24
46 VI ASPEK NONFINANSIAL Pada penelitian ini, kelayakan usaha diteliti dari dua aspek yaitu aspek nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial yang dibahas pada bagian ini adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. 6.1. Aspek Pasar Persaingan yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk sejenis di pasar menjadikan aspek pasar lebih diprioritaskan dibandingkan aspek lainnya dalam pertimbangan investor dan pengambil keputusan dalam pendirian ataupun perluasan usaha. Pada penelitian ini, aspek pasar yang diteliti meliputi analisis potensi pasar dan strategi pemasaran. 6.1.1 Potensi Pasar Dalam menganalisis potensi pasar dari susu sterilisasi Fresh Time dapat terlebih dahulu melihat potensi pasar dari susu segar dalam negeri (SSDN) yang dapat diketahui dengan membandingkan antara produksi SSDN dengan konsumsi susu (dalam berbagai jenis susu) dalam beberapa tahun terakhir seperti yang terlihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa produksi SSDN mengalami peningkatan yang cenderung kecil setiap tahunnya sehingga produksi SSDN pada setiap tahunnya tidak mampu memenuhi konsumsi susu rakyat Indonesia. Persentase pemenuhan konsumsi susu oleh produksi SSDN dalam negeri bahkan cenderung stabil dan pada tahun 2005 mengalami penurunan yang sangat signifikan. Jalan keluar yang dilakukan oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) sebagai produsen terbesar berbagai jenis susu olahan yang dikonsumsi oleh rakyat Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku susu segar adalah dengan mengimpor susu dari luar negeri. Sebagian besar susu yang diimpor dari luar negeri oleh IPS berbentuk Skim Milk Powder (SMP) dan Anhydrous Milk Fat (AMF). Oleh karena itu, masih sangat jarang ditemui susu sterilisasi atau UHT di pasaran yang mengandung 100 persen susu murni sehingga dapat memberikan gizi terbaik bagi konsumennya. Dalam hal ini, KPSBU Jawa Barat memproduksi

BAB VI Aspek Nonfinasial

Embed Size (px)

Citation preview

46

VI ASPEK NONFINANSIAL

Pada penelitian ini, kelayakan usaha diteliti dari dua aspek yaitu aspek

nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial yang dibahas pada bagian ini

adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial,

ekonomi dan lingkungan.

6.1. Aspek Pasar

Persaingan yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang menghasilkan

produk sejenis di pasar menjadikan aspek pasar lebih diprioritaskan dibandingkan

aspek lainnya dalam pertimbangan investor dan pengambil keputusan dalam

pendirian ataupun perluasan usaha. Pada penelitian ini, aspek pasar yang diteliti

meliputi analisis potensi pasar dan strategi pemasaran.

6.1.1 Potensi Pasar

Dalam menganalisis potensi pasar dari susu sterilisasi Fresh Time dapat

terlebih dahulu melihat potensi pasar dari susu segar dalam negeri (SSDN) yang

dapat diketahui dengan membandingkan antara produksi SSDN dengan konsumsi

susu (dalam berbagai jenis susu) dalam beberapa tahun terakhir seperti yang

terlihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa produksi SSDN

mengalami peningkatan yang cenderung kecil setiap tahunnya sehingga produksi

SSDN pada setiap tahunnya tidak mampu memenuhi konsumsi susu rakyat

Indonesia. Persentase pemenuhan konsumsi susu oleh produksi SSDN dalam

negeri bahkan cenderung stabil dan pada tahun 2005 mengalami penurunan yang

sangat signifikan.

Jalan keluar yang dilakukan oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) sebagai

produsen terbesar berbagai jenis susu olahan yang dikonsumsi oleh rakyat

Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku susu segar adalah dengan

mengimpor susu dari luar negeri. Sebagian besar susu yang diimpor dari luar

negeri oleh IPS berbentuk Skim Milk Powder (SMP) dan Anhydrous Milk Fat

(AMF). Oleh karena itu, masih sangat jarang ditemui susu sterilisasi atau UHT di

pasaran yang mengandung 100 persen susu murni sehingga dapat memberikan

gizi terbaik bagi konsumennya. Dalam hal ini, KPSBU Jawa Barat memproduksi

47

susu sterilisasi yang mengandung 100 persen susu murni dan tidak mengandung

zat-zat kimia yang berbahaya seperti zat pengawet.

Tabel 8. Perbandingan Produksi SSDN dengan Konsumsi Susu Nasional Tahun

2001-2008

Tahun Produksi SSDN

(ton)

Konsumsi susu

nasional (ton)

Persentase pemenuhan

konsumsi susu oleh SSDN

(%)

2001 479.947 883.758 54%

2002 493.375 889.934 55%

2003 553.442 1.133.091 49%

2004 549.945 957.624 57%

2005 535.960 845.744*) 63%

2006 616.548 1.621.524 38%

2007 567.682 1.758.243 32%

2008**) 574.406 - -

Keterangan : *) Tidak masuk data beberapa provinsi

**) Angka sementara

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, diolah (2010)

Provinsi Jawa Barat adalah provinsi yang memiliki jumlah penduduk

peringkat pertama terbesar di Indonesia sehingga Jawa Barat merupakan potensi

pasar yang besar bagi susu sterilisasi Fresh Time produksi KPSBU Jawa Barat.

Potensi pasar utama dari susu sterilisasi Fresh Time adalah penduduk dengan

kategori umur antara 5 hingga 24 tahun. Penduduk dengan kategori umur tersebut

merupakan 35 persen dari total penduduk di Provinsi Jawa Barat. Selain hal

tersebut, faktor lain yang merupakan potensi pasar dari susu sterilisasi Fresh Time

adalah peningkatan jumlah penduduk yang terjadi di provinsi Jawa Barat setiap

tahunnya. Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistika Provinsi

Jawa Barat diketahui bahwa pengeluaran rata-rata perkapita sebulan dari

masyarakat Jawa Barat yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan telur dan

susu pada tahun 2009 adalah Rp 14.350,00 yang meningkat dari tahun

sebelumnya yaitu sebesar Rp 12.613,00 atau 6,52 persen dari total keseluruhan

48

pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan dalam

sebulannya perkapita.

Tabel 9. Proyeksi Umur menurut Kategori Kelompok Umur di Jawa Barat tahun

2005 – 2010

Kelomp

ok

Umur

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010

5 – 9 3.605,21 3.635,77 3.717,47 3.823,05 3.910,35 3.948,47

10 – 14 3.861,69 3.871,96 3.870,2 3.861,7 3.861,41 3.884,58

15 – 19 3.872,24 3.898,51 3.928,44 3.967,03 4.003,34 4.025,47

20 – 24 3.742,89 3.768,33 3.801,57 3.833,39 3.856,48 3.876,65

Jumlah 15.082,03 15.174,57 1.5317,68 15.485,17 15.631,58 15.735,17

Sumber : BPS Jawa Barat (2010)

Pada Tabel 10 diketahui bahwa semakin tingginya pendapatan seseorang

maka pengeluarannya untuk susu pun akan semakin tinggi. Hal ini berarti bahwa

pengkonsumsi susu tersebar di seluruh golongan pendapatan dan menjadi pasar

yang potensial bagi susu sterilisasi Fresh Time produksi KPSBU Jawa Barat

karena harga yang ditawarkan relatif dapat terjangkau oleh seluruh golongan

pendapatan di Jawa Barat.

Tabel 10. Pengeluaran untuk Telur dan Susu perkapita dalam Sebulan untuk

Masing-masing Golongan Pengeluaran perkapita Sebulan Tahun 2009

No. Golongan Pengeluaran perkapita

Sebulan (Rp)

Pengeluaran perkapita Sebulan

(Rp)

1 Kurang dari 100.000 1.013

2 100.000 – 149.999 2.842

3 150.000 – 199.999 4.686

4 200.000 – 299.999 7.474

5 300.000 – 499.999 13.518

6 500.000 – 749.000 22.781

7 750.000 – 999.999 31.631

8 1.000.000 dan lebih 47.449

Rata-rata perkapita 14.350

Sumber : BPS (2010)

49

Pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang secara kontinu meningkat

karena perkembangan kondisi ekonomi juga menambah jumlah potensi pasar bagi

susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat. Prospek lainnya juga terdapat

pada lokasi Kota Bandung yang merupakan salah satu pusat wisata di Jawa Barat

bahkan di Pulau Jawa sehingga menyebabkan banyaknya tempat wisata, rumah

makan, dan tempat oleh-oleh khas Bandung yang dapat dijadikan pasar potensial

oleh produk ini. Selain itu, koperasi juga dapat memasuki pasar anak sekolahan,

kantor dan pasar yang tersebar di seluruh Jawa Barat.

Tabel 11. Peningkatan Jumlah Penduduk di Jawa Barat Tahun 2005 -2008

No. Tahun Jumlah Penduduk Persentase Peningkatan

Jumlah Penduduk (%)

1 2005 39.960.869

2 2006 40.737.594 1,94

3 2007 41.483.729 1,83

4 2008 42.194.869 1,71

Sumber : BPS Jawa Barat, diolah (2010)

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 ini sedang

menghidupkan gerakan minum susu dalam rangka memperingati Hari Susu

Nusantara yang diadakan pertama kalinya di Indonesia pada tahun ini. Dengan

adanya gerakan ini semakin memperluas dan memperkuat potensi pasar dari susu

sterilisasi Fresh Time yang ditawarkan oleh KPSBU Jawa Barat.

Berdasarkan beberapa hal di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat

potensi untuk produk susu sterilisasi Fresh Time dari KPSBU Jawa Barat dan

koperasi berpeluang untuk menarik konsumen yang peduli akan kesehatannya

dengan mengkonsumsi susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat yang

menawarkan produk dengan kandungan susu murni 100 persen.

Pada skenario III, selain memproduksi susu sterilisasi, koperasi juga

memproduksi susu pasteurisasi rasa stroberi dan cokelat dan yoghurt Fresh Time

dengan lima varian rasa (melon, stroberi, duren, anggur dan moka). Susu

pasteurisasi dan yoghurt memiliki potensi pasar yang sama dengan susu sterilisasi

Fresh Time, karena sebelumnya pun koperasi telah memproduksi jenis olahan

50

susu tersebut namun dengan kuantitas produksi yang tidak terlalu besar dan

menggunakan teknologi yang masih sederhana.

6.1.2 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran dari produk susu sterilisasi Freh Time dapat dianalisis

dari penetapan segmentasi, target dan posisi produk di pasar serta bauran

pemasaran susu sterilisasi Fresh Time oleh KPSBU Jawa Barat.

6.1.2.1 Segmentasi, Target dan Posisi Produk di Pasar

Pada aspek geografis, segmentasi pasar bagi produk susu sterilisasi Fresh

Time adalah Provinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan letak KPSBU Jawa Barat

berada di Provinsi Jawa Barat sehingga koperasi merasa bertanggung jawab untuk

menyuplai kebutuhan susu bagi pemenuhan gizi masyarakat Jawa Barat. Dalam

pengimplementasiannya, distribusi susu sterilisasi Fresh Time baru mencapai kota

dan kabupaten Bandung, Subang dan Majalengka.

Dalam aspek demografis, segmentasi pasar susu sterilisasi Fresh Time

adalah konsumen dengan umur di atas tiga tahun hingga orang dewasa, semua

jenis kelamin, dalam keluarga memiliki anak-anak dan remaja yang masih sangat

membutuhkan asupan gizi untuk pertumbuhannya, berbagai tingkat pendapatan,

pendidikan dan pekerjaan.

Target pasar dari susu sterilisasi Fresh Time adalah masyarakat yang

terdapat pada tiga unsur yaitu SEPAKAT (sekolah, pasar dan kantor). Dengan

target ini diharapkan susu sterilisasi dapat menjangkau berbagai elemen

masyarakat. Positioning dari susu sterilisasi Fresh Time adalah sebagai minuman

kesehatan yang menyegarkan dan terbuat dari susu segar.

6.1.2.2 Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran dari susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat

adalah sebagai berikut :

a. Produk

Susu sterilisasi Fresh Time merupakan barang konsumsi, yaitu barang

yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi. Berbeda dengan

kebanyakan susu sterilisasi yang beredar di pasaran, yaitu menggunakan

campuran antara susu murni dan padatan susu tanpa lemak, KPSBU Jawa

51

Barat menawarkan produk susu sterilisasi dengan kandung susu murni sebesar

100 persen. Hal ini menyebabkan kandungan gizi yang terdapat pada susu

sterilisasi ini lebih besar dibandingkan dengan produk susu sterilisasi lainnya.

Selain karena alasan pemenuhan gizi masyarakat, KPSBU Jawa Barat juga

menawarkan jenis produk ini dengan alasan kepedulian kepada masyarakat

sekitar yang belum menyadari akan pentingnya pemenuhan gizi dengan

mengkonsumsi susu serta dalam rangka pencerdasan generasi muda di sekitar

koperasi secara khusus dan di wilayah Jawa Barat secara umum.

Susu sterilisasi Fresh Time dikemas dalam botol HDPE dengan isi

bersih sebesar 180 ml perbotolnya. Kemasan dan label yang menarik ditujukan

untuk menarik minat anak-anak usia sekolah untuk mengkonsumsi produk ini.

Setiap pembelian susu konsumen juga akan mendapatkan sedotan untuk

mempermudah konsumen dalam mengkonsumsi susu. Rasa yang ditawarkan

oleh KPSBU Jawa Barat adalah rasa cokelat dan stroberi. Untuk daya tahan,

susu sterilisasi Fresh Time dapat dikonsumsi dengan jangka waktu kadaluarsa

selama sembilan bulan dan dapat bertahan dalam suhu ruangan biasa sehingga

tidak membutuhkan tempat penyimpanan khusus seperti freezer atau lemari

kulkas.

Pada saat ini KPSBU Jawa Barat melakukan sistem subkontrak

produksi (subcontracting production) dengan PT Industri Susu Alam Murni

(PT ISAM) dalam memproduksi susu sterilisasi Fresh Time. Hal ini dilakukan

karena ketidaksiapan koperasi akan kebutuhan biaya investasi dan sumberdaya

manusia jika memproduksi olahan susunya sendiri. Dalam sistem subkontrak

produksi ini, KPSBU Jawa Barat hanya mengirimkan sejumlah susu murni

yang akan diolah menjadi susu sterilisasi, sementara bahan baku pendukung

(seperti gula, perisa, penyeimbang makanan, air, botol, sedotan, kardus, dan

lain-lain) dan teknologi pengolahan susu disediakan oleh PT ISAM. Dalam

perjanjian ini terdapat fleksibilitas yang ditawarkan oleh PT ISAM yaitu

dalam hal bahan baku pendukung. KPSBU Jawa Barat dibebaskan untuk

memilih menggunakan bahan baku pendukung yang berasal dari PT ISAM

atau bahan baku lain yang dianggap memiliki biaya termurah bagi KPSBU

Jawa Barat.

52

b. Harga

Harga dari susu sterilisasi Fresh Time yang ditawarkan oleh KPSBU

Jawa Barat adalah Rp 2.500,00 perbotol. Penetapan harga ini dilakukan

berdasarkan dua alasan yaitu perhitungan Harga Pokok Pembelian perunit

ditambah dengan besarnya jumlah keuntungan yang diinginkan oleh koperasi

serta memperhatikan daya beli dari target pasar produk ini yaitu sekolah, pasar

dan kantor (SEPAKAT). Untuk rasa cokelat dan stroberi ditetapkan harga

yang sama dan dilakukan pemberian harga khusus bagi agen atau konsumen

yang melakukan pembelian susu sterilisasi Fresh Time dalam paket dus yaitu

Rp 2.000,00 dimana setiap dus berisi 24 botol susu. Berdasarkan pengamatan

harga susu sterilisasi Fresh Time berada di bawah rata-rata harga pasar susu

sterilisasi jika mengingat kandungan 100 persen susu murninya.

c. Kegiatan promosi

Sejauh ini kegiatan promosi yang telah dilakukan KPSBU untuk

memperkenalkan produknya kepada masyarakat adalah :

- Memasang iklan di media cetak, yaitu majalah Majelis Ulama Indonesia

(MUI).

- Melakukan promosi saat berlangsungnya acara-acara pemerintah daerah,

seperti saat berlangsungnya kegiatan APPA, festival kebudayaan, dan

ekspo atau pameran produk UKM dan Koperasi.

- Melakukan promosi di sekolah-sekolah, toko-toko, pasar, dan perkantoran

dengan memberikan sample susu gratis dan membagikan brosur mengenai

pentingnya minum susu.

- Memasang spanduk dan menyebarkan brosur-brosur mengenai produk

Fresh Time dan juga pentinganya mengkonsumsi susu kepada masyarakat-

masyarakat di sekitar koperasi dan wilayah pemasaran lainnya.

KPSBU Jawa Barat juga ikut serta dalam memeriahkan kegiatan

minum susu bersama Presiden Republik Indonesia setelah sebelumnya ikut

serta memeriahkan kegiatan minum susu bersama Gubernur Jawa Barat.

Keikutsertaan KPSBU Jawa Barat dalam acara ini adalah untuk

mempromosikan produk terbarunya susu sterilisasi Fresh Time dan juga turut

menyukseskan gerakan minum susu nasional.

53

d. Distribusi

Saat ini saluran distribusi yang digunakan oleh KPSBU Jawa Barat

dalam memasarkan produknya dapat dikatakan masih sederhana yaitu menjual

langsung ke konsumen atau melalui penjual yang memiliki toko pribadi atau

kios di pasar. Terdapat dua saluran distribusi dalam memasarkan produk yaitu:

- Saluran 1

Saluran 1 terdiri dari koperasi yang langsung memasarkan produknya

kepada konsumen. Tempat penjualan susu sterilisasi Fresh Time adalah

kios penjualan berbagai jenis susu produksi KPSBU Jawa Barat yang

berada di depan kantor administrasi KPSBU Jawa Barat di Pasar Baru

Lembang.

Gambar 2. Saluran 1 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa

Barat

- Saluran 2

Saluran 2 terdiri dari koperasi yang menjual produknya kepada penjual

yang memiliki toko pribadi atau kios di pasar yang selanjutnya

menawarkan kepada konsumen yang berbelanja di tempatnya.

Gambar 3. Saluran 2 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa

Barat

Ke depannya KPSBU Jawa Barat berencana untuk merekrut agen-agen

dari wilayah pemasaran untuk memasarkan produknya sehingga konsumen

dapat dengan mudah mendapatkan produk ini di mana saja. Selain itu, KPSBU

Jawa Barat juga berencana untuk memasuki pasar supermarket dan

minimarket dalam beberapa waktu ke depan. Untuk merealisasikan rencana

tersebut, koperasi harus meningkatkan kualitas produk sehingga dapat

diterima oleh standar pasar supermarket atau minimarket.

Konsumen Koperasi

Koperasi

Penjual

(Pemilik Toko

Pribadi atau

Kios di Pasar)

Konsumen

54

Dalam pemasarannya KPSBU Jawa Barat menggunakan mobil boks

untuk mengangkut produk ke wilhayah pemasaran yang berada di luar

Lembang dan menggunakan sepeda motor untuk wilayah Lembang dan

sekitarnya. Persediaan susu sterilisasi disimpan dalam gudang tersendiri yang

terdapat di wilayah kantor administrasi KPSBU Jawa Barat.

6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar

Berdasarkan analisis aspek pasar yang meliputi potensi pasar dan strategi

pemasaran, dapat disimpulkan bahwa ketiga skenario produksi susu sterilisasi

Fresh Time layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan besarnya potensi pasar

untuk produk ini yang dikarenakan masih adanya gap antara permintaan atau

konsumsi dengan penawaran, terdapatnya potensi pasar bagi produk susu

sterilisasi dan keunikan yang dimiliki produk. Selain itu strategi pemasaran yang

direncanakan oleh koperasi juga layak untuk dijalankan untuk mendukung

penjualan produk kepada konsumen serta untuk memperkenalkan susu sterilisasi

Fresh Time sebagai susu sterilisasi yang mengandung 100 persen susu murni.

6.2. Aspek Teknis

Setelah mengetahui kelayakan usaha dari aspek pasar, tahapan selanjutnya

dalam analisis kelayakan usaha susu sterilisasi Fresh Time adalah menganalisis

dari aspek teknis.

6.2.1 Lokasi Usaha

Pada skenario I, yaitu KPSBU melakukan sistem subkontrak produksi

(subcontracting production) dengan PT. Industri Susu Alam Murni (PT ISAM)

milik GKSI untuk memproduksi susu sterilisasi, lokasi usaha berada di Pabrik PT

ISAM yang beralamat di Jalan Rumah Sakit 114 Ujung Berung Bandung. Saham

dari PT ISAM dimiliki oleh Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa

Barat. PT ISAM menjalin kerja sama dengan beberapa instansi untuk mengolah

susu segar menjadi produk pesanan instansi terkait. Seperti saat ini, PT ISAM

setiap harinya memproduksi susu dengan merek dagang Milkuat dengan rasa

stroberi, jeruk dan mangga bekerja sama dengan PT. Danone Dairy Indonesia.

Alasan KPSBU Jawa Barat melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM

adalah karena KPSBU Jawa Barat memiliki bagian dalam saham GKSI pada PT

55

ISAM, sehingga KPSBU Jawa Barat dapat memanfaatkan fasilitas PT ISAM

dengan melakukan subkontrak produksi.

Pada skenario II dan III, KPSBU memproduksi susu sterilisasi dengan

mendirikan pabrik sendiri, melakukan pembelian mesin-mesin dan peralatan serta

menambah jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam produksi susu

sterilisasi. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pendirian pabrik adalah

ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply

tenaga kerja dan fasilitas transportasi. Untuk kasus pendirian pabrik pengolahan

susu, sebaiknya pengambil keputusan lebih mempertimbangkan aspek

ketersediaan bahan baku karena bahan baku dari pabrik pengolahan susu adalah

susu segar yang bersifat mudah rusak disebabkan oleh bakteri-bakteri yang dapat

dengan mudah berkembang biak pada media susu segar. Selain itu, hal lain yang

juga harus dipertimbangkan adalah ketersediaan tenaga listrik dan air yang sangat

berperan penting dalam proses produksi pabrik pengolahan susu. Letak pasar yang

dituju menjadi kurang penting karena produk susu sterilisasi mampu bertahan

cukup lama yaitu sekitar sembilan bulan dan dapat disimpan pada suhu ruangan.

Dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan bahan baku, listrik dan air,

maka sebaiknya lokasi pendirian pabrik yang dipilih adalah lokasi yang

berdekatan dengan bahan baku susu segar yaitu di sekitar Kecamatan Lembang

atau Kabupaten Subang. Di kedua wilayah ini terdapat lahan-lahan kosong

masyarakat sekitar yang dapat dibeli dan dibangun pabrik pengolahan susu oleh

KPSBU Jawa Barat. Namun, pendirian pabrik juga tetap harus memperhatikan

hukum dan peraturan yang berlaku di daerah setempat, keadaan tanah yang akan

didirikan pabrik, sikap dari masyarakat setempat serta dampaknya pada

lingkungan sekitar.

6.2.2 Bahan Baku

Pada ketiga skenario bahan baku dan bahan pendukung yang digunakan

dalam pembuatan susu sterilisasi Fresh Time adalah relatif sama. Bahan baku

yang digunakan adalah susu segar dari sapi perah yang dihasilkan oleh peternak-

peternak anggota KPSBU Jawa Barat. Sedangkan bahan pendukung yang

digunakan dalam pembuatan susu sterilisasi Fresh Time adalah gula, bubuk

cokelat dan perisa stroberi serta penyeimbang makanan (stabilizer). Gula

56

berfungsi untuk menambah rasa manis pada susu. Bubuk cokelat dan perisa

stroberi berfungsi untuk menambah rasa pada susu agar lebih menarik bagi

konsumen untuk mengkonsumsi dan menambah cita rasa susu. Pemberian

penyeimbang makanan (stabilizer) bertujuan sebagai penstabil makanan dan

mencegah pemisahan cairan susu. Adapun komposisi bahan baku dan bahan

pendukung dalam 180 ml susu sterilisasi Fresh Time adalah 93 persen susu segar,

6,3 persen gula pasir, 0,65 persen perisa makanan, 0,05 persen karagenan dan

sedikit air.

Pada skenario I dan II, bahan baku susu segar yang diolah menjadi susu

sterilisasi Fresh Time adalah sebanyak 2 ton sehari dengan frekuensi produksi dua

kali dalam seminggu. Persentase dari jumlah susu segar yang diolah menjadi susu

sterilisasi Fresh Time jika dibandingkan dengan jumlah susu segar yang tidak

dapat dipasok ke FFI adalah sebesar 12,5 persen. Pada skenario III, bahan baku

susu segar yang diolah pada pabrik pengolahan susu adalah sebanyak 16 ton

perhari yang berarti seluruh susu segar yang tidak dapat dipasok ke FFI dapat

diolah koperasi menjadi produk olahan susu.

6.2.3 Luas Produksi

Pada skenario I dan II, luas produksi mengacu pada kapasitas produksi

dari mesin pengolahan susu PT ISAM. Mesin yang digunakan dalam pembuatan

susu sterilisasi Fresh Time adalah mesin steril botol (autoclave), sehingga

kapasitas produksi dari PT ISAM dalam menghasilkan susu sterilisasi Fresh Time

adalah 4.000 botol perjam atau sekitar 930 liter perjam. Adapun frekuensi

produksi susu sterilisasi Fresh Time adalah dua kali seminggu yaitu sesuai dengan

kesepakatan antara PT ISAM dengan KPSBU Jawa Barat.

Pada skenario III, luas produksi mengacu pada kapasitas mesin

pasteurisasi yaitu 5.000 liter perjam dan mesin steril botol (autoclave) yaitu 4.000

botol perjam dengan melakukan produksi setiap harinya selama 16 jam perhari.

6.2.4 Mesin dan Peralatan yang Digunakan

Pada skenario I mesin dan peralatan yang dugunakan adalah mesin dan

peralatan yang dimiliki oleh PT ISAM yang disewa oleh koperasi dalam bentuk

57

subkontrak ptoduksi. Sedangkan pada skenario II dan III, mesin dan peralatan

yang digunakan dalam pembuatan susu sterilisasi adalah sebagai berikut :

1. Timbangan

Alat ini berfungsi untuk menimbang dan sebagai penampungan susu

sementara yang dibawa oleh truk tangki susu sebelum proses pengolahan susu

selanjutnya. Timbangan susu dilengkapi dengan saringan yang berguna untuk

menyaring kotoran yang terbawa oleh susu.

2. Plate cooler

Plate cooler atau mesin pendingin adalah mesin yang berfungsi untuk

mendinginkan susu hingga mencapai suhu 4° C. Prinsip yang digunakan alat

ini adalah melakukan pertukaran panas antara air pendingin dengan susu yang

masuk. Alat ini terdiri dari lempengan-lempengan yang tersusun rapat

membentuk sebuah kerangka, dilengkapi dengan pembatas antara aliran air

dingin dengan susu sehingga keduanya tidak bercampur..

3. Buffer tank

Buffer tank atau tangki penyimpanan sementara digunakan untuk menyimpan

susu sementara yang sudah didinginkan. Tangki ini memiliki kapasitas 5.000

liter, dilengkapi dengan pipa hisap berkapasitas 3.000 liter perjam dan

termometer untuk mengetahui suhu dalam tangki. Prinsip kerja alat ini adalah

pengisolasian kondisi ruangan terhadap udara luar sehingga suhu susu tetap 4°

C.

4. Balance tank

Alat ini berfungsi untuk mengatur keseimbangan aliran susu yang masuk ke

Plate Heat Exchanger dengan cara mengatur jumlah dan tekanan susu. Alat

ini memiliki kapasitas 3.000 liter perjam dan dilengkapi dengan pelampung

utnuk mengatur aliran susu. Prinsip kerjanya adalah berdasarkan perbedaan

tinggi rendahnya pelampung yang mengatur laju aliran susu.

5. Plate heat exchanger

Alat ini berfungsi untuk memanaskan dan mendinginkan susu. Prinsip kerja

alat ini adalah pertukaran panas secara tidak langsung. Plate Heat Exchanger

merupakan alat yang biasa digunakan dalam perlakuan panas pada industri

persusuan. Alat ini terdiri dari lempengan-lempengan stainless steel yang

58

terapit satu sama lain menjadi satu kerangka. Alat ini memiliki kapasitas 3.000

liter perjam dan pengoperasiannya dilakukan secara kontinu.

6. Homogenizer

Alat ini berfungsi untuk memperkecil butiran lemak susu, sehingga diperoleh

suatu emulsi susu yang stabil. Alat ini memiliki kapasitas 3.000 liter perjam,

dioperasikan secara kontinu. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pemampatan

susu dalam ruangan oleh piston.

7. Batch pasteurizer

Alat ini berfungsi untuk pencampuran sekaligus pemanasan pada pembuatan

susu cokelat, stroberi dan yoghurt. Dilengkapi dengan corong venture,

agigator, pompa sirkulasi dan oli pemanas. Proses pemanasan dilakukan

dengan uap panas.

8. Deodorizer

Alat ini berfungsi untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan pada susu.

Alat ini memiliki kapasitas 3.000 liter perjam, dilengkapi dengan pompa

penghisap dan dioperasikan secara kontinu. Prinsip kerjanya adalah

menguapkan bau yang terdapat pada susu.

9. Separator

Alat ini berfungsi untuk memisahkan antara skim, krim dan kotoran susu. Alat

ini memiliki kapasitas 3.000 liter perjam, terdiri dari 86 buah piring pemisah

dengan kecepatan perputaran 7.200 rpm dan dilengkapi dengan motor 3,5 kw

dengan putaran 50 rpm. Prinsip kerja alat ini berdasarkan perbedaan berat

jenis dengan gaya sentrifugal.

10. Boiler

Berfungsi untuk menghasilkan uap panas, yang diperlukan untuk pemanasan

susu pada proses pasteurisasi dan untuk pencucian alat. Jenis boiler yang ada

adalah boiler pipa api, dimana pemanasan dihasilkan dari semburan api yang

berada di dalam pipa, sedangkan bagian luar pipa diselimuti air yang

jumlahnya cukup banyak. Boiler ini bekerja pada suhu 170° - 230° C. Air

yang digunakan untuk menghasilkan uap panas dimasukkan ke dalam boiler

dengan menggunakan pompa. Air yang digunakan harus memenuhi syarat

kesadahan dengan pH 11,5 - 12. Sebelumnya air dicuci terlebih dahulu dengan

59

pasir laut dan karton, kemudian dilewatkan pada mesin Ca (softener) yang

berguna untuk melunakkan air sehingga kesadahan air sama dengan nol dan

ditambahkan scale inhibitor serta corosif inhibitor berupa injeksi bahan kimia

yang berguna untuk mencegah korosif dan kerak pada boiler, yang dapat

menghambat penetrasi panas dan mempercepat kerusakan boiler. Uap panas

yang dihasilkan perjam adalah 2.000 liter.

11. Mesin steril botol (autoclave) yang dapat menghasilkan produk steril kemasan

botol dengan kapasitas masak 4.000 botol perjam dengan volume botol yang

bervariasi dari 100 ml hingga 1.000 ml.

6.2.5 Proses Produksi

Pada skenario I, koperasi tidak melakukan proses produksi susu sterilisasi

Fresh Time karena pengolahan susu dilakukan oleh PT ISAM. Aktivitas yang

dilakukan oleh koperasi pada skenario ini adalah sebatas pengiriman susu segar

kepada PT ISAM, pengambilan susu yang telah diolah menjadi susu sterilisasi

Fresh Time, penyimpanan dalam gudang persediaan dan pemasaran susu

sterilisasi Fresh Time.

Sedangkan pada skenario II dan III, koperasi mengolah sendiri susu segar

menjadi susu sterilisasi Fresh Time. Adapun proses produksi susu sterilisasi Fresh

Time dimulai dengan mengolah susu segar menjadi susu pasteurisasi terlebih

dahulu sebelum mengolahnya kembali dalam proses sterilisasi menggunakan

mesin steril botol (autoclave). Proses pembuatan susu pasteurisasi adalah sebagai

berikut :

1. Pemanasan pendahuluan

Dari tangki penampungan susu dingin, susu dipompakan ke lempengan Plate

Heat Exchanger (PHE). Pengaliran susu ke lempengan PHE diatur oleh tangki

keseimbangan (balance tank). Sistem penukar panas yang bekerja pada

lempengan PHE adalah sistem regenerasi. Susu dingin yang dialirkan dari

tangki keseimbangan dengan bantuan pompa akan dialirkan ke ruang

regenerasi untuk mengalami proses pemanasan pendahuluan. Setelah

mengalami proses pemanasan pendahuluan, suhu susu meningkat dari 4°

menjadi 60° C.

60

2. Separasi

Selanjutnya susu yang telah bersuhu 60° C tersebut dialirkan pada cream

separator yang bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran yang masih

terbawa pada susu dan juga untuk memisahkan krim dengan susu. Pemisahan

ini berdasarkan atas perbedaan berat jenis dengan kecepatan sentrifugasi

sebesar 1.500 rpm. Cream separator mampu memisahkan krim dari susu

dengan kadar lemak 60 – 70 persen dan dihasilkan skim dengan kadar lemak

0,1 – 0,2 persen.

3. Homogenisasi

Ukuran partikel-partikel lemak yang terdapat pada susu murni yang dihasilkan

sapi perah memiliki ukuran yang berbeda. Alat homogenizer berguna untuk

mengatasi ketidakseragaman partikel lemak susu dengan proses homogenisasi.

Proses homogenisasi yang dilakukan adalah dengan memberikan tekanan

sebesar 2.000 – 2.500 psi, kemudian melalui lubang pengeluaran yang

berukuran sangat kecil, butiran-butiran lemak susu yang berdiameter 5 – 20 π

(micron) tereduksi menjadi butiran-butiran lemak susu berdiameter 2 – 3 π.

4. Pasteurisasi

Susu yang telah mengalami proses homogenisasi lalu dialirkan ke dalam

mesin proses pasteurisasi pada rangkaian lempengan PHE. Susu mengalami

proses pemanasan oleh air panas bersuhu 84° C. Susu akan mengalami proses

pasteurisasi selama 15 detik pada suhu 76° C. Proses ini dikenal dengan nama

sistem High Temperature Short Time atau HTST. Kemudian susu dialirkan

melalui holding section yang memiliki fungsi menurunkan suhu susu menjadi

75° C.

Setelah susu diolah menjadi susu pasteurisasi bersuhu 75° C, susu lalu

dialirkan ke dalam tangki pencampur untuk mencampur susu dengan bahan baku

pendukung lainnya seperti gula pasir, perisa makanan dan penyeimbang makanan.

Sebelum dimasukkan ke dalam tangki pencampur, bahan baku pendukung

tersebut terlebih dahulu dilarutkan di dalam corong pencampur yang dilengkapi

dengan agigator (pengaduk) dan filter. Alat ini berfungsi untuk mencampur serta

melarutkan bahan baku pendukung yang berbentuk padatan, disaring kemudian

dialirkan ke tangki pencampur melalui pipa penghubung.

61

Setelah dilakukan penyampuran susu dengan bahan baku pendukung, susu

yang bersuhu 65° C kemudian didinginkan hingga mencapai susu 2° C. Setelah

dingin, susu lalu dimasukkan ke dalam botol-botol bervolume 180 ml dengan

mesin pengemas lalu bagian atasnya ditutup oleh lapisan aluminium foil berwarna

biru.

Botol-botol yang telah diisi dengan susu lalu diletakkan pada wadah botol

yang masing-masing memiliki kapasitas 1.400 botol. Kemudian, dilakukan proses

sterilisasi dengan cara wadah-wadah botol yang sudah terisi penuh dengan botol-

botol susu dimasukkan ke dalam mesin steril botol (autoclave) dengan suhu 125°

C selama 10 menit. Proses ini merupakan proses terakhir dari pembuatan susu

sterilisasi yang bertujuan untuk mensterilkan susu beserta botol kemasannya.

Setelah dilakukan proses sterilisasi kemudian susu sterilisasi didiamkan beberapa

saat hingga cukup dingin untuk dilanjutkan pada proses pelabelan.

Susu yang telah selesai dilabeli kemudian disimpan di gudang

penyimpanan selama tujuh hari untuk pelaksanaan proses karantina. Setelah

dikarantina selama tujuh hari, diambil beberapa sampel dari susu sterilisasi untuk

dilakukan percobaan dalam melihat kandungan bakteri dalam susu. Hasilnya akan

terlihat dalam waktu tiga hari. Jika kandungan bakteri dalam susu telah mencapai

angka nol, maka susu tersebut lolos kualifikasi dan dapat dijual dengan jangka

waktu kadaluarsa selama sembilan bulan.

6.2.6 Layout Usaha

Layout usaha yang diusulkan kepada pabrik pengolahan susu KPSBU

Jawa Barat disusun berdasarkan aliran produksi atau sesuai dengan proses

produksi susu sterilisasi Fresh Time. Adapun bagian pabrik yang merupakan

tempat pengolahan susu dibagi menjadi lima ruangan utama, yaitu :

1. Ruang A, yaitu ruangan berisi timbangan susu, untuk menampung susu dari

tangki susu sebelum diolah lebih lanjut.

2. Ruang B, yaitu ruang produksi di mana susu diolah menjadi susu pasteurisasi

dan sterilisasi.

3. Ruang C, yaitu ruang pengemasan susu ke dalam botol sebelum susu

mendapatkan proses sterilisasi.

62

4. Ruang D, yaitu ruang pengemasan, dimana susu sterilisasi yang telah diolah

dikemas ke dalam kardus-kardus.

5. Ruang E, yaitu gudang persediaan yang berguna untuk menyimpan persediaan

susu sterilisasi untuk diuji ke laboratorium susu sebelum akhirnya dipasarkan.

Gambar 4. Layout Usaha Pabrik Pengolahan Susu

Adapun keterangan untuk gambar adalah sebagai berikut :

1. Timbangan

2. Buffer Tank

3. Balance Tank

4. Plate Heat Exchanger

5. Cream Separator

6. Homogenizer

7. Corong Pencampur

8. Tangki Pencampur

9. Tangki Penampung

10. Mesin Pengemas

11. Wadah Botol

12. Autoclave

6.2.7 Hasil Analisis Aspek Teknis

Berdasarkan hasil analisis aspek teknis yang meliputi lokasi usaha, bahan

baku, kapasitas produksi, proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan

D B

E A

4

6

7 8

C

C 11

9 10

12

6

2 3

5

1

63

serta layout dari usaha susu sterilisasi Fresh Time, dapat disimpulkan bahwa

produksi susu sterilisasi layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan lokasi usaha

yang terjangkau dan memenuhi kebutuhan akan bahan baku, listrik dan air pada

ketiga skenario. Dari bahan baku, tidak ada kendala dalam penyediaan bahan baku

untuk proses pengolahan susu. Luas produksi yang ada pada ketiga skenario

diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar yang ada, khususnya di wilayah

pemasaran Jawa Barat. Dari segi teknologi, teknologi serta mesin dan peralatan

yang digunakan telah dapat mendukung proses produksi dari susu sterilisasi,

begitupun dengan layout usaha yang dapat memperlancar proses produksi pada

pabrik pengolahan susu.

6.3. Aspek Manajemen

Produksi susu sterilisasi Fresh Time yang merupakan salah satu usaha dari

KPSBU Jawa Barat masih dikelola secara sederhana. Dalam mengelola usaha

barunya ini, KPSBU Jawa Barat belum melakukan penambahan sumber daya

manusia untuk mempermudah pengelolaan usaha susu sterilisasi Fresh Time.

Sampai saat ini sumber daya manusia yang digunakan adalah karyawan yang

bekerja pada bagian pengolahan susu yang terdapat pada struktur organisasi

KPSBU Jawa Barat (dapat dilihat pada Lampiran 4). Selain harus bertanggung

jawab pada pengelolaan usaha susu sterilisasi Fresh Time, karyawan pada bagian

pengolahan susu juga memiliki tanggung jawab lain seperti melakukan produksi

yoghurt Fresh Time, melakukan pemasaran produksi susu olahan KPSBU Jawa

Barat dan lain-lain. Walaupun terdapat banyaknya tanggung jawab yang harus

dilaksanakan oleh karyawan pada bagian susu, namun usaha susu sterilisasi Fresh

Time ini masih dapat dilaksanakan dengan baik oleh koperasi.

Pada skenario II dan III, terdapat dua aktivitas yang menuntut adanya

manajemen kerja yang lebih kompleks yaitu aktivitas pembangunan proyek pabrik

pengolahan susu dan aktivitas operasional pengolahan susu. Untuk pembangunan

proyek pabrik pengolahan susu dibutuhkan para tenaga ahli untuk melakukan

pembuatan layout pabrik, penentuan mesin-mesin yang akan digunakan,

pembangunan pabrik serta instalasi dan uji coba mesin-mesin pengolahan susu.

Pada aktivitas kedua yaitu aktivitas operasional pengolahan susu yang

akan berjalan secara kontinu, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan

64

yaitu wewenang dan tanggung jawab, spesifikasi pekerjaan, rekruitmen tenaga

kerja dan sistem pengupahan.

6.3.1 Wewenang dan tanggung jawab

Wewenang dan tanggung jawab manajemen dalam proses produksi susu

sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat yang disarankan adalah sebagai berikut

:

1. Kepala pabrik, bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan seluruh

kegiatan pabrik secara keseluruhan. Kepala pabrik membawahi beberapa

manajer yang menangani bidang-bidang yang lebih spesifik sesuai dengan

kebutuhan pabrik.

2. Manajer produksi, bertanggung jawab atas seluruh kegiatan produksi

pengolahan susu dimulai dari susu diterima oleh pabrik, pelaksanaan quality

control dan perawatan mesin-mesin produksi. Manajer produksi membawahi

beberapa kepala bagian yang mendukung bidang-bidang di dalam produksi

pengolahan susu, yaitu :

a. Kepala bagian produksi, bertanggung jawab atas ketersediaan bahan baku

produksi, penerimaan bahan baku produksi, pengolahan susu hingga susu

siap dikonsumsi, pengemasan, hingga pengepakan susu untuk

mempermudah proses pemasaran. Kepala bagian produksi membawahi

beberapa karyawan yang membantunya dalam menjalankan tanggung

jawab.

b. Kepala bagian quality control, bertanggung jawab atas kualitas susu yang

dihasilkan oleh pabrik pengolahan susu. Kepala bagian quality control

membawahi beberapa karyawan yang bertugas dalam menjaga kualitas

susu yang dihasilkan.

c. Kepala bagian mekanik, bertanggung jawab atas penggunaan mesin

selama produksi, perawatan dan pemeliharaan mesin-mesin yang

digunakan dalam kegiatan produksi. Kepala bagian mekanik juga

membawahi beberapa karyawan yang bertugas sebagai operator serta

merawat dan memelihara mesin-mesin produksi.

3. Manajer administrasi dan keuangan, bertanggung jawab dalam kegiatan-

kegiatan yang mendukung kegiatan produksi pabrik dalam hal pelayanan

65

administrasi, keuangan dan sumber daya manusia. Manajer administrasi dan

keuangan membawahi beberapa kepala bagian yang mendukung, dimana

masing-masing kepala bagian juga membawahi beberapa karyawan untuk

membantu pekerjaannya :

a. Kepala bagian administrasi, bertanggung jawab atas segala kegiatan

administrasi yang berlangsung di pabrik maupun di luar pabrik yang

berhubungan dengan kelancaran proses produksi.

b. Kepala bagian keuangan, bertanggung jawab atas laporan dari aliran uang

yang berhubungan dengan segala sesuatu yang berlangsung pada pabrik

hingga proses pemasaran produk akhir.

c. Kepala bagian personalia, bertanggung jawab atas perekrutan tenaga kerja

yang dibutuhkan oleh pabrik, pelatihan tenaga kerja, dan masalah

pengupahan serta tunjangan bagi karyawan.

4. Manajer pemasaran, bertanggung jawab atas perencanaan program pemasaran

dari produk akhir yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan susu, melaksanakan

pemasaran produk akhir dan memberikan pelayanan konsumen. Manajer

pemasaran membawahi beberapa kepala bagian yang dibantu oleh sejumlah

karyawan :

a. Kepala bagian pemasaran produk, bertanggung jawab pada seluruh

kegiatan pemasaran produk akhir dari pabrik pengolahan susu.

b. Kepala bagian pelayanan konsumen, bertanggung jawab untuk

memberikan pelayanan kepada konsumen dalam pemberian informasi

maupun penerimaan keluhan atau masalah pada produk yang dialami

konsumen.

6.3.2 Spesifikasi Pekerjaan

Spesifikasi pekerjaan menunjukkan siapa yang melakukan pekerjaan

tersebut dan faktor-faktor tenaga manusia yang disyaratkan dalam melakukan

pekerjaan tersebut. Persyaratan-persyaratan tersebut meliputi pendidikan,

pelatihan, pengalaman dan persyaratan fisik dan mental. Secara umum setiap

pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga kerja yang memiliki keahlian untuk

mendukung pelaksanaan tanggung jawabnya masing-masing. Spesifikasi untuk

masing-masing pekerjaan dapat dijabarkan lebih lanjut pada Lampiran 7.

66

6.3.3 Rekruitmen Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dapat berasal dari masyarakat yang tinggal

di sekitar daerah pembangunan pabrik maupun melakukan rekruitmen di media

cetak maupun elektronik.

6.3.4 Sistem Pengupahan

Gaji dibagikan setiap satu bulan sekali maksimal tanggal 5 setiap

bulannya. Metode pembayaran yang disarankan adalah melalui rekening masing-

masing pekerja untuk menjamin keamanan dan ketepatan jumlah pembayaran.

Namun jika hal ini masih sulit dilakukan, pembagian gaji dapat dilakukan oleh

bagian personalia dari manajemen pabrik. Adapun usulan rencana rincian gaji dari

tenaga kerja yang digunakan pada pabrik ini dapat dilihat pada Lampiran 8.

Sedangkan bagi karyawan yang bekerja langsung pada proses produksi susu

sterilisasi Fresh Time akan mendapatkan upah yang dihitung berdasarkan jumlah

jam kerja selama satu bulan. Jam kerja tersebut sangat bergantung pada kuantitas

susu yang diolah oleh pabrik.

6.3.5 Hasil Analisis Aspek Manajemen

Pada skenario I, walaupun layak untuk dilaksanakan, aspek manajemen

yang dijalankan memerlukan perbaikan karena sumber daya yang digunakan

masih sama atau berjabatan ganda sebagai bagian dari divisi pengolahan susu

KPSBU Jawa Barat sehingga belum dapat melakukan tugasnya dengan optimal

dan butuh perbaikan pada aspek ini. Sedangkan pada skenario II dan III, pekerjaan

yang dibutuhkan telah dideskripsikan dengan baik dari aspek wewenang dan

tanggung jawab serta sistem pengupahan sehingga layak untuk dilaksakan.

6.4. Aspek Hukum

Analisis aspek hukum ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha jika

dipandang dari segi legalitasnya di mata hukum yang berlaku. Suatu usaha

dikatakan layak untuk dijalankan apabila usaha yang akan didirikan atau dibangun

harus memenuhi hukum dan tata aturan yang terdapat di wilayah tersebut.

Analisis aspek hukum meliputi bentuk badan usaha, ijin usaha dan ijin lokasi

pendirian proyek.

67

6.4.1 Bentuk Badan Usaha

Bentuk badan usaha dari lokasi penelitian ini adalah koperasi yang

merupakan badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan anggotanya yang bersifat murni, pribadi dan tidak

dapat dialihkan (Umar 2007). Sedangkan menurut UU No. 25 tahun 1992,

koperasi didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang

atau badan hukum koperasi dengan melandakan kegiatannya berdasarkan prinsip-

prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas

asas kekeluargaan.

6.4.2 Ijin Usaha

Sebelum memulai usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time, pihak

KPSBU Jawa Barat harus terlebih dahulu mengurus ijin usaha kepada

pemerintahan setempat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta

sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Untuk mendapatkan ijin

usaha dari pihak-pihak tersebut, KPSBU Jawa Barat harus melengkapi data ijin

usaha terlebih dahulu yaitu :

1. Akte pendirian koperasi dari notaris.

2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) koperasi.

3. Surat tanda daftar perusahaan.

4. Surat ijin tempat usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat.

5. Surat rekomendasi dari kadin setempat.

6. Surat tanda rekanan dari pemerintah daerah setempat.

7. SIUP setempat.

8. Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen Penerangan.

Sejauh ini produk susu sterilisasi Fresh Time sudah memiliki ijin usaha,

sertifikasi dari BPOM dan sertifikat halal dari MUI. Sehingga hal ini dapat

meyakinkan konsumen bahwa produk susu sterilisasi Fresh Time halal dan baik

untuk dikonsumsi.

68

6.4.3 Ijin Lokasi Pendirian Pabrik

Dalam melakukan usaha pada skenario II dan III dibutuhkan ijin lebih

lanjut yaitu ijin lokasi pendirian pabrik pengolahan susu. Untuk mendapatkan ijin

tersebut, KPSBU Jawa Barat harus melengkapi persyaratan pembuatan ijin yaitu :

1. Sertifikat (akte) tanah di mana pabrik akan didirikan.

2. Bukti pembayaran PBB terbaru.

3. Rekomendasi dari Rukun Tetangga dan Rukun Warga setempat.

4. Rekomendasi dari kecamatan.

5. KTP dari pemrakasa proyek pendirian pabrik.

6.4.4 Hasil Analisis Aspek Hukum

Melihat dari sudah dimiliki ijin usaha, sertifikat dati BPOM dan MUI

untuk produksi susu sterilisasi Fresh Time, maka dapat disimpulkan bahwa usaha

ini layak untuk dijalankan karena KPSBU Jawa Barat sudah dapat memenuhi

kelengkapan data yang disyaratkan oleh pemerintah. Sedangkan untuk ijin lokasi

pendirian, kelengkapan data yang disyaratkan dapat terpenuhi jika KPSBU Jawa

Barat sudah mulai merealisasikan pendirian pabrik pengolahan susu.

6.5. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Pada skenario I, adanya usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time tidak

terlalu mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan di sekitar KPSBU

Jawa Barat. Dari aspek sosial, adanya usaha ini belum menyebabkan perubahan

seperti wilayah yang bertambah ramai, adanya jalur komunikasi, transportasi

maupun penerangan listrik dan lain sebagainya. Dari aspek ekonomi, adanya

usaha ini belum mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat karena

pengelolaan usaha ini masih dipegang oleh sumber daya koperasi yang sudah ada.

Sedangkan dari segi pendapatan anggota koperasi, usaha ini belum dapat

memberikan tambahan pendapatan karena usaha ini masih dalam tahap permulaan

yang membutuhkan banyak biaya dibandingkan keuntungan yang dihasilkan. Dari

aspek lingkungan, adanya usaha ini tidak membawa dampak yang terlalu negatif

terhadap lingkungan. Limbah yang dihasilkan antara lain adalah botol-botol susu

kosong, sedotan, plastik dan kardus susu yang kesemuanya dikumpulkan pada

69

tempat pembuangan sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar

koperasi.

Pada skenario II dan III, dari aspek sosial adanya pabrik pengolahan susu

dapat memberi pengaruh kepada sosial kemasyarakatan seperti bertambah

ramainya lokasi pendirian pabrik, adanya jalur transportasi baru yang dibuka oleh

koperasi guna mempermudah jalannya kegiatan operasional pengolahan dan

pemasaran susu yang juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, serta

adanya jalur komunikasi dan penerangan yang juga dapat bermanfaat bagi

masyarakat sekitar. Dari aspek ekonomi, pendirian pabrik pengolahan susu dapat

menyerap cukup banyak tenaga kerja sehingga dapat menambah pendapatan

masyarakat. Sedangkan dari aspek lingkungan, pabrik pengolahan susu berusaha

untuk tidak terlalu memberikan dampak negatif kepada lingkungan. Limbah yang

dihasilkan antara lain susu yang terbuang, air, zat kimia untuk membersihkan

mesin dan peralatan serta peralatan pengemasan yang tidak terpakai. Pabrik

pengolahan susu harus melakukan standar pengolahan limbah sehingga tidak

terlalu berdampak negatif bagi lingkungan.