Upload
dokhuong
View
241
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
88
BAB IV
PERAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID PASCA KEMERDEKAAN
INDONESIA (1946-1965)
A. Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam Parlemen
Pasca proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, rakyat mulai menaruh
harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Pada masa revolusi fisik1 ini,
situasi dalam negeri belum sepenuhnya stabil. Ancaman akan penjajahan
dapat kembali kapan saja, selain itu struktur pemerintahan sendiri belum
tersusun dengan baik. Rasuna Said kini menapaki babak baru dalam
perjuangannya pasca kemerdekaan Indonesia. Perannya di ranah politik
semakin menonjol dengan keterlibatannya sebagai anggota Parlemen dari
tingkat lokal sampai nasional.
Rasuna Said mengawali perannya di Parlemen dengan keikutsertaannya
dalam Panitia Pembentukan Dewan Perwakilan Nagari.2 Hasil dari
pembentukan panitia tersebut, terbentuklah Dewan Perwakilan Sumatera
(DPS) pada tanggal 17 April 1946.3 Ia terpilih untuk mewakili daerah
Sumatera Barat dan akan bekerjasama dengan wakil-wakil dari seluruh
Sumatera. Berikut riwayat perjalanan karir yang dilakukan oleh Rasuna Said
pasca kemerdekaan:
1 Revolusi fisik merupakan periode tahun 1945-1949 yang juga dikenal dengan
masa perang kemerdekaan.
2 Mengenai pemilihan anggota Dewan Perwakilan Nagari, lihat Kahin, Audrey,
Dari Pemberontakan ke Integrasi Sumatra Barat dan Politik Indonesia 1926-1998.
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm. 182-183.
3 Kamajaya, Sembilan Srikandi Pahlawan Nasional. (Yogyakarta: U.P.
Indonesia, 1982), hlm. 82.
89
1. Komite Nasional Indonesia Daerah Sumatera Barat
Rasuna Said yang masih tergabung dalam Komite Nasional
Indonesia Daerah Sumatera Barat (KNID-SB), mengikuti sidang
pleno yang ke delapan pada tanggal 4 sampai 6 Januari 1947. Sidang
tersebut membahas tentang pemilihan anggota untuk Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang akan ditempatkan di Jakarta.
Anggota KNIP direkrut berdasarkan penunjukkan yang diusulkan
oleh daerah para perintis dan tokoh-tokoh politik yang terbukti aktif
dalam pergerakan.4
Rasuna Said sebagai salah satu anggota KNID-SB memiliki
posisi yang kuat untuk dipromosikan. Perempuan yang tidak pernah
padam semangatnya ini, kemudian masuk sebagai kandidat anggota
KNIP. Tahap awal dipilih 15 orang dan ia berhasil lolos. Seleksi
selanjutnya disisihkan menjadi 12 orang anggota, ia pun kembali
terpilih. Rasuna Said dan 11 anggota lainnya dari Sumatera Barat,
termasuk Chatib Sulaeman selanjutnya akan mengikuti sidang KNIP
tanggal 25 Februari 1947 di Malang.5
Sidang pleno yang diselenggarakan Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) di Malang cukup menggemparkan peserta tatkala
Wakil Presiden Mohammad Hatta memberikan pidato yang penuh
4 Marbun, B.N., DPR-RI: Pertumbuhan dan Cara Kerjanya. (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Umum, 1992), hlm. 75. Penulisan Komite Nasional Indonesia
Pusat selanjutnya akan menjadi KNIP.
5 Kamajaya, op.cit., hlm. 83.
90
semangat. Mohammad Hatta berhasil mempertahankan Peraturan
Presiden Nomor 6 untuk penambahan anggota KNIP, terutama dari
Sumatera.6 Penambahan anggota tersebut dimaksudkan supaya KNIP
lebih mewakili daerah-daerah Republik Indonesia. Sidang ini juga
membahas perjanjian Linggarjati yang akan ditandatangani kembali
pada 25 Maret 1947.
Perjanjian Linggarjati dihadiri oleh pihak Belanda dan Indonesia
dengan perantara wakil pemerintah Inggris, Lord Killearn7.
Persetujuan gencatan senjata telah dicapai pada tanggal 14 Oktober
1946. Kedua delegasi sepakat melanjutkan perundingan di
Linggarjati, Cirebon pada tanggal 11 dan 12 November 1946.8
Belum genap satu hari setelah penandatanganan sementara yaitu 15
November, tentara Belanda sudah menduduki Bogor untuk
mengadakan penahanan terhadap rakyat. Hal ini menimbulkan
pernyataan bahwa perjanjian Linggarjati tidak mempunyai arti.
6 Deliar Noer, Mohammad Hatta Hati Nurani Bangsa. (Jakarta: Kompas Media
Nusantara, 2012), hlm. 88.
7 Lord Killearn lahir pada tanggal 24 Agustus 1880 di Inggris. Ia diberi gelar
“Pangeran Pembawa Damai” atas jasanya dalam setiap perundingan yang
menghasilkan persetujuan. Dalam perjanjian Linggarjati, ia bertugas sebagai
mediator antar Belanda-Indonesia mengenai penghentian gerakan militer. Lihat
Rosihan Anwar, Sejarah Kecil Petite Histoire Jilid 7 Kisah-kisah Zaman Revolusi
Kemerdekaan. (Jakarta: Penerbit Kompas, 2015), hlm. 265-266.
8 Tobing, K.M.L., Perjuangan Politik Bangsa Indonesia Linggarjati. (Jakarta:
PT Gunung Agung, 1986), hlm. VIII. Naskah persetujuan Linggarjati (Linggarjati
Agreement) untuk sementara ditandatangani pada 15 November 1946 di Istana
Rijswijk Jakarta (sekarang Istana Negara). Selanjutnya, ditandatangani kembali pada
25 Maret 1947 di Rijswijk juga.
91
Naskah perjanjian Linggarjati menyebutkan bahwa pemerintah
Belanda mengakui secara de facto Republik atas Jawa dan Sumatera,
serta kedua pihak sepakat mengupayakan pembentukan “negara
federal yang berdaulat dan demokratis”.9 Di Sumatera Barat,
perjanjian ini mengharuskan tentara Republik mundur dari kota
Padang dan sekitarnya, dengan hanya menempatkan satu kelompok
kecil polisi dan beberapa aparat pemerintahan inti di kota tersebut.
Hal ini tentu membuat masyarakat Sumatera Barat geram.
2. Front Pertahanan Nasional
Rasuna Said memiliki kontribusi yang cukup besar, oleh karena
itu segala hal mengenai Sumatera Barat tidak pernah ia tinggalkan.
Mohammad Hatta suatu ketika menganjurkan untuk membentuk
Front Pertahanan Nasional (FPN). Organisasi ini beranggotakan
partai-partai politik, organisasi massa serta kekuatan sosial ekonomi.
Jabatan Ketua diisi oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(Hamka), sementara Seksi Wanita diurus oleh Rasuna Said.10
Peran
perempuan disini sangat membantu dalam hal logistik dan memberi
dukungan baik di front depan maupun belakang.
Perjuangan untuk mempertahankan status kemerdekaan
Indonesia terus dilakukan dengan berbagai macam cara.
9 Negara federal ini akan terdiri atas Republik Indonesia (Jawa dan Sumatera),
Borneo, dan Indonesia Timur Raya (Sulawesi, Sunda Kecil, Maluku, Irian Barat).
Lihat Kahin, Audrey, op.cit., hlm. 184.
10 Kamajaya, loc.cit.
92
Dibentuknya organisasi-organisasi hingga perjanjian antar negara
untuk mengurangi bahaya yang dapat mengancam. Tugas ini harus
dilakukan oleh putra-putri bangsa dengan didasarkan pada semangat
nasionalisme. Selama di Sumatera, Rasuna Said terus berjuang
hingga karir politiknya semakin menonjol. Perannya dalam setiap
organisasi telah membuktikan bahwa ia berjuang demi menjunjung
derajat kaum perempuan agar mampu setara dengan kaum laki-laki.
3. Komite Nasional Indonesia Pusat
Rasuna Said telah terdaftar sebagai anggota Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) yang berkedudukan di Jakarta. Ia aktif
mengikuti kegiatan yang diselenggarakan lembaga tersebut, dengan
demikian dirinya sering berada di Jakarta. Keberadaannya yang jauh
dari tanah kelahiran bukan berarti membuat Rasuna Said kehilangan
semangat juangnya dalam menyuarakan hak-hak perempuan
Minang. Dirinya merupakan delegasi putri asal Sumatera Barat yang
terpilih untuk mewakili kaum perempuan dalam KNIP, hal ini tentu
menjadi suatu kebanggaan bagi kaumnya.
KNIP merupakan himpunan Komite-komite Nasional Daerah
yang berperan untuk membantu Presiden dalam pemerintahan
daerah. KNIP memiliki kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan
Garis Besar Haluan Negara sebelum Majelis Permusyawaratan
93
Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat terbentuk.11
Rapat KNIP
kedua diselenggarakan tanggal 16-17 Oktober 1945, memutuskan
Maklumat Presiden No. 10 yang ditandangani oleh Wakil Presiden,
Mohammad Hatta.12
Wakil Presiden menetapkan bentuk KNI dan
Badan Pekerjanya, selain itu dasar bentuk pemerintahan ikut
berubah, yaitu dari Kabinet Presidensiil menjadi Kabinet
Parlementer.
KNIP sebagai badan legislatif memerlukan bantuan untuk
melaksanakan tugasnya sehari-hari. Menanggapi usulan tersebut
maka dibentuklah Badan Pekerja (BP) yang berfungsi sebagai DPR.
Mengingat bahwa Rasuna Said merupakan anggota KNIP, maka
pada pembentukan lembaga ini ia terpilih sebagai anggota Badan
Pekerja (BP) KNIP. Ia pernah mengajukan interpellasi tentang
perundingan Indonesia-Belanda kepada sekretariat delegasi
Indonesia di Djogjakarta tahun 1948.13
Ketua BP ialah Sutan Syahrir dengan jumlah anggota sebanyak
15 orang. Anggota BP terus ditambah sampai menjelang sidangnya
11
Adam Malik, Riwayat dan Perjuangan Sekitar Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945. (Jakarta: Widjaya, 1976), hlm. 102.
12 Penulisan nomor maklumat ada yang menyebutkan No. X karena Sekretaris
Negara, Abdul Gaffar Pringgodigdo tidak membawa catatan tentang penomoran
maklumat atau keputusan sejenis, lihat dalam Deliar Noer, op.cit., hlm. 97-98.
Sementara No. X diartikan pula sebagai huruf ke-24 dari abjad, bukan angka
sepuluh, lihat Marbun, B.N., op.cit., hlm. 79.
13 Interpellasi anggota Badan Pekerja KNIP, Rasuna Said tentang perundingan
Indonesia-Belanda dapat dilihat pada lampiran 4, hlm. 132.
94
yang ke-V di Malang, hingga berjumlah 47 orang. Tugas dan fungsi
BP antara lain, membentuk Undang-undang bersama Presiden dan
ikut menetapkan Garis Besar Haluan Negara. Tugas tersebut
nantinya dipertanggungjawabkan kepada KNIP pada sidang-
sidangnya.14
4. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat
Indonesia menjadi sebuah “negara baru” setelah Negeri Belanda
memberikan pengakuan kedaulatan pada tahun 1949. Salah satu
dampaknya ialah UUD RIS mendukung kehidupan politik yang lebih
demokratis serta memberikan penghargaan yang lebih tinggi kepada
hak asasi manusia, terutama hak menyampaikan pendapat dan sikap
politik. Sumatera Barat menyambut suasana baru ini dengan
berbagai respon. Masyarakat segera membentuk partai politik dan
lembaga legislatif daerah (tingkat provinsi) serta nagari.15
Hak asasi manusia untuk berpolitik, melahirkan kelompok-
kelompok sosial di Minangkabau. Kelompok alim ulama merupakan
komponen yang sangat penting, setidaknya sejak awal abad ke-19.
Kaum penghulu juga termasuk unsur terpenting masyarakat
Minangkabau. Pemuda pelajar dan mahasiswa, serta tak ketinggalan
kelompok orang Batak dan Jawa di daerah pinggiran. Kaum
14
Marbun, B.N., Ibid., hlm. 78.
15 Gusti Asnan, Memikir Ulang Regionalisme Sumatera Barat Tahun 1950-an.
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), hlm. 19.
95
perempuan Sumatera Barat pun demikian, mereka adalah kelompok
yang memiliki perhatian lebih terhadap persoalan politik.16
Totalitas dan sikap profesional Rasuna Said telah mendapat
pengakuan dari rekan-rekan kerjanya. Rasuna Said kembali
dipercaya untuk memangku jabatan yang lebih tinggi di kancah
perpolitikan. Pasca diselenggarakannya Konferensi Meja Bundar
(KMB) tahun 1949 di Den Haag, sebagai hasil konferensi bentuk
negara berubah dari Republik menjadi Republik Indonesia Serikat
(RIS). Rasuna Said pun merasakan dampaknya yakni dengan terpilih
menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Serikat (DPR-RIS).17
DPR-RIS terdiri dari 146 anggota yang mewakili negara atau
daerah. Sesuai hasil pemilihan, jabatan Ketua diisi oleh Mr. Sartono,
Wakil Ketua I oleh Mr. A.M. Tambunan dan Wakil Ketua II oleh
Arudji Kartawinata. DPR-RIS berwenang melakukan kekuasaan
perundang-undangan serta mengontrol pemerintah, dengan catatan
Presiden tidak dapat diganggu gugat.18
Lembaga ini juga memiliki
hak menanya dan hak menyelidiki (angket).
Pemerintah pernah mengadakan suatu forum bersama para wakil
rakyat untuk menyampaikan pendapat atau usulan terkait usaha
16
Ibid., hlm. 20-48.
17 Kamajaya, loc.cit. Penulisan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Serikat selanjutnya akan menjadi DPR-RIS.
18 Marbun, B.N., op.cit., hlm. 83.
96
pembangunan daerah. Rasuna Said sebagai anggota DPR-RIS yang
mewakili Sumatera berharap supaya pembangunan di daerahnya
diutamakan karena masih memungkinkan untuk dijadikan lapangan
produksi. Ia juga mengusulkan untuk didirikan sekolah menengah
yang cukup, pengadaan pendaftaran kekayaan beserta asal usulnya
kepada semua pegawai dan menteri-menteri, serta meminta
pemerintah untuk membebaskan pemuda-pemuda pejuang
kemerdekaan yang sampai saat ini masih ditahan sejak tahun 1945.19
Pemerintah menanggapi bahwa untuk mendirikan lapangan
produksi disana perlu mengadakan transmigrasi besar-besaran,
namun hal itu bukan solusi yang tepat. Mengenai hal lainnya perlu
ditinjau ulang faktor-faktor penyebabnya. Terkait masalah pangan,
harga gula dalam negeri memang telah mahal, tetapi masih
menjalankan eksport. Tindakan eksport perlu dilakukan agar
Indonesia tidak kehilangan pasar di luar negeri, namun Rasuna Said
menyayangkan bahwa Indonesia masih mengimport beras dari
Amerika.20
Pasca terjadi beberapa perdebatan di dalam tubuh parlemen,
maka tanggal 14 Agustus 1950 diadakan voting untuk menerima atau
menolak Undang-undang Dasar Sementara (UUDS). Suara yang
menyatakan setuju untuk kembali ke negara kesatuan jauh lebih
19
Kementerian Penerangan Republik Indonesia, Kabinet Pertama R.I.S. (Tanpa
Nama Kota: Tanpa Penerbit, 1950), hlm. 100-101.
20 Ibid., hlm. 124-125.
97
banyak sehingga dengan ini DPR-RIS berakhir. Dewan Perwakilan
Rakyat dan Senat RIS mengadakan rapat gabungan pada tanggal 15
Agustus 1950. Presiden Soekarno hadir membacakan piagam
pernyataan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Piagam tersebut secara resmi menyatakan bahwa Republik
Indonesia Serikat (RIS) dibubarkan dan digantikan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950 dan
berlakunya UUDS.21
5. Dewan Perwakilan Rakyat Sementara
Berdasarkan UUDS 1950, Dewan Perwakilan Rakyat dibentuk
dari perwakilan seluruh rakyat Indonesia. Pasal 77 UUDS
menetapkan jumlah anggota DPRS sebanyak 236 orang.22
Anggota
ini terdiri dari 148 anggota DPR-RIS, 29 anggota Senat RIS, 46
anggota Badan Pekerja KNIP dan 13 anggota Dewan Pertimbangan
Agung Republik Indonesia-Yogyakarta.23
Pada masa peralihan ini
memang tidak mudah menyusun sistem pemerintahan yang
sempurna dan fungsional.
Rasuna Said yang telah terjun lama dalam dunia perpolitikan
kini karirnya semakin bersinar. Pasca DPR-RIS dibubarkan, ia
21
Djanwar, Mengungkap Penghianatan/Pemberontakan G 30 S/PKI. (Bandung:
CV. Yrama, 1986), hlm. 19.
22 Daftar anggota DPRS periode 16 Agustus 1950 – 26 Maret 1956 dapat dilihat
pada tabel 1, hlm. 122.
23 Djanwar, op.cit., hlm. 86.
98
kembali terpilih menjadi bagian dari Dewan Perwakilan Rakyat
Sementara (DPRS). Komposisi anggota seluruhnya terdiri dari 111
orang Republik dan 125 orang Federalis. Wakil perempuan yang
berhasil duduk dalam parlemen Sementara berjumlah sembilan
orang. Mereka berasal dari berbagai partai, sementara Rasuna Said
merupakan satu-satunya perempuan yang tidak mengusung partai
apapun atau independen, ia mewakili BP KNIP.24
Rapat DPRS dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 1950
berhasil memilih seorang ketua yaitu Mr. Satono. Melalui Keputusan
Presiden No. 1, No. 3, dan No.4 tahun 1950, pengesahan dikukuhkan
dan DPRS secara lengkap dapat memulai rapat-rapatnya pada
tanggal 21 Agustus 1950. Rasuna Said terbukti mempunyai
pengalaman yang luas dalam berorganisasi maupun bekerjasama
dalam suatu lembaga, sehingga akan mudah baginya untuk
menjalankan tugas baru dalam DPRS.
Masa kerja DPRS terbilang cukup lama dibandingkan masa
kerja DPR-RIS. Periode ini berjalan dari tahun 1950 sampai 1956.
DPRS mampu memanfaatkan waktu panjang tersebut dengan
menghasilkan produk perundang-undangan yang cukup banyak, serta
penggunaan hak-hak DPR secara efektif dan maksimal. Pengabdian
Rasuna Said dan para anggota yang lain, khususnya anggota
24
Cora Vreede De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan dan
Pencapaian. (Jakarta: Komunitas Bambu, 2008), hlm. 280. (Lihat tabel 2, hlm. 130).
99
perempuan patut mendapat apresiasi. Mereka berjuang mewakili
suara masyarakat dan menjadi teladan bagi kaum perempuan.
Undang-Undang No. 7 tahun 1953 tentang Pemilihan Umum
disambut baik oleh masyarakat, terbukti dengan partisipasi pemilih
yang mencapai angka 87,65 %. Pemilihan Umum 1955
diselenggarakan untuk memilih wakil rakyat di DPR dan anggota
Konstituante. Hasil pemilihan tersebut diumumkan tanggal 1 Maret
1956 dan pelantikan dilaksanakan tanggal 20 Maret 1956. Pelantikan
tersebut secara resmi mengakhiri masa pengabdian Dewan
Perwakilan Rakyat Sementara oleh Presiden.25
Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum memiliki
tugas dan wewenang yang sama dengan DPRS. Hal ini disebabkan
masih diberlakukannya UUDS. Pada masa transisi ini, DPR hasil
pemilihan umum diibaratkan seperti praktek demokrasi liberal
warisan UUDS. Jumlah fraksi atau partai di DRP cukup banyak,
namun tidak ada satu-dua partai yang tergolong kuat. Koalisi dengan
banyak fraksi seperti ini biasanya jarang mencapai pemerintahan
yang kuat dan stabil.
Ali Sastroamidjojo berhasil membentuk pemerintahan koalisi
(PNI dan beberapa partai kecil) yang disebut Kabinet Ali
Sastroamidjojo II. Program kerja yang direncakan cukup besar dan
membutuhkan dukungan kuat dari DPR dan seluruh rakyat
25
Djanwar, op.cit., hlm. 94.
100
Indonesia. UUD RI belum berhasil dibentuk sehingga mekanisme
kerja masih berlandaskan UUDS. Kabinet ini dipaksa oleh situasi
politik yang saat itu masih terjadi pemberontakan di beberapa daerah
sehingga masa jabatannya diakhiri.
Presiden Soekarno yang melihat adanya pemberontakan di
beberapa daerah tersebut, memaksanya mengumumkan bahwa
negara berada dalam keadaan perang (SOB-Staat van Oorlog en
Beleg). Hal ini berdampak pada tidak berfungsinya parlemen hasil
pemilihan umum 1955. Presiden Soekarno kemudian membentuk
suatu badan baru yang diberinama Dewan Nasional. Tugas lembaga
ini ialah memberi nasihat kepada Kabinet. Anggota Dewan Nasional
terdiri dari golongan fungsional.26
Rasuna Said dan S.K. Trimurti
mendapat kepercayaan untuk menjadi anggota Dewan Nasional
tertanggal 11 Juli 1957.27
Rasuna Said memiliki hubungan yang baik dengan Presiden
Soekarno. Ia bahkan pernah mendapat pujian secara langsung yang
disampaikan dalam sebuah orasi. Siapapun akan merasa bangga
ketika namanya dipuji-puji dihadapan puluhan ribu massa, terlebih
oleh seorang Soekarno. Peristiwa tersebut terjadi saat Presiden
26
Golongan fungsional terdiri dari golongan buruh, pemuda, wanita, Angkatan
1945, alim ulama, Protestan-Katolik, wakil daerah, kepala staf angkatan, kepala
kepolisian, jaksa agung, dan beberapa menteri. Lihat Djanwar, Ibid., hlm. 32.
27 Kamajaya, op.cit., hlm. 83. Lihat juga dalam Anonim, Buku Peringatan 30
tahun: Tiga Puluh Tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. (Tanpa Nama
Kota: Panitya Peringatan, 1958), hlm. 250.
101
Soekarno menghadiri rapat Pantja Sila pada tanggal 18 Maret 1958
di Bandung. Ia menyampaikan amanat yang berjudul “Tidak ada
Kontra Revolusi Bisa Bertahan”.28
Rasuna Said termasuk tokoh pejuang yang hadir dalam acara
tersebut, dan diberi kesempatan untuk memberikan orasi. Kehadiran
Rasuna Said memberi makna tersendiri karena saat itu pemerintah
pusat sedang disibukkan gerakan makar oleh Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Padang, Sumatera
Barat.29
Rasuna Said dipersilakan untuk menyampaikan orasi
terlebih dahulu sebelum Presiden Soekarno. Hal ini merupakan siasat
Presiden untuk menghantam gerakan separatis yang didukung oleh
tokoh-tokoh lokal.
Orasi yang disampaikan Rasuna Said berisi kecaman terhadap
aksi PRRI/Permesta. Ia menyampaikan, “mereka membentuk PRRI
yang tidak revolusioner sama sekali, tetapi reaksioner. Saya sangat
malu sebagai seorang putri karena hal ini justru adanya di
Minangkabau.” Rasuna Said mengutarakan kekecewaannya atas
peristiwa ini, sementara disisi lain dirinya merupakan orang yang
loyal kepada Presiden Soekarno dan setia kepada NKRI.
28
Purwadi Sadim, (2006), Hajjah Rangkayo Rasuna Said: Perempuan Ulama
Pejuang. Tersedia pada http://koransulindo.com. Diakses pada tanggal 7 Juni 2017.
29
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) mengeluarkan
ultimatum pemberontakan terhadap pemerintahan Soekarno. Puncak pemberontakan
tersebut terjadi tanggal 15 Februari 1958.
102
Presiden Soekarno memuji semangat dan kegigihan Rasuna Said
atas segala perjuangannya melawan penjajah. Rasuna Said disebut
sebagai “Srikandi Indonesia” yang pantang menyerah meski pernah
dimasukkan ke penjara. Ia tetap mendukung dan membantu jalannya
revolusi, serta tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hubungan baik ini juga terjalin dengan Fatmawati, Rasuna Said
diketahui pernah melakukan kunjungan ke rumahnya. Kepercayaan
Presiden Soekarno kepada Rasuna Said dibuktikan dengan
diberikannya kesempatan untuk menduduki jabatan di pemerintahan.
6. Dewan Pertimbangan Agung
Perjalanan panjang pemerintahan di Indonesia mengalami
pasang surut dengan suasana politik yang cukup panas. Pada saat
Konstituante gagal menerima UUD 1945 sebagai UUD RI keadaan
negara semakin tegang. Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Penguasa Perang Pusat/Kepala Staf Angkatan Darat tertanggal 3 Juni
1959 No. Prt/PEPERPU/040/1959, tentang larangan adanya kegiatan
politik di seluruh Indonesia. Situasi ini akhirnya menyatakan
Presiden Soekarno mengumumkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 untuk
kembali ke UUD 1945.30
Dekrit Presiden ini sekaligus menyatakan berakhirnya masa
kerja Perdana Menteri Djuanda (Kabinet Djuanda) pada tanggal 6
Juni 1959. Eksistensi DPR hasil pemilihan umum 1955 juga telah
30
Djanwar, op.cit., hlm. 36.
103
berakhir dan dengan ini Indonesia akan menata kembali suasana
politik yang baru. Pasca penyerahan mandat dari Kabinet Djuanda
kepada Presiden, tiga hari berikutnya pada tanggal 9 Juli 1959
Presiden/Panglima Tertinggi Soekarno membentuk kabinet baru.
Kabinet ini diberi nama “Kabinet Kerja” dan dilantik pada tanggal
10 Juli 1959.31
Pemerintahan Kabinet Kerja selain membutuhkan tiga
kelembagaan struktural,32
diperlukan pula Dewan Pertimbangan
Agung dan Badan Pengawas Keuangan (DPA dan BPK). Langkah
pertama, Presiden mengirim surat yang ditujukan kepada Ketua DPR
hasil pemilihan umum 1955, tertanggal 13 Juli 1959 untuk terus
bekerja dalam rangka UUD 1945. Surat Presiden tersebut kemudian
dirapatkan pada tanggal 22 Juli 1959 oleh 216 anggota. Rapat
akhirnya memutuskan bahwa DPR bersedia bekerja kembali.
Memasuki pemerintahan era Soekarno, Rasuna Said masih
dipercaya oleh Presiden untuk turut serta menjalankan
pemerintahannya. Ia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan
Agung (DPA), lembaga yang bertugas di bidang penasehat.33
UUD
31
Mengenai susunan kabinet, menteri dan program kerja dari Kabinet Kerja,
lihat Djanwar, op.cit., hlm. 39-41.
32 Legislatif (Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat),
Eksekutif (Presiden dan menteri-menterinya), dan Yudikatif (Mahkamah Agung dan
Kehakiman).
33 ANRI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX No. 807, Surat Pengusulan
Penganugerahan Gelar Pahlawan, hlm. 2.
104
1945 menyebutkan kedudukan DPA ialah penasehat Presiden atau
pemerintah, baik diminta maupun tidak dalam hal yang dianggap
patut untuk disampaikan kepada Presiden atau pemerintah.
Pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan yang ke-14, Presiden
Soekarno menyampaikan pidato dengan judul “Penemuan Kembali
Revolusi Kita (Discovery of Our Revolution)”. Pidato ini menjadi
momentum yang sangat penting karena melahirkan rumusan Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) yang kemudian dikenal dengan
Manifesto Politik atau Manipol. Berdasarkan Pasal IV Aturan
Peralihan UUD 1945, DPA mengusulkan dalam rapatnya tanggal 23-
25 September 1959 agar Manipol dijadikan GBHN.34
Kesetiaan Rasuna Said kepada bangsa dan negara tidak perlu
diragukan lagi. Sejak berada di pemerintahan tingkat daerah hingga
pusat karir politiknya terus meningkat. Hal ini membuktikan bahwa
kemampuannya mendapat pengakuan serta kepercayaan dari
masyarakat. Selama menjalankan tugasnya sebagai anggota Dewan
Pertimbangan Agung, ia tetap menunjukkan kepribadian seorang
perempuan yang profesional, tegas, dan pantang menyerah.
B. Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam PERWARI
Aktivitas Rasuna Said selama berada di Jawa tidak hanya fokus di
pemerintahan sebagai politikus. Perempuan berkerudung ini juga aktif dalam
34
Zulfikar Gazali, Anhar Gonggong, JR. Chaniago, Sejarah Politik Indonesia.
(Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah, 1989), hlm. 101. Serta
Djanwar, op.cit., hlm. 45.
105
organisasi pergerakan wanita Indonesia. Pasca Proklamasi Kemerdekaan,
kaum wanita turut bersama-sama membantu mempertahankan negaranya.
Usaha yang mereka lalukan antara lain mengurus dapur umum, mengirim
makanan ke medan perang, membantu Palang Merah Indonesia, memberi
bantuan kepada pengungsi, dan lain sebagainya.
Rasuna Said bergabung dalam organisasi Persatuan Wanita Republik
Indonesia (PERWARI) di Jakarta. Organisasi ini lahir atas dasar semangat
persatuan untuk menggalang semua kekuatan wanita Indonesia. Melalui
Kongres Wanita Indonesia yang diselenggarakan tanggal 16 Desember 1945
di Klaten, berbagai utusan organisasi wanita berkumpul.35
Pertemuan ini
ternyata hanya mampu mempersatukan dua organisasi karena memiliki asas
dan tujuan yang sama. Wanita Negara Indonesia (WANI) dan Persatuan
Wanita Indonesia (PERWANI) dilebur dan lahirlah nama baru, Persatuan
Wanita Republik Indonesia (PERWARI).
PERWARI fokus bergerak dalam bidang pendidikan, lingkungan hidup,
hukum, dan sosial ekonomi. Sejak tahun kelahirannya, organisasi wanita ini
berkembang dengan pesat, jumlah anggota yang semakin meluas ke pelosok
daerah serta kegiatan yang beraneka ragam. PERWARI memfasilitasi
masyarakat dengan mendirikan sekolah-sekolah, biro konsultan perkawinan,
berbagai penataran, lokakarya, serta seminar kesehatan.
35
Anonim, “Sejarah Perwari“. Artikel dibacakan dalam acara Ulang Tahun
PERWARI ke-69 oleh Tri Andriyastuti pada hari Rabu, 17 Desember 2014 di Jakarta.
106
Kepengurusan PERWARI sejak tahun 1945 sampai 2008 tercatat
memiliki masa jabatan yang berbeda-beda, awalnya hanya satu tahun
selanjutnya relatif sama yaitu empat tahun. Pengurus PERWARI ditetapkan
melalui kongres-kongres. Rasuna Said pernah mengikuti kongres untuk
memilih Ny. Sujatin Kartowijono sebagai ketua umum periode 1953 sampai
1960.36
Berdasarkan kongres yang ke X pada tanggal 10-12 Juni 1964 di
Jakarta, ditetapkan para pemimpin PERWARI dengan kedudukan di Jakarta.
Para pemimpin yang terpilih antara lain Margaretha Andreas Sastrohusodo,
Drg. Yetty Rizali Noor, Nani Soewondo, S.H., Rusiah Sardjono, S.H.,
Chairul Saleh, Sumarno, dan Rasuna Said.
Kondisi fisik luar yang tampak dari sosok Rasuna Said ternyata berbeda
dengan kondisi yang sebenarnya. Ia mengidap penyakit kanker payudara yang
menyebabkan dirinya harus dirawat. Praktis hal ini mengharuskannya untuk
beristirahat dan mengurangi aktivitas, terutama dalam lembaga DPA. Pada
tanggal 2 November 1965, penyakit kanker itu merenggut nyawa Rasuna
Said.37
Jumlah anggota DPA kini berkurang satu orang yakni sosok
perempuan asal Sumatera Barat yang gigih memperjuangkan hak-hak
perempuan.
36
Sujatin Kartowijono, Perkembangan Pergerakan Wanita Indonesia. (Jakarta:
Yayasan Idayu, 1982), hlm. 22. (Lihat lampiran 5, hlm. 137).
37 Sally White, Rasuna Said: Lioness of the Indonesian Independence
Movement. (Singapore: NUS Press, 2013), hlm. 116.
107
C. Masa Akhir Hajjah Rangkayo Rasuna Said
Rasuna Said telah merasakan hidup dalam tiga jaman, ia berhasil
menjalani kehidupan dari masa kolonial Belanda, Jepang, sampai revolusi
kemerdekaan. Masa kecil hingga dewasa ia habiskan di tanah kelahirannya,
Sumatera, baru setelah karir politiknya meningkat ia pindah ke Jakarta hingga
akhir hayatnya. Asam manis kehidupan yang beliau rasakan akhirnya mampu
membawanya sebagai tokoh besar. Rasuna Said mendedikasikan hidupnya
untuk berjuang demi persamaan hak antara laki-laki dan perempuan,
khususnya hak-hak bagi perempuan Indonesia.
Perempuan yang disebut “Srikandi Indonesia” ini masih aktif dalam
keanggotaan Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia. Aktivitas lain
yang dilakukan Rasuna Said seperti menghadiri atau mengisi kegiatan-
kegiatan pertemuan. Suatu organisasi bernama Pelajar Islam Indonesia (PII)
pernah mengundang Rasuna Said dalam pertemuan yang dilaksanakan di
Sekolah Muhammadiyah di jalan Kamboja daerah Jakarta. Rasuna Said
menasihati para siswa yang salah satunya, agar jangan sampai negeri ini
dijajah lagi. Dihadapan para siswa, sosoknya dikenal sebagai politisi wanita
yang pernah ditahan Belanda karena kasus spreekdelict.38
Aktivitas Rasuna Said kini lebih banyak berpusat di Jakarta sehingga ia
pun tinggal disana. Anak perempuan satu-satunya, Auda Zaschkya Duski
beserta keluarganya juga berada di Jakarta. Auda telah dikaruniai enam orang
38
Zahara Deliar Noer, Perempuan Catatan Sepanjang Jalan. (Jakarta: Yayasan
Risalah, 2005), hlm. 98.
108
anak, mereka adalah Kurnia Tiara Agusta, Anugerah Mutia Rusda,
Mohammad Ibrahim, Mohammad Yusuf, Rummel Abdullah, dan Natasha
Quratul’ain.39
Rasuna Said merupakan sosok perempuan yang mampu
dijadikan teladan sebagai seorang ibu, pendidik, dan pahlawan.
Perjuangan Rasuna Said sejak masih remaja hingga menginjak usia
kepala lima, telah membuktikan bahwa semangat juangnya pantas diteladani.
Ia tidak pernah berhenti berjuang meskipun berkali-kali dihadapkan pada
berbagai ancaman. Rasuna Said dianugerahi sebuah tanda Kehormatan
Satyalancana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan dan Satyalancana Perintis
Pergerakan Kemerdekaan, mengingat sepak terjangnya yang patut diakui.40
Rasuna Said memasuki usia 55 tahun, tanpa disadari dirinya mengidap
penyakit kanker payudara. Selama ini dirinya tidak pernah berhenti dari
aktivitas pergerakan, dengan sakitnya inilah Rasuna Said baru benar-benar
beristirahat di Rumah Sakit. Keluarga dan kerabat tidak ada yang menyangka
jika penyakit kanker payudara tersebut ternyata merenggut nyawa sang
orator. Rasuna Said meninggal dunia pada hari Selasa, 2 November 1965 di
Jakarta. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata sesuai
keputusan pemerintah.
Pemerintah mengusulkan penganugerahan gelar pahlawan kepada
Rasuna Said dan Nyi Ageng Serang melalui Departemen Sosial Republik
39
Anonim, (2013), Rasuna Said Perempuan Radikal dari Tanah Minang.
Tersedia pada http://daerah.sindonews.com. Diakses pada tanggal 20 Maret 2017.
40 ANRI, op.cit., hlm. 3.
109
Indonesia pada tanggal 15 November 1974.41
Surat tersebut melampirkan
riwayat hidup dan perjuangan kedua tokoh sejak masa penjajahan Belanda
sampai masa orde lama. Pengusulan gelar tersebut akhirnya disahkan pada
tanggal 13 Desember 1974 berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.
084/TK/Tahun 1974 sebagai pahlawan pergerakan nasional.42
Nama Rasuna Said diabadikan sebagai nama sebuah jalan protokol.
Papan nama jalan tersebut tertulis H.R. Rasuna Said. Jalan ini terdapat di
kawasan Kuningan, Jakarta Selatan sepanjang 4,9 kilometer.43
Sebuah patung
berbentuk wajah Rasuna Said pun terdapat di Pasar Festival Mall di jalan
H.R. Rasuna Said Kav. C22 Jakarta Selatan.44
41
Surat pengusulan penganugerahan gelar pahlawan nasional dapat dilihat pada
lampiran 6, hlm. 138.
42 Kedaulatan Rakyat, 26 Desember 1974 “Nyi Ageng Serang dan Haji Rasuna
Said dapat Gelar Pahlawan Nasional”. (Lihat lampiran 8, hlm. 142).
43 Papan nama jalan H.R. Rasuna Said terdapat di kawasan Kuningan, Jakarta
Selatan dapat dilihat pada lampiran 9, hlm. 143.
44 Patung berbentuk wajah Rasuna Said yang terdapat di Pasar Festival Mall
dapat dilihat pada lampiran 7, hlm. 141.