BAB v (Konsep Kota)

  • Upload
    dhobit

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    1/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 1

    BAB V KONSEP KOTA TERINTEGRASI

    DI PROVINSI GORONTALO

    Sebelum membahas tentang konsep kota terintegrasi, terlebih dahulu kita

    harus memahami bahwa pengintegrasian itu dapat berupa integrasi dalam satu

    kota maupun integrasi antar kota-kota dalam Provinsi Gorontalo. Kemudian kita

     juga memahami hal-hal yang dapat mengintegrasikan kota-kota di Provinsi

    Gorontalo beserta kendala-kendala yang dihadapi. Berdasarkan analisa data yang

    ada, terdapat beberapa hal yang dapat mengintegrasikan kota-kota di Provinsi

    Gorontalo, diantaranya :

    1. Transportasi

    2. Telekomunikasi dan Informasi

    3. Potensi dan sumber daya

    4. Sosial Budaya

    5. Perencanaan penataan ruang

    Setiap aspek yang memegang peranan penting dalam proses

    pengintegrasian ini, memiliki kendalanya masing-masing. Untuk itu diperlukan

    perencanaan yang matang dan komprehensif dalam meminimalisir setiap kendala

    yang ada. Pada bagian selanjutnya akan dibahas secara mendetail masing-masing

    faktor pengintegrasi tersebut.

    5.1. Transportasi

    Seluruh moda transportasi yang ada yaitu transportasi darat, transportasi

    laut dan transportasi udara semuanya ada di Provinsi Gorontalo walaupun

    kapasitasnya belum cukup memadai. Jalur moda transportasi ini dapat dilihat pada

    Gambar 5.1.

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    2/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 2

       G   a   m    b   a   r   5 .   1 .   S   t   r   u    k   t   u   r   R   u   a   n   g   P   r   o   v   i   n   s   i   G   o   r   o   n   t   a    l   o

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    3/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 3

    Berdasarkan peta struktur ruang Provinsi Gorontalo yang dituangkan dalam

    RTRW Provinsi, terlihat dari sisi transportasi hampir seluruh kota yang ada sudah

    terintegrasi terutama oleh transportasi darat. Kota-kota dalam kajian ini telah

    diitegrasikan oleh jalan arteri kecuali Kota Suwawa dan Batudaa. Namun kedua

    kota ini tetap terintegrasi walaupun oleh jalan kolektor yang dimensi dan

    kualitasnya tidak kalah dengan jalan arteri.

    Khusus moda transportasi darat jenis kereta api, dalam perencanaan sistem

    perkeretaapian nasional, hampir seluruh kota di Provinsi Gorontalo juga akan

    terintegrasi. Jalurnya dari Sulaesi Tengah, akan masuk ke Provinsi Gorontalo

    melalui Kota Marisa. Jalur selanjutnya adalah melalui Kota Tilamuta, Kota

    Paguyaman dan Kota isimu. Di Kota Isimu ini akan terjadi percabangan yaitu yang

    menuju Kota Gorontalo dan menuju Kota Kwandang. Jalur yang menuju Kota

    Kwandang akan kembali lagi ke Kota Isimu yang nantinya akan menjadi stasiun

    besar. Dari stasiun besar Isimu ini juga, kereta api akan menuju Provinsi Sulawesi

    Utara melalui Kota Gorontalo dan Taludaa.Dari sisi transportasi, Kota Isimu akan memegang peran yang sangat penting

    dan strategis dalam pengintegrasian kota-kota yang ada di Provinsi Gorontalo

    karena letaknya yang sangat strategis. Di Kota Isimu ini terdapat 3 (tiga) moda

    transportasi yaitu stasiun bus/kendaraan, stasiun besar kereta api serta terdapat

    Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo. Disamping itu letaknya berada di

    simpul/percabangan menuju Kota Gorontalo. Di lokasi ini, kendaraan dari utara

    maupun selatan bertemu. Orang-orang atau barang/jasa yang akan mengganti

    moda transportasi baik dari darat ke udara, maupun dari bus/mobil ke kereta api

    dapat dilakukan di kota ini. Melihat kondisi tersebut, dapat dikatakan Kota Isimu

    memegang peranan yang sangat penting dan cukup sentral di Provinsi Gorontalo.

    Untuk moda transportasi laut, Kota Gorontalo, Tilamuta dan Marisa sudah

    terintegrasi dengan baik. Kapal-kapal yang melayani ketiga kota ini masih

    berukuran sedang dan kapasitas serta frekuensinya masih kurang.

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    4/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 4

    System Ketiga moda transportasi ini sebaiknya diintegrasikan untuk 

    memudahkan para penggunanya sehingga mudah dan praktis mencapai tujuannya.

    Dengan demikian, kota-kota yang ada di Provinsi Gorontalo juga akan terintegrasi

    dengan sendirinya. Penerapan sistem yang terintegrasi juga sudah dipikirkan oleh

    pejabat pemerintahan Republik Indonesia. Misalnya, Wakil Menteri Perhubungan

    pernah berencana untuk mengintegrasikan sistem tiket antara kereta api dan

    busway di Pulau Jawa guna memadukan kedua moda transportasi. Pengintegrasian

    ini harus mendapat dukungan dari sistem telekomunikasi dan informasi yang

    memadai. Tetapi hal ini dapat terwujud dengan cepatnya pengintegrasian sistem

    pertiketan yang dilakukan oleh PT KAI. Hal itu tinggal dilanjutkan dengan

    mengawinkan sistem yang telah dijalankan KAI untuk secara bersama-sama

    dipadukan dengan sistem busway dalam moda transportasi Jabodetabek.

    Pemerintah juga memiliki keinginan untuk mewujudkan transportasi multimoda di

    seluruh wilayah Indonesia baik di daerah perkotaan maupun wilayah perdesaan

    demi mengintegrasikan seluruh wilayah.

    Saat ini masih belum terlihat integrasi transportasi multimoda yang kuatkarena setiap jenis moda transportasi baik di darat, laut, udara, maupun kereta,

    cenderung berjalan sendiri-sendiri. Kota-kota di Indonesia dihadapkan pada kondisi

    terbatasnya layanan angkutan umum dan pertambahan kendaraan pribadi yang

    sangat pesat. Ke depannya, perlu dipikirkan revitalisasi angkutan umum perkotaan

    dan antar kota serta pengendalian kendaraan pribadi sehingga kota-kota dapat

    terintegrasi tanpa menimbulkan masalah kemacetan.

    Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri Indonesia mengusulkan

    terobosan untuk menerapkan pengenaan pajak infrastruktur yang dapat digunakan

    guna mengembangkan jaringan transportasi yang lebih baik di Tanah Air. Pajak 

    infrastruktur ini nantinya ditanggung oleh pemilik kendaraan dan dananya

    digunakan untuk membangun jalan dalam rangka pengembangan sistem yang baik 

    dalam rangka mewujudkan kota-kota yang mudah dalam akses dan terintegrasi

    secara sempurna dalam suatu wilayah. Pemikiran ini cukup baik walaupun pasti

    banyak menimbulkan pro dan kontra.

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    5/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 5

    Selain itu dalam peningkatan system pengintegrasian kota-kota di Provinsi

    Gorontalo maupun dalam kota khususnya di Kota Gorontalo yang sudah mulai

    macet, sudah mulai perlu dipikirkan pemanfaatan moda transportasi massal "bus

    rapid transit" seperti ide Kementerian Perhubungan. Kementerian Perhubungan

    mengharapkan semua ibu kota propinsi di Indonesia maupun kota-kota di wilayah

    sekitarnya sudah mulai menerapkan system ini. Diperkirakan baru terdapat sekitar

    10 ibu kota provinsi yang tersebar di berbagai pulau di tanah air yang telah

    menerapkan BRT sehingga diharapkan dapat lebih banyak lagi ibu kota provinsi

    yang juga menggunakannya.

    5.2. Telekomunikasi dan Informasi

    Telekomunikasi dan Informasi memegang peranan yang sangat penting

    dalam proses pengintegrasian kota-kota yang ada di Provinsi Gorontalo. Adanya

    akses informasi yang cepat dan akurat, mengakibatkan jarak antar kota yang ada

    seperti terabaikan bahkan seperti hilang.

    Di kota-kota modern dimana system telekomunikasi dan informasi sudah

    sangat maju, seluruh kota dan kota-kota lain di sekitarnya sudah membentuk networking system yang baik. Seluruh kota terintegrasi dalam satu system yang

    padu. Contohnya system kependudukan, system keuangan dan perbankan, system

    pendidikan dan lain sebagainya sudah dapat diakses dari lokasi manapun tanpa

    harus berada di kota tersebut. System pendataannya sangat baik sehingga

    informasi apapun mudah diakses dan dipantau. Pekerjaan menjadi lebih efektif dan

    efisien tanpa harus berpindah-pindah kantor untuk mengurus sebuah berkas.

    System seperti ini dapat diterapkan juga di kota-kota yang ada di Provinsi

    Gorontalo. Kita dapat mengintegrasikan setiap program pembangunan, catatan

    kependudukan dan lain-lain dalam wilayah Provinsi Gorontalo dengan terpadu. Hal

    yang perlu dipersiapkan adalah infrastruktur dan sumber daya manusia.

    Memang hal ini kelihatan berat, membutuhkan infrastruktur, modal dan

    sumber daya yang banyak. Tetapi kita harus memikirkan manfaat serta kemudahan

    yang kita peroleh jika menerapkan system telekomunikasi dan informasi yang

    terintegrasi ini. Pada langkah awal, kita memang sudah memiliki jaringan

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    6/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 6

    telekumunikasi antar kota baik melalui PSTN maupun jaringan telepon seluller.

    Tetapi jaringan ini masih sering mengalami gangguan karena kurangnya modal dan

    pemahaman tentang teknologi informasi. Kantor-kantor pemerintah, masih sangat

    kurang yang sudah dilengkapi dengan fasilitas internet. Kalaupun sudah ada,

    banyak yang sudah rusak atau bahkan tidak ada yang dapat memanfaatkan sesuai

    dengan tujuannya.

    Ke depan, kota-kota di Gorontalo dapat menerapkan system informasi yang

    terintegrasi dengan baik. Diawali dengan membuka wawasan tentang pentingnya

    system informasi, kemudian pengadaan infrastrukturnya, sampai pada pelatihan

    pemanfaatannya. Tetapi semua itu harus disertai dengan pengalokasian anggaran

    yang memadai dalam mewujudkan hal-hal tersebut di atas.

    5.3. Potensi dan Sumber Daya

    Potensi dan sumber daya alam setiap kota dan daerah hinterlandnya yang

    ada di Provinsi Gorontalo sangat beragam. Hal ini menyebabkan setiap kota yang

    ada menjadi saling membutuhkan untuk menutupi kebutuhannya yang tidak dapatdipenuhi oleh kota itu sendiri. Dalam ilmu pengembangan wilayah, terdapat

    beberapa faktor yang mempengaruhi integrasi wilayah, yaitu :

    a. Adanya wilayah yang saling melengkapi (regional complementary)

    Hal ini dapat terjadi karena setiap wilayah memiliki sumberdaya alam dan

    kebutuhan yang berbeda-beda.

    b. Adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer

    ability)

    Kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang dipengaruhi oleh jarak 

    mutlak dan jarak relatif antar wilayah, adanya biaya transportasi, dan

    kelancaran sarana transportasi antarwilayah.

    c. Adanya kesempatan berinvestasi (intervening opportunity)

    Hubungan antar wilayah dapat diperlemah oleh adanya alternatif penggati

    sumber daya yang dibutuhkan wilayah lain atau pihak ketiga.

    Kota-kota yang masuk dalam kajian ini juga memiliki potensi dan sumber

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    7/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 7

    daya yang berbeda-beda sehingga akan saling membutuhkan/melengkapi. Adapun

    potensi dan sumber daya yang ada di setiap kota yang termasuk dalam kajian ini

    adalah :

    a. Kota Randangan

    - Pertanian (padi, jagung, umbi-umbian)

    - Peternakan (sapi dan kuda)

    - Industry (anyaman dan meubeler)

    b. Kota Marisa

    - Pertanian (padi dan jagung)

    - Peternakan (sapi dan kuda)

    - Perdagangan dan jasa

    c. Kota Tilamuta

    - Perikanan laut

    - Pertanian (padai, jagung dan umbi-umbian)

    - Perkebunan (kalapa, tebu dan kakao)

    - Peternakan (sapi dan unggas)- Pariwisata

    d. Kota Paguyaman

    - Pertanian (sawah dan jagung)

    - Perkebunan (tomat, cabe, bawang)

    - Peternakan

    - Industry (batching plant dan AMP)

    e. Kota Isimu

    - Perdagangan dan jasa

    - Industri

    - Pertanian (padi)

    f. Kota Kwandang

    - Perikanan laut

    - Industri

    - Pariwisata

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    8/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 8

    g. Kota Batudaa

    - Pertanian (padi)

    - Peternakan (sapi dan kuda)

    h. Kota Limboto

    - Perdagangan dan jasa

    - Pertanian

    i. Kota Gorontalo

    - Perdagangan dan jasa

    - industri

    - Pertanian

     j. Kota Suwawa

    - Pertanian (padi)

    - Pertambangan

    Dari uraian di atas, terlihat ada kota yang memiliki potensi dan sumber daya

    yang relative sama dan ada juga kota yang potensi dan sumber dayanya berbeda.

    Kota-kota yang potensinya berbeda akan memiliki konektivitas dan ketergantunganyang besar. Dengan sendirinya akan terbentuk integrasi yang kuat. Di sisi lain, kota

    yang potensi dan sumber dayanya hampir sama, konektivitas dan integrasinya akan

    lemah. Akan tetapi konektivitas antar kota bukan hanya dipengaruhi oleh potensi

    wilayah semata, tetapi juga dipengaruhi oleh jumah penduduk dan jarak antar

    kotanya

    5.4. SOSIAL BUDAYA GORONTALO

    Budaya dalam suatu masyarakat etnis tertentu merupakan akal budi, pikiran

    manusia, cipta karsa, dan hasil karya yang diciptakan oleh kelompok masyarakat

    etnis tersebut. Dengan adanya budaya, masyarakat dapat menentukan hukum-

    hukum yang berlaku di suatu kelompok yang merupakan nilai moral suatu entnis

    tertentu yang akhirnya menjadi kebiasaan-kebiasaan entis atau suku tertentu,

    termasuk juga budaya adat istiadat daerah Gorontalo.

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    9/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 9

    Membahas tentang budaya atau kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat

    daerah Gorontalo saat ini tentu telah ada banyak perubahan dan pergeseran

    mengikuti perkembangan jaman, dibandingkan pada jaman dahulu dimana masing-

    masing individu masih mempertahankan nilai-nilai leluhur yang berlaku didalam

    masyarakat. Namun demikian saat ini masih ada kebiasaan-kebiasaan hidup dalam

    masyarakat yang terus dipelihara dan masih berlaku dalam kehidupan sehari-hari,

    termasuk tentang adat perkawinan dan kesenian derah Gorontalo.

    Sistem kekerabatan masyarakat Gorontalo yang beraneka ragan profesi dan

    tingkat sosial tidak menjadi penghalang untuk tetap hidup dalam suasana

    kekeluargaan. Dan itu menjadi salah satu hal utama mengapa masyarakat

    gorontalo selalu hidup rukun dan tidak pernah terjadi bentrok atau konflik yang

    berskala besar. Sistem kemasyarakatan yang terus terpelihara dan berjalan dengan

    baik hingga saat ini adalah hidup bergotong-royong dan menyelesaikan masalah

    atau persoalan secara bersama-sama, musyawarah dan mufakat.

    Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi atas tiga

    dialek, dialek Gorontalo, dialek Bolango, dan dialek Suwawa. Saat ini yang palingdominan adalah dialek Gorontalo. Keberadaan bahasa daerah yang sama walaupun

    berbeda dialek ini dirasakan menjadi salah satu hal yang dapat mempersatukan/

    mengintegrasikan wilayah Gorontalo secara utuh.

    Demi menjaga kelestarian bahasa daerah, maka diterbitkanlah Kamus

    Bahasa Gorontalo-Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Suwawa-Bahasa Indonesia

    serta Kamus Bahasa Atinggola-Bahasa Indonesia. Selain itu, telah berhasil

    diterbitkan dan disetujui oleh Kementerian Agama Republik Indonesia perihal

    penerbitan Al-Qur'an yang dilengkapi terjemahan bahasa Gorontalo (Al-Qur'an

    terjemahan Hulontalo). Disamping itu, pendidikan muatan lokal Bahasa Gorontalo

    masih terus dipertahankan untuk dijadikan bahan ajar di Sekolah Dasar. Meskipun

    Catatan Buku Tua Gorontalo yang ada di masyarakat sepenuhnya ditulis

    menggunakan Aksara Arab Pegon (Aksara Arab Gundul) akibat dari afiliasi agama

    Islam dengan Adat Istiadat, Gorontalo sebenarnya memiliki aksara lokal sebagai

    identitas kesukuan yang sangat tinggi nilainya, yaitu "Aksara Suwawa-Gorontalo".

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    10/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 10

    Orang Gorontalo hampir dapat dikatakan semuanya beragama Islam (99 %).

    Islam masuk ke daerah ini sekitar abad ke-16. Ada kemungkinan Islam masuk ke

    Gorontalo sekitar tahun 1400 Masehi (abad XV), jauh sebelum wali songo di Pulau

    Jawa, yaitu ditandai dengan adanya makam seorang wali yang bernama ‘Ju

    Panggola’ di Kelurahan Dembe I, Kota Barat, tepatnya di wilayah perbatasan Kota

    Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo.

    Pada waktu dulu di wilayah Gorontalo terdapat pemerintahan kerajaan yang

    bernapaskan Islam. Raja Kerajaan Gorontalo yang memeluk agama Islam

    adalah Sultan Amai (1550—1585), yang kemudiannya namanya diabadikan

    sebagai nama perguruan tinggi agama Islam di Provinsi Gorontalo, STAIN Sultan

     Amai Gorontalo, yang kelak diharapkan menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) di

    Gorontalo.

    Dengan adanya kerajaan-kerajaan pada masa lalu muncul kelas-kelas dalam

    masyarakat Gorontalo; kelas raja dan keturunannya (wali-wali), lapisan rakyat

    kebanyakan (tuangolipu), dan lapisan budak (wato). Perbedaan kelas ini semakin

    hilang seiring dengan semakin besarnya pengaruh ajaran Islam yang tidak mengenal kelas sosial. Namun, pandangan tinggi rendah dari satu pihak terhadap

    pihak lain masih terasakan sampai saat ini. Dasar pelapisan sosial seperti ini

    semakin bergeser oleh dasar lain yang baru, yaitu jabatan, gelar, pendidikan, dan

    kekayaan ekonomi.

    Dewasa ini kita telah menghadapi masa globalisasi yang hubungan

    manusianya tiada batas antar satu benua dengan banua lain. Keberadaan budaya

    Gorontalo dimasa sekarang ini sudah mengalami banyak perubahan yang sangat

    signifikan misalnya saja dalam hal upacara adat perkawinan. Dalam upacara adat

    perkawinan adat Gorontalo dimasa sekarang ini banyak sesi-sesi adat yang dilewati

    misalnya saja dalam upacara malam sebelum diadakannya akad pernikahan,

    banyak anak muda sekarang yang tidak lagi menggunakan tarian-tarian untuk 

    memikat hati mempelai wanita karena diakibatkan beberapa faktor diantaranya

    sebagai berikut:

    Kurangnya pengetahuan akan adat budaya daerah Gorontalo

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    11/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 11

    Kurangnya pengetahuan akan tarian adat

    Kurangnya pengetahuan pembelajaran tentang adat budaya gorontalo

    Pergaulan kaum muda mudi yang sudah tergerus oleh jaman atau berprilaku

    hidup modern.

    Faktor-faktor tersebut diatas yang membuat memudarnya kebudayaan

    Gorontalo. Oleh karena itu kita kaum muda harus bisa mempertahankan budaya

    Gorontalo agar tetap lestari, karena budaya itulah yang menjadi warisan leluhur

    nenek moyang suku Gorontalo.

    Provinsi Gorontalo dihuni oleh ragam Etnis yang berbentuk Pohala'a

    (Keluarga), diantaranya Pohala'a Gorontalo (Etnis Hulontalo), Pohala'a Suwawa

    (Etnis Suwawa/Tuwawa), Pohala'a Limboto (Etnis Limutu), Pohala'a Bolango (Etnis

    Bulango/Bolango) dan Pohala'a Atinggola (Etnis Atinggola) yang seluruhnya

    dikategorikan kedalam suku Gorontalo atau Suku Hulontalo. Ditengarai, penyebaran

    Diaspora Orang Gorontalo telah mencapai 5 kali lipat dari total penduduknya

    sekarang yang tersebar di seluruh dunia.

    Provinsi Gorontalo berdiri secara resmi sejak tanggal 22 Desember tahun2000, melalui penetapan sidang paripurna DPR RI. Namun sekalipun masih

    kontroversi, peringatan Hari Lahir Provinsi Gorontalo diperingati pada tanggal 16

    Februari tahun 2001, ditandai dengan dilantiknya Tursandi Alwi sebagai penjabat

    Gubernur pertama. Meskipun terbilang muda perihal pemekaran daerah,

    sebenarnya Provinsi Gorontalo lebih dahulu dikenal sejak zaman kolonial Belanda

    dengan kota-kota tua yang dimilikinya selain Kota Gorontalo (Hulontalo), antara

    lain:

    • Suwawa (asal kata Tuwawa)

    • Limboto (asal kata Limutu)

    • Tilamuta

    • Kwandang

    • Paguat (asal kata Pohuwato)

    • Marisa

    • Popayato

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    12/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 12

    •  Atinggola

    Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-

    kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo.Kerajaan-

    kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a".

    Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :

    • Pohala'a Gorontalo

    • Pohala'a Limboto

    • Pohala'a Suwawa

    • Pohala'a Boalemo

    • Pohala'a Atinggola

    Berdasarkan klasifikasi adat yang dibuat oleh Mr. C. Vollenhoven, maka

    Semenanjung Gorontalo termasuk kedalam 19 wilayah adat di Indonesia. Antara

    agama dengan adat di Gorontalo pun menyatu dengan istilah "Adat bersendikan

    Syara’ dan Syara' bersendikan Kitabullah".

    Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekusaan

    seorang asisten Residen disamping Pemerintahan tradisonal. Padatahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung

    yang dikenal dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911 terjadi lagi

    perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo Lo Pohalaa dibagi atas tiga

    Onder Afdeling yaitu :

    • Onder Afdeling Kwandang

    • Onder Afdeling Boalemo

    • Onder Afdeling Gorontalo

    Selanjutnya pada tahun 1920 berubah lagi menjadi lima distrik yaitu :

    • Distrik Kwandang

    • Distrik Limboto

    • Distrik Bone

    • Distrik Gorontalo

    • Distrik Boalemo

    Gubernur Jenderal De Graeff yang berparade di jalan-jalan Gorontalo (1926)

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    13/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 13

    Pada tahun 1922 Gorontalo ditetapkan menjadi tiga Afdeling yaitu :

    •  Afdeling Gorontalo

    •  Afdeling Boalemo

    •  Afdeling Buol

    Melihat sejarah dan perkembangan di Provinsi Gorontalo, maka akan terjadi

    beberapa pemekaran wilayah administrasi (pembentukan daerah otonomo baru).

    Jika pembentukan daerah otonom baru terwujud paling cepat pada tahun 2017

    mendatang, maka Provinsi Gorontalo akan terbagi atas Kota Gorontalo, Kota

    Limboto, Kota Marisa, Kota Anggrek, Kabupaten Gorontalo (Ibukota: Isimu),

    Kabupaten Bone Bolango (Ibukota: Suwawa), Kabupaten Boalemo (Ibukota:

    Tilamuta), Kabupaten Pohuwato (Ibukota: Paguat), Kabupaten Gorontalo Utara

    (Ibukota: Kwandang), Kabupaten Panipi (Ibukota: Tabongo (rencana)), Kabupaten

    Boliyohuto (Ibukota: Tolangohula (rencana)) dan Kabupaten Gorontalo Barat

    (Ibukota: Lemito (rencana)). Total nantinya Provinsi Gorontalo akan terbagi dalam

    12 wilayah Kota dan Kabupaten.

    Pergeseran Ibukota Kabupaten akan terjadi jika benar adanya pembentukandaerah otonom baru seperti yang telah disebutkan sebelumnya di atas. Daerah

    yang mengalami pergeseran Ibukota yaitu Kabupaten Gorontalo, dimana

    ibukotanya akan berada di Kecamatan Isimu. Sedangkan ibukota Kabupaten

    Pohuwato akan berada di Kecamatan Paguat. Tetapi pemekaran daerah ini tidak 

    akan menggangu semangat membangun di Provinsi Gorontalo, tetapi justru akan

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan di setiap wilayah ini akan

    semakin mengintegrasikan kota-kota di Provinsi Gorontalo karena jarak antar ibu

    kota kabupaten/kota akan semakin dekat.

    Di zaman kerajaan dahulu saja, kelima kerajaan ini dapat terintegrasi dalam

    satu kesatuan wilayah Gorontalo walaupun kondisi saat itu masih sangat terbatas

    aksessibilitas dan komunikasinya. Dengan perkembangan aksessibilitas dan

    teknologi informasi yang ada sekarang ini, tentunya integrasi seluruh wilayah yang

    ada di Provinsi Gorontalo menjadi jauh lebih mudah.

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    14/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 14

    5.5. Perencanaan Penataan Ruang

    Integrasi antar kota juga dipengaruhi oleh perencanaan penataan ruang

    yang dibuat oleh pemerintah daerah. Disinilah peran pentingnya pemerintah dalam

    upaya untuk memeratakan pembangunan daerah. Pemerintah Provinsi Gorontalo

    telah berupaya melakukannya dengan menyusun dokumen-dokumen penataan

    ruang yang intinya mengintegrasikan kota-kota dalam wilayah provinsi. Diantaranya

    penyusunan beberapa dokumen Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi

    dengan mengangkat potensi dari beberapa wilayah yang dapat meningkatkan

    perekonomian tingkat propinsi mengintegrasikan daerah-daerah tersebut dalam

    satu kesatuan wilayah Provinsi Gorontalo.

    Dalam dokumen RTRW Provinsi juga sudah disusun rencana struktur ruang

    yang terintegrasi antar kotanya melalui jaringan transportasi yang ada baik 

    transportasi darat maupun laut. Dan yang paling penting adalah penyusunan

    dokumen kota terintegrasi ini, sehingga ke depan, kota-kota yang ada di Provinsi

    Gorontalo akan benar-benar terintegrasi sehingga pembangunan akan semakin

    merata.

    5.6. Konektivitas Kota-Kota Di Gorontalo

    5.6.1.Model Gravitasi

    Berdasarkan rumus gravitasi antar kota, diperoleh gambaran kekuatan

    gravitasi antar kota yang ada di Provinsi Gorontalo. Berikut ini diberikan contoh

    perhitungan kekuatan gravitasi antar Kota Gorontalo dan Kota Limboto.

    Jumlah penduduk Kota Gorontalo = 190.492 jiwa.

    Jumlah penduduk Kota limboto = 48.604 jiwa.

    Jumlah penduduk Kota Suwawa = 11.958 jiwa.

    Jarak antara Kota Gorontalo dengan Kota Limboto = 16 km maka,

    190.492 x 48.604I = ---------------------- = 36.166.692

    (16)2

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    15/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 15

    Jika di dekat Kota Gorontalo terdapat Kota Suwawa, dengan jarak 14 km, maka:

    190.492 x 11.958I = ---------------------- = 11.621.956

    (14)2

    Jadi, interaksi antara Kota Gorontalo dengan Kota Limboto dan Kota Suwawa

    dapat ditulis dengan angka sederhana, yaitu 36 berbanding 12 atau 3 (tiga)

    berbanding 1 (satu). Jika digambarkan sebagai berikut.

    Gambar 5.2. Interaksi Antara Kota Gorontalo-Limboto dan Kota Gorontalo-Suwawa

    Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi Kota Gorontalo

    dengan Kota Limboto lebih besar daripada interaksi antara Kota Gorontalo dengan

    Kota Suwawa. Berarti pengaruh Kota Gorontalo terhadap Kota Limboto lebih besar

    daripada pengaruh Kota Gorontalo terhadap Kota Suwawa.

    Untuk kota-kota lainnya berlaku rumus yang sama dan hasilnya dapat dilihat pada

    Tabel 5.1. dan Tabel 5.2.

    Kota Limboto Kota Gorontalo Kota Suwawa

    3 1

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    16/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 16

    Tilamuta Suwawa Gorontalo Limboto Kwandang Marisa Isimu Batudaa Paguyaman Randangan Lemito Tabongo Bongomeme

    Tilamuta - 119 105 89 102 53 75 92 36 95 135 88 80

    Suwawa 119 - 14 30 71 172 44 27 83 109 149 31 39

    Gorontalo 105 14 - 16 57 158 30 13 69 210 250 17 25

    Limboto 89 30 16 - 41 142 14 37 53 194 234 33 25

    Kwandang 102 71 57 41 - 155 27 50 66 207 247 46 38

    Marisa 53 172 158 142 155 - 128 151 90 52 92 147 139

    Isimu 75 44 30 14 27 128 - 17 39 180 220 13 5

    Batudaa 92 27 13 37 50 151 17 - 62 203 243 4 12

    Paguyaman 36 83 69 53 66 90 39 62 - 160 200 58 50

    Randangan 105 109 210 194 207 52 180 203 160 - 40 199 191

    Lemito 145 149 250 234 247 92 220 243 200 40 - 239 231

    Tabongo 88 31 17 33 46 147 13 4 58 199 239 - 8

    Bongomeme 80 39 25 25 38 139 5 12 50 191 231 8 -

    Jarak

           K     o      t     a

    Kota

    Tabel 5.1 Jarak Antar Kota (Km) di Provinsi Gorontalo

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    17/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 17

    Tilamuta Suwawa Gorontalo Limboto Kwandang Marisa Isimu Batudaa Paguyaman Randangan Lemito Tabongo Bongomeme

    28.516 11.958 190.492 48.604 27.819 19.549 88.228 14.376 32.656 17.175 11.411 18.335 35.980

    Tilamuta 28.516 - 24.080 492.705 174.977 76.248 198.455 447.273 48.434 718.533 54.267 17.854 67.516 160.313

    Suwawa 11.958 24.080 - 11.621.956 645.785 65.991 7.902 544.954 235.814 56.685 17.286 6.146 228.148 282.872

    Gorontalo 190.492 492.705 11.621.956 - 36.166.692 1.631.055 149.172 18.674.142 16.204.219 1.306.597 74.188 34.779 12.085.366 10.966.243

    Limboto 48.604 174.977 645.785 36.166.692 - 804.351 47.122 21.878.743 510.395 565.045 22.180 10.129 818.324 2.798.035

    Kwandang 27.819 76.248 65.991 1.631.055 804.351 - 22. 636 3. 366.824 159.970 208. 553 11.151 5.203 241.050 693.163

    Marisa 19.549 198.455 7.902 149.172 47.122 22.636 - 105.272 12.326 78.814 124.169 26.356 16.587 36.405

    Isimu 88.228 447.273 544.954 18.674.142 21.878.743 3.366.824 105.272 - 4.388.809 1.894.263 46.769 20.801 9.571.955 126.977.738

    Batudaa 14.376 48.434 235.814 16.204.219 510.395 159.970 12.326 4.388.809 - 122.129 5.992 2.778 16.473.998 3.592.003

    Paguyaman 32.656 718.533 56.685 1.306.597 565.045 208.553 78. 814 1. 894.263 122.129 - 21.909 9.316 177.987 469.985

    Randangan 17.175 54.267 17.286 74.188 22.180 11.151 124.169 46.769 5.992 21.909 - 122.490 7.952 16.939

    Lemito 11.411 17.854 6.146 34.779 10.129 5.203 26.356 20.801 2.778 9.316 122.490 - 3.663 7.694

    Tabongo 18.335 67.516 228.148 12.085.366 818.324 241.050 16.587 9.571.955 16.473.998 177.987 7.952 3662,763 - 10.307.708

    Bongomeme 35.980 160.313 282.872 10.966.243 2.798.035 693.163 36.405 126.977.738 3.592.003 469.985 16.939 7.694 10.307.708 -

    Kota

           K     o      t     a

    Gravitasi Antar Kota

    Tabel 5.2. Rasio Gaya Tarik Antar Kota di Provinsi Gorontalo

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    18/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 18

    Gaya tarik dua kota dapat di buktikan dengan adanya mobilitas ataupun

    bentuk interaksi lain penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain. Daya tarik kota

    yang kuat akan menarik interaksi yang besar ke dalam wilayah kota yang

    bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang dimiliki

    suatu kota, serta adanya persamaan kepentingan. Unsur - unsur pendukung suatu

    kota juga berperan penting dalam timbulnya daya tarik antar kota, faktor fisiogafis,

    sosial, ekonomi, teknologi kota yang berbeda akan memunculkan suatu interaksi

    yang mengakibatakan daya tarik antar keduanya. Adanya komplementaritas antar

    kota akan semakin memperkuat daya tarik antar kedua kota, hal ini juga didukung

    oleh transferbilitas yang dapat tercipta antar keduanya. Semakin besar tranferbilitas

    yang terjadi maka dapat dikatakan daya tarik antar kota tersebut sangat kuat, jarak 

    dalam hal ini dapat diatasi dengan pembangunan akses jalan yang baik, untuk 

    mendukung kelancaran interaksi keduanya.

    5.6.2.Teori Titik Henti (Break ing Po in t Theory )Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) merupakan hasil modifikasi dari

    Model Gravitasi Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi

    garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau

    wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi penduduknya. Teori Titik Henti juga

    dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan lokasi industri atau pusat

    pelayanan masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda

     jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah dan kedua kota

    berdampingan tersebut menjadi terintegrasi.

    Menurut teori ini jarak titik henti (titik pisah) dari lokasi pusat perdagangan

    (atau pelayanan sosial lainnya) yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus

    dengan jarak antara kedua pusat perdagangan. Namun, berbanding terbalik 

    dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk dari kota atau wilayah yang

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    19/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 19

    penduduknya lebih besar dibagi jumlah penduduk kota yang lebih sedikit

    penduduknya. Formulasi Teori Titik Henti adalah sebagai berikut.

    Keterangan :D AB = jarak lokasi titik henti, diukur dari kota atau wilayah yang jumlahpenduduknya lebih kecil (dalam hal ini kota A)

    d AB = jarak antara kota A dan BP A = jumlah penduduk kota yang lebih kecil (kota A)PB = jumlah penduduk kota yang lebih besar (kota B)

    Contoh:

    Kota Limboto (A) memiliki jumlah penduduk 48.604 jiwa, sedangkan kota Gorontalo

    (B) 190.492 jiwa. Jarak antara kedua kota tersebut adalah 16 kilometer. Di

    manakah lokasi pusat perdagangan yang tepat dan strategis agar terjangkau oleh

    penduduk setiap kota tersebut?

    Diketahui :

    d A.B = 16 km

    P A = 48.604 jiwa

    PB = 190.492 jiwa

    k = 1

    maka :

    16D =

    1 + (190.492/48.604)16

    D =1 + (3,919266)

    16D =

    1 + 1,979714

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    20/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 20

    D = 5,369 Km

    DAB = 5,369 km, diukur dari kota Limboto (jumlah penduduknya lebih sedikit).

    DAB = lokasi ideal penempatan lokasi perdagangan sehingga terjangkau oleh

    penduduk dari kota A maupun B.

    Gambar 5.3. Lokasi titik henti antara Kota Gorontalo dan Kota Lmboto

    Dari perhitungan di atas, dapat dikatakan lokasi strategis untuk perdagangan

    berada pada km 11,6 dari Kota Gorontalo (daerah Ulapato). Dengan menempatkan

    pusat perdagangan di wilayah ini, akses dari penduduk Kota Gorontalo dan

    Penduduk Kota Limboto lebih mudah dijangkau. Contoh2 kasus penempatan pusat

    perdagangan seperti ini sudah dapat kita lihat. Misalnya Kota Makassar yang sudah

    mulai membangun lokasi perdagangan di luar kota sehingga akan membentuk 

    pusat pertumbuhan baru sekaligus mengintegrasikan antara kedua kota

    berdekatan.

    Berkaitan dengan perencanaan pembangunan wilayah, Model Gravitasi dan

    Teori Titik Henti dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan faktor lokasi.

    Model Gravitasi dan Teori Titik Henti dapat dimanfaatkan untuk merencanakan

    pusat-pusat pelayanan masyarakat, seperti pusat perdagangan (pasar, super

    market, bank), kantor pemerintahan, sarana pendidikan dan kesehatan, lokasiindustri, ataupun fasilitas pelayanan jasa masyarakat lainnya. Penerapan teori ini

    pada dua kota, dapat membantu untuk mengintegrasikan kedua kota tersebut.

    5.6.3.Teori Grafik 

    Salah satu faktor yang mendukung kekuatan dan intensitas interaksi

    antarwilayah adalah kondisi prasarana transportasi yang menghubungkan suatu

    5,369 km

    11,631 km

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    21/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 21

    wilayah dengan wilayah lain di sekitarnya. Jumlah dan kualitas prasarana jalan, baik 

     jalan raya, jalur udara, maupun laut, tentunya sangat memperlancar laju dan

    pergerakan distribusi manusia, barang, dan jasa antarwilayah. Anda tentu

    sependapat bahwa antara satu wilayah dan wilayah lain senantiasa dihubungkan

    oleh jalur-jalur transportasi sehingga membentuk pola jaringan transportasi.

    Tingkat kompleksitas jaringan yang menghubungkan berbagai wilayah merupakan

    salah satu indikasi kuatnya arus interaksi.

    Sebagai contoh, dua wilayah yang dihubung kan dengan satu jalur jalan

    tentunya memiliki kemungkinan hubungan penduduknya jauh lebih kecil

    dibandingkan dengan dua wilayah yang memiliki jalur transportasi yang lebih

    banyak. Untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi antarwilayah ditinjau dari

    struktur jaringan jalan sebagai prasarana transportasi, K.J. Kansky

    mengembangkan Teori Grafik dengan membandingkan jumlah kota atau daerah

    yang memiliki banyak rute jalan sebagai sarana penghubung kota-kota tersebut.

    Menurut Kansky, kekuatan interaksi ditentukan dengan Indeks Konektivitas.

    Semakin tinggi nilai indeks, semakin banyak jaringan jalan yang menghubungkankota-kota atau wilayah yang sedang dikaji. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap

    potensi pergerakan manusia, barang, dan jasa karena prasarana jalan sangat

    memperlancar tingkat mobilitas antar wilayah. Untuk menghitung indeks

    konektivitas ini digunakan rumus sebagai berikut.

    Keterangan :

    β = indeks konektivitas

    e = jumlah jaringan aksessibilitas

    v = jumlah kota

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    22/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 22

    Gambar 5.4. Indeks Konektivitas Antar Kota di Provinsi Gorontalo

    Jalan eksisting : ß = 13/13 = 1,00

    Jalan rencana : ß = 15/13 = 1,15

    Jalan + Laut : ß = 15/13 = 1,15

    Jalan + Laut + Udara : ß = 16/13 = 1,23

    Jalan + Laut + Udara + KA : ß = 21/13 = 1,62Jalan rencana + Laut + Udara + KA : ß = 23/13 = 1,77

    Dari simulasi di atas, terlihat jika seluruh moda transportasi dikembangkan di

    Provinsi Gorontalo, indeks konektivitasnya akan semakin tinggi. Dari eksisting yang

    ada sekarang dimana baru moda darat dan laut yang tersedia, indeks

    konektivitasnya baru 1,15. Jika seluruhnya sudah tersedia, indeks konektivitasnya

    meningkat menjadi 1,77.

    Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan wilayah, analisis indeks

    konektivitas dapat dijadikan salah satu indikator dan pertimbangan untuk 

    merencanakan pembangunan infrastruktur jalan serta fasilitas transportasi lainnya.

    Dengan analisis indeks konektivitas dapat meningkatkan hubungan suatu wilayah

    dengan wilayah-wilayah lainnya, serta memperlancar arus pergerakan manusia,

    RDMR TM

    PY

    IM

    KD

    GT

    LB

    BT

    SW

    LM

    TB

    BM

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    23/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 23

    barang, dan jasa yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat

    5.7. Analisis Dampak Interaksi Antar Kota

    Interaksi antara dua atau lebih daerah yang berbeda akan berpengaruh pada

    masing-masing wilayah sehingga akan memicu terjadinya perubahan. Seberapa

    besar perubahan yang terjadi tergantung dari jarak, jumlah penduduk, dan

    berbagai factor pendukung lainnya seperti sarana transportasi, komunikasi, listrik,

    dan lain sebagainya.

    Dampak positif interaksi antar kota sub urban dengan kota Induk sebagai

    berikut:

    1) Pengetahuan penduduk kota sub urban meningkat, demikian pula informasi

    perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan yang diterima penduduk kota

    dengan mudah menyebar ke kota sub urban. Misalnya, pengetahuan tentang

    bibit unggul, pengawetan kesuburan tanah, dan pengolahan hasil panen.2) Jumlah guru dan sekolah yang banyak terdapat di kota sub urban

    memungkinkan menjadi penggerak kemajuan penduduknya melalui pendidikan.

     Angka buta huruf penduduk kota sub urban semakin berkurang.

    3) Perluasan jalur jalan kota sub urban - kota dan peningkatan jumlah kendaraan

    bermotor telah menjangkau daerah kota sub urban sehingga hubungan kota sub

    urban - kota semakin terbuka. Hasil panen dari kota sub urban pun menjadi

    mudah diangkut ke kota. Kelangkaan bahan pangan di kota dapat dihindari

    karena suplai bahan pangan mudah dilakukan.

    4) Produktivitas kota sub urban makin meningkat dengan hadirnya teknologi tepat

    guna. Kehadiran teknologi tepat guna akan meningkatkan kesejahteraan

    penduduk kota sub urban.

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    24/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 24

    5) Pelestarian lingkungan hidup kota sub urban, seperti pencegahan erosi dan

    banjir, penyediaan air bersih, serta pengaturan pengairan dapat dilakukan

    dengan hadirnya para ahli dari berbagai disiplin ilmu.

    6) Peningkatan kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk berkualitas, seperti

    kerajinan tangan, industri rumah tangga, teknik perhubungan dan

    perbengkelan, serta peternakan dapat dilakukan karena pemerintah turun

    tangan.

    7) Pengetahuan tentang kependudukan bisa sampai ke masyarakat kota sub urban

    yang umumnya memiliki banyak anggota keluarga. Kesadaran memiliki keluarga

    kecil telah diterima oleh masyarakat kota sub urban.

    8) Koperasi dan organisasi sosial yang berkembang di kota sub urban telah

    memberi manfaat dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dan

    pembangunan kota sub urban.

    Dampak negatif interaksi antar kota sub urban dengan kota Induk 

    sebagai berikut:1) Modernisasi kota telah melunturkan orientasi pertanian yang menjadi pokok 

    kehidupan mereka. Misalnya, budaya kontes kecantikan, peragaan busana, dan

    foto model.

    2) Siaran televisi yang dapat ditangkap di pelosok kota sub urban dapat

    meningkatkan konsumerisme dan kriminalitas. Penduduk kota sub urban dengan

    mudah meniru iklan dan tindak kejahatan dalam film atau sinetron yang

    ditayangkan televisi.

    3) Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di kota sub urban, karena

    banyak tenaga muda yang lebih tertarik bekerja di kota. Mereka beranggapan di

    kota banyak kesempatan kerja dengan upah yang tinggi. Akibatnya, di kota sub

    urban hanya tinggal orang tua dan anak-anak yang tidak produktif.

    4) Perubahan tata guna lahan di kota sub urban akibat perluasan wilayah kota dan

    banyak orang kota membeli lahan di wilayah perbatasan kota sub urban - kota.

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    25/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 25

    Tindakan orang kota ini menyebabkan lahan di perbatasan kota sub urban -

    kota berubah menjadi permukiman atau bangunan lain.

    5) Tata cara dan kebiasaan yang menjadi budaya kota masuk ke pelosok kota sub

    urban dan cenderung mengubah budaya kota sub urban. Banyak kebudayaan

    kota yang tidak sesuai dengan kebudayaan atau tradisi kota sub urban,

    sehingga sering menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat kota sub

    urban.

    6) Ketersediaan bahan pangan yang berkurang, peningkatan pengangguran, dan

    pencemaran lingkungan menjadi masalah penting akibat interaksi kota sub

    urban - kota.

    b. Dampak Interaksi bagi Kota Induk 

    Urbanisasi merupakan salah satu bentuk dari interaksi kota sub urban - kota.

    Menurut Hope Tisdale Eldrige (1956), pengertian urbanisasi adalah proses

    perpindahan penduduk ke kota atau daerah permukiman padat. Istilah urbanisasi

     juga digunakan untuk mendeskripsikan perubahan kelompok sosial yang terjadisebagai akibat konsentrasi manusia. Urbanisasi dapat juga berarti proses

    perubahan daerah kota sub urban menjadi daerah kota. Pengertian urbanisasi

    tersebut menunjukkan bahwa penduduk kota sub urban lebih mengenal kota.

    Banyak penduduk kota sub urban meninggalkan daerahnya dan pindah ke kota

    terdekat. Sebagian dari mereka bekerja di kota, tetapi bertempat tinggal di desa.

    Dampak positif interaksi kota induk dan kota sub urban sebagai berikut.

    1) Tercukupinya kebutuhan bahan pangan bagi penduduk perkotaan yang

    sebagian besar berasal dari daerah kota sub urban, seperti sayuran, buah-

    buahan, beras, dan lain sebagainya.

    2) Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena banyaknya penduduk dari

    kota sub urban yang pergi ke kota.

  • 8/19/2019 BAB v (Konsep Kota)

    26/26

    LAPORAN AKHIR 

    Pengembangan Kawasan Perkotaan Terintegrasi Tahun Anggaran 2015

    PT Munasa Kreasi Nusantara Halaman V - 26

    3) Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan dapat dipasarkan sampai ke

    pelosok kota sub urban sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar.

    Sedangkan dampak negatif interaksi kota induk dan kota sub urban

    sebagai berikut.

    1) Jumlah penduduk kota sub urban yang pergi ke kota induk tanpa keahlian

    menimbulkan permasalahan bagi daerah perkotaan, yaitu semakin

    meningkatnya jumlah pengangguran dan penduduk miskin.

    2) Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi kebutuhan hidupnya

    seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, hiburan, dan lain

    sebagainya.

    3) Nilai lahan di perkotaan yang mahal, memaksa warga menggunakan lahan atau

    tempat yang tidak layak untuk permukiman, misalnya di bantaran sungai,

    pinggiran rel kereta api, kuburan, dan kolong jembatan. Umumnya permukiman

    yang terbentuk adalah permukiman kumuh. Menurut para geograf, wilayah

    perkampungan kumuh memiliki empat ciri khas, yaitu tidak tersedia air bersihuntuk minum, tidak ada saluran pembuangan air, penumpukan sampah dan

    kotoran, serta akses ke luar perkampungan yang sulit.

    4) Terjadi degradasi kualitas lingkungan. Peningkatan jumlah penduduk kota yang

    pesat mendorong pembangunan rumah-rumah di wilayah kota. Permukiman

    baru muncul di kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta,

    Surabaya, Medan, Balikpapan, dan Makassar. Pertumbuhan permukiman yang

    cepat di perkotaan berpengaruh terhadap penurunan atau degradasi kualitas

    lingkungan.