Upload
trinhnguyet
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB V
ANALISIS ISI SYI’IR TANPO WATHON
A. Analisis Content Syi’ir Tanpo Wathon
Penelitian ini mengkaji content Syi‟ir Tanpa Waton. Istilah contet dapat
dipahami sebagai isi atau materi yang terdapat dalam bentuknya.1 Untuk mengkaji
content dalam syi’ir tersebut akan digunakan teori semiotik Ferdinand de Saussure
yang menggolongkan contet (isi) menjadi tiga tanda , yaitu langue dan parole,
signifier dan signifiant, serta sinkronik diakronik.
1. Langue (sistim bahasa) dan parole (kegiatan ujaran) dalam Syi’ir
Tanpa Waton
Langue (sistem bahasa) adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada
tingkat sosial budaya.2Adapun porale merupakan ekspresi bahasa pada tingkat
individu.3Jika langue memiliki obyek studi sistem tanda atau sistem kode
sedang unit dasar langue adalah kata maka porale yaitu bahasa yang hidup
sebagaimana dalam penggunaannya maka unit dasar porale adalah kalimat.
Langue dan porale keduanya tidak bisa dipisahkan sebab merupakan satu unit
sistem bahasa. Tidak mungkin ada langue tanpa porale. Misal bahasa
tertulisnya adalah mode pakaian maka langue adalah pada tataran komunikasi
pakaian, dan parole pada tataran komunikasi dengan kata-kata.4Sehingga
langue dan porale menganalisis unsur-unsur yang berupa kata, tata bahasa,
1 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. 48. 2 Ibid, 50. 3 Ibid, 50. 4 Ibid, 51-53.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
80
pilihan kata, dan struktur kalimat. Langue dan porale menjelaskan tentang
makna-makna kebahasaan dan content secara harfiah, yaitu dengan
menjelaskan arti kata secara leksikal atau arti yang mendasar dari Syi‟ir
Tanpa Waton.
a. Syi’ir Bait 1
Berikut adalah Syi‟ir Tanpa Watonyang menggunakan ragam
bahasa Arab terdapat pada bait 1.
تغفر هللاَ رّب البراياأس
أستغفرهللاَ من الخطاي
ربّي زد ني علما نافعا
ووفقني عمال صالحا5
Terjemahan.
Aku memohon ampun ya Allah Maha Penerima Taubat
Aku memohon ampun ya Allah dari segala dosa
Tambahkanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat
Berikanlah aku amalan yang baik
Syi‟ir Tanpa Watonbait ke-1 diawali dengan struktur bahasa Arab
yang secara sistim bahasa berkaitan dengan syi’ir Arab. Pada baris
pertama dan kedua diawali dengan kalimat yang diawali dengan kata kerja
( جملة فعلية( sedangkan baris ketiga diawali dengan kalimat yang dimulai
dengan kata benda ( جملة إسمية) selanjutnya pada baris keempat dimulai
dengan huruf sambung (و ). Rangkain kalimat tersebut diatas menunjukkan
5 Gus Nizam, Syi’ir Tanpo Waton bait-1, dalam Surat kabar Media Umat, Minggu ke III dan Ke IV 2014, 16 Rajab-Sy’ban 1435 H.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
81
bahwa penggunaan kalimat dengan model bahasa Arab tersebut selaras
dengan kalimat pembuka dalam suatu awal penyampaian maksud yang
dikembangkan pada pola-pola syi’ir klasik Arab. Struktur diatas
menunjukkan bahwa dimulainya sebuah ungkapan permohonan dengan
merangkaikan bentuk pekerjaan awal. Kalimat itu berisi sebuah ungkapan
doa dari seorang manusia kepada Sang Pencipta. Doa yang dipanjatkan
yaitu permohonan ampun atas segala tindakan dosa yang dilakukan pada
Allah sebagai Sang Penerima Taubat. Pilihan syi’ir yang didahului dengan
rangkain permohonan disesuaikan pula dengan penggunaan kata dosa,
ampunan, serta taubat, ini yang terpaparkan pada baris pertama dan baris
kedua. Pada baris ketiga kalimat yang digunakan tetap menggunakan
kalimat permohonan hanya saja menggunakan kata Rabby ( ربّي ) sebagai
obyek yang dituju. Sedangkan penggunaan kata tersebut memiliki arti
diantaranya : mengasuh, mendidik dan mengemong.6
Berbeda dengan kata yang digunakan didepan pada bait pertama
dengan menggunakan kata Allah. Kata tersebut terangkai dengan kalimat
bentuk permintaan terhadap tambahan ilmu dan permintaan untuk mampu
melakukan amalan yang baik. Bentuk langue atas kalimat permintaan
tambahan ilmu selaras dengan bentuk parole pada fungsi ilmu itu dapat
dipakai untuk melakukan perbuatan baik. Yang secara istilah etik “baik”
dianggap sebagai tindakan yang berdasar pada ilmu untuk bisa
6 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Yogyakarta:Multi Karya Grafika Pondok Pesantren Krapyak, 1996), 952.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
82
memberikan pertimbangan terhadap manfaat dan dosa dari tindakan
tersebut.
b. Syi’ir Bait 2
Bait lain yang menggunakan bahasa Arab adalah bait ke-2 dan ke-
16. Perhatikan kutipan berikut.
يا رسوَل هللاِ سالٌم عليكَ
يا رفيَع الّشاِن والدّرجِ
عطفة ياجيرة العلمِ
يااهيَل الجوِد والكرمِ 7
Terjemahan.
Wahai utusan Allah, semoga keselamatan tetap padamu
Wahai yang berbudi luhur dan bermartabat tinggi
Rasa kasihmu wahai pemimpin tetangga/lingkungan sekitar
Wahai ahli dermawan dan pemurah hati
Potongan Syi‟ir Tanpa Watonbait ke-2 dan ke-16 pada baris
pertama menggunakan bentuk kalimat yang diawali dengan kata ( يا ) yang
berarti wahai. Kalimat tersebut adalah kalimat seruan pada bentuk kalimat
seruan tersebut terdapat kata Rasullulah ( ( رسول هللا seseorang yang diseru
yang memiliki sifat sebagai Utusan Allah. Kemudian diikuti dengan
kalimat semoga keselamatan atasmu. Pada kata semoga serta kata
keselamatan menunjukkan bentuk porale yang menjelaskan atas kalimat
7 Gus Nizam, Syi’ir Tanpo Waton bait ke -2
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
83
wahai utusan Allah yang bisa dipahami bahwa Rasullulah sebagai utusan
Allah senantiasa diharapkan mendapatkan keselamatan dari Allah.
Pada baris pertama dalam bait ini terjadi suatu keserasian atas
langue dan poralenya. Baris kedua tetap sama diawali dengan bentuk
kalimat seruan yang diawali dengan huruf ( يا ( yang artinya wahai namun
pada baris kedua ini dipadukan dengan kata yang berbudi luhur dan
bermartabat tinggi. Jika dilihat dengan kaitan pada baris pertama kata
berbudi luhur dan bermartabat tinggi menunjuk pada Utusan Allah
tersebut. Tetapi bila dilihat dengan awalan kata wahai baris kedua bisa
diartikan obyek sendiri. Baris ketiga bentuk kata ()يا terletak sesudah kata
yang memiliki arti belas kasih, cinta.8Menjadi belas kasihmu wahai عطفة
pemimpin lingkungan sekitar /tetangga (جيرة علم)9 .
Pada baris keempat diawali dengan kata panggilan wahai (
.kemudian disambung dengan kata ahli dermawan dan pemurah hati(يا
Apabila dilihat pada struktur kalimat tersebut bentuk panggilannya semua
di atas menjelaskan mengenai utusan Allah yang disebut dengan Rasul.
Seorang rasul memiliki budi yang luhur, bermartabat tinggi, kasih sayang,
dermawan, murah hati, dan sebagai pemimpin dilingkungan sekitar.
c. Syi’ir Bait 3
Ngawiti ingsun nglaras syi’iran
Kelawan muji maring Pengeran 8 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 1299. Bentuk عطفة diambil dari kata عطف. 9 Ibid, 714 dan 1314.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
84
Kang paring rohmat lan kanikmatan
Rina wengine tanpa petungan 10
Terjemahan.
Aku awali melantunkan syair
Dengan memuji kepada Tuhan
Yang memberi rahmat dan kenikmatan
Siang dan malam tanpa perhitungan
Pada bait ketiga di atas struktur kalimat tiap baris menggunakan
bahasa Jawa. Agaknya struktur bahasa jawa dapat mengambil sebuah
peranan yang serasi baik pada bentuk langue maupun porale dengan
beberapa kata dalam bahasa arab yang masuk kedalam struktur kalimat
tersebut.Proses masuknya sebuah bentuk kata dalam bahasa Arab kedalam
bahasa Jawa serta dapat dengan teratur serta tersrtuktur dengan baik,
menunjukkan ada perpaduan langue dan porale yang memiliki kesamaan
jenis pada strukutur kalimatnya yang terangkai dalam struktur komunikasi
beda budaya tersebut dalam lintas peradaban pada perspektif genomiknya
yaitu perkembangan garis genetik secara relevan melahirkan bahasa yang
memiliki kemiripan tinggi.11
Misal syi’iran diambil dari kata dasar syi’ir, rohmat dan nikmat.
Kata syi’ir dari kata syi’ru( ُالشعر,)dalam bahasa Arab.12 Kemudian diserap
ke dalam bahasa Jawa menjadi syi‟ir. Secara harfiah syi‟ir memiliki
10Gus Nizam, Syi‟ir Tanpa Waton-bait 3. 11 Nina Winangsih Syam, Komunikasi Peradaban (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2014), 32. 12 A.W.Munawir, Muhammad Fairus, Kamus Al-Munawir Indonesia- Arab, 843.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
85
makna syair. Istilah berikutnya adalahrohmat. Kata rohmat berasal dari
bahasa Arab rahima ( رحم) - yarhamu ( (يرحم - rohmatan ( رحمة ) yang berarti
rahmat,kemurahan, belas kasih.13 Sedangkan nikmat berasal dari kata
ni’mah ( نعمة ) yang memiliki makna keberkahan, anugerah.14
Beberapa contoh kata tersebut yang masuk dalam serapan kata
menunjukkan bahwa bahasa memiliki pola-pola dan cara-cara berkembang
secara genetiknya dengan tiga cara yakni kolonisasi15, percabangan16 dan
substitusi17.18
Isi potongan syair pada bait ke-3 di atas adalah dengan kalimat
bahwa aku hendak mengawali lantunan syair dengan cara menyampaikan
puji-pujian kepada Tuhan yang telah memberi kasih sayang dan anugerah
siang dan malam tanpa perhitungan.
d. Syi’ir Bait 4
Dhuh, bala kanca priya wanita
Aja mung ngaji syare’at blaka
Gur pinter ndongeng nulis lan maca
Tembe mburine bakal sangsara19
Terjemahan.
13 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 964. 14 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 1928. 15 Kolonisasi artinya manusia-manusia modern yang memasuki sebuah daerah baru dan memperkenalkan bahasa mereka kepada kelompok lainnya. 16 Percabangan yakni penggunaan sebuah bahasa yang dipakai oleh kelompok-kelompok yang berbeda berubah seiring dengan bergulirnya waktu. 17 Substitusi yakni ketika sekelompok orang mengadopsi sebuah bahasa baru yang dibawa atau disebarkan oleh kelompok lain. 18 Nina Winangsih Syam, Komunikasi Peradaban, 34. 19 Gus Nizam, Syi’ir Tanp Waton bait -4 .
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
86
Wahai, para teman pria wanita
Jangan hanya belajar syariatnya saja
Hanya akan pandai berbicara, menulis dan membaca
Baru belakangan akan sengsara
Dalam bait 4 ini ditemukan kata syare’at dalam berasal dari bahasa
arab dari kata syari’at ( شريعة ) yang berarti syari’at, ajaran, undang-
undang, hukum.20Kata tersebut terdapat pada baris ke dua dalam bait
sya’ir tersebut yang bila dimasukkan kalimatnya berbunyi, jangan hanya
belajar syari’at, undang-undang maupun hukum saja. Kemudian
dilanjutkan baris sesudahnya dengan kalimat hanya akan pandai berbicara,
menulis dan membaca baru belakangan akan sengsara.
Bait 4 ini diawali dengan kata Dhuh (Duh) yang berarti aduh,
ungkapan kesedihan.21Kalimat ungkapan kesedihan tersebut selanjutnya
dirangkaikan dengan bangunan kata teman laki dan perempuan.
Struktur kalimat langue dan poralenya pada syair di atas berisi
sebuah kaliamat kesedihan yang ditujukan pada teman laki dan wanita
yang hanya mempelajari pengetahuan syari’at, undang-undang dan hukum
saja yang hanya menjadikan pandai berbicara, menulis dan membaca,
sehingga dikemudian hari akan mendapat sengsara.
e. Syi’ir Bait 5
Akeh kang apal Qur’an Haditse
20 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 1128. 21 Majendra Maheswara, Kamus Jawa Indonesia-Indonesia Jawa, 64.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
87
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dhewe dak digatekake
Yen isih kotor ati akale22
Terjemahan.
Banyak yang hafal Al Qur‟an dan Hadisnya
Senang mengkafirkan orang lain
Kafirnya sendiri tidak dihiraukan
Jika masih kotor hati dan pikirannya
Bait ke 5 ini diawali dengan kata akeh (banyak) kemudian
dirangkaikan dengan kalimat hapal al-Qur’an dan Hadisnya. Pada baris ini
ditemukan kata Qur’anberasal dari kata Qara’a-yaq’ra’u-qur’anan ( –قرأ نا
dalam bahasa Arab mempunyai arti membaca kitab.23Adapun Al (يقرأ - قرأ
Qur‟an sendiri merupakan kitab suci agama Islam. Sedangkan hadist
berasal dari kata ( حدثا –يحدث –حدث ) yang memiliki arti baru. Adapun kata
hadits dalam baris tersebut merujuk pada bentuk ُالحديثAl Hadis yang
artinyacerita, berita atau riwayat dari Nabi Muhammad SAW.24 Sebagai
sumber dalam agama Islam yang kedua setelah Al Qur‟an. Pada baris
kedua dalam bait syi’ir tersebut didapatkan kata yang ketiga yang berasal
dari bahasa arab yaitu ngafirke (mengkafirkan), asal kata dari kafara-
yakfuru-kafran ( كفرا -يكفر –كفر ) yang artinya menutupi sesuatu,
22 Gus Nizam, Syi’ir Tanpo Waton bait-5. 23 Mahmud Yunus, Kamus Umum Bahasa Arab (Jakarta:Lembaga Penterjemah Qur’an, 2004), 335. 24 Ibid, 98.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
88
menyembunyikan sesuatu, mengingkari nikmat Allah, lawan kata
beriman.25
Kutipan bait di atas berisi sebuah kalimat struktur langue dan
poralenya menunjukkan bahwasanya banyak orang yang sudah hapal Al
Qur’an dan Hadis, namun suka mengkafirkan orang lain kalimat ini
merujuk pada adanya banyak tindakan orang yang hapal yang merugikan
orang lain dengan menyebut orang lain itu mengingkari nikmat Allah atau
menutupi akan tetapi tidak melaksanakan perintah dan larangan yang
tertulis atau tersirat di dalamnya, sedangkan kafirnya sendiri tidak
diperhatikan jika masih kotor hati dan akalnya. Pada baris terakhir kalimat
tersebut menunjukkan adanya sebuah kata sindiran terhadap orang lain
sehingga selalu menganggap orang lain kafir tanpa memandang dirinya
sendiri. Dalam baris ini antara langue maupun porale terdapat
keseimbangan struktur kalimat bait syi’irnya.
f. Syi’ir Bait 6
Gampang kabujuk nafsu angkara
Ing pepahese gebyare donya
Iri lan meri sugihe tangga
Mula atine peteng lan nistha26
Terjemahan.
Mudah terbujuk nafsu angkara
25 Ibid, 279. 26 Gus Nizm, Syi’ir Tanpo Waton bait-6.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
89
Dalam gemerlapnya hiasan dunia
Iri dan dengki dengan kekayaan tetangga
Sehingga hatinya gelap dan nista
Pada bait ke 6 ini kalimat struktur yang digunakan murni dengan
menggunanakan bahasa jawa tidak ada kata serapan dari bahasa Arab.
Setelah mengungkapkan bentuk sindiran pada bait ke 5 dengan mengacu
pada mereka yang hapal al-qur’an dan hadist namun suka mengkafirkan
orang lain sehingga dianggap tidaklah bersih hati dan akalnya. Maka pada
bait ke 6 khusunya pada baris pertama dan kedua bila melihat struktur
kalimatnya masih berkaitan dengan bait ke 5 bahwa mereka yang mudah
memberikan sebutan kafir pada orang lain itu tidak hanya yang hapal al-
Qur’an dan hadist namun juga mudah dibujuk dengan nafsu angkara
disitilahkan jahat, tamak.27Nafsu jahat tersebut dikarenakan terpengaruh
oleh perhiasan dunia. Adapun pada baris ketiga dan keempat tidak
berkaitan dengan baris pertama dan kedua sebab baris ketiga dan keempat
struktur kalimat terpisah dengan menyebutkan keadaan seseorang yang
merasa iri terhadap kekayaan tetangga disebabkan keadaan iri itu
menyebabkan hatinnya gelap dan nistha yang diartikan hina, dan
rendah.28Dari urain tersebut diatas diketahui bahwa baris pertama dan
baris kedua berbeda dengan beris ketiga dan keempat secara struktur
kalimatnya.
27 Majendra Maheswara, Kamus Jawa Indonesia-Indonesia Jawa,18. 28 Ibid, 223.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
90
g. Syi’ir Bait 7
Ayo sedulur ja nglalekake
Wajibe ngaji sak pranatane
Nggo ngandelake iman tauhide
Baguse sangu mulya matine 29
Terjemahan.
Ayo saudara jangan melupakan
Wajibnya mengkaji beserta aturannya
Untuk mempertebal iman tauhidnya
Bagusnya bekal mulya matinya
Pada struktur kalimat yang terdapat di bait ke 7 baris ke tiga
dijumpai kembali adanya porale dalam bahasa Arab yaitu kata Tauhid (
berarti peng-esaan, penyatuan.30Dan kataوّحدَ bentuk masdar dari : ( توحيد
Iiman ( إيمان ) yang berarti iman, kepercayaan.31Bait ke 7 dimulai dengan
struktur pesan menggunakan kata ayo yang berarti sebuah ajakan yang
disampaikan untuk para saudara (sedulur) supaya tidak melupakan
wajibnya mengkaji (mengkaji agama) bersama aturannya (baris pertama
dan kedua) fungsinya untuk mempertebal iman (kepercayaannya) dan
tauhid (peng-esaan, penyatuan) sehingga bisa menjadi bagus sebagai bekal
kemulyaan saat matinya (baris ketiga dan keempat). Bila dilihat dalam
rangkaian kalimatnya terlihat adanya kesinambungan dalam struktur
langue maupun poralenya dalam keseluruhan baris. 29 Gus Nizam, Syi’ir Tanpo Waton bait-7. 30 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 609. 31 Ibid, 287.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
91
h. Syi’ir Bait 8
Kang aran sholeh bagus atine
Karana mapan sari ngelmune
Laku thariqot lan ma’rifate
Uga haqiqat manjing rasane32
Terjemahan.
Yang disebut sholeh adalah yang hatinya bagus
Karena sudah lengkap ilmunya
Jalan Tarikat dan makrifatnya
Hakikat juga meresap pada perasaannya
Pada bait ke 8 terdapat bentuk porale serapan kata dalam bahasa
Arab yaitu Sholeh berasal dari kata sholihun( صالح )yang secara harfiah
berarti yang baik, bagus.33Kemudian kata ma’rifat( معرفة ) yang juga secara
harfiah diartikan dengan pengetahuan, konsepsi.34Selain itu ada kata
thoriqot ( طريقة ) diartikan secara harfiah dengan cara, methode, prosedur,
proses, mode, sistem juga bisa diartikan dengan lantaran, wasilah, juga
bisa diartikan dengan sekte ,madzhab, doktrin.35Adapula kata hakikat( حقيقة
) secara harfiah diartikan dengan beberapa istilah diantaranya kebenaran,
keabsahan, kenyataan, esensi, dan substansi.36
Pada baris pertama struktur kalimatnya dimulai dengan
menunjukkan sebuah identitas yang berkaitan dengan perilaku baik atau
32 Gus Nizam, Syi’ir Tanpo Waton bait -8. 33 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 1163. 34 Ibid, 1764. 35 Ibid, 1231. 36 Ibid, 785.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
92
bagus yang berkesesuaian dengan hatinya, sebab sudah lengkap ilmunya
(baris pertama dan baris kedua). Pada baris ketiga dimulai dengan jalan
thoriqot (agaknya ini istilah teknis khusus) yang saya artikan dengan
wasilah atau perantaraan dan ma’rifat (sebuah konsepsi).
Baris Keempat menjadi kelanjutan dari baris ketiga yaitu suatu
kebenaran (hakekat) juga mampu meresap pada perasaan. Apabila kalimat
pada baris ketiga dan keempat dipahami menjadi Jalan wasilah dan sebuah
kosep (ma’rifat) adalah kebenaran yang mampu meresap pada perasaan.
Struktur pada bait 8 ini antara baris pertama dan baris kedua
berbeda struktur dengan baris ketiga dan keempat dalam bentuk langue
dan poralenya. Sebab yang pertama dan kedua menunjukkan identitas sifat
dengan bantuan ilmu adapun yang ketiga dan keempat menawarkan atas
jalan lain untuk mempu menuju pada sebuah jalan konsep yang mengarah
pada suatu kebenaran sehingga mampu untuk menjadi yakin serta
mendalam pada perasaan bagi yang mengambil jalan konsep tersebut.
i. Syi’ir Bait 9
Al Qur’an qodim wahyu minulya
Tanpa tinulis isa diwaca
Iku wejangan guru waskitha
Den tancepake ing njero dhadha37
Terjemahan.
37 Gus Nizam, Syi’ir Tanpo Waton bait 9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
93
Al Qur‟an qodim wahyu mulia
Tanpa ditulis bisa dibaca
Itu nasehat guru yang pintar, bijaksana
Supaya ditanamkan di dalam dada
Pada bait 9 baris pertama terdapat bentuk porale dalam bahasa arab
yaitu Al Qur‟an dan qadim. Sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya
khususnya pada bait ke 5 bahwa Al Qur‟an merupakan kitab suci agama
Islam. Sedangkan Qadim ( قديم) memiliki arti yang lama, kuno, dahulu,
yang abadi.38 Di dalam potongan syair tersebut kata Al Qur‟an
disandingkan dengan qadim, itu berarti bahwa Al Qur’an adalah kitab suci
agama Islam yang abadi merupakan wahyu penuh kemulyaan. Pada baris
ke 2 berbunyi tanpa ditulis bisa dibaca, struktur kalimat ini masih
melanjutkan pada baris 1 menjelaskan asal dari al-qur’an bahwa dia adalah
wahyu yang penuh kemulayaan tidak ditulis tapi bisa dibaca. Rangkaian
langue dan poralenya masih berkesuaian dalam stuktur baitnya. Pada baris
ketiga memuat bahwa al-qur’an sebuah nasehat seorang guru yang pintar
atau bijaksana. Baris ke empat berbunyi supaya ditanamkan didalam dada.
Jika dilihat struktur bait syiir ini antara baris pertama hingga baris keempat
memiliki rangkaian struktur yang berkaitan dengan fungsi dari al-qur’an
serta diajarkan supaya dapat menjadi pemahaman dan keyakinan yang
mendalam.
38 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 1439.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
94
j. Syi’ir Bait 10
Perhatikan potongan syair berikut.
Kumanthil ati lan pikiran
Mrasuk ing badan kabeh jeroan
Mu‟jizat rasul dadi pedhoman
Minangka dalan manjinge iman39
Terjemahan.
Melekat di hati dan pikiran
Mrasuk di seluruh badan dan hati
Mu‟jizat rasul jadi pedoman
Sebagai sarana masuknya iman
Bait di atas terdapat 2 istilah serapan dari bahasa arab yaitu
mu‟jizatdan rasul. Di dalam bahasa Arab mu‟jizat ( معجزة) berarti
keajaiban atau suatu peristiwa yang terjadi di luar kebiasaan.40 Adapun
istilah rasul ( رسول) yang berarti utusan, kurir, delegasi, nabi, pembantu,
penolong.41Dari istilah tersebut jika dibangun dalam struktur bait syi’iir
dalam baris pertama berbunyi melekat hati dan pikiran yang merasuk
kedalam seluruh tubuh dan hati. (baris pertama dan kedua). Keajaiban
seorang utusan menjadi pedoman sebagai sarana masuknya Iman (baris
ketiga dan baris keempa). Sturktur dalam bait ke sepeuluh ini masih
berkaitan dengan struktur bait ke sembilan yang ditandai dengan kata al-
qur’an, guru yang pintar dan bijaksana dihubungkan dengan keajaiban dan 39 Gus Nizam, Syi’ir Tanpo Waton bait 10. 40 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 1761. 41 Ibid, 972.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
95
utusan. Sehingga kesimpulan atas struktur diatas berbunyi bahwa Al
Qur‟an merupakan mu‟jizat (keajaiban) yang istimewa dibawa oleh
utusan yang pandai dan bijaksana berisi tentang pedoman hidup,
dilekatkan ke dalam hati dan pikiran sebagai sarana untuk mempertebal
keimanan.
k. Syi’ir Bait 11
Kelawan Allah kang Maha Suci
Kudu rangkulan rina lan wengi
Ditirakati diriyadlohi
Dzikir lan suluk ja nganti lali42
Terjemahan.
Kepada Allah yang Maha Suci
Harus mendekatkan diri siang dan malam
Diusahakan dengan sungguh dan ikhlas
Dzikir dan suluk jangan pernah lupa
Bait di atas mengandung kata serapan yaitu dzikirdan suluk. Di
dalam bahasa Arab sendiri dzikir ( ذكر ) berarti mengingat,mengisyaratkan,
menyebut.43Kata suluk juga berasal dari bahasa Arab dengan kata pangkal
salaka-yasluku- suluukan ( سلوكا –يسلك –سلك ), secara leksikal suluk
bermakna jalan.44Salaka bermakna juga dengan bertindak, mengikuti,
42 Gus Nizam, Syi’ir Tanpo Waton bait 11. 43 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 933. 44 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, 177.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
96
mengejar.45 Sedangkan kata suluk dapat diartikan secara leksikal dengan
perangai, tingkah laku, kelakuan.46Kata Riyadloh berasal dari bahasa Arab
yang berarti latihan. Pangkal katanya yaitu Riyadloh. Kata ini belum
mengalami proses adaptasi langsung yang diadopsi dari bahasa Arab yaitu
jalan ke arah kesempurnaan batin atau nyanyian dalang yang dilakukan
ketika akan memulai suatu adegan dalam pertunjukan wayang.
Bait tersebut berisi sebuah anjuran supaya senantiasa mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Baik itu siang ataupun malam dengan sungguh-
sungguh dan ikhlas dengan dzikir yaitu mengingat Allah dan suluk yaitu
berperilaku yang baik dengan jalan selalu mengingat Allah. Rangkaian
pada bait syi’ir ini tidak memiliki sistim struktur yang berkaitan dengan
struktur bait ke sepuluh.
l. Syi’ir Bait 12
Uripe ayem rumangsa aman
Dununge rasa tandha yen iman
Sabar narima najan pas-pasan
Kabeh tinakdhir saking Pangeran47
Terjemahan
Hidupnya tentram merasa aman
Mantabnya rasa pertanda beriman
Sabar menerima meskipun pas-pasan 45 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 1080. 46 Ibid, 1082. 47 Gus Nazim, Syi’ir Tanpo Waton bait 12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
97
Semua takdir dari Pangeran (Tuhan)
Pada bait ke duabelas ini struktur kalimatnya semuanya terangkai
dalam bahasa jawa meskipun ada kata sabar yang berasal dari bahasa arab
namun sudah menjadi kata yang baku pula di dalam bahasa Indonesia
yang diartikan dengan tidak lekas meledak emosinya, tahan menghadapi
cobaan, tidak lekas marah, tabah, tenang.48 Selain itu ada kata pangeran
yang dalam bentuk poralenya mengikuti istilah asal yang memiliki
pengertian yaitu pangeran.49Namun ketika kata pengeran di baris keempat
dihubungan dengan takdir ( تقدير ) kata ini berasal dari serapan bahasa Arab
yang berarti penaksiran/estimasi, penentuan harga, penilaian50 yang
berasal dari kata qadara-yaqduru-qadira-yaqdaru-qadran ( قدر –يقدر –قدر-
yang memiliki arti kuasa mengerjakan sesuatu.51Maka kata ( يقَدر – قدرا
pengeran tersebut menunjuka pada kata khusus yang biasa disebuat
dengan Tuhan. Maka struktur kalimat pada bait tersebut berbunyi
hidpunya merasa tentram karena merasa aman sebab senantiasa tahan
menghadapi cobaan sebab kesemua itu kuasa Tuhan. Struktur pada kalimat
bait ini ada pola seimbang dengan pola pemilihan porale pada bentuk kata
dengan langue pada bentuk bunyi.
48 Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Gita Media Press, tt), 563. 49 Majendra Maheswara, Kamus Jawa Indonesia-Indonesia Jawa, 241. 50 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 540. 51 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, 332.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
98
m. Syi’ir Bait 13
Kelawan kanca dulur lan tangga
Kang padha rukun aja daksiya
Iku sunnahe Rasul kang mulya
Nabi Muhammad panutan kita52
Terjemahan
Kepada teman, saudara, dan tetangga
Rukunlah dan jangan saling bertengkar
Itu sunnahnya Rasul yang mulia
Nabi Muhammad Panutan kita
Pada bait ke-13 Syi‟ir Tanpa Watondi atas terdapat dua kata istilah
bahasa Arab, yaitu sunnah dan rasul terdapat pada baris ketiga. Pada
bagian sebelumnya sudah dijelaskan bahwa rasuladalah manusia utusan
Allah yang diberi wahyu dan diperintahkan untuk menyampaikannya
kepada umatnya. Sedangkan sunnah ( ّةسن ) pengertiannyayaitu jalan,
cara, metode, syariat, norma, hukum, hadist, sunnah, tabiat, watak.53Bait
tersebut berisi struktur kalimat ajakan supaya hidup rukun dan tentram
pada tetangga maupun pada teman agar jangan saling bertengkar.
Tindakan semacam itu adalah merupakan cara, tabiat ataupun norma yang
dijalankan seorang utusan Allah nabi Muhammad sebagai panutan atau
contoh yang bisa dilakansanakan. Dalam susunan struktur kalimat antara
langue dan porale memiliki keterhubungan dalam pola bait syi’irnya.
52 Gus Nizam, Sya’ir Tanpo Waton bait 13. 53 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 1092.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
99
n. Syi’ir Bait 14
Ayo nglakoni sakabehane
Allah kang bakal ngangkat drajate
Senajan ashor tata dhohire
Ananging mulya makom drajate54
Terjemahan
Ayo lakukan semuanya
Allah yang akan mengangkat derajatnya
Meskipun rendah tampilan dhohirnya
Namun mulia maqam derajatnya
Potongan syair pada bait ke -14 di atas struktur kalimatnya terdapat
serapan pada kata Allah yang telah menjadi pengertian yang tunggal selain
kata Pangeran maupun Gusti. Struktuktur kalimat bait tersebut
menjelaskan supaya melaksanakan keseluruhan tindakan yang terdapat
pada bait sy’iir tersebut sehingga Allah akan mengangkat derajat hidupnya
(baris kesatu dan baris kedua). Struktur pada baris ketiga dan keempat
menunjukkan ada perbedaan dalam baris kesatu dan kedua. Baris ketiga
dan keempat menjelaskan bila tampilannya kelihatan rendah namun
memiliki tempat mulia bila melaksanakan ajaran yang telah disampaikan
diatas dalam bait syi’ir tersebut. Susunan kalimat ini sepertinya tidak
berhubungan dengan struktur kalimat pada baris pertama dan baris kedua.
Sebab pada baris ketiga dan keempat lebih melihat hasil dari perilaku dan
54 Gus Nizam, Sya’ir Tanpo Waton bait 14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
100
sifatnya sebuah himbauan untuk menjalankan segala ajaran-ajaran yang
telah disampaikan pada bait-bait sebelumnya, sehingga dengan melakukan
perbuatan itu maka Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
melakukannya. Meskipun dalam kehidupan nyata dia rendah tampilan
dhohirnya namun di mata Allah derajatnya lebih mulia.
o. Syi’ir Bait 15
Lamun palastra ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadhang Allah suwarga manggone
Utuh mayite uga ulese55
Terjemahan
Meskipun akhirnya meninggal
Ruh dan sukmanya tidak tersesat
Dirindukan Allah ditempatkan di surga
Utuh jenazahnya juga kafannya
Pada struktur bait di ataspada baris ke dua ada serapan kata dari
bahasa Arab yaitu Ruh( روح ) memiliki arti yaitu jiwa, sukma, intisari,
perasaan, esensi.56Bentuk porale kata ruh tersebut memiliki kesamaan arti
dengan kata sukma pada baris yang sama yang diistilahkan juga dengan
ruh.57 Analisa struktur kalimat syi’ir pada keseluruhan baris di bait ke
15merupakan kelanjutan dari kutipan sebelumnya. Bait tersebut 55 Gus Nizam, Syi’ir Tanpo Waton bait 15. 56 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 998. 57 Majendra Maheswara, Kamus Jawa Indonesia-Indonesia Jawa, 303.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
101
menyatakan bahwa meskipun di akhirnya akan meninggal, ruh dan
sukmanya tidak akan tersesat. Namun diketahui pada bait ini ada
kesamaan istilah antara ruh dan sukma. Hal tersebut karena Allah telah
menjanjikan surga baginya serta jenazahnya akan utuh dan juga kafannya.
p. Syi’ir Bait 16
يا رسوَل ِهللا سالٌم عليكَ
يا رفيَع الّشاِن والّدرجِ
عطفة ياجيرة العلمِ
58يااهيَل الجوِد والكرمِ
Terjemahan
Wahai utusan Allah, semoga keselamatan tetap padamu
Wahai yang berbudi luhur dan bermartabat tinggi
Rasa kasihmu wahai pemimpin tetangga/lingkungan sekitar
Wahai ahli dermawan dan pemurah hati
Pada bait syi’ir ke 16 ini hanya perulangan dengan struktur kalimat
yang sama dengan bait ke 2 dalam Sy’iir Tanpo Waton. Rangkaian akhir
pada struktur kalimat itu menunjukkan pujian pada Nabi Muhammad
sebagai Rasul dan Utusan Allah yang segala sifat serta perilakunya
menjadi dasar inspirasi untuk senantiasa diamalkan dan disebarkan.
58 Gus Nizam, Syi’ir Tanpo Waton bait 16.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
102
2. Signifie ( penanda) dan signifiant ( pertanda )
Signife ( penanda ) dan signifiant ( pertanda ) merupakan basic dasar
dalam teori tanda pada Ferdinand de Saussure. Penanda adalah bentuk-bentuk
medium yang diambil dalam suatu tanda, seperti bunyi, gambar atau coretan
yang membentuk kata dalam suatu halaman, sedangkan pertanda adalah
konsep dan makna-makna.59Keduanya merupakan kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan. Hubungan antara signifie dan signifiant adalah disebut
“makna”.60Maka signife dan signifiant menganalisis unsur-unsur yang berupa
tanda berbnetuk kata yang memiliki makna Pada Syi‟ir Tanpa Waton,karena
pengarangnya menghendaki berbentuk syair maka pembentukan kata dan
pemilihan kalimat disesuaikan dengan ciri-ciri syair pada umumnya. Yang
dapat dipahami bila syair dalam tiap baitnya terdiri atas empat larik. Setiap
lariknya terdiri atas 8 hingga 12 suku kata.Adapun titik analisa signifie dan
signifiantnya hanya pada kata-kata yang menonjol yang menjadi inti dalam
syi’ir tersebut.
Berikut adalah kutipan Syi‟ir Tanpa Waton.
a. Syi’ir Bait 1
أستغفر هللاَ رّب البرايا
أستغفرهللاَ من الخطاي
ربّي زد ني علما نافعا
ووفقني عمال صالحا
Terjemahan.
59 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi (Bogor:Ghalia Indonesia, 2014), 19. 60 Ibid , 20.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
103
Aku memohon ampun ya Allah Maha Penerima Taubat
Aku memohon ampun ya Allah dari segala dosa
Tambahkanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat
Berikanlah aku amalan yang baik
Bait pertama Syi‟ir Tanpa Watondiatas memiliki signifie
(penanda) dan signifiant (pertanda)bunyi katapertama yaitu Allah yang
menonjol yang diawali dengan struktur kalimat rintihan atau keluhan
berupa panjatan doa ditujukan pada Allah. Maka Allah sebagai signifiant
(pertanda) memiliki sebuah konsep makna tertentu. Allah dipahami
sebagai sebuah sesembahan atau Tuhan datas sesembahan dan Tuhan-
tuhan yang lain yang disembah dan diibadahi.61Dia memiliki sifat dan
nama-nama yang baik yang senantiasa melekat pada diriNya, yang
menciptakan, yang Mengadakan, yang Membentuk Rupa, Yang Maha
Perkasa, Mahabijaksana.62Maka pada baris pertama dan kedua Allah
dipahami segala hal yang memiliki kekuatan hingga layak Dia mampu
dipandang sebagai sesuatu yang menerima Taubat atas dosa yang
dilakukan manusia. Kedua signifie (penanda) ilmu yang dianggap sebagai
sesuatu yang bermanfaat maka signifiant (pertanda) ilmu memilki suatu
konsep secara alami mampu memberikan kemanfaatan dirinya. Konsep
‘ilmu’ dipahami sebagai hasil suatu proses dari bekerjanya panca indra
dalam melihat realitas kemudian diproduksi pada daya pikir manusia
menjadi sesuatu yang bisa digunakan baik dalam lapangan empiris
61 al-Qur’an, 20:14. 62 Ibid., 20:8; 59:24; 17:110; 7:180.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
104
maupun dalam lapangan rasional. Hasil proses tersebut didasarkan pada
data-data yang telah diturunkan Allah baik data yang tersurat maupun data
yang tersirat.63Maka pertanda ilmu dalam baris ketiga tersebut diperlukan
serta diharapkan bisa bertambah untuk bisa bermanfaat dalam dirinya.
Ketiga pada signifie (penanda) amalan, bunyi ini didasarkan atas pangkal
kata amal dengan akhiran an. Dalam tanda bahasa arab bentuk ini biasanya
disebut dengan masdar bentuk kata yang tidak terikat dengan zaman
ataupun waktu.64Sedangkan signifiant (pertanda) pada kata amalan jika
dilihat pada makna konotatifnya berarti sebuah bentuk perbuatan.
Perbuatan didorong oleh motiv adapun motiv dibentuk dari pengetahuan
dan pengalaman. Dorongan motiv seseorang bisa baik maupun buruk.
Sedangkan permohonan amalan dalam baris keempat ini menghendaki
amalan yang baik.Makna amalan baik ini amalan yang seimbang menurut
kemampuan yang tidak merasa di bebani diatas kemampuannya.65
b. Syi’ir Bait 2
يا رسوَل ِهللا سالٌم عليكَ
يا رفيَع الّشاِن والّدرجِ
عطفة ياجيرة العلمِ
والكرمِ يااهيَل الجودِ
Terjemahan.
63 al-Qur’an, 3:7 64 Musthofa al-Galaanii, Jaamiuu al-dduruus al-A’raabiyah (Beirut: Al-maktabah al-Asiirih, 2000), 160. 65 Ibid., 2:286.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
105
Wahai utusan Allah, semoga keselamatan tetap padamu
Wahai yang berbudi luhur dan bermartabat tinggi
Rasa kasihmu wahai pemimpin tetangga/lingkungan sekitar
Wahai ahli dermawan dan pemurah hati
Pada bait ke dua ini ditemukan sebuah signifie (penanda) yang kuat
yaitu Rasul. Bunyi Rasul diiringi dengan tanda Wahai yang menunjukkan
pada suatu bentuk panggilan atau bentuk memanggil. Yang dipanggil
adalah Rasul atau utusan, maka bentuk signifiant (pertanda) atas utusan
menunjukkan seseorang yang sedang mengemban sebuah tanggung jawab
serta mempunyai sifat-sifat yang luhur dan berbudi tinggi serta dermawan.
Adapun makna utusan dalam baris pertama tersebut disandingkan dengan
Allah, sehingga memiliki bentuk kekhususan atau spesifik bahwa dia
adalah utusan Allah yang membawa amanat serta tugas dariNya
khususnya dalam menyampaikan petunjuk risalah agama.66
c. Syi’ir Bait 3
Ngawiti ingsun nglaras syi‟iran
Kelawan muji marang Pangeran
Kang paring rahmat lan kanikmatan
Rina wengine tanpa petungan
Terjemahan.
Aku awali melantunkan syair
66 al-Qur’an, 9:33.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
106
Dengan memuji kepada Tuhan
Yang memberi rahmat dan kenikmatan
Siang dan malam tanpa perhitungan
Bentuk bait syi’ir yang ketiga ditemukan simbol tanda signifie
(penanda) yaitu pangeran pada baris kedua. Bunyi tanda pangeran
disandingkan dengan bentuk pujian atau memuji sebab memberikan
rahmat dan kenikmatan. Penanda Pangeran yang diserap dalam bahasa
jawa memiliki arti Tuan atau seseorang yang dihormati. Dalam bentuk
signifiantnya (pertanda) konsep Pangeran mengarah pada bentuk sifat dan
fisik yang dipuji, dapat memberi rahmat sedang pemberian rahmat tersebut
sifatnya kontinyu. Terlihat bahwa makna pangeran disinonimkan dengan
Tuhan. Sama-sama memiliki Rahmat yang mengandung nikmat serta
senantiasan dipuji siang dan malam pada bait ketiga dan bait keempat.
d. Syi’ir Bait 4
Dhuh, bala kanca priya wanita
Aja mung ngaji syare‟at blaka
Gur pinter ndongeng nulis lan maca
Tembe mburine bakal sengsara
Terjemahan.
Wahai, para teman pria dan wanita
Jangan hanya belajar syariatnya saja
Hanya akan pandai berbicara, menulis dan membaca
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
107
Baru belakangan akan sengsara
Bait di atas, pada permulaan baris pertama menggunakan kata
“Dhuh”sebagai penanda awal yang dapat bermakna pertanda sebagai
bentuk ekspresi keluhan, keprihatinan dan juga peringatan bergantung
pada bentuk kalimat yang menyertainya. Pada baris di atas yang dimaksud
adalah sebuah peringatan karena diikuti oleh kalimat perintah. Pada baris
kedua terdapat signifie (penanda) mengaji syari’at yang dalam makna
signifiantnya mengkaji syari’at yang diatas telah dibahas yaitu mengkaji
metode, jalan, atau hukum. Agaknya makna pertanda syari’t diatas
merujuk pada hukum atau aturan. Istilah signifiant (pertanda) syari’at (
-dapat dimaknai dengan aturan-aturan yang dimiliki oleh masing (شريعة
masing umat untuk dijadikan arah dalam memutuskan perkara.67Dalam
aturan Islam syari’at biasanya dipahami dengan mengacu pada pedoman
al-Qur’an, al-hadist, Ijtihat serta ijma’ ulama. Pada baris kedua dan ketiga
menjelaskan pertanda bahwa pria dan wanita yang hanya belajar syari’at
dianggap hanya bisa mendongeng atau bicara, menulis dan membaca
dapat berakibat masa belakangnya akan merugi. Baris tersebut memiliki
pertanda jika mereka yang hanya belajar syari’at tanpa menerapkan dalam
amalan dengan dikatakan yang hanya bisa medongeng, menulis dan
membacaakan kelak mendapat kerugian di kemudian hari.
67 al-Qur’an, 5:48.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
108
e. Syi’ir Bait 5
Akeh kang apal Qur‟an haditse
Seneng ngafirake marang liyane
Kafire dhewe dak digatekake
Yen isih kotor ati akale
Terjemahan.
Banyak yang hafal Al Qur‟an dan Hadisnya
Senang mengkafirkan orang lain
Kafirnya sendiri tidak dihiraukan
Jika masih kotor hati dan pikirannya
Pada baris pertama terdapat penandaakeh kangapal Qur’an haditse
penanda tersebut menunjukkan banyak orang yang hafal dan menguasai
terhadap al-qur’an hadits. Pertanda al-qur’an dipahami sebagai kitab yang
tidak ada keraguan didalamnya sebagai petunjuk bagi orang-orang
muttaqin.68Sedangkan pertanda hadist dimaknai sebagai segala sesuatu
yang disandarkan pada Nabi Muhammad s.a.w. baik berupa perkataan,
perbuatan, pernyataan (taqrir) dan yang sebagainya.69Penanda baris kedua
seneng ngafirake marang liyane mengandung pertanda seneng (suka)
menunjukkan makna perbuatan yang didasari oleh kegembiraan terhadap
sebuah bentuk perbuatan lain, sedang pertanda ngafirake memiliki makna
menuduh orang atau kaum melakukan tindakan pengingkaran terhadap
kebenaran atau menutupi kebenaran dalam hal ini al-qur’an dan hadist,
68 al-Qur’an, 2:2 69 Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits (Bandung:Al-Ma’arif, 1970, cet ke 12), 20.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
109
adapun pertanda marang liyane menunjukkan terhadap orang lain yang
memiliki suatu kesamaan dari orang atau kaum yang menuduh tersebut.
Pada baris ketiga terdapat penanda kafiredhewe dak digateake makna
pertandanya adalah bahwa tindakan yang menunjuk seseorang atau kaum
yang dikatakan kafir tersebut tidak dijadikan evaluasi atau instropeksi diri
bahwa bisa jadi sifat atau tindakan kafir itu adalah milik dirinya sendiri
namun dia atau kaum tidak memperhatikan. Baris keempat berbunyi
penanda yen isih kotor ati akale , makna pertanda yen yang memiliki
pertanda jika mengandaikan adanya tindakan bertolak belakang pada
tindakan yang sebelumnya dikemukakan dan bisa juga menjadi prasyarat
terhadap tindakan yang lain, isih kotor menunjukkan masih belum bersih
atau belum suci, ati akale pertanda ati dalam bahasa Arab biasa
distilahkan dengan qolbun (قلب ) memiliki makna hati yang lembut,70bisa
pula hati yang keras.71Bila melihat bahwa hati bisa memiliki kelembutan
sekaligus keras dapat dipahami bahwa pertanda ati juga bisa dipahami
merupakan bagian dari fungsi jiwa. Pertanda akale dimaknai sebagai
akalnya, berasal dari kata ( عقل ) yang memiliki arti mengikat, memahami,
mengerti.72Makna akale juga bisa dipahami sebagai salah satu fungsi jiwa
yang mampu untuk mengikat serta memahami atas realitas yang ditangkap
oleh indrawi dan mampu untuk memikirkan atas seuatu sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan baru. Maka pertanda pada baris keempat
menunjukkan bahwa apabila salah satu fungsi jiwa yang digunakan untuk 70 al-Qur’an, 26:89. 71 Ibid., 3:159. 72 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 1307.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
110
merasa maupun berfikir masih belum bersih orang tersebut mudah sekali
menilai kafir pada orang yang lain.
f. Syi’ir Bait 6
Gampang kabujuk nafsu angkara
Ing pepahese gebyare donya
Iri lan meri sugihe tangga
Mula atine peteng lan nistha
Terjemahan.
Mudah terbujuk nafsu angkara
Dalam gemerlapnya hiasan dunia
Iri dan dengki dengan kekayaan tetangga
Sehingga hatinya gelap dan nista
Baris pertama pada bait syi’ir ini memuat penanda gampang
kabujuk makna pertandanya adalah mudah terbujuk mengandung makna
dapat terpengaruh secara gampang tidak melewati pertimbangan, nafsu
angkara penanda nafsu ( نفس ) serapan dari bahasa Arab sedang angkara
serapan dari bahasa jawa yang memiliki arti jahat, tamak.73 Penanda nafsu
angkara merupkan satu frase yang memiliki arti dorongan jahat atau
tamak. Istilah nafsu angkara memiliki pertanda yang semirip dengan nafsu
syahwat yang lebih mengarah pada kecintaan terhadap segala perhiasan
73 Majendra Maheswara, Kamus Jawa Indonesia-Indonesia Jawa, 18.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
111
dunia.74 Makna pertanda tersebut sesuai dengan rangkaian bait syi’ir pada
baris kedua yang berbunyi ing pepahese gebyare donya(dalam
gemerlapnya perhiasan dunia). Pada baris ketiga terndapat penanda iri lan
meriditerjemahkan dengan iri dan dengki, makna iri dan dengki lebih pada
suatu dorongan sifat yang telah tertanam dan yang ada dalam diri manusia,
hanya saja sifat tersebut memuat kecenderungan yang merugikan, pertanda
ini sesuai dengan kelanjutan pada baris yang sama yaitu sugihe tangga
(kekayaan tetangga), makna kekayaan tetangga menunjukkan bahwa sifat
iri dan dengki tersebut mengehndaki untuk bisa menyamai bentuk
kekayaannya dengan berbagai jalan yang dilakukan meskipun jalan
tersebut salah menurut agama, mis : dengan jalan korupsi atau menipu,
dalam membangun kekayaannya. Kemudian ditutup dengan penanda pada
baris keempat dengan bunyi “Yen isih kotor ati lan pikire” keadaan
sebuah hati dan akal yang belum jernih akibat dari pengaruh nafsu syawat
yang berupa kecintaan terhadap hal-hal keduniawian, sehingga hati dan
akalnya menjadi kotor dan gelap olehnya.
g. Syi’ir Bait 7
Ayo sedulur ja nglalekake
Wajibe ngaji sak pranatane
Nggo ngandelake iman tauhide
Baguse sangu mulya matine
74 al-Qur’an, 3:14.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
112
Terjemahan.
Ayo saudara jangan melupakan
Wajibnya mengkaji beserta aturannya
Untuk mempertebal iman tauhidnya
Bagusnya bekal mulya matinya
Bait ke-7 Syi‟ir Tanpa Watondi atas beirisi penanda tentang ajakan
supaya tidak melupakan keharusan mengkaji beserta aturan dan
metodologinya dalam bunyi Ayo sedulur ja nglalekake wajibe ngaji sak
pranatane, dalam baris ini ditemukan penanda ngaji yang dalam
maknanya mengkaji atau mempelajari aturan atau mempelajari syare’at,
tasawuf, atau Ketuhanan yang telah disebutkan diatas dengan segala
pranatanya atau metodologi dan isinya serta fungsinya adalah untuk
mempertebal iman tauhidnya. Makna iman tauhidnya menunjukkan pada
kepercayaan yang tunggal terhadap konsep Ketuhanannya. Dengan
demikian diharapkan dapat memancarkan pada perilaku yang benar dan
bernilai sebagai bekal kemulyaan dalam matinya atau meninggalnya
dikemudian hari.
h. Syi’ir Bait 8
Kang aran sholeh bagus atine
Karana mapan sari ngelmune
Laku thariqot lan ma’rifate
Uga haqiqat manjing rasane 2x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
113
Terjemahan.
Yang disebut sholeh adalah yang hatinya bagus
Karena sudah lengkap ilmunya
Jalan Tarikat dan makrifatnya
Hakikat juga meresap pada perasaannya
Berikut adalah bait ke-8Syi‟ir Tanpa Watonyang diawali dengan
penanda kang aran sholeh bagus atine pertanda ini memiliki makna orang
yang dianggap sholeh memiliki ati yang bagus. Pertanda Sholeh memiliki
makna perilaku atau tindakan yang baik (sholeh), kata sholeh diambil dari
serapan bahasa Arab sudah menjadi makna lazim dalam bahasa jawa yang
bisa dimaknai suatu tindakan yang baik. Makna tindakan baik diantaranya
adalah beriman pada Allah, pada hari kemudian serta senantiasa
melakukan perbuatan yang berguna sehingga tidak akan merasakan
kekuatiran dalam hidupnya.75Sehingga yang dikatakan tindakan sholeh
senantiasa memiliki ukuran-ukuran tertentu yang bisa dipertanggung
jawabkan semisal ukuran tindakan sholeh adalah beriman pada Allah
berarti dia mampu untuk membuktikan perihal keberadaan Allah dengan
argumen logis dan rasional sehingga betul-betul tertanam keimanan yang
benar dalam dirinya. Oleh karena itu tindakan sholeh mampu berpengaruh
pada sisi kejiwaan ( ati/qolbun ) yang bagus. Kalimat penanda karana
mapan sari ilmunememiliki pertanda dan makna bahwa seseorang yang
baik atau soleh dan hatinya baik memiliki sebab telah mapan makna
75 al-Qur’an, 5:69.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
114
mapan dapat dipahami telah menguasai dan memahami substansi dari
pengetahuan yang telah dimiliki. Makna ini dapat dipahami bahwa mereka
yang telah mampu untuk memahami secara filososfis dari suatu ilmu akan
mampu memberikan kebaikan perilaku serta ketenangan dan ketentraman
hati. Laku tariqot lan ma’rifate penanda ini memiliki makna melakukan
kerja atau tindakan tarikat dan ma’rifatnya, dua penanda ini yaitu tarikat
dan ma’rifat lebih dipahami sebagai sebuah langkah dan tahapan dalam
metode tasawuf, begitu pula dengan penanda hakikat yang juga memiliki
makna sebagai jalan tasawuf yang dilakukan. Ketiga komponen tersebut
hendaknya mampu untuk ditanamkan berdiri dalam rasa dan perasaannya.
i. Syi’ir Bait 9
Al Qur‟an qadim wahyu minulya
Tanpa tinulis bisa diwaca
Iku wejangan guru waskitha
Den tancepake ing jero dhadha
Terjemahan.
Al Qur‟an qodim wahyu mulia
Tanpa ditulis bisa dibaca
Itu nasehat guru yang mumpuni
Supaya ditanamkan di dalam dada
Pada bait ke-9 dalam syi’ir ini diawali dengan penanda Al Qur‟an
qadim wahyu minulya memiliki pertanda makna al-Qur’an yaitu sebuah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
115
bacaan wahyu yang disampaikan Allah S.W.T dengan perantaraan
malaikat Jibril yang dimulai dari al-fatihah dan diakhiri dengan An-nas ke
dalam dada nabi Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk, peringatan dan
kabar gembira bagi manusia.76Dipahami sebagai sesuatu yang qadiim.
Makna qadiim dapat dimaknai sebagai yang abadi ( قديم )77maka dalam
pertanda al-qur’an qadiim dimaknai bahwa al-qur’an adalah sesuatu yang
abadi.78Al-qur’an yang abadi tersebut merupakan sebuah wahyu yang
memiliki kemulyaan. Penanda berikutnya berbunyi tanpa tinulis isa
diwacamemiliki pertanda tidak perlu ditulis namun bisa dibaca. Makna ini
mengandaikan bahwa sesuatu yang tidak dalam bentuk lambang tulisan
tetapi bisa dibaca. Sesuatu yang tidak dalam bentuk tulisan bisa dibaca
menunjukkan adanya suatu suara atau bisikan yang membisikkan dalam
lambang-lambang simbol pertanda lain kemudian masuk kedalam pikiran
manusia selanjutanya dibaca dalam bentuk suara yang telah dapat
dipahami dalam pikirannya sebagai sebuah lambang tulisan. Iku wejangan
guru waskitha penanda kata iku menunjuk bentuk yang sudah dituju,
sedangan wejangan yang menunjukkan penanda nasehat memiliki makna
sebuah pesan yang berisi sebuah anjuran ataupun petunjuk yang baik
didasarkan pada pemahaman terhadap suatu persoalan yang telah
dipahami. Setiap orang yang hendak menyampaikan nasihat tentunya
memiliki kapasitas yang lebih terutama dalam hal pengetahuan maupun
76 al-Qur’an, 2:185. 77 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 1439. 78Tentang keabadian al-qur’an berupa kalam telah menjadi perdebatan yang telah lama antara kelompok as-‘ariyah dengan mu’tazilah yang berpandangan bahwa al-qur’an adalah mahkluk.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
116
perilaku. Penanda guru waskithaterdapat dua pertanda yaitu guru dan
waskitha. Makna guru secara pertanda memiliki makna orang yang
menyampaikan pesan atas dasar keilmuan yang di pahaminya, sedangkan
waskitha dari serapan bahasa jawa memiliki makna unggul atau mumpuni
yaitu memiliki kelebihan diatas yang lain didasarkan pada kemampuannya
dalam menjelaskan maupun menguraikan atas ilmu yang dimilikinya.
Apabila dikaitkan dengan baris kedua dan pertama guru waskitha
menunjukkan pada seseorang yang menyampaikan pesan al-qur’an yang
abadi memiliki wahyu kemulyaan. Sehingga guru waskitha adalah sebuah
simbol penanda yang disamakan dengan Allah SWT. Yang memiliki
fungsi yang sama sebagai guru serta memiliki keunggulan diatas yang
selainnya. Adapun penandaden tancepake ing jero dhadha memiliki
pertanda makna bahwa pesan yang disampaikan oleh guru waskitha yang
didasarkan pada al-qur’an abadi penuh kemulyaan tersebut hendanya
ditancapkan atau diguncamkan atau ditanamkan didalam dada. Makna
didalam dada menunjukkan pada jiwanya atau hatinya bukan yang
dimaksudkan dada fisik.
j. Syi’ir Bait 10
Kumanthil ati lan pikiran
Mrasuk ing badan kabeh jeroan
Mu‟jizat rasul dadi pedhoman
Minangka dalan manjinge iman
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
117
Terjemahan.
Melekat di hati dan pikiran
Mrasuk di seluruh badan dan hati
Mu‟jizat rasul jadi pedoman
Sebagai sarana masuknya iman
Pada bait ke 10 dalam syi’ir tersebut menunjukkan dua penanda
yang memiliki keterkaitan makna atau pertanda berbunyi kumanthil ati lan
pikiranmrasuk ing badan kabeh jeroandua bait di ini memiliki makna
pertanda tentang berisikan pengukuhan keistimewaan sebuah Al Qur‟an
yang merupakan kitab suci agama Islam. Al Qur‟an bukan hanya sekadar
bacaan saja melainkan wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rasul
dengan berbagai seperangkat cara yang mengatur hubungan antara Tuhan,
Manusia dan Alam. Meskipun cara-cara penyampaiannya melewati nabi
dan rasul. Pada bait setelahnya memuat penanda berbunyiMu‟jizat rasul
dadi pedhoman makna kalimat ini mengungkapkan bahwa al-qur’an yang
harus di tancapkan dalam hati dimaknai sebagai sebuah mu’jizat nabi dan
rasul. Karena sebuah mu’jizat yang dibawa oleh nabi maka layak untuk
dijadikan pedoman.Hal tersebut bertujuan supaya dapat dijadikan kontrol
perilaku dan pemikiran yang sejalan dengan petunjuk Al Qur‟an.
k. Syi’ir Bait 11
Kelawan Allah kang Maha Suci
Kudu rangkulan rina lan wengi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
118
Ditirakati diriyadlohi
Dzikir lan suluk ja nganti lali
Terjemahan.
Kepada Allah yang Maha Suci
Harus mendekatkan diri siang dan malam
Diusahakan dengan sungguh dan ikhlas
Dzikir dan suluk jangan pernah lupa
Perhatikan bait ke-11 Syi‟ir Tanpa Waton pada baris pertama
terdapat penanda kelawan Allah kang Maha Suci (kepada Allah yang
Maha Suci) baris pada syi’ir ini memiliki makna pertanda bahwa Allah
memiliki sifat Suci ini adalah salah satu sifat yang dimiliki Allah diantara
banyak ragam sifat yang dipunyaiNya. Diantaranya Allah memiliki sifat
al-Qadiru,79al-Hakimu,80As-Sami’u,81al-Qarib,82 semua sifat yang dimiliki
menunjukkan bahwa Allah memiliki kelayakan untuk diibadahi maupun
disucikan. Kudu rangkulan rina lan wengi penanda ini memiliki makna
pertanda yang masih berkaitan dengan baris pertama yaitu Dengan Allah
yang maha Suci seharusnya rangkulan makna ini memiliki maksud
memeluk atau mendekap.83Makna tersebut tidak dimaksudkan secara
denotatif bahaw dengan Allah melakukan pelukan dengan fisik, namun
makna itu lebih pada konotatif yang memiliki pertanda senantiasa
mendekati seakan-akan seperti orang yang berpelukan atau berdekapan.
79 al-Qur’an, 2:20. 80 Ibid., 2:32. 81 Ibid., 2:127. 82 Ibid., 2: 186. 83 Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 541.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
119
Rina lan wengi penanda ini memiliki arti siang dan malam, maka baris
tersebut bermakna bahwa manusia senantiasa mendekatkan diri seakan-
akan berpeleukan atau berdekapan dengan Allah sepanjang siang dan
malam. Makna ini memiliki orientasi bahwa segala tindakan didasari atas
selalu mendekat diri pada Allah. Ditirakati diriyadhoi penanda ini
memiliki pertanda makna dilakukan dengan menahan hawa nafsu agar
mendapatkan kesempurnaan jiwa84dan dilatih85 secara terus
menerus.Dzikir lan suluk ja nganti lali penanda ini memiliki makna
senantiasa mengingat dan mencoba untuk mengejar atau mengikuti untuk
mendekatkan kepada Allah jangan sampai lupa.
l. Syi’ir Bait 12
Uripe ayem rumangsa aman
Dununge rasa tandha yen iman
Sabar narima najan pas-pasan
Kabeh tinakdhir saking Pangeran
Terjemahan.
Hidupnya tentram merasa aman
Mantabnya rasa pertanda beriman
Sabar menerima meskipun pas-pasan
Semua takdir dari Tuhan
84 Makna di tirakati dalam Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 641. 85 Makna Riyadhoh, dalam Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 1001.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
120
Bait ke-12 Syi‟ir Tanpa Watondi atas pada penanda uripe ayem
rumangsa aman memiliki makna atas hidupnya tentram penanda ini
menjelaskan pertanda bahwa hidup itu dapat merasa tentram menunjukkan
bahwa ketentraman dapat dirasakan, rumangsa amanpenanda merasa
aman menunjukkan bahwa keamanan dalam hidup dapat juga dirasakan.
Sehingga baris ini menunjukkan bahwa tntram dan aman amat
berpengaruh dalam menjalani dan melaksanakan atas kehidupan itu
sendiri. Dununge rasa tandha yen imanpenanda ini menunjukkan bahwa
rasa yang tentran dan aman dalam hidup tadi sebagai pertanda dari rasa
keimananan. Jadi pada baris kedua ini masih melanjutkan dari baris
pertama yaitu makna keimanan seseorang dapat dipahami dari dua
indikator yaitu rasa tentram dan rasa aman sebagai rahmat dari
Allah.86Pada baris ketiga dan keempat berbunyi penanda sabar narima
najan pas-pasan, kabeh tinakdhir saking Pangeran.Makna sabar
sesungguhnya memiliki makna aktif sebab sabar dapat dipahami sebagai
tindakan yang tidak lekas marah atau tidak lekas meledak emosinya.
87Tidak lekas marah atau meledak emosi berarti ada tuntutan untuk
melakukan pencegahan terhadap emosi. Tuntutan pencegahan terhadapa
emosi mengandaikan bahwa harus mampu melakukan dan menahan
dorongan emosi. Hal inilah yang dikatakan bahwa sabar itu adalah
tindakan aktif atau tindakan pencegahan menerima hal-hal sesuai dengan
kenyataan atas kehidupannya walaupun serba pas atau tetap dalam
86 al-Qur’an, 9:71. 87 Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 563.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
121
mendapatkannya. Kesemua itu dianggap takdir dari Pangeran. Makna ini
menunjukkan bahwa Tuhan telah mengatur kesemua itu.88
m. Syi’ir Bait 13
Kelawan kanca dulur lan tangga
Kang padha rukun aja daksiya
Iku sunnahe Rasul kang mulya
Nabi Muhammad panutan kita
Terjemahan.
Kepada teman, saudara dan tetangga
Rukunlah dan jangan saling bertengkar
Itu sunnanya Rasul yang mulia
Nabi Muhammad panutan kita
Syi‟ir Tanpa Watonbait ke-13 di atas merupakan sebuah penanda
pesan pada baris pertama dan baris kedua dengan bunyi kelawan kanca
dulur lan tangga, kang padha rukun aja daksiya pertanda makna dalam
baris tersebut menegaskan untuk senantiasa membangun rukun terhadap
teman, saudara maupun tetangga. Dan jangan pernah melakukan tindakan
yang sia-sia terhadap kerukunan atas saudara, teman dan tetangga.
Penanda pada baris ketiga dikaitkan bahwa perbuatan rukun terhadap
teman, saudara dan tetangga adalah merupakan bagian perilaku yang baik
senantiasa dilakukan oleh Rasul yang memiliki sifat mulia. Rasul mulia
88 Jika dipahami dengan konsep takdir, termasuk takdir Qadariah yaitu semuanya tergantung dari Tuhan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
122
yang dimaksudkan disini adalah nabi Muhammad sebagai contoh dan
panutan teladan bagi umat Islam. Pada baris ini terdapat pemahaman
bahwa Muhammad selain sebagai seorang nabi yang mendapatkan wahyu
juga sebagai seorang manusia biasa yang perilaku beliau yang memiliki
nilai kebaikan secara universal bisa ditiru atau dicontoh.
n. Syi’ir Bait 14
Ayo nglakoni sekabehane
Allah kang bakal ngangkat drajate
Senajan ashor tata dhohire
Ananging mulya maqom drajate
Terjemahan.
Ayo lakukan semuanya
Allah yang akan mengangkat derajatnya
Meskipun rendah tampilan dhohirnya
Namun mulia maqam derajatnya
Bait ke-14 Syi‟ir Tanpa Watondi atas, kata terakhir tiap barisnya
adalah penanda atas kata sekabehane, drajate, dhohire, dan drajate.
Penanda tersebut memiliki bunyi rima e, jadi rima akhir bait tersebut
adalahe. Bait di atas berisi penanda untuk sebuah seruan (ayo) makna
tersebut mengarah pada sebuah panggilan dengan penegasan untuk
melakukan semua perbuatan yang telah digambarkan pada baris-baris
sebelumnya untuk dikerjakan (ayo nglakoni sekabehane) yaitu perbuatan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
123
yang bersumber dari al-qur’an maupun sunnah Rasul maupun perbuatan
yang memiliki nilai universal. Maka apabila perbuatan baik tersebut
dilakukan Allah akan mengangkat derjatnya. Makna derajat disini bisa
dikatakan sebuah kedudukan, pangkat atau harga diri (Allah kang bakal
ngangkat drajate). Walaupun terlihat rendah bisa juga bermakna buruk
untuk fisik ataupun terbatas adapun makna ashor dalam hubungan dengan
ekonomi bisa pula bermakna miskin dalam tampilan kehidupannya atau
fisiknya (Senajan ashor tata dhohire), tetapi memiliki tempat kedudukan
yang mulia serta derajat tinggi disebabkan oleh tampilan pemikiran serta
akhlaqnya yang baik (Ananging mulya maqom drajate).
o. Syi’ir Bait 15
Lamun palastra ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadhang Allah suwarga manggone
Utuh mayite uga ulese
Terjemahan.
Meskipun meninggal pada akhirnya
Ruh dan sukmanya tidak tersesat
Dirindukan Allah ditempatkan di surga
Utuh jenazahnya juga kafannya
Sama halnya dengan bait sebelumnya, bait 15 Syi‟ir Tanpa
Watonjuga memiliki penanda bunyi akhirane, hal ini dapat terdeteksi dari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
124
kata-kata terakhir pada tiap barisnya, yaitu pungkasane, sukmane,
manggone, dan ulese. Melihat susunan penanda pada bait ini sepertinya
sebuah susunan penutup dalam semua untaian perilaku yang diambil dari
sumber al-qur’an dan sunnah Rasul. Dalam penanda pada baris pertama
berbunyi meskipun pada akhirnya meninggal atau mati makna ini
menunjukkan terpisahnya jasad dengan Ruh dan jiwa (Lamun palastra ing
pungkasane). Ora kesasar roh lan sukmane, tidak akan tersesat ruh dan
sukmanya. Ditemukan penanda ruh yang memiliki makna sebagai penguat
keimanan dalam hati / jiwa (qolb).89Walaupun secara proses dan
substansinya menjadi rahasia penciptaan dari Allah S.W.T.90Adapun
penanda sukma yang diartikan dengan ruh,jiwa, atau nyawa dalam bahasa
Indonesia.91Menurut pendapat saya lebih mendekati dengan pengertian
jiwa sebab kalau ruh akan memiliki makna yang sama dengan penanada
sebelumnya. Sehingga bisa dipahami dengan ruh dan jiwa tidak akan
tersesat. Dalam berbagai pendapat para ahli filsafat jiwa dipandang
sebagai substansi dari manusia yang kekal sebab dia memiliki
kemampuan, membangun proses interaksi dengan seksama serta sebagai
penggerak perilaku yang bukan berbentuk materi.92
89 al-Qur’an, 59:22. 90 Ibid., 17:85. 91 Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 606. 92 Louis O.Kattsof, Pengantar Filsafat, terjemahan Soejono Soemargono (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2006), 298-306.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
125
p. Syi’ir Bait 16
يا رسوَل هللاِ سالٌم عليكَ
يا رفيَع الّشاِن والدّرجِ
عطفة ياجيرة العلمِ
يااهيَل الجوِد والكرمِ
Terjemahan.
Wahai utusan Allah, semoga keselamatan tetap padamu
Wahai yang berbudi luhur dan bermartabat tinggi
Rasa kasihmu wahai pemimpin tetangga/lingkungan sekitar
Wahai ahli dermawan dan pemurah hati
Pada penanda terakhir dalam bait syi’ir Tanpo Waton
menunjukkan makna pertanda untuk selalu mengingat Rasul Allah yang
menegakkan perilaku berbudi luhur serta bermartabat. Bait terakhir ini
sepertinya untuk selalu tanda sebagai pengingat bagi yang
menyenandungkannya dan juga sebagai pengingat dalam setiap tindakan
serta kehidupan supaya mencontoh Rasul Allah.
B. Analisis Discourse Syi’ir Tanpo Waton
Pada uraian diatas telah dijelaskan bahwa kajian discourse disini adalah
menggunakan konsep analisa wacana dengan teori Hermeneutika dari Paul
Ricoure. Fokus penelitian dalam discourse pada syi’ir ini memahami atas
interpretasi secara tanda dan simbol teks dalam tiap bait pada syi’ir Tanpo Waton
dengan melakukan konstruk dalam rangkain bait yang dikaitkan pada unsur
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
126
analisa latar bait teks, pengada, mengada dan kemengadaan. Analisis unsur-unsur
tersebut mencoba untuk memahami akan realitas Syi’ir Tanpo Waton yang lebih
mendalam.
1. Analisa latar tiap bait Syi’ir Tanpo waton
Syi’ir Tanpo Waton terdiri atas enambelas bait yang terdiri atas bait
pertama dan bait kedua serta bait ke enam belas menggunakan tanda simbol
kata dengan bahasa Arab, sedangkan bait ketiga hingga bait ke limabelas
menggunakan simbol bahasa Jawa.
Dari beberapa latar pada bait syi’ir tersebut dapat dibedakan atas
beberapa bagian yang masing-masing memiliki fungsi dan tujuan pesan yang
berbeda. Yang dapat dibedakan atas beberapa bagian maksud yaitu : bagian
pertama yang terbagi atas bait pertama, bait kedua dan bait ketiga
menunjukkan maksud sebuah pembuka doa dengan menitik berartkan pada
permohonan ampun pada Allah disertai dengan permohonan untuk
menghendaki dengan tambahan ilmu serta mengehendaki untuk dicukupkan
dalam perbuatan yang baik. Serta melakukan sebuah seruan sanjungan dan doa
pada Rasul Allah (utusan Allah) agar senantiasa diberikan keselamatan dan
dijadikan pula sebagai seorang yang berbudi luhur, seorang yang dermawan
serta senantiasa menjaga kerukunan dengan tetangga.Bagian bait
ketigamenunjukkan atas sanjungan serta penghormatan terhadap Allah disaat
akan memulai sebuag pekerjaan dalam memulai untuk bersyi’ir terhadap Sang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
127
Pengeran93 ( sebuatan lain dalam bahasa Jawa yang merujuk pada Allah) yang
memberikan Rahmat serta Kenikmatan baik diwaktu pagi dan petang.
Bagian kedua berisi gagasan dan konsep dalam mengkaji agama
maupun dalam penerapan etika hal tersebut bisa dilihat dalam bait ke
sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas, ketiga belas dan keempat belas.
Bagian ketiga mengungkapakan sebuah gagasan untuk mengikuti
sejarah dan serta argumen keabadian yang bisa dilihat dari bait ke empat, lima,
enam, tujuh, delapan dan kelima belas. Adapun bagian bait ke enambelas
bagian penutup yang mengulang pada bait ke dua. Analisa sebab pengulangan
menunjukkan bahwa lebih diambil atas pertimbangan secara konsep awal
berupa penyanjungan pada Rasul maka penutup pesan diharpkan juga dapat
mengambil hikmah dari Rasul itu sendiri.
2. Interpretasi tanda dan simbol dalam syi’ir Tanpo Waton
Setelah melewati analisis terhadap beberapa latar bait syi’ir maka
dapat ditemukan beberapa konsep konstruk tema yang berhubungan dengan
interpretasi yang terkadung dalam bait-bait syi’ir tersebut mengenai
permohonan, konsep gagasan dan penerapan serta konsep pengambilan
fenomena sejarah sebagai sebuah hikmah. Metode discourse yang berbasic
pada konsep hermeneutika Paul Ricour berpijak pada bekerjanya pemahaman
dalam menafsirkan teks.
93 Istilah Pengeran tidak hanya hanya dipahami oleh orang Islam namun juga oleh orang Kristen khususnya dalam aliran pada gereja Kristen Jawi Wetan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
128
Secara ontologis, pemahaman tidak lagi dipandang sekedar cara
mengetahui tetapi hendaknya menjadi mengada (way of being) dalam
pengertiannya bahwa dalam diskursus lisan (syi’iir Tanpo Waton yang
disya’irkan) kekuatan ilokusioner bersandar pada unsur-unsur gestur dan
mimikri94serta aspek-aspek diskursus yang tidak terartikulasikan yang disebut
“prosody” (pola ritme dan suara dalam pembacaan puisi).95Yang kedua adalah
cara berhubungan dengan “segala yang ada” (the begins) dan dengan
“kemengadaan”(the being). Maksud dalam pernyataan ini adalah bahwa
didalam diskursus suatu lisan yang dituangkan dalam kalimat (bentuk Syi’ir
Tanpo Waton) bahwa perujukan yang ada sebagai subyek yang terkadung
dalam kalimat itu hendaknya dihadirkan. Selanjunyat peristiwa yang
melampui pada mengada yang terdapat pada makna hendaknya dihadirkan
pula sebab dia merupakan bagian situasi dalam syi’ir tersebut.96Tentunya hal
tersebut diatas berdasarkan atas analisa interpreatsi dari Syi’ir Tanpo Waton
yang dimaksudkan. Artinya setiap individu memiliki interpretasinya sendiri
mengenai sesuatu.
Maka pola analisi interpretasi berdasarkan discourse atas
hermeneutika Paul Ricoure pertama dalam tabel-tabel bawah tentang
penggunaan pengada, mengada dan kemengadaan. Kedua analisis terhadap
beberapa realitas pemahaman simbol, makna yang membentuk simbol dan
94 Tindakan menirukan suara; penyesuaian diri untuk merubah warna dalam lingkungan yang ditempati. 95 Paul Ricoure, Hermeneutika Ilmu Sosial, terjemahan Muhammad sukri (Yogyakarta:Kreasi Wacana, 2006), 271. 96 Ibid, 273.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
129
pemikiran simbolis. Ketiga, analisis berhubungan dengan interpretasi bahasa
atas makna, reflektif dan ontologis atau eksistensial.
a. Tabel 2.1. Interpreatasi dalam bait -1, 2 dan 3 dalam Syi’ir Tanpo
Waton pada bagian pembuka.
Bait Teks Pengada Mengada Kemengadaan
أستغفر هللاَ رّب
البرايا
أستغفرهللاَ من
الخطاي
ربّي زد ني علما
نافعا
اووفقني عمال صالح
(Syi’ir Tanpo
Waton bait-1)
Terjemahan.
Aku memohon
ampun ya Allah
Maha Penerima
Taubat
Aku memohon
ampun ya Allah
dari segala dosa
Tambahkanlah
Allah Maha
Penerima taubat.
Rabby
(Tuhanku).
Aku (pembuat
Sya’ir).
Tambahkanlah
aku ilmu
(pembuat sya’ir).
Berikanlah aku
amalan baik
(pembuat Sya’ir).
Allah Yang Maha
Penerima Taubat
juga Tuhan
(Rabby) yang
memiliki Ilmu
dan Penulis Syi’ir
menjadi bagian
dari bait syi’ir
tersebut
mengalami
keterhubungan
diri antara Sang
Pencipta dengan
yang dicipta.
Sulit untuk tidak
melepaskan
ketergantungan
diri terhadap
Allah yang
memiliki hak
dalam
memberikan
ampunan, ilmu
dan sebuah
amalan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
130
kepadaku ilmu
yang bermanfaat
Berikanlah aku
amalan yang baik
يا رسوَل هللاِ سالٌم
عليكَ
يا رفيَع الّشاِن
والدّرجِ
عطفة ياجيرة العلمِ
يااهيَل الجوِد والكرمِ
(Syi’ir Tanpo
Waton bait-2)
Terjemahan.
Wahai utusan
Allah, semoga
keselamatan tetap
padamu
Wahai yang
berbudi luhur dan
bermartabat
tinggi
Rasa kasihmu
wahai pemimpin
Rasul (utusan).
Yang berbudi
luhur.
Pemimpin
lingkungan/tetan
gga.
Ahli dermawan
dan pemurah hati.
Pengungkapan
penerimaan atas
diri Rasul yang
dipandang
mampu
memberikan
contoh dalam
memipin,
bertetangga,
maupun sebagai
orang yang
memiliki harta
serta mampu
untuk
memrendahkan
hati walaupun
dirinya seorang
yang berpredikat
Nabi.
Argumen-
argumen yang
disandarkan
bahwa seorang
utusan Allah
wajib untuk
memiliki standart
yang tinggi
dalam
berperilaku baik
dari aspek dalam
diri maupun
hubungan dengan
lingkungan
sosial.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
131
tetangga/lingkun
gan sekitar
Wahai ahli
dermawan dan
pemurah hati
Ngawiti ingsun
nglaras syi‟iran
Kelawan muji
marang
Pangeran
Kang paring
rahmat lan
kanikmatan
Rina wengine
tanpa petungan
(Syi‟ir Tanpo
Waton bait-3)
Terjemahan.
Aku awali
melantunkan
syair
Dengan memuji
kepada Tuhan
Yang memberi
Pangeran.
Pemberi Rahmat
dan Kenikmatan.
Siang dan malam
tanpa perhitungan
Melakukanng
telah tindakan
awal untuk
melantunkan
Syi’ir dengan
melakukan pujian
terhadap
Pangeran (istilah
lain jawa untuk
Tuhan) yang
telah
memberikan
rahmat kasih
sayangnya setiap
pagi dan malan.
Seberapapun
tindakan dari
penulis syi’ir
tanpo Waton ini
dia senantiasa
mengungkapkan
sykur serta pujian
terhadap Tuhan
yang telah
memberikannya
Rahmat diwaktu
pagi maupun
malam.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
132
rahmat dan
kenikmatan
Siang dan malam
tanpa
perhitungan
1) Realitas simbol Allah ( هللا ) dan Rasul ( رسول ) serta Pangeran
Paul Ricoure berpendapat bahwa sesuatu tidak didapatkan
dengan bagaimana fenomena itu menampakkan pada diri kita (subyek),
atau hanya sekedar memikirkannya, namun bagaimana kita mampu
untuk membaca, memahami simbol-simbol sesuatu tersebut. Seperti
simbol yang ada dalam bait dan struktur teks tersebut yang ada dalam
realitas kehidupan masyarakat Indonesia yang berTuhan dan relegius
dan dipahami sebagai pandangan mereka terhadap ( هللا ) Dan
pemahaman atas wajibnya seorang Rasul ( رسول ) utusan yang harus
ada dalam penyampaian firman Allah. Sedangkan simbol istilah
pangeran makna yang sama namun berasal dari bahasa Jawa.
2) Pemahaman Simbol
Pada teks bait syi’ir diatas memperlihatkan bahwa, bait
tersebut dilantunkan secara lambat dan dengan nada yang mendayu-
dayu sehingga membuat kesan yang lebih menyentuh. Hal tersebut
dikarenakan bait di atas berisi tentang doa seseorang kepada Tuhan
serta penghormatan terhadap Rasul (utusan). Di dalam ajaran agama
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
133
manapun sudah menjadi etika dalam berdoa yaitu dengan cara
merendahkan suara dan menggunakan struktur susunan kata-kata yang
lembut. Itulah nuansa yang ingin dihadirkan ketika melantunkan bait
pembuka Syi‟ir Tanpa Waton. Maka penulis Syi’ir menginginkan
dalam membuka permulaan Syi’ir hendaknya diawali
denganpermohonan, ampunan dan permintaan, serta sanjungan doa dan
penghormatan pada Rasul.
3) Makna Yang membentuk simbol
Dimanapun manusia berada dalam dirinya senantiasa
menggantungkan pada yang menciptakan. Penulis merasa bahwa
dirinya dahulu diliputi oleh perasaan bersalah dan berdosa sehingga
menghendaki untuk memohonkan ampun. Mungkin pada saat itu
penulis merasa belum mendapatkan ilmu yang cukup untuk nantinya
melakukan tindakan amal yang lebih besar. Seperti diketahui di awal
syi’ir ini dibuat ketika beliau telah menyelesaikan studi di Mesir,
namun sebelumnya beliau lebih banyak melakukan perantauan
sehingga dalam perantauan ada tindakan-tindakan yang menurut beliau
banyak melakukan penyimpangan dan dosa. Yang menarik disini
ungkapan syi’ir yang diawali dengan doa permohonan pada Allah serta
penghormatan dan penghharapan pada Rasul.
4) Pemikiran Simbolis
Allah ( هللا ) adalah merupakan sebuah simbol atas sebuah
konsep kepercayaan yang telah lama dipelajari oleh manusia hampir
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
134
semua umat manusia mempercayainya adanya sebagai Tuhan yang
mengatur alam Raya dan seisinya. Dalam sejarah literatur jawa
biasanya disitilah kan dengan Pengeran bukan pangeran. Dalam
sejarah Yunani kuno mereka telah mempercayai dalam bentuk dewa-
dewa yang menganut paham politeisme (keyakinan banyak Tuhan).
Dalam tradisi Hindu pada hikayat Mahabarata tertera Whisnu,Shiwa
dan Brahma. Dalam tradisi mesir Kuno menyakini dewa Iziz, dewa
Oris dan yang tertinggi adalah Ra’. Masyarakat Persiapun meyakini
adanya Tuhan gelap dan Tuhan terang. Sampai kemudian pengaruh
tersebut merambah serta masuk dalam lingkup masyarakat Arab
dengan nama Allah, walaupun juga berdampingan dengan menyembah
Al-Lata, Al’Uzza, dan Manata.97Sedangkan simbol kata Allah dalam
al-qur’an terulang sebanyak 980 kali.98Baik dalam perbuatannya,
wewenangnya, menetapkan hukum dan kewajaran pula dalam
beribadahnya.
Simbol kedua adalah Rasul ( رسول ) adalah seorang utusan
yang memiliki tugas untuk menyampaikan pesan-pesan atau risalah-
risalah tertentu yang bersumber dari Allah dalam setiap zaman
perkembangan dan perubahan manusia sebagai wujud dari Kasih
Sayang Allah kepada manusia yang diciptakan sampai pada akhir
97 M.Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an tafsir tematik atas pelbagai persoalan umat (Bandung:Mizan, cet 2, ed 2013), 19. 98 Muhammad Fu’ad abdul Baqi, al-Mu’jam al-muhfarras li al-fadhi al-Qur’an al-kariimi (Beirut Libanon: Darr al-Fikr, 1987), h.40-85.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
135
kenabian maupun selesainya wahyu.99Kata Rasul dalam al-qur’an
terulang sebanya 116 kali.100
Dua simbol tersebut itulah yang menjadi kekuatan dan
gagasan awal dari penulis syi’ir Tanpo Waton sebagai pembuka
syi’iirnya. Hal tersebut menandakan adanya kekuatan yang besar atas
keyakinannya bahwa Allah dan Rasul yaang dianggap mampu untuk
menuntun dan menyelesaikan atas pekerjaan yang dilakukan. Selain
hal tersebut penulis syi’ir ini lebih dipengaruhi dalam lingkup dan
masyarakat Jawa yang mempengaruhi akan model bentuk syi’irnya.
Hal ini berbeda bila yang membuat A’a Gi\ym atau Abdullah
Gymnastiar yang berasal dari Jawa Barat. Tentunya langgam Sunda
yang nanti akan kuat dalam mempengaruhi syi’irnya.
b. Tabel 2.2. Interpreatasi dalam bait -9, 10, 11, 12, 13, 14 dalam
Syi’ir Tanpo WatonPada bagian kedua berisi gagasan dan konsep
dalam mengkaji agama maupun dalam penerapan etika.
Bait Teks Pengada Mengada Kemengadaan
Al Qur‟an qadim
wahyu minulya
Tanpa tinulis bisa
diwaca
Iku wejangan
Al-Qur’an.
Guru waskitha.
Al-Qur’an adalah
kitab Allah yang
dipandang
sebagai Guru
waskitha banyak
Al-qur’an
identitik dengan
pesan-pesan
bentuk wejangan
yang berasal dari
99 Al-Qur’an, 35:24 dan al-Qur’an, 40:78. 100 Muhammad Fu’ad abdul Baqi, al-Mu’jam al-mufarras li al-fadhi al-Qur’an al-kariimi , 314-316.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
136
guru waskitha
Den tancepake
ing jero dhadha
(Syi‟ir Tanpa
Waton-bait 9)
Terjemahan.
Al Qur‟an qodim
wahyu mulia
Tanpa ditulis bisa
dibaca
Itu nasehat guru
yang mumpuni
Supaya
ditanamkan di
dalam dada
berisi wejangan
dalam bentuk
suara yang tak
tertulis yang
senantiasa
dihujamkan
kedalam dada
(iman)
Guru yang
memiliki
kelebihan istilah
lain dinisbhakn
dari yang selalu
ada dalam jiwa
seseorang bukan
dalam bentuk
tulisan bisa ilham,
ide dan selainnya.
Kumanthil ati lan
pikiran
Mrasuk ing badan
kabeh jeroan
Mu‟jizat rasul
dadi pedhoman
Minangka dalan
manjinge iman
(Syi‟ir Tanpa
Pikiran.
Mukjizat.
Mukjizat yang
dibawa rasul bila
bisa di tancapkan
dalam jiwa dan
pikiran akan
mampu
memperkuat
Iman.
Setiap Rasul
maupun nabi
memiliki
prasyarat yang
tidak bisa
ditinggalka yaitu
memiliki sebuah
mukjizat yang
diberikan Allah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
137
Waton-bait 10)
Terjemahan.
Melekat di hati
dan pikiran
Mrasuk di seluruh
badan dan hati
Mu‟jizat rasul
jadi pedoman
Sebagai sarana
masuknya iman
yang berfungsi
untuk
memberikan
pesan dan
petunjuk jalan
yang lurus bagi
umat manusia
supaya selamat
dalam hidupnya.
Sehingga hal ini
menjadi syarat
dan standart
bahwa tidak akan
mungkin mereka
menyebut nabi
atau rasul tanpa
adanya bukti
mukjizat
Kelawan Allah
kang Maha Suci
Kudu rangkulan
rina lan wengi
Ditirakati
diriyadlohi
Dzikir lan suluk
Allah yang Maha
Suci.
Hendaknya
merangkul siang
dan malam.
Dzikir dan Suluk.
Dzikir dan Suluk
harus senantiasa
dilakukan apabila
berupaya untuk
melakukan
pendekatan pada
Allah Yang Maha
Tindakan untuk
mendekati dengan
istilah merangkul
pada Allah yang
memiliki
Kesucian dalam
segalanya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
138
ja nganti lali
(Syi‟ir Tanpa
Waton-bait 11)
Terjemahan.
Kepada Allah
yang Maha Suci
Harus
mendekatkan diri
siang dan malam
Diusahakan
dengan sungguh
dan ikhlas
Dzikir dan suluk
jangan pernah
lupa
Suci. Pada waktu
pagi dan petang.
senantiasa
dilakukan setiap
saat sehingga
menjadi
kebiasaan yang
mempribadi.
Namun upaya
tersebut
senantiasa
dilakukan terus
menerus serta
harus dilatih
dengan jalan
Dzikir dan Suluk.
Uripe ayem
rumangsa aman
Dununge rasa
tandha yen iman
Sabar narima
najan pas-pasan
Kabeh tinakdhir
saking Pangeran
(Syi‟ir Tanpa
Tinakdir saking
Pengeran
(kehendak/ketent
uan) dari Tuhan.
Dununge rasa
(Mantap rasanya)
Hidup dengan
rasa aman dan
menerima pas-
pasan
mencerminkan
iman dianggap
sebagai takdir
dari Tuhan.
Sebagin stigma
yang didasarkan
oleh sebagian
kelompok
masyarakat
agama bahwa
menerima semua
kehendak Tuhan
walaupun dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
139
Waton-bait 12)
Terjemahan.
Hidupnya tentram
merasa aman
Mantabnya rasa
pertanda beriman
Sabar menerima
meskipun pas-
pasan
Semua takdir dari
Tuhan
keadaan pas
ataupun
kekurangan
adalah merupkan
ketentuan yang
tidak bisa ditolak
atau dihindari dan
hal tersebut
mencerminkan
rasa
keimanannya.
Kelawan kanca
dulur lan tangga
Kang padha
rukun aja daksiya
Iku sunnahe
Rasul kang mulya
Nabi Muhammad
panutan kita
(Syi‟ir Tanpa
Waton-bait 13)
Terjemahan.
Kepada teman,
saudara dan
Kanca (teman).
Dulur (saudara).
Tonggo
(tetangga).
Sunnahe Rasul
Kang Mulya
(sunnahnya rasul
Yang Mulia)
Nabi Muhammad.
Terhadap teman,
saudara dan
tetangga
diharapkan untuk
rukun serta tidak
melakukan
perbuatan sia-sia
terhadap mrk.
Tindakan tersebut
adalah perbuatan
mulia yang
dicontohkan oleh
Nabi Muhammad.
Perlakuan
tindakan
kekerasan saat ini
terhadap teman,
saudara dan
tetangga telah
menjadi gejala
yang bersifat
umum. Terkadang
melakukan
khianat terhadap
temana dengan
mengajak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
140
tetangga
Rukunlah dan
jangan saling
bertengkar
Itu sunnanya
Rasul yang mulia
Nabi Muhammad
panutan kita
perkelahian.
Kemudian
terhadap saudara
sendiri kadang
melakukan
kekerasan
biasanya yang
terjadi adalah
persoalan waris.
Kemudian
terhadap tetangga
tidak ada rasa
tepo selira dan
sopan santun.
Maka untuk
mengatasi hal itu
dikembalikan
pada perilaku
mulya yang
penrah
dicontohkan oleh
Nabi Muhammad
S.A.W.
Ayo nglakoni
sekabehane
Allah bakal
mengangkat
Melakakukan
segala yang
Ajakan yang
ditujukan dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
141
Allah kang bakal
ngangkat drajate
Senajan ashor
tata dhohire
Ananging mulya
maqom drajate
(Syi‟ir Tanpa
Waton-bait 14)
Terjemahan.
Ayo lakukan
semuanya
Allah yang akan
mengangkat
derajatnya
Meskipun rendah
tampilan
dhohirnya
Namun mulia
maqam
derajatnya
derajat.
Buruk dalam
bentuk fisik .
Mulya dalam
derajatnya.
diperintahkan
pada al-qur’an
dan sunnah
sehingga akan
nampak mulya
derajatnya walau
dalam pandangan
fisik tidak baik
atau buruk
massyarakat yang
bergama Islam
yang telah
menyakinimi
bahwa al-qur’an
adalah wahyu
yang diturunkan
oleh Allah dan
juga telah
menyakini bahwa
Rasul sebagai
panutan untuk
dilakukan dengan
keseluruhan atau
kaffah tanpa
penolakan yang
akan berdampak
pada kemulyaan
dalam derajat
walaupun dalam
kenampkan
dhoirnya terlihat
buruk, atau
miskin.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
142
1) Pemahaman simbol (interpretasi)
Pada teks tersebut al-qur’an dapat dianggap sebagai guru
waskitha atau guru yang suci yang dibuat atau diturunkan Allah
kepada nabi Muhammad sebagai mukjizat. Untuk mampu
melaksanakan hal tersebut harus mendekatkan diri (istilahnya
rangkulan) dengan metode dzikir dan suluk.
2) Makna yang membentuk simbol
Istilah Guru waskitho menunjukkan seseorang yang
memiliki kemampuan dalam mendidik dan mengajar. Teks waskitho
atau mumpuni atau bisa dikatakan berilmu diberikan pada predikat
guru tersebut yang selain memiliki kemampuan mendidik, mengajar
serta memiliki ilmu pengetahuan yang lebih.
Mukjizat menunjukkan sesuatu tindakan yang berasal
langsung dari Allah dan biasa di berikan pada para nabi dengan
langsung seperti kasus nabi Ibrahim yang dibakar tidak mempan, kasus
nabi Musa dengan tongkatnya yang mampu membelah lautan. Dan al-
qur’an adalah mukjizat yang diberikan pada nabi Muhammad.
Dzikir dan suluk adalah metode yang biasa dipakai oleh
para pelaku tasawuf dalam usahanya untuk mendekatkan diri pada
Allah.
Metode tersebut diajak dan dianjurkan pada teman, saudara
maupun tetangga. Sehingga diharapkan dapat memberikan kekuatan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
143
dan kemulyaan pada derajat yang diinginkan walaupun dalam kondisi
fisik baik ekonomi maupun bentuk tubuh tidak sebagaimana adanya
3) Pemikiran simbolis
Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan
antara tanda dengan obyek juga dapat iimpretasikan oleh ikon, namun
ikion biasanya memberikan kesepakatan yang sama. Ikon adalah suatu
benda fisik bisa dalam bentuk teks yang menyerupai apa yang
dipresentasikannya.101Guru waskithabisa pula dianggap suatu ikon
yang memiliki keunggulan tersendiri. Dalam Syi’ir tanpo Waton ini
dijumpai interpretasi atas dua pemakanaan tentang Guru waskitha
yaitu yang dimaknai sebagai Allah atau sebagai nabi. Sebagi Allah
disinonimkan dengan al-qur’an sebagai hasil kalamNya.
Selain hal tersebut ada lambang teman, sedulur atau
saudara dan tetangga menunjukkan konstruk mastarakat yang terkecil
masupun masyarakat yang terbesar. Masyarakat yang terkecil
disimbolkan dengan teman dan saudara adapun masyarakat yang besar
disimbolkan dengan tetangga yang bisa berkembang dari masyarakat
kecil dalam sebuah komunitas.
Nabi Muhammad menjadi sentral dalam syi’ir tersebut
sebab mampu secara empiris menunjukkan kesuksesan perilaku dalam
menata dan mengatur masyarakat saat itu. Baik berhubungan dengan
individu maupun masyarakat tetangga. Dan didalam diri nabi
101 Dedy Mulyana, Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung:Rosda Karya, 2010), 93.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
144
Muhammad terkandung dua unsur yaitu selain unsur kenabian juga
unsur kemanusiaan yang memiliki karunia.102Nabi juga memakan
makanan dan tidak hidup kekal.103Nabi dan rasul bukan seorang
malaikat.104Nabi juga melakukan perniagaan dan berjalan dipasar
layaknya manusia pada umumnya.105Namun demikian beliau mampu
untuk menerjemahkan konsep dan gagasan yang ada dalam wahyu al-
Qur’an.
Pada syi’iir tersebut juga terdapat istilah dzikir dan suluk.
Istilah ini lazim dikenal dalam dunia tasawuf yang dikembangkan oleh
para ahli sufi. Dan sudah sejak lama sufi berperan dalam kehidupan
masyarakat Islam sebab dalam dunia Islam itu tidak homogen namun
bersatu sekaligus secara kultural dan berinteraksi dengan kebudayaan
lokal regional yang berlainan.106 Untuk mampu terus eksis maka
kelompok sufi mengembangkan konsepnya dalam bentuk kultural dan
pendidikan. Dalam hal kultur mereka masuk dalam penjiwa tradisi
puisi dan musik serta banyak menciptakan sya’ir-sya’ir dan lagu-
lagu.107
Istilah suluk sama dengan istilah tarekat yang keduanya
menunjukkan arti jalan, dalam istilah sufi diartikan jalan menuju
102 al-Qur’an, 14:11 103 Ibid., 21:7-8. 104 Ibid., 17:95-96. 105 Ibid., 25:20. 106 J. Spencer Trimingham, Madhab Sufi, terjemahan Lukman hakim (Bandung:Pustaka, 1999), 227. 107 Ibid, 246.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
145
Tuhan.108Dalam pengertian teknis lain jalan suluk juga membicarakan
mengenai riyadhah , latihan secara bertapa, mengurangi makan,
mengurangi minum, mengurangi tidur dan mengurangi berkata-
kata.109Adapun istilah dzikir dalam tarekat memiliki istilah teknis yang
memiiki makna simbolis artinya mengingat kepada Tuhan yang
dibantu dengan bermacam-macam ucapan, yang menyebut nama
Allah, atau kata-kata yang mengingatkan pada Tuhan.110
Dari beberapa uraian atas rangkaian bait syi’ir tanpo
Wateon tersebut yang terangkai dari bait 9 hingga bait ke 14
terkandung dan tersimpan konsep gagasan, serta ide dasar dan
implementasi dalam mengajarkan agama Islam dalam syarakat baik
dalam lingkup kecil maupun luas.
c. Tabel 2.3. Interprestasi dalam bait syi’ir Tanpo Waton pada
baigan ketiga mengungkapkan gagasan untuk mengikuti sejarah
dan argumen keabadian yang bisa dilihat dari bait - 4, 5, 6, 7, 8
dan 15.
Bait Teks Pengada Mengada Kemengadaan
Dhuh, bala
kanca priya
Teman Pria
Wanita.
Pernyataan
untuk mengajak
Kerugian pada
akhir hidup
108 Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu tarekat uraian tentang mistik (Solo:Ramadhani, 1988), 121. 109 Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu tarekat uraian tentang mistik, 122. Dalam salah satu wawancara disurat kabar juga disebutkan oleh Gus Nizam bahwa sebelum membuat Syi’ir tersebut beliau berdiam diri di kamar selama 14 hari. 110 Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu tarekat uraian tentang mistik , 278.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
146
wanita
Aja mung ngaji
syare’at blaka
Gur pinter
ndongeng nulis
lan maca
Tembe mburine
bakal sangsara
(Syi‟ir Tanpa
Waton-bait 4)
Terjemahan.
Wahai, para
teman pria
wanita
Jangan hanya
belajar
syariatnya saja
Hanya akan
pandai
berbicara,
menulis dan
membaca
Baru
Syare’at.
Pandai
mendongeng.
Menulis.
Membaca.
Belakang
hidupnya
sengsara.
tidak hanya
belajar mengkaji
syareat saja
sehingga hanya
pandai menulis,
membaca dn
mendogeng.
Bila hal itu
terjadi
dikuartikan akan
sengsara pada
akhir hidupnya.
seseorang
disebabkan
dalam hidupnya
hanya mampu
untuk
mendongeng,
menulis maupun
membaca tanpa
pernah untuk
menerapkan
dalam konteks
kehidupnnya.
Itu yang sering
dilihat oleh Gus
Nizam dalam
arela wialayah
maupun dalam
pengalaman
hidupnya saat
melihat teman-
temannya baik
Pria maupun
Wanita.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
147
belakangan akan
sengsara
Sehingga karena
tidak pernah
menerapkan
maka
dikuatirkan
hidupnya akan
menjadi
sengsara di
kemudian hari.
Akeh kang apal
Qur’an Haditse
Seneng ngafirke
marang liyane
Kafire dhewe
dak digatekake
Yen isih kotor
ati akale
(Syi‟ir Tanpa
Waton-bait 5)
Terjemahan.
Banyak yang
hafal Al Qur‟an
dan Hadisnya
Hapal Qur’an.
Hapal Hadist.
Suka
mengkafirkan
sesama yang
lain.
Kafirnya sendiri
tidak
diperhatikan.
Sebab masih
kotor hati dan
Pikiran.
Fenomena yang
dilihat adalah
banyak yang
hafal al-qur’an
srta hafal hadist
namun
senantiasa
memgkafirkan
pada yang lain
yang itu
dianggap tidak
mengetahui
bahwa
dirinyanyalah
Hafalan al-
qur’an dan
hadist yang
dilakukan atau
dihafalkan
justru banyak
dimiliki oleh
mereka yang
suka
mengkafirkan
orang lain, tanpa
pernah mereka
mengetahui
bahwa kafirnya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
148
Senang
mengkafirkan
orang lain
Kafirnya sendiri
tidak dihiraukan
Jika masih kotor
hati dan
pikirannya
yang kafir sebab
masih kotor hati
dan oikiran
sendiri tidak
diperhatikan.
Hal ini tidak
menunjukkan
hasil yang
signifikant
antara mereka
yang hafal al-
qur’an dan hafal
hadist belum
tentu memahami
apa yang
terkandung
didalamnnya.
Sedangkan yang
meyebabkan hal
tersebut adalah
adanya
kekotoran dalam
hatinya maupun
akalnya.
Gampang
kabujuk nafsu
Terbujuk nafsu
angkara.
Seseorang yang
dengan sebab
Kekayaan diri
sendiri yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
149
angkara
Ing pepahese
gebyare donya
Iri lan meri
sugihe tangga
Mula atine
peteng lan
nistha
(Syi‟ir Tanpa
Waton-bait 6)
Terjemahan.
Mudah terbujuk
nafsu angkara
Dalam
gemerlapnya
hiasan dunia
Iri dan dengki
dengan
kekayaan
tetangga
Sehingga
hatinya gelap
dan nista
Dalam
perhiasan dunia.
Iri hati dan
benci.
Kekayaan
tetangga.
Sebab hatinya
gelap dan nista.
hatinya gelap
dan nista karena
mudah tergoda
dengan
gemerlap dunia
akan mudah
terbujuk dengan
nafsu jahat.
Khusunya
terhadap
kekayaan
tetangga.
ditunjukkan
terhadap
tetangga
terkadang bisa
memberikan
Perasan iri dan
perasaan dengki.
Padahal
kekayaan itu
hanyalah
merupkan
perhiasan dunia
saja. Sehingga
dijelaskan
bahwa yang
menyebabkan
hal itu ada
kegelapan dan
kenistaan hati.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
150
Ayo sedulur ja
nglalekake
Wajibe ngaji sak
pranatane
Nggo
ngandelake
iman tauhide
Baguse sangu
mulya matine
(Syi‟ir Tanpa
Waton-bait 7)
Terjemahan.
Ayo saudara
jangan
melupakan
Wajibnya
mengkaji
beserta
aturannya
Untuk
mempertebal
iman tauhidnya
Saudara.
Jangan
melupakan.
Wajibnya
mengaji.
Untuk
menebalkan
Iman.
Sebagai bekal
dan mulya
hatinya.
Himbauan
bahwa untuk
menebalkan
Iman perlu
untuk selalu
mengaji dan
tidak boleh
melupakan
dengan segala
aturannya.
Kenyataan yang
ditangkap di
masyarakat
islam yang
kebanyakan
melalikan ngaji
atas fenomena
yang pernah
didapatkan
memberikan
pengaruh pada
penulis Syi’iir
untuk selalu
mengingatkan
dalam mengaji.
Tidak hanya
mengkaji
dengan seluruh
komponennya
namun juga
mampu
memberikan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
151
Bagusnya bekal
mulya matinya
kebagusan serta
kebaikan dan
kemulyaan
dalam hidupnya.
Kang aran
sholeh bagus
atine
Karana mapan
sari ngelmune
Laku thariqot
lan ma’rifate
Uga haqiqat
manjing rasane
(Syi‟ir Tanpa
Waton-bait 8)
Terjemahan.
Yang disebut
sholeh adalah
yang hatinya
bagus
Karena sudah
lengkap ilmunya
Shaleh itu bagus
atine.
Tertata inti
ilmunya.
Jalan Tariqat.
Dan jalan
Ma’rifat.
Juga Hakekat.
Meresap dalam
dada.
Perjalanan
Thariqat,
hakekat dan
ma’rifat
dipandang
sebagai metode
untuk
membentuk
kesalehan hati.
Metode tarikat,
Hajejat dan
Ma’rifat sebagai
penawaran yang
dikehendaki
setelah mapan
atau tertata
dalam
memahami inti
ilmunya.
Kemudian
ketiga unsur
tersebut
diharapkan
dapat sampai
pada taraf rasa
sehingga
mampu untuk
membangun
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
152
Jalan Tarikat
dan makrifatnya
Hakikat juga
meresap pada
perasaannya
kemulyaan dan
kebaikan
perilaku, hati
serta pikiran
dari orang yang
senantiasa
mengaji ilmu
tersebut.
Lamun palastra
ing pungkasane
Ora kesasar roh
lan sukmane
Den gadhang
Allah suwarga
manggone
Utuh mayite uga
ulese
(Syi‟ir Tanpa
Waton-bait 15)
Terjemahan.
Meskipun
akhirnya
meninggal
Meskipun
akhirnya
meninggal.
Tidak tersesat.
Roh.
Sukma.
Dirindukan
Allah.
Surga
tempatnya.
Tetap utuh
mayatnya.
Roh dan
sukmanya akan
tetap dirindukan
Allah dan
ditempatkan
dalam surga
dengan harapan
Mayatnya dan
kafannya tetap
dalam keadaan
utuh. Walaupun
dalam
keadaanmening
gal
Sebuah
pandangan yang
diungkapkan
bahwa bagi
mereka yang
telah melakukan
amalan Tarekat,
Hakekat dan
Ma’rifat dengan
didasarkan atas
penerapan
konsep perilaku
yang bersumber
dari al-qur’an
maupun hadist
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
153
Ruh dan
sukmanya tidak
tersesat
Dirindukan
Allah
ditempatkan di
surga
Utuh
jenazahnya juga
kafannya
dapat tetap utuh
mayat serta kain
kafannya dan
akanmendapatka
n kedudukan
mulia di surga.
1) Pemahaman simbol (interpretasi)
Pada makna bait syi’ir tanpo waton tersebut penulis sya’ir
mencoba untuk mengungkapkan dan menawarkan dalam melakukan
perubahan dalam berperilaku hendaknya terus menerus melakukan
perbuatan mengkaji dengan memahami pula pranata atau aturan yang
terdapat didalamnya. Setelah hal tersebut maka ditambahkan dengan
metode tarekat hingga mencapai taraf ma’rifat. Yang dimaksudkan
disana adalah memahami ajaran hingga sampai ke inti ajaran sehingga
mampu menghujam dan tertanam didalam dada. Maka akan didapatkan
nantinya perilaku yang baik serta hidupnya akan menjadi mulya dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
154
semakin tebal imannya. Sehingga diharapakan akan mendapatkan
Surga yang dijanjikan Allah disertai pengharapan untuk tetap utuh
jasad serta kain kafannya.
Selain itu melakukan kritik terhadap mereka yang
walaupun hapal al-Qur’an maupun hadist namun suka mengkafirkan
padahal bisa jadi perilaku merekalah yang kafir. Perilaku ini dianggap
masih mencintai keduniaan dan segala macam perhiasannya sehingga
menambah gelapnya hati dan akal pikirannya
2) Makna Yang Membentuk simbol
Ada beberapa makna-makna yang menjadi kunci dalam
syi’ir pada bagian ini yaitu tentang hapal al-qur’an dan hadist, suka
mengkafirkan, terpengaruh oleh gemerlapan dan perhiasan dunia,
diharapkan untuk belajar mengaji dengan mendalami pada pranatanya,
arahan serta tawaran dengan metode tarikat, hakekatnya di dapatkan
sehingga dapat mencapai ma’rifat dan harapan untuk menjadi mulya
mendapatkan surga Allah serta utuh mayat dan kain kafannya.
3) Pemikiran simbol
Syi‟ir Tanpa Watonbait ke-4 di atas berisi tentang anuran dan
ajakan supaya tidak sengsara di masa depan. Jika bait tersebut
dicermati lebih dalam ada dua kelompok yang akan sengsara masa
depannya. Kelompok yang dimaksud adalah orang yang hanya
mempelajari ilmu syariat agama tanpa disertai ilmu-ilmu yang lain ,
dan kelompok yang kedua adalah orang yang hanya mempelajari ilmu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
155
syariat akan tetapi tidak mengaplikasikannya serta menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dua kelompok tersebut dikuatirkan akan
dapat nantinya menyesal karena merasakan kehidupan sengsara kelak
di kehidupan yang akan datang..
Hal yang menjadi kontroversi dan perdebatan antara golongan
takfiri dan ahlu sunnah terdapat pada bait ke 5 adalah “Seneng
ngafirke marang liyane, Kafire dhewe dak digatekake”.Terjemahannya
adalah suka mengkafirkan orang lain namun kafirnya sendiri tidak
diperhatikan. Simbol kafirdalam al-qur’an terulang sebanyak 248 kali
itu dengan berbagai macam perubahannya yang disertai dengan kata
gantinya111. Sedangkan kata kafaradalam bentuk perbuatan terdapat
dan terulang dalam al-qur’an sebanyak 19 kali.112 Istilah kafir
merupakan istilah yang cukup keras dalam al-qur’an sebab dipandang
sebagai orang yang menutupi kebenaran (al-qur’an, adanya Allah,
nabi, hari akhir dsb) dan dianggap orang atau kelompok yang
membangkang serta tidak beriman karena sulit untuk diberitahu akan
kebenaran.113 Walaupun pada awalnya istilah kafir dimaknai sebagai
cerminan dari apa yang dialamai oleh Gus Nizam ketika awal-awal
mendirikan Majlis Ta‟lim yang selalu dicap kafir dan melenceng dari
ajaran agama Islam sebelum mengetahui realita yang sesungguhnya.
Namun dalam konteks situasi saat ini istilah tersebut lebih banyak
111 Muhammad Fu’ad abdul Baqi, al-Mu’zam al-mufarras li al-fadhi al-Qur’an al-kariimi, 605-608. 112 Ibid., 605-606. 113 Al-Qur’an, 2:6.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
156
didominasi kelompok takfiriyang secara meinstream bertentangan
dengan kultur serta konsep mayoritas yang ada di Indonesia yang
berpijak pada Pancasila serta Bhinneka Tunggal Ika dalam merekat
dan merajut kebersamaan hidup dalam bermasyarakat. Seringkali kita
pula mereka lebih mudah melihat kekurangan, kelemahan orang lain
tanpa pernah melihat kekurangan dan lelemahan sendiri. Lebih mudah
memberikan identitas tertentu dan menyalahkan orang lain, menjelek-
jelekkan orang lain bahkan menganggap orang lain sesat dan kafir.
Pada bait ke-6, yaitu keadaan hati yang gelap dan nista. Supaya
dapat terhindar dari hal tersebut, maka seseorang perlu mempelajari
ilmu agama yang mencakup syariat, tauhid, dan tasawuf kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebaik-baiknya
bekal ketika ajal akan menjemput.
Frasa sak pranatane atau dalam bahasa Indonesia „seluruh
pranatanya‟, mengandung arti keseluruhan penahapan dari syariat
samai hakikat tujuannya yaitu memperkuat ketauhidan kepada Allah.
Tauhid ada empat macam, yaitu yang pertama tauhid imani atau tauhid
berbasis kepercayaan yakni membenarkan keesaan Allah atas dasr
ayat-ayat Al Qur‟an dan hadist. Kedua, tauhid ilmi atau tauhid yang
berbasis keilmuan yakni tauhid yang memanfaatkan basis esoterisme
atau yang di sebut dengan ilmu al-yaqin. Ketiga, tauhid hali atau
tauhid yang berbasis status siritual yaitu jenjang tauhid yang atribut
Dzat Yang Diesakan sudah melekat pada pelakunya. Keempat, tauhid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
157
illahi atau tauhid yang berbasis ketuhanan yaitu jenjang tauhid yang
Allas sejak zaman dahulu kala telah menauhidkan diri-Nya sendiri
dengan diri-Nya sendiri, bukan dengan penauhidan selain-Nya.
Kutipan bait ke-7 berisi sebuah ajakan untuk mengaji atau
dalam hal ini yang dimaksud adalah belajar ilmu agama. Mempelajari
ilmu agama sangat identik dengan dengan kehidupan santri di pondok
pesantren yang memang kegiatan utamanya adalah mempelajari ilmu
agama.Pondok pesantren merupakan sebuah asrama pendidikan
tradisional, yang semua siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah
bimbingan guru atau kyai. Istilah pesantren berasal dari kata santri
yang berarti murid, sedangkan istilah pondok berasal dari bahasa Arab
funduuq yang berarti penginapan, hotel, losmen.114Santritersebut
berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk
beribadah, ruang untuk belajar dan fasilitas-fasilitas yang lain untuk
kegiatan keagamaan yang lain.
Pembelajaran diberikan kepada santri lebih banyak berasal dari
kitab-kitab klasik. Kitab-kitab Islam klasik merupakan bagian integral
dari nilai dan paham persantren yang tidak dapat dipisahkan.
Penyebutan kitab-kitab Islam klasik di dunia pesantren lebih populer
dengan sebutan “kitab kuning”, asal-usul istilah ini belum diketahui
secara pasti. Penyebutan istilah tersebut guna membatasi dengan tahun
karangan atau disebabkan warna kertas dari ktab tersebut berwarna
114 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, 1408.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
158
kuning, akan tetapi argumen tersebut dirasa kurang tepat karena saat
ini kitab-kitab Islam klasik sudah banyak yang dicetak dengan kertas
putih.
Ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab kuning merupakan
pedoman hidup yang sah dan relevan. Sah artinya ajaran tersebut
diyakini bersumber pada kitab Allah Al Qur‟an dan sunnah Rasullah
Hadist. Relevan artinya ajaran-ajaran tersebut sesuai dengan keadaan
masa kini maupun masa yang akan datang. Pengajaran kitab-kitab
Islam klasik merupakan hal utama di pesantren guna mencetak
alumnus yang menguasai tentang Islam bahkan diharapkan di
antaranya menjadi kyai.
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik oleh pengasuh pondok atau
ustadz biasanya dengan sistem sorogan, wetonan, dan bandongan.
Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa yang artinya sodoran atau yang
disodorkan, yaitu sistem belajar secara individu. Pada sistem ini
seorang santri berhadapan dengan seorang guru,terjadi interaksi saling
mengenal di antara keduanya. Sistem sorogan ini menggambarkan
bahwa kyai dalam memberikan pengajarannya senantiasa berorientasi
pada tujuan, selalu berusaha agar santri yang bersanggkutan dapat
membaca, mengerti dan mendalami isi kitab. Sistem ini memberi
kesempatan keada seorang kyai utnuk mengevaluasi kemampuan
santrunya secara langsung dan hubungan antara keduanya lebih dekat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
159
Sistem yang kedua yaitu wetonan. Wetonan berasal dari bahasa
Jawa yang artinya berkala dan berwaktu. Sistem pengajaran wetonan
berarti sitem pengajaran yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu
secara rutin. Misalnya dilaksanakan pada setiap hari Jumat, setelah
salat dan lain sebagainya. Seorang kyai membaca kitab pada waktu
tertentu dan santri membawa kitab yang sama mendengar dan
menyimak bacaan kyai tersebut.
Sistem bandongan atau disebut juga dengan halaqoh yaitu
sistem pengajaran secara berkelompok dengan satu guru. Kitab yang
dibacakan kyai dan yang dibawa oleh santri adalah sama, kemudian
santri mendengarkan dan menyimak bacaan dari kyai tersebut. Sistem
bandongan ini selanjutnya berkembang, guna mempermudah proses
pembelajaran dterapkan sistem madrasah dan klasikal yang merupakan
perkembangan dan pembaharuan dari ketiga metode tersebut di atas.
Perkembangan ini dapat dijumpai hampir diseluruh pesantren saat ini.
Ajaran yang dikembangkan oleh Gus Nizam adalah ajaran
Tarekat. Setelah dari Mesir beliau mengembangkan ajaran tarekat di
Tegal Tanggol Wonoayu pada tahun 2002, dan ketika itu langsung
membuka kajian Al Hikamdan Jami‟ul Usul fi Auliya‟. Pertama kali
membuka kajian tarekat, banyak respon negatif yang didapat. Semua
Ustad dan Kyai setempat menentang keras. Bahkan sempat dianggap
ajaran sesat karena ketika awal mula kajian ini dibuka hampir semua
peserta pengajian adalah para preman dan anak nakal yang berlatar
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
160
belakang jalanan. Penampilan mereka juga ala kadarnya dan terlihat
amburadul. Mereka bukan santri, ibadah mereka juga tidak pasti betul
bahkan kadang-kadang juga mabuk-mabukan. Kemungkinan itulah
yang menjadi alasan para ustadz dan Kyai setempat mengatakan bahwa
kajian Gus Nizam sesat.
Di samping itu, Gus Nizam sering menerima orang gila atau
kesurupan yang dibawa oleh keluarganya meminta tolong untuk
diobati. Selama tiga sampai empat tahun banyak sekali orang-orang
seperti itu datang, dan yang menjadi sorotan masyarakat salah satunya
adalah ketika orang gila sudah keluar dari padepokan Gus Nizam
kemudian membaur di lingkungan masyarakat selalu saja masyarakat
menganggap orang itu gila karena mengikuti kajian yang didirikan
oleh Gus Nizam, padahal yang sesungguhnya memang sudah gila dari
awal, justru di padepokan Gus Nizam mencoba untuk
menyembuhkannya.
Syi‟ir Tanpa Watonbait ke-8. Bait tersebut menjelaskan
bagaimana pengertian sholeh. Sholeh yang dimaksud bukan berarti
kebaikan penampilan seseorang, perilaku seseorang taupun rupa
seseorang. Yang disebut sholeh adalah kebaikan yang tumbuh didalam
hati seseorang, ilmu yang bermanfaat dalam perjalan tariqot, makrifat
dan haqiqat yang telah merasuk kedalam hati dan perasaannya.
Perjalanan spiritual yang bermula dari makrifat berarti
berpengetahuan meluas dalam memahamitatanan perilaku Islamiyang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
161
diterapkan.115. Keluasan makrifat seseorang akan mendapat haqiqat
ilahiyah yang melahirkan gerakan tarekat dan berujung pada inti Islam
yaitu Syari‟at.Makrifat merupakan bertemu dan mencairnya
kebenaran yang hakiki.116
Bait ke-15 Syi‟ir Tanpa Waton, yang berisi janji Allah ketika
seorang menjalankan semua ajaran-ajaran agama. Orang yang
derajatnya sudah diangkat oleh Allah, kelak ketika sudah datang hari
kematiannya, rohnya tidak akan tersesat dan akan ditempatkan di
sebaik-baiknya tempat yaitu surga. Istilah Ruh dalam al-Qur’an
terulang sebanyak 17 kali.117Meskipun untuk urusan mengenai
Ruhtetap dalam sebuah kerahasian tersendiri bagi Allah.
Dari beberapa analisa yang terangkai diatas dalam susunan bait
syi’ir Tanpo Waton dari bait - 4, 5, 6, 7, 8 dan 15. Terlihat suatu
uangkapan gagasan dan tawaran dalam sistem model pembelajaran,
pendidikan serta dakwah bagi masyarakat Islam dalam tradisi yang
telah mapan. Serta sebuah tawaran untuk membentuk dan membangun
masyarakat yang memeiliki kepribadian serta perilaku mencerminkan
atas konsep Tasawuf yaitu makna melakukan pembersihan pribadi
terlebih dahulu sambil mengajak pada masyarakat lain.
C. Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi untuk Penelitian Selanjutnya
Penelitian yang kami lakukan ini hanya sekedar untuk membuka konsep syi’ir
Tanpo waton dari sisi dua pendekatan teori yaitu teori content oleh Ferdinand de 115 Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu tarekat uraian tentang mistik, 405. 116 Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu tarekat uraian tentang mistik, 407. 117 Muhammad Fu’ad abdul Baqi, al-Mu’jam al-mufarras li al-fadhi al-Qur’an al-kariimi, 326.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
162
sauussure dan teori discourse oleh Paul Ricour yang hanya mencoba untuk
memahami tanda, simbol serta interprteasi pada Syi’ir tersebut sehingga belum
menyentuh pada tataran uji teori dalam masyarakat sehingga didapatkan model
dakwah lain yang dapat dikembangkan dengan merangkum gagasan, konsep dan
teknis yang bisa dikembangkan. Disebakan terbatasnya waktu yang kami miliki.
Harapannya penelitian ini dapat dijadikan penelitian lapangan dengan
membandingkan berbagai mcam ragam model dakwah di Indonesia yang sesuai
dengan kultur Indonesia itu sendiri sehingga mampu untuk mencegah serta
mengahadapi serbuan-serbuan metode dakwah yang tidak rasional yang sukanya
mengkafirkan atau menyalahkan pada konsep dakwah yang dianggap tidak sesuai
oleh kelompok tersebut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id