
pada frekuensi 2,45 GHz
VSWR = 1,157
Return Loss = -22,720 dB
VSWR = 1,036
Return Loss = -34,929 dB
VSWR dan Return Loss
pada bandwidth
VSWR ≤ 2
Return Loss ≤ -9,54 dB
VSWR ≤ 1,5
Return Loss ≤ -13,97 dB
Impedance bandwidth pada
VSWR ≤ 2 90 MHz 150 MHz
Gain 5,72 dB 6,67 dB
Dari hasil simulasi dan pengukuran pola radiasi antena array dua elemen pada
sudut elevasi 90º dan sudut azimuth bervariasi dari 0º sampai 350º dapat dilihat
perbandingan pola radiasi pada Gambar 4.21.
Gambar 4.21. Pola Radiasi Antena Mikrostrip Array Dua Elemen
Dari Gambar 4.21 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran dengan simulasi
menghasilkan pola yang berbeda. Perbedaan hasil diakibatkan pengukuran tidak
dilakukan di ruang anechoic chamber, sehingga benda-benda yang berada disekitar
antena akan menyebabkan refleksi gelombang yang dipancarkan antena.
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,001
2 34
56
7
8
9
10
11
12
1314
1516
17181920212223
2425
26
27
28
29
30
31
3233
3435
36 37
Pengukuran
Simulasi
62
4.2.3. Hasil Pengujian Antena Mikrostrip Pada Router Wifi
Pengujian dilakukan dengan cara memasang antena mikrostrip pada router wifi
dan diukur tingkat daya yang diterima, kemudian dibandingkan dengan hasil daya
terima dari antena dipole. Hasil pengukuran tingkat daya (dBm) ditunjukkan pada Tabel
4.5.
Tabel 4.5. Hasil pengujian antena mikrostrip pada router wifi
TINGKAT DAYA (dBm)
Dipole (5 dB) Mikrostrip Elemen
Tunggal (3,9 dB)
Mikrostrip Array Dua
Elemen (6,67 dB)
Nama R2C
Jarak (m)
2 - 33 dBm - 38 dBm - 32 dBm
4 - 40 dBm - 41 dBm - 39 dBm
7 - 48 dBm - 49 dBm - 47 dBm
Nama zen5
Jarak (m)
2 - 35 dBm - 36 dBm - 32 dBm
4 - 43 dBm - 44 dBm - 40 dBm
7 - 48 dBm - 49 dBm - 46 dBm
Nama ADITYA.NET
Jarak (m)
2 - 35 dBm - 36 dBm - 32 dBm
4 - 36 dBm - 37 dBm - 35 dBm
7 - 40 dBm - 39 dBm - 42 dBm
Pada pengujian antena wifi, hasil pengujian antena mikrostrip array dua elemen
mempunyai daya terima yang lebih baik dibandingkan antena mikrostrip elemen
tunggal. Sedangkan antena mikrostrip elemen tunggal mempunyai daya terima yang
lebih kecil daripada antena dipole. Semakin besar nilai gain antena maka semakin baik
tingkat daya terimanya.
63
4.3. Analisis Kesalahan Umum
Ada beberapa penyebab yang menyebabkan hasil pengukuran tidak sesuai dengan
hasil simulasi. Penyebab antara lain ;
1. Jenis bahan yang disediakan dalam simulasi dan yang digunakan dalam fabrikasi
mempunyai nilai permitivitas relatif yang berbeda, sehingga penggantian nilai
permitivitas relatif akan mempengaruhi hasil.
2. Perhitungan tebal tembaga dari substrat yang dipakai sangat sulit, karena ukuran
yang sangat tipis. Sehingga penentuan ukuran hanya melalui tabel spesifikasi
bahan.
3. Pada simulasi Ansoft HFSS v11.1 tidak mendefinisikan dengan jelas konektor
SMA 50 Ω.
4. Adanya ketidakpresisisan dalam fabrikasi antena, nilai ralat hasil fabrikasi
±0,001 mm, sesuai hasil pengukuran dengan jangka sorong.
5. Dalam simulasi tidak memperhitungkan temperatur dan kelembaban udara,
tetapi pada saat pengukuran antena temperatur dan kelembaban akan
berpengaruh pada propagasi gelombang dan resistansi udara.
6. Proses penyolderan konektor SMA dengan saluran pencatu yang kurang baik
akan menyebabkan perbedaan hasil.
7. Pengukuran tidak dilakukan di ruang anechoic chamber, sehingga benda-benda
yang berada disekitar antena akan menyebabkan refleksi gelombang yang
dipancarkan antena. Hal tersebut akan mempengaruhi hasil pengukuran gain dan
pola radiasi. Benda-benda tersebut antara lain manusia, network analyzer,
spectrum analyzer, function generator, handphone, laptop, besi logam dan alat-
alat elektronik lain yang berada pada ruang uji.
8. Adanya rugi-rugi pada kabel penghubung, konektor, tembaga pada substrat akan
mempengaruhi hasil.