Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Evaluasi Prospektivitas Menggunakan Pendekatan Impedansi
Akustik: Studi Kasus Lapangan Penobscot, Nova Scotia, Kanada
Primaditaningtyas Waharasto, Abdul Haris
Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424
Abstrak
Formasi Mississauga berumur Cretaceous-Awal pada Lapangan Penobscot, Nova
Scotia, Kanada diidentifikasi memiliki kandungan batu pasir yang cukup tebal
pada daerah Sub Cekungan Sable dan merupakan daerah yang prospek
hidrokarbon. Tugas akhir ini bertujuan untuk melakukan evaluasi prospektivitas
berdasarkan penerapan integrasi dari data impedansi akustik dengan interpretasi
data seismik. Studi ini menekankan pada cara penggunaan serta analisa persebaran
nilai impedansi akustik untuk karakterisasi reservoar lebih lanjut dari segi geologi
maupun geofisika. Hal-hal yang mendasari karakterisasi reservoar tersebut antara
lain perpaduan antara data seismik, data sumur dengan evaluasi petrofisika, dan
data geologi, yang kemudian digunakan untuk membentuk persebaran lateral
lapisan reservoir batu pasir dari nilai imedansi akustik. Hasil impedansi akustik
menunjukkan gambaran reservoar batu pasir tersebar pada Formasi Mississauga di
Lapisan Sand 3, 4, dan 5. Dari peta persebaran reservoar batu pasir yang
terbentuk, maka dapat diperkirakan struktur-struktur jebakan yang merupakan
prospek hidrokarbon. Volum area yang diprediksi prospek untuk selanjutnya
dihitung dalam HCPV (Hydrocarbon Prospect Volume). Nilai HCPV
menunjukkan adanya prospek hingga 46 MBbl pada Lapangan Penobscot.
Kata Kunci : Reservoar, Impedansi Akustik, Seismik
Abstract
The Early-Cretaceous Mississauga Formation in The Penobscot Field, Nova
Scotia, Canada is identified containing a thick sand stone in Sable SubBasin and a
hydrocarbon prospect. This undergraduate thesis is intended to make a
prospectivity evaluation based on integration of Acoustic Impedance data with
The Seismic data interpretation. This study emphasize the technics and analysis in
Acoustic Impedance distribution value to make an advance reservoir
characterization from the geological aspect untill the geophysical aspect. The
basic of this reservoir characterization including corelation between seismic data,
well data with the petrophysics evaluation, and the geological data which is used
to create a sand stone reservoir lateral distribution from The Acoustic Impedance
value. The Acoustic Impedance result shows a sand stone reservoir distribution
image in Mississauga Formation at The Sand 3, 4, and 5 layer. From the sand
stone reservoir distribution map, the hydrocarbon trap structures which identified
as a prospect can be identified. The volume of the prospect area then calculated in
HCPV (Hydrocarbon Prospect Volume). The HCPV value shows a prospect 46
MBbl in The Penobscot Field.
Keywords : Reservoir, Acoustic Impedance, Seismic
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahapan eksplorasi minyak dan gas bumi, ilmu geofisika sangat berguna
dalam memprediksi keadaan bawah tanah bumi yang tidak mungkin dilihat secara
langsung oleh kasat mata. Tujuan utamanya adalah untuk dapat menginterpretasi
atau menggambarkan sistem petroleum yang ada di bawah tanah, yaitu berupa
batuan induk/sumber, migrasi, batuan reservoir, perangkap, dan penutup atau seal.
Dengan adanya interpretasi sistem petroleum oleh geofisikawan, maka lokasi
pengeboran sumur minyak dan gas dapat ditentukan dengan lebih baik, dengan
begitu rasio kesuksesan pengeboran sumur minyak dan gas dapat ditingkatkan.
Dengan meningkatnya rasio kesuksesan pengeboran, berarti biaya eksplorasi
dapat lebih banyak dihemat.
Contoh lapangan eksplorasi minyak dan gas pada penelitian ini terdapat pada
lapangan Penobscot, Offshore Nova Scotia, Canada. Prospek Penobscot berlokasi
di Sub Basin Sable di utara Pulau Sable. Lokasi tepatnya berada pada Ridge
Missisauga yang memisahkan Subbasin Abenaki dan Subbasin Sable (Kidston et
al, 2005). Pada lapangan ini survei seismik dilakukan dalam bentuk 3D, serta
didukung oleh dua data sumur yaitu sumur L-30 dan B-41. Sumur Penobscot L-30
di bor oleh PetroCanada-Shell di tahun 1976 dengan kedalaman 4237.5 meter dan
ketebalan air sekitar 138 meter. Telah dilakukan tes formasi dengan Repeat
Formation Tester (RFT) dan ditemukan adanya hidrokarbon dari batu pasir di
pertengahan formasi Mississauga. Sumur kedua B-41 dibor oleh Shell-
PetroCanada di tahun 1977. Berlokasi di barat laut sumur L-30 dengan total
kedalaman sumur mencapai 3414 meter dengan ketebalan air laut sekitar 118
meter. Tidak ditemukan indikasi hidrokarbon dan tidak juga dilakukan tes formasi
di sumur B-41 ini (Crane, 1992).
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
2
Universitas Indonesia
Permasalahannya adalah meskipun pada lapangan Penobscot ini telah diketahui
perkiraaan kedalaman lapisan batu pasir pada formasi Mississauga, data ini masih
terlalu lemah untuk dijadikan acuan perkiraan persebaran lapisan reservoir batu
pasir yang ada. Dikatakan masih lemah karena dasar interpretasi yang ada baru
berasal dari data geologi serta data sumur saja. Data yang tingkat akurasinya
paling tinggi memang berasal dari data sumur, akan tetapi data sumur yang baru
berjumlah dua buah saja masih sangat beresiko untuk dijadikan acuan secara
langsung bentuk persebaran reservoir lapisan batu pasir di lapangan ini.
Akibatnya, tingkat kesalahan interpretasi data masih terlalu tinggi. Penambahan
sumur pun bukanlah kebijakan yang tepat untuk dilakukan, hal ini disebabkan
rasio kegagalan yang masih terlalu tinggi serta kerugian lainnya seperti waktu dan
biaya yang besar bukanlah jalan tengah yang diinginkan.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan cara yang jauh lebih efektif dalam
mendeteksi persebaran reservoir batu pasir serta nantinya dapat dijadikan acuan
dalam evaluasi prospek Lapangan Penobscot. Metode yang digunakan adalah
penerapan inversi pada data seismik untuk mendapatkan nilai impedansi akustik
(IA) dari lapisan bawah tanah lapangan Penobscot. Impedansi akustik adalah
properti fisika yang menggambarkan tingkat kekerasan batuan di bawah
permukaan tanah. Semakin tinggi nilai impedansi akustik maka semakin tinggi
juga nilai densitas dan cepat rambat gelombang seismik pada lapisan tersebut.
Begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai impedansi akustik berarti nilai cepat
rambat gelombang seismik rendah dan densitas lapisan juga rendah, artinya
kemungkinan lapisan lebih berpori yang merupakan ciri reservoir. Oleh karena itu
indikasi batuan reservoir dapat dilihat melalui properti fisika nilai impedansi
akustik ini. Dengan mengetahui persebaran lateral nilai impedansi akustik ini,
maka interpretasi persebaran lapisan batu pasir akan jauh lebih baik. Dengan
meningkatnya akurasi interpretasi data seismik, maka rasio kesuksesan
pengeboran sumur baru akan jauh lebih tinggi.
Selain itu, integrasi antara nilai persebaran impedansi akustik dengan nilai-nilai
petrofisika yang berasal dari data log sumur dapat dijadikan acuan untuk
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
3
Universitas Indonesia
melakukan evaluasi prospek potensi minyak dan gas bumi pada lapangan
Penobscot ini. Evaluasi prospek ini memiliki tujuan utama untuk mengetahui
kemungkinan jebakan hidrokarbon dan perkiraan besarnya. Dengan integrasi nilai
impedansi akustik dan data petrofisika ini, maka prediksi luas jebakan
hidrokarbon dapat dihitung lebih baik. Dengan diketahui perkiraan besar jebakan
hidrokarbon yang ada, maka tingkat nilai ekonomis lapangan Penobscot dapat
diperkirakan, dan strategi-strategi pengembangan yang nantinya dilakukan dapat
lebih tepat guna. Dan pada akhirnya, dengan adanya hasil dari penelitian ini
rencana pengembangan (Plan of Development) lapangan offshore Penobscot akan
jauh lebih efektif.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai penerapan integrasi dari aplikasi inversi
impedansi akustik dan interpretasi data seismik untuk melakukan evaluasi prospek
atau perkiraan potensi hidrokarbon yang terkandung di dalamnya.
Penelitian ini menekankan pada cara penggunaan serta analisa persebaran nilai
impedansi akustik untuk karakterisasi reservoar lebih lanjut dari segi geologi
maupun geofisika. Hal-hal yang mendasari karakterisasi reservoar tersebut antara
lain perpaduan antara data seismik, data sumur dengan evaluasi petrofisika, dan
data geologi, yang kemudian digunakan untuk membentuk persebaran lateral
lapisan reservoir batu pasir dari nilai imedansi akustik sehingga dapat
dibandingkan besarnya cadangan hidrokarbon secara lebih rinci dibandingkan
hasil evaluasi yang belum menggunakan hasil persebaran nilai impedansi akustik.
Hasil evaluasi prospek tersebut nantinya dapat digunakan sebagai acuan lebih
lanjut untuk dapat mengusulkan rencana pengembangan lapangan migas dari
Lapangan Penobscot.
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
4
Universitas Indonesia
1.3 Batasan Masalah
Untuk lebih fokus pada pembahasan pada penelitian ini, maka dilakukan beberapa
pembatasan masalah pada beberapa hal :
1. Data yang digunakan yaitu data seismik 3D, log sumur, marker geologi,
dan hasil interpretasi seismik berupa horison dan patahan.
2. Analisa impedansi akustik dilakukan pada tiga horison lapisan batu pasir
dari formasi Mississauga
3. Analisa evaluasi prospek dilakukan dengan pendekatan hasil inversi yang
diintegrasi dengan analisa interpretasi data seismik serta beberapa data
petrofisika yang telah diinterpretasi oleh pengembang sebelumnya
(http://www.ammonitenovascotia.com, 2012).
1.4 Metodologi Penelitian
Secara umum alur penelitian digambarkan pada diagram Gambar 1.1. Hal yang
pertama dilakukan adalah persiapan data awal yaitu data seismik, log sumur, serta
parameter lain yang akan digunakan dalam proses interpretasi. Setelah penentuan
parameter-parameter dari data awal tersesuaikan dengan baik, selanjutnya
dilakukan interpretasi seismik. Korelasi sumur dengan penentuan marker-marker
geologi pada log sumur dilakukan pada tahap pemodelan stratigrafi.
Kemudian interpretasi seismik dilakukan berdasarkan panduan dari data sumur
dan data geologi. Sebelum dilakukan picking horizon, data seismik di korelasi
dulu dengan data sintetik seismogram yang dihasilkan dari sonic log dan density
log yang berasal dari data sumur. Setelah itu dilakukan stretch dan squeeze hingga
didapatkan nilai koefisien korelasi yang baik. Ketika langkah tersebut sudah
dilakukan, maka picking horizon siap dilakukan. Setelah dilakukan picking
horizon di zona-zona propek, maka inversi impedansi akustik dapat dilakukan.
Selain itu dari hasil picking horizon tersebut juga dapat dibuat peta struktur
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
5
Universitas Indonesia
kedalaman. Analisis antara nilai impedansi akustik dan peta struktur kedalaman
dapat dijadikan acuan sebagai bahan untuk evaluasi prospek.
Gambar 1.1 Diagram alur penelitian
Studi dan Persiapan
Data
Sintetik Seismogram Korelasi Sumur
Korelasi Data Sumur
dengan Data Seismik
Interpretasi Data
Seismik
Pemetaan Struktur
Lapisan
Inversi Data Seismik
Peta Struktur Lapisan Impedansi Akustik
Hasil dan Analisis
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
6
Universitas Indonesia
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian ini dibagi dalam beberapa bagian yang disusun secara sistematis:
BAB 1, membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup
penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB 2, membahas
geologi regional daerah Lapangan Penobscot yang tujuannya untuk memberikan
gambaran prospek awal keadaan lingkungan Lapangan Penobscot. BAB 3,
mengenai konsep/teori dasar yang digunakan dalam evaluasi prospek dan inversi
impedansi akustik, teori dasar ini berguna sebagai dasar pengetahuan yang akan
digunakan dalam pengolahan data. BAB 4, pengolahan data, prosedur yang
tersusun secara sistematis dari proses pengumpulan data hingga dalam hal ini
menentukan daerah persebaran reservoir batu pasir yang akan dievaluasi nilai
prospektivitasnya. BAB 5, hasil dan pembahasan, bertujuan untuk menganalisa
hasil pengolahan data yang telah didapat, dan menentukan nilai-nilai
prospektivitas yang akan menjadi hasil akhir dari penelitian ini. BAB 6,
kesimpulan dan saran menekankan pada hasil utama yang kita dapat dan saran
yang diberikan untuk pertimbangan penilitian mendalam selanjutnya.
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
7 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM KONDISI GEOLOGI REGIONAL
2.1 Geologi Regional
Lapangan Penobscot berlokasi di Offshore Nova Scotia, tepatnya di Negara
Kanada. Lapangan ini terletak pada koordinat 44o07ā46ā N / 60
o06ā00ā W.
Daratan utama Nova Scotia terbagi dua oleh sistem Patahan Cobequid-
Chedabucto. Di selatan sistem patahan ini terdapat batuan metasedimen (batuan
metamorf yang berasal dari sedimen (Parker, 1997)) dari Meguma Terrane (suatu
kelompok dari formasi batuan (Parker, 1997)), dan batuan granite yang terlihat di
Teluk Peggy. Di utara zona patahan terdapat batuan vulkanik dan sedimen dari
Avalon Terrane, serupa dengan daerah selatan dari Newfoundland dan New
Brunswick.
2.2 Geologi Struktur
Struktur Penobscot terletak pada Mississauga Ridge, yang memisahkan Abenaki
dan Sub Cekungan Sable. Terdapat dua patahan utama pada lapangan penobscot,
satu terletak di sebelah barat. Dan patahan kedua terdapat di sebelah timur laut,
yang menjadikan daerah tersebut juga potensial hidrokarbon. Patahan yang
mengontrolnya adalah patahan yang tumbuh dan aktif hingga Paleogene dan
terlihat memanjang hingga Jurassic.
2.3 Stratigrafi
Cekungan Scotia mengandung batuan sedimen Mesozoic-Cenozoic hingga
mencapai ketebalan 16 km, batuan tersebut terendapkan selama masa pergerakan
pangea. Pengendapan paling awal terjadi pada masa Triassic, yang terdiri atas
klastik dan evaporit. Lalu terjadi transisi oleh pemekaran dasar laut pada awal
Jurrasic sehingga celah cekungan secara berangsur-angsur terisi oleh klastik dan
karbonat. Perkembangan hingga menjadi kondisi laut terjadi pada masa
pertengahan Jurassic, yang menyebabkan timbulnya dataran alluvial, deltaik, dan
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
8
Universitas Indonesia
fasies karbonat. Masa sedimentasi Cretaceous (awal/akhir) di dominasi oleh shale
(serpih) transgressive, batuan karbonat, dan kapur. Fluktuasi ketinggian air yang
relative pada masa Paleogene dan Neogene membuat campuran batu pasir laut
dan serpih diselingi oleh batuan klastik kasar dan batuan karbonat laut, dan
semuanya tertutup oleh sedimen laut yang terendapakan selama periode
Quaternary.
Gambar 2.1 Stratigrafi umum Scotia (http://www.nrcan.gc.ca/earth-
sciences/energy-mineral/geology/marine-geoscience/geology-of-scotian-
margin/7013,2012)
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
9
Universitas Indonesia
Formasi Verrill Canyon
Berada pada periode Jurassic Tengah dan Awal Cretaceous, Formasi Verrill
Canyon merupakan fasies laut dalam ekuivalen dengan Formasi Mohawk,
Abenaki, Mic Mac, dan Missisauga, Kandungan utamanya berupa serpih dengan
bedding tipis dari batu karbonat, lanau, dan batu pasir. Formasi ini mengendap
pada lingkungan prodelta, bagian luar shelf dan pada slope benua dengan rentang
ketebalan dari 360 meter di barat daya Cekungan Scotia hingga lebih dari 915
meter di daerah timur laut.
Formasi Mississauga
Formasi Mississauga tersebar sangat luas di Cekungan Scotia dimana formasi ini
bervariasi baik fasies maupun ketebalannya. Melintasi Platform LaHave dan
Burin dan Canso Ridge ketebalan formasi kurang dari 1000 m dan terdiri 60-80%
adalah batu pasir dengan beberapa fasies lokal batuan karbonat di daerah barat
daya. Pada Sub Cekungan Sable, lebih dari 2770 m telah dibor di area Pulau Sable
dan total ketebalan diperkirakan lebih dari 3 km dengan kandungan 30-50% batu
pasir.
Formasi Logan Canyon
Formasi Logan Canyon memiliki distribusi yang serupa dengan Formasi
Mississauga, akan tetapi ketebalannya diperkirakan sekitar 2.5 km. Formasi ini
dibagi dalam empat member, dua member di dodominasi oleh shale.
Formasi Dawson Canyon
Serpih, kapur, dan sedikit batu karbonat diendapkan melintasi Cekungan Scotia
selama periode akhir Cretaceous. Pengendapan ini menghasilkan Formasi Dawson
Canyon yang ketebalannya bervariasi hingga lebih dari 700 m di selatan Sub
Cekungan Whale.
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
10 Universitas Indonesia
BAB 3
TEORI DASAR
3.1 Petrofisika
Petrofisika berasal dari bahasa yunani petra yang berarti batu dan physis yang
berarti alam, adalah ilmu yang mempelajari properti batuan baik secara fisik dan
kimiawi terhadap interaksinya dengan fluida (Tiab & Erle, 2004). Ilmu petrofisika
sangat berguna dalam melakukan analisis data lubang bor atau yang biasa dikenal
dengan well logging. Logging bertujuan untuk mendapatkan data properti fisika
secara langsung pada lapisan bumi di kedalaman tertentu, alat utama yang
digunakan dalam logging diantaranya adalah Gamma Ray, Density, Sonic, dan
Resistivity Log.
Porositas
Porositas adalah volume dalam suatu batuan yang dapat berisi fluida, biasa
dihitung dalam persen. Ada beberapa macam porositas, yaitu :
-Porositas Total t, adalah perbandingan antara ruang ākosongā (pori-pori,
retakan, gerohong) total yang tidak diisi oleh benda padat yang ada di antara
elemen-elemen mineral dari batuan, dengan volume total batuan :
ā š” =šš”āšš
šš”=
šš
šš
Di mana :
šš= volume ruang ākosongā, biasanya terisi oleh fluida (air, minyak, gas)
šš = volume yang terisi oleh zat padat
šš”= volume total batuan
...(3.1)
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
11
Universitas Indonesia
Permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan batuan untuk melewatkan fluida, atau
kemampuan mengalir dari fluida formasi, yang sering ditandai dengan K. Ini
merupakan pengukuran tingkatan dimana fluida akan mengalir melalui suatu
daerah batuan berpori di bawah gradien tekanan yang tertentu, Dinyatakan dalam
milidarcies (md); nilai 1000 md adalah tinggi dan nilai 1.0 md adalah rendah
untuk ukuran produksi.
Permeabilitas sangat tergantung pada ukuran butiran batuan. Sedimen batuan
berbutir besar dengan pori-pori besar mempunyai permeabilitas tinggi, sedangkan
sedimen batuan berbutir halus dengan pori-pori kecil dan alur yang berliku-liku
mempunyai permeabilitas rendah.
Densitas
Densitas adalah perubahan sifat fisis material yang terjadi karena adanya
perubahan perbandingan antara massa (kg) dengan volume (m3). Densitas
merupakan parameter yang digunakan dalam perhitungan gelombang P,
gelombang S dan impedansi, dimana nilai dari densitas dipengaruhi oleh jumlah
mineral, komposisi mineral, temperatur, tekanan porositas dan fluida yang
mengisi pori-pori batuan, dari semua itu mempengaruhi nilai densitas yang
nantinya akan berpengaruhi pada respon bawah permukaan bumi.
3.2 Geofisika
Geofisika adalah ilmu yang mempelajari bumi menggunakan pendekatan-
pendekatan fisika. Dalam eksplorasi hidrokarbon ilmu geofisika berkolaborasi
dengan ilmu geologi digunakan khususnya untuk melakukan karakterisasi
reservoar. Dalam aplikasinya metode geofisika yang banyak digunakan dalam
eksplorasi hidrokarbon adalah metode seismik. Teori-teori metode seismik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
12
Universitas Indonesia
3.2.1 Impedansi Akustik (IA)
Hubungan antara perkalian densitas dan kecepatan dinamakan sebagai Impedansi
Akustik IA.
š¼š“ = šš
Secara praktis dalam formasi batuan, istilah impedansi akustik menggambarkan
tingkat kekerasan suatu formasi atau kemampuan batuan dalam melewatkan
gelombang seismik. Rasio antara nilai impedansi akustik pada formasi batuan
sebelum dan formasi setelahnya disebut Koefisien Refleksi R. Secara rinci rasio
tersebut dideskripsikan pada persamaan:
š =š2š2āš1š1
š2š2+š1š1
3.2.2 Seismik Inversi
Kata inversi dapat dipahami sebagai suatu proses seorang geofisikawan untuk
memperoleh karakter fisis di dalam bumi dari data yang diperoleh saat
pengukuran di permukaan bumi (Riyanto, 2012). Metode inversi adalah usaha
untuk mengembalikan log impedansi pseudo-akustik broadband dari tras seismik
yang band-limited (Russell,1988). Selain itu Inversi seismik didefinisikan juga
sebagai teknik pemodelan geologi bawah permukaan menggunakan data seismik
sebagai input dan data sumur sebagai kontrolnya (Sukmono, 1999). Metode
inversi merupakan kebalikan dari metode forward dimana dalam metode forward
kita mengubah data model bumi menjadi suatu respon seismik. Sedangkan dalam
metode inversi respon seismik yang ada diusahakan untuk menjadi model bumi.
...(3.3)
...(3.2)
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
13
Universitas Indonesia
Gambar 3.1 Sistem pemodelan Forward dan Inverse (Russell, 1988).
Dalam memahami teknik inversi ini, hal dasar yang harus diketahui adalah dasar
mengenai konvolusi gelombang seismik.
Gelombang seismik yang merambat dari sumber akan berubah bentuk
gelombangnya tergantung dari reflektor yang dilaluinya. Reflektor-reflektor di
dalam bumi ini dapat diibaratkan suatu filter yang mengubah bentuk dari
gelombang seismik. Sampai saat ini pemodelan yang paling mendekati filter ini
adalah pemodelan konvolusi. Bentuk tras seismik yang terkonvolusi dapat dilihat
pada persamaan berikut :
š„ š” = š š” ā š š” + šššš š
x(t) merupakan tras seismik, r(t) merupakan koefisien refleksi bumi, dan W(t)
adalah wavelet seismik. Dengan anggapan bahwa data seismik telah mengalami
processing dengan baik maka parameter noise dapat dihilangkan dari persamaan,
sehingga menjadi:
š„ š” = š š” ā š š”
Visualisasi persamaan ini dapat terlihat pada gambar 3.2
Forward Modelling Inverse Modelling
Earth Model
Modelling
Algorithm
Seismic Response
Seismic Response
Modelling
Algorithm
Earth Model
...(3.4)
...(3.5)
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
14
Universitas Indonesia
Gambar 3.2 Pembentukan tras seismik
(http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/tras-seismik-seismic-
trace.html,2012)
Koefisien refleksi didapatkan dari data log sumur, konvolusi wavelet dengan
koefisien refleksi akan menghasilkan seismogram sintetik. Proses ini termasuk
pemodelan forward. Oleh karena itu inversi berarti suatu proses dekonvolusi
karena mencoba mendapatkan urutan-urutan koefesien refleksi dari suatu tras
seismik. Atau digambarkan dengan persamaan:
š š” = š š” ā1 ā š„(š”)
Dengan W(t)-1
adalah invers dari wavelet. Dalam proses inversi seismik, data
seismik berupa frekuensi yang bandlimited, dikarenakan tidak mempunyai
frekuensi rendah dan tinggi akibat konvolusi wavelet yang bandlimited, untuk
menambahkan frekuensi yang hilang tersebut maka ditambahkan data log sumur
yang memiliki frekuensi rendah dan tinggi, sehingga dengan demikian hasil akhir
inversi dapat berupa impedansi broadband (Yilmaz, 2001). Secara umum inversi
data seismik dibedakan dalam wilayah prestack dan poststack, jenis inversi di tiap
wilayah tersebut dapat dilihat pada gambar 3.3.
...(3.6)
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
15
Universitas Indonesia
Gambar 3.3 Jenis-jenis teknik seismik inversi (Russell, 1988)
Seismic Inversion
Methods
Poststack
Inversion
Prestack
Inversion
Linear
Methods
Non Linear
Methods
Wavefield Traveltime Recursive Model
Based
Sparse-
Spike
Narrow
Band
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
16 Universitas Indonesia
BAB 4
PENGOLAHAN DATA
4.1 Input Top Marker Data Log
Untuk dapat melakukan interpretasi seismik dengan baik, pada data ini acuan
yang digunakan berasal dari data log. Data seismik baik dalam resolusi lateral
akan tetapi resolusinya tidak terlalu bagus dalam domain vertikal. Oleh karena itu
dalam interpretasi formasi, urutan data vertikal yang paling baik adalah data core
formasi, data sumur, dan terakhir data seismik. Karena pada lapangan ini tidak
terdapat data core, maka interpretasi data seismik hanya didukung oleh data
sumur.
Oleh karena data sumur menjadi acuan awal dalam interpretasi data seismik maka
prosedur awal adalah dengan menginterpretasi data sumur. Interpretasi ini
dilakukan dengan memberikan top marker pada data sumur B-41 dan L-30. Dari
data top marker yang ada, dilakukan input ke dalam software.
Selain sebagai hasil interpretasi formasi, marker dapat digunakan sebagai batasan
window dalam melakukan berbagai jenis pengolahan. Window dibutuhkan dalam
melakukan pengolahan data untuk memfokuskan kalkulasi pada daerah target kita
saja, karena ketika kalkulasi pengolahan dilakukan ke seluruh data dapat
menghabiskan memori komputer dan akan memperlambat proses pengolahan.
Selain itu pengolahan yang dilakukan ke seluruh data dapat membuat hasil
pengolahan tidak mewakili data daerah target kita. Akan tetapi penggunaan
window ini tidak mutlak harus dilakukan, tergantung tujuan pengolahan yang
ingin kita lakukan.
Setelah marker diberikan, ketika kita memposisikan kedua sumur tersebut dalam
satu layar dengan skala antara kedua sumur sama, terlihat adanya perbedaan
kedalaman antara kedua sumur tersebut. Pengisian warna pada data sumur
berguna dalam membantu interpretasi quick look dan melihat kesamaan pola
formasi antara kedua sumur.
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
17
Universitas Indonesia
4.2 Sintetik Seismogram dan Korelasi Data Sumur dengan Seismik
Pembentukan sintetik seismogram berfungsi dalam melakukan pemodelan bentuk
tras seismik yang terjadi. Untuk melakukan atau menghasilkan sintetik
seismogram, aplikasi pemodelan konvolusi diterapkan pada tahap ini. Dalam
pembentukan tras seismik, hal yang wajib dimiliki adalah deret koefisien refleksi
dan wavelet.
Deret koefisien refleksi dapat kita dapatkan dari data log sonik dan log densitas.
Sedangkan wavelet diekstraksi dari data seismik antara Top Mississauga dan
Lower Mississauga.
Gambar 4.1 Korelasi data sumur L-30 dengan data seismik serta wavelet yang
digunakan
Setelah sintetik seismogram didapatkan maka korelasi dengan data seismik dapat
dilakukan. Baik tidaknya korelasi di QC (quality control) dengan melihat nilai
koefisien korelasinya. Koefisien korelasi akan semakin baik ketika semakin dekat
dengan nilai satu. Akan tetapi selain dengan melihat nilai koefisien korelasi,
korelasi data seismik juga harus sesuai dengan kondisi geologi yang ada.
Maksudnya adalah ketika kita mencari nilai koefisien korelasi terbaik, maka kita
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
18
Universitas Indonesia
akan melakukan shifting atau penggeseran data seismik agar menyerupai data
sintetik seismogram yang ada, selain itu stretch dan squeeze juga dilakukan agar
data seismik semakin tinggi nilai korelasinya. Proses shifting, stretch dan squeeze
menentukan pada kedalaman waktu berapa marker data sumur kita berada.
Penentuan kedalaman data seismik ini terkadang memiliki nilai koefisien korelasi
tinggi akan tetapi bukan pada kondisi geologi sebenarnya. Hal ini dapat terjadi
akibat penggunaan bentuk wavelet kita dan memang disebabkan data seismik
yang serupa dengan sintetik seismogram kita. Oleh karena itu analisis geologi
perlu benar-benar diperhatikan pada tahap ini.
4.3 Interpretasi Data Seismik dan Pemetaan Struktur
Setelah korelasi dengan data seismik dilakukan, maka kita dapat melakukan
interpretasi pada data seismik. Interpretasi data seismik dilakukan dengan cara
picking horizon pada target formasi kita, dalam hal ini lapisan top reservoir Sand
3, 4, dan 5.
Untuk melakukan interpretasi, agar meningkatkan ketepatan picking tiap lapisan,
dibuat dahulu satu composite line yang melewati kedua sumur. Composite line ini
mengambil tras-tras data seismik yang dilewati garis itu sehingga membentuk
penampang baru. Setelah itu picking bisa dilakukan pada penampang seismik
tersebut.
Setelah interpretasi dilakukan pada composite line, sebaiknya interpretasi
dilakukan pada penampang-penampang yang dekat dengan lokasi data sumur, hal
ini dikarenakan litologi kedalaman yang ada masih berada dekat dengan data
sumur, sehingga kualitas panduan interpretasi yang digunakan masih baik. Setelah
interpretasi selesai dilakukan pada inline dan xline maka ekstraksi peta struktur
waktu dapat dilakukan. Peta struktur waktu ini sangat berguna dalam
memperlihatkan perkiraan keadaan struktur di bawah permukaan. Struktur ini
sangat berguna dalam menentukan daerah-daerah yang kemungkinan dapat
menjadi jebakan hidrokarbon. Akan tetapi peta struktur waktu ini belum dapat
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
19
Universitas Indonesia
dijadikan acuan utama dalam menentukan prospek. Hal ini disebabkan struktur
dengan kedalaman yang masih berada dalam domain waktu akan memberikan
kesalahan interpretasi dalam domain kedalaman sebenarnya. Oleh karena itu
nantinya peta struktur waktu ini akan dikonversi kedalam domain depth atau
kedalaman.
Lalu interpretasi yang dilakukan selanjutnya adalah interpretasi patahan. Dalam
melakukan interpretasi patahan ada baiknya sambil melihat peta struktur hasil
ekstraksi horizon. Hal ini untuk melihat lokasi patahan yang terbentuk apakah
masih logis bentuk geologi patahannya atau tidak.
Gambar 4.2 Interpretasi pada xline 1153 sumur L-30
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
20
Universitas Indonesia
Gambar 4.3 Proses picking pada setiap interval penampang 20
Gambar 4.4 Peta struktur waktu sand 5
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
21
Universitas Indonesia
4.4 Inversi Impedansi Akustik
Untuk mengetahui persebaran reservoar yang lebih tinggi tingkat akurasinya maka
dibutuhkan parameter yang depat menggambarkan litologi bumi secara jelas yaitu
impedansi akustik. Nilai impedansi akustik di dapatkan dengan cara melakukan
inversi pada daerah terget, yaitu horizon Sand 3 hingga Sand 5. Inversi yang
digunakan disini adalah metode inversi liniear sparse spike. Metode ini dianggap
yang paling baik diterapkan karena hasil impedansi yang di dapat berasal dari
deret koefisien refleksi yang sparse atau renggang. Deret koefisien yang renggang
memberikan gambaran yang jelas daerah impedansi akustik utama yang
diinginkan.
Sebelum melakukan inversi linear sparse spike dibuat sebuah model inversi
dahulu dari data seismik. Model inversi ini merupkan model yang memiliki
frekuensi rendah karena frekuensi seismik biasanya bandlimited, kehilangan
frekuensi rendah, maka untuk melengkapi data frekuensi rendah yang hilang,
model inversi dibuat dengan berisi sinyal frekuensi rendah yang di ekstraksi dari
data sumur, dengan begitu frekuensi dapat dilengkapi dan menjadi lebih
broadband. Dengan frekuensi yang broadband diharapkan tidak ada data litologi
yang hilang, sehingga model geologi menjadi tepat sebagai acuan inversi.
Gambar 4.5 Inversi Sparse Spike pada xline 1153
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
22
Universitas Indonesia
4.5 Persebaran Impedansi Akustik
Setelah inversi data seismik dilakukan, maka akan terlihat zona-zona dengan
litologi yang berbeda. Untuk mengetahui persebaran reservoar batu pasir maka
ekstraksi nilai impedansi akustik dilakukan pada peta struktur waktu yang telah
dibuat. Sebelum melakukan ekstraksi nilai impedansi akustik pada peta struktur
waktu, cube data seismik inversi yang telah dihasilkan diinput terlebih dahulu.
Setelah ekstraksi impedansi akustik dilakukan pada tiap peta struktur waktu, maka
semakin terlihat daerah-daerah persebaran batu pasir yang menjadi target
reservoar.
Gambar 4.6 Persebaran IA pada peta struktur waktu Sand 5
4.6 Model Kecepatan
Agar interpretasi menggambarkan keadaan struktur bawah permukaan yang
mendekati kenyataan, maka perlu dilakukan konversi kedalaman dari domain time
(waktu) menjadi domain depth (kedalaman). Untuk mengubah domain data
seismik waktu menjadi kedalaman maka dibutuhkan nilai kecepatan pada suatu
lapisan. Secara manual konsep yang digunakan adalah dengan memperkirakan
dahulu waktu rambat gelombang pada suatu lapisan, waktu rambat ini haruslah
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
23
Universitas Indonesia
OWT (One Way Time). Kedalaman data seismik biasa ditampilkan dalam TWT
(Two Way Time), oleh karena itu untuk mengubahnya menjadi OWT, nilai TWT
harus dikali dengan Ā½. Setelah mendapatkan nilai OWT, maka kita menentukan
kedalaman (depth) lapisan tersebut. Nilai kedalaman ini dapat ditentukan dari
interpretasi litologi data sumur. Maka nilai kecepatan dapat ditentukan dengan
membagi kedalaman dan waktu tempuh gelombang. Dalam software nilai
pemodelan kecepatan ini ditampilkan dalam bentuk model Velocity Cube.
Nilai kecepatan yang diinterpretasi pada terget reservoar adalah sebagai berikut :
- Sand 3 : 2480 m/s
- Sand 4 : 2500 m/s
- Sand 5 : 2550 m/s
Gambar 4.7 Model Velocity Cube
4.7 Konversi Waktu Menjadi Kedalaman
Setelah didapatkan model kecepatan, maka konversi dari waktu menjadi
kedalaman dapat dilakukan. Konversi ini dilakukan pada setiap data seismik baik
itu data seimik asli maupun seismik hasil inversi sparse spike. Setelah itu
pembuatan peta struktur kedalaman dapat dilakukan. Peta struktur kedalaman ini
yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan prospektifitas lapangan, hal ini
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
24
Universitas Indonesia
disebabkan karena peta struktur dalam domain waktu masih mengindikasikan
bentuk struktur semu. Selain peta struktur waktu dalam domain kedalaman,
ekstraksi nilai IA pada seismik inversi dalam domain kedalaman perlu dilakukan
untuk melihat persebaran reservoar batu pasir yang ada dalam domain kedalaman.
4.8 Kalkulasi Volumetrik
Reservoar-reservoar yang dianggap prospek dan dapat menjebak hidrokarbon
perlu ditentukan volume bulknya yang nantinya dapat digunakan untuk kalkulasi
cadangan sehingga dapat dilihat ranking prospektifitasnya. Untuk menetukan
volume bulk, maka zonasi perlu dilakukan terutama dalam menentukan top
reservoar, spill point yang nantinya menjadi ketebalan reservoar dan polygon
untuk menentukan luasan area yang dianggap prospek. Volume bulk didapatkan
dengan mengalikan luasan area polygon dengan ketebalan rata-rata reservoar
batupasir di tiap horisonnya.
Gambar 4.8 Inversi Sparse Spike pada xline 1153 dengan domain kedalaman
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
25
Universitas Indonesia
Gambar 4.9 Peta struktur kedalaman Sand 5
Gambar 4.10 Persebaran IA pada peta struktur kedalaman Sand 5
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
26 Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Sumur
Dalam penelitian ini zona target yang dicari adalah reservoar batu pasir. Analisa
reservoar menggunakan data sumur yang berjumlah dua buah. Interpretasi data
sumur menggunakan data log gamma-ray, data log resistivitas, log porositas serta
penggunaan log impedansi hasil penghitungan antara data log sonik dengan data
log densitas. Dengan melakukan interpretasi data log, maka target-target dalam
menentukan prospek suatu lapangan akan lebih terfokus, karena setelah
melakukan interpretasi, nantinya litologi, serta batasan litologi suatu lapisan dapat
terlihat, selain itu data-data petrofisika yang diperlukan dalam kalkulasi cadangan
hidrokarbon dapat dihasilkan (porositas, saturasi air, Net to Gross).
Analisis pertama yang dilakukan adalah analisa litologi. Dari pengolahan data
telah diberikan marker-marker litologi lapisan yang berasal dari penelitian
sebelumnya. Marker ini perlu dianalisa lagi guna meng-QC data serta melihat
hubungannya dengan interpretasi litologi yang berasal dari nilai impedansi
akustik. Interpretasi litologi dilakukan melalui interpretasi data log gamma ray
dan menghubungkannya atau crossplot dengan log impedansi akustik. Plot silang
dilakukan dengan melihat persebaran nilai antara gamma ray versus impedansi
akustik serta nilai log densitas yang juga digunakan sebagai acuan interpretasi
litologi.
Dari plot silang yang dilakukan terlihat bahwa daerah-daerah litologi batu pasir
yang menjadi target reservoar memiliki zona berwarna hijau, lalu untuk shale
diperlihatkan melalui zona yang berwarna merah dan terdapat pula selingan
batuan berupa tightsand berwarna ungu. Nilai-nilai impedansi yang
mengindikasikan target reservoar batu pasir berkisar antara 7000 m/s*g/cc hingga
9000 m/s*g/cc dengan nilai gamma ray hingga 50 gapi, nilai ini juga dikontrol
dengan log densitas yang mengindikasikan densitas reservoar batu pasir antara 2.2
g/cc hingga 2/3 g/cc.
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
27
Universitas Indonesia
Gambar 5.1 Crossplot antara log impedansi akustik dengan log gamma ray
(kontrol warna log densitas) sumur L-30
Gambar 5.2 Cross Section anatara log impedansi akustik dengan log gamma ray
sumur L-30
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
28
Universitas Indonesia
Setelah diketahui litologi daerah reservoar, maka untuk mengetahui ada tidaknya
potensi hidrokarbon dilihat dengan menggunakan cross plot antara log gamma ray
dan log impedansi akustik sebagai kontrol daerah reservoar serta log resistivitas
sebagai kontrol jenis fluida yang terkandung di dalam reservoar.
Dari zona-zona crossplot yang telah dibuat, diinterpretasikan bahwa kandungan
hidrokarbon terdapat pada zona yang berwarna kuning karena nilai resistivitasnya
yang relatif lebih tinggi serta nilai gamma ray dan impedansi akustiknya yang
rendah menunjukkan hidrokarbon yang terjebak pada reservoar batu pasir. Nilai
resistivitas hidrokarbon berkisar di atas 2.5 Ohm-m. Sedang zona berwarna biru
muda menunjukkan daerah yang diisi oleh fluida air, hal ini didukung dengan
nilai resistivitasnya yang relatif rendah. Selain itu lapisan impermeabel yang dapat
mencegah larinya hidrokarbon (seal) juga diinterpretasikan dengan zona berwarna
merah, zona ini memiliki area dengan tingkat gamma ray relatif tinggi dan
resistivitasnya rendah.
Gambar 5.3 Crossplot antara nilai log gamma ray dengan resistivitas (kontrol
impedansi akustik) sumur L-30
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
29
Universitas Indonesia
Gambar 5.4 Cross section log gamma ray dengan log resistivitas sumur L-30
5.2 Analisis Inversi Impedansi Akustik
Inversi impedansi akustik bertujuan untuk dapat melihat persebaran reservoar batu
pasir sehingga dapat lebih terlihat daerah-daerah yang memilik prospek
menyimpan cadangan hidrokarbon. Dalam melakukan inversi, jenis yang
digunakan adalah inversi linear sparse spike. Inversi ini digunakan karena dapat
memperlihatkan perbedaan litologi dengan jelas antara batu pasir dengan lapisan
penyekatnya yaitu shale.
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
30
Universitas Indonesia
Gambar 5.5 Analisis inversi sumur L-30
Dengan hanya menargetkan inversi pada daerah reservoar yaitu 50 ms sebelum
Sand 3 dan 50 ms setelah Sand 5, terlihat adanya kecocokan tren antara kurva
impedansi data sumur dengan kurva impedansi hasil inversi. Error rms antara
kurva impedansi pada sumur B-41 menunjukkan nilai 711.96 sedangkan korelasi
antara sintetik dengan data seismik menjadi 0.73. Pada sumur L-30 error rms
menunjukkan nilai 727.628 sedangkan nilai korelasi anatara sintetik serta data
seismik menjadi 0.77. Untuk membentuk inversi ini, digunakan parameter
Sparseness 100%, Maximum constraint frequency 20, serta window length 64
samples.
5.3 Analisa Persebaran Impedansi Akustik pada Peta Struktur Kedalaman
Dalam penentuan persebaran lapisan batu pasir yang ditargetkan menjadi
reservoar, maka cube hasil inversi impedansi akustik di overlay terhadap peta
struktur kedalaman sehingga memperlihatkan bentuk persebaran dari lapisan batu
pasir.
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
31
Universitas Indonesia
Gambar 5.6 Peta persebaran IA Sand 3
Dari bentuk persebaran di atas terlihat bahwa daerah dengan areal berwarna hijau
kekuningan menunjukkan bentuk persebaran dari batu pasir, sedangkan areal
dengan warna merah menunjukkan areal persebaran shale.
5.4 Analisis Lead dan Prospek
Pengartian lead dan prospek sering menjadi suatu ambigu, akan tetapi lead dalam
penelitian ini diartikan sebagai daerah yang berpotensi memiliki cadangan
hidrokarbon akan tetapi belum memiliki data-data pendukung yang cukup kuat,
sedangkan prospek merupakan daerah yang memiliki cadangan hidrokarbon yang
telah memiliki data-data pendukung dalam hal ini areal yang masih berada di
sekitar sumur lama yang diinterpretasi memiliki potensi cadangan hidrokarbon.
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
32
Universitas Indonesia
Dalam studi ini cadangan hidrokarbon dianggap sebagai minyak bumi, oleh
karena itu perkiraan perhitungan cadangan hidrokarbonnya berasal dari persamaan
berikut HCPV (Hydrocarbon Prospect Volume) :
š»š¶šš = šµš¢šš šššš¢šš ā šššŗ ā ššššš šš”š¦ ā (1 ā šš¤)
Bulk Volume merupakan volume yang dapat diisi oleh fluida dalam satu jebakan
reservoar, dalam hal ini pendekatan dalam menghitung Bulk Volume berasal dari
luas perkiraan area prospek dikali dengan ketebalan rata-rata lapisan reservoar.
NTG atau Net to Gross menyatakan perbandingan antara satu Volum reservoar
yang dapat berisi fluida dengan nilai Bulk Volume reservoar. Pendekatannya
didapatkan dari perhitungan nilai shaliness dalam satu reservoar tersebut, yaitu
berasal 1-Vshale.
Secara langsung nilai porositas dan nilai saturasi pada lapisan reservoar di
dapatkan dari perhitungan petrofisis yang sudah dilakukan oleh penelitian
sebelumnya sehingga nilai porositas dan saturasi air langsung didapatkan.
Gambar 5.7 Areal Prospek Sand 3
Prosp. S3
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
33
Universitas Indonesia
Gambar 5.8 Areal Prospek Sand 4
Gambar 5.9 Areal Prospek Sand 5
Prosp. S4
Prosp. S5_1
Prosp. S5_2
Prosp. S5_3
Lead S5_1 Lead S5_2
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
34
Universitas Indonesia
Tabel 5.1 Kalkulasi cadangan prospek Lapangan Penobscot
Tabel 5.2 Ranking cadangan prospek Lapangan Penobscot
Tabel 5.3 Kalkulasi cadangan Lead Lapangan Penobscot
Tabel 5.4 Ranking cadangan Lead Lapangan Penobscot
Prospect Area (m^2) Average Thickness (m) Bulk Volume (m^3) Porosity (%) SW (%) Net to Gross V Reserves (m^3) V Reserves (Bbl)
Sand 3 756547 27,5 20805042,5 22,5 57 0,78 1570052,5 9875630,4
Sand 4 351261 25 8781525 23 34 0,79 1053098,0 6623986,7
Sand 5_1 475190 45 21383550 23 46 0,8 2124669,5 13364171,3
Sand 5_2 330845 45 14888025 23 46 0,8 1479274,2 9304634,5
Sand 5_3 252438 45 11359710 23 46 0,8 1128700,8 7099527,9
Rank Horizon Prospect V Reserves (Bbl) % Prospek
1 Sand 5 Sand 5_1 13364171,3 28,88
2 Sand 3 Sand 3 9875630,4 21,34
3 Sand 5 Sand 5_2 9304634,5 20,11
4 Sand 5 Sand 5_3 7099527,9 15,34
5 Sand 4 Sand 4 6623986,7 14,32
Total 46267950,9 100,00
Lead Area (m^2) Average Thickness (m) Bulk Volume (m^3) Porosity (%) SW (%) Net to Gross V Reserves (m^3) V Reserves (Bbl)
Sand 5_1 801309 45 36058905 23 46 0,8 3582812,8 22535892,5
Sand 5_2 591540 45 26619300 23 46 0,8 2644893,6 16636381,0
Rank Horizon Prospect V Reserves (Bbl) % Prospek
1 Sand 5 Sand 5_1 22535892,5 57,53
2 Sand 5 Sand 5_2 16636381,0 42,47
Total 39172273,6 100,00
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
35
Universitas Indonesia
Gambar 5.10 Penampang XL 1160 dengan bentukan jebakan struktur pada daerah
reservoar sand 5 (lingkaran ungu)
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013
36 Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Lapangan penobscot yang berada pada daerah cekungan Sable memiliki prospek
hidrokarbon pada Formasi Mississauga, dengan reservoarnya berupa batu pasir.
Hal ini dibuktikan dari identifikasi litologi berdasarkan crosssplot antara log
impedansi, log gamma ray, serta log densitas. Selain itu diidentifikasi terdapat
hidrokarbon yang terjebak pada reservoar batu pasir tersebut yang dibuktikan
adanya nilai resistivitas yang tinggi di setiap permukaan zona reservoar sebelum
litologi berubah menjadi shale, serta penurunan resistivitas pada pertengahan
daerah reservoar yang diidentifikasi sebagai air yang mendorong hidrokarbon ke
puncak reservoar.
Dari reservoar yang terdapat pada Formasi Mississauga, dilakukan penelitian pada
reservoar Sand 3, Sand 4, dan Sand 5 dan diperkirakan memiliki total cadangan
prospek di dalam reservoar hingga 46 MBbl.
6.2 Saran
Penelitian ini menitik beratkan evaluasi prospek hanya berdasarkan dua data
sumur yang pernah di bor sebelumnya. Untuk membuktikan prospek yang telah
diberikan dari hasil penelitian, sebaiknya pengeboran coba dilakukan pada daerah-
daerah prospek tersebut dimulai dengan propsek yang memiliki ranking paling
tinggi. Selain dapat membuktikan adanya prospek hidrokarbon, pengeboran sumur
baru dirasa dapat menambahkan data sumur yang jumlahnya masih sangat minim.
Evaluasi prospektivitas..., Primaditanintyas Waharasto, FMIPA-UI, 2013