Upload
timur-adil
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/20/2019 Bab RARA Aaa
1/51
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami penurunan
fungsi karena berbagai faktor. Penyakit ginjal dapat bersifat akut dan kronik.
Penyakit ginjal akut ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara mendadak
dan bersifat sementara, sedangkan penyakit ginjal kronik adalah penurunan fungsi
ginjal yang progresif, irreversible, dan berlangsung dalam waktu yang lama dan
menetap. (1)
Penyakit ginjal kronik merupakan satu dari 10 penyakit mematikan. (2)
enurut World Health Organization (!"#), terdapat 1$$ juta penduduk dunia
menderita penyakit ginjal kronik pada tahun 200$ dan meningkat menjadi lebih
dari 200 juta pada tahun 200%. (&) 'i merika, lebih dari 10 dari 200 juta
penduduk dewasa, yaitu sekitar 2* juta orang menderita penyakit ginjal kronik
dengan derajat keparahan yang berbeda. (+) Prealensi penyakit ginjal kronik di
-ndonesia tahun 1+/200$ semakin meningkat dan secara nasional menjadi
penyakit dengan prealensi tertinggi. Penyakit ginjal kronik adalah 0,2 dari
seluruh kategori penyakit tidak menular yang pernah didiagnosis dokter. ($)
idak berfungsinya ginjal karena berbagai masalah mengharuskan pasien
untuk menjalani pengobatan khusus, yang disebut terapi pengganti. "emodialisis
adalah salah satu terapi pengganti yang digunakan untuk menggantikan fungsi
ginjal dalam mengeluarkan at/at beracun dengan cara mengeluarkan darah dari
dalam tubuh manusia dan dimasukkan ke sebuah alat sesuai prosedur, yang
disebut dialyzer . (1)
ejak ditemukan dialisis, jumlah pasien yang menjalani terapi pengganti
ginjal meningkat progresif, karena pasien yang lebih tua dan dengan keadaan
penyakit lebih berat pun dapat menjalani terapi dialisis dengan aman. (*) 3ebih
dari &%0 ribu orang penderita penyakit ginjal kronik menjalani hemodialisis
regular di merika. (4) 5erdasarkan data Indonesia Renal Registry (-66), suatu
kegiatan registrasi Perhimpunan 7efrologi -ndonesia, pada tahun 2004, jumlah
pasien hemodialisis mencapai 21+% orang. 'itahun 200%, pasien hemodialisis
1
8/20/2019 Bab RARA Aaa
2/51
2
mengalami peningkatan menjadi 22*0 orang. Pada tahun 2011, terdapat 1$.&$&
orang yang menjalani hemodialisis dan mengalami peningkatan menjadi 1.*21
orang pada tahun 2012. ampai akhir tahun 2012, terdapat 2++ unit hemodialisis
di -ndonesia. (%) alah satu faktor penyebab meningkatnya angka penderita
penyakit ginjal dari tahun ke tahun di dunia disebabkan karena kurangnya
kesadaran masyarakat dalam melakukan medical-checkup. ()
'alam penelitian yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir oleh 8ung
et al ., disebutkan bahwa terdapat hubungan erat antara penurunan fungsi kognitif
pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis, dimana
pasien mengalami gangguan fungsi memori, kinerja saraf melambat, dan
gangguan perhatian. (10) Penurunan fungsi kognitif pada pasien hemodialisis
dikaitkan dengan faktor risiko kematian, rawat inap, dan penurunan fungsi
eksekutif, yaitu dalam mengambil keputusan, misalnya dalam penggunaan obat,
pengaturan diet, dan menentukan keputusan medis. (11) 8arang sekali pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis mengalami penurunan fungsi
kognitif sebelumnya dalam medical-record mereka, hal ini menyiratkan bahwa
penurunan fungsi kognitif hampir tidak terdeteksi, bahkan penurunan fungsi
kognitif tidak dianggap sebagai kondisi co-morbid dalam rekam medik mereka.
(12)
'alam sebuah penelitian oleh 9urella, disebutkan bahwa %0 pasien dengan
usia rata/rata *1,2 tahun yang menderita penyakit ginjal kronik dan menjalani
hemodialisis, &% mengalami penurunan fungsi eksekutif yang berat dan &&
mengalami penurunan fungsi memori yang berat pula. "al ini didukung oleh
penelitian urray yang dilakukan terhadap &&% pasien hemodialisis dengan
menggunakan neuropsikologikal yang lebih detail, ditemukan &4 pasienmengalami penurunan fungsi kognitif yang berat, &* sedang, 1+ ringan, dan
hanya 1& yang memiliki fungsi kognitif normal. Penurunan fungsi kognitif pada
pasien hemodialisis tiga kali lebih berisiko dibandingkan dengan pasien tanpa
penyakit ginjal kronik. (1&)
9adar ureum terlarut diduga bertanggung jawab atas manifestasi penurunan
fungsi kognitif pada pasien penyakit ginjal kronik. Pasien penyakit ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisis tiga kali seminggu menunjukkan penurunan
8/20/2019 Bab RARA Aaa
3/51
3
fungsi kognitif sedang hingga berat meskipun telah memenuhi standar
penghapusan urea sesuai prosedur klinis. Penurunan fungsi kognitif juga dapat
dipengaruhi oleh depresi, penyakit serebroaskular, dan penggunaan obat/obatan
tertentu. (1+)
enurut data dari United States Renal Disease System (:6'),
disebutkan bahwa pasien hemodialisis yang mengalami penurunan fungsi kognitif
cenderung lebih berisiko mengalami putus berobat, yang bisa menyebabkan
kematian dibandingkan pasien yang tidak mengalami penurunan fungsi kognitif.
Pasien yang mengalami penurunan fungsi kognitif pun harus mengeluarkan biaya
lebih untuk perawatan di rumah sakit. (1&)
'eteksi dini penurunan fungsi kognitif sangat penting karena penurunan
fungsi kognitif dapat berkembang menjadi demensia, yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup dan meningkatkan mortalitas. :ntuk deteksi dini gangguan kognitif
pada pasien hemodialisis, dibutuhkan alat skrining yang cepat dan sederhana.
ini-ental State !"amination (;) merupakan cara yang paling sering
dipakai di dunia. (10)
5erdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan lama hemodialisis dengan skor ini-ental State
!"amination (;) pada pasien penyakit ginjal kronik di -nstalasi 'ialisis
6umah akit :mum 'aerah dr.
8/20/2019 Bab RARA Aaa
4/51
4
engetahui kejadian perubahan skor ini-ental State !"amination
(;) pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di
-nstalasi 'ialisis 6:'
8/20/2019 Bab RARA Aaa
5/51
5
BAB II
TIN&AUAN PU'TA(A
2.1 Pen)akt *njal (r%nk
Penyakit ginjal kronik adalah hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan olume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan
makanan normal. 9eadaan ini berlangsung secara progresif dan lambat (biasanya
dalam beberapa tahun). Penyakit ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam
penyakit yang merusak massa nefron ginjal sehingga terjadi defisiensi jumlah
total nefron. (1$) eiring dengan berkurangnya jumlah nefron yang berfungsi,
nefron yang tersisa akan melakukan kompensasi dengan meningkatkan filtrasi dan
reabsorbsi at terlarut yang justru akan merusak nefron tersisa dan mempercepat
kehilangan nefron. (*)
Penyakit ginjal kronik dapat didefinisikan berdasarkan kriteria berikut (1)@
1. 9erusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari & bulan, berupa
kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan
lomerular .iltration Rate (AB6), dengan manifestasi@
/ 9elainan patologis
/ erdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah
atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests)
2. lomerular .iltration Rate (AB6) kurang dari *0 mlCmenitC1,4&m2 selama &
bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Pada keadaan dimana tidak terjadi kerusakan ginjal lebih dari & bulan dan AB6
sama atau lebih dari *0 mlCmenitC1,4&m2, tidak termasuk kriteria penyakit ginjal
kronik. (1)
Penyakit ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang
merusak massa nefron ginjal. ebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada traktus urinarius
juga dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik. Pada awalnya, beberapa penyakit
ginjal menyerang glomerulus (glomerulonefritis), sedangkan jenis lain menyerang
tubulus ginjal (pielonefritis atau penyakit polikistik ginjal) atau dapat juga
mengganggu perfusi darah pada parenkim ginjal (nefrosklerosis). 7amun, bila
proses penyakit tidak dihambat maka seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti
dengan jaringan parut.
(1$)
8/20/2019 Bab RARA Aaa
6/51
6
Patofisiologi penyakit ginjal kronik tergantung dari penyakit yang
mendasarinya, tetapi dalam proses perkembangan selanjutnya kurang lebih sama.
Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional
nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi, hal ini mengakibatkan
terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran
darah glomerulus (proses adaptasi). Proses selanjutnya diikuti sklerosis nefron
yang masih tersisa (proses maladaptasi). erakhir, terjadi penurunan fungsi nefron
yang progresif. Peningkatan aktiitas aksis renin/angiotensin/aldosteron,
albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dan dislipidemia juga dianggap berperan
dalam terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresiitas tersebut. (1)
Perjalanan klinis umum penyakit ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga
stadium. Pada stadium pertama penyakit ginjal kronik terjadi penurunan cadangan
ginjal, dimana kreatinin serum dan kadar 5:7 ( /lood Urea 0itrogenC7itrogen
:rea 'arah) normal dan pasien masih asimptomatik. Pada stadium kedua disebut
insufisiensi ginjal, dimana AB6 (lomerular .iltration Rate) besarnya 2$ dari
normal dengan 4$ jaringan yang berfungsi menjadi rusak, kadar 5:7 dan
kreatinin pun mulai meningkat di atas batas normal, dan pasien mulai mengalami
gejala/gejala nokturia dan poliuria (akibat gangguan kemampuan pemekatan).
tadium ketiga dan stadium akhir penyakit ginjal progresif disebut penyakit ginjal
stadium akhir atau end-stage o+ renal disease (;6') atau uremia. !nd-stage o+
renal disease (;6') terjadi apabila sekitar 0 dari massa nefron telah hancur
atau hanya sekitar 200 ribu nefron yang masih utuh, nilai AB6 hanya 10 dari
keadaan normal dan bersihan kreatinin mungkin sebesar $/10 ml per menit atau
kurang sehingga kreatinin serum dan kadar 5:7 akan meningkat sebagai respons
terhadap AB6 yang mengalami sedikit penurunan. Pada ;6', pasien mulaimerasakan gejala/gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak sanggup lagi
mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh. (1$)
Aambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik biasanya sesuai dengan
penyakit yang mendasarinya, seperti diabetes mellitus, infeksi atau batu traktus
urinarius, hipertensi, hiperurikemia, 3upus ;ritematosus istemik (3;), dan lain
sebagainya. indrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual,
muntah, nokturia, volume overload , neuropati perifer, pruritus, uremic +rost ,
8/20/2019 Bab RARA Aaa
7/51
7
perikarditis, kejang, bahkan koma juga terlihat pada pasien penyakit ginjal kronik.
Penyakit ginjal kronik juga biasanya diikuti oleh gejala komplikasi, seperti
hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, dan
gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, klorida). (1)
Aambaran radiologis penyakit ginjal kronik juga sesuai dengan penyakit
yang mendasarinya dan terdapat penurunan fungsi ginjal yang terlihat dari
peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, serta penurunan AB6. erdapat
pula kelainan biokimiawi darah pada pasien penyakit ginjal kronik, berupa
penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiper atau
hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia,
hipokalsemia, dan asidosis metabolik. 9elainan urinalisis, seperti proteinuria,
hematuri, leukosuria, cast , atau isostenuria juga dapat terjadi. (1)
9lasifikasi penyakit ginjal kronik dapat dilihat pada tabel di bawah ini@
Ta+el 2.1 (las"kas Pen)akt *njal (r%nk Ber,asarkan Derajat Pen)akt (1)
Derajat Penjelasan *-R ml/ment/103m2
1 9erusakan ginjal dengan AB6 normal atau tinggi D 0
2 9erusakan ginjal dengan AB6 turun ringan *0 E %
& 9erusakan ginjal dengan AB6 turun sedang &0 E $
+ 9erusakan ginjal dengan AB6 turun berat 1$ E 2$ Aagal ginjal F 1$ atau dialisis
Penyakit ginjal kronik adalah penyakit kronik yang tidak menular yang
berhubungan dengan klinis yang buruk dan economic outcomes yang merugikan.
erdapat 1 dari 10 orang pada suatu populasi yang menderita penyakit ginjal
kronik yang berisiko kematian bahkan sebelum berkembang menjadi ;6'.
Penyakit ini berkembang diam/diam dan asimptomatik, sehingga tidak segera
diobati. #leh karena itu, penting sekali untuk melakukan deteksi dini dan
interensi khusus untuk mencegah dan menunda perkembangan penyakit. (1*)Penatalaksanaan pada penyakit ginjal kronik meliputi terapi spesifik
terhadap penyakit dasarnya, pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid,
penyakit kardioaskular, dan komplikasi, memperlambat perburukan
( progression) fungsi ginjal, serta terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau
transplantasi ginjal. (1)
Perencanaan tatalaksana terhadap penyakit ginjal kronik dapat kita lihat
pada tabel di bawah ini@
8/20/2019 Bab RARA Aaa
8/51
8
Ta+el 2.2 Perenanaan Tatalaksana Pen)akt *njal (r%nk 'esua ,engan
Derajatn)a (1)
Derajat *-R ml/ment/103m2 Renana Tatalaksana
1 D 0 erapi penyakit dasar, kondisi komorbid,
ealuasi perburukan fungsi ginjal, memperkecil
risiko kardioaskular
2 *0 E % enghambat perburukan fungsi ginjal
& &0 E $ ;aluasi dan terapi komplikasi
+ 1$ E 2 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
$ F 1$ erapi pengganti ginjal
2.2 Hem%,alss
'alam keadaan normal, ginjal berfungsi sebagai penyaring darah dari at/
at sisa metabolisme tubuh dan dikeluarkan dalam bentuk air seni kemudian darah
yang telah bersih dikembalikan ke pembuluh darah besar dan diedarkan kembali
ke seluruh tubuh. erdapat sekitar 140 liter darah yang harus disaring oleh ginjal
per harinya. Pada penyakit ginjal kronik, sampah metabolisme dan air tidak dapat
dikeluarkan sehingga dapat menyebabkan keracunan bahkan kematian. (14)
"ilangnya fungsi ginjal yang berat, baik secara akut maupun kronis,
membahayakan nyawa pasien dan membutuhkan pembersihan produk buangan
yang toksik serta pengembalian olume dan komposisi cairan tubuh ke keadaan
normal. 9ondisi ini dapat diatasi dengan terapi hemodialisis. (1%) "emodialisis
adalah suatu terapi pengganti ginjal berupa metode pencucian darah yang
digunakan secara rutin dan luas untuk mempertahankan kualitas hidup dan
memperpanjang usia bagi pasien penyakit ginjal kronik dan akut melalui sebuah
prosedur pembersihan darah dari at/at yang konsentrasinya berlebihan di dalam
tubuh melalui sebuah mesin berupa ginjal artifisial atau buatan, yaitu dialyzer .
(1)
8/20/2019 Bab RARA Aaa
9/51
9
:ltrafiltrasi adalah proses berpindahnya air dan bahan terlarut karena
perbedaan tekanan hidrostatik dalam darah dan dialisat.
&. #smosis
#smosis adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu
perbedaan osmolaritas darah dan dialisat.
Pada hemodialisis, darah dipompa melewati satu sisi membran
semipermeabel (membran sintetik), sedangkan cairan dialisat dipompa melewati
dengan arah gerakan yang berlawanan dari sisi lain. embran biasanya diletakkan
di dalam wadah sebagai lembaran yang memiliki lubang ditengahnya. 8umlah
cairan dikeluarkan dan dikontrol dengan mengubah tekanan hidrostatik darah
dibandingkan dengan cairan dialisat. 'arah dan dialisat mencapai keseimbangan
di kedua sisi membran sehingga komposisi plasma dapat dikontrol dengan
mengubah komposisi dialisat. Gairan dialisat terbuat dari konsituen esensial
plasma, berupa natrium, kalium, klorida, kalsium, magnesium, dan glukosa, serta
suatu bufer seperti bikarbonat, asetat, atau laktat. 9onsentrasi kalium dalam
dialisat biasanya lebih rendah daripada dalam plasma sehingga memacu
pergerakan kalium ke luar dari darah. (*) emua kadar elektrolit ini dapat
dimodifikasi sesuai kondisi klinis pasien . (21) "eparin digunakan dalam sirkuit
dialisis untuk mencegah penggumpalan darah.
(*)"emodialisis idealnya membutuhkan dua titik akses untuk sirkulasi, yaitu
untuk mengeluarkan darah dan mengembalikannnya ke mesin dialisis. :ntuk
jangka pendek, proses ini dapat dicapai dengan kateter ena sentral berukuran
besar berlumen ganda yang dapat dibuat seperti terowongan di kulit untuk
mengurangi risiko infeksi. (*) :ntuk akses jangka panjang, biasanya dibuat fistula
arterioenosa di pergelangan tangan (fistula =5rescia/Gimino?) dengan
menggunakan gra+t arterioenosa yang terbuat dari politetrafluo/roetilen sintetik
(AoreteH), kateter -I berlumen besar, atau alat G yang dipasang pada kateter
intraaskular. (21) Bistula ini dibuat dengan menyatukan arteri radialis atau
brakhialis dengan ena secara side-to-side atau side-to-end . etelah beberapa
bulan, fistula akan berdilatasi dan aliran tinggi yang melewatinya memungkinkan
dua jarum berukuran besar ditempatkan di dalamnya untuk dialisis. Pirau ( shunt )
eksternal pun kadang dapat digunakan untuk menyatukan arteri dengan ena. Pada
pasien ginjal, jalur intraena sebaiknya selalu dipasang di tangan bagian belakang
8/20/2019 Bab RARA Aaa
10/51
10
daripada di lengan, hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan ena lengan
yang mungkin diperlukan di kemudian hari untuk pembentukan fistula. (*)
Pada umumnya indikasi terapi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal
kronik adalah jika AB6 F $ mlCmenitC1,4&m2
. 9eadaan pasien yang mempunyai
AB6 F $ mlCmenitC1,4&m2 tidak selalu sama sehingga terapi ini perlu dimulai jika
ditemui salah satu dari hal di bawah ini (1)@
1. 9eadaaan umum buruk dan gejala klinis nyata
2. 9 serum J * m;KCl
&. :reum darah J 200 mgCdl
+. nuria berkepanjangan ( J $ hari)
$. .luid overload
ebagian besar pasien menjalani terapi dialisis tiga kali dalam seminggu dan
biasanya dialisis berlangsung selama &/+ jam. ;fisiensi dialisis terutamatergantung pada lamanya dialisis, kecepatan aliran darah, kecepatan aliran dialisat,
dan luas permukaan dialyzer . (21)
dapun beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang menjalani
terapi hemodialisis, yaitu (22)@
1. "ipotensi yang dapat terjadi selama dialisis ketika cairan dikeluarkan
2. ;mboli udara dapat terjadi jika terdapat udara yang masuk ke sistem
askular pasien namun hal ini jarang terjadi
&. 7yeri dada dapat terjadi karena pG#2 menurun bersamaan dengan
terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh
+. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis, yaitu ketika produk akhir
metabolisme meninggalkan kulit
$. ual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi
*. Aangguan keseimbangan dialisis berupa kejang yang dapat terjadi jika
uremia berat
4. 9ram otot dan nyeri yang terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat
meninggalkan ruang ekstrasel
Proses hemodialisis yang lama umumnya akan menimbulkan stres fisik,
pasien akan merasakan kelelahan, sakit kepala, dan berkeringat dingin akibat
tekanan darah yang turun. erapi ini juga akan mempengaruhi keadaan psikologis
pasien. Pasien akan mengalami gangguan berpikir dan konsentrasi serta gangguan
dalam berhubungan sosial. emua kondisi tersebut akan menyebabkan
menurunnya kualitas hidup dan mempengaruhi gaya hidup pasien penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis. ()
2.3 -ungs (%gnt"
8/20/2019 Bab RARA Aaa
11/51
11
9ognisi adalah sebuah proses mental untuk memperoleh pengetahuan
menggunakan penalaran dan persepsi yang mendasari kegiatan sehari/hari, mulai
dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Bungsi kognitif
merupakan aktiitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar, dan
menggunakan bahasa. Bungsi kognitif juga merupakan kemampuan atensi,
memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta kemampuan eksekutif seperti
merencanakan, menilai, mengawasi, dan melakukan ealuasi. (2&) Perkembangan
kognitif merupakan salah satu perkembangan mental yang bertujuan memisahkan
kenyataan yang sebenarnya dengan fantasi, menjelajah kenyataan dan menemukan
hukum/hukumnya, memilih kenyataan/kenyataan yang berguna bagi kehidupan,
serta menemukan kenyataan sesungguhnya di balik sesuatu yang tampak. (2+)Bungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi orientasi, bahasa, atensi,
memori, konstruksi, kalkulasi, dan penalaran. (2$)
1. #rientasi
#rientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat, dan waktu.
#rientasi terhadap personal adalah kemampuan menyebutkan nama sendiri
ketika ditanya, orientasi tempat dinilai dengan menanyakan negara,
proinsi, kota, gedung, dan lokasi dalam gedung, sedangkan orientasi waktu
dinilai dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari, dan tanggal. 9arena
perubahan waktu lebih sering daripada tempat maka waktu dijadikan indeks
paling sensitif untuk disorientasi. (2$)
2. 5ahasa
Bungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi + parameter, yaitu@
/ 9elancaran yang merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat
dengan panjang, ritme, dan melodi yang normal. etode untuk menilai
hal ini adalah meminta pasien untuk menulis atau berbicara secara
spontan./ Pemahaman yang merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu
kata atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seseorang tersebut
mengikuti perintah
/ Pengulangan yang merujuk pada kemampuan seseorang mengulangi
suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang.
/ 0aming yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai
suatu objek serta bagian/bagiannya (2$)
&. tensi
8/20/2019 Bab RARA Aaa
12/51
12
tensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon stimulus
spesifik dengan mengabaikan stimulus yang lain di luar lingkungannya.
Bungsi atensi terdiri dari mengingat segera dan konsentrasi. engingat
segera merujuk pada kemampuan seseorang mengingat sejumlah kecil
informasi selama kurang dari &0 detik dan mampu mengeluarkannya
kembali. spek konsentrasi merujuk pada sejauh mana kemampuan
seseorang untuk memusatkan perhatiannnya pada satu hal. Bungsi ini dapat
dinilai dengan meminta orang tersebut untuk mengurangkan 4 secara
berturut/turut dimulai dari angka 100 atau dengan memintanya mengeja kata
secara terbalik. (2$)
+. emoriemori terdiri dari dua komponen, erbal dan isual. emori erbal
merupakan kemampuaan seseorang untuk mengingat kembali informasi
yang diperolehnya. erdapat dua subkomponen memori erbal, yaitu
memori baru (kemampuan mengingat informasi yang diperoleh beberapa
menit atau hari yang lalu) dan memori lama (kemampuan mengingat
informasi beberapa minggu dan bertahun/tahun yang lalu). emori isual
adalah kemampuan seseorang mengingat kembali informasi berupa gambar.
(2$)
$. Bungsi 9onstruksi
Bungsi konstruksi mengacu pada kemampuan seseorang untuk membangun
dengan sempurna. Bungsi ini dinilai dengan meminta orang tersebut untuk
menyalin gambar, memanipulasi balok, atau membangun kembali suatu
bangunan balok yang telah dirusak sebelumnya. (2$)
*. 9alkulasi dan Penalaran
9alkulasi adalah kemampuan seseorang untuk menghitung angka. Penalaran
adalah kemampuan seseorang untuk membedakan baik atau buruknya suatuhal, serta berpikir abstrak. (2$)
Penurunan fungsi kognitif adalah berkurangnya kewaspadaan mental,
gangguan intelektual, dan penurunan perhatian. Penurunan fungsi kognitif juga
menurunkan kapasitas konsentrasi, belajar, dan memori, serta menyebabkan
gangguan yang lebih kompleks seperti gangguan pemecahan masalah baru. (2*)
Penurunan fungsi kognitif (cognitive impairment ) adalah suatu terminologi umum
yang digunakan untuk menggambarkan penurunan kemampuan untuk berpikir,
8/20/2019 Bab RARA Aaa
13/51
13
berkomunikasi, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. (24)
(2%)
dapun faktor/faktor yang mempengaruhi penurunan fungsi kognitif adalah
sebagai berikut@1. :sia
eiring bertambahnya usia, tubuh akan mengalami perubahan dan penuaan,
termasuk otak yang mengalami perubahan fungsi intelektual. uatu
penelitian menunjukkan adanya penurunan fungsi kognitif sebanyak 1*
pada kelompok umur *$/*, 21 pada 40/4+ tahun, &0 pada 4$/4, dan
++ pada usia J%0 tahun. "asil penelitian tersebut menunjukkan adanya
hubungan positif antara usia dan penurunan fungsi kognitif. (2)
2. 8enis 9elamin!anita tampaknya lebih berisiko mengalami penurunan fungsi kognitif. "al
ini disebabkan oleh peran dari leel hormon seks endogen. 6eseptor
estrogen ditemukan dalam area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan
memori. 6endahnya leel estradiol dalam tubuh dikaitkan dengan
penurunan fungsi kognitif dan memori erbal, dimana estradiol diperkirakan
bersifat neuroprotektif dan dapat membatasi kerusakan akibat stres oksidatif
serta terlihat sebagai protektor sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien
lheimer. (&0)
&. ingkat Pendidikan
Penurunan fungsi kognitif dapat lebih cepat terjadi pada seseorang dengan
tingkat pendidikan rendah dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi.
erdapat dua mekanisme yang mendasarinya, yaitu hipotesis brain reserve
dan teori use it or lose it . "ipotesis brain reserve didasarkan pada potensi
kognitif yang didapat sejak lahir, sedangkan teori use it or lose it mengacu
kepada neurokimia dan perubahan struktur otak yang lebih baik jika terus
dilakukan stimulus mental. (&1)
+. ktiitas Bisik
ktiitas fisik dapat mempertahankan aliran darah otak dan mungkin
meningkatkan persediaan nutrisi otak. ktiitas fisik juga diyakini
memfasilitasi metabolisme neurotransmiter, memicu perubahan aktiitas
molekuler dan seluler yang mendukung dan menjaga plastisitas otak, serta
menstimulasi faktor tropik dan neuronal gro1th yang kemungkinan
8/20/2019 Bab RARA Aaa
14/51
14
berperan sebagai faktor yang menghambat penurunan fungsi kognitif dan
demensia. (&2)
Penurunan fungsi kognitif dapat bersifat ringan, sedang, sampai berat.
Penurunan fungsi kognitif yang paling berat biasa disebut demensia.
(&&)
Penurunan fungsi kognitif merupakan masalah penting, dimana prealensi
demensia di dunia makin meningkat. Pasien dengan penurunan fungsi kognitif
memiliki prognosis yang buruk dan menjadi salah satu faktor risiko mortalitas.
Penurunan fungsi kognitif merupakan masalah co-morbid yang tidak terdeteksi,
masalah mental, dan menjadi risiko terjadinya kecelakaan di rumah. 'i rumah
sakit, pasien dengan penurunan fungsi kognitif sulit berkomunikasi dalam
mengutarakan keluhan mereka dan informasi lainnya. 'alam perawatan primer pun, penurunan fungsi kognitif jarang sekali terdeteksi. (&+)
erdapat beberapa kategori dari penurunan fungsi kognitif tanpa demensia,
yaitu sebagai berikut (&$)@
1. Penurunan fungsi kognitif tanpa demensia yang tidak spesifik, dimana
pasien memenuhi kriteria untuk penurunan fungsi kognitif tanpa demensia,
tetapi pola gejala klinis dan riwayat medis tidak cocok.
2. Penyakit lheimer Prodormal, dimana onset penurunan bertahap di bidang
memori dan eksekutif, gejala klinis dan tes neuropsikologi sugestif
lheimer.
&. Penurunan fungsi kognitif ringan, dimana skor ; minimal 2+ dan
biasanya terjadi penurunan pada item recall .
+. Penurunan fungsi kognitif askular tanpa demensia, dimana onset
penurunan fungsi kognitif dan gangguan fungsional terjadi bertahap dan
tidak konsisten, kinerja memori melambat, terdapat masalah kardioaskular
atau serebroaskular.
$. troke, dimana terjadi penurunan fungsi kognitif pada pasien dengan
riwayat stroke atau tanda/tanda neurologis fokal yang konsisten dengan
stroke.
*. Penurunan fungsi kognitif karena kondisi medis atau gangguan sensorik,
seperti penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal, sleep apneu, dan
penyakit kronis lainnya. Aangguan sensorik termasuk masalah klinis yang
menyebabkan kehilangan penglihatan dan pendengaran.
4. Penurunan fungsi kognitif dengan kondisi neurologis, seperti Penyakit
Parkinson, traumatic brain in'ury, atau kondisi lain yang mempengaruhi
8/20/2019 Bab RARA Aaa
15/51
15
sistem saraf pusat. Penurunan fungsi kognitif terjadi konsisten dan spesifik,
tetapi tidak terjadi semata/mata karena gangguan motorik dari kondisi
neurologis.
%. 'epresi, dimana penurunan fungsi kognitif ditemukan pada pasien dengan
gejala depresi.
. Penurunan fungsi kognitif pada pasien dengan gangguan psikiatri, seperti
bipolar disorder , skiofrenia, atau gangguan kepribadian lainnya.
10. Penurunan fungsi kognitif karena penyalahgunaan alkohol di masa lalu,
dimana terdapat riwayat penggunaan alkohol minimal * bulan.
11. Penurunan fungsi kognitif pada pasien yang sedang melakukan
penyalahgunaan alkohol, dimana pasien sedang menggunakan alkohol
selama kurang dari * bulan.12. Penurunan fungsi kognitif pada pasien dengan kinerja neuropsikologi
terganggu karena memiliki kecerdasan yang rendah dan gangguan belajar
seumur hidup. (&$)
2.! Hu+ungan Pen)akt *njal (r%nk ,engan -ungs (%gnt"
Penurunan fungsi kognitif pada pasien penyakit ginjal kronik sering
dianggap sebagai masalah yang tak terlihat dan jarang sekali terdeteksi oleh
dokter dan praktisi medis lainnya. Penelitian terbaru pada pasien penyakit ginjal
kronik menunjukkan bahwa penurunan fungsi kognitif berkaitan dengan
penurunan lomerular .iltration Rate (AB6). Pasien dengan AB6 +$
mlCmenitC1,4&m2 dua kali lebih berisiko mengalami penurunan fungsi kognitif
dibandingkan pasien dengan AB6 yang lebih tinggi. "al ini menunjukkan pasien
yang mengalami penurunan fungsi ginjal lebih dari setengahnya akan berisiko
terjadi penurunan fungsi kognitif. (&*) enurut &he Intervention ,ro'ect on
2erebrovascular Disease and Dementia in the 2ommunity o+ !bersberg
(-7I';) Study, gangguan fungsi ginjal sedang sampai parah selama 2 tahun
mempunyai hubungan signifikan dengan penurunan fungsi kognitif. (&4)
Penelitian epidemiologi terkini menyebutkan bahwa penurunan fungsi kognitif
dapat terjadi pada stadium awal penyakit ginjal kronik dan prealensinya
meningkat seiring dengan makin memburuknya fungsi ginjal. (&%)
eperti yang diketahui, albuminuria adalah early marker penyakit ginjal dan
penurunan AB6 sebagai late marker penyakit ginjal, dimana albuminuria
8/20/2019 Bab RARA Aaa
16/51
16
menunjukkan adanya gangguan hemodinamik mikroaskular dan penurunan AB6
menunjukkan gangguan metabolisme mineral, anemia, dan stres oksidatif. 9edua
hal ini berpengaruh terhadap penurunan fungsi kognitif melalui mekanisme
askular maupun non askular. 5aik albuminuria maupun penurunan AB6
mempunyai path1ay penurunan fungsi kognitif yang berbeda. 'alam sebuah
penelitian oleh amura et al ., disebutkan bahwa albuminuria memiliki hubungan
yang lebih kuat terhadap penurunan fungsi kognitif dibandingkan dengan
penurunan AB6, hal ini berdasarkan beberapa alasan penting, yaitu pasien usia tua
yang mengalami penyakit ginjal kronik lebih dahulu meninggal sebelum sampai
ke tahap ;6' dan pada penelitian oleh pasien penyakit ginjal kronik yang
albuminuria dan pada pasien penyakit ginjal kronik dengan AB6 normal atau
mendekati normal, keduanya mengalami risiko penurunan fungsi kognitif. "al ini
menunjukkan bahwa albuminuria lebih berpengaruh dibandingkan dengan
penurunan AB6. (&)
ingkat keparahan penyakit ginjal kronik dikaitkan dengan keparahan
penurunan fungsi kognitif, usia, tingkat pengetahuan, dan faktor lainnya.
Penurunan fungsi kognitif pada pasien penyakit ginjal kronik juga berhubungan
dengan pengobatan, seperti retensi neurotoksin, termasuk produk metabolisme
nitrogen, dan hormon paratiroid, bahkan inflamasi kronik termasuk faktor yang
berperan pada penurunan fungsi kognitif. (2*) 'alam sebuah penelitian oleh Post
et al ., disebutkan bahwa walaupun pada pasien ditemukan ; dalam batas
normal namun profil neuropsikologis mereka cenderung mengalami defisit,
dimana mempengaruhi perencanaan, pengurutan, pengorganisasian, keterbatasan
dalam melakukan sesuatu, fleksibilitas mental, dan semua yang diperlukan untuk
menjalani aktiitas sehari/hari, hal ini dapat menyebabkan risiko pasien penyakit
ginjal untuk tidak patuh atau kegagalan dalam pengobatan. (+0)
2.# Hu+ungan Hem%,alss ,engan -ungs (%gnt"
Penurunan fungsi kognitif umum terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik,
khususnya ;6' dan berhubungan dengan outcomes yang buruk, tetapi
mekanisme yang mendasarinya kurang dipahami. 5eberapa kondisi yang juga
disebut berperan dalam patogenesis penurunan fungsi kognitif adalah retensi
ureum, hipertensi, ketidakstabilan hemodinamik saat hemodialisis, anemia, dan
8/20/2019 Bab RARA Aaa
17/51
8/20/2019 Bab RARA Aaa
18/51
18
(:6'), penurunan fungsi kognitif berat lebih sering terjadi pada pasien
hemodialisis dibandingkan pasien peritoneal dialisis. (1&)
9onsekuensi penurunan fungsi kognitif pada pasien hemodialisis adalah
berkurangnya harapan hidup, peningkatan biaya perawatan, risiko rawat inap,
bahkan risiko kematian. Aangguan kognitif pada pasien hemodialisis juga dapat
menghambat mereka dalam mematuhi jadwal hemodialisis, mengatur obat/obatan,
dan diet. (+&) Peningkatan kewaspadaan dokter dalam mendeteksi penurunan
fungsi kogntitif dapat membantu pasien dan keluarga dalam membuat keputusan
memulai atau menghentikan terapi hemodialisis. (1&)
2.4 Mini-Mental State Examination MM'E
ejak diperkenalkan oleh Bolstein pada tahun 14$, ; telah menjadi
tes yang dapat diandalkan untuk skrining fungsi kognitif. -ni adalah tes sederhana
yang hanya memakan waktu 10/20 menit untuk melakukannya dan telah
digunakan dalam banyak studi obserasional dan klinis. ini-ental State
!"amination (;) memiliki beberapa kelemahan, seperti mudah terpengaruh
oleh pendidikan dan usia, serta tidak cocok untuk menilai fungsi eksekutif, (10)
tetapi ; dapat menilai status kognitif keseluruhan pasien dan
memperkirakan tingkat keparahannya dalam suatu waktu tertentu. (&4) ini-
ental State !"amination (;) terdiri dari beberapa item pertanyaan, yaitu
orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, recall , dan bahasa. asing/masing
item tersebut memiliki sub-item tersendiri dengan skor total &0. (++) kor
sempurna untuk ; adalah &0, dengan 2+ sebagai nilai yang masih
direkomendasikan dan sebagai cutpoint untuk penurunan fungsi kognitif,
sedangkan skor 2& atau lebih rendah menunjukkan penurunan fungsi kognitif. (+$)
erdapat beberapa tes selain ; yang dapat digunakan untuk
menentukan status kognitif seseorang, yaitu sebagai berikut (11) (12)@
1. 0orth 3merican 3dult Reading &est , yang merupakan tes untuk menilai
intelegensi seseorang
2. &rail aking &est () 3 dan /, yang merupakan tes untuk menilai
perhatian kecepatan proses mental, dan fungsi eksekutif
&. Hopkins 4erbal 5earning , yang merupakan tes untuk menilai fungsi memori
erbal
8/20/2019 Bab RARA Aaa
19/51
19
+. 2olor &rails ( dan Stroop Inter+erence &est , yang merupakan tes untuk
menilai fungsi eksekutif
$. 2ontrol Oral Word 3ssociation &est (G#!), yang merupakan tes untuk
menilai fungsi berbahasa*. Digit Span, yang merupakan tes untuk menilai fungsi perhatian
4. 2lock Dra1ing &est (G'), yang merupakan tes untuk menilai fungsi
eksekutif dan isuospasial
%. ontreal 2ognitive 3ssessment (oG), yang merupakan tes untuk menilai
isuospasial dan fungsi eksekutif seseorang
asih terdapat banyak tes untuk menilai fungsi kognitif seseorang, namun
ini-ental State !"amination (;) merupakan tes yang digunakan untuk
skrining fungsi kognitif yang tidak perlu diterapkan oleh neuropsychologists
terlatih, tetapi juga dapat dilakukan oleh dokter dan penyedia layanan kesehatan
lainnya. edangkan tes neuropsikologi rinci dan sistematis dipakai untuk
mengealuasi status kognitif pasien untuk studi lanjut. lat skrining sederhana
dan mudah seperti ; cocok untuk bedside e"amination. (+*)
8/20/2019 Bab RARA Aaa
20/51
20
2. (erangka Te%r
:sia
/ "ipertensi
/ 'iabetes elitus
/ "iperlipidemia
/ troke
/ erebral neurisma
/ terosklerosis
/ lheimer
/ 'epresi
/ rauma 9epala
/ -nfeksi P
/ umor P
/ erokok / lkohol
3ama
"emodialisis
/ Penurunan AB6
/ lbuminuria
/ #bat/obatan
/ 9adar :reum
/ 9etidakstabilan
"emodinamik
/ nemia
/ "ipotensi
/ Penurunan perfusi
serebral
/
kor ;
*am+ar 2.1 (erangka Te%r
9eterangan@
@ ariabel yang diteliti
@ ariabel yang tidak diteliti
Baktor
9arakteristik
Baktor 9omorbidktiitas Bisik
ingkat
Pendidikan
8enis 9elamin
8/20/2019 Bab RARA Aaa
21/51
22
BAB III
MET5DE PENELITIAN
3.1 &ens ,an Ranangan Peneltan
etode penelitian yang digunakan adalah analitik, dengan rancangan 2ross
Sectional . 2ross Sectional adalah rancangan penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor risiko (ariabel bebas) dengan efek (ariabel
terikat) dengan melakukan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( point
time approach). (+4)
3.2 Tem$at ,an 6aktu Peneltan
Penelitian akan dilakukan di -nstalasi 'ialisis 6umah akit :mum 'aerah
dr.
8/20/2019 Bab RARA Aaa
22/51
8/20/2019 Bab RARA Aaa
23/51
24
b. Pasien tidak mengalami penurunan fungsi kognitif bila skor ; J 2&
(+$)
3.4 (erangka (%nse$ Peneltan
Independent 4ariable Dependent 4ariable
2on+ounding 4ariable
*am+ar 3.1 (erangka (%nse$ Peneltan
3. Alat/Instrumen Peneltan
latCinstrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah@
a. 'ata lama hemodialisis dari buku registrasi pasien hemodialisis di -nstalasi
'ialisis 6:'
8/20/2019 Bab RARA Aaa
24/51
25
nalisis biariat digunakan untuk mencari hubungan antara ariabel
independen, dalam analisis ini dapat dilakukan pengujian statistik salah
satunya dengan chi-s9uare melalui rumus@
9eterangan@
x 2 M chi-s9uare
O M nilai hasil pengamatan (observed )
E M nilai ekspektasi (e"pected )
:ji chi-s9uare ditetapkan berdasarkan p value (probabilitas) yang dihasilkan
dengan $ G- dan N M 0,0$ dengan kriteria sebagai berikut@
1. 8ika p value J 0,0$ maka tidak ada hubungan antar kedua ariabel
2. 8ika p value L 0,0$ maka terdapat hubungan kedua ariabel
x2=∑
(O− E )2
E
8/20/2019 Bab RARA Aaa
25/51
26
3.1: Pr%se,ur Peneltan
Prosedur penelitian dapat dilihat di bawah ini@
*am+ar 3.2 Pr%se,ur Peneltan
urat iin penelitian dari Bakultas 9edokteran :niersitas yiah 9uala
enyerahkan surat iin penelitian ke bagian 3itbang 6:'
8/20/2019 Bab RARA Aaa
26/51
27
BAB I7
HA'IL DAN PEMBAHA'AN
!.1 Hasl Peneltan
5erdasarkan penelitian yang telah dilakukan di -nstalasi 'ialisis 6umah
akit :mum 'aerah
8/20/2019 Bab RARA Aaa
27/51
28
e. 3ain/lain 2 2,
5erdasarkan tabel +.1 di atas, pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis paling banyak pada kelompok umur +*/$$ tahun dan $*/*$ tahun,
yaitu masing/masing sebanyak 20 orang (2,) dan pasien penyakit ginjal
kronik lebih banyak laki/laki (*,*) dibanding perempuan (&0,+).
'ata yang diperoleh dari * responden terkait frekuensi pendidikan terakhir
responden yang dominan adalah , yaitu && orang (+4,%), terdapat pula 2*
pasien dengan tingkat pendidikan terakhir perguruan tinggi (&4,4) dan 1+,$
pasien dengan tingkat pendidikan terakhir P, yaitu 10 orang.
5erdasarkan penelitian ini pula didapat 2+ responden memiliki riwayat
diabetes melitus (&+,%), ++ responden memiliki riwayat hipertensi (*&,%), &4 pasien anemia ($&,*), dan tidak terdapat pasien malnutrisi, serta terdapat
seorang pasien penyakit jantung dan seorang pasien menderita dislipidemia.
*$#$( ,enurunan Skor ini-ental State !"amination 7S!8 pada ,asien
,enyakit in'al )ronik
5erdasarkan hasil wawancara pasien hemodialisis dengan menggunakan
kuesioner ini-ental State !"amination (;), didapatkan pasien penyakit
ginjal kronik yang menjalani hemodialisis yang mengalami penurunan skor
; seperti pada tabel +.2 di bawah ini.
Ta+el !.2 Dstr+us "rekuens $enurunan sk%r MM'E $a,a $asen $en)akt gnjal
kr%nk
Penurunan 'k%r MM'E -rekuens n;49 Persentase
8/20/2019 Bab RARA Aaa
28/51
29
yaitu pasien baru (D & bulan E 11 bulan) dan pasien lama (D 12 bulan) ($0) seperti
yang terlihat di tabel +.&.
Ta+el !.3 Dstr+us "rekuens lama hem%,alss $a,a $asen $en)akt gnjal kr%nk
Lama Hem%,alss -rekuens n;49 Presentase
8/20/2019 Bab RARA Aaa
29/51
30
hemodialisis merupakan faktor risiko penurunan fungsi kognitif, yakni pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis D 12 bulan 1,* kali lebih
berisiko mengalami penurunan fungsi kognitif yang terlihat dari skor ;
dibandingkan dengan pasien hemodialisis yang baru menjalani hemodialisis D &
bulan E 11 bulan.
!.2 Pem+ahasan
*$($# )arakteristik ,asien ,enyakit in'al )ronik yang en'alani Hemodialisis
"emodialisis adalah suatu terapi pengganti ginjal berupa metode pencucian
darah yang digunakan secara rutin dan luas untuk mempertahankan kualitas hidup
dan memperpanjang usia bagi pasien penyakit ginjal kronik dan akut melalui
sebuah prosedur pembersihan darah dari at/at yang konsentrasinya berlebihan di
dalam tubuh. (1) 5erdasarkan penelitian di atas, sebagian besar pasien penyakit
ginjal kronik yang menjalani hemodialisis berada pada kelompok usia +*/$$ dan
$*/*$, yaitu masing/masing 20 orang dengan persentase 2, dan paling sedikit
adalah pasien dari kelompok usia 14/2$ tahun, yaitu $ orang (4,2). enurut
Indonesian Renal Registry, pasien aktif hemodialisis pada tahun 2012 terbanyak
terdapat pada kelompok umur +$/$+ tahun, yaitu 2,21 diikuti pasien usia $$/*+
tahun, yaitu 2*,0*. (%) "al ini disebabkan oleh pada orang dengan usia lebihdari &0 tahun akan mulai terjadi penurunan fungsi ginjal. Pada orang dengan usia
*0 tahun akan terjadi perubahan proses fisiologik berupa berkurangnya populasi
nefron dan tidak adanya kemampuan regenerasi maka akan terjadi penrunan
fungsi ginjal menjadi $0 dari usia &0 tahun tadi. ($1)
'istribusi jenis kelamin pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di -nstalasi 'ialisis 6:'
8/20/2019 Bab RARA Aaa
30/51
31
5erdasarkan kondisi komorbid pasien, terdapat ++ pasien mengalami
hipertensi (*&,%), &4 pasien anemia ($&,*), 2+ pasien diabetes melitus
(&+,%), dan tidak terdapat pasien yang mengalami malnutrisi, serta terdapat
seorang pasien mengalami penyakit jantung dan seorang pasien dislipidemia.
enurut penelitian orensen et al . pada 1*% pasien yang menjalani hemodialisis
di 5oston, merika erikat terdapat 2 pasien hipertensi dan + pasien diabetes
melitus. (11) 5erdasarkan data dari Indonesian Renal Registry tahun 2012,
hipertensi merupakan penyakit penyerta pasien hemodialisis dengan angka
tertinggi, yaitu &4 orang diikuti 222 pasien diabetes melitus diurutan kedua.
"ipertensi dan penyakit kardioaskular lain masih menjadi penyebab kematian
terbesar pasien hemodialisis, yaitu +4 kematian pasien hemodialisis disebabkan
oleh penyakit ini. (%)
*$($( ,enurunan Skor ini-ental State !"amination 7S!8 dan 5ama
Hemodialisis pada ,asien ,enyakit in'al )ronik
Penurunan kor ; mengindikasikan seseorang mengalami penurunan
fungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif (cognitive impairment ) adalah suatu
terminologi umum yang digunakan untuk menggambarkan penurunan
kemampuan untuk berpikir, berkomunikasi, mengingat, memecahkan masalah,
dan membuat keputusan. (24) (2%) 5erdasarkan data yang didapatkan peneliti
selama periode penelitian dengan menggunakan metode wawancara menggunakan
kuesioner ;, +2 orang (*0,) mengalami penurunan skor ; dan 24
orang (&,1) tidak mengalami penurunan skor ;. "asil ini hampir sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh gganis et al ., dimana $%,2 pasien
hemodialisis mengalami penurunan fungsi kognitif dibandingkan dengan
masyarakat umum yang hanya 2$ yang mengalami penurunan fungsi kognitif.
($2) ama halnya dengan penelitian urray yang dilakukan terhadap &&% pasien
hemodialisis dengan menggunakan neuropsikologikal yang lebih detail,
ditemukan &4 pasien mengalami penurunan fungsi kognitif yang berat, &*
sedang, 1+ ringan, dan hanya 1& yang memiliki fungsi kognitif normal. (1&)
Penelitian yang dilakukan oleh Post et al . terhadap $0 pasien hemodialisis di
5ronH, 7ew Oork menunjukkan bahwa %2 atau +1 pasien mengalami penurunan
fungsi kognitif, penelitian ini menggunakan beberapa jenis tes atau kuesioner
untuk menilai fungsi kognitif. (+2)
8/20/2019 Bab RARA Aaa
31/51
32
:sia menjadi salah satu faktor risiko terjadinya peningkatan prealensi
penurunan fungsi kognitif terutama pada usia yang lebih tua. ubuh akan
mengalami perubahan dan penuaan, termasuk otak yang mengalami perubahan
fungsi intelektual seiring bertambahnya usia. uatu penelitian menunjukkan
adanya penurunan fungsi kognitif sebanyak 1* pada kelompok umur *$/*,
21 pada 40/4+ tahun, &0 pada 4$/4, dan ++ pada usia J%0 tahun. "asil
penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan
penurunan fungsi kognitif. (2) Pada penelitian ini didapatkan pasien penyakit
ginjal kronik terbanyak pada kelompok usia +*/*$ tahun, yaitu +0 orang ($,%)
dan dari +0 pasien tersebut, && orang mengalami penurunan skor ; dari total
+2 pasien seluruh kelompok usia yang mengalami penurunan skor ;. ama
halnya dengan penelitian #dagiri et al ., bahwa pasien hempodialisis dengan usia
$0 tahun atau lebih tua memiliki prealensi penurunan fungsi kognitif lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok usia lebih muda. (+&) 5erdasarkan penelitian oleh
urray, disebutkan bahwa 40 pasien hemodialisis dengan usia di atas $$ tahun
mengalami penurunan fungsi kognitif sedang hingga berat, namun sebagian besar
tidak terdiagnosis. (1&) 'alam penelitian ehgal et al . terhadap &&* pasien
hemodialisis, hanya 1$ dari pasien yang mengalami penurunan fungsi kognitif
yang terdiagnosis dalam medical record mereka. ($&)
Pada penelitian ini penyakit penyerta yang paling banyak ditemukan adalah
hipertensi, dimana terdapat ++ pasien hipertensi (*&,%) diikuti dengan &4 pasien
anemia ($&,*) dan 2+ pasien dengan diabetes melitus (&+,%). "al ini hampir
sama dengan penelitian 8ung et al . terhadap $* pasien hemodialis, dimana 21
pasien dengan diabetes melitus, 1 pasien hipertensi, 22 pasien memiliki riwayat
penyakit kardioaskular, dan 12 pasien dengan penyakit penyerta lainnya. (10)enurut amak et al ., penyakit kardioaskular dan diabetes melitus merupakan
penyakit penyerta yang sering ditemukan pada pasien hemodialisis dan penyakit
ini akan mempengaruhi timbulnya gangguan fungsi kognitif, sedangkan
penurunan fungsi kognitif itu sendiri juga akan memperberat penyakit
kardioaskular dan diabetes melitus pada pasien hemodialisis. (+*)
*$($% Hubungan 5ama Hemodialisis dengan ,enurunan Skor ini-ental State
!"amination 7S!8 pada ,asien ,enyakit in'al )ronik
8/20/2019 Bab RARA Aaa
32/51
33
"asil uji chi-s9uare menunjukkan adanya hubungan antara lama
hemodialisis dengan penurunan skor ; pada pasien penyakit ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis di -nstalasi 'ialisis 6:'
8/20/2019 Bab RARA Aaa
33/51
34
&he 2ardiovascular Health 2ognition Study melaporkan bahwa terjadi
peningkatan risiko insiden demensia pada pasien penyakit ginjal kronik usia tua.
&he Health 3ging and /ody 2omposition Study menunjukkan bahwa pasien
penyakit ginjal kronik dengan AB6 F *0 mlCmenitC1,4&m2 mengalami peningkatan
risiko penurunan fungsi kognitif yang berariasi sesuai dengan tingkat keparahan
penyakit. Penurunan AB6 dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif, dimana
pasien dengan AB6 1 mlCmenitC1,4&m2 lebih rendah dikaitkan dengan penurunan
fungsi kogntif 0,0001 unitCtahun dengan pengujian kognitif terstruktur. Baktor
komorbid seperti kardioaskular, rendahnya kadar hemoglobin juga memainkan
peranan penting terhadap penurunan skor ;, tetapi mekanismenya belum
jelas. Penurunan fungsi kognitif pun lebih cepat terjadi pada pasien dengan
masalah kronis sebelumnya, seperti stroke, atrofi, gangguan pertahanan darah atau
otak, faktor risiko kardioaskular, dan faktor akut seperti edema serebral dan
hipoperfusi sekunder karena dialisis berulang, infeksi, gagal jantung kongestif,
dan aritmia. "emodialisis juga menyebabkan penurunan perfusi serebral dan
penurunan kecepatan aliran darah sehingga terjadi penurunan metabolisme
oksigen otak, edema serebral, dan penurunan tekanan darah intraserebral yang
menyebabkan penurunan fungsi kognitif. 5erdasarkan penelitian oleh 5ossola et
al ., penurunan fungsi kognitif pada pasien hemodialisis terjadi satu tahun lebih
cepat dibandingkan dengan populasi umum dengan usia lanjut. (&4)
!.3 (eter+atasan Peneltan
9eterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut@
1. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, dimana penelitian
ini cenderung belum sepenuhnya dapat menjelaskan secara keseluruhan
mengenai hal/hal yang berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif dan
peneliti juga tidak mengendalikan ariabel/ariabel luar yang
mempengaruhi penurunan fungsi kognitif seperti hasil laboratorium dan
kondisi komorbid pasien.
2. Penelitian ini menggunakan kuesioner ini-ental State !"amination
(;) yang memiliki beberapa kelemahan, yaitu mudah terpengaruh oleh
pendidikan dan usia, serta tidak cocok untuk menilai fungsi eksekutif.
8/20/2019 Bab RARA Aaa
34/51
35
&. erbenturnya jadwal penelitian di -nstalasi 'ialisis 6:'
8/20/2019 Bab RARA Aaa
35/51
36
BAB 7
(E'IMPULAN DAN 'ARAN
#.1 (esm$ulan
5erdasarkan hasil penelitian dan analisis data dari penelitian ini maka dapat
disimpulkan bahwa@
1. erdapat hubungan antara lama hemodialisis dengan penurunan skor ;
pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di -nstalasi
'ialisis 6:'
8/20/2019 Bab RARA Aaa
36/51
37
DA-TAR PU'TA(A
1.Perhimpunan 'okter pesialis Penyakit 'alam -ndonesia (PP'-). 5uku jar
-lmu Penyakit 'alam 8ilid -- ;disi I. -n. 8akarta@ -nterna Publishing 200. p.
10&$/10$2.
2.8ennette G, Iupputuri , "ogan , hoham ', Balk 6, "arward '.
Gommunity Perspectie on 9idney 'isease and "ealth Promotion fron at/
6isk Populations in 6ural 7orth Garolina, :. he -nternational ;lectronic
8ournal of 6ural and 6emote "ealth 6esearch, ;ducation, Practice and Policy.
2010 10(1&%%).
&.!orld "ealth #rganiation (!"#). 5uletine of the !orld #rganiation.
200+ %&(*)@ p. 1*1/2+0.
+.Genters for 'isease Gontrol and Preention (G'G). 7ational 9idney 'isease
Bact heet. -n 201+ :nited tates@ 7ational Genter for Ghronic 'isease
Preention. p. 1/&.
$.6iset 9esehatan 'asar (6iskesdas). "asil 6iskesdas 201&. -n 201&
-ndonesia@ 9ementrian 9esehatan, 5adan Penelitian dan Pengembangan
9esehatan.
*.#QGallaghan G. t a Alance istem Ainjal. -n. 8akarta@ Penerbit ;rlangga
200. p. +&.
4.:nited tates 6enal 'ata ystem (:6'). nnual dara 6eport@ tlas of
Ghronic 9idney 'isease and ;nd/tage 6enal 'isease in :nited tates. -n
201+ 5ethesda@ 7ational -nstitutes of "ealth, 7ational -nstitute of 'iabetes
and 'igestie and 9idney 'iseases. p. 1/&2*.
%.-ndonesian 6enal 6egistry (-66). $th 6eport of -ndonesian 6enal 6egistry.
-n 201&@ Perhimpunan 7efrologi -ndonesia (Pernefri).
.upriyadi , !agiyo , !idowati 6. ingkat 9ualitas "idup pasien Aagal
Ainjal 9ronik erapi "emodialisa. 8urnal 9esehatan asyarakat. 2011 *(2)@
p. 104/112.
10. 8ung , 3ee O9, Ghoi 6, "wang ", 7oh 8!. 6elationship between
Gognitie -mpaiment and 'epresion in 'ialysis Patients. Oonsei ed 8ournal.
201& $+(*)@ p. 1++4/1+$&.
11.orensen ;P, amark 8, ighiouart ", cott , Aiang 3, 9irkpatrick 5, et
al. he 9idney 'isease Ruality of 3ife Gognitif Bunction ubscale and
Gognitie Performance in aintenance "emodialysis Patients. 7ational
-ntitutes of "ealth (7-") Public ccess. 2012 *0(&)@ p. +14/+2*.
12.9alirao P, Pederson , Boley 67, 9olste , upper ',
8/20/2019 Bab RARA Aaa
37/51
38
Gognitie -mpairment in Peritoneal 'ialysis Patients. 7ational -nstitues of
"ealth (7-") Public ccess. 2011 $4(+)@ p. *12/*20.
1&.urray . Gognitie -mpairment in the ging 'ialysis and Ghronic 9idney
'isease Population@ an #ccult 5urden. 7ational -ntitutes of "ealth (7-")Public ccess. 200% pril 1$(2)@ p. 12&/1&2.
1+.amura 9, :nruh 3, 7issenson 6, 3arie b, ;ggers P!, Aassman 8, et
al. ;ffect of ore BreKuent "emodialysis on Gognitie Bunction in the
BreKuent "emodialysis 7etwork rials. 7ational -nstitutes of "ealth (7-")
Public ccess. 201& *1(2)@ p. 22%/2&4.
1$.Price , !ilson 3. Patofisiologi 9onsep 9linis Proses/Proses Penyakit.
-n. 8akarta@ Penerbit 5uku 9edokteran ;AG 2012. p. 12/+.
1*.tack A, Gasserly 3B, Gronin G8, Ghernenko , Gullen !, "annigan , et al.Prealence and Iariation of Ghronic 9idney 'isease in the -rish "ealth
system -nitial Bindings from the 7atinal 9idney 'isease ureillance
Programme. 5ioed Gentral 7ephrology. 201+ 1$(1%$).
14.piegel '. he Patient 6eceiing Ghronic 6enal 6eplacement with
'ialysis. -n chrier 6!. anual of 7ephrology iHth ;dition. Philadelphia@
3ippincott !illiams and !ilkins 200$.
1%.Auyton G, "all 8;. 5uku jar Bisiologi 9edokteran ;disi 11. -n. 8akarta@
Penerbit 5uku 9edokteran ;AG 2012. p. +&+/+&$.
1.chiffl ", 3ang s, Bischer 6. 'aily "emodialysis and he #utcome of cute 6enal Bailure. he 7ew ;ngland 8ourna of edicine. 2002 &+*($)@ p.
&0$/&10.
20.9idney 'isease #utcome Ruality -nitiatie. :pdates Glinical Practice
Auidelines and 6ecommendations. 200*.
21.aputra l. 5uku aku "arrison 7efrologi. -n. anggerang@ 9arisma Publishing
Aroup 201&. p. +2/+$.
22.uanne G, 5renda 5A. 5uku jar 9eperawatan edikal 5edag 5runner
dan uddarths. -n.@ Penerbit 5uku 9edokteran ;AG 2001.
2&.urana O, aya , 8annis 8. es Penapisan Bungsi 9ognitif pada Pelayanan
9esehatan Primer di -ndonesia. 8urna edika. 200 &$(4).
2+.li . -lmu dan plikasi Pendidkan. -n. 5andung@ P -mperial 5hakti
:tama 2004.
2$.Aoldman "". 6eiew of Aeneral Psychiatry@ n introduction to Glinical
edicine Bifth ;dition. -n. ingapore@ c Araw "ill Professional 2000.
2*.7asser ;, hawki , hahawy O;, any '. ssesment of Gognitie
8/20/2019 Bab RARA Aaa
38/51
39
'ysfunction in 9idney 'isease. audi 8ournal of 9idney 'isease and
ransplantation. 2012 2&(*)@ p. 120%/121+.
24.etyopranoto -, 3amsudin 6, 'ahlan P. Peranan troke -skhemik kut
erhadap imbulnya Aangguan Bungsi 9ognitif di 6:P 'r ardjitoOogyakarta. 5erkala 7euro ains. 2000 2(1)@ p. 224/2&+.
2%.3eak ', "owieson '5, 5igler ;', ranel '. 7europsychological
ssessment Bourth ;dition. -n. 7ew Oork@ #Hford :niersity 200+.
2.canlan 8, 5inkin 7, ichieletto B, 3essig ,
8/20/2019 Bab RARA Aaa
39/51
40
8ournal of 7ephrology. 2011 &&@ p. &&/&%.
&. amura 9, untner P, !adley I, Gushman ,
8/20/2019 Bab RARA Aaa
40/51
41
$0.Pandharipande PP, Airard ', 8ackson 8G, orandi , hompson 83, Pun
5, et al. 3ong/erm Gognitie -mpairment after Gritical -llness. 7ational
-nstitutes of "ealth (7-") Public ccess. 201& &*(1+)@ p. 1&0*/1&1*.
$1. -mam P. Ainjal dan "ipertensi paa :sia 3anjut dalam Aeriatri -lmu 9esehatan:sia 3anjut. -n. 8akarta@ Bakultas 9edokteran :niersita -ndonesia 200+%.
$2.gganis 5, !einer ';, Aiang 3, cott , ighiouart ", Ariffith j3, et al.
'epression and Gognitie Bunction in aintenance "emodialysis Patients.
7ational -ntitutes of "ealth (7-") Public ccess. 2010 $*(+)@ p. 40+/412.
$&.ehgal , Arey , 'e#reo P, !hitehouse P. Prealence, 6ecognition, and
-mplications of ental -mpairment mong "emodialysis Patients. merican
8ournal of 9idney 'isease. 2004 &0(1)@ p. +1/+.
$+.arioni 6;, Ghatfield , 5rayne G, atthews B;. he 6ealibility of ssigning -ndiiduals to Gognitie tates :sing the ini ental/tate
;Hamination a Population/5ased Prospectie Gohort tudy. 5ioed Gentral
edical 6esearch ethodology. 2011 11(124)@ p. 1/*.
8/20/2019 Bab RARA Aaa
41/51
42
LAMPIRAN 1
8adwal Pelaksanaan 9egiatan Penelitian
N%. (egatan Bulan2 3 ! # 4 8 9 1: 11 12
1. tudi Perpustakaan
2. Pembuatan Proposal
&. eminar Proposal
+. Pengambilan 'ata
$. Pengolahan 'ata
*. Pembuatan kripsi
4. idang kripsi
8/20/2019 Bab RARA Aaa
42/51
43
LAMPIRAN 2
PEN&ELA'AN MEN*ENAI PENELITIAN
":5:7A7 3 ";#'-3-- ';7A7 9#6
I0I-!0&35 S&3&! !:3I03&IO0 (;) P'
P-;7 P;7O9- A-783 96#7-9
'- 6:'
8/20/2019 Bab RARA Aaa
43/51
44
LAMPIRAN 3
INFORMED CONSENT
aya yang bertanda tangan di bawah ini@ 7o. ampel @
7ama @
:mur @
Pekerjaan @
lamat @
'engan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia
menjawab kuesioner ini/ental tate ;Hamination (;) yang hasilnya akan
dijadikan data dalam penelitian yang berjudul =":5:7A7 3
";#'-3-- ';7A7 9#6 I0I-!0&35 S&3&! !:3I03&IO0
(;) P' P-;7 P;7O9- A-783 96#7-9 '- 6:'
8/20/2019 Bab RARA Aaa
44/51
45
LAMPIRAN !
(UE'I5NER PENELITIAN
":5:7A7 3 ";#'-3-- ';7A7 9#6
I0I-!0&35 S&3&! !:3I03&IO0 (;) P'
P-;7 P;7O9- A-783 96#7-9
'- 6:'
8/20/2019 Bab RARA Aaa
45/51
46
%. 6esponden diminta menuruti perintah, misalnya
=ambil kertas ini dengan tangan nda, lipat menjadi
dua, dan letakkan di lantai?
( ) &
. 6esponden diminta membaca dan melakukan yang
dibacanya, misalnya =pejamkan mata nda?
( ) 1
10. 6esponden diminta menulis sebuah kalimat dengan
spontan
( ) 1
11. 6esponden diminta menyalin gambar di bawah ini ( ) 1
#3 ( ) &0
8/20/2019 Bab RARA Aaa
46/51
47
LAMPIRAN #
HA'IL U&I CHI-SQUARE
-re@uen) Ta+le
Jenis Kelamin
48 69,6 69,6 69,6
21 30,4 30,4 100,0
69 100,0 100,0
Laki-laki
Perempuan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent!umulati"e
Percent
Usia
# $,2 $,2 $,2
$ 10,1 10,1 1$,4
1$ 24,6 24,6 42,0
20 29,0 29,0 $1,0
20 29,0 29,0 100,0
69 100,0 100,0
1$-2# ta%un
26-3# ta%un
36-4# ta%un
46-## ta%un
#6-6# ta%un
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent!umulati"e
Percent
Pendidikan
10 14,# 14,# 14,#
33 4$,8 4$,8 62,3
26 3$,$ 3$,$ 100,0
69 100,0 100,0
&'P
&'(
PT
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent!umulati"e
Percent
Lama HD
#2 $#,4 $#,4 $#,4
1$ 24,6 24,6 100,0
69 100,0 100,0
Lama
)aru
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent !umulati"ePercent
8/20/2019 Bab RARA Aaa
47/51
48
DM
24 34,8 34,8 34,8
4# 6#,2 6#,2 100,0
69 100,0 100,0
(da
Tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent!umulati"e
Percent
Hipertensi
44 63,8 63,8 63,8
2# 36,2 36,2 100,0
69 100,0 100,0
(da
Tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent!umulati"e
Percent
Malnutrisi
69 100,0 100,0 100,0TidakValid
Frequency Percent Valid Percent!umulati"e
Percent
Anemia
3$ #3,6 #3,6 #3,632 46,4 46,4 100,0
69 100,0 100,0
(daTidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent!umulati"e
Percent
Lain-lain
2 2,9 2,9 2,9
6$ 9$,1 9$,1 100,0
69 100,0 100,0
(da
Tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent!umulati"e
Percent
8/20/2019 Bab RARA Aaa
48/51
49
r%ssta+s
Lama HD -ungs (%gnt"
Crosstab
36 16 #2
31,$ 20,3 #2,0
69,2* 30,8* 100,0*
8#,$* #9,3* $#,4*
6 11 1$
10,3 6,$ 1$,0
3#,3* 64,$* 100,0*
14,3* 40,$* 24,6*
42 2$ 69
42,0 2$,0 69,0
60,9* 39,1* 100,0*
100,0* 100,0* 100,0*
!ount
+pected !ount
* it%in Lama ./
* it%in Funi oniti
!ount
+pected !ount
* it%in Lama ./
* it%in Funi oniti
!ount
+pected !ount
* it%in Lama ./
* it%in Funi oniti
Lama
)aru
Lama./
Total
Turun Tidak Turun
Funi oniti
Total
Chi-Square Tests
6,19# 1 ,013
4,8#2 1 ,028
6,100 1 ,014
,021 ,014
6,10# 1 ,013
69
Pearon !%i-&quare
!ontinuity !orrectiona
Likeli%ood 5atio
Fi%er +act Tet
Linear-y-Linear (oc iation
7 o Valid !ae
Value d (ymp &i
2-ided:+act &i2-ided:
+act &i1-ided:
!omputed only or a 22 talea
0 cell ,0*: %a"e epected count le t%an # T%e minimum epected count i6,6#
isk !stimate
4,12# 1,298 13,106
1,962 1,00# 3,828
,4$6 ,2$8 ,814
69
;dd 5atio or Lama ./ Lama < )aru:
For co%ort Funi oniti = Turun
For co%ort Funi oniti = Tidak Turun
7 o Valid !ae
Value Loer >pper
9#* !onidence?nter"al
8/20/2019 Bab RARA Aaa
49/51
50
LAMPIRAN 4
MA'TER DATA
8/20/2019 Bab RARA Aaa
50/51
51
LAMPIRAN
ICIN PENELITIAN
8/20/2019 Bab RARA Aaa
51/51
52
LAMPIRAN 8
RI6A=AT HIDUP
1. 7ama @ Gut 7adhira aaya
2. empat, anggal 3ahir @ 3hokseumawe, 12 ei 1+
&. 6iwayat Pendidikan
a. ' @ ' wasta 1 OP;7 3hokseumawe
b. P @ P wasta OP;7 3hokseumawe
c. @ 7egeri odal 5angsa run
3hokseumawe
+. ahun asuk
:niersitas
@ 2012
$. 7omor ahasiswa @ 12041010100*. Program tudi @ Pendidikan 'okter
4. 'osen Pembimbing - @ 'r. dr. aimun yukri, p.P', 9A",
B-7-
%. 'osen Pembimbing -- @ dr. -ka arlia, .c, p.
. Pekerjaan ekarang @ ahasiswi
10. lamat ekarang @ 8alan Prada :tama, 3orong 'elima imur
7o. &0, 9ecamatan yiah 9uala, 9ota
5anda ceh
11. tatus @ udah 9awinC5elum 9awinC8andaC'uda S) 7ama -steriCuami @ /
8umlah nak @ /
12. 7ama yah @ -r. ". gus 7ur Oasin
Pekerjaan yah @ Pegawai wasta
7ama -bu @ "j. ;iany, ;
Pekerjaan -bu @ -bu 6umah angga
lamat 3engkap
#rangtua
@ 8alan 5alik Papan 7o. ++, 9omplek
Perumahan P. run, 5atuphat 5arat,
9ecamatan uara atu, 9ota
3hokseumawe