Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Pertama, ekstrak etanol, fraksi n-heksan, etil asetat, dan air dari buah adas
(Foeniculum vulgare Mill.) memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida
albicans ATCC 10231.
Kedua, fraksi air merupakan fraksi yang paling aktif membunuh jamur
Candida albicans ATCC 10231.
Ketiga, fraksi air memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans
ATCC 10231 dengan nilai KBM 2,5%.
B. Saran
Pertama, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa
aktif dari fraksi air ekstrak etanol buah adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap
Candida albicans ATCC 10231.
Kedua, perlu dilakukan pengembangan formulasi sediaan dari ekstrak
etanol dan fraksi air buah adas Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Candida
albicans ATCC 10231.
Ketiga, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas antijamur
ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, dan air dari buah adas secara in vivo.
58
DAFTAR PUSTAKA
Aamir F et al. 2018. Antifungal activity of freshly growing seeds fennel
(Foeniculum vulgare). PJMHS 12 (4) : 1487-1489.
Agoes A. 2010. Tabaman Obat Indonesia Buku 3. Jakarta : Salemba Medika.
Agarwal, Dolly et al. 2017. Anti-microbial properties of fennel (Foeniculum
vulgare Mill.) seed extract. Pharmacognosy and Phytochemystri 6 (4) : 479-
482.
Agrijanti & Lale BK. 2014. Uji potensi ubi jalar varietas sukuh (Ipomoea batatas
L.) sebagai media pertumbuhan fungi Dermatofita. Jurnal Analis Kesehatan
1 (1): 1-8.
Akgul A & Bayrak A. 1988. Comparative volatile oil composition of various parts
from turkish bitter fennel (F.vulgare vulgare). Food Chem 30 (4): 319-323.
Al-Snafi & Ali Esmail. 2018. The chemical constituents and pharmacological
effects of Foeniculum vulgare –a review. IOSR Journal of Pharmacy 8 (5):
81-96.
Anggara, ED. Dwi Suharthanthi, Ahmad Mursyidi. 2014. Uji aktivitas antifungi
fraksi etanol infusa daun kepel (Stelechorpus burahol, Hook F&Th.)
terhadap Candida albicans [Tesis]. Yogyakarta: Pasca Sarjana Farmasi,
Universitas Ahmad Dahlan.
Anief M. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Ibrahim F
penerjemah; Jakarta : Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari: Farida
Ibrahim.
Ardilah FM. 2016. Profil kromatografi lapis tipis ekstrak etanol biji adas
(Foeniculum vulgare Mill.), rimpang kencur (Kaempferia galanga L.),
rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria (Berg).Roscoe), herba pegagan
(Centella asiatica) serta ramuannya [Skripsi]. Malang: Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Malik Ibrahim.
Ariningsih RI. 2009. Isolasi Streptomyces dari Rizosfer familia Poaceae yang
berpotensi menghasilkan antijamur terhadap Candida albicans [Skripsi].
Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Arun S et al. 2014. Oral candidiasis: an review. J Oral Maxillofac Pathol 18 (1) :
1-16.
58
59
Basava SPR et al. 2016. Efficacy of iodine-glycerol versus lactophenol cotton
blue for identification of fungal elements in the clinical laboratory.
International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences 5 (11):
536-541.
Basset JRC et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bermawie N et al . 2002. Karakterisasi morfologi dan mutu adas (Foeniculum
vulgare Mill.). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 13 (2) : 25-32.
Bonang G. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi untuk Laboratorium dan Klinik.
Jakarta: Gramedia.
Clinical Laboratory Standards Institute. 2002. CLSI Document M27-A2:
Reference Method for Broth Dilution Antifungal Susceptibility Testing of
Yeast. 2nd
Edition. USA: Pennsylvania.
Dahak K dan Taouritte M. Comparative study of in vitro antimicrobial activities
of Foeniculum vulgare Mill. (Umbelliferaceae) extract. Online Journal of
Biological Sciences 13 (4): 115-120.
[Departemen Kesehatan Republik Indonesia]. 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
[Departemen Kesehatan Republik Indonesia]. 1980. Materia Medika Indonesia.
Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
[Departemen Kesehatan Republik Indonesia]. 1979. Farmakope Indonesia. Jilid
III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
[Departemen Kesehatan Republik Indonesia]. 1985. Parameter Cara Pembuatan
Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
[Departemen Kesehatan Republik Indonesia]. 1944. Materia Medika Indonesia.
Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
[Departemen Kesehatan Republik Indonesia]. 1985. Cara Membuat Simplisia.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
[Departemen Kesehatan Republik Indonesia]. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
[Departemen Kesehatan Republik Indonesia]. 2008. Farmakope Herbal
Indonesia. Edisi I. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
60
[Kementrian Kesehatan republik Indonesia]. 2013. Farmakope Herbal Indonesia.
Edisi I. Jakarta : Kementrian Kesehatan republik Indonesia
Diao WR et al. 2014. Chemical composition, antibacterial activity and mechanism
of action of essential oil from seeds of fennel (Foeniculum vulgare. Mill).
Food Control 35 (1): 109-116.
Diaz-Maroto MC et al. 2005. Volatile components and key odorants of fennel (F.
Vulgare Mill.) and thyme (Thymus vulgaris L.) oil extracts obtained by
simultaneous distillation- ectraction and supercritical fluid extraction.
Journal Agric Food Chem 53 (13) : 5385-5389.
Endah PL. 2010. Peran faktor virulensi pada patogenesis infeksi Candida
albicans. Stomatognatic (J.K.G Unej) 7 (2) : 13-17.
Golawskat S et al. 2013. Relationship between saponin content in alfafa an aphid
development. Actabiologyca Cracoviensia Series Botania 54 (2): 39-46.
Hariana A. 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Harborne J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun dan Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Alih bahasa: K.Padmawinata. Bandung : ITB Press.
Harborne JB. 1996. Fitokimia: Penuntun dan Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Alih bahasa: K.Padmawinata. Bandung : ITB Press.
Heinrich M, Joanne B, Simoon G, Elizabeth M.W. 2005. Farmakoterapi dan
Fitoterapi. Alih Bahasa: Hadianata AH. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Huang B & Weping H. 2011. A review of chemistry and bioactivities of a
medicinal spice : Foeniculum vulgare. Journal of Medicinal Plants
Research 5 (16) : 3595-3600.
Jawetz, Melnick & Adelberg. 2002. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Alih
Bahasa: Aryandhito WN. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Jawetz, Melnick & Adelberg. 2007. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan. Edisi
26. Alih Bahasa: Ardiyanto WN, Dian R.. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG.
Katzung BG. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC : Jakarta.
Katzung BG. 2014. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 12. EGC : Jakarta.
61
[Kemenkes RI]. 2013. Farmakope Herbal Indonesia. Suplemen III Edisi I.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Khan NT. 2017. Antifungal potency of Foeniculum vulgare seed extract. Tissue
Science & Engineering 8 (3) : 1-3.
Kim J et al. 2011. Preparation and characterization of bacterial cellulose /chitosan
composite of potential biomedical application. Journal Polymer Research
18 (4): 739-744.
Kusmiyati & Agustini. 2007. Uji aktivitas senyawa antibakter dari mikroalga
Porphyridium cruentum. Jurnal Biodivertas 8 (1) : 48-53.
Liberto MD et al. 2010. Antifungal activity of saponin-rich extracts of Phytolacca
dioica and of the sapogenins obtained through hydrolysis. Natural Product
Communications 5 (7): 1013-1018.
Liu M et al. 2017. Antifungal activity of gallic acid in vitro and in vivo.
Phytoterapy reseach 31 (7): 1039-1045.
Markham KR. 1998. The Techniques of Flavonoid Identification. Padmawinata K;
Bandung : Penerbit ITB.
Murray PR et al. 2003. Manual of Clinical Microbiology Edition 8. Washington
DC : ASM Press.
Ningrum NR, Widhorini, dan Euis Y. 2010. Analisis pertumbuhan jamur
Aspergilus fumigatus dalam media kacang hijau (Phaseolus radiatus L.).
Jurnal Analis Medis 1 (1): 1-11.
Nur’aeny N et al 2017. Profil oral candidiasis di bagian ilmu penyakit mulut rshs
Bandung periode 2010-2014. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 3 (1): 23-
28.
Nuryati & Ahsanul D.H. 2015. Efektivitas berbagai konsentrasi kacang kedelai
(Glycine max (L.) Merill) sebagai media alternatif terhadap pertumbuhan
jamur Candida albicans. Jurnal Teknologi Laboratorium 5 (1): 1-4.
Oliveira VM et al. 20l6. Quercetin and rutin as potential agents antifungal against
Cryptococcus spp. Braz J.Biol 76 (4) : 1029-1034.
Pelczar MJ & Chan ECS. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Plantamor. 2011. Tanaman adas. www://plantamor.com. [02 Mei 2019].
62
Pratiwi ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta : Erlangga.
Ratnawati., Harsono,E.K., Sartini. 2016. Identifikasi dan penentuan jenis
cendawan yang menginfeksi kulit pasien balita di rumah sakit umum pusat
haji adam malik Medan. BioLink 2 (2) : 90-99.
Redha A. 2010. Flavonoid: struktur, sifat antioksidatif, dan peranannya dalam
sistem biologis. Jurnal Berlian 9 (2): 196-202.
Reiter B, Lechner M, Lorbeer E. 1998. The fatty acid profiles-including
petroselinic and cis-vaccenic acid of different Umbelliferacea seed oils.
Lipid/Fett 100 (11): 498-502.
Ridhawati, Reynalzi MY. 2013. Pola kepekaan Candida albicans terhadap
flukonazol dan itrakonazol secara in vitro: Tinjauan pada bahan klinik
laboratorium mikologi departemen parasitologi FKUI periode 2010-2011.
Rini IMS. 2012. Uji aktivitas antioksidan ekstrak jamur Pleurotus ostreatus
dengan metode DPPH dan identifikasi golongan senyawa kimia dari fraksi
teraktif [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia.
Roby MHH et al. Antioxidant and antimicrobial activities of essential oil and
extract of fennel (Foeniculum vulgare L.) and chamomile (Matricaria
chammomila L.). Industrial Crops and Products (1): 1-9.
Rohman A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sastrawan IN et al. Skrining fitokimia dan uji aktivitas antioksidan ekstrak biji
adas (Foeniculum vulgare) menggunakan metode DPPH. Jurnal Ilmiah
Sains 13 (2): 110-119.
Sastrohamidjojo. 1991. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Simatupang MM. 2009. Candida albicans. Departemen Mikrobiologi : USU
Respiratory.
Singh G et al. 2006. Chemical constituents, antifungal and antioxidative potential
of F.vulgare Volatile oil dan its acetone extract. Food Control 17 (9) : 745-
752.
Siswandono S. 2000. Kimia Medisinal. Edisi II. Surabaya : Airlangga University
Press.
Stahl E. Analisis obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung : ITB.
63
Tanira, MOM et al. 1996. Pharmacological and toxicological investigations on
Foeliculum vulgare dried fruit extract in experimental animals. Phytother
Res 13 (4): 115-120.
Tiwari P et al. 2011. Phytochemical Screening and Extraction. International
Pharmaceutical Science 1 (1) : 98-106.
Tjampakasari CR. 2006. Karakteristik Candida albicans. Jurnal Cermin Dunia
Kedokteran 151 (1): 33-36.
Vivi KM. 2016. Pemeriksaan mikrobiologi pada Candida albicans. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala 16 (1) : 53-63.
Widyastuti Y. 2015. Pedoman Budidaya, Panen dan Pascapanen Tanaman Obat.
Tawangmangu : Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Widyanti E. 2006. Penentuan adanya senyawa triterpenoid dan uji aktivitas
biologis pada beberapa spesies tanaman obat tradisional masyarakat
pedesaan Bengkulu. Jurnal Gradient 2 (1): 116-122.
64
L
A
M
P
I
R
A
N
65
Lampiran 1. Hasil determinasi tanaman
66
Lampiran 2. Tanaman buah adas, serbuk, dan ekstrak buah adas
Buah adas segar
Serbuk buah adas
Ekstrak buah adas
67
Lampiran 3. Perhitungan rendemen bobot kering terhadap bobot basah
buah adas
Bobot basah (gram) Bobot kering (gram) Rendemen (% b/b)
5700 1900 33,33
% Rendemen
68
Lampiran 4. Perhitungan rendemen ekstrak buah adas
Bobot serbuk (gram) Bobot ekstrak (gram) Rendemen (% b/b)
800 131,5668 16,44
% Rendemen
69
Lampiran 5. Perhitungan rendemen fraksi buah adas
Pelarut Bobot ekstrak
(gram)
Bobot fraksi
(gram)
Rendemen (%)
n-heksan 30 2 6,67
Etil Asetat 30 2 6,67
Air 30 21 70
% Rendemen
1. Rendemen fraksi n-heksan
2. Rendemen fraksi etil asetat
3. Rendemen fraksi air
70
Lampiran 6. Hasil identifikasi senyawa pada serbuk dan ekstak
Senyawa
Hasil Hasil
Serbuk Ekstrak
Flavonoid
Warna jingga pada lapisan
amil alkohol
Warna jingga pada
lapisan amil alkohol
+
Tanin
Warna hijau kehitaman
Warna hijau kehitaman
+
Saponin
Terbentuk buih mantap
Terbentuk buih mantap
+
Terpenoid
Terbentuk cincin coklat
Terbentuk cincin coklat
+
71
Alkaloid
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
-
72
Lampiran 7. Hasil identifikasi senyawa teraktif fraksi secara KLT
Flavonoid
UV 254 UV 366 Visual
A B C
C
A B C
Perhitungan RF =
Rf ekstrak (A)
Rf =
Rf =
Rf =
Rf fraksi air (B)
Rf =
Rf =
Rf baku rutin (C)
Rf =
Saponin
UV 254 UV 366 Visual
A B C
A B C
A B C
73
Perhitungan RF =
Rf ekstrak (A)
Rf =
Rf =
Rf =
Rf fraksi air (B)
Rf =
Rf =
Rf baku sapogenin (C)
Rf =
Tanin
UV 254 UV 366 Visual
A B C
A B C
A B C
Perhitungan RF =
Rf ekstrak (A)
Rf =
Rf =
Rf =
Rf =
Rf fraksi air (B)
Rf =
Rf baku asam galat (C)
Rf =
74
Minyak atsiri
UV 254 UV 366 Visual
A B C
A B C
A B C
Perhitungan RF =
Rf ekstrak (A)
Rf =
Rf =
Rf =
Rf =
Rf =
Rf fraksi air (B)
Rf =
Rf baku eugenol (C)
Rf =
75
Lampiran 8. Perhitungan penetapan kadar air pada serbuk dan ekstrak
buah adas menggunakan sterling bidwell
Penetapan kadar air serbuk buah adas
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Penetapan kadar air serbuk ekstrak adas
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
76
Bobot awal Volume air (ml) Kadar air (%)
(gram) Serbuk Ekstrak Serbuk Ekstrak
20 1,8 1,7 9 8,5
20 1,8 1,8 9 9
20 1,8 1,7 9 8,5
Rata-rata 9 8,66
Rumus
Rata-rata
Serbuk Ekstrak
Replikasi I
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi II
Replikasi III
Replikasi III
Rata-rata
Rata-rata
77
Lampiran 9. Uji bebas etanol ekstrak buah adas
Gambar uji bebas etanol
Prosedur Hasil Uji
Ekstrak etanol buah adas + H2SO4 pekat + CH3COOH
dipanaskan
Tidak tercium bau khas ester
78
Lampiran 10. Pembuatan suspensi jamur Candida albicans ATCC 10231
Keterangan:
A : Standar Mc Farland
B : Suspensi Candida albicans
A B
79
Lampiran 11. Hasil pengujian aktivitas antijamur Candida albicans ATCC
10231 secara difusi
Keterangan :
1. Flukonazol
2. DMSO 5%
3. Ekstrak buah adas
4. Fraksi n-Heksan
5. Fraksi etil asetat
6. Fraksi air
7. n-Heksan
Kosentrasi 20 % Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Konsentrasi 10 %
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Konsentrasi 5 %
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
2 3
4
1 6
5
1 2
3
4
6
5
1 6
4
3
5
2
5
4
3
7
1
6
6
5
4 3
7
1
6
5
4 3
7
1
1
3
6
4
5
2 1 5
2
6
3
4 6
2 1
4
5
3
80
Lampiran 12. Hasil pengujian aktivitas antijamur Candida albicans ATCC
10231 secara dilusi
Replikasi I (Fraksi Air)
Replikasi II (Fraksi Air)
Replikasi III (Fraksi Air)
81
82
Lampiran 13. Perhitungan pembuatan pelarut DMSO 5%
V1 . C1 = V2. C2
V1 . 100 % = 20 ml . 5%
V1 =
V1 = 1ml
Keterangan :
V1 : Volume pemipetan DMSO 100 %
V2 : Volume pembuatan DMSO 5 %
C1 : Konsentrasi DMSO stok (100%)
C2 : Konsentrasi DMSO yang diinginkan (5%)
Pembuatan DMSO 5% :
Dipipet 1 ml larutan stok DMSO 100% kemudian ditambahkan aquadest steril ad
20 ml.
83
Lampiran 14. Perhitungan pembuatan seri konsentrasi larutan zat uji
ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, dan air untuk metode
difusi
Larutan stok 5 % = 5 % b/v
= 5 gram / 100 ml
= 0,1 gram / 2 ml
Menimbang 0,1 gram ekstrak dan fraksi buah adas, kemudian dilarutan dalam
DMSO 5% sampai 2 ml.
Larutan stok 10%= 10 % b/v
= 10 gram / 100 ml
= 0,2 gram / 2 ml
Menimbang 0,2 gram ekstrak dan fraksi buah adas, kemudian dilarutan dalam
DMSO 5% sampai 2 ml.
Larutan stok 20%= 20 % b/v
= 20 gram / 100 ml
= 0,4 gram / 2 ml
Menimbang 0,4 gram ekstrak dan fraksi buah adas, kemudian dilarutan dalam
DMSO 5% sampai 2 ml.
84
Lampiran 15. Perhitungan pembuatan larutan stok fraksi air untuk uji dilusi
Konsentrasi fraksi air yang digunakan adalah 20 %.
Pembuatan larutan stok 20 % b/v : Ditimbang 0,4 gram fraksi air, kemudian
dilarutkan dalam DMSO 5 % sampai 2 ml.
Tabung 2 sampai 9 diisi 0,5 ml media SGC terlebih dahulu.
1. Tabung 1 : (Kontrol negatif) diisi dengan 1 ml larutan fraksi air 20 %.
2. Tabung 2 : Konsentrasi 20%
Dipipet 0,5 ml dari larutan stok awal kemudian dimasukkan ke dalam tabung
reaksi 2 berisi media SGC.
3. Tabung 3 : Konsentrasi 10 %.
Dipipet 0,5 ml dari larutan dari tabung 2 kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi 3 berisi media SGC.
4. Tabung 4 : Konsentrasi 5 %.
Dipipet 0,5 ml dari larutan dari tabung 3 kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi 4 berisi media SGC.
5. Tabung 5 : Konsentrasi 2,5 %.
Dipipet 0,5 ml dari larutan dari tabung 4 kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi 5 berisi media SGC.
6. Tabung 6 : Konsentrasi 1,25 %.
Dipipet 0,5 ml dari larutan dari tabung 5 kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi 6 berisi media SGC.
7. Tabung 7 : Konsentrasi 0,6 %.
Dipipet 0,5 ml dari larutan dari tabung 6 kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi 7 berisi media SGC.
8. Tabung 8 : Konsentrasi 0,3 %
Dipipet 0,5 ml dari larutan dari tabung 7 kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi 8 berisi media SGC.
9. Tabung 9 : Konsentrasi 0,15 %
Dipipet 0,5 ml dari larutan dari tabung 8 kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi 9 berisi media SGC.
10. Tabung 10 : (Kontrol positif) diisi 1 ml suspensi jamur Candida albicans
ATCC 10231.
Dari tabung reaksi 2 sampai 9 ditambahkan masing-masing 0,5 ml jamur Candida
albicans ATCC 10231.
85
Lampiran 16. Formula pembuatan media
1. Formula pembuatan media SGA (Sabouraud Glukosa Agar)
SGA 65 g/L
Aquadest 1 L
Kloramfenikol 200mg/ml
Ditimbang 65 gram SGA, dilarutkan dalam 1 liter aquadest (pH diukur 5,4-5,8)
dan dipanaskan hingga larut. Tambahkan 200 mg kloramfenikol aduk hingga
homogen. Pindahkan dalam tabung @ 10 ml, tutup dengan kapas kemudian
disterilkan menggunakan autoclave selama 2 jam pada suhu 121oC, dinginkan
hasil sterilisasi kemudian tuang pada cawan petri.
Formula pembuatan media SG (Sabouraud Glukosa Cair)
SGC 30 g/L
Aquadest 1 L
Kloramfenikol 200 mg
Ditimbang 30 gram SGC, dilarutkan dalam 1 liter aquadest (pH diukur 5,4-5,8)
dan dipanaskan hingga larut. Tambahkan kloramfenikol 200 mg aduk hingga
homogen. Pindahkan dalam tabung @ 10 ml, tutup dengan kapas kemudian
disterilkan menggunakan autoclave selama 2 jam pada suhu 121oC.
2. Uji biokimia
Meat extract 3 g/L
Pepton 5 g/L
Gula 5 g/L
Phenol red 1 % 1 ml
Aquadest 1 L
Semua bahan ditimbang dan dilarutkan dalam 1 L aquadest, tambahkan phenol
red 1% dan ukur pH 7,3. Pindahkan dalam tabung yang telah berisi tabung
durham terbalik dan tutup dengan menggunakan kapas. Sterilkan dengan
autoclave selama 2 jam pada suhu 121oC dan tunggu hingga dingin.
86
Lampiran 17. Hasil analisis data difusi secara ANOVA two way
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Diameter 42 ,00 27,25 15,0655 6,28254
Valid N (listwise) 42
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Diameter
N 42
Normal Parametersa,b Mean 15,0655
Std. Deviation 6,28254
Most Extreme Differences
Absolute ,106
Positive ,086
Negative -,106
Kolmogorov-Smirnov Z ,685
Asymp. Sig. (2-tailed) ,736
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable: Diameter
F df1 df2 Sig.
1,820 13 28 ,090
Tests the null hypothesis that the error variance of the
dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Zat + Konsentrasi + Zat * Konsentrasi
87
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Diameter
Source Type III Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1616,316a 13 124,332 1770,150 ,000
Intercept 7484,751 1 7484,751 106562,562 ,000
Zat 369,123 3 123,041 1751,769 ,000
Konsentrasi 132,358 2 66,179 942,209 ,000
Zat * Konsentrasi 9,994 6 1,666 23,715 ,000
Error 1,967 28 ,070
Total 11150,963 42
Corrected Total 1618,282 41
a. R Squared = ,999 (Adjusted R Squared = ,998)
Estimated Marginal Means
1. Zat
Dependent Variable: Diameter
Zat Mean Std. Error 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Ekstrak 14,028a ,088 13,847 14,209
Fraksi n-heksan 11,172a ,088 10,991 11,353
Fraksi Etil asetat 16,189a ,088 16,008 16,370
Fraksi air 19,944a ,088 19,763 20,125
Flukonazol 26,917a ,153 26,603 27,230
DMSO 1,371E-013a ,153 -,313 ,313
a. Based on modified population marginal mean.
2. Konsentrasi
Dependent Variable: Diameter
Konsentrasi Mean Std. Error 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
5% 12,958a ,077 12,802 13,115
10% 15,388a ,077 15,231 15,544
20 17,654a ,077 17,497 17,811
2mg/ml 26,917a ,153 26,603 27,230
5% 1,371E-013a ,153 -,313 ,313
a. Based on modified population marginal mean.
88
3. Zat * Konsentrasi
Dependent Variable: Diameter
Zat Konsentrasi Mean Std. Error 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Ekstrak
5% 10,967 ,153 10,653 11,280
10% 14,167 ,153 13,853 14,480
20 16,950 ,153 16,637 17,263
2mg/ml .a . . .
5% .a . . .
Fraksi n-heksan
5% 9,000 ,153 8,687 9,313
10% 11,967 ,153 11,653 12,280
20 12,550 ,153 12,237 12,863
2mg/ml .a . . .
5% .a . . .
Fraksi Etil asetat
5% 13,650 ,153 13,337 13,963
10% 16,000 ,153 15,687 16,313
20 18,917 ,153 18,603 19,230
2mg/ml .a . . .
5% .a . . .
Fraksi air
5% 18,217 ,153 17,903 18,530
10% 19,417 ,153 19,103 19,730
20 22,200 ,153 21,887 22,513
2mg/ml .a . . .
5% .a . . .
Flukonazol
5% .a . . .
10% .a . . .
20 .a . . .
2mg/ml 26,917 ,153 26,603 27,230
5% .a . . .
DMSO
5% .a . . .
10% .a . . .
20 .a . . .
2mg/ml .a . . .
5% 1,371E-013 ,153 -,313 ,313
a. This level combination of factors is not observed, thus the corresponding population marginal mean is not
estimable.
89
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Diameter
Tukey HSD
(I) Zat (J) Zat Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Ekstrak
Fraksi n-heksan 2,8556* ,12493 ,000 2,4738 3,2373
Fraksi Etil asetat -2,1611* ,12493 ,000 -2,5429 -1,7793
Fraksi air -5,9167* ,12493 ,000 -6,2984 -5,5349
Flukonazol -12,8889* ,17668 ,000 -13,4288 -12,3490
DMSO 14,0278* ,17668 ,000 13,4879 14,5677
Fraksi n-
heksan
Ekstrak -2,8556* ,12493 ,000 -3,2373 -2,4738
Fraksi Etil asetat -5,0167* ,12493 ,000 -5,3984 -4,6349
Fraksi air -8,7722* ,12493 ,000 -9,1540 -8,3904
Flukonazol -15,7444* ,17668 ,000 -16,2844 -15,2045
DMSO 11,1722* ,17668 ,000 10,6323 11,7121
Fraksi Etil
asetat
Ekstrak 2,1611* ,12493 ,000 1,7793 2,5429
Fraksi n-heksan 5,0167* ,12493 ,000 4,6349 5,3984
Fraksi air -3,7556* ,12493 ,000 -4,1373 -3,3738
Flukonazol -10,7278* ,17668 ,000 -11,2677 -10,1879
DMSO 16,1889* ,17668 ,000 15,6490 16,7288
Fraksi air
Ekstrak 5,9167* ,12493 ,000 5,5349 6,2984
Fraksi n-heksan 8,7722* ,12493 ,000 8,3904 9,1540
Fraksi Etil asetat 3,7556* ,12493 ,000 3,3738 4,1373
Flukonazol -6,9722* ,17668 ,000 -7,5121 -6,4323
DMSO 19,9444* ,17668 ,000 19,4045 20,4844
Flukonazol
Ekstrak 12,8889* ,17668 ,000 12,3490 13,4288
Fraksi n-heksan 15,7444* ,17668 ,000 15,2045 16,2844
Fraksi Etil asetat 10,7278* ,17668 ,000 10,1879 11,2677
Fraksi air 6,9722* ,17668 ,000 6,4323 7,5121
DMSO 26,9167* ,21639 ,000 26,2554 27,5779
DMSO
Ekstrak -14,0278* ,17668 ,000 -14,5677 -13,4879
Fraksi n-heksan -11,1722* ,17668 ,000 -11,7121 -10,6323
Fraksi Etil asetat -16,1889* ,17668 ,000 -16,7288 -15,6490
Fraksi air -19,9444* ,17668 ,000 -20,4844 -19,4045
Flukonazol -26,9167* ,21639 ,000 -27,5779 -26,2554
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,070.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
90
Homogeneous Subsets
Diameter
Tukey HSDa,b,c
Zat N Subset
1 2 3 4 5 6
DMSO 3 ,0000
Fraksi n-heksan 9 11,1722
Ekstrak 9 14,0278
Fraksi Etil asetat 9 16,1889
Fraksi air 9 19,9444
Flukonazol 3 26,9167
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.