12
 29 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran umum RSUD Pringsewu 5.1.1 Seara! Sing"a# RSUD Pr in gs ewu te la h menga la mi perj al anan se la ma enam pe ri ode zaman  pemerintahan yaitu zaman Belanda, Jepang, Orde ama, Orde Baru dan Re!ormasi" #i$ al %a$al RSUD Pri ngs ewu ada lah se%uah pol i$l ini $ dengan rawat tin gga l yan g mempunyai &' tempat tidur yang di$elola oleh (issi )atholi$" RSUD Pri ngs ewu men gal ami per u%a han dar i tah un &9*+ sampai deng an se$ara ng" a hun &9*+-& 9.2 RSUD Pringsewu adalah se%aga i Poli$l ini$ yang di$el ola oleh (isi, tenaga medis adalah do$ter asing dari Belanda, lalu ahun &9.2-&9./ dijadi$an se%agai Poli$ lini $ pada masa Penjajah an Jepang" Bangunan Rumah Sa$it di% umi hangus $an oleh e ntara 0ndones ia 1gr essi Belanda $e 00 pada tahun &9.93, $emudian pada tahun &942 di%ang un $em%al i dengan $apa si tas *' tempat tid ur" (ul ai tahun &99' telah ditempat$an Do$ter Spesi alis )e%idanan dan dii$u ti %idang spesiali s lainn ya" a hun &994 s5d se$arang RSUD Pringsewu diting$at$an $elasnya menjadi $elas #, dengan demi$ian $egiatan pelayanan le%ih %er$em%ang lagi"  6ama Do$ter yang memimpin RSUD Pringsewu dari tahun &94* sampai dengan se$arang dan upaya pengem%angannya yaitu 7 &" ahun &94*-&94. dipimpin oleh dr " Dar wis  29

BAB V.doc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB V

33

BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran umum RSUD Pringsewu

5.1.1 Sejarah Singkat

RSUD Pringsewu telah mengalami perjalanan selama enam periode zaman pemerintahan yaitu zaman Belanda, Jepang, Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi. Cikal bakal RSUD Pringsewu adalah sebuah poliklinik dengan rawat tinggal yang mempunyai 10 tempat tidur yang dikelola oleh Missi Katholik.RSUD Pringsewu mengalami perubahan dari tahun 1936 sampai dengan sekarang. Tahun 1936-1942 RSUD Pringsewu adalah sebagai Poliklinik yang dikelola oleh Misi, tenaga medis adalah dokter asing dari Belanda, lalu Tahun 1942-1947 dijadikan sebagai Poliklinik pada masa Penjajahan Jepang. Bangunan Rumah Sakit dibumi hanguskan oleh Tentara Indonesia (Agressi Belanda ke II pada tahun 1949), kemudian pada tahun 1952 dibangun kembali dengan kapasitas 30 tempat tidur. Mulai tahun 1990 telah ditempatkan Dokter Spesialis Kebidanan dan diikuti bidang spesialis lainnya. Tahun 1995 s/d sekarang RSUD Pringsewu ditingkatkan kelasnya menjadi kelas C, dengan demikian kegiatan pelayanan lebih berkembang lagi.Nama Dokter yang memimpin RSUD Pringsewu dari tahun 1953 sampai dengan sekarang dan upaya pengembangannya yaitu :1. Tahun 1953-1954 dipimpin oleh dr. Darwis

2. Tahun 1954-1958 dipimpin oleh dr. Almasteir

3. Tahun 1958-1959 dipimpin oleh dr. Scoobel

4. Tahun 1960-1964 dipimpin oleh dr. DJ. Ling

5. Tahun 1964-1968 dipimpin oleh dr. R. Endjun

6. Tahun 1968-1972 dipimpin oleh dr. H. Tanu

7. Tahun 1972-1975 Program Puskesmas mulai dilaksanakan sehingga poliklinik RS ditiadakan dan berfungsi sebagai Unit Rawat Tinggal dengan fasilitas Penunjang Radiologi dan Laboratorium.

8. Tahun 1975-1982 dipimpin oleh dr. Utomo Usman

9. Tahun 1982-1989 dipimpin oleh dr. Habibullah Bob Bazar, SKM.10. Tahun 1989-1999 dipimpin oleh dr. Moulwy Sitaba

11. Tahun 1999-2001 dipimpin oleh dr. Amirsyah, M.Kes

12. Tahun 2001-2003 dipimpin oleh drg. Iman Sumardjo

13. Tahun 2004-2008 dipimpin oleh dr. Nur Indrati M.Kes

14. Tahun 2008 sampai dengan saat ini dipimpin oleh dr. Priyo Widodo, M.Kes

5.1.2 Visi dan Misi RSUD Pringsewu

1. Visi RSUD Pringsewu

Dalam upaya mengembangkan organisasi dan meningkatkan kualitas pelayanannya kepada masyarakat Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu memiliki visi organisasi yaitu: Terwujudnya Pelayanan Prima di RSUD Pringsewu2. Misi RSUD Pringsewu

Sebagai pendukung dari visi yang ingin diarahkan, maka Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu juga memiliki misi sebagai berikut :

a. Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia RSUD Pringsewu.

b. Mengembangkan sistem administrasi manajemen RS dan sistem informasi.

c. Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi kesehatan.

d. Mengembangkan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan Rumah Sakit.

e. Meningkatkan sarana dan prasarana Rumah Sakit

f. Meningkatkan kerjasama dengan institusi pendidikan / kesehatan.

g. Mempersiapkan kemandirian Rumah Sakit dalam sumber daya.

h. Mendukung Pringsewu Sehat 2010-07-13

3. Filosofi RSUD Pringsewu Anda Sehat dan Puas Kami Bahagia4. Budaya Kerja PringsewuCepat, Tepat, Nyaman dan Ekonomis5.1.3 Status Kepemilikan

Sejak tahun 1995, RSUD Pringsewu meningkat kelasnya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C, berdasarkan SK Menkes No. 106/Menkes Sk I/1995. RSUD Pringsewu menempati tanah seluas 9.330 m , yang terdiri atas :

1. Milik RSU : 7.780 m

2. Milik Misi: 1.550 m

3. Luas bangunan : 3.582 m (38,39 %)5.1.4 Fungsi Rumah Sakit

RSUD Pringsewu berfungsi :

1. Melaksakan upaya pelayanan medis

2. Merupakan rehabilitasi medis

3. Melakukan upaya pencegahan akibat penyakit dan peningkatan serta pemulihan kesehatan

4. Melaksanakan upaya perawatan, melaksanakan sistem rujukan

5. Melaksanakan upaya diklat sebagai tempat penelitian.5.2 Hasil Penelitian

Penulis melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya neonatus di Ruang Kebidanan RSUD Pringsewu. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Agustus sampai 21 Agustus 2010, adapun populasi yang diteliti adalah semua ibu nifas yang ada atau ditemui selama penelitian sejak tanggal 1 Agustus sampai dengan 21 Agustus 2010 yang berjumlah 50 responden.5.2.1 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya neonatusDari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum didapatkan hasil dalam bentuk tabel sebagai berikut :Tabel 5.1 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda

bahaya neonatus di Ruang Kebidanan RSUD

Pringsewu tahun 2010NoPengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya NeonatusFrekuensiPersentase

(%)

1.Baik2958,00

2.Cukup1428,00

3.Kurang714,00

Total50100,00

Sumber : Data diolah pada Agustus 2010Dari tabel 5.1 bahwa lebih dari separuh pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya neonatus sudah baik (58,00%), tetapi sebagian kecil masih ada pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya neonatus dengan pengetahuan kurang baik (14,00%).5.2.2 Pengetahuan ibu nifas tentang pengertian tanda-tanda bahaya neonatusDari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara khusus didapatkan hasil dalam bentuk tabel sebagai berikut :Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang pengertian

tanda-tanda bahaya neonatus di Ruang Kebidanan RSUD Pringsewu tahun 2010

NoPengetahuan Ibu Nifas tentang Pengertian Tanda-Tanda Bahaya Neonatus FrekuensiPersentase

(%)

1.Baik918,00

2.Cukup00,00

3.Kurang4182,00

Total50100,00

Sumber : Data diolah pada Agustus 2010Dari tabel di atas diketahui bahwa pengetahuan ibu nifas tentang pengertian tanda-tanda bahaya neonatus sebagian besar adalah kurang baik (82,00%), dan hanya sebagian kecil pengetahuan ibu nifas tentang pengertian tanda-tanda bahaya neonatus adalah baik (18,00%)5.2.3 Pengetahuan ibu nifas tentang macam tanda-tanda bahaya neonatusDari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara khusus didapatkan hasil dalam bentuk tabel sebagai berikut :Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang macam

tanda-tanda bahaya neonatus di Ruang Kebidanan RSUD Pringsewu tahun 2010

NoPengetahuan Ibu Nifas Tentang Macam Tanda-Tanda Bahaya Neonatus FrekuensiPersentase

(%)

1.Baik1428,00

2.Cukup2856,00

3.Kurang816,00

Total50100,00

Sumber : Data diolah pada Agustus 2010Dari tabel di atas bahwa lebih dari separuh pengetahuan ibu nifas tentang macam tanda-tanda bahaya neonatus sudah cukup baik (56,00%), tetapi sebagian kecil masih ada pengetahuan ibu nifas tentang macam tanda-tanda bahaya neonatus dengan pengetahuan kurang baik (16,00%).5.2.4 Pengetahuan ibu nifas tentang penyebab tanda-tanda bahaya neonatusDari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara khusus didapatkan hasil dalam bentuk tabel sebagai berikut :Tabel 5.4 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang penyebab

tanda-tanda bahaya neonatus di Ruang Kebidanan RSUD

Pringsewu tahun 2010NoPengetahuan Ibu Nifas Tentang Penyebab Tanda-Tanda Bahaya NeontusFrekuensiPersentase

(%)

1.Baik4284,00

2.Cukup00,00

3.Kurang816,00

Total50100,00

Sumber : Data diolah pada Agustus 2010Dari tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu nifas tentang penyebab tanda-tanda bahaya neonatus adalah baik (84,00%), tetapi sebagian kecil masih ada pengetahuan ibu nifas tentang penyebab tanda-tanda bahaya neonatus dengan pengetahuan kurang baik (16,00%).

5.2.5 Pengetahuan ibu nifas tentang pencegahan tanda-tanda bahaya neonatusDari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara khusus didapatkan hasil dalam bentuk tabel sebagai berikut :Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang pencegahan

tanda-tanda bahaya neonatus di Ruang Kebidanan RSUD Pringsewu tahun 2010NoPengetahuan Ibu Nifas Tentang Pencegahan Tanda-Tanda Bahaya NeonatusFrekuensiPersentase

(%)

1.Baik3774,00

2.Cukup00,00

3.Kurang1326,00

Total50100,00

Sumber : Data diolah pada Agustus 2010Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu nifas tentang pencegahan tanda-tanda bahaya neonatus yaitu baik (74,00%), tetapi sebagian ibu nifas dengan pengetahuan kurang baik (26,00%).

5.3 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisa, dilakukan pembahasan secara umum dan khusus yaitu : 5.3.1 Pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya neonatus

Dari tabel 5.1 bahwa lebih dari separuh pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya neonatus yaitu baik (58,00%), hanya sebagian pengetahuan ibu nifas dengan pengetahuan cukup baik (28,00%), tetapi sebagian kecil masih ada pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya neontuas dengan pengetahuan kurang baik (14,00%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riska Puja Kesuma (2002) tentang gambaran pengetahuan ibu nifas tentang infeksi luka tali pusat di RB Puri Betik Hati secara umum hasilnya yaitu baik (60,0%), dengan menggunakan sampel 15 orang yang tersedia. Dalam penelitian Riska ini dipengaruhi oleh pendidikan ibu yang dilatar belakangi SMA. Hal ini mungkin dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan yaitu SMA, dan faktor paritas Ibu yaitu Multigravida. Menurut teori pendidikan adalah suatu proses penyampaian materi suatu kurikulum pendidikan yang telah ditetapkan oleh pendidikan kepada mahasiswa diharapkan mahasiswa tersebut mendapatkan suatu perubahan perilaku, dan menurut teori bahwa Paritas adalah jumlah ibu memiliki anak, multigravida adalah ibu yang lebih dari satu kali hamil, dan biasanya ibu multigravida telah memiliki pengalaman dalam kehamilan maupun persalinan yang lalu. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan Ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya neonatus termasuk sudah baik, hal ini bisa dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh ibu-ibu nifas di Ruang Kebidanan RSUD Pringsewu.5.3.2 Pengetahuan ibu nifas tentang pengertian tanda-tanda bahaya neonatus

Dari tabel 5.2 diketahui bahwa pengetahuan ibu nifas tentang pengertian tanda-tanda bahaya neonatus sebagian besar adalah kurang baik (82,00%), dan hanya sebagian kecil pengetahuan ibu nifas tentang pengertian tanda-tanda bahaya neonatus adalah baik (18,00%), walaupun dari hasil penelitian sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan SMA dan banyak ibu multigravida namun masih banyak yang tidak mengetahui tentang pengertian tanda-tanda bahaya pada neonatus. Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Tanda bahaya neonatus adalah gejala sakit pada bayi baru lahir yang kadang sulit dikenali ibu. Bayi yang baru lahir gampang sakit, apabila sudah sakit cepat menjadi berat dan serius bahkan bisa meninggal. Bayi baru lahir banyak yang meninggal dapat disebabkan oleh : terlambat mengetahui tanda-tanda bahaya, terlambat memutuskan untuk membawa bayi berobat ke dokter/ bidan/perawat, dan terlambat sampai tempat pengobatan.

Menurut teori pengetahuan adalah hasil dari pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimiliki. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan Ibu nifas tentang pengertian tanda-tanda bahaya neonatus masih termasuk rendah, hal ini bisa dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh ibu-ibu nifas di Ruang Kebidanan RSUD Pringsewu.5.3.3 Pengetahuan ibu nifas tentang macam tanda-tanda bahaya neonatus

Dari tabel 5.3 diketahui bahwa lebih dari separuh pengetahuan ibu nifas tentang macam tanda-tanda bahaya neonatus sudah cukup baik (56,00%), hanya sebagian pengetahuan ibu nifas dengan pengetahuan baik (28,00%), tetapi sebagian kecil masih ada pengetahuan ibu nifas tentang macam tanda-tanda bahaya neontus dengan pengetahuan kurang baik (16,00%).

Macam tanda bahaya Neonatus yaitu: Bayi tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum, ini tandanya bayi terkena infeksi berat. Infeksi neonatorum adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada prenatal, antenatal, intranatal atau post natal. Bayi kejang, kejang pada Neonatus merupakan gejala kelainan susunan saraf pusat.Pusar kemerahan sampai dinding perut, Jika kemerahan sudah sampai ke dinding perut tandanya sudah terjadi infeksi tali pusat. Demam, dikatakan demam apabila Suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 oC atau tubuh teraba dingin suhunya dibawah 36,5 oC. Suhu normal bayi baru lahir 36,5 oC-37 oC. Bayi diare, Diare adalah perubahan dalam buang air besar dari biasanya, baik frekuensi / jumlah buang air yang menjadi sering dan keluar dalam konsistensi cair daripada padat, diare merupakan penyakit yang ditakuti masyarakat karena dengan cepat dapat menimbulkan gawat dan diikuti dengan kematian yang tinggi. Kulit bayi terlihat kuning, kulit bayi terlihat kuning termasuk ikterus neonatorum. Ikterus neonatorum adalah perubahan warna kuning akibat deposisi bilirubin berlebihan pada jaringan.Hal ini mungkin bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor serta ibu-ibu nifas dilatar belakangi oleh pendidikan dan didukung oleh pendidikan informal seperti adanya televisi, radio, dan media cetak yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pengetahuan ibu-ibu nifas. Semakin besar kekayaan, kompleksitas dan perbedaan lingkungan, semakin besar kemungkinan dicapai fungsi mental yang tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan Ibu nifas tentang macam tanda-tanda bahaya neonatus termasuk sudah cukup baik, hal ini bisa dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh ibu-ibu nifas di Ruang Kebidanan RSUD Pringsewu.5.3.4 Pengetahuan ibu nifas tentang penyebab tanda-tanda bahaya neonatus

Dari tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu nifas tentang penyebab tanda-tanda bahaya neonatus adalah baik (84,00%), tetapi masih ada pengetahuan ibu nifas tentang penyebab tanda-tanda bahaya neonatus yang kurang baik (16,00%).

Penyebab Infeksi Neonatoum, Infeksi neonatoum dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti : Escherichia coli, pseudomonas pyocyaneus, staphylococcus aureus, cocus gonococcocus. Penyebab kejang, penyebab kejang pada tetanus baik primer maupun sekunder, umumnya berkaitan erat dengan kondisi bayi semasa dalam kandungan, saat proses kelahiran dan masa-masa bayi baru lahir. Penyebab infeksi luka tali pusat yaitu perawatan tali pusat yang kurang baik. Penyebab diare pada neonatus yaitu dapat disebabkan oleh bakteri E.coli, Salmonella, Shigella, dan Staphyllococcus. Penyebab ikterus pada neonatus dapat disebabkan oleh gangguan trnsportasi dalam metabolism dan gangguan ekskresi.Hal ini mungkin bisa dipengaruhi oleh faktor pendidikan, usia, paritas ibu. Dalam penelitian ini sebagian besar merupakan multigravida dengan latar belakang pendidikan SMA dan mungkin pendidikan informal turut berperan dalam pengetahuan ibu tersebut. Menurut teori pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan Ibu nifas tentang macam tanda-tanda bahaya neonatus termasuk sudah baik, hal ini bisa dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh ibu-ibu nifas di Ruang Kebidanan RSUD Pringsewu.5.3.5 Pengetahuan ibu nifas tentang pencegahan tanda-tanda bahaya neonatus

Dari tabel 5.5 diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu nifas tentang pencegahan tanda-tanda bahaya neonatus sudah baik (74,00%), tetapi sebagian ibu nifas dengan pengetahuan kurang baik (26,00%). Pencegahan dari diare yaitu memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara terus menerus. Pencegahan infeksi luka tali pusat yaitu cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat.Hal ini mungkin bisa dipengaruhi oleh faktor pendidikan, usia, paritas ibu. Dalam penelitian ini sebagian besar merupakan multigravida dengan latar belakang pendidikan SMA dan mungkin pendidikan informal turut berperan dalam pengetahuan ibu tersebut. Menurut teori Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan seseorang tersebut, dan pengetahuan merupakan ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan Ibu nifas tentang pencegahan tanda-tanda bahaya neonatus termasuk sudah baik, hal ini bisa dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh ibu-ibu nifas di Ruang Kebidanan RSUD Pringsewu.29