Upload
dinhliem
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Penyajian hasil penelitian ini merupakan temuan data yang akan
dianalisis untuk mengkaji fenomena berkenaan dengan pembaruan
metode pembelajaran kitab kuning dipondok pesantren salaf sidogiri.
Selanjutnya pada sub bab ini disusun secara sistematis data-data yang
diperoleh di lapangan dengan urutan sebagai berikut: Pertama, Upaya
pembaruan metode pembelajaran kitab kuning di pesantren salaf Sidogiri
.Kedua,. Penerapan Metode al-Miftah Lil Ulum di pesantren salaf
Sidogiri Ketiga, Dampak penerapan metode al-Miftah Lil Ulum terhadap
hasil belajar santri di pesantren salaf Sidogiri
A. Upaya Pembaruan Metode Pembelajaran Kitab Kuning Di
Pesantren Salaf Sidogiri
Kitab kuning merupakan identitas yang inheren dengan
pesantren.Istilah kitab kuning ini dilekatkan pada kitab-kitab warisan
abad petengahan yang masih dilestarikan didunia pesantren sampai saat
sekarang ini. Kitab kuning identik dengan tulisan yang berbahasa arab
dan biasanya tidak dilengkapi dengan harakat (Syakal) yang biasa
dikenal dengan kitab gundul. Persoalan yang sangat krusial dalam
memahami kitab kuning adalah menyangkut penguasaan bahasa arab,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
77
bagaimanapun bahasa arab dipesantren merupakan bahasa primer karena
hampir seluruh refrensi yang digelutinya menggunkan bahasa arab.1
Dalam tradisi pesantren, pengajaran bahasa arab diberikan dengan
topang sedikitnya dua disiplin pendukungnya, diantaranya Nahwu dan
Sharraf. Dua disiplin inilah yang menjadi pintu masuk bagi para santri
untuk mendalami literatur-literatur yang ada, sekaligus menuangkan
secara produktif dalam wujud karya-karya tertulis, misalnya kitab Al-
Ajrumiyyah, „Imrithy, Mutammimah, dan Naz}om Al-Maqsu>d merupakan
kitab yang dipelajari ditingkat dasar dan menengah, sedangkan kitab
Alfiyah ‘Ibn Malik dipelajari ditingkat atas.2Ironisnya, pembelajaran kitab
kuning ini sering kali masih menjadi persoalan karena tradisi proses
belajar menggajar masih terbiasa dengan budaya oral dan tulisan, hal ini
diakibatkan karena metode pengajarannya yang kurang terstruktur dan
tertata secara sistematis.
Dalam menyikapi realita tersebut pesantren salaf Sidogiri berupaya
melakukan sebuah dobrakan baru untuk tetap mempertahankan tradisi
salaf dengan menciptkan sebuah pembaruan dalam metode
pembelajaran melalui program tarbiyah I‟dadiyah.
1Amin haderi, dkk Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Moderis Dan Tantangan
Kompleksitas Global(Jakarta:IRD PRESS,2004), 149 2Ibid, 141
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
78
Menurut ustad HM. Aminulloh Bq.3 Tarbiyah I‟dadiyah lahir
sebagai salah satu solusi peningkatan kemampuan baca kitab santri.Sebab
belakangan ini kemampuan baca kitab santri mengalami penurunan.hal
ini disebabkan mereka tidak menguasai ilmu alat (Nahwu- Sharraf) jadi
ilmu alat santri harus ditingkatkan, maka lahirlah program tarbiyah
I‟dadiyah.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh ustad Qusyairi Ismail.
Pada tahun ini1433-1434 H pondok pesantren Sidogiri telah
menerapkan satu sistem pendidikan persiapan bagi anak-anak usia dini
yang belum bisa menbaca kitab kuning dengan program Idadiyah,
perogram ini dilaksanakan secara klasikal dengan menggunakan metode
baca kitab cepat” Metode Al Miftah Lil Ulum” yang diterbitkan oleh
pondok pesantren Sidogiri. Nama yang diberikan langsung oleh pengasuh
PPS.KH.A. Nawawi Abd.Jalil. Metode ini merupakan upaya yang
dilakukan oleh majlis keluarga PPS melalu BATARTAMA sebagai
respon dan perhatian pengurus demi meningkatkan kualitas baca kitab
santri sehingga fokus dari kegiatan i‟dadiyah ini adalah sebagai bentuk
upaya pembelajaran baca kitab efektif melalui metode, materi dan guru
khusus.4
Metode pembelajaran al-Miftah Lil Ulum sebagai model, strategi,
dan pendekatan pembelajaran khususnya yang dirancang,
mengembangkan, dan mengelola sistem pembelajaran sehingga guru
dituntut untuk mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif,
menggairahkan, dan memiliki keterampilan khusus.Dengan demikian
metode al-Miftah Lil Ulum ini merupakan bentuk inovasi penggubah
bermacam interaksi yang ada didalam khususnya di tingkat Idadiyah.
3 HM. Aminulloh Bq, wawancara, Koordinator 1 Pendidikan Madrasiyah PPSPasuruan,
12 Mei 2013. 4A.Qusayairi Ismail, Wawancara, Koordinator Tarbiyah I‟dadiyah PPSPasuruan, 12 Juni
2013.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
79
Ada dua konsep utama yang digunakan dalam pebelajaran kuantum
dalam rangka mewujudkan energi guru siswa menjadi cahaya belajar
yaitu kecepatan belajar melalui usaha sengaja untuk mengikis hambatan-
hamabatan belajar tradisional, dan fasilitas belajar yang mempermudah
proses belajar mengajar, asas utama yang digunakan dalam pembelajaran
quantum yaitu” bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia
kita kedunia mereka”.5
Hal ini serupa dengan metode yang diterapkan dipesantren salaf
Sidogiri pada tingkat Idadiyah, dimana metode tersebut mengisyaratkan
pentingnya memasuki dunia atau kehidupan dunia anak sebagai langkah
awal dalam melaksanakan proses pembelajaran. Memahami dunia dan
kehidupan anak merupakan lisensi bagi para guru untuk memimpin,
menuntun dan memudahkan perjalanan siswa dalam meraih hasil belajar
siswa yang optimal.
Tujuan dari pembelajaran ini juga menuntut seorang guru untuk
selalu kreatif dalam mengembangkan kemampuan berfikir anak sehingga
anak mampu menciptakan hal-hal baru atau kombinasi baru berdasarkan
informasi maupun unsur-unsur yang ada dalam menghasilkan cipta karsa
melalui pengetahuan dan pengalannya serta mampu memunculkan ide-
ide creatif .
5Udin, Inovasi Pendidikan, 127
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
80
Disamping itu untuk menciptakan model pembelajaran yang
menarik, metode pembelajarannya didesain dengan kombinasi lagu anak-
anak sehingga pembelajaran tidak hanya menotan pada guru sehingga
pembelajaran berjalan dengan efektif, keefektifan yang mengarah pada
besarnya penguasaan materi anak setelah melalu proses pembelajaran.
Khusus kemenarikan suatu pembelajaran merupakan sebuah keberhasilan
yang indikatornya semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk hasil
belajar
Menurut ustad Qusairy Ismail6Metode al Miftah Lil Ulum ini
merupakan sebuah solusi dalam meningkatkan kemampuan baca kitab
kuning, yang fokus pada pendalaman materi baca kitab kuning para santri
usia dini yang telah bisa membaca Al-Qur‟an tetapi belum bisa baca
kitab kuning dalam waktu paling lama satu tahun, diharapkan sudah
mampu membaca Matn Fathur Qorib dengan baik, Sistem pembelajaran
program Idadiyah menggunakan sistem modul dengan satu guru dengan
untuk maksimal 20 murid.
Sistem ujian program Idadiyah mengikuti kesiapan dari masing-
masing murid sesuai dengan modul yang sudah diselesaikan. Ada
4modul yang harus diselesaikan oleh murid dalam waktu paling lama
satu tahun dengan menghafal Matn Fathur Qorib. Murid Idadiyah yang
sudah menyelesaikan modul pada tahun berikutnyabisa dipindah ke kelas
5 atau kelas 6 Ibtidaiyah sesuai dengan kemampuan berdasarkan hasil
ujian
Kelas tempat mereka belajar juga tidak hanya dikelas akan tetapi
bisa berpindah-pindah sehingga tercipta proses belajar mengajar yang
6A.Qusayairi Ismail, Wawancara, Koordinator Tarbiyah I‟dadiyah PPSPasuruan, 12 Juni
2013
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
81
efektif dan menyenangkan serta memanfaatkan media pembelajaran yang
ada disekitarnya7. hal ini merupakan sebuah upaya untuk
mengembangkan tradisi membaca kitab kuning serta menghindari
kebosanan dalam proses belajar mengajar.
Menurut ustad Qusairy Ismail8” Sebenarnya ditahun-tahun
sebelumnya, program-program yang fokus pada peningkatan kualitas
baca kitab santri di PPS sudah ada, namun program tersebut tidak
maksimal karena program tersebut ditunut untuk fokus, sedangkan santri
masih disibukkan dengan berbagai macam kegiatan sekolah, mengaji dal
lain. Karenanya, program I‟dadiyah ini lahir dengan sistem dan metode
kkhusus dan ditempatkan disatu daerah selama 24 jam yang fokus pada
pembelajaran materi dan praktek baca kitab. Sehingga proses
pembelajarannya tidak maksimal, namun melihat kondisi yang
mengharuskan untuk segera mengambil langkah dan sidogiri mestinya
sudah punya metode baca kitab sendiri, maka lahirnya tarbiya I‟dadiyah
dan metode kitab ala al-Miftah Lil Ulum atas perintah Majlis keluarga
untuk membuat sistem dan metode baca kitab ini. Dan metode ini
diharapkan menjadi pembuka ilmu yang lain..”
Menurutnya keunggulan dari metode al-miftah ini Pertama,
simple, karena hanya 4 jilid. Tidak ribet, Kedua tetap mengacu pada
7Abd. Hamdi Syamsudin, wawancara, WKM I Tarbiyah I‟dadiyah PPSPasuruan, 19 Mei
2013. 8 HM. Aminulloh Bq, wawancara, Koordinator 1 Pendidikan Madrasiyah PPSPasuruan,
12 Mei 2013.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
82
matan al- Ajurmiyah, jadi tidak memunculkan bahasa dan istilah baru.
Sehingga anak ketika pindahh mempelajari al-Ajurmiyah atau Alfiyah
mereka akan paham dengan mudah. Ketiga, penyajian kitab ini disetting
sesuai dengan dunia anak, dengan bentuk font warna–warni yang
menyenangkan, sebagai perangsang otak kanan, keempat, dikemas
dengan lagu, jadi nadzam di 4 jilid itu dinyanyikan dengan lagu-lagu
anak, seperti “ Balonku, Sayonara” dll.
Target pendidikan di I‟dadiyah adalah santri bisa membaca kitab
Fatur Qori>b dengan dalil nahwu- Sharraf dan hafal Matn Taqri>b, untuk
makna dan terjemah tetap diajarkan. Seperti Sullamut- Taufiq dan
Tuhfatuth-Thulla>b menurutnya masih belum ada program besar dalam
mencapai target diatas, dan ini merupakan dobrakan besar yang perlu
ditiru oleh banyak kalangan” murid kalu sudah mempnyai “ kunci”
dalam belajar akan mudah faham dan semangat” ujarnya.
B. Penerapan Metode Al-Miftah Lil Ulum Di Tarbiyah I’dadiyah
Sidogiri
Penerapan metode al-Miftah Lil Ulum merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas penguasaan kitab kuning, dimana dalam dunia
pesantren kitab kuning merupaka sesuatu yang urgen yang harus dikuasai
oleh seluruh santri. dalam hal ini adalah pemegang kebijakan adalah
pengurus pesantren, agar peningkatan penguasaan dalam memahami baca
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
83
kitab tercapai dengan baik pada diri setiap santri yang merupakan
generasi masa depan.
Metode al-Miftah Lil Ulum diterapkan secara bertahap
sebagaimana yang disampaikan oleh ustad qusyairi”
“ Materi al-Miftah Lil Ulum terdiri dari 4 jilid kitab, masing kitab
normalnya ditempuh 25 hari, tetapi ada juga yang bisa dalam 1 minggu,
jadi program ini secara normalnya dapat ditempuh selama 4 bulan.
Perpindahan dari satu jilid ke jilid berikutnya melalui tahap tes: tes
didaerah sendiri, dan tes oleh BATARTAMA. Setelah selesai, mereka
fokus pada pendalaman baca kitab fathul qarib selama selama 6 bulan
meliputi makna, menghafal matan fathul qarib dan memperlancar bacaa
kepada guru pembimbingnya, dari semuanya ditempuh satu tahun, Cuma
yang banyak dari mereka tidak sampai 6 bulan, ada yang 3 bulan sudah
selesai. Selanjutnya untuk tahap akhir mereka diwisuda setelah memalui
tes kelayakan wisuda.9
Metode Al-Miftah Lil Ulum merupakan metode yang berdasarkan
pada landasa konteks yang menyenagkan dan situasi yang penuh dengan
kegembiraann dimana materi-materi pembelajaran tersebut dikemas
dengan sedemikian mudah dengan berbagai metode dan media.
Seperti yang disampaikan oleh ustad Ahmad Zaini aly” Anak didik
yang masih berusia dini menharuskan adanya sebuah metode pengajaran
yang diformat dengan sedemikian menyenangkan, misalnya dengan
nyanyian, tebak-tebakan, kompetisi, demonstrasi dan lainnya, kitab
pelajarannya pun di setting khusus dengan dominasi warna yang beragam
disertai gambar dan kolom latihan. dengan tampilan sangat menarik
9A.Qusayairi Ismail, wawancara, Koordinator Tarbiyah I‟dadiyah PPSPasuruan, 12 Juni
2013
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
84
sesuai dengandunia anak dengan tampilan full color dan pilihan-pilihan
warna yang sesuai dengan statndar usia anak-anak, menggunakan skema
dan tabel sebagai upaya perangsang otak kanan, sehingga murid dapat
menghafal tanpa melalui proses hafalan. Menggunakan gambar serta
visualisasi dengan lagu anak.10
Menurut peneltian yang dilakukan oleh Dr. Venon Magnesen
(texas University) dalam sekolahnya manusia mengungkapkan bahwa
otak manusia lebihh cepat menangkap informasi yang berasal dari
modalitas visual yang bergerak. Modalitas merupakan cara informasi
masuk ke dalam otak melalui indra yang dimiliki, pada saat informasi
tersebut disampaikan berpengaruh pada kecepatan otak dalam
menangkap informasi dan kekuatan otak menyimpan informasi tersebut
dalam ingatan atau memori. Dalam hal ini ada tiga macam modalitas:
a. Visual: modalitas ini mengakses citra visual, warna, gambar,
catatan, tabel, diagram, grafik, peta pikiran dan hhal lain yang
terkait.
b. Auditrial: modalitas ini mengakses segala jenis bunyi, suara
musik, nada, irama, cerita, dialog dan pemahaman materi
pelajaran dengan menjawab atau mendengarkan cerita lagu,
syair dan hal hal terkait.
10
Ahmad Zaini Aly, wawancara, Kepala Tarbiyah I‟dadiyah PPS Pasuruan, 19 Juni 2013
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
85
c. Kinestetik: modalitas ini mengakses segala jenis gerak, aktivitas
tubuh, emosi, koordinasi, dan hal hal yang terkait11
Teori diatas sangat relevan dengan stategi yang dikembangkan
dipesantren sidogiri, hal ini terliahat dari yang terkemas dalam
metode al-Miftah Lil Ulum.
Adapun kemasan lagu-lagu diantaranya:
Mustasna
Tam, itu apa ?artinya kalam sempurna
Naqish itu apa? Artinya tidak sempurna
Mujab itu apa? Artinya tak ada nafinya
Manfi itu apa ?artinya ada nafinya
jika kalam tam mujab, mustasna-nya dibaca nashob
jika kalam tam manfi, Mustasna-nya itu mengikuti
jika tidak sempurna, mustasna tergantung amilnya
beginilah caranya bacaan mustasna-nya illa
11
Ibid, 136
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
86
Di sebelum Ististna’..
Itulah, Mustatsna Minhu-nya..
Dan setelah istisna..
Itu adalah lafad Mustasna…
Mari kawan semua
Jangan pernah berputus asa
Marilah berusaha, kita wisuda yuk bilang amin.......
Mubtada’ Boleh nakirah
Mubtada’ boleh nakiroh, jika khobarnya dhorof/jer majrur
Mubtada’ boleh nakiroh, jika diawali istifham
Mubtada’ boleh nakiroh, jika mubtada’-nya disifati
Mubtada’ boleh nakiroh, jika diawali oleh nafi
Mubtada’ boleh nakiroh, jika mubtada’ bisa mengamal
Mubtada’ boleh nakiroh, jika mubtada’-nya’ di mudhofkan
Mubatada’ boleh nakiroh, jika mubtada’ itu rincian
Mubtada’ boleh nakiroh, jika mubtada’ berupa doa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
87
Aku Anak Idadiyah
Aku anak banat dua, bisa baca kitab
Karena setiap waktu, diajari bu guru
Pagi, siang, sore dan malam
A....... aku akan berjuang
B........benar-benar berjuang
C.......cuman doa-usaha
D......demi nanti kita wisuda12
Lagu-lagu tersebut dikemas dengan nadhom dan diselingi dengan
kalimat-kalimat penyemangat sehingga kesannya tidak sedang
melakukan hafalan, lagu-lagu seperti diatas biasanya dijadikan selingan
ditengah-tengah proses pembelajaan sebagai langkah mengantisipasi
kejenuhan dalam proses pembelajaran.
Dalam penerapan al-Miftah Lil Ulum tidak hanya terpusat pada
modul akan tetapi guru juga melakukan sebuah inovasi dalam mengajar
dengan menggunakan media yang ada dilingkungan kelas maupun diluar
kelas kelas, sebagai upaya pengimplemantasian materi yang
disampaikan. Disamping itu santri juga diminta untuk praktik langsung
menggunakan kitab sesuai dengan materi yang disampaikan dan setiap
malam jum‟at diadakan semacam kuis untuk mengetahui tingkat
penguasaan santri.bagi santri yang memenangkan kuis diberi reward
12
File DokumenTarbiyah I‟dadiyah PPS Pasuruan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
88
sebagai bentuk penghargaan dalam meningkatkan motivasi santri dalam
belajar. Dalam proses belajar pengajar dikelas ketelibatan guruhanya
30% sedangkan 70% nya santri melakukan praktek dengan teman
sebayanya yang didampingi oleh wali kelas. 13
Dalam penerapan materi pembelajaran diatas, senada dengan yang
dikemukak oleh munif chatib14
mengenai pembelajaran sebagai proses
transfer ilmu dua arah yang pada hakekatnya adalah dua proses yang
berbeda, proses pertama, guru mengajar atau memberi presentasi, proses
kedua siswa belajar dan beraktivitas. Proses transfer pengetahuan akan
berhasil apabila waktu terlama difokuskan pada kondisi siswa
beraktivitas, keberhasilan pembelajaran akan cepat terwujud apabila
proses transfer dilakukan dengan suasana yang menyenangkan.
Dalam penerapan metode al-miftah tidak serta merta memasukkan
murid secara acak dalam sebuah kelas akan tetapi masih melakukan
seleksi untuk menentukan tingkat kemapuan santri, karena melihat latar
belakang serta tingakat usia yang berbeda, maka lembaga melakukan
sebuah upaya untuk memberikan pelayanan perbedaan individu melalui
proses pembelajaran diantaranya1) Anak yang cenderung cerdas akan
berkembang sesuai dengan kemampuannya dengan cara: memasukkan
pada kelas akselerasi, yaitu dengan memberi kesempatan kepada siswa
13
A.Qusayairi Ismail, wawancara, Koordinator Tarbiyah I‟dadiyah PPSPasuruan, 13 Juni
2013 14
Munif Chhatib, Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple Intellegences di
Indonesia(Bandung: PT MIZAN pustaka:2013),135
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
89
untuk naik lebih cepat satu atau dua tingkat sekaligus. 2) pengajaran
individual dengan memberikan tugas kepada siswa yang dinilai secara
individual 3) bagi siswa yang lamban dapat diselenggarakan dikelas
remidial yang bertujuan untuk mengadakan perbaikan baik bagi siswa
yang lamban dalam dalam satu mata pelajaran maupun yang lamban
dalam beberpa mata pelajaran, upaya perbaikan ini dilakukan dengan
bimbingan guru kelas.4) pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan,
menjadi kelompok kurang, kelompok sedang dan kelompok pandai,
pembagian kelas berdasarkan hasil tes masuk. Peran guru dalam
pembelajaran sesuaikan dan dideferensiasikan bahan pelajaran sesuai
dengan tingkat masing-masing siswa.
Menurut ustad zaini”langkah pertama yang dilakukan adalah
dengan mengkasifikasikan murid yang mendaftar dengan menguji
kemampuannya apakah sudah memiliki bekal nahwu atau tidak, dan yang
belum apakah memiliki potensi dibidang nahhwu diklarifikasikan lagi
apakah santri sudah bisa baca tulis pego apa tidak, santri yang belum
memiliki memiliki bekal nahwu sebelumnya diberi kelas khusus dengan
materi baca tulis uruf pego, sedangkan yang sudah bisa tulis huruf pego
langsung masuk pada kelas jilid.15
Pengklasifikasian tersebut sangat membantu dalam pengklompokan
murid sesuai dengan kapasitas yang dimiliki sehingga terjadi
keseimbangan dalam penerimaan materi. Setelah melakukan
penglasifikasian kelas diperlukan adanya langkah-langkah pembelajaran
dalam penerapan jilid, Dalam penerapan jilid, guru diberi kewenangan
langsung untuk menerapkan metode yang relevan dengan materi yang
akan diajarkan, namun yang lebih dominan adalah metode tanya jawab,
15
Ahmad Zaini Aly, Wawancara, Kepala Tarbiyah I‟dadiyah PPS Pasuruan, 19 Mei 2013
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
90
praktek, hafalan diskusi kelompok. Kelas I‟dadiyah ini berlansung pada
jam 08.00 dimana aktivias pembelajaran dimulai dengan bin
nadhor(pembacaan nadhom), setelah itu ustad memiliki kebijakan
tersendiri terkait dengan desegn penguasaan kelas, sehingga setiap kelas
menerapkan metode yang bervariatif.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, Dalam proses
pembelajaran santri sangat antusis sekali karena mereka tidak sekedar
belajar al-Miftah pada saat dikelas diniyah saja, akan tetapi memang
diberlakukan jam khusus untuk meriview materi yang didapat dikelas
pagi serta ada waktu khusus kepada santri untuk mempraktekkan materi
yang didapat di jilid, contoh dalam jilid I materi yang dibahas adalah bab
isim, maka setelah pembelajaran usai santri diberi tugas (PR) untuk
mencari contoh-contoh isim itu dikitab Fathul Qorib, dengan penugasan
seperti itu santri bisa mandiri serta bahkan mereka sangat antusias, hal ini
terlihat dari semangat mereka dengan waktu luang yang dimanfaatkan
untuk belajar sendiri tanda dampingan dari wali kelasnya.Hal ini tampak
dari aktifitas keseharian santri, mereka cendrung berada dipinggir-pinggir
musholla pada saat diluar jam sekolah dan ada pula yang belajarnya
didalam kamar sekalipun kebiasaan ini tidak dimiliki oleh semua santri.
Secara singkat materi al-Mifta Lil Ulum terkemas dalam skema
dibawah ini dari masing-masing jilid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
91
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
92
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
93
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
94
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
95
Pada jilid I dan 2 penerapan materi cenderung pada pemanfaatan
pada penguasaan materi dimana, penekanan lebih bagaimana santri itu
benar-benar paham dengan materi-materi yang diajarkan, sehingga
mereka mampu mengkasifikasikan serta MEMBERI contoh dari masing-
masing materi yang didapat.Kemudian jilid III dan VI lebih pada praktek
lafad dengan membaca serta memaknai dengan nahwu sharrafnya.
Setelah tuntas santri dimasukkan pada kelas pasca yang diberi nama
kelas taqrib dimana kelas takrib ini merupakan kelas khusus bagi mereka
yang sudah taman jilid dan ditangani oleh ustad khusus16
Untuk mencapai standart ketuntasan jilid seorang ustad berhak
mengajukan nama-nama santri yang sudah dianggap mengusai materi
jilid pada madrasad dengan menunjuk juri khusus dengan kesesuaian
materi jilid, setlah itu apabila lulus maka santri diserahkan kepada
BATARTAMA17
. Batartama ini menunjuk tim penguji dimana setiap
penguji memiliki catatan catan khusus, misalakan dalam pengujian soal
ada santri yang tidak menguasai materi maka dalam kartu tersebut diberi
catatan bahwa anak yang bersangkutan memiliki kendala dalam bab
tersebutm setelah itu kartu tesebut diserahkan pada wali kelas untuk
dijadikan bahan evaluasi dan dilakukan pendalaman. Bagi santri yang
sudah dianggap lulus dengan dua tahap model evaluasi itu langsung
dilanjutkan pada jilid berikutnya.
16
A.Qusayairi Ismail, Wawancara, Koordinator Tarbiyah I‟dadiyah PPSPasuruan, 5 Juli
2013 17
.Batartama adalah Koordinator bidang yang membawahi seluruh Madrasah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
96
Untuk mencapai taraf penguasaan yang penuh pada seluruh siswa
tanpa terkecuali, maka ketuntasan dalam penguasaan materi
pembelajaran yang dipelajari diperlukan adanya tolak ukur hal ini sesuai
dengan padangan Benjamin S Bloon (1963) dan Fred S. Keller (1968),
blon memandang mastery sebagai kemampuan siswa unuk menyerap inti
pembelajaran yang telah diberikan ke dalam suatu keseluruhan .
sedangkan keller memandang bahwa mastery merupakan performence
(penampilan) yang sempurna dalam sejumlah unit pembelajaran
tertentu.18
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
mencapai taraf penguasaan diperlukan pelaksanaan pembelajaran secara
sistimatis, terutama dalam penggunaan tes secara formatif, dan cara
memberikan bantuan kepada siswa yang gagal dalam mencapai tujuan
tes ini disebut dengan” diagnosis progress tes” atau tes diagnosa
kemajuan.
Hal ini sesuai dengan yang teleh dilakukan oleh pengurus madrasah
Idadiyah dimana standar ketuntasan menjadi tujuan utama dengan melalu
tahapan tahapan yang telah diatur sehingga ketika santri sudah tuntas
dalam mempelajari al-Miftah Lil Ulum tidak ada keraguan lagi.
Diagnosis progress test dalam strategi belajar tuntas dilakukan secara
teratur setiap kali selesai dipelajari.
Disamping itu, untuk menjaga contuniutas pembelajaran santri,
lembaga memberlakukan tugas apabila menghadapi musim libur, yaitu
18
Asra , Metode Pembelajaran (Bandung:CV WACANA PRIMA, 2008) 107
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
97
dengan memberi soal-soal yang harus dikerjakan selama liburan, dan
untuk memantau belajar santri madrasa memberikan semacam kartu
pantau orang tua, sehingga dalam pembelajaran almiftah ini juga
melibatkan peran orang tua didalamnya.19
Dalam proses penbelajaran tentunya tidak terlepas dari peran
seorangguru motivator dimana motivtor disini memiliki peran yang
signifikan, ini merupakan sebuah bentuk perhatian guru terhadap santri,
untuk menumbuhkan minat belajar, kendatipun demiakian, motivasi
intriksik perlu digerakkan dan digunakan untuk mendorong kegiatan
belajar siswa karena mengingat setiap santri memiliki perbedaan
kesadaran dalam belajar sehingga diperlukan adanya motivasi yang
berkelanjutan guna menopang semangat dari santri I‟dadiyah yaitu
dengan menciptakan kondisi-kondisi yang relevan, dengan harapan
mampu meningkatkan motivasi di dalam kelas diantaranya
1. Suasana lingkungan kelas,
Pada umumnya santri akan memberi respons dan berperilaku baik
jika guru bersifat menunjang dan membantu selama keberlangsungannya
pembelajaran. Hal ini tampak ketika proses belajar mengajar berlangsung
dimana seorang ustad sebagai motivator sangat antusias dalam
mengajarkan materi yang diajarakan serta mampu memberi umpan balik
yang positif selama proses belajar mengajar berlangsung. Sehingga
19
Abd. Hamdi Syamsudin, wawancara, WKM I Tarbiyah I‟dadiyah PPSPasuruan, 19 Juni
2013
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
98
tercipta suasana belajar yang menyenangkan (comporteble) dan
menunjang (supportive), sehingga selalu mebangitkan motivasi santri
untuk mencapai hasil belajar yang positif dan kondusif dengan model
pembelajaran yang menyenangkan diantara dengan aktivitas
pembelajaran yang tidak membosankan.
2. Melibatkan siswa secara langsung
Dalam penyampaian mata pelajarn dikelas seorang ustad berupaya
menyampaikan materi pembelajaran dengan sedemikian menarik dengan
melibatkan siswa secara langsung, hal ini tampak ketika dalam
penyampaian materi bab isim, fiil dan huruf, santri tidak hanya fokus
pada contohh-contoh yang ada di jilid akan tetapi guru mencoba
memanfaatkan media sekitar dan menunjuk salah satu murid secara
bergiliran untuk menyebutkan benda benda atau contoh yang sesuai
dengan materi yang disampaikan.
3. Menjamin keberhasilan
Pada umumnya siswa akan memberikan respon yang positif bila
mereka mengalami keberhasilan. Memang kadang-kadang ada
siswa yang bekerja keras setelah mengalami kegagalan, namun
umumnya motivasi lebih meningkat berkat tumbuhnya rasa
keberhasilan.20
Dalam hali ini, lembaga madrasah i‟dadiyah
memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada santri yang
20
Oemar Hamalik Kurikulum Dan Pembelajaran(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), 87
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
99
mengalami berbagai persoalan terkait dengan kesulitan dalam
belajar ataupun menerima pembelajaran dengan memberikan
waktu khusus pada jam 4-5 sore, dimana waktu itu dimanfaat
dengan sebaik mungkin untuk mengulang materi-materi yang
anggap belum dikuasai dengan didampingi dengan konselor
Nahwu.21
Tugas konselor nahwu ini adalah memberi penguatan
extra (extra reinforcement) dan bimbingan, dengan harapan siswa
lebih extra dalam belajar serta melakukan berbagai tugas
belajarnya sehingga tidak lagi mengalami berbagai kesulitan.
4. Umpan Balik Hasil Belajar
Umpan balik dalam belajar merupakan salahh satu cara yang
dilakukan untuk mengukur tingkat responsitas dari siswa selama prose
belajar ini berlangsung yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan serta
memberikan pertanyaan silih berganti dan mengeroscek tugas-tugas yang
diberikan serta memberikan reword bagi mereka yang memiliki tingkat
kecakapan ataupun tugas dari santri sebagai bentuk motivasi serta untuk
memicu semangat bagi temen temenmereka yang lain.
21
Guru khusus yang ditugaskan untuk mendampingi santri dan memecahkan berbagai
persoalan yang berkaitan dengan materi pembelajarannya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
100
C. Dampak Penerapan Metode Al Miftah Lil Ilum Terhadap Hasil Belajar
Santri
Untuk mendapatkan data yang obyektif, tentang dampak penerapan
Metode Pembelajaran al-Miftah Lil Ulum Terhadap Hasil Belajar Santri,
peneliti mengajukan wawancara tertulis terhadap 16 orang santri, dengan
tanpa mencantumkan identitas (nama), disamping melakukan wawancara
langsung dengan beberapa santri lainnya.
Penerapan metode al-Miftah Lil Ulum dengan langkah-langkah dan
tahapan-tahapan yang telah dilakukan, mendapat respon yang bervariasi
dari santri-santri pondok pesantren Salaf Sidogiri.Hal ini bisa dilihat dari
jawaban-jawaban yang diberikan atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan ketika peneliti melakukan wawancara.
Dalam proses penerapan metode pembelajaran dengan sistem full
day peneliti menemukan bahwa tidak seluruh santri responsif terhadap
metode pembelajaran al-Mifah Lil Ulum pada awalnya, hal tersebut
disebabkan karena beberapa latar belakang, diantaranya: sebagian dari
mereka mondok bukan atas keinginan sendiri melainkan karena faktor
paksaan dari orang tua disamping itu, padatanya aktifitas pembelajaran
menjadikan sebagaian mereka mengalami kebosanan. Namun setelah
ditelusuri lebih seksama dengan melakukan wawancawa dengan
beberapa beberapa pengurus mereka menyatakan hal tersebut sudah biasa
karena melihat kondisi mereka yang masi labil mereka masih terbawa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
101
oleh kebiasaan yang ada diirumah mereka masing-masing namun,
kemungkinan mereka kaget ketika dipesantren langsung disuguhi dengan
aturan-aturan yag harus ditaati, sedangkan semasa diirumah waktu
mereka banyak dimanfaatkan untuk bermain dan menonton televisi
namun persoalan seprti itu bisa diatasi hal ini terbukti dari hasil evaluasi
yang dilakukan serta mayoritas ssantri bisa selesai tepat waktu, ujar ustad
Qusyairi.22
Oleh karena itu metode al-Miftah sengaja dikemas dengan
semudah mungkin dengan metode yang menyenangkan dalam
penerapannya, sehingga target yang diinginkan bisa dicapai secara
maksimal.
Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh kepala
Idadiyah yang menyatakan bahwa setiap individu memiliki latar
belakang yang berbeda sehngga dalam proses penguasaannya pun
berbeda, jadi bagi mereka yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata
memang diperlukan pendambingan yang intensive guna
menyeimbangkan dalam segi penguasaan dan ketuntasan. Namun dari
berbagai stategi yang dilakukan oleh masing-masing wali kelas
membuahkan hasil yang memuaskan, tingkat keberhasilan dari tarbiyah
Idadiyah dengan menggunakan metode al-Miftah Lil Ulum sangat
mengembirakan, santri baru yang mendaftar program ini mencapai 628
santri dan rata-rata mereka sudah dapat menyelesaikan semua jilid dalam
waktu tiga bulan.23
22A.Qusayairi Ismail, Wawancara, Koordinator Tarbiyah I‟dadiyah PPSPasuruan, 18
Agustus 2013
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
102
Disampin itu, dampak dari suksesnya dalam mencetak anak usia
dini dalam penguasaan dalam membaca kitab kuning dengan deadline 3
bulan menjadikan minat masyarakat untuk mempercayakan putranya
yang masih berusia Dini untuk belajar PPS, ini terbukti dengan
banyaknya orangtua yang memasukkan anaknya pada program I‟dadiyah,
bahkan ada beberapa santri terpaksa tidak diterima karena mengingat
kapasitas ruang kelas dan asrama tidak lagi muat untuk menampung
mereka, sehingga altenatif untuk menampung keinginan orang tua untuk
memasukkan anaknya di I‟dadiyah, anak tersebut dimasukkan di program
di istidadiyah dengan menggunakan metode pembelejeran Al-Miftah Lil
Ulum akan tetapi sistem pembelajarannya berbeda dengan penerapan
proses pembelajaran yang ada di tarbiyah I‟dadiyah.23
Dalam hal ini tarbiyah I‟dadiyah tidak hanya menghasilkan kualitas
yang berprestasi dibidang penguasaan terhadap kitab kuning saja akan
tetapi tingkat keberhasilan mereka juga tampak dari kegiatan rutinintas
yang dilakssanakan diluar jam sekolah, misalkan santri terbiasa dengan
kesadaran dalam belajar dan terbiasa istiqomah dengan aktivitas-aktivitas
keseharin mereka yang diluar sekolah.
Hal ini senada sengan apa yang diungkapkan oleh ketua I, bahwa
segi kuantitas, santri I‟dadiyah semakin banyak. Dengan demikin
program ini semakin banyak peminatnya, semakin dilirik oleh
masyarakat, boleh jadi karena metode penbelajarannya yang
23
Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
103
menyenangkan , dan mencerdaskan dan membuat siswa lebih aktif. Hal
ini bisa dilahat dari keberhasilan santri yang berasil diwisuda, untuk
mengikuti prosesi wisuda tidak mudah, karena mereka harus mengikuti
serangkaian tes.Seperti harus menjawab 50 soal materi, 20 soal nadzam,
5 baris ta‟bir kitab fathul Qorib.Baru setelah lulus tes mereka diwisuda
pada akhir tahun, saat peringatan hari PPS.24
Metode pembelajaran yang diterapkan di tarbiya I‟dadiyah
memiliki dampak yang positf terhadap hasil belajar santri, sebagaimana
yang disampaikan oleh ustad zaini aly bahwa murid i‟dadiyah memiliki
prestasi yang gemilang.Hal ini juga yang menjadikan wali santri
mempercayakan putranya mondok di PPS.Setiap tahun jumlah siswa
yang daftar di Idadyah. prestasi yang diraih dalam penguasaan kitab
kuning saja akan tetapi dibidang agama, secara peraktek santri Idadiyah
dapat mengaplikasikan apa yang sudah di dapat dikelas I‟dadiyah
contohnya, mereka sudah terbiasa dengan melaksanakan sholat dhuha,
sholat malam dan terbiasa berlama-lama dalam belajar, sehingga tidak
harus selalu dipaksa oleh orang tua, karna hal semacam itu merupakan
bagian dari kegiatan rutinintas di Tarbiyah Idadiyah.25
Dengan demikian,
penerapan inovasi metode pembelajaran al-Miftah Lil Ulum secara
khusus memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas membaca kitab kuning.
24
HM. Aminulloh Bq, Wawancara, Koordinator 1 Pendidikan Madrasiyah PPSPasuruan,
12 Mei 2013. 25
Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
104
Dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari aspek fisik dan
mental. Keduanya harus dikembangkan secara terpadu aktivitas belajar
ini akan menghasilkan suatu perubahan yang disebut dengan hasil belajar
santri, hasil belajar santri yang diharapkan adalah kemampuan lulusan
yang utuh yang mencakup kemamapuan kognitif, kemampuan afaktif
atau perilaku dan kemampuan psikomotorik.
Lembaga memiliki tanggung jawab penuh terhadap tingkat
keberhasilan program pembelajaran yang telah ditentukan, keberhasilan
program pembelajaran dapat diketahui dari kemampuan yang telah
dimiliki siswa, untuk mengetahui hal tersebut perlu dilakukan
penilaian.Penilaian yang dilakukan mencakup hasil belajar santri.
Menurut W.J. Kripsin dan Feldhusen (dalam Hamzah, 2012), evaluasi
atau penilaian adalah satu-satunya cara untuk menentukan ketepatan
pembelajaran dan keberhasilan dengan demikian dapat dikatakan
indikator pembelajaran efektif dapat diketahui dari hasil belajar siswa
yang baik.26
Metode pembelajaran al-Miftah Lil Ulum yang inovatif mampu
mengatasi kejenuhan pada diri siswa terhadap mata pembelajaran nahwu,
tidak bisa dipungkiri bahwa pembelajaran nahwu sarraf sering membuat
jenuh siswa mengalami kemerosotan dalm pengasaan materi, namun
metode al-Miftah Lil Ulum ini menjadi solusi untuk mengatasi kejenuhan
pada mereka.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
105
Prestasi yang diraih santri Idadiyah sangat membangkakan bagi
lembaga dan juga yayasan yang menaunginya.Untuk itu seluruh guru
juga diminta kerjasamanya yang baik untuk menggunakan metode
pembelajaran yang ditentukan dari madrasah maupun hasil dari
pengembangan para guru itu sendiri.
Prestasi yang diraih para santri Idadiyah tidak terlepas dari peran
para guru yang senatiasa menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan mampu menarik perhatian santri. Sehingga dalam
mengikuti pembelajan santri akan terus antusias. Sehingga dapat dilihat
apakah para santri sudah mampu memahami materi yang diajarkan
ataukah belum memahami.
Menurut Ustad Qusyairi26
, Keberhasilan ini merupakan wujud
kerjasama yang baik antara pihak lembaga dengan wali santri yang
berprestasi aktif dalam memberikan dukungan berupa dukungan moral,
spiritual dan finansial untuk meningkatkan keberhasilan santri.
Dengan berhasilnya Madrasah I‟dadiyah dalam meningkatkan
kualitas membaca kitab kuning pada masa anak-anak, menjadikan para
orang tua mempercayakan pendidikan putranya untuk masuk dikelas
I‟dadiyah. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti tampak tiap
tahunnya bertambah banyak peminatnya, akan tetapi program I‟dadiyah
26
A.Qusayairi Ismail, Wawancara, Koordinator Tarbiyah I‟dadiyah PPSPasuruan, 18
Agustus 2013
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
106
tetap konsisten dengan sistem kelas kecil untuk tetap mengoptimalkan
pembelajaran bagi para satri.
Dalam menentukan kualitas hasil belajar santri banyak cara yang
dilakukan, salah satunya adalah evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil
belajar adalah kesluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan
informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat
keputusan tentang tingkat keberhasilan siswa setelah melakukan proses
pembelajaran.27
Evaluasi bertujuan Untuk mengetahui hasil belajar
belajar siswa dan mengajar guru, dan hasil belajar ini digunakan untuk
memotivasi siswa dan guru untuk melakukan perbaikan dan peningkatan
kualitas proses pembelajaran.
Hasil penelian yang dilakukan, Secara umum penilaian yang
digunakan dikelasI‟dadiyah bisa dikategorikan menjadi dua, yaitu
penilaian normatif dan submatif. Penilaian formatif merupakan bagian
integral dari proses pembelajaran siswa, penilaian ini digunakan untuk
memperoleh umpan balik untk memperkuat proses belajar mengajar dan
untuk membantu guru untuk menentukan metode pembelajaran yang
lebih tepat. Penilaian in dilakukan dengan pemberian tugas harian, kuis
dan tugas praktek lainnya, sedangkan penilaian sumatif dilakukan dengan
tes/ ujian praktek.Disamping itu juga melakukan evaluasi bulanan yang
nantinya akan menentukan kelanjutan dari jilid dan untuk mengetahui
perkembangan siswa selama 1 bulan.
27
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), 159
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
107
Alhamdulillah, di tahun pertama, Tarbiya I‟dadiyah sudah
memperoleh has il mengembirakan. Santri baru yang mendaftar program
ini mencapai 628 santri dan rata-rata mereka sudah dapat menyelesaikan
semua jilid dalam waktu tiga bulan.Mereka sudah bisa membaca Fathul-
Qarib berikut menyampaikan dalil nawiyah-syarfiyah-nya.Sisa waktu
yang ada digunakan untuk menghafal kitab Fathul-Qarib.
Setelah menyelesaikan semua jilid dan proses pendalaman materi
Fathul-Qarib, selanjutnya murid I‟dadiyah dites kelayakan untuk
mengikuti wisuda. Tahun ini, dari jumlah total 628 murid, yang berhasil
diwisuda mencapai 330 murid.Untuk mengikuti prosesi wisuda ini
tidaklah mudah, karena mereka harus mengikuti serangkaian tes.Seperti
harus menjawab 50 soal materi, 20 soal nadzam, 5 baris ta‟bir kitab
Fathul-Qarib. Baru setelah lulus tes, mereka diwisuda di akhir tahun,
saat perayaan Hari Jadi PPS. Murid I‟dadiyah yang sudah diwisuda, pada
tahun berikutnya bisa pindah ke kelas 5 atau kelas 6 Ibtidaiyah sesuai
dengan kemampuan berdasarkan hasi ujian.28
Dalam penerapan program Idadiyah ini, santri sudah memperoleh
hail yang mengembirakan. Rata-rata murid Idadiyah dapat menelesaikan
dalam aktu 3 bulan.Mereka sudah bisa membaca matan Fathul Qorib
beserta menyampaikan dalil Nahwiyah dan Shorfiyahnya.Sisa waktu
yang ada setelah selesainya modul digunakan untuk menghafal Matan
Kitab Fathul Qorib.
28
A.Qusayairi Ismail, wawancara, Koordinator Tarbiyah I‟dadiyah PPSPasuruan, 18
Agustus 2013