Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 1
BAB VII
ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH
7.1. Kebijakan Umum
7.1.1. Arah Pengembangan Wilayah
Pengembangan Wilayah Provinsi Jawa Tengah ditujukan untuk
mewujudkan ruang wilayah yang berdaya saing berbasis pertanian, industri, dan
pariwisata, dengan memperhatikan kelestarian alam dan pemerataan
pembangunan wilayah yang berkelanjutan. Memperhatikan kondisi fisiografis
dan geografis, maka kebijakan pengembangan wilayah Provinsi Jawa Tengah
dibagi menjadi :
a. Poros pengembangan Utara - Utara yang membentang dari Bregasmalang-
Petanglong – Kedungsepur – Wanarakuti - Banglor dikembangkan dengan
memantapkan pembangunan di koridor utara, sehingga tetap mampu menjadi
pendorong ekonomi wilayah Jawa Tengah;
b. Poros pengembangan Selatan-Selatan yang membentang dari
Barlingmascakeb – Purwomanggung - Subosukawonosraten dengan
mempercepat pembangunan di Koridor Selatan, sehingga dapat mengurangi
ketimpangan ekonomi wilayah;
c. Poros pengembangan Utara-Selatan yang menghubungkan Bregasmalang
dengan Barlingmascakeb, Petanglong dengan Purwomanggung, Kedungsepur
dengan Subosukawonosraten dan Purwomanggung, serta Wanarakuti dan
Banglor dengan Subosukawonosraten dimaksudkan untuk mengurangi
ketimpangan ekonomi wilayah;
d. Poros pengembangan bagian tengah Jawa Tengah diarahkan untuk
meningkatan fungsi konservasi di wilayah bagian tengah Provinsi Jawa
Tengah (hulu DAS) pada daerah Gunung Slamet – Sindoro – Sumbing –
Merbabu – Merapi - Lawu.
e. Pengembangan wilayah kelautan diarahkan untuk pengembangan potensi
ekonomi sosial dan budaya secara berkelanjutan berdasarkan Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K).
Arah Pengembangan Wilayah Jawa Tengah dilihat pada Gambar 7.1.
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 2
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Gambar 7.1.
Arah Pengembangan Wilayah Jawa Tengah
Strategi pengembangan wilayah di Jawa Tengah antara lain sebagai
berikut :
1. Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru
2. Peningkatan keterhubungan perkotaan – perdesaan
3. Pengembangan prasarana wilayah
4. Peningkatan pengelolaan kawasan lindung
5. Pemertahanan lahan pertanian
6. Pengembangan kawasan industri
7. Pengembangan destinasi dan daya tarik wisata strategis
8. Pengembangan sistem permukiman perkotaan yang kompak
9. Pengembangan dan pemanfaatan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau
kecil.
7.1.2. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang
Dalam mendukung arah pengembangan wilayah, diperlukan jaringan
prasarana wilayah yang ditekankan pada pengembangan prasarana pendukung
yang dapat mempercepat pertumbuhan perekonomian wilayah dengan
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 3
mewujudkan keterhubungan antar Pusat Kegiatan baik Nasional, Wilayah dan
Lokal (PKN, PKW dan PKL).
Adapun pengembangan jaringan prasarana dimaksud berupa jaringan
prasarana transportasi meliputi pengembangan : jaringan jalan; angkutan umum
aglomerasi perkotaan; integrasi antar moda transportasi; bandar udara;
reaktivasi jaringan rel kereta api; pelabuhan; terminal; jaringan prasarana
energi; dan jaringan prasarana sumber daya air. Strategi pengembangan jaringan
prasarana wilayah dilakukan antara lain melalui :
1) Pengembangan sistem transportasi darat, laut, dan udara secara terpadu guna
meningkatkan aksesbilitas dan konektivitas wilayah;
2) Peningkatan kapasitas infrastruktur pendukung kawasan-kawasan strategis;
3) Pengembangan sistem energi secara optimal dan mewujudkan keterpaduan
sistem penyediaan listrik untuk mendukung pasokan energi nasional (sistem
JAMALI);
4) Pengembangan sistem prasarana sumber daya air untuk menunjang kegiatan
domestik, sektor industri dan pertanian;
Kebijakan Pengembangan struktur ruang di Jawa Tengah sebagaimana Gambar
7.2.
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 4
Sumber : RTRW Provinsi Jawa Tengah, 2009-2029
Sumber: RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009 - 2029
Gambar 7.2.
Pengembangan Wilayah Melalui Pembangunan Jaringan Prasarana Wilayah
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 5
7.1.3. Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya
1. Kawasan Lindung
Fokus perwujudan kawasan lindung diarahkan pada : kawasan hutan
lindung, kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya,
kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya, kawasan bencana alam serta kawasan lindung geologi. Upaya
yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah :
a. Rehabilitasi dan konservasi kawasan yang berfungsi lindung baik hutan
maupun non hutan berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS);
b. Peningkatan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan
sebesar 30%, yang terdiri RTH publik minimal 20% dan RTH privat
minimal 10%;
c. Rehabilitasi lahan kritis;
d. Rehabilitasi daerah resapan air guna mempertahankan ketersediaan air;
e. Peningkatan upaya mitigasi pada Kawasan Rawan Bencana.
2. Kawasan Budidaya
Fokus perwujudan kawasan budidaya diarahkan pada : kawasan hutan
produksi, kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan peruntukan
industri, kawasan pariwisata dan kawasan permukiman. Upaya yang
dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah :
a. Rehabilitasi dan pemantapan kawasan hutan produksi;
b. Pemantapan dan perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LP2B);
c. Pengembangan kawasan agropolitan;
d. Pengendalian kawasan pertambangan;
e. Pengembangan kawasan industri;
f. Pengembangan kawasan pariwisata;
g. Peningkatan kawasan permukiman.
Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya
sebagaimana Gambar 7.3.
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 6
Sumber : RTRW Provinsi Jawa Tengah, 2009-2029
Gambar 7.3.
Pengembangan Wilayah Melalui Arah Pola Ruang
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 7
7.1.4. Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis
Penetapan kawasan strategis didasarkan atas fungsi keutamaan kawasan
yang mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap
ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan bagi kepentingan tingkat/skala
provinsi. Kawasan tersebut terbagi menurut 3 sudut kepentingan yaitu :
1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, meliputi :
A. Kawasan Strategis Nasional, yaitu :
a. Kawasan Borobudur dan sekitarnya;
b. Kawasan Prambanan dan sekitarnya;
c. Kawasan Sangiran.
B. Kawasan Strategis Provinsi, yaitu:
a. Kawasan Masjid Demak;
b. Kawasan Candi Dieng;
c. Kawasan Candi Gedongsongo;
d. Kawasan Candi Cetho – Sukuh;
e. Kawasan Keraton Solo.
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan strategis meliputi:
- Perlindungan/konservasi kawasan;
- Pengembangan sarana prasarana pendukung kawasan;
- Penataan kawasan sekitar.
2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, meliputi:
A. Kawasan Strategis Nasional, yaitu Kawasan Perkotaan Kedungsepur
B. Kawasan Strategis Provinsi
a. Kawasan Industri Terpadu, meliputi:
1. Kawasan Industri Kendal – Semarang - Demak;
2. Kawasan Industri Brebes;
3. Kawasan Industri Rembang;
4. Kawasan Industri Cilacap;
5. Kawasan Industri Kebumen.
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan industri
terpadu meliputi:
- Peningkatan kemudahan perijinan, promosi pengembangan
kawasan industri dan pemberian insentif.
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 8
- Peningkatan jaringan infrastruktur transportasi, pengolahan
limbah, energi, telekomunikasi dan sumber daya air serta
prasarana penunjang lainnya.
b. Kawasan Agropolitan yang akan dikembangkan dalam upaya
peningkatan produk pertanian meliputi: Kawasan Agropolitan
MANGGA EMAS (Pemalang, Purbalingga, Brebes, Banyumas) dan
GIRISUKA (Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar) dengan komoditas
unggulan tanaman pangan dan hortikultura
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan agropolitan
berbasis pertanian terintegrasi dan agriculture estate meliputi :
1. Peningkatan kapasitas Sumberdaya Manusia (SDM) Petani;
2. Pengembangan pendidikan vokasi yang mendukung pertanian;
3. Peningkatan akses modal;
4. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam budidaya pertanian;
5. Pengembangan pengolahan hasil pertanian;
6. Pengembangan sistem distribusi dan pemasaran;
7. Pengembangan sarana dan prasarana.
c. Kawasan Perkotaan meliputi:
A. Kawasan Strategis Nasional yaitu Kawasan Perkotaan Kedungsepur
B. Kawasan Strategis Provinsi meliputi:
1. Kawasan Perkotaan Subosukawonosraten
2. Kawasan Perkotaan Bregasmalang
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan perkotaan,
meliputi :
1. Peningkatan kawasan permukiman
2. Pengembangan infrastruktur wilayah yang memadai, antara lain
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau Tempat Pembuangan Sementara
Terpadu (TPST) Regional, Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM)
Regional, Sistem Jaringan Jalan, Pelayanan Perhubungan (Transportasi
Massal, Bandara, Perkeretaapian, Terminal) dan Energi.
3. Pengembangan sarana prasarana pendidikan, kesehatan dan
perdagangan.
d. Kawasan Strategis Pariwisata Terpadu meliputi:
1. Kawasan Surakarta dan sekitarnya;
2. Kawasan Borobudur - Dieng - Kebumen dan sekitarnya;
3. Kawasan Semarang – Karimunjawa dan sekitarnya;
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 9
4. Kawasan Nusakambangan – Baturraden dan sekitarnya ;
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan strategis
pariwisata terpadu, meliputi :
1. Pengembangan infastruktur pendukung pariwisata antara lain :
jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, air baku dan sampah;
2. Pengembangan destinasi dan promosi pariwisata.
3. Peningkatan kualitas kawasan permukiman pendukung pariwisata
3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup, meliputi :
A. Kawasan Strategis Nasional, meliputi:
1. Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
2. Kawasan Pangandaran – Kalipucang - Segara Anakan –
Nusakambangan (Pacangsanak)
B. Kawasan Strategis Provinsi, diantaranya:
a. Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu;
b. Kawasan Dataran Tinggi Dieng;
c. Kawasan Rawa Pening;
d. Kawasan Gunung Sindoro – Sumbing;
e. Kawasan Gunung Lawu;
f. Kawasan Gunung Slamet;
g. Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kritis; dan
h. Kawasan Karst;
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan strategis fungsi
dan daya dukung lingkungan, antara lain :
1. Pengendalian kerusakan lingkungan;
2. Peningkatan konservasi sumber daya alam;
3. Perwujudan konsep jasa lingkungan bagi wilayah-wilayah yang
memiliki fungsi konservasi.
C. Kawasan Khusus Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, meliputi :
a. Kawasan Segara Anakan;
b. Pulau Nusakambangan;
c. Kepulauan Karimunjawa;
d. Taman Pesisir Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan khusus wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil yaitu :
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 10
1. Peningkatan produktivitas dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan
pulau-pulau kecil berbasis daya dukung lingkungan;
2. Peningkatan upaya perlindungan spesies yang dilindungi;
3. Pengendalian dan pencegahan degradasi habitat vital.
Kawasan strategis secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 7.4. berikut :
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 11
Sumber : RTRW Provinsi Jawa Tengah, 2009-2029 Gambar 7.4
Kawasan Strategis Provinsi
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 12
7.2. Arah Pengembangan Perwilayahan
Dalam upaya mewujudkan pembangunan Jawa Tengah yang lebih
menekankan pada karakter dan potensi wilayah serta memperlihatkan
keberagaman, maka dikembangkan 8 (delapan) wilayah pengembangan utama.
Pengelompokkan kewilayahan tersebut bertujuan untuk dapat lebih
mengoptimalkan potensi lokal, mempertahankan keberagaman hasil produk serta
menciptakan pemerataan pembangunan yang memiliki ciri kuat produk unggulan.
Adapun pengembangan kewilayahan meliputi Barlingmascakeb, Purwomanggung,
Subosukawonosraten, Banglor, Wanarakuti, Kedungsepur, Petanglong dan
Bregasmalang sebagaimana pada gambar berikut :
Sumber : RTRW Provinsi Jawa Tengah, 2009-2029
Gambar 7.5
Pembagian Per Wilayahan
7.2.1. WP Barlingmascakeb
WP Barlingmascakeb meliputi Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga,
Banyumas, Cilacap dan Kebumen, diarahkan sebagai PKN, PKW dan PKL di
wilayah Jawa Tengah bagian barat dan selatan. PKN meliputi Kota Cilacap dan
sekitarnya; Sedangkan PKW meliputi Purwokerto dan Kebumen, serta PKL
meliputi Kroya, Majenang, Wangon, Ajibarang, Banyumas, Purbalingga, Bobotsari,
Sokaraja, Banjarnegara, Klampok, Gombong, Karanganyar – Kebumen, dan
Prembun. Untuk mendukung pelayanan sosial ekonomi di wilayah ini, PKL
Purbalingga didorong menjadi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Sektor unggulan
yang dapat dikembangkan di wilayah ini adalah pertanian, perkebunan,
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 13
pariwisata, pertambangan, industri dan perikanan, ditunjang oleh agroindustri,
kehutanan, peternakan dan perdagangan.
Arah kebijakan WP Barlingmascakeb adalah “Pengembangan Wilayah
Barlingmascakeb Berbasis Agrominapolitan dan Pariwisata Terpadu yang Didukung
Sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan Jasa Dengan Berlandaskan Prinsip
Pembangunan Berkelanjutan”.
Pengembangan wilayah Barlingmascakep untuk Tahun 2018 sampai
dengan 2023 ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu
Pertumbuhan Ekonomi sebesar 4,5% sampai dengan 7,3%, Angka Kemiskinan
pada kisaran 19,50% sampai dengan 11,50 %; Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) sebesar 1,97% sampai dengan 5,9% serta Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) pada kisaran 69,02 sampai dengan 74,35. Secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel 7.1.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Barlingmascakeb
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Cilacap 4,50-4,90 4,50-4,90 4,80-5,20 5,00-5,40 5,20-5,60
2 Banyumas 6,20-6,60 6,20-6,60 6,50-6,90 6,70-7,10 6,90-7,30
3 Purbalingga 5,30-5,70 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40
4 Banjarnegara 5,80-6,20 5,70-6,10 5,90-6,30 6,10-6,50 6,20-6,60
5 Kebumen 4,90-5,30 5,40-5,80 5,70-6,10 5,90-6,30 6,20-6,60
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.2.
Sasaran Kemiskinan WP Barlingmascakeb
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/
Kota
Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Cilacap 13,25 - 14,25 12,84 - 13,84 12,64 - 13,64 12,44 - 13,44 12,24 - 13,24
2 Banyumas 15,00 - 16,00 15,65 - 16,65 15,35 - 16,35 15,05 - 16,05 14,75 - 15,75
3 Purbalingga 17,02 - 18,02 14,50 - 15,50 13,50 - 14,50 12,50 - 13,50 11,50 - 12,50
4 Banjarnegara 16,38 - 17,38 15,00 - 16,00 14,40 - 15,40 13,80 - 14,80 13,40 - 14,40
5 Kebumen 18,50 - 19,50 15,72 - 16,72 14,95 - 15,95 14,41 - 15,41 13,65 - 14,65
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.3.
Sasaran TPT WP Barlingmascakeb
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Cilacap 5,9-6,0 5,5-5,9 5,5-5,9 5,5-5,9 5,5-5,9
2 Banyumas 4,36 4,23 4,06 3,93 3,76
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 14
No Kabupaten/Kota Tahun
3 Purbalingga <5 <4 <4 <4 <4
4 Banjarnegara <4,80 4,50-4,80 4,40-4,70 4,40-4,70 4,35-4,60
5 Kebumen 2,01 1,99 1,97 1,97 1,97
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.4.
Sasaran IPM WP Barlingmascakeb
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Cilacap 70,48 70,90 71,23 71,37 71,49
2 Banyumas 72,20 72,55 73,15 73,35 74,35
3 Purbalingga 69,20 69,59 69,98 70,36 70,75
4 Banjarnegara 67,83 68,37 68,70 69,02 69,35
5 Kebumen 69, 06 70,46 71,28 72,01 72,70
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya
sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Gambar 7.6.
Arah Pengembangan Wilayah Barlingmascakeb
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 15
Peningkatan konektivitas dan aksesibilitas dengan pengembangan
infrastruktur meliputi : fasilitasi pengembangan Jaringan Jalan Lintas Selatan
(JJLS); fasilitasi pembangunan jalan tol Pejagan – Cilacap dan Cilacap –
Yogyakarta; fasilitasi pengembangan Bandara Panglima Besar Jenderal Sudirman
dan Tunggul Wulung beserta aksesibilitasnya; fasilitasi pengembangan Pelabuhan
Tanjung Intan; Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Kabupaten Banyumas -
Cilacap, Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Kabupaten Cilacap - Brebes,
Peningkatan Jalan Provinsi di Kabupaten Cilacap (Perbatasan Jawa Barat),
Fasilitasi Pembangunan Jaringan Jalan Lintas Selatan (JJLS); dan Pembangunan
Banjar Kebuka (Banjarnegara - Kebumen); Pengembangan Angkutan Umum Masal
Berbasis Jalan (Koridor Purwokerto - Purbalingga); pembangunan Terminal Tipe B
di Cilacap Timur; dan.
Pemenuhan kebutuhan air baku maka dilakukan : pembangunan SPAM
Regional Keburejo (Kebumen) dan fasilitasi pembangunan Bendungan
Matenggeng.
Selain itu, upaya pengelolaan lingkungan diantaranya : Konservasi Segara
Anakan, DAS Citanduy, Dieng, Gunung Slamet dan CAT Kebumen - Purworejo;
Penanganan kerusakan pesisir; Geopark Karangsambung, Geopark Dieng
(Banjarnegara); dan Pembangunan Waste to Energy/Refused Derived Fuel (RDF)
Cilacap.
WP ini direncanakan pengembangan kegiatan perekonomian utamanya
adalah : fasilitasi pengembangan kawasan industri Cilacap dan Kebumen;
Upgrading RDMP; industri semen; pariwisata koridor Nusakambangan -
Baturraden dan sekitarnya; serta pengembangan agriculture estate Mangga Mas.
7.2.2. WP Purwomanggung
Pengembangan WP Purwomanggung meliputi Kabupaten Purworejo,
Wonosobo, Magelang, Kota Magelang dan Kabupaten Temanggung yang
berbatasan dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di sisi timur tidak akan
terlepas dari Pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA)
di Kulon Progo. WP ini juga menjadi sangat strategis karena adanya KSPN
Borobudur. Oleh karen itu, untuk mendukung pengembangan kewilayahan baik
dari sisi sosial, ekonomi dan kewilayahan maka Perkotaan Purworejo akan
didorong statusnya yang semula Pusat Kegiatan Lokal menjadi Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW).
Sektor unggulan yang dapat dikembangkan pada WP ini adalah pertanian,
pariwisata, pertambangan, industri, perikanan yang didukung sektor perkebunan
dan peternakan.
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 16
Arah kebijakan WP Purwomanggung adalah “Pengembangan
Purwomanggung Berbasis Pertanian Dan Pariwisata Guna Mendorong Sektor
Industri Pertanian Dengan Berlandaskan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan”.
Pengembangan wilayah Purwomanggung untuk Tahun 2018 sampai dengan
2023 ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu
Pertumbuhan Ekonomi sebesar 5,20% sampai dengan 7,10%, Angka Kemiskinan
pada kisaran 19,50% sampai dengan 6,51%; Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
sebesar 5,5% sampai dengan 2,2% serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
pada kisaran 67,85 sampai dengan 78,55. Secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel 7.5.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Purwomanggung
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Purworejo 5,60-6,00 5,80-6,20 6,10-6,50 6,50-6,90 6,70-7,10
2 Wonosobo 5,80-6,20 5,80-6,20 6,10-6,50 6,30-6,70 6,50-6,90
3 Magelang 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40
4 Temanggung 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40
5 Kota Magelang 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.6.
Sasaran Kemiskinan WP Purwomanggung
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/
Kota
Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Purworejo 12,15 - 13,15 9,84 - 10,84 8,91 - 9,91 7,74 - 8,74 6,92 - 7,92
2 Wonosobo 18,50 - 19,50 15,68 - 16,68 15,47 - 16,47 14,28 - 15,28 13,36 - 14,36
3 Magelang 10,84 - 11,84 10,75 - 11,75 10,36 - 11,36 9,97 - 10,97 9,58 - 10,58
4 Temanggung 10,23 - 11,23 10,62 - 11,62 10,51 - 11,51 10,40 - 11,40 10,29 - 11,29
5 Kota Magelang 6,51 - 7,51 7,50 - 8,50 7,17 - 8,17 6,88 - 7,88 6,55 - 7,55
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.7.
Sasaran TPT WP Purwomanggung
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Purworejo 3,7 3,6 3,5 3,40-3,50 3,35-3,50
2 Wonosobo 5,07 5,01 4,94 3,90-4,00 3,85-3,95
3 Magelang 2,30-2,40 2,30-2,40 2,25-2,35 2,25-2,35 2,20-2,25
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 17
No Kabupaten/Kota Tahun
4 Temanggung 2,97 2,97 2,97 2,97 2,97
5 Kota Magelang 5,5-5 5,2-5 5-4,5 4,8-4,5 4,5-4,25
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.8.
Sasaran IPM Wilayah Purwomanggung
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Purworejo 71,93 73,17 73,69 73,86 74,00
2 Wonosobo 67,85 69,06 69,74 70,00 70,22
3 Magelang 69,11 69,34 69,58 69,83 70,09
4 Temanggung 69,22 69,54 69,84 70,16 70,49
5 Kota Magelang 77,64 78,00 78,37 78,45 78,55
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya
sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 18
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Gambar 7.7.
Arah Pengembangan Wilayah Purwomanggung
Untuk Peningkatan konektivitas dan aksesibilitas akan dilakukan
Reaktivasi Jalur Rel KA Ambarawa – Secang – Magelang – Yogyakarta;
Pengembangan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan/BRT (koridor Purworejo -
Magelang); Pembangunan Terminal Tipe B di Kabupaten Purworejo dan Magelang;
Peningkatan aksesibilitas Borobudur dan Dieng; Peningkatan Jalan Provinsi
Penghubung Kabupaten Purworejo - Perbatasan DIY (Purworejo - Sibolong),
Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Kabupaten Magelang - Wonosobo
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 19
(pendukung akses NYIA) dan Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Kabupaten
Magelang - Perbatasan DIY (Muntilan - Klangon); Jalan Tol Bawen - Yogyakarta
dan Cilacap - Yogyakarta ruas Purworejo.
Pembangunan SPAM Regional Keburejo (Kebumen) dan fasilitasi
pembangunan Bendungan Bener dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
air baku.
Sedangkan untuk kelestarian lingkungan maka akan dilakukan
Pembangunan sampah TPST Regional Magelang, Pembangunan limbah komunal
industri kecil, konservasi utamanya pada Wilayah Dieng (Temanggung,
Wonosobo), Gunung Merapi, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu dan kawasan
hulu lainnya.
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan
pengembangan ekonomi yang meliputi pengembangan agropolitan dan pariwisata
khususnya KSPN Borobudur.
7.2.3. WP Subosukawonosraten
WP Subosukawonosraten meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali,
Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten, sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) meliputi metropolitan Solo Raya terdiri dari kawasan perkotaan
Kota Surakarta dan sekitarnya. Sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terdiri dari
Boyolali dan Klaten, sedangkan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi Ampel,
Sukoharjo, Kartosuro, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Gemolong, Jaten,
Delanggu, dan Tawangmangu. Sektor unggulan wilayah adalah pariwisata,
industri dan pertanian.
Memperhatikan potensi dan keunggulan wilayah yang telah diuraikan pada
bagian sebelumnya, serta memperhatikan arah pengembangan wilayah Jawa
Tengah ke depan, maka ditetapkan arah pengembangan wilayah
Subosukowonosraten adalah “Pembangunan Wilayah Subosukawonosraten
Berbasis Pariwisata Terpadu yang Didukung oleh Pertanian dan Industri
Pengolahan Dengan Berlandaskan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan.
Pengembangan wilayah Subosukowonosraten untuk Tahun 2018 sampai
dengan 2023 ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu
Pertumbuhan Ekonomi sebesar 5,20% sampai dengan 6,90%, Angka Kemiskinan
pada kisaran 13,91% sampai dengan 6,50%; Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
sebesar 2,05% sampai dengan 4,50% serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
pada kisaran 69,60 sampai dengan 84,40. Secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 20
Tabel 7.9.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Subosukowonosraten
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Boyolali 5,20-5,60 5,20-5,60 5,50-5,90 5,70-6,10 5,90-6,30
2 Sukoharjo 5,30-5,70 5,30-5,70 5,70-6,10 5,90-6,30 6,10-6,50
3 Karanganyar 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40
4 Wonogiri 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40
5 Sragen 5,20-5,60 5,30-5,70 5,50-5,90 5,70-6,10 5,90-6,30
6 Klaten 5,30-5,70 5,40-5,80 5,70-6,10 5,90-6,30 6,10-6,50
7 Kota Surakarta 5,30-5,70 5,50-5,90 5,90-6,30 6,20-6,60 6,50-6,90
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.10.
Sasaran Kemiskinan WP Subosukowonosraten
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 – 2023
No Kabupaten/
Kota
Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Boyolali 10,52-11,52 10,06-11,06 9,56 - 10,56 9,06-10,06 8,56 - 9,56
2 Sukoharjo 7,47 - 8,47 7,10 - 8,10 6,80 - 7,80 6,65 - 7,65 6,50 - 7,50
3 Karanganyar 10,84-11,84 11,05-12,05 10,75-11,75 10,45-11,45 10,15 - 11,15
4 Wonogiri 11,56-12,56 9,70 - 10,70 9,22 - 10,22 9,00-10,00 8,20 - 9,20
5 Sragen 12,20-13,20 9,82-10,82 8,80-9,80 7,57-8,57 6,62-7,62
6 Klaten 12,91-13,91 12,44-13,44 11,96-12,96 11,48-12,48 11,00 - 12,00
7 Kota Surakarta 9,36 - 10,36 8,98 - 9,98 8,62 - 9,62 8,27 - 9,27 7,94 - 8,94
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.11.
Sasaran TPT WP Subosukowonosraten
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Boyolali 3,5 3,21 3,15 3,09 3,03
2 Sukoharjo 2,10-2,20 2,10-2,20 2,10-2,15 2,10-2,15 2,05-2,15
3 Karanganyar 3,00-3,10 3,00-3,10 2,90-3,10 2,90-3,10 2,80-3,00
4 Wonogiri 2,71 2,60 2,50 2,44 2,40
5 Sragen 4,40-4,50 4,40-4,50 4,35-4,45 4,35-4,45 4,30-4,40
6 Klaten 4,13 4,09 3,98 3,87 3,56
7 Kota Surakarta 3,77 3,56 3,37 3,18 3,01
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 21
Tabel 7.12.
Sasaran IPM WP Subosukowonosraten
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Boyolali 73,42 73,57 73,72 73,94 74,39
2 Sukoharjo 75,73 75,87 76,02 76,17 76,31
3 Karanganyar 75,86 76,15 76,41 76,48 76,55
4 Wonogiri 69,60 69,79 69,98 70,17 70,36
5 Sragen 72,94 73,15 73,36 73,56 73,77
6 Klaten 74,88 75,01 75,15 75,28 75,41
7 Kota Surakarta 81,21 82,78 83,32 83,86 84,40
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya
sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 22
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Gambar 7.8.
Arah Pengembangan Wilayah Subosukowonosraten
Pembangunan Pengembangan pariwisata menjadi arah pembangunan
utama kawasan pariwisata terpadu Surakarta dan sekitarnya (Keraton Solo,
Sangiran, Tawangmangu Candi Cetho – Sukuh, dan lain-lain). Kabupaten/kota
lainnya diarahkan untuk mengembangkan pariwisata alam, dengan memperbaiki
aksesibilitas, prasarana dan sarana pendukung pariwisatanya.
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 23
Dalam peningkatan akses pelayanan kewilayahan perlu dilakukan
peningkatan konektifitas di Solo Raya yaitu Pengembangan Angkutan Umum
Masal Berbasis Jalan (2 Koridor) dan revitalisasi Terminal Tipe B Pilangsari
Kabupaten Sragen, Jatisrono (Kabupaten Wonogiri), Pracimantoro, Purwantoro,
Baturetno (Kabupaten Wonogiri); peningkatan pelayanan (peningkatan frekuensi)
Kereta Api Regional Solo – Semarang; Fasilitasi Pengembangan Bandara Adi
Soemarmo Boyolali; Fasilitasi Penyelesaian Jalan Tol Semarang – Solo, Fasilitasi
Penyelesaian Jalan Tol Solo – Kertosono, Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung
Surakarta - Grobogan – Pati, Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Wonogiri -
Perbatasan Jatim dan Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Wonogiri -
Perbatasan DIY; Fasilitasi pengembangan infrastruktur transportasi pendukung
pariwisata di Wilayah Subosukawonosraten dan Fasilitasi pengembangan
destinasi.
Untuk memenuhi kebutuhan air baku maka akan dilakukan Perbaikan dan
Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Baku, pembangunan SPAM Regional
Wosusokas (Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen dan Kota
Surakarta), dan Fasilitasi Pembangunan Waduk Gondang dan Waduk Pidekso .
Dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup akan dilakukan : Penanganan
lahan kritis Merapi dan Lawu (Boyolali, Klaten, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar,
Sragen), Konservasi CAT Karanganyar-Boyolali dan reklamasi bekas tambang
(Magelang, Klaten, Boyolali, Wonogiri), Pembangunan Waste to Energy
(Incenerator) Kota Semarang dan Pembangunan IPAL Komunal Industri Rumah
Tangga (Klaten).
Selain itu Wilayah Subosukawonosraten juga akan dikembangkan
Agriculture Estate GIRISUKA (Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar) dan
SEMARBOYONG (Semarang, Boyolali, Magelang), yang diharapkan akan
memberikan multiplier effect di wilayah ini.
7.2.4. WP Banglor
WP Banglor meliputi 2 (dua) kabupaten di perbatasan sebelah timur-utara
Jawa Tengah dengan Jawa Timur yaitu Kabupaten Rembang dan Blora,
difokuskan sebagai PKW dengan kawasan perkotaan Cepu sebagai simpul utama.
Sedangkan PKL wilayah Banglor meliputi Kawasan Perkotaan Rembang, Lasem,
dan Blora.
Sektor unggulan yang dapat dikembangkan adalah pertambangan minyak
dan gas, pertambangan mineral, perikanan, pariwisata, perhubungan, pertanian,
yang ditunjang oleh kehutanan, perkebunan dan peternakan. Memperhatikan
potensi dan keunggulan wilayah, serta memperhatikan arah pengembangan
wilayah Jawa Tengah ke depan, maka ditetapkan arah kebijakan pembangunan
untuk wilayah Banglor adalah “Pembangunan Wilayah Banglor Berbasis
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 24
Perindustrian dan Agroforestri yang Didukung Pariwisata Terpadu Dengan
Berlandaskan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan”.
Pengembangan wilayah Banglor untuk Tahun 2018 sampai dengan 2023
ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu Pertumbuhan
Ekonomi sebesar 5,10% sampai dengan 6,50%, Angka Kemiskinan pada kisaran
16% sampai dengan 8,65%; Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,20%
sampai dengan 2,60% serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada kisaran
68,30 sampai dengan 71,60. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 7.13.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Banglor
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Blora 5,30-5,70 5,40-5,80 5,70-6,10 5,90-6,30 6,10-6,50
2 Rembang 5,10-5,50 5,20-5,60 5,50-5,90 5,70-6,10 5,90-6,30
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.14.
Sasaran Kemiskinan WP Banglor
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/
Kota
Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Blora 11,41 - 12,41 9,75 - 10,75 9,00 - 10,00 8,75 - 9,75 8,65 - 9,65
2 Rembang 15,00 – 16,00 14,00 – 15,00 13,33 – 14,33 12,19 – 13,19 11,05 – 12,05
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.15.
Sasaran TPT WP Banglor
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Blora 2,70-2,80 2,70-2,80 2,65-2,80 2,65-2,75 2,60-2,70
2 Rembang 4,19 4,10-4,20 4,00-4,20 4,00-4,15 3,90-4,10
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.16.
Sasaran IPM WP Banglor
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Blora 68,30 68,42 68,54 68,66 68,77
2 Rembang 70,73 70,96 71,18 71,39 71,60
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 25
Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya
sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Gambar 7.9.
Arah Pengembangan Wilayah Banglor
Pembangunan pengembangan wilayah diupayakan untuk meningkatkan
pemerataan wilayah timur Jawa Tengah, maka ke depan di wilayah ini akan
dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru, dengan membangun kawasan
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 26
industri baru di Rembang dan Pengembangan Bandara Ngloram, yang diharapkan
akan memberikan daya ungkit dan memacu percepatan pembangunan di wilayah
ini. Untuk mendukung pelayanan sosial ekonomi di wilayah ini, Kawasan
Perkotaan Rembang didorong untuk dapat menjadi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
Selain itu produksi perikanan tangkap juga ditingkatkan, didukung dengan
pembangunan sarana prasarana pendukungnya, terutama di wilayah pantura.
Dalam mencapai arah pengembangan wilayah berbasis industri dan
agroforestry yang didukung kepariwisataan, akan dilakukan melalui
pengembangan infrastruktur wilayah yang memadai yaitu Pembangunan Terminal
Tipe B di Kab. Rembang, Fasilitasi Revitalisasi/Reaktivasi Jalur Rel Kereta Api
Non Aktif pada Jalur Semarang – Demak – Kudus – Pati - Rembang; Fasilitasi
Peningkatan Pelabuhan Pengumpan Regional menjadi Pengumpul di Pelabuhan
Sluke Rembang; Fasilitasi Peningkatan Jalan Nasional Kabupaten Rembang -
Kabupaten Blora - Batas Jatim, Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung
Kabupaten Blora - Kabupaten Pati dan Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung
Kabupaten Blora - Kabupaten Grobogan.
Dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan khususnya menjaga
keberlanjutan air tanah maka dilakukan Konservasi CAT Pati - Rembang dan
penanganan kerusakan pesisir (Rembang). Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan air baku maka akan dilakukan Perbaikan dan Pembangunan
Prasarana dan Sarana Air Baku dan Fasilitasi Pembangunan Bendungan
Randugunting.
7.2.5. WP Wanarakuti
WP Wanarakuti (Juwana – Jepara – Kudus - Pati) meliputi Kabupaten
Jepara, Kudus dan Pati, ifokuskan pada pemantapan fungsi - fungsi Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) yang meliputi 6 kawasan perkotaan yaitu Pati, Juwana,
Tayu, Jepara, Kalinyamatan dan Bangsri. Memperhatikan potensi dan keunggulan
wilayah Wanarakuti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, serta
memperhatikan arah pengembangan wilayah Jawa Tengah ke depan, maka
ditetapkan pengembangan wilayah Wanarakuti diarahkan pada “Pengembangan
Wilayah Wanarakuti yang lestari Berbasis Industri Pengolahan dan Pariwisata
yang Didukung Sektor Agrominapolitan Dengan Berlandaskan Prinsip
Pembangunan Berkelanjutan”.
Pengembangan wilayah Wanarakuti untuk Tahun 2018 sampai dengan
2023 ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu
Pertumbuhan Ekonomi sebesar 2,60% sampai dengan 6,60%, Angka Kemiskinan
pada kisaran 11,08% sampai dengan 6,03%; Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
sebesar 3,50% sampai dengan 2,90% serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
pada kisaran 71,22 sampai dengan 76,48. Secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel berikut :
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 27
Tabel 7.17.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Wanarakuti
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Jepara 5,40-5,80 5,50-5,90 5,80-6,20 6,00-6,40 6,20-6,60
2 Kudus 2,60-3,00 2,70-3,10 3,00-3,40 3,20-3,60 3,40-3,80
3 Pati 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.18.
Sasaran Kemiskinan WP Wanarakuti
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/
Kota
Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Jepara 7,44 - 8,44 7,41 - 8,41 7,38 - 8,38 7,35 - 8,35 7,32 - 8,32
2 Kudus 6,88 - 7,88 6,56 - 7,56 6,38 - 7,38 6,20 - 7,20 6,03 - 7,03
3 Pati 10,08 - 11,08 9,72 - 10,72 9,01 - 10,01 9,01 - 10,01 8,66 - 9,66
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.19.
Sasaran TPT WP Wanarakuti
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Jepara 3,05 3,00 3,00 3,00 3,00
2 Kudus 3,5 3,5 3,5 3, 5 3,5
3 Pati 3,47 3,29 3,19 3,01 2,90
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.20.
Sasaran IPM WP Wanarakuti
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Jepara 71,60 72,09 72,44 72,81 73,10
2 Kudus 74,51 75,35 75,89 76,44 76,48
3 Pati 71,22 71,52 72,21 73,00 73,30
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya
sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 28
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Gambar 7.10
Arah Pengembangan Wilayah Wanarakuti
Peningkatan konektivitas dan aksesibilitas dengan pengembangan
infrastruktur yaitu Fasilitasi Pengembangan Bandara Dewandaru
Karimunjawa; Peningkatan konektifitas, sarana dan prasarana pendukung
ekonomi antara wilayah perdesaan dan perkotaan; Fasilitasi Revitalisasi /
Reakvitasi Jalur Rel Kereta Api Non Aktif pada Jalur Semarang – Demak –
Kudus – Pati - Rembang; Pembangunan Terminal Tipe B di Kab. Jepara;
Peningkatan aksesibilitas kawasan Borobudur ke Karimunjawa; Inisiasi
pembangunan jalan Demak-Jepara (Coastal Road).
Untuk Pemenuhan kebutuhan air baku maka akan dilakukan dengan
Inisiasi pembangunan SPAM Regional Dadi Muria (Grobogan, Kudus, Pati) dan
Fasilitasi pembangunan Bendungan Logung. Untuk menjamin ketersediaan
sumber air baku akan dilakukan upaya konservasi DAS Juwana.
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi berbasis potensi lokal
maka akan dikembangkan industri pengolahan dan pariwisata didukung oleh
agrominapolitan.
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 29
Selain itu, diperlukan sarana prasarana pendukung pariwisata melalui
Penyiapan listrik PLTS Komunal (Karimunjawa), Penanganan sampah
(Karimunjawa), Pengembangan dan pemasaran kawasan strategis pariwisata
nasional Karimunjawa - Semarang dan sekitarnya serta destinasi pariwisata
Rembang-Blora.
7.2.6. WP Kedungsepur
WP Kedungsepur meliputi Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Ungaran
(Kabupaten Semarang), Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Purwodadi (Kabupaten
Grobogan) sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Jawa Tengah maka, wilayah
Kedungsapur diarahkan pada upaya : Perwujudan kawasan metropolitan
Semarang sebagai ibukota provinsi yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi
utama Jawa Tengah; Pengembangan kawasan strategis ekonomi dalam konteks
kawasan ekonomi khusus; Perwujudan dari sisi hubungan intraregional sebagai
pusat distribusi bagi produk dari daerah pedalaman karena berada sekitar jalur
Pantura serta; Perwujudan secara interregional sebagai wilayah
transit/pengumpul perdagangan dan jasa dari wilayah barat dan timur Jawa serta
pulau-pulau lainnya terutama Kalimantan.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi 12 kawasan perkotaan Purwodadi,
Gubug, Godong, Demak, Mranggen, Ungaran, Ambarawa, Kendal, Boja,
Kaliwungu, Weleri, dan Sukorejo yang diharapkan menunjang kegiatan sosial
ekonomi disekitarnya. Kawasan-kawasan Wilayah Kedungsepur yang memiliki
nilai strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya seperti Kawasan Masjid
Demak dan Kawasan Candi Gedongsongo. Selain itu juga terdapat kawasan
strtaegis kepentingan ekonomi yaitu Kawasan Industri Kendal – Semarang –
Demak.
Kebijakan Arah pengembangan WP Kedungsepur adalah “Pengembangan
Wilayah Kedungsepur Berbasis Perdagangan Jasa, dan Industri Pengolahan yang
Sinergis Dengan Kegiatan Pertanian dan Pariwisata Terpadu Berlandaskan Prinsip
Pembangunan Berkelanjutan”.
Pengembangan wilayah Kedungsepur untuk Tahun 2018 sampai dengan
2023 ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu
Pertumbuhan Ekonomi sebesar 5,10% sampai dengan 7,20%, Angka Kemiskinan
pada kisaran 12,64% sampai dengan 3,20% ; Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) sebesar 5,98% sampai dengan 1,70% serta Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) pada kisaran 69,75 sampai dengan 83,94. Secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 30
Tabel 7.21.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Kedungsepur
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Grobogan 5,10-5,50 5,20-5,60 5,50-5,90 5,70-6,10 5,90-6,30
2 Demak 5,20-5,60 5,30-5,70 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40
3 Semarang 5,90-6,30 6,00-6,40 6,30-6,70 6,50-6,90 6,70-7,10
4 Kendal 5,80-6,20 5,90-6,30 6,20-6,60 6,40-6,80 6,70-7,10
5 Kota Semarang 5,90-6,30 6,00-6,40 6,30-6,70 6,50-6,90 6,80-7,20
6 Kota Salatiga 5,30-5,70 5,40-5,80 5,70-6,10 5,90-6,30 6,10-6,50
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.22.
Sasaran Kemiskinan WP Kedungsepur
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/
Kota
Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Grobogan 11,64 - 12,64 10,66 - 11,66 10,18 - 11,18 9,48 - 10,48 8,78 - 9,78
2 Demak 11,36 - 12,36 8,69 - 9,69 7,41 - 8,41 6,02 - 7,02 4,90 - 5,90
3 Semarang 6,74 - 7,74 3,75 - 4,75 3,65 - 4,65 3,45 - 4,45 3,20 - 4,20
4 Kendal 9,51 - 10,51 9,95 - 10,95 9,30 - 10,30 8,65 - 9,65 8,00 - 9,00
5 Kota Semarang 4,07 - 5,07 3,75 - 4,75 3,65 - 4,65 3,45 - 4,45 3,20 - 4,20
6 Kota Salatiga 3,71 - 4,71 4,34 - 5,34 4,24 - 5,24 4,20 - 5,20 3,50 - 4,50
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.23.
Sasaran TPT WP Kedungsepur
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Grobogan 5,5 5,1 4,8 4,5 4,1
2 Demak 4,3-4,4 4,3-4,4 4,2-4,3 4,2-4,3 4,15-4,25
3 Semarang 1,7-1,8 1,7-1,8 1,7-1,8 1,7-1,8 1,7-1,8
4 Kendal 6,3 6,0 5,7 4,7-4,8 4,6-4,7
5 Kota Semarang 4,97*) 4,9-5,0*) 4,8-5,0*) 4,8-4,9*) 4,7-4,8*)
6 Kota Salatiga 5,98 5,83 5,78 5,78 3,6-3,8
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 31
Tabel 7.24.
Sasaran IPM WP Kedungsepur
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Grobogan 69,75 69,96 70,16 70,72 71,16
2 Demak 71,63 71,91 72,17 72,43 72,70
3 Semarang 72,85 73,03 73,21 73,38 73,55
4 Kendal 71,21 71,63 71,99 72,32 72,65
5 Kota Semarang 82,67 82,88 83,12 83,32 83,32
6 Kota Salatiga 81,61 82,67 83,18 83,69 83,94
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya
sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Gambar 7.11
Arah Pengembangan Wilayah Kedungsepur
Peningkatan konektivitas dan aksesibilitas dengan pengembangan
infrastruktur meliputi: Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan
jaringan infrastruktur transportasi. Pelayanan jaringan infrastruktur
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 32
transportasi dilakukan melalui: Pengembangan Angkutan Umum Massal
Berbasis Jalan (3 koridor) dan rel (Kereta Api Komuter), Fasilitasi
pengembangan Pelabuhan Tanjung Emas dan Kendal; Fasilitasi Revitalisasi /
Reakvitasi Jalur Rel Kereta Api Non Aktif pada Jalur Kedungjati – Tuntang dan
Ambarawa – Secang – Magelang – Yogyakarta; Fasilitasi Pembangunan Jalan
Tol Semarang – Demak, Fasilitasi Pembangunan Jalan Lingkar
SORR/Semarang Harbour Toll; Pembangunan Perlintasan Tidak Sebidang di
Kabupaten Demak; Fasilitasi pengembangan Bandara A. Yani, Kota Semarang.
Pemenuhan kebutuhan air baku dilakukan : Pembangunan Prasarana dan
Sarana Air Baku Pendukung untuk pengembangan kawasan Industri (KIK dan
Jatengland).
Selain itu upaya pengelolaan lingkungan diantaranya : Konservasi air
tanah CAT Semarang - Demak Rehabilitasi pesisir (Demak, Kendal, Kota
Semarang); Penanganan daerah kritis (Kabupaten Semarang, Grobogan) dan
Pembangunan Pengelolaan Limbah B3 Rumah Sakit Jawa Tengah;
Pembangunan Waste to Energy (Incenerator) Kota Semarang
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi berbasis potensi lokal
meliputi perdagangan, jasa, industri kawasan Kendal dan Demak dan
Pembangunan Jateng Park dengan pola Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha.
7.2.7. WP Petanglong
WP Petanglong meliputi Kabupaten Pekalongan, Batang dan Kota
Pekalongan, diarahkan sebagai PKW meliputi Kota Pekalongan, dan PKL meliputi
Kawasan Perkotaan Limpung, Batang, Kajen, Kedungwuni, dan Wiradesa. Simpul
utama pada kawasan Petanglong adalah kawasan perkotaan Pekalongan dan
sekitarnya. Sektor unggulan dari wilayah ini adalah pertanian, pariwisata,
industri, dan perikanan dan PKL.
Arah kebijakan pembangunan untuk wilayah Petanglong adalah
“Pengembangan Wilayah Petanglong Berbasis Industri Pengolahan Kreatif dan
Pertanian Dengan Berlandaskan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan”.
Pengembangan wilayah Petanglong untuk Tahun 2018 sampai dengan 2023
ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu Pertumbuhan
Ekonomi sebesar 5,00% sampai dengan 6,70%, Angka Kemiskinan pada kisaran
12,40% sampai dengan 4,00%; Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar
5,75% sampai dengan 4,05% serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada
kisaran 69,03 sampai dengan 75,13. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 33
Tabel 7.25.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Petanglong
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Pekalongan 5,00-5,40 5,40-5,80 5,70-6,10 5,90-6,30 6,10-6,50
2 Batang 5,40-5,80 5,50-5,90 5,80-6,20 6,00-6,40 6,20-6,60
3 Kota Pekalongan 5,40-5,80 5,50-5,90 5,80-6,20 6,00-6,40 6,30-6,70
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.26.
Sasaran Kemiskinan WP Petanglong
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 – 2023
No Kabupaten/
Kota
Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Pekalongan 11,40 - 12,40 10,10 - 11,10 9,44 - 10,44 8,73 - 9,73 8,13 - 9,13
2 Batang 9,46 - 10,46 8,43 - 9,43 7,43 - 8,43 6,43 - 7,43 5,43 - 6,43
3 Kota Pekalongan 6,40 - 7,40 5,20 - 6,20 4,64 - 5,64 4,25 - 5,25 4,00 - 5,00
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.27.
Sasaran TPT WP Petanglong
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Pekalongan 4,20-4,30 4,20-4,30 4,15-4,25 4,10-4,20 4,05-4,15
2 Batang 5,65-5,75 5,60-5,70 5,55-5,65 5,50-5,60 5,45-5,55
3 Kota Pekalongan 5,00-5,10 5,00-5,10 4,90-5,10 4,90-5,00 4,85-4,95
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.28.
Sasaran IPM WP Petanglong
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 – 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Pekalongan 69,03 69,65 70,01 70,30 70,60
2 Batang 69,22 69,60 69,98 70,35 70,70
3 Kota Pekalongan 74,50 74,65 74,80 74,96 75,13
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 34
Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya
sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Gambar 7.12.
Arah Pengembangan Wilayah Petanglong
Pemantapan konektivitas dan aksesibilitas akan dilakukan pengembangan
infrastruktur meliputi : Revitalisasi Terminal Tipe B Banyuputih, Kabupaten
Batang dan Kajen, Kabupaten Pekalongan; Peningkatan Jalan Provinsi penghubung
Pekalongan Banjarnegara; Peningkatan Jalan Provinsi Akses Menuju Jalan Tol di
Kabupaten Pekalongan dan Peningkatan Jalan Provinsi Akses Menuju Jalan Arteri
Pantura di Kabupaten Batang; Fasilitasi peningkatan status pelabuhan
pengumpan regional di Batang menjadi pelabuhan pengumpul.
Pemenuhan kebutuhan air baku maka akan dilakukan pembangunan
SPAM Regional Petanglong (Kabupaten Batang, Pekalongan dan Kota Pekalongan).
Selain itu, diperlukan upaya pengelolaan lingkungan diantaranya :
utamanya rehabilitasi dan konservasi Kawasan Dieng (Pekalongan, Batang) serta
Konservasi CAT Pekalongan – Pemalang; penanganan kerusakan pesisir;
Penanganan Limbah Batik dan TPST Regional.
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 35
7.2.8. WP Bregasmalang
WP Bregasmalang meliputi Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Tegal
dan Kabupaten Pemalang, diarahkan sebagai PKW dan PKL yang berperan penting
di wilayah perbatasan barat-utara Jawa Tengah dengan Jawa Barat. PKW meliputi
Kota Tegal, dan PKL meliputi Comal, Pemalang, Slawi – Adiwerna, Ketanggungan –
Kersana, Bumiayu, Brebes, dan Losari. Fokus pengembangan wilayah ini adalah
pada pengembangan simpul-simpul pusat pertumbuhan koridor perkotaan Brebes
– Tegal – Adiwerna - Slawi, perkotaan Pemalang dan sekitarnya, perkotaan Comal,
perkotaan Ketanggungan - Kersana, serta perkotaan Bumiayu dan sekitarnya.
Sektor unggulan yang dapat dikembangkan di wilayah ini adalah perikanan,
industri, pertanian, agroindustri, pariwisata ditunjang oleh kehutanan dan energi.
Memperhatikan potensi dan keunggulan wilayah Bregasmalang yang telah
diuraikan pada bagian sebelumnya, serta memperhatikan arah pengembangan
wilayah Jawa Tengah ke depan, maka ditetapkan konsep pengembangan wilayah
Bregasmalang adalah “Pengembangan Wilayah Bregasmalang berbasis
Agrominapolitan dan Industri Pengolahan Dengan Berlandaskan Prinsip
Pembangunan Berkelanjutan”.
Pengembangan wilayah Bregasmalang untuk Tahun 2018 sampai dengan
2023 ditargetkan untuk bisa mencapai 4 (empat) indikator utama yaitu
Pertumbuhan Ekonomi sebesar 5,50% sampai dengan 7,40%, Angka Kemiskinan
pada kisaran 17,83% sampai dengan 5,25%; Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
sebesar 8,10% sampai dengan 5,20% serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
pada kisaran 66,07 sampai dengan 74,72. Secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel 7.29.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi WP Bregasmalang
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Brebes 5,50-5,90 5,60-6,00 5,90-6,30 6,10-6,50 6,30-6,70
2 Tegal 6,20-6,60 6,20-6,60 6,50-6,90 6,70-7,10 7,00-7,40
3 Pemalang 5,50-5,90 5,60-6,00 5,80-6,20 6,00-6,40 5,90-6,30
4 Kota Tegal 5,40-5,80 5,50-5,90 5,70-6,10 5,70-6,10 5,80-6,20
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.30.
Sasaran Kemiskinan WP Bregasmalang
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/
Kota
Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Brebes 17,38 - 18,38 17,83 - 18,83 17,55 - 18,55 17,28 - 18,28 17,12 - 18,12
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 36
No Kabupaten/
Kota
Tahun
2 Tegal 8,86 - 9,86 7,85 - 8,85 7,36 - 8,36 6,81 - 7,81 6,35 - 7,35
3 Pemalang 15,51 - 16,51 15,40 - 16,40 14,90 - 15,90 14,50 - 15,50 14,30 - 15,30
4 Kota Tegal 7,07 - 8,07 6,85 - 7,85 6,33 - 7,33 6,30 - 7,30 5,25 - 6,25
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.31.
Sasaran TPT WP Bregasmalang
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 - 2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Brebes 7,90-8,00 7,90-8,00 7,80-7,90 7,80-7,90 7,70-7,80
2 Tegal 7,20-7,30 7,20-7,30 7,10-7,20 7,10-7,20 7,00-7,10
3 Pemalang 5,40-5,50 5,40-5,50 5,30-5,50 5,30-5,50 5,20-5,40
4 Kota Tegal 8,00-8,10 8,00-8,10 7,90-8,00 7,80-7,90 7,70-7,90
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Tabel 7.32.
Sasaran IPM WP Bregasmalang
Per Kabupaten/Kota Tahun 2019 -2023
No Kabupaten/Kota Tahun
2019 2020 2021 2022 2023
1 Brebes 66,07 66,58 67,24 67,92 67,98
2 Tegal 67,68 67,87 67,91 68,20 68,51
3 Pemalang 65,11 66,70 67,20 67,70 68,20
4 Kota Tegal 74,30 74,47 74,56 74,64 74,72
Sumber: Hasil Analisis Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Untuk mencapai indikator makro tersebut maka dilakukan upaya
sebagaimana terlihat dalam peta sebagai berikut :
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 37
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2018
Gambar 7.13.
Arah Pengembangan Wilayah Bregasmalang
Pembangunan pengembangan dilakukan dalam upaya meningkatkan
pemerataan wilayah barat Jawa Tengah dengan dikembangkan pusat-pusat
pertumbuhan baru yaitu membangun kawasan industri baru di Brebes. Selain itu
Wilayah Bregasmalang juga merupakan bagian Kawasan Pariswisata Lereng
Gunung Slamet dan Kawasan Agropolitan MANGGA EMAS (Pemalang,
Purbalingga, Brebes, Banyumas), yang diharapkan akan memberikan multiplier
effect di wilayah ini. Selain itu produksi perikanan tangkap juga ditingkatkan,
didukung dengan pembangunan sarana prasarana pendukungnya, terutama di
wilayah pantura. Sedangkan bagian selatan wilayah ini, diarahkan untuk
pengembangan pariwisata alam, serta memperkuat pembangunan wilayah
berbasis pertanian, yaitu di Kabupaten Tegal, Pemalang, dan Brebes bagian
selatan.
Untuk itu maka peningkatan konektivitas dan aksesibilitas diarahkan
untuk pengembangan infrastruktur meliputi : Pembangunan Jalan Tol Pejagan –
Rancangan Akhir RPJMD Tahun 2018-2023 | VII - 38
Semarang; Peningkatan konektivitas wilayah Bregasmalang; Peningkatan Jalan
Provinsi Penghubung Kabupaten Brebes - Kabupaten Cilacap (Salem -
Bandungsari); Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Brebes - Kabupaten Tegal;
Peningkatan Jalan Provinsi Penghubung Kabupaten Tegal - Kabupaten Pemalang
dan Revitalisasi Terminal Tipe B Tanjung, Kabupaten Brebes.
Peningkatan SPAM Regional Bregas (Kabupaten Brebes, Tegal, dan Kota
Tegal) dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Baku untuk mendukung
pengembangan kawasan Industri dan agropolitan.
Selain itu, upaya pengelolaan lingkungan antara adalah Konservasi CAT
Pekalongan - Pemalang, Penanganan Lahan Kritis (Tegal, perbatasan Brebes -
Kuningan, Pemalang); Rehabilitasi pesisir (Brebes, Tegal, Pemalang); Reklamasi
bekas tambang (Pemalang); Penanganan Limbah B3 (Kabupaten Tegal) dan
Pembuatan TPST Regional.
7.3. Arahan Pembangunan Wilayah Perbatasan Antar Provinsi.
Ketimpangan pembangunan dan pelayanan publik seringkali terjadi
pada wilayah perbatasan daerah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Hal
ini dapat disebabkan karena fokus dan arah pembangunan yang belum
cermat, kondisi geografis yang kurang menguntungkan serta kurangnya
dukungan sarana dan prasarana infrastruktur dan pelayanan publik seperti
pemenuhan pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan
penataan ruang, perumahan rakyat, dan kawasan permukiman,
ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat serta sosial).
Di sisi lain wilayah perbatasan mempunyai fungsi yang strategis sebagai
etalase gambaran daerah / wilayah bersangkutan.
Dalam rangka mendorong pembangunan di wilayah perbatasan,
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah aktif melakukan sinergitas pembangunan
dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan DI.Yogyakarta.
Ada 5 (lima) konsep pengembangan pembangunan wilayah perbatasan, yaitu:
1) Pengembangan Wilayah, adalah upaya mewujudkan keterpaduan
penggunaan sumber daya untuk merekatkan dan menyeimbangkan
pembangunan wilayah;
2) Keselarasan, adalah keberlanjutan pembangunan
3) Penanganan konflik/ potensi konflik,
4) Pemanfaatan bersama, adalah pemanfaatan fasilitas/sarana prasarana
pada wilayah perbatasan
5) Pengawasan dan penanganan bersama, adalah upaya pelaksanaan/
implementasi peraturan