42
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM MORAL ISLAM A. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru PAI lebih terkonsentrasi persoalan teoritis keilmuan yang bersifat kognitif semata Pada tahap studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di beberapa sekolah di kecamatan Wonocolo Surabaya yang menjadi sampel penelitian ditemukan pokok permasalahan yang menjadi sumber utama problematika pendidikan agama Islam di sekolah selama ini. Dimana pembelajaran PAI hanya difokuskan untuk pencapaian aspek kognitif atau nilai dalam bentuk angka dan cenderung mengabaikan bagaimana peserta didik mencapai aspek afektif (sikap) sehingga belajar PAI sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini mengakibatkan pelajaran PAI menjadi pelajaran teoritis bukan pengamalan atau penghayatan terhadap nilai agama itu sendiri. Menurut Adetayo, guru harus memperhatikan domain afektif peserta didik karena hal ini akan memungkinkan peserta didik tidak hanya memperoleh kompetensi akademis tetapi juga memperoleh keterampilan, sikap, nilai-nilai, praktis dan keterampilan psikososial yang akan memungkinkan mereka memperoleh manfaat dari pembelajaran. 1 Sementara itu, Allen dan Friedman, menjelaskan bahwa guru perlu mengajar domain afektif selain domain kognitif, 1 Janet Oyebola Adetayo, “Assessing the Affective Behaviours in Learners”, Journal of Education and Practice, Vol. 5, No. 16 (Juli, 2014), 8.

BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V

EVALUASI CAPAIAN

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM MORAL ISLAM

A. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan

Wonocolo Surabaya

1. Guru PAI lebih terkonsentrasi persoalan teoritis keilmuan yang bersifat kognitif

semata

Pada tahap studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di beberapa

sekolah di kecamatan Wonocolo Surabaya yang menjadi sampel penelitian

ditemukan pokok permasalahan yang menjadi sumber utama problematika

pendidikan agama Islam di sekolah selama ini. Dimana pembelajaran PAI hanya

difokuskan untuk pencapaian aspek kognitif atau nilai dalam bentuk angka dan

cenderung mengabaikan bagaimana peserta didik mencapai aspek afektif (sikap)

sehingga belajar PAI sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini mengakibatkan

pelajaran PAI menjadi pelajaran teoritis bukan pengamalan atau penghayatan

terhadap nilai agama itu sendiri.

Menurut Adetayo, guru harus memperhatikan domain afektif peserta

didik karena hal ini akan memungkinkan peserta didik tidak hanya memperoleh

kompetensi akademis tetapi juga memperoleh keterampilan, sikap, nilai-nilai,

praktis dan keterampilan psikososial yang akan memungkinkan mereka

memperoleh manfaat dari pembelajaran.1 Sementara itu, Allen dan Friedman,

menjelaskan bahwa guru perlu mengajar domain afektif selain domain kognitif,

1Janet Oyebola Adetayo, “Assessing the Affective Behaviours in Learners”, Journal of Education and

Practice, Vol. 5, No. 16 (Juli, 2014), 8.

Page 2: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

135

tujuannya ialah untuk membantu siswa dalam mengembangkan nilai-nilai, etika,

dan estetika dalam dirinya.2

Terkait pernyataan tentang pengajaran aspek afektif yang diperoleh dari

para informan di lapangan, Enik Rusmiyati menyatakan ia jarang melakukan

tanya jawab tentang materi PAI kaitannya dengan konteks sosial peserta didik

karena pada kegiatan apersepsi ia selalu membuka pelajaran dengan menguji

kemampuan siswa mengingat kembali materi pembelajaran yang telah ia

sampaikan pada pertemuan sebelumnya (pengujian hanya sebatas aspek

kognitif/pengetahuan siswa).3 Sedangkan Imron Ghozali, menyatakan jarang

melakukan pengenalan konteks materi PAI kaitannya dengan pengalaman nyata

yang dialami siswa.4

Padahal menurut Ahmad Bahruddin, penting bagi seorang guru untuk

mendorong siswa supaya terlibat dalam menghubungkan konsep yang dipelajari

dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.5 Hal senada diungkapkan Imam

Setyawan, bahwa guru harus mampu menciptakan konsep belajar yang

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dalam penerapan sehari-hari.6

2Karen Neuman Allen and Bruce D. Friedman, “Affective learning: A taxonomy for teaching social work

values”, Journal of Social Work Values and Ethics, Vol. 7, No. 2 (Maret, 2010), 15. 3Enik Rusmiyati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Jemur Wonosari I/417 Surabaya, Wawancara,

Surabaya, 1 Desember 2015. 4Imron Ghozali, Guru Pendidikan Agama Islam SD Al-Azhar Syifa Budi Surabaya, Wawancara, Surabaya,

6 April 2016. 5Ahmad Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah, (Yogyakarta: LKiS, 2007), 7. 6Imam Setyawan, “Peran Keterampilan Belajar Kontekstual dan Kemampuan Empati Terhadap Adversity

Intelligence Pada Mahasiswa”, Jurnal Psikologi Undip, Vol. 9, No. 1 (April, 2011), 42.

Page 3: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

136

Untuk menjawab problem pembelajaran PAI yang dihadapi informan

guru di sekolah yang menjadi sampel penelitian, maka peneliti dalam

pengembangan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam ini melakukan desain

dan pengembangan sintaks pembelajaran yang semula terfokus pada aspek

kognitif saja kepada tahap awal kegiatan pembelajaran dengan mengupayakan

pengenalan konteks. Pada tahap pengenalan konteks ini guru menggiring siswa

dengan melaksanakan lima hal, yaitu: pertama guru membuka pelajaran dengan

salam dan do’a, kedua guru melakukan tanya jawab tentang pengalaman nyata

yang dirasakan siswa, ketiga guru mengaitkan pengalaman siswa dengan materi

pembelajaran, keempat guru menciptakan kondisi kelas yang

menyenangkan/santai dan diliputi nuansa demokratis agar terjadi proses

pembelajaran yang bermakna, dan kelima guru memberikan kebebasan kepada

siswa untuk menyampaikan gagasan dalam berpendapat dan mengkonstruksi

pengetahuan secara mandiri serta melibatkan siswa lainnya dalam menjawab

pertanyaan dari kawannya.

Sedangkan Moh. Ridwan, terkait aspek afektif menyatakan jarang

mengupayakan pembelajaran PAI sebagai proses obyektivasi, internalisasi dan

eksternalisasi nilai afektif.7 Lepper, menyatakan bahwa obyektivasi, internalisasi

dan eksternalisasi berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai moral terhadap diri

peserta didik, sehingga ia mampu berinteraksi dengan berbagai konteks sosial dan

bertahan terhadap segala tekanan atau konflik yang terjadi dalam lingkungan

7Moh. Ridwan, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Jemur Wonosari III/526, Wawancara, Surabaya, 7

April 2016.

Page 4: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

137

sosial.8 Sementara itu, Kelman, menjelaskan bahwa obyektivasi, internalisasi dan

eksternalisasi mengacu pada proses menerima nilai-nilai dalam konteks sosial

budaya.9 Vygostky dalam Sri Wulandari, mengemukakan bahwa sikap

dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya dimana hal itu terjadi dalam dua tahap

yaitu pada tahap sosial atau antara pribadi dan tahap individual atau saat

internalisasi dalam diri.10

Maka dalam desain dan pengembangan sintaks Model Pembelajaran

Quantum Moral Islam, tahap kegiatan inti pembelajaran dimaksudkan untuk guru

dapat menggiring siswa pada kegiatan obyektivasi, internalisasi melalui kegiatan

saintifik, dan eksternalisasi. Pada tahap kedua guru menciptakan aktivitas belajar

siswa berupa: melihat, membaca, mendengar, atau memperhatikan tayangan.

Kegiatan pembelajaran pada tahap ini dilakukan dengan pendekatan saintifik

dengan upaya mengasah dhawq, s}hadr, fu’a>d dan lubb melalui aktivitas kalbu

siswa.

2. Dalam melaksanakan penilaian, guru PAI hanya fokus mengukur aspek kognitif

siswa saja

Hasil wawancara menunjukkan bahwa kecenderungan guru PAI dalam

penilaian terfokus hanya pada aspek koginif saja dan cenderung mengabaikan

penilaian autentik karena penilaian autentik dirasakan sangat susah untuk

diterapkan. Hambatan dalam penerapan penilain autentik ini disampaikan oleh

8M. R. Lepper, Social-control processes and the internalization of social values, (New York: Cambridge

University Press, 1983), 294. 9H. C. Kelman, “Compliance, identification, and internalization: Three processes of attitude change”,

Journal of Conflict Resolution, Vol. 2, No. 1 (Maret, 1958), 51. 10Sri Wulandari, “Teori Belajar Konstruktivis Piaget dan Vygotsky”, Indonesian Digital Journal of

Mathematics and Education, Vol. 2, No. 3 (2015), 196.

Page 5: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

138

Suqanan Ash. Shiddiq Guru Pendidikan Agama Islam di SD Kyai Ibrahim

Surabaya bahwa terlalu banyak rubrik penilaian dan tidak ada pendampingan baik

dari pengawas umum maupun pengawas agama.11 Di samping itu banyaknya

format penilaian yang disusun oleh guru, sebagian guru belum bisa merumuskan

ukuran untuk penilaian sikap itu seperti apa dan bagaimana deskripsi dari nilai itu

sendiri seperti yang disampaikan oleh Fatimatul Ulfah Guru Pendidikan Agama

Islam di SD Adinda Surabaya, beliau mengungkapkan bahwa yang menjadi

problem implementasi kurikulum 2013 adalah masih terkendala pada penilaian

aspek sikap.12

Padahal penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki

peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang

sesungguhnya.13 Menurut Munir Chatib, penilaian autentik perlu dilakukan

terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan

pembelajaran.14

Untuk memberikan solusi terhadap kesulitan dan hambatan yang

dihadapi para informan di lapangan terkait penilaian aspek sikap (penilaian

autentik) dibuatlah intrumen evaluasi kuantum moral siswa. Dimana intrumen

tersebut merupakan artikulasi dari komponen perilaku yang baik: a. Moral

11Sukanan Ash. Shiddiq, S.Ag, Guru Pendidikan Agama Islam SD Kyai Ibrahim Surabaya, Wawancara,

Surabaya, 15 Maret 2016. 12Fatimatul Ulfah, Guru Pendidikan Agama Islam SD Adinda Surabaya, Wawancara, Surabaya, 12 April

2016. 13Lampiran Permendikbud No. 104 Pasal 1 Butir 2 Tahun 2014. 14Munir Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligence di Indonesia, (Bandung:

Kaifa, 2009), 77.

Page 6: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

139

knowing (pengetahuan tentang moral) mengetahui dan menerapkan berbagai nilai

moral: kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu

batas, kemurnian, dan kesesuaian, b. moral feeling (perasaan tentang moral): setia,

dapat dipercaya, hormat, c. moral action (perbuatan/tindakan moral): cinta, kasih

sayang, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil dan murah hati.15

3. Guru PAI masih terjebak dalam dualisme penggunaan KTSP dan Kurikulum 2013

Dualisme kurikulum yang diterapkan oleh guru PAI yang berada di

bawah naungan dispendik dan kemenag terjadi di beberapa sekolah dasar di

kecamatan Wonocolo Surabaya yang menjadi sampel penelitian pengembangan

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam. Hal ini terjadi menurut Nur Aini

dalam rangka menyikapi Peraturan Mendikbud Nomor 160 Tahun 2014 yang

menyatakan pemberlakuan Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan yang telah

melaksanakannya selama tiga semester. Sementara satuan pendidikan lain yang

baru menerapkannya satu semester atau sejak semester pertama 2014/2015

kembali ke Kurikulum KTSP mulai semester kedua 2014/2015.16

Menurut Bayyinah, dampak yang dirasakan guru PAI Sekolah Dasar di

kecamatan Wonocolo Surabaya dalam hal dualisme penerapan KTSP dengan

kurikulum 2013 adalah sering terjadi kesalahpahaman dalam menyusun silabus,

sehingga dalam penyusunan silabus tersebut hanya asal jadi dan sebatas formalitas

saja walaupun penyusunan silabus yang dibuat itu tidak ideal dan tidak sesuai

15Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2008), 7. 16Nur Aini, Kepala Sekolah SD Adinda Surabaya, Wawancara, Surabaya, 12 April 2016.

Page 7: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

140

dengan prosedur yang telah ditawarkan oleh unit lembaga terkait yang ada di

dispendik dan kemenag.17

Dari kegiatan observasi ditemukan persoalan yang berkaitan dengan

dualisme penerapan KTSP dengan kurikulum 2013 untuk mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam yakni rendahnya kemampuan guru dalam menyusun

program pembelajaran, hal ini seperti yang disampaikan oleh Harmiyati guru

Pendidikan Agama Islam SDN Margorejo I/403 beliau mengatakan bahwa

perangkat yang sudah disusun baru RPP itupun baru tahap percobaan.18

Hal ini diperkuat dengan hasil pengamatan peneliti dimana dari seluruh

guru Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah yang menerapkan KTSP dan

kurikulum 2013 belum ada yang memiliki perangkat pembelajaran secara lengkap

dan dari hasil dokumentasi yang peneliti lakukan didapatkan hanya RPP yang

dimiliki oleh guru. Keadaan ini selain berdampak terhadap guru dan sekolah, juga

berdampak terhadap peneliti ketika menentukan langkah desain Model

Pembelajaran pembelajaran Quantum Moral Islam pada Mata Pelajaran PAI

Sekolah Dasar di kecamatan Wonocolo Surabaya.

Maka dalam mendesain dan mengembangkan Model Pembelajaran

Quantum Moral Islam, peneliti menawarkan perangkat pembelajaran kepada para

informan untuk menggunakan RPP, Buku pedoman PAI untuk guru, Buku PAI

siswa yang sudah dikembangkan berlandaskan kurikulum 2013, kenapa

kurikulum 2013? Karena fokus penelitian pada penanaman moral, maka

17Bayyinah, Guru Pendidikan Agama Islam SD Taquma Surabaya, Wawancara, Surabaya, 8 April 2016. 18Harmiyati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Margorejo I/403 Surabaya, Wawancara, Surabaya, 25

Nopember 2016.

Page 8: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

141

kurikulum 2013 yang mencakup semua aspek seperti pengetahuan, sikap dan

keterampilan jika dibandingkan KTSP yang hanya terfokus pada aspek

pengetahuan saja.

B. Pengembangan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam Pada Mata

Pelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya

1. Pengertian Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam adalah sebuah strategi

pembelajaran untuk melejitkan proses internalisasi nilai-nilai moral peserta

didik melalui aktivitas belajar dengan cara mengaitkan materi pembelajaran

dengan pengalaman nyata yang dialami siswa, sehingga siswa senantiasa

menerapkan tiga komponen karakter yang baik, yaitu: moral knowing

(pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral

action (perbuatan/tindakan moral), yang diperlukan agar mampu memahami,

merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai kebaikan.

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam ini bertujuan untuk

mengasah fungsi emosi dari potensi kalbu (dhawq, s}hadr, fu’a>d dan lubb) melalui

aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik, yang dimana

dari aktivitas belajar tersebut diharapkan mampu melejitkan proses internalisasi

nilai-nilai moral sehingga siswa mampu mentransformasinya dalam bentuk

tindakan, baik itu tindakan yang berdasarkan masalah maupun tindakan

berdasarkan emosi .

Page 9: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

142

2. Konsep Dasar Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang dikembangkan melalui

penelitian dan pengembangan ini didasarkan kepada kerangka normatif al-Qur’an

dan kerangka teoretik. Kerangka normatif al-Qur’an karena Model Pembelajaran

Quantum Moral Islam ini merupakan artikulasi dari:

a. Potensi kecerdasan emosi yang terdapat dalam al-Qur’an surat A<li ‘Imra>n ayat

159.

لك وا منم حوم ا غليظ المقلمب لنفض ولوم كنت فظ لت لهمم ن الله ة م فبما رحمفرم لهمم و تغم ف عنمهمم واسم فاعم انه الله م لع الله ت فتوكه ر فاذا عزمم مم

شاورمهمم ف المي ممتوك ١٥٩يب ال

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap

mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka,

mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka

dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka

bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang

yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. A<li ‘Imra>n: 159).19

Artikulasi dari ayat 159 surat A<li ‘Imra>n mengerucut kepada potensi

kalbu yang sering dihubungkan dengan amarah atau emosi, cinta, dan

pengetahuan.20 Potensi kalbu memiliki peran paling penting dalam mengatur

kehidupan manusia, dan sangat erat kaitannya dengan dimensi emosi. Hati

mengatur dan mengendalikan potensi akal pikiran dan panca indra.21

19Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-suyutti, Tafsir Jalalain Berikut Asbab An-nujulnya,

Jilid 1 (Bandung: Sinar Baru, 1990), 44. 20Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence) Membentuk Kepribadian Yang

Bertanggung Jawab Profesional dan Berakhlak. (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 93. 21Eko Jalu Santoso, Heart Rovolution: Revolusi Hati Nurani, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007),

37.

Page 10: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

143

b. Potensi kecerdasan jasmani: pendengaran dan penglihatan (pendekatan

saintifik) & potensi hati (fu’a>d): hati (akal dan pikiran) yang terdapat dalam

al-Qur’an surat An-Nah}l ayat 78.

ع مم لمون شيئال وهجعل لكم السه هتكمم ل تعم ن بطون امه رجكم م اخم واللهكرون ٧٨ بمصر والفئدة لعلهكمم تشم والم

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan

hati nurani, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nah}l: 78).22

Artikulasi dari surat An-Nah}l ayat 78 bahwa manusia memiliki

beragam potensi di antaranya: pertama potensi jasmani (potensi fisik dan

potensi sosial), kedua potensi hati (potensi akal pikiran dan potensi emosi).23

Potensi jasmani yang terdiri dari potensi fisik dan potensi sosial

membuat manusia memiliki kapasitas menyesuaikan diri dan mempengaruhi

orang lain. Kemampuan menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain

didasari kemampuan belajarnya, baik dalam tataran pengetahuan maupun

keterampilan.24 Sedangkan potensi hati atau fu’a>d memberikan ruang untuk

akal, berpikir, bertafakur, memilih dan mengolah seluruh data yang masuk

dalam kalbu manusia, Sehingga, lahirlah ilmu pengetahuan yang bermuatan

moral.25

Potensi hati atau fu’a>d menangkap fenomena alam luar dan alam ini,

fu’a>d melihat berbagai alamat (tanda) yang kemudian menjadi ilmu untuk

22Jalaluddin As-suyutti, Tafsir Jalalain, 167. 23Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 89. 24Ibid., 89. 25Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 97.

Page 11: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

144

mewujudkannya dalam bentuk amal. Pengawal fu’a>d adalah akal, pikir,

pendengaran, dan penglihatan (pendekatan saintifik), yang secara nyata

diuraikan secara sistematis di dalam al-Qur’an. Fungsi akal di dalam al-

Qur’an kata aql ditampilkan dalam bentuk kerja membantu fu’a>d untuk

menangkap seluruh fenomena yang bersifat lahir, wujud, dan nyata dengan

mendayagunakan fungsi indra penglihatan. Sedangkan, yang bersifat

perenungan, pemahaman mendalam terhadap hakikat yang bersifat gaib,

tidak nyata, dan tidak tampak dalam penglihatan diserahkan kepada potensi

pikir dengan mendayagunakan fungsi pendengaran.26

بمصر ع والم مم ي انشالكم السه كرون والفئدة وهو ٱله ا تشم ٧٨ لي ا مه“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran,

penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur” (QS. Al-Mu’minu>n:

78).27

Di dalam fu’a>d ada potensi melihat, menganalisis, merenung,

merangkum.28 Jadi, potensi hati atau fu’a>d mengerucut kepada pendekatan

saintifik dalam pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, maka proses

pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan harus dipandu dengan kaidah-

kaidah pendekatan saintifik. Karena pendekatan ini bercirikan penonjolan

dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan dan penjelasan

tentang suatu kebenaran.

26Ibid., 97. 27Jalaluddin As-suyutti, Tafsir Jalalain, 217. 28Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 99.

Page 12: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

145

Kerangka teoretik Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang

terdiri dari:

a. Pembelajaran kuantum untuk melejitkan pembelajaran peserta didik dari

Bobbi De Porter dan Mike Hernacki.29

b. Potensi kecerdasan emosi (qalb, dhawq, s}hadr, fu’a>d dan lubb) dalam

pembentukan moral dari Muhammad ‘Ali> Al-Haki>m at-Tirmidzi>.30

c. Potensi kecerdasan jasmani: melihat, menganalisis, merenung, merangkum

yang mengerucut pada pendekatan saintifik.31

d. Prinsip obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi dalam memperoleh

pengetahuan tentang nilai moral dan cara penerapannya dari Lev Vygotsky.32

e. Komponen karakter yang baik: moral knowing, moral feeling, dan moral

action dari Thomas Lickona.33

f. Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar

dan pendidikan menengah.

29Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan, terj. Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Kaifa, 2011), 16. 30Muhammad ‘Ali> Al-Haki>m at-Tirmidzi>, Biarkan Hatimu Bicara! Mencerdaskan Dada, Hati, Fu’a>d, dan

Lubb, Terj. Fauzi Faisal Bahreisy (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), 7. 31Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 99. 32Pemerolehan pengetahuan tentang nilai moral yang didapat siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang,

dan kemudian pada lingkup individu sebagai proses obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi dalam: L.

Taylor, “Vygotskian Influence in Mathematics Education,with Particular Reference to Attitude

Development”, Focus on Learning Problems in Mathematics, Vol. 15, No. 2 & 3 (Spring & Summer

Edition, 1992), 4. 33Thomas Lickona, Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility,

(New York: Bantam Books, 1991), 51.

Page 13: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

146

3. Sintak Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Tabel 5.1

Sintaks Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Tahap Prosedur

Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Kegiatan

Awal:

Pengenalan

Konteks

Kegiatan

pembuka:

Salam dan do’a

Tanya jawab

tentang

pengalaman

nyata

Mengkaitkan

pengalaman

siswa dengan

materi

pembelajaran

Menciptakan

kondisi kelas

yang

menyenangkan/

santai dan

diliputi nuansa

demokratis

Guru membuka

kegiatan

pembelajaran

dengan salam

dan do’a

Guru

mengajukan

pertanyaan

tentang

pengalaman dan

kehidupan nyata

yang dialami

siswa, missal: a)

perasaan siswa

ketika melihat

pengemis di

jalan pada saat

berangkat ke

sekolah, apakah

ada reaksi emosi

yang timbul,

seperti rasa

empati untuk

memberikan

sumbangan atau

tidak?, b)

perasaan siswa

ketika di rumah,

neneknya

meninggal dunia

sebelum

berangkat ke

sekolah dan

bagaimana

respon

temannya ketika

mendengar

kabar itu,

apakah ada

Siswa

menyampaikan

sharing

pengalaman

nyata kepada

guru tentang apa

yang dirasakan

dan dialami

Siswa

termotivasi,

merasa

bergairah dan

siap untuk

menerima

pembelajaran

Siswa bebas

menyampaikan

gagasan-

gagasan dalam

berpendapat

secara mandiri

Siswa

mengelola hasil

membaca

dengan daya

akal (persepsi).

Misal: siswa

membaca topik

tentang alam

semesta ciptaan

Allah SWT,

mengidentifikas

i dan bertanya

(questioning)

apa fungsi Allah

SWT

menciptakan

bumi?, siswa

akan mendapati

Page 14: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

147

reaksi emosi

berempati untuk

menyampaikan

rasa bela

sungkawa?

Guru

mengaitkan

materi

pembelajaran

yang sudah

ataupun yang

akan dikaji

dengan

pengalaman dan

kehidupan nyata

yang dialami

siswa

Guru

memberikan

kebebasan

kepada siswa

untuk

menyampaikan

gagasan dalam

berpendapat dan

mengkonstruksi

pengetahuan

secara mandiri

Guru

melibatkan

siswa lainnya

dalam

menjawab

pertanyaan dari

kawannya

jawaban untuk

ditempati

manusia,

feedback dari

proses emosi

dhawq siswa

terhadap

persepsi akal

yakni sikap

pandai

bersyukur atas

karunia ciptaan

Allah SWT

Siswa

merasakan

pembelajaran

yang bermakna

2. Kegiatan inti:

obyektivasi,

internalisasi,

dan

eksternalisasi

Kegiatan

pembelajaran

pada tahap ini

dilakukan

dengan

pendekatan

saintifik dengan

upaya mengasah

dhawq, s}hadr,

fu’a>d dan lubb

Guru

menciptakan

aktivitas siswa

berupa: melihat,

membaca,

mendengar, atau

memperhatikan

tayangan

Siswa

menangkap

makna melalui

proses

pengamatan/obs

erving

(sensasi/obyekti

vasi) dari

aktivitas

melihat. Misal:

siswa melihat

Page 15: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

148

melalui aktivitas

qalb siswa

gambar/poster

neraka akan

membuatnya

berekspresi

disertai gerak

sensorik seperti:

merasa takut,

khawatir dan

cemas (fungsi

emosi melalui

kerja dhawq)

Siswa menerima

informasi

(informing)

melalui kerja

s}hadr yang

terwujud dalam

aktivitas

mendengar

maka di sinilah

terjadi proses

internalisasi.

Misal: siswa

mendengar

bacaan ayat al-

Qur’an, maka

proses emosi

yang terjadi

dalam kerja

s}hadr siswa

akan merasakan

sensasi/ekspresi

kualitas tenang

dan damai

Siswa

menganalisis

(associating)

hubungan antara

apa yang ada

dalam tayangan

yang diputar

oleh guru terkait

bahan ajar

dengan

kehidupan

sehari-harinya.

Page 16: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

149

Misal: siswa

menyaksikan

tayangan film

tentang kisah

keteladanan

Nabi

Muhammad

SAW, maka

proses emosi

dalam kerja

fu’a>d dan lubb

(internalisasi),

siswa

mengapresiasi

hikmah dalam

wujud perilaku

yang baik

Siswa

mengkomunikas

ikan

(communicating

) pesan/isyarat

keadaan dirinya

(emosi) setelah

melakukan

aktivitas

pembelajaran:

melihat,

membaca,

mendengarkan

dan

memperhatikan

tayangan

melalui

komunikasi

interpersonal

(proses

eksternalisasi)

3. Kegiatan

penutup

Kegiatan

Penutup

Guru

menginspirasi

siswa untuk

senantiasa

menerapkan tiga

komponen

karakter yang

baik, yaitu:

Siswa tidak

diliputi rasa

takut dalam

menyampaikan

pertanyaan

Siswa bersama

guru

menyepakati

Page 17: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

150

moral knowing

(pengetahuan

tentang moral),

moral feeling

(perasaan

tentang moral),

dan moral

action

(perbuatan/tinda

kan moral),

yang diperlukan

agar mampu

memahami,

merasakan, dan

mengerjakan

nilai-nilai

kebaikan

Guru melakukan

kegiatan tindak

lanjut dalam

bentuk

pemberian tugas

Guru

menginformasik

an rencana

kegiatan

pembelajaran

untuk

pertemuan

berikutnya

tugas yang akan

dikerjakan

Siswa bersama

guru

menyepakati

rencana

kegiatan

pembelajaran

untuk

pertemuan

berikutnya

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang terdiri dari tiga tahap

yaitu: pertama tahap kegiatan awal (pengenalan konteks), kedua tahap kegiatan

inti (obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi), dan ketiga tahap kegiatan

penutup.

Tahap pertama adalah tahap kegiatan awal (pengenalan konteks). Pada

tahap ini guru menggiring siswa pada kegiatan pengenalan konteks dengan

melaksanakan lima hal, yaitu: pertama guru membuka pelajaran dengan salam dan

do’a, kedua guru melakukan tanya jawab tentang pengalaman nyata yang

Page 18: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

151

dirasakan siswa, ketiga guru mengkaitkan pengalaman siswa dengan materi

pembelajaran, keempat guru menciptakan kondisi kelas yang

menyenangkan/santai dan diliputi nuansa demokratis agar terjadi proses

pembelajaran yang bermakna, dan kelima guru memberikan kebebasan kepada

siswa untuk menyampaikan gagasan dalam berpendapat dan mengkonstruksi

pengetahuan secara mandiri serta melibatkan siswa lainnya dalam menjawab

pertanyaan dari kawannya.

Tahap kedua, adalah tahap kegiatan inti dengan guru menggiring siswa

pada kegiatan obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi. Dalam tahap kedua ini

guru menciptakan aktivitas belajar siswa berupa: melihat, membaca, mendengar,

atau memperhatikan tayangan. Kegiatan pembelajaran pada tahap ini dilakukan

dengan pendekatan saintifik dengan upaya mengasah dhawq, s}hadr, fu’a>d dan

lubb melalui aktivitas belajar siswa.

Tahap ketiga adalah tahap akhir, pada tahap ketiga ini guru menginspirasi

siswa untuk senantiasa menerapkan tiga komponen karakter yang baik, yaitu:

moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang

moral), dan moral action (perbuatan/tindakan moral), yang diperlukan agar

mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai kebaikan. Serta guru

melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas dan

menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

4. Sistem Sosial Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Adapun sistem sosial Model Pembelajaran Quantum Moral Islam, yaitu

sebagai berikut:

Page 19: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

152

a. Ruang kelas sebagai miniatur masyarakat

Menurut Damsar, ruang kelas bukan sekedar ruang fisik semata,

namun ia melampaui ini, yaitu mencakup juga ruang sosial dan budaya. Dalam

ruang kelas terdapat dinamika yang terjadi di dalamnya yang merupakan

gabungan dari individu-individu yang membentuk suatu kelompok sosial

yang teratur dan memiliki fungsi serta peran yang kompleks dalam

pendidikan.34

Ruang kelas merupakan miniatur dari kelompok yang lebih besar,

yaitu masyarakat. Sebab hubungan guru-siswa merupakan suatu interaksi

sosial, dimana dalam konsep persahabatan, hubungan guru-siswa

mengandung suatu tindakan timbal balik antara dua orang atau lebih melalui

suatu kontak dan komunikasi.35

b. Pendekatan interaksi

1) Guru sebagai mu’alimin

Halim dan Khairul, menyatakan bahwa umumnya konsep guru

menurut Islam boleh dijelaskan melalui pelbagai istilah seperti murabbi,

mu‘allim dan muaddib. Ketiga istilah pendidikan ini menekankan peranan

guru dalam aspek pembangunan akhlak dan diri.36

Para guru sangat dihargai dan diharapkan karena mereka bukan

saja berilmu tetapi juga harus memiliki kepribadian yang berlandaskan

34Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2015), cet. 3, 93. 35Ibid., 98. 36AB. Halim Tamuri dan Mohamad Khairul Azman Ajuhary, “Amalan Pengajaran Guru Pendidikan Islam

Berlandaskan Konsep Mu’allim”. Journal of Islam and Arabic Education, Vol. 2, No. 1 (Juli, 2010), 44.

Page 20: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

153

kepada nilai-nilai Islam dan harus memberikan contoh teladan yang baik

kepada siswa yang diajarinya.37

2) Guru harus memberikan perhatian kepada peserta didik

Janzarli, menjelaskan bahwa dalam proses ta’lim, seorang

mu’allim perlu memberikan perhatian terhadap kemampuan muridnya

dalam menerima ilmu dan pengajaran yang disampaikan.38

Ibnu Sina, juga berpendapat bahwa seorang guru perlu berpikiran

optimis, beragama, berakhlak, berwibawa, berpendirian tetap dan

menghargai murid. Guru perlu memberi perhatian yang mendalam kepada

aspek afektif dan bukan hanya menumpu dan mementingkan aspek

kognitif dan psikomotor saja.39

c. Struktur komunikasi

Komunikasi menjadi elemen penting dalam segala kegiatan di kelas

karena memungkinkan adanya pertukaran interaksi timbal balik antara warga

kelas. Selain itu, arti penting komunikasi dalam pencapaian tujuan belajar di

kelas adalah untuk mengkomunikasikan dan menyalurkan informasi dan

keterampilan. Konsekuensi logisnya, setiap kelas memerlukan adanya pola

alur komunikasi yang berjalan secara lancar dan efektif dari masing-masing

pihak.40

37John Mark Halstead, “Towards a Unified View of Islamic Education”, Islam and Christian Muslim

Relations, Vol. 6, No. 1 (Maret, 1995), 25. 38Riyadh Salleh Janzarli, Al-Usul al-Islamiah li al-tarbiah, (Makkah: Umm al-Qura University Press,

1991), 55. 39Ahmad Fuad Al-Ahwani, Al-Tarbiyyah fi al-Islam, (Mesir: Dar al-Ma’arif, t.th.) 40Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, 121.

Page 21: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

154

Dengan emosi, guru bersama siswa mengkomunikasikan apa yang

dia rasakan untuk ditanggapi secara serius, agar mendekat pada sikap dan

tindakan cinta kasih atau menjauh pada sikap dan tindakan benci agresif, atau

bahkan sekedar memberi sinyal-sinyal tertentu pada dirinya dan orang lain

yang ada di sekelilingnya. Dengan emosi pula mereka mampu memilih

tindakan yang sesuai dengan kondisi lingkungan sosial dimana mereka

berada.41

d. Pendekatan iklim sosio-emosional

Untuk menciptakan hubungan baik dengan siswa, guru perlu

menerapkan sikap-sikap yang efektif, yang termaktub dalam dua asumsi,42

sebagai berikut:

1) Iklim sosial dan emosional yang baik adalah dalam artian terdapat

hubungan interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru

dengan siswa, dan siswa dengan siswa, merupakan kondisi yang

memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.

Asumsi ini mengharuskan seorang wali/guru kelas berusaha menyusun

program kelas dan pelaksanaanya yang didasari oleh hubungan manusiawi

(humanis) yang diwarnai sikap saling menghargai dan saling menghormati

antarpersonal di kelas. Setiap personal diberi kesempatan untuk ikut serta

dalam kegiatan kelas sesuai dengan kesempatan dan kemampuan masing-

masing, sehingga timbul suasana sosial dan emosional yang

41M. Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Pikologis Tentang Emosi Manusia di Dalam al-Qur’an,

(Jakarta: Erlangga, 2006), xiv. 42Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995),

181.

Page 22: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

155

menyenangkan pada setiap personal dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawab masing-masing.

2) Iklim sosial emosional yang baik bergantung pada guru dalam usahanya

melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang disadari dengan hubungan

manusiawi yang efektif. Dari asumsi ini berarti dalam pengelolaan kelas

seorang wali atau guru kelas harus berusaha mendorong guru-guru agar

mampu dan bersedia mewujudkan hubungan manusiawi yang penuh

saling pengertian, hormat-menghormati dan saling menghargai. Guru

harus didorong menjadi pelaksana yang berinisiatif dan kreatif serta selalu

terbuka pada kritik. Di samping itu, berarti guru harus mampu dan

bersedia mendengarkan pendapat, saran, gagasan, dan lain-lain dari siswa

sehingga pengelolaan kelas berlangsung dinamis.

5. Prinsip reaksi Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Prinsip reaksi merupakan pola kegiatan yang menggambarkan

bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa. Dalam Model

Pembelajaran Quantum Moral Islam, peran guru adalah sebagai berikut:

a. Membangun ikatan emosional, yaitu melibatkan fungsi emosi pada kegiatan

awal pembelajaran melalui tanya jawab tentang pengalaman nyata (factual

experience) yang dirasakan atau dialami siswa.43 Dengan terciptanya kaitan

emosi antara siswa dan siswa, guru dan siswa, hasil pembelajaran akan lebih

43Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional, Mengapa EI Lebih Penting Dari IQ,

terj. T. Hermaya (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), cet. 17, 164.

Page 23: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

156

mendalam dan bermakna. Pembelajaran tidak sebatas pada belajar tentang dan

belajar tetapi juga bagaimana belajar menjadi.44

b. Menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan/santai dan diliputi nuansa

demokratis, sehingga siswa bebas menyampaikan gagasan-gagasan dalam

berpendapat secara mandiri,45

c. Berperan sebagai pendamping, pembimbing, fasilitator dan motivator, bukan

menempatkan diri sebagai sumber pengetahuan utama bagi siswa,46

d. Menekankan pentingnya pendekatan saintifik untuk mencapai tujuan

pembelajaran sebagai upaya mengasah dhawq, s}hadr, fu’a>d dan lubb melalui

aktivitas qalb siswa, 47 termasuk upaya meningkatkan kuantum moral siswa,

dan

e. Menginspirasi siswa untuk senantiasa memberikan pertanyaan dan umpan

balik secara kontinyu,48 dengan harapan aktivitas menanya ini akan menjadi

kebiasaan dalam proses pembelajaran Model Pembelajaran Quantum Moral

Islam.

44Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar (On Becoming a Learner): Pemberdayaan Diri,

Transformasi Organisasi dan Masyarakat Lewat Proses Pembelajaran, (Jakarta: Kompas, 2004), cet. VII,

23. 45Bobbi Deporter, dkk. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas,

(Bandung: Kaifa, 2010), cet. 2, 31. 46Ibid., 32. 47Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 99. 48Permendikbud No. 65 Tahun 2013, Standar Proses Pembelajaran Pendidikan Dasar, 8.

Page 24: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

157

6. Sistem Pendukung Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

a. Teknik-teknik Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Adapun metode-metode pembelajaran yang dapat diadaptasikan

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pengembangan

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam ini antara lain sebagai berikut:

1) Metode take and give

Menurut Melvin L. Silberman, take and give secara bahasa

mempunyai arti mengambil dan memberi, maksud take and give dalam

proses pembelajaran adalah dimana siswa mengambil dan memberi

pelajaran pada siswa yang lainnya.49

Suatu mata pelajaran benar-benar dikuasai apabila peserta didik

mampu mengajarkan pada peserta lain. Mengajar teman sebaya

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu

yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi narasumber bagi yang

lain.

Dalam melakukan metode take and give ini ada beberapa yang

langkah yang harus dilakukan oleh pendidik yaitu:

Siapkan kelas sebagaimana mestinya,

Jelaskan materi sesuai topik selama 15 menit,

Untuk memantapkan penguasaan peserta, tiap siswa diberi masing-

masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) kurang lebih 5 menit,

49Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject, (Boston: Allyn and Bacon,

1996), 77.

Page 25: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

158

Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling

menginformasikan materi sesuai kartu masing-masing. Tiap siswa

harus mencatat nama pasangannya pada kartu kontrol,

Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan

menerima materi masing-masing,

Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa pertanyaan yang

sesuai dengan kartunya (kartu orang lain),

Strategi ini dapat dimodifikasikan sesuai keadaan, dan

Kesimpulan.

2) Metode examples non examples

Menurut Roestiyah, examples non examples adalah metode

pembelajaran yang mempersiapkan dan menggunakan gambar atau

diagram maupun tabel yang telah disesuaikan dengan materi bahan ajar

dan kompetensi dasar, sajian gambar ditempel atau memakai LCD/OHP,

dengan petunjuk guru siswa dapat mencermati sajian, melakukan diskusi

kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok,

bimbingan, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.50

Menurut Agus Suprijono, langkah-langkah metode pembelajaran

examples non examples, di antaranya:

Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Gambar-gambar yang digunakan tentunya merupakan

50Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 73.

Page 26: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

159

gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan

Kompetensi Dasar.

Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui

LCD/OHP/In Focus. Pada tahap ini Guru dapat meminta bantuan

siswa untuk mempersiapkan gambar dan membentuk kelompok siswa.

Guru memberi petunjuk dan kesempatan kepada peserta didik untuk

memperhatikan/menganalisa gambar.

Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa

gambar tersebut dicatat pada kertas.

Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil

diskusinya.

Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai

menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan

pembelajaran.51

3) Metode poster comment

Menurut A. Fatah Yasin, metode poster comment merupakan

salah satu bagian dari strategi pembelajaran aktif atau active learning.

Metode ini sering juga disebut sebagai metode mengomentari gambar,

yakni suatu strategi yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak

peserta didik untuk memunculkan ide apa yang terkandung dalam suatu

51Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),

125.

Page 27: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

160

gambar.52 Gambar tersebut tentu saja harus berkaitan dengan pencapaian

suatu kompetensi dalam pembelajaran.

Metode ini bertujuan untuk menstimulasi dan meningkatkan

kreatifitas dan mendorong penghayatan siswa terhadap suatu

permasalahan. Dalam metode ini siswa didorong untuk bisa

mengungkapkan pendapatnya secara lisan tentang gambar atau poster.

Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut:

Pilihlah sebuah gambar atau poster yang ada kaitannya dengan topik

bahasan yang akan dibahas,

Mintalah siswa untuk mengamati terlebih dahulu gambar atau poster

tersebut,

Mintalah mereka untuk berdiskusi secara berkelompok, kemudian

mereka diminta memberikan komentar atau pendapat tentang gambar

atau poster tersebut, dan

Siswa diminta untuk memberikan solusi atau rekomendasi berkaitan

dengan gambar atau poster tersebut.

4) Metode talking stick

Metode pembelajaran talking stick berkembang dari

penelitian belajar kooperatif oleh Robert E. Slavin. Metode ini merupakan

suatu cara yang efektif untuk melaksanakan pembelajaran yang mampu

mengaktifkan siswa. Dalam metode pembelajaran ini siswa dituntut

mandiri sehingga tidak bergantung pada siswa yang lainnya. Sehingga

52A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), 183.

Page 28: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

161

siswa harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan siswa

juga harus percaya diri dan yakin dalam menyelesaikan masalah.53

Suyatno, menyatakan bahwa ada beberapa langkah dari langkah

metode pembelajaran talking stick, yaitu sebagai berikut:

Guru menyiapkan sebuah tongkat.

Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan

mempelajari materi pada pegangan / paketnya.

Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru

mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya.

Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu

guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat

tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian

besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari

guru.

Guru memberikan kesimpulan.54

b. Media-media pendukung Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Media pembelajaran yang dapat diadaptasikan dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pengembangan Model Pembelajaran

Quantum Moral Islam ini disesuaikan dengan kompetensi dasar, kompetensi

inti, dan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

53Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice, (New Jersey: Prentice Hall,

1990), 55. 54Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pusaka, 2009), 124.

Page 29: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

162

1) Kartu kecil (flash card)

Penerapan media flash card pada pembelajaran PAI dengan

menggunakan kartu kecil yang berisi gambar, teks atau tanda simbol

menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu.

Misalnya, dalam latihan memperlancar bacaan-bacaan sholat, gambar

setiap gerakan dalam sholat dibuat di atas flash card.55

2) Poster

Penerapan media poster pada pembelajaran PAI melalui gambar

kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan

dapat menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatan peserta didik.56

3) Stick

Penerapan media stick pada pembelajaran PAI bertujuan

terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari

satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi

pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai

mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat

itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan

tersebut. Hal ini dilakukan hingga sebagian besar siswa berkesempatan

mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.57

55Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 119. 56Nana Sudjana, dkk, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007), 68. 57Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), 124.

Page 30: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

163

7. Dampak instruksional dan dampak pengiring Model Pembelajaran Quantum

Moral Islam

a. Dampak instruksional

Dampak pembelajaran yang diperoleh dari penerapan Model

Pembelajaran Quantum Moral Islam, yaitu sebagai berikut:

1) Kemampuan konstruksi pengetahuan

Siswa melakukan aktivitas menyampaikan gagasan dan

berinteraksi dalam sebuah sharing pengalaman nyata dengan keterlibatan

siswa lain sebagai peer learner. Dengan aktivitas semacam ini dan

dilaksanakan secara rutin, kemampuan siswa dalam konstruksi

pengetahuan secara mandiri akan meningkat.58

2) Keterampilan mengasah rasa empati

Siswa digiring pada proses pembelajaran yang menekankan

kepada pentingnya pendekatan saintifik untuk mencapai tujuan

pembelajaran sebagai upaya mengasah empati atau emosi melalui kerja

dhawq, s}hadr, fu’a>d dan lubb, qalb, termasuk upaya meningkatkan

kuantum moral siswa.59

3) Kemampuan berpikir kritis

Pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan

pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati

atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang

58Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar (On Becoming a Learner), 24. 59Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 100.

Page 31: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

164

diamati (pertanyaan faktual). Dengan tujuan mengembangkan kreativitas,

rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk

pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.60

b. Dampak pengiring

Dampak pengiring yang diperoleh dari penerapan Model

Pembelajaran Quantum Moral Islam, yaitu sebagai berikut:

1) Kemandirian atau otonomi dalam belajar

Dalam proses pembelajaran Model Pembelajaran Quantum Moral

Islam, siswa tidak menerima pengetahuan secara pasif dari gurunya, tetapi

siswa berupaya mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Kondisi

semacam ini akan menumbuhkan kemandirian atau otonomi siswa dalam

belajar.61

2) Nilai moral

Pada pembelajaran terkandung nilai moral dalam aktivitas

belajar, keterbukaan dalam memberikan penjelasan kepada teman dan

demokrasi dalam kegiatan pembelajaran terlihat ketika sharing

pengalaman nyata.62

60https://id.wikipedia.org/wiki/Pendekatan_saintifik (20 Februari 2016), 4. 61 Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar (On Becoming a Learner), 24. 62 Ibid., 25.

Page 32: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

165

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model Pembelajaran Quantum Moral

Islam

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SD/MI……………………………………..

Mata Pelajaran : PAI dan Budi Pekerti

Kelas / Semester : 5 /1

Materi Pokok : Cita-citaku Menjadi Anak Sa>lih

Alokasi Waktu : 8 Jam Pelajaran (4 pertemuan)

KOMPETENSI INTI

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, empati, dan

percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,

melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang

dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah dan di sekolah

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam

karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan

dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak

mulia.

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

No. KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN

KOMPETENSI

1.

2. 2.1Memiliki sikap jujur sebagai

implementasi dari

pemahaman QS. Al-Ahza>b:

23.

2.2 Memiliki perilaku hormat

dan patuh kepada orang

tua, dan guru dan sesama

anggota keluarga sebagai

implementasi dari

2.1.1Bersikap dan berperilaku jujur

2.2.1Bersikap dan berperilaku

hormat dan patuh kepada

orang tua, guru, dan sesama

anggota keluarga dalam

kehidupan sehari-hari.

2.5.1 Bersikap menghargai

pendapat dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 33: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

166

pemahaman QS. Al-

Baqarah: 83.

2.5Memiliki sikap menghargai

pendapat sebagai

implementasi dari

pemahaman QS. Az-

Zumar: 18.

3.

4. 4.6 Mencontohkan sikap

menghargai pendapat

sebagai implementasi dari

pemahaman QS. Az-Zumar:

18.

4.6.1 Mencontohkan sikap

menghargai pendapat orang

lain

MATERI PEMBELAJARAN

Cita-citaku Menjadi Anak Sa>lih

1. Anak Sa>lih

2. Orang Jujur Disayang Allah

3. Hormat dan Patuh kepada Orang tua dan Guru

4. Indahnya Saling Menghargai

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

No. Kegiatan Waktu

1. Pendahuluan

Pengenalan Konteks

Pada tahap ini pembelajaran dimulai dengan:

Guru membuka kegiatan pembelajaran

dengan salam dan do’a

Guru mengajukan pertanyaan terkait

pengalaman dan kehidupan nyata yang

dialami siswa: tentang anak sa>lih, perilaku

jujur, hormat pada orang tua dan guru serta

menghargai pendapat orang lain;

Guru mengaitkan materi pembelajaran yang

sudah ataupun yang akan dikaji dengan

pengalaman dan kehidupan nyata yang

dialami siswa.

10 menit

2. Kegiatan Inti

Pertemuan ke 1

Page 34: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

167

No. Kegiatan Waktu

Anak sālih

Obyektivasi

Dalam kegiatan obyektivasi, guru:

Membaca materi tentang Anak Sālih

sebagaimana terdapat pada buku teks;

Siswa diberikan satu kartu untuk dipelajari

(dihapal) selama 5 menit tentang contoh

ciri-ciri Anak Sālih;

Internalisasi

Dalam kegiatan internalisasi, guru:

Meminta semua siswa berdiri dan mencari

teman pasangan untuk saling

menginformasikan materi tentang Anak

Sālih yang telah diterimanya. Tiap siswa

harus mencatat nama teman pasangannya

pada kartu yang sudah diberikan;

Demikian seterusnya sampai semua siswa

dapat saling memberi dan menerima materi

masing-masing tentang Anak Sālih;

Guru memberikan siswa pertanyaan yang

tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang

lain).

Eksternalisasi

Dalam kegiatan eksternalisasi, guru:

Melaksanakan refleksi dengan

menginspirasi peserta didik untuk

senantiasa mencotohi perilaku anak sha>lih.

50 menit

3. Pertemuan ke 2

Orang Jujur Disayang Allah

Obyektivasi

Dalam kegiatan obyektivasi, guru:

Menempelkan gambar di papan atau

ditayangkan melalui OHP yang berkaitan

dengan perilaku jujur;

Memberi petunjuk dan memberi

kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan gambar tentang perilaku

kontradiktif yang berkaitan dengan perilaku

jujur;

Melalui kegiatan mengomentari gambar

secara berkelompok, kemudian mencatat

hasil di kertas;

Internalisasi

Dalam kegiatan internalisasi, guru:

50 menit

Page 35: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

168

No. Kegiatan Waktu

Memberi kesempatan kepada tiap siswa

untuk membacakan hasil kerja

kelompoknya;

Mulai dari komentar/hasil kerja kelompok

siswa, guru mulai menjelaskan materi

tentang perilaku jujur sesuai tujuan yang

ingin dicapai.

Eksternalisasi

Dalam kegiatan eksternalisasi, guru:

Melaksanakan refleksi dengan

menginspirasi peserta didik untuk

senantiasa berperilaku jujur.

4. Pertemuan ke 3

Hormat dan Patuh kepada Orang tua dan Guru

Obyektivasi

Dalam kegiatan obyektivasi, siswa:

Diminta memperhatikan gambar atau

poster tentang sikap hormat dan patuh

kepada orang tua dan guru;

Memberikan komentar tentang perilaku

kontradiktif yang berkaitan dengan sikap

hormat dan patuh kepada orang tua dan guru;

Internalisasi

Dalam kegiatan internalisasi, guru:

Melibatkan siswa lainnya untuk

mengomentari tentang perilaku kontradikti;

Eksternalisasi

Dalam kegiatan eksternalisasi, guru:

Melaksanakan refleksi dengan

menginspirasi peserta didik untuk

senantiasa hormat dan patuh kepada orang

tua dan guru.

50 menit

5. Pertemuan ke 4

Indahnya Saling Menghargai

Obyektivasi

Dalam kegiatan obyektivasi, guru:

Menyampaikan materi pokok yang

berkaitan dengan menghargai pendapat

orang lain, kemudian memberikan

kesempatan para siswa untuk membaca dan

mempelajari materi pelajaran tentang

menghargai pendapat orang lain;

50 menit

Page 36: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

169

No. Kegiatan Waktu

Siswa mengidentifikasi perilaku

kontradiktif dalam wacana yang berkaitan

dengan menghargai pendapat orang lain;

Setelah siswa selesai membaca materi

pelajaran dan mempelajari isinya, guru

mempersilahkan siswa untuk menutup isi

bacaan;

Internalisasi

Dalam kegiatan internalisasi, guru:

Mengambil tongkat dan memberikan

kepada salah satu siswa, setelah itu guru

memberi pertanyaan tentang perilaku

kontradiktif dan siswa yang memegang

tongkat tersebut harus menjawabnya,

demikian seterusnya sampai sebagian besar

siswa mendapat bagian untuk menjawab

setiap pertanyaan dari guru;

Siswa lain boleh membantu menjawab

pertanyaan jika temannya tidak bisa

menjawab pertanyaan;

Eksternalisasi

Dalam kegiatan eksternalisasi, guru:

Melaksanakan refleksi dengan

menginspirasi peserta didik untuk

senantiasa berperilaku menghargai orang

lain.

6. Penutup

a. Menginspirasi siswa untuk senantiasa

menerapkan komponen karakter yang baik;

b. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

pemberian tugas;

c. Menyampaikan rencana pembelajaran pada per-

temuan berikutnya.

10 menit

MODEL PEMBELAJARAN

Pendekatan : Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)

Model : Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Metode : - Take and Give,

- Example Non Example,

- Poster Comment

- Talking Stick

Page 37: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

170

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN 1. Media Pembelajaran

a. Kartu dengan ukuran 10 x 15 cm

b. Gambar / OHP

c. llustrasi poster / gambar

2. Sumber Belajar

Buku PAI dan Budi Pekerti PAI Kls V SD, Kemendikbud Jakarta, 2014,

Hal. 22-23

Mengetahui,

Kepala Sekolah

NIP

Surabaya, …………..2016

Guru Kelas/Mata Pelajaran

NIP

C. Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam Pada Mata Pelajaran

PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya

Dari hasil implementasi Model Pembelajaran Quantum Moral Islam pada

Mata pelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya menunjukkan

adanya keefektifan, ditunjukan dari hasil analisis berikut:

a. Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon pengguna/guru

Mengenai Keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang

diimplementasikan pada pembelajaran PAI di 4 Sekolah Dasar yang menjadi SD

Kelompok Eksperimen (SD-KE), dengan jumlah 4 responden yang menggunakan

model tersebut, mempunyai skor teoretik antara 3 sampai 4. Sedangkan skor

empirik menyebar dari skor terendah 14 sampai dengan skor tertinggi 16, dengan

skor total yaitu 239, rata-rata 59,75. Interval penilaian 3,7. Dengan demikian skor

keseluruhan menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

respon pengguna/guru “Sangat Efektif”.

Page 38: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

171

b. Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon peserta didik

Mengenai Keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang

diimplementasikan pada mata pelajaran PAI kelas 5 SD, dengan jumlah

responden yang menerima pembelajaran dengan model tersebut 40 orang siswa,

mempunyai skor teoretik 4. Sedangkan skor empirik menyebar dari skor terendah

130 sampai dengan skor tertinggi 149, dengan skor total yaitu 1386, rata-rata 95,2.

Interval penilaian 4. Dengan demikian skor keseluruhan menunjukkan bahwa

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam menurut respon peserta didik “Sangat

Efektif”.

Distribusi frekuensi keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral

Islam menurut respon peserta didik, dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 5.2

Frekuensi keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

menurut respon peserta didik

Frequenci Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Efektif

Sangat efektif

Total

7

33

40

16,7

78,6

95,2

17,5

82,5

100,0

17,5

100,0

c. Evaluasi kuantum moral peserta didik

Mengenai hasil evaluasi kuantum moral peserta didik akibat dari

pengaruh penerapan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam terhadap 40

responden, mempunyai skor teoretik 3 sampai 4. Sedangkan skor empirik

menyebar dari skor terendah 123 sampai dengan skor tertinggi 145, dengan skor

total yaitu 2614, rata-rata 84,3. Interval penilaian 3,8. Dengan demikian skor

keseluruhan menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan “Sangat

Page 39: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

172

Sesuai” dengan komponen karakter yang baik: a) moral knowing, b) moral

feeling, dan c) moral action.

Distribusi frekuensi kuantum moral peserta didik, dijelaskan pada tabel

berikut:

Tabel 5.3

Kuantum moral peserta didik

Frequenci Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Tidak sesuai

Sesuai

Sangat sesuai

Total

1

19

20

40

2,5

47,5

50,0

100,0

2,5

47,5

50,0

100,0

2,5

50,0

100,0

d. Uji coba kelas perlakuan dan kelas kontrol

Berdasarkan data analisis nilai posttest kelas perlakuan dan kelas kontrol,

dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 butir instrumen dengan penggunaan skala

pilihan jawaban skala empat (4 opsion), mempunyai skor teoretik antara 10

sampai 100. Sedangkan skor empirik menyebar dari skor terendah 40 sampai

dengan skor tertinggi 100, dengan skor keseluruhan antara kelas perlakuan dengan

kelas kontrol dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata mean kelas perlakuan yaitu x1 = 78.50. Sedangkan kelas

Kontrol yaitu x2 = 60.50

2. Nilai rata-rata Std. Deviation kelas perlakuan yaitu ˢ1 = 13.502. Sedangkan

kelas Kontrol yaitu ˢ2 = 12.184

3. Nilai rata-rata Chi square kelas perlakuan yaitu 1.250. Sedangkan kelas

Kontrol yaitu 6.500

Page 40: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

173

4. Nilai rata-rata Asymp.Sig kelas perlakuan yaitu 0.870. Sedangkan kelas

Kontrol yaitu 0.165

Kelas perlakuan yang dibandingkan dengan kelas kontrol di atas

bertujuan untuk mendapatkan hasil beda, yang membuktikan bahwa produk

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam ini lebih “Efektif” jika dibandingan

model konvensional.

D. Keunggulan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

pada Mata Pelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya

a. Keunggulan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Pada saat penerapan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam di

lapangan terhadap 4 orang guru sebagai pengguna yang telah dipilih menjadi

sampel penelitian di 4 SD Kelompok Eksperimen (SD-KE): yakni SDN

Margorejo I/403, SDN Jemur Wonosari I/417, SD Kyai Ibrahim Surabaya dan SD

Al-Azhar Syifa Budi Surabaya, diperoleh keunggulan Model Pembelajaran

Quantum Moral Islam sebagai berikut:

a. Membangun ikatan emosional antara guru dengan siswa

Keempat responden guru setuju bahwa dalam penerapan sintaks

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam pada pembelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) terbangun ikatan emosional antara responden guru dengan

siswa, hal itu terlihat pada tahap pengenalan konteks, dimana guru mengaitkan

materi pembelajaran dengan pengalaman nyata yang dialami siswa.

Page 41: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

174

b. Memberikan motivasi kepada siswa, sehingga siswa merasa senang dan

bergairah untuk menerima pembelajaran

Metode pembelajaran (take and give, examples non examples, poster

comment dan talking stick), serta media pembelajaran (flash card, poster dan

stick) yang digunakan dalam Model Pembelajaran Quantum Moral Islam pada

mata pelajaran PAI, efektif memberikan motivasi belajar kepada siswa, hal itu

terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung di 4 SD Kelompok Esperimen

(SD-KE), siswa terlihat senang, antusias, berpatisipasi aktif dalam menerima

pembelajaran PAI yang menggunakan model yang dimaksud.

c. Menanamkan nilai moral kepada siswa

Proses penanaman nilai moral kepada 40 responden siswa terjadi

pada tahap kedua sintaks Model Pembelajaran Quantum Moral Islam dimana

guru menggiring siswa kepada proses obyektivasi, internalisasi, dan

mengeksternalisasi nilai moral yang didapatkan dari kegiatan pembelajaran.

2. Keterbatasan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Selain memiliki keunggulan, Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

juga memiliki keterbatasan sebagai berikut:

a. Sulit melakukan kontrol karena banyak faktor yang mempengaruhi

perkembangan sikap siswa

Guru-guru yang menggunakan Model Pembelajaran Quantum Moral

Islam cukup kesulitan melakukan penilaian terhadap domain afektif siswa, ini

diakibatkan karena 2 hal: pertama, mereka hanya terbiasa menilai domain

Page 42: BAB V EVALUASI CAPAIAN MODEL PEMBELAJARAN …digilib.uinsby.ac.id/14659/102/Bab 5.pdfA. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

175

kognitif siswa, dan kedua, menurut mereka selain faktor guru perkembangan

moral ditentukan juga oleh faktor lain terutama faktor lingkungan.

b. Keberhasilan penanaman moral tidak bisa dievaluasi segera

Guru-guru yang menerapkan Model Pembelajaran Quantum Moral

Islam pada mata pelajaran PAI, cukup kesulitan mengidentifikasi keberhasilan

penanaman moral siswa karena hasil dapat dilihat pada rentang waktu yang

cukup panjang.