Upload
agoes-satya-mahardika
View
18
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
perencanaan sambungan kayu
Citation preview
88
BAB IV PERENCANAAN SAMBUNGAN
4.1 Dasar Teori
Jenis-jenis sambungan
Sambungan pada konstruksi kayu pada dasarnya dapat dibedakan berdasarkan jumlah
batang yang disambung dan sifat gaya yang bekerja pada sambungan, yaitu :
1. Sambungan satu irisan (menyambung dua batang kayu)
Gambar 0-1 Sambungan satu irisan
2. Sambunga dua irisan (menyambung tiga batang kayu)
Gambar 0-2 Sambungan dua irisan
3. Sambungan desak dan tarik
4. Sambungan momen
Pada sambungan desak atau tarik, yang pusat kelompok alat sambung tidak terletak
pada satu garis kerja, maka akan terbentuk gaya momen selain gaya aksial.
4.2 Perencanaan sambungan
4.2.1 Tahanan lateral acuan sambungan Dalam perencanaan sambungan pada konstruksi kayu. Maka tahanan lateral sambungan
yang diijinkan/perlu,(Zu) diperoleh persamaan berikut :
Dimana :
Zu = Tahanan ijin/perlu sambungan
P P
P P
P
89
= Faktor waktu yang dperlukan sesuai tabel 2.7
= 0,65 faktor tahanan sambunga. Z = Tahanan lateral acuan alat sambung terkoreksi.
4.2.2 Tahanan Lateral acuan alat sambung terkoreksi Dimana tahanan acuan alat sambung terkoreksi diperoleh dari hasil perkalian antara
tahanan acuan sambungan dengan faktor-faktor atau dapat ditulis seperti rumus berikut :
Z=Z.C1.C2.Cn
Dimana :
Z = Tahanan lateral acuan alat sambung terkoreksi
Z = Tahanan lateral acuan alat sambung
C1 s/d Cn = factor Koreksi
4.2.3 Faktor koreksi untuk sambungan struktural Tahanan lateral acuan sambungan, harus dikalikan dengan factor koreksi sambungan
selain factor koreksi masa layan. Untuk sambungan dengan alat sambung paku, baut, dan
cincin belah, factor kreksi sambungan dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 0-1 Faktor koreksi untuk beberapa macam alat sambungan
Paku Baut Cincin belah
Diafragma (Cdi) Ya - -
Aksi kelompok (Cg) - Ya Ya
Geometric (C) - Ya Ya
Kedalaman penetrasi (Cd) Ya - Ya
Serat ujung (Ceg) Ya - -
Paku miring (Cin) Ya - -
Tahanan lateral acuan
Tahanan lateral acuan (Z) satu baut pada sambungan satu irisan dan atau dua irisan
dapat dilihat pada persamaan untuk Tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan
dengan satu irisan yang menyambung dua komponen dan persamaan untuk tahanan lateral
acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua irisan yang menyambung tiga komponen:
90
1. Prsamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambung dengan satu irisan
yang menyambung dua komponen.
a.Untuk moda kelelehan, Im: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
= ,
b. Untuk moda kelelehan, Is: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
= ,
c. Untuk moda kelelehan, II: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
= ,
d. Untuk moda kelelehan, IIIms: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
= , ()
e. Untuk moda kelelehan, IIIsy: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
= , ()
f. Untuk moda kelelehan, IV: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
= .
()
Dimana nilai k1,k2, dan k3 dapat dihitungdengan persamaan berikut :
k1=
()()
k2=(1) + 2(1 + ) + ()
= (1) 2(1 + ) + 2(1 + 2) + 3
91
2. Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua irisan
yang menyambung tiga komponen :
a.Untuk moda kelelehan, Im: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
= ,
b. Untuk moda kelelehan, Is: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
= ,
c. Untuk moda kelelehan, II: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
= . ()
d. Untuk moda kelelehan, IIIms: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
= .
( Dimana nilai k3 dapat dihitung dengan persamaan berikut :
= (1) 2(1 + ) + 2(1 + 2) + 3
Catatan :
= = = 1 + 0360 Dimana Femdan Fes adalah kuat tumpu (N/mm2) kayu utama dan kayu samping.
Untuk sudut sejajar dan tegak lurus serat, nilai kuat tumpu kayu adalah sebagai berikut :
Untuk sudut sejajar serat FeII => FeII =77,25G
b. Untuk tegak lurus serat, Fe=> Fe=212G1.45D-0.5
c. untuk kuat tumpu kayu dengan sudut terhadap serat, Fe
= + Dimana :
tm = Tebal kayu utama
ts = Tebal kayu skunder (samping)
G = Berat jenis kayu
92
D = Diametr baut
Fyb= Tahanan lentur baut (umumnya diambil =320 N/mm2)
4.2.4 Geometrik Sambungan Baut Jarak antara alat sambung harus direncanakan agar masing-masing alat sambung
dapat mencapai tahanan literal ultimitnya sebelumnya kayu pecah, Geometrik sambungan
antar alat sambungan dan jarak antar alat sambung dan jarak antar alat sambung masing-
masing dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut :
Tabel 0-2 Jarak tepi, jarak ujung,dan persyaratan spasi untuk sanbungan baut.
No Beban sejajar arah seat Ketentuan dimensi mum
1 Jarak tepi (bopt)
Im/D 6 (lihat catatan 1)
Im/D> 6
1,5 D
Yang terbesar dari 1,5 D jarak antar
baris alat pengencang tegak lurus serat
2 Jarak ujung (opt)
Komponen tarik
Komponen tekan
7D
4D
3 Spasi (Sopt)
Spasi dalam baris alat pengencang
4D
4 Jarak antar baris alat pengencang 1,5 D < 127 mm (lihat catatan 2 dan 3)
Tabel 0-3 Jarak tepi, jarak ujung,dan persyaratan spasi untuk sambungan baut
No Beban sejajar arah seat Ketentuan dimensi mum
1 Jarak tepi (bopt)
Tepi yang dibebani
Tepi yang tidak dibebani
4D
1,5D
2 Jarak ujung (opt) 4D
3 Spasi (Sopt) Lihat catatan 3
4 Jarak antar baris alat pengencang
Im / D 2
2< Im / D < 6
Im / D 6
2,5 D (lihat catatan 3)
(5Im+10D/8(lihat catatan 3)
5D(lihat catatan 3)
93
Catatan :
1. Im, adalah panjang baut pada kompnen utama pada satu sambungan atau panjang
total baut pada komponen skunder (2ls) pada satu sambungan.
2. Diperlukan spasi yang lebih besar untuk sambungan yang mengunakan ring.
3. Spasi tegak lurus serat antar alat-alat pengencang terluar pada suatu sambungan
tidak boleh melebihi 127 mm, kecuali bila digunakan pelat penyambung khusus
atau bila ada ketentuan mengenai perubahan dimensi kayu
94
4.3 Perencanaan Sambungan Pada titik-titik yang mewakili
Gambar 0-3 Titik-titik perwakilan sambungan
Dari besar gaya-gaya yang ada pada setiap sambungan akan dipilih gaya terbesar yang
terjadi pada setiap titik sambungan pada gambar titik-titik perwakilan sambungan.
95
A. Sambungan pada titik A
Pada sambungan pada titik A direncanakan sambungan baut dua irisan.Berdasarkan
SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan baut untuk
beban sejajar arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1. Jarak tepi (bopt)
lm/D6 1,5D dan lm/D>6 yang terbesar antara1,5D atau jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus serat.
60/12,7 = 4,7241,5D =19,05 mm atau jarak antar baris = 30 mm
2. Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen tekan = 4D = 50,8 mm
3. Spasi dalam baris alat pengencang (sopt)
Syarat : 4D = 50,8 mm
4. Jarak antar baris alat pengencang
Syarat : 1,5D < 127 mm 1,5D = 19,05 mm
1.3.1.1 Untuk sambungan sudut sejajar serat, Fe|| Ketentuan Geometrik diambil:
1. Jarak Tepi = 30 mm
2. Jarak ujung = 60 mm
3. Spasi antar baris = 60 mm
4. Jarak antar baris = 60 mm
a. Faktor Koreksi Aksi Kelompok C = 1n a a = m(1 m)(1 + Rm)(1 + m) 1 + m 1 + R1 m m = u u 1 u = 1 + s2 1EA + 1EA R = (EA)(EA) = 0,246D,(KN/mm) = 0,246 12,7, = 11,134 KN/mm E = 8820 N/mm = 8,820 KN/mm EA = E luas penampang kayu utama = 8,820 60 120 = 63504 KN
96
EA = E luas penampang kayu sekunder = 8,820 30 120 = 31752 KN EA = 63504 KN EA = 31752 KN Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah
60 mm.
ni yang direncanakan adalah 1 baut.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = (1 x 2)= 2 R = (EA)(EA) = 3175263504 = 0,5 u = 1 + s2 1EA + 1EA = 1 + 11,134 602 163504 + 131752 = 1,016 m = u u 1 = 1,016 1,016 1 = 0,85 a = m(1 m)(1 + Rm)(1 + m) 1 + m 1 + R1 m a = 0,85(1 0,85)(1 + 0,5 0,85)(1 + 0,85) 1 + 0,85 1 + 0,51 0,85 = 1 C = 1n a = 12 2 1 = 1 b. Faktor Koreksi Geometrik. Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a=60 mm > aopt=50,8 mm maka C = 1
c. Kontrol Sambungan: Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut: Z Z Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua
irisan yang menyambung tiga komponen. Dengan ukuran kayu sekunder 3/112
dengan kode mutu dan kelas kayu yang sama dengan kayu utama.
Zu =23516,338N
Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
Fe|| = 77,25 G = 77,25 x 0,826= 63,808 tm=60 mm
ts= 30 mm
97
K = 1 + 0360 = 1 R = FF = 1 R = tt = 60 mm30 mm = 2 k = (1) + 2(1 + R)R + 2F(2+R)D3Ft k = (1) + 2(1 + 1)1 + 2 320(2 + 1)12,73 63,808 30 = 1,4 Persamaan yang digunakan
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 60 63,8081 = 40356,007 N Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,66DtFK = 1,66 12,7 30 63,8081 = 40356,007 N Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan
berikut: Z = 2,08kDtF(2 + R)K = 2,08 1,4 12,7 30 63,808(2 + 1)1 = 23597,729 N
Untuk moda kelelehan, IV ;maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z = 2,08DK 2FF3(1 + R) = 2,08 12, 71 2 63,808 3203(1 + 1)= 27677,012 N Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 23597,729 N
Untuk menentukan faktor tahanan sambungan () ditentukan berdasarkan tabel II-5
dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan tabel II-6 untuk kombinasi pembebanan
3, maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
98
Z = Z . C . C. n = 0,8 0,65 (23597,729 1 1 2) = 26075,490 N Syarat : Zu
23516,338 N
99
R = (EA)(EA) = 3175263504 = 0,5 u = 1 + s2 1EA + 1EA = 1 + 11,134 602 163504 + 131752 = 1,016 m = u u 1 = 1,016 1,016 1 = 0,85 a = m(1 m)(1 + Rm)(1 + m) 1 + m 1 + R1 m a = 0,85(1 0,85)(1 + 0,5 0,85)(1 + 0,85) 1 + 0,85 1 + 11 0,85 = 1 C = 1n a = 12 2 1 = 1 b. Faktor Koreksi Geometrik. Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a=60 mm > aopt=50,8 mm maka C = 1
c. Kontrol Sambungan: Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut: Z Z Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua
irisan yang menyambung tiga komponen. Dengan ukuran kayu sekunder 3/12 dengan
kode mutu dan kelas kayu yang sama dengan kayu utama.
Fe( = 30o) Zu = 23516,338 N
Sin =0,5
Cos =0,87 Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm F = 212,, = 212 0,826, 12,7, = 45,087 F = F||FF||sin + Fcos = 63,808 45,08763,808 0, 5 + 45,087 0, 87 = 57,45 tm= 60 mm
ts= 30 mm K = 1 + 0360 = 1 R = FF = 1
100
R = tt = 60 mm30 mm = 2 k = (1) + 2(1 + R)R + 2F(2+R)D3Ft k = (1) + 2(1 + 1)1 + 2 320(2 + 1)12,73 53,199 30 = 1,5 Persamaan yang digunakan
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 60 57,451 = 36334,827 N Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,66DtFK = 1,66 12,7 30 57,451 = 36334,827 N Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan
berikut: Z = 2,08kDtF(2 + R)K = 2,08 1,5 12,7 30 57,45(2 + 1)1 = 22763,988 N Untuk moda kelelehan, IV ;maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z = 2,08DK 2FF3(1 + R) = 2,08 12, 71 2 57,45 3203(1 + 1)= 26262,143 N Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 22763,988 N Z = Z . C . C. n = 0,8 0,65 (22763,988 1 1 2) = 23674,547N Syarat : Zu
23516,338 N
101
Gambar 0-4 Sambungan pada titik A
102
B. Sambungan pada titik B Pada sambungan pada titik P direncanakan sambungan baut satu irisan.
Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan
baut untuk beban sejajar arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1. Jarak tepi (bopt)
lm/D6 1,5D dan lm/D>6 yang terbesar antara1,5D atau jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus serat.
60/12,7 = 4,7241,5D =19,05 mm atau jarak antar baris = 30 mm
2. Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen tekan = 4D = 50,8 mm
3. Spasi dalam baris alat pengencang (sopt)
Syarat : 4D = 50,8 mm
4. Jarak antar baris alat pengencang
Syarat : 1,5D < 127 mm 1,5D = 19,05 mm
1.3.1.3 Untuk sambungan sudut sejajar serat, Fe|| (Batang 8 dan 9) Ketentuan Geometrik diambil:
1. Jarak Tepi = 30 mm
2. Jarak ujung = 100 mm
3. Spasi antar baris = 60 mm
4. Jarak antar baris = 60 mm
a. Faktor Koreksi Aksi Kelompok C = 1n a a = m(1 m)(1 + Rm)(1 + m) 1 + m 1 + R1 m m = u u 1 u = 1 + s2 1EA + 1EA R = (EA)(EA) = 0,246D,(KN/mm) = 0,246 12,7, = 11,134 KN/mm E = 8820 N/mm = 8,820 KN/mm EA = E luas penampang kayu utama = 8,820 60 120 = 63504 KN EA = E luas penampang kayu sekunder = 8,820 30 120 = 31752 KN
103
EA = 63504 KN EA = 31752 KN Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah
60 mm.
ni yang direncanakan adalah 1 baut.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = (1 x 2) = 2 R = (EA)(EA) = 3175263504 = 0,5 u = 1 + s2 1EA + 1EA = 1 + 11,134 602 163504 + 131752 = 1,016 m = u u 1 = 1,016 1,016 1 = 0,85 a = m(1 m)(1 + Rm)(1 + m) 1 + m 1 + R1 m a = 0,85(1 0,85)1 + 0,5 0,85 (1 + 0,85) 1 + 0,85 1 + 0,51 0,85 = 1 C = 1n a = 12 2 1 = 1 b. Faktor Koreksi Geometrik. Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 100 mm
Untuk a=100 mm > aopt=50,8 mm maka C = 1
c. Kontrol Sambungan: Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut: Z Z Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu
irisan. Dengan ukuran kayu sekunder 6/12 dengan kode mutu dan kelas kayu yang
sama dengan kayu utama.
Zu = 20429,43 N
Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
Fe|| = 77,25 G = 77,25 x 0,826 = 63,808 tm=60 mm
ts= 30 mm
104
K = 1 + 0360 = 1 R = FF = 1 R = tt = 60 mm30 mm = 2 k = (1) + 2(1 + R)R + 2F(2+R)D3Ft k = (1) + 2(1 + 1)1 + 2 320(2 + 1)12,73 63,808 30 = 1,407 Persamaan yang digunakan
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 60 63,8081 = 40356,007 N Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,66DtFK = 1,66 12,7 30 63,8081 = 40356,007 N Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan
berikut: Z = 2,08kDtF(2 + R)K = 2,08 1,407 12,7 30 63,808(2 + 1)1 = 23715,718 N
Untuk moda kelelehan, IV ;maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z = 2,08DK 2FF3(1 + R) = 2,08 12, 71 2 63,808 3203(1 + 1)= 27677,012 N Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 23715,718 N = 23,716 KN Untuk menentukan faktor tahanan sambungan () ditentukan berdasarkan tabel
II-5 dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan tabel II-6 untuk kombinasi
pembebanan 3, maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
105
Z = Z . C . C. n = 0,8 0,65 (23715,718 1 1 2) = 24664,346 N Syarat : Zu
20429,43 N aopt=50,8 mm maka C = 1
c. Kontrol Sambungan: Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut: Z Z Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu
irisan. Dengan ukuran kayu sekunder 6/12 dengan kode mutu dan kelas kayu yang
sama dengan kayu utama.
Zu = 4928,773 N
Sin = 0,87
Cos =0,5 Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm F = 212,, = 212 0,826, 12,7, = 45,087 F = F||FF||sin + Fcos = 63,808 45,08763,808 0, 87 + 45,087 0, 5 = 48,296 tm=60 mm
ts= 30 mm K = 1 + 0360 = 1
106
R = FF = 1 R = tt = 60 mm30 mm = 0,5 k = (1) + 2(1 + R)R + 2F(2+R)D3Ft k = (1) + 2(1 + 1)1 + 2 320(2 + 1)12,73 48,296 30 = 1,524
Persamaan yang digunakan Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 60 48,2961 = 30545,288 N Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,66DtFK = 1,66 12,7 30 48,2961 = 30545,288 N Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan
berikut: Z = 2,08kDtF(2 + R)K = 2,08 1,524 12,7 30 48,296(2 + 1)1 = 19442,995 N Untuk moda kelelehan, IV ;maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 2,08DK 2FF3(1 + R) = 2,08 12, 71 2 48,296 3203(1 + 1)= 24078,957 N
Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu: Z =19442,995 N
Untuk menentukan faktor tahanan sambungan () ditentukan berdasarkan tabel II-5
dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan tabel II-6 untuk kombinasi pembebanan
3, maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
Z = Z . C . C. n = 0,80 0,65 (19442,995 1 1 1) = 10110,357N Syarat : Zu
107
Gambar 0-5 Sambungan pada titik B
108
C. Sambungan pada titik C Pada sambungan pada titik V direncanakan sambungan baut satu irisan dan takikan
tunggal.Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam
sambungan takikan (gigi) tunggal harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1. Dalamnya gigi (tm) 1/3 h
1/3h = 4 cm
2. Panjang kayu muka (lm) 1,5 h dan lm 200 mm
Panjang kayu muka 1,5 120 mm = 180 mm Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam
sambungan baut untuk beban sejajar arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan
seperti :
1. Jarak tepi (bopt)
lm/D6 1,5D dan lm/D>6 yang terbesar antara1,5D atau jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus serat.
60/12,7 = 0,2121,5D =19,05 mm atau jarak antar baris = 30 mm
2. Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen tekan = 4D = 50,8 mm
Untuk komponen tarik = 7D = 88,9 mm
3. Spasi dalam baris alat pengencang (sopt)
Syarat : 4D = 50,8 mm
4. Jarak antar baris alat pengencang
Syarat : 1,5D < 127 mm 1,5D = 19,05 mm
1. Untuk sambungan dengan sudut (Batang 9 dan 10) Kententuan Geometrik diambil :
1. Dalam gigi yang digunakan 2 cm = 20 mm
2. Panjang kayu muka = 180 mm
3. Jarak Tepi = 60 mm
4. Jarak ujung = 60 mm
a. Faktor Koreksi Aksi Kelompok Untuk sambungan dengan satu baut, faktor koreksi aksi kelompok yaitu:
Cg = 1
b. Faktor Koreksi Geometrik. Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
109
Untuk a=60 mm > aopt=50,8 mm maka C = 1
c. Kontrol Sambungan: Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut: Z Z Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu
irisan. Dengan ukuran kayu sekunder 6/12 dengan kode mutu dan kelas kayu yang
sama dengan kayu utama.
Nu = 17655,654 N
Sin =0,87
Cos =0,5 Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
Fe|| = 77,25 G = 77,25 x 0,826 = 63,808 F = 212,, = 212 0,826, 12,7, = 45,087 F = F||FF||sin + Fcos = 63,808 45,08763,808 0, 87 + 45,087 0, 5 = 48,297 tm=60 mm
ts= 30 mm K = 1 + 0360 = 1 R = FF = 1 R = tt = 60 mm30 mm = 2 k = + 2(1 + + ) + (1 + )(1 + ) k = 1 + 2 1(1 + 2 + 2) + 2 1 1(1 + 2)(1 + 1) = 8 k = (1) + 2(1 + R) + 2F(2+R)D3Ft k = (1) + 2(1 + 1) + 2 320(2 + 1)12,73 48,297 30 = 1,524
110
k = (1) + 2(1 + R)R + 2F(2+R)D3Ft k = (1) + 2(1 + 1)1 + 2 320(2 + 1)12,73 48,297 30 = 1,524 Persamaan yang digunakan :
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 60 48,2971 = 30545,920 N Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 30 48,2971 = 15272,960 N Untuk moda kelelehan, II; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,93kDtFK = 0,93 8 12,7 30 48,2971 = 136904,608 N Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,04kDtF(1 + 2R)K = 1,04 1,524 12,7 60 48,297(1 + 2 1)1 = 19443,398 N Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,04kDtF(2 + R)K = 1,04 1,524 12,7 30 48,297(2 + 1)1 = 9721,699 N Untuk moda kelelehan, IV ;maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z = 1,04DK 2FF3(1 + R) = 1,04 12, 71 2 48,297 3203(1 + 1)= 12039,644 N
Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 9721,699 N Direncanakan untuk sambungan takikan akan digunakan sambungan takikan tunggal
dengan ketentuan:
1 + 0,5
111
Untuk menentukan faktor tahanan sambungan () ditentukan berdasarkan tabel II-5
dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan tabel II-6 untuk kombinasi pembebanan
3, maka di dapat:
= 0,80
v = 0,75 b = 60 mm Untuk menentukan kuat geser (Fv) dicari pada tabel II-1 untuk kode kayu E15,
maka Fv = 6,1 N/mm2
Untuk menentukan nilai rasio tahanan dicari pada tabel II-3 untuk kelas mutu
kayu B, maka rasio tahanan = 0,63.
Untuk menentukan nilai faktor koreksi layanan basah (Cm) dicari pada tabel II-7
untuk balok kayu 6/12, dengan acuan kuat geser (Fv), maka Cm = 0,97
Untuk menentukan nilai faktor koreksi tempratur (Ct) dicari pada tabel II-8 untuk
T38C, maka Ct = 1.
Sedangkan untuk faktor koreksi pengawetan (Cpt)dan faktor koreksi tahana api
(Crt) ditentukan berdasarkan spesifikasi pemasok adalah 1.
= (5,1 0,63) 0,97 1 1 1 = 3,116 N/mm = 0,5 + 0,5 = = 120 60 = 60 = 0,5(60) + 0,5(60) = 30 + 30 = 60
1 + 0,25
= 0,8 0,75 180 60 3,116 1 + 0,25
= 11538,103 =20429,43 . 0,5 = 10214,715 N
10214,715 N< 11538,103 <
+ ,
, ()
112
Gambar 0-6 Sambungan pada titik C
113
D. Sambungan pada titik D Pada sambungan pada titik F direncanakan sambungan baut satu irisan.
Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan
baut untuk beban sejajar arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1. Jarak tepi (bopt)
lm/D6 1,5D dan lm/D>6 yang terbesar antara1,5D atau jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus serat.
60/12,7 = 4,7241,5D =19,05 mm atau jarak antar baris = 30 mm
2. Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen tekan = 4D = 50,8 mm
3. Spasi dalam baris alat pengencang (sopt)
Syarat : 4D = 50,8 mm
4. Jarak antar baris alat pengencang
Syarat : 1,5D < 127 mm 1,5D = 19,05 mm
Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan baut
untuk beban tegak lurus serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1. Jarak tepi (bopt)
Tepi yang dibebani = 4D = 50,8 mm
Tepi yang tidak terbebani = 1,5D = 19,05 mm
2. Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen tekan = 4D = 50,8 mm
Untuk komponen tarik = 7D = 88,9 mm
3. Spasi dalam baris alat pengencang tidak boleh lebih dari 127 mm (sopt)
4. Jarak antar baris alat pengencang
lm/D 2 2,5D = 31,75 mm
2
114
a. Faktor Koreksi Aksi Kelompok C = 1n a a = m(1 m)(1 + Rm)(1 + m) 1 + m 1 + R1 m m = u u 1 u = 1 + s2 1EA + 1EA R = (EA)(EA) = 0,246D,(KN/mm) = 0,246 12,7, = 11,134 KN/mm E = 8820 N/mm = 8,820 KN/mm EA = E luas penampang kayu utama = 8,820 60 120 = 63504 KN EA = E luas penampang kayu sekunder = 8,820 30 120 = 31752 KN EA = 63504 KN EA = 31752 KN Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah
60 mm.
ni yang direncanakan adalah 2 baut.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = (2 x 2) = 4 R = (EA)(EA) = 3175263504 = 0,5 u = 1 + s2 1EA + 1EA = 1 + 11,134 602 163504 + 131752 = 1,016 m = u u 1 = 1,016 1,016 1 = 0,85 a = m(1 m)(1 + Rm)(1 + m) 1 + m 1 + R1 m a = 0,85(1 0,85)(1 + 0,5 0,85)(1 + 0,85) 1 + 0,85 1 + 11 0,85 = 2 C = 1n a = 14 2 2 = 1
115
b. Faktor Koreksi Geometrik. Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a=60 mm > aopt=50,8 mm maka C = 1
c. Kontrol Sambungan: Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut: Z Z Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu
irisan. Dengan ukuran kayu sekunder 6/12 dengan kode mutu dan kelas kayu yang
sama dengan kayu utama.
Zu = 24011,75N
Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
Fe|| = 77,25 G = 77,25 x 0,826 = 63,808
tm=60 mm
ts= 30 mm K = 1 + 0360 = 1 R = FF = 1 R = tt = 60 mm30 mm = 2 k = + 2(1 + + ) + (1 + )(1 + ) k = 1 + 2 1(1 + 2 + 2) + 2 1 1(1 + 2)(1 + 1) = 8 k = (1) + 2(1 + R) + 2F(2+R)D3Ft k = (1) + 2(1 + 1) + 2 320(2 + 1)12,73 63,808 30 = 1,407 k = (1) + 2(1 + R)R + 2F(2+R)D3Ft
116
k = (1) + 2(1 + 1)1 + 2 320(2 + 1)12,73 63,808 30 = 1,407
Persamaan yang digunakan
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 60 63,8081 = 40356,007 N Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 30 63,8081 = 20178,003 N Untuk moda kelelehan, II; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,93kDtFK = 0,93 8 12,7 30 63,8081 = 180872,709 N Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,04kDtF(1 + 2R)K = 1,04 1,407 12,7 60 63,808(1 + 2 1)1 = 23715,718 N Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,04kDtF(2 + R)K = 1,04 1,407 12,7 30 63,808(2 + 1)1 = 11857,859 N Untuk moda kelelehan, IV ;maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z = 1,04DK 2FF3(1 + R) = 1,04 12, 71 2 63,808 3203(1 + 1)= 13838,568 N Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 11857,859 N = 11,857 KN Untuk menentukan faktor tahanan sambungan () ditentukan berdasarkan tabel II-5
dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan tabel II-6 untuk kombinasi pembebanan
3, maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
Z = Z . C . C. n = 0,8 0,65 (11857,859 1 1 4) = 24664,346 N
117
Syarat : Zu aopt=50,8 mm maka C = 1
c. Kontrol Sambungan: Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut: Z Z Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu
irisan. Dengan ukuran kayu sekunder 6/12 dengan kode mutu dan kelas kayu yang
sama dengan kayu utama.
Zu = 4593,432 N
Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm F = 212,, = 212 0,826, 12,7, = 45,087 tm=60 mm
ts= 30 mm K = 1 + 0360 = 1 R = FF = 1 R = tt = 60 mm30 mm = 2 k = + 2(1 + + ) + (1 + )(1 + )
118
k = 1 + 2 1(1 + 2 + 2) + 2 1 1(1 + 2)(1 + 1) = 8 k = (1) + 2(1 + R) + 2F(2+R)D3Ft k = (1) + 2(1 + 1) + 2 320(2 + 1)12,73 45,087 30 = 1,557 k = (1) + 2(1 + R)R + 2F(2+R)D3Ft k = (1) + 2(1 + 1)1 + 2 320(2 + 1)12,73 45,087 30 = 1,557 Persamaan yang digunakan :
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 60 45,0871 = 28515,724 N Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 30 45,0871 = 14257,862 N
Untuk moda kelelehan, II; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,93kDtFK = 0,93 8 12,7 30 45,0871 = 127805,414 N
Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,04kDtF(1 + 2R)K = 1,04 1,557 12,7 60 45,087(1 + 2 1)1 = 18544,153 N
Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,04kDtF(2 + R)K = 1,04 1,557 12,7 30 45,087(2 + 1)1 = 9272.076 N Untuk moda kelelehan, IV ;maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
119
Z = 1,04DK 2FF3(1 + R) = 1,04 12, 71 2 45,087 3203(1 + 1)= 11632,707 N Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 9272.076 N Untuk menentukan faktor tahanan sambungan () ditentukan berdasarkan tabel II-5
dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan tabel II-6 untuk kombinasi pembebanan
3, maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
Z = Z . C . C. n = 0,80 0,65 (9272.076 1 1 1) = 4821,479 N Syarat : Zu
120
Gambar 0-7 Sambungan pada titik D
121
E. Sambungan pada titik E Pada sambungan pada titik V direncanakan sambungan baut satu irisan dan takikan
tunggal.Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam
sambungan takikan (gigi) tunggal harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1. Dalamnya gigi (tm) 1/3 h
1/3h = 4 cm
2. Panjang kayu muka (lm) 1,5 h dan lm 200 mm
Panjang kayu muka 1,5 120 mm = 180 mm Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam
sambungan baut untuk beban sejajar arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan
seperti :
1. Jarak tepi (bopt)
lm/D6 1,5D dan lm/D>6 yang terbesar antara1,5D atau jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus serat.
60/12,7 = 4,7241,5D =19,05 mm atau jarak antar baris = 30 mm
2. Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen tekan = 4D = 50,8 mm
3. Spasi dalam baris alat pengencang (sopt)
Syarat : 4D = 50,8 mm
4. Jarak antar baris alat pengencang
Syarat : 1,5D < 127 mm 1,5D = 19,05 mm
Untuk sambungan sudut sejajar serat, Fe|| (Batang 3 dan 4)
Ketentuan Geometrik diambil :
1. Jarak Tepi = 30 mm
2. Jarak ujung = 100 mm
3. Spasi antar baris = 60 mm
4. Jarak antar baris = 60 mm
a. Faktor Koreksi Aksi Kelompok C = 1n a a = m(1 m)(1 + Rm)(1 + m) 1 + m 1 + R1 m m = u u 1
122
u = 1 + s2 1EA + 1EA R = (EA)(EA) E = 8820 N/mm = 8,820 KN/mm EA = E luas penampang kayu utama = 8,820 60 120 = 63504 KN EA = E luas penampang kayu sekunder = 8,820 30 120 = 31752 KN EA = 63504 KN EA = 31752 KN Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah
60 mm.
ni yang direncanakan adalah 2 baut.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = (2 x 2) = 4 R = (EA)(EA) = 3175263504 = 0,5 u = 1 + s2 1EA + 1EA = 1 + 11,134 602 163504 + 131752 = 1,016 m = u u 1 = 1,016 1,016 1 = 0,85 a = m(1 m)(1 + Rm)(1 + m) 1 + m 1 + R1 m a = 0,85(1 0,85)(1 + 0,5 0,85)(1 + 0,85) 1 + 0,85 1 + 0,51 0,85 = 2 C = 1n a = 14 2 2 = 1 b. Faktor Koreksi Geometrik. Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a=60 mm > aopt=50,8 mm maka C = 1
c. Kontrol Sambungan: Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut: Z Z Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu
irisan. Dengan ukuran kayu sekunder 6/12 dengan kode mutu dan kelas kayu yang
sama dengan kayu utama.
Zu =24011,75N
123
Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
Fe|| = 77,25 G = 77,25 x 0,826 = 63,808
tm=60 mm
ts= 30 mm K = 1 + 0360 = 1 R = FF = 1 R = tt = 60 mm30 mm = 2 k = + 2(1 + + ) + (1 + )(1 + ) k = 1 + 2 1(1 + 2 + 2) + 2 1 1(1 + 2)(1 + 1) = 8 k = (1) + 2(1 + R) + 2F(2+R)D3Ft k = (1) + 2(1 + 1) + 2 320(2 + 1)12,73 63,808 30 = 1,407 k = (1) + 2(1 + R)R + 2F(2+R)D3Ft k = (1) + 2(1 + 1)1 + 2 320(2 + 1)12,73 63,808 30 = 1,407 Persamaan yang digunakan
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 60 63,8081 = 40356,007 N Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 30 63,8081 = 20178,003 N Untuk moda kelelehan, II; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
124
Z = 0,93kDtFK = 0,93 8 12,7 30 63,8081 = 180872,709 N Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,04kDtF(1 + 2R)K = 1,04 1,407 12,7 60 63,808(1 + 2 1)1 = 23715,718 N Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,04kDtF(2 + R)K = 1,04 1,407 12,7 30 63,808(2 + 1)1 = 11857,859 N Untuk moda kelelehan, IV ;maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z = 1,04DK 2FF3(1 + R) = 1,04 12, 71 2 63,808 3203(1 + 1)= 13838,568 N Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 11857,859 N = 11,857 KN Untuk menentukan faktor tahanan sambungan () ditentukan berdasarkan tabel II-5
dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan tabel II-6 untuk kombinasi pembebanan
3, maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
Z = Z . C . C. n = 0,8 0,65 (11857,859 1 1 4) = 24664,346 N Syarat : Zu
125
a = m(1 m)(1 + Rm)(1 + m) 1 + m 1 + R1 m m = u u 1 u = 1 + s2 1EA + 1EA R = (EA)(EA) = 0,246D,(KN/mm) = 0,246 12,7, = 11,134 KN/mm E = 8820 N/mm = 8,820 KN/mm EA = E luas penampang kayu utama = 8,820 60 120 = 63504 KN EA = E luas penampang kayu sekunder = 8,820 30 120 = 31752 KN EA = 63504 KN EA = 31752 KN Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah
60 mm.
ni yang direncanakan adalah 2 baut.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = (2 x 2) = 4 R = (EA)(EA) = 3175263504 = 0,5 u = 1 + s2 1EA + 1EA = 1 + 11,134 602 163504 + 131752 = 1,016 m = u u 1 = 1,016 1,016 1 = 0,85 a = m(1 m)(1 + Rm)(1 + m) 1 + m 1 + R1 m a = 0,85(1 0,85)(1 + 0,5 0,85)(1 + 0,85) 1 + 0,85 1 + 11 0,85 = 2 C = 1n a = 14 2 2 = 1 b. Faktor Koreksi Geometrik. Untuk sambungan tegak lurus arah serat, karena digunakan 1 baut, maka C = 1
c. Kontrol Sambungan: Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut: Z Z
126
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu
irisan. Dengan ukuran kayu sekunder 6/12 dengan kode mutu dan kelas kayu yang
sama dengan kayu utama.
Zu = 14185,581 N
Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm F = 212,, = 212 0,826, 12,7, = 45,087 tm=60 mm
ts= 30 mm K = 1 + 0360 = 1 R = FF = 1 R = tt = 60 mm30 mm = 2 k = + 2(1 + + ) + (1 + )(1 + ) k = 1 + 2 1(1 + 2 + 2) + 2 1 1(1 + 2)(1 + 1) = 8 k = (1) + 2(1 + R) + 2F(2+R)D3Ft k = (1) + 2(1 + 1) + 2 320(2 + 1)12,73 45,087 30 = 1,557 k = (1) + 2(1 + R)R + 2F(2+R)D3Ft k = (1) + 2(1 + 1)1 + 2 320(2 + 1)12,73 45,087 30 = 1,557 Persamaan yang digunakan :
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 60 45,0871 = 28515,724 N Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
127
Z = 0,83DtFK = 0,83 12,7 30 45,0871 = 14257,862 N
Untuk moda kelelehan, II; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 0,93kDtFK = 0,93 8 12,7 30 45,0871 = 127805,414 N
Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,04kDtF(1 + 2R)K = 1,04 1,557 12,7 60 45,087(1 + 2 1)1 = 18544,153 N
Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut: Z = 1,04kDtF(2 + R)K = 1,04 1,557 12,7 30 45,087(2 + 1)1 = 9272.076 N Untuk moda kelelehan, IV ;maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z = 1,04DK 2FF3(1 + R) = 1,04 12, 71 2 45,087 3203(1 + 1)= 11632,707 N Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 9272.076 N Untuk menentukan faktor tahanan sambungan () ditentukan berdasarkan tabel II-5
dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan tabel II-6 untuk kombinasi pembebanan
3, maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
Z = Z . C . C. n = 0,80 0,65 (9272.076 1 1 4) = 19285,918 N Syarat : Zu
128
2. Untuk sambungan dengan sudut 1 (Batang 16 dan 18)
Kententuan Geometrik diambil :
1. Dalam gigi yang digunakan 2 cm = 0,02 mm
2. Panjang kayu muka = 180 mm
a. Kontrol Untuk Sambungan Takikan Tunggal = , = 8308 = 8308 0,73 = 6064,84
Direncanakan untuk sambungan takikan akan digunakan sambungan takikan tunggal dengan ketentuan: Ketentuan perencanaan sambungan untuk takikan gigi tunggal adalah sebagai berikut:
1 + 0,5
Untuk menentukan faktor tahanan sambungan () ditentukan berdasarkan tabel II-5
dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan tabel II-6 untuk kombinasi pembebanan
3, maka di dapat:
= 0,80 v = 0,75 b = 60 mm Untuk menentukan kuat geser (Fv) dicari pada tabel II-1 untuk kode kayu E15,
maka Fv = 5,1 N/mm2
Untuk menentukan nilai rasio tahanan dicari pada tabel II-3 untuk kelas mutu
kayu B, maka rasio tahanan = 0,63.
Untuk menentukan nilai faktor koreksi layanan basah (Cm) dicari pada tabel II-7
untuk balok kayu 6/12, dengan acuan kuat geser (Fv), maka Cm = 0,97
Untuk menentukan nilai faktor koreksi tempratur (Ct) dicari pada tabel II-8 untuk
T38C, maka Ct = 1.
Sedangkan untuk faktor koreksi pengawetan (Cpt)dan faktor koreksi tahana api
(Crt) ditentukan berdasarkan spesifikasi pemasok adalah 1.
= F. rasio tahanan. C. C. C. C = (5,1 0,63) 0,90 1 1 1 = 2,892 N/mm = 0,5 + 0,5 = = 120 60 = 60
129
= 0,5(60) + 0,5(60) = 30 + 30 = 60
1 + 0,25
= 0,8 0,75 200 60 2,892 1 + 0,25
= 11378,360
1 + 0,25
= 11378,360
< + ,
, < 11378,360 , ()
130
Gambar 0-8 Sambungan pada titik E