Bab Vii - Fermentasi Alkohol1

Embed Size (px)

Citation preview

BAB VII FERMENTASI ALKOHOL

7.1. Tujuan Percobaan Mengetahui cara pembuataan alkohol dengan proses fermentasi dengan bantuan khamir Saccharomyces cereviceae. Menentukan kadar alkohol hasil fermentasi. 7.2. Tinjauan Pustaka Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba untuk menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Proses pertumbuhan mikroba merupakan tahap awal proses fermentasi yang dikendalikan terutama dalam pengembangan inokulum agar dapat diperoleh sel yang hidup. [4] Semula istilah fermentasi digunakan untuk menyatakan peristiwa perubahan sari buah menjadi minuman berakohol. Kemudian istilah fermentasi digunakan dan mempunyai arti sebagai suatu proses pembentukan alkohol dari gula tanpa memperhatikan apakah proses tersebut merupakan proses biologi atau bukan. [3] Fermentasi dapat didefinisikan sebagai perubahan gradual oleh enzim beberapa bakteri, khamir, dan jamur. Contoh perubahan kimia dari fermentasi meliputi pengasaman susu, dekomposisi pati dan gula menjadi alkohol dan karbon dioksida, serta oksidasi senyawa nitrogen organik. Di dalam industri fermentasi, mikrobia merupakan faktor utama. Biasanya dalam proses fermentasi alkohol digunakan khamir murni dari Saccharomyces cerevisiae. Khamir ini dapat mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dan telah lama digunakan dalam pembuatan wine dan bir. Umumnya fermentasi dapat memberikan hasil yang memuaskan bila khamir yang digunakan berasal dari yeast roti. Dalam kenyataannya banyak proses fermentasi langsung menggunakan yeast roti yang langsung dimasukkan ke

fermentor walaupun hal ini sebenarnya tidak dibenarkan untuk dilakukan. Karena tidak semua khamir dapat menghasilkan alkohol secara kuantitatif stabil. [1] Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan yeast pada proses fermentasi, yaitu: 1. Nutrisi (Zat gizi) Dalam kegiatannya khamir memerlukan penambahan nutrisi untuk

pertumbuhan dan perkembangbiakan, yaitu: a. Unsur C, ada faktor karbohidrat. b. Unsur N, dengan penambahan pupuk yang mengandung nitrogen. c. Unsur P, dengan penambahan pupuk fosfat, misalnya NPK, TSP, DSP, dll. d. Mineral-mineral. e. Vitamin-vitamin. 2. Keasaman (pH) Untuk fermentasi alkohol, khamir memerlukan media dengan suasana asam, yaitu antara pH 4,8 5,0. Pengatur pH dapat dilakukan dengan penambahan asam sulfat jika substratnya alkalis atau dengan natrium bikarbonat jika substratnya asam. 3. Suhu Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan adalah 28C - 30C. Pada waktu fermentasi terjadi kenaikan panas, karena reaksi eksoterm. Untuk mencegah agar suhu fermentasi tidak naik, perlu pendinginan agar dipertahankan tetap 26C - 30C. 4. Udara Fermentasi alkohol berlangsung secara anaerobik (tanpa udara). Namun demikian udara diperlukan pada proses pembibitan sebelum fermentasi untuk perkembangbiakkan khamir tersebut. [1] 5. Kadar Gula Fermentasi dilakukan oleh yeast untuk mengubah glukosa menjadi etanol dipengaruhi kadar (konsentrasi) gula. Kadar gula yang baik berkisar antara 14% sampai 18%. Apabila digunakan kadar gula lebih dari 18% akan mengakibatkan pertumbuhan ragi terhambat, waktu fermentasi lebih besar dan

hanya sedikit gula yang difermentasikan, sehingga etanol yang dihasilkan rendah. Begitu juga bila kadar gula kurang dari 14% maka etanol yang dihasilkan juga rendah. 6. Waktu fermentasi Tergantung pada konsentrasi, komposisi gula, suhu fermentasi, dan pH, waktu fermentasi berkisar 36 hingga 48 jam. 7. Jumlah yeast Sudah diketahui bahwa proses penghasil etanol secara fermentasi dilakukan oleh yeast. Jenis yeast yang digunakan dalam proses fermentasi untuk menghasilkan etanol adalah Saccharomyces cerevisiae karena yeast ini dapat memproduksi etanol dalam jumlah cukup tinggi. [12] Mikrobia dalam fermentasi merupakan faktor utama, sehingga harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu: 1. Murni Dalam proses-proses tertentu harus menggunakan biakan murni yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan tetap murni dalam proses maka kondisi lingkungan harus dijaga tetap steril. Penggunaan kultur tunggal mempunyai resiko yang tinggi karena kondisi harus optimum. Untuk mengurangi kegagalan dapat digunakan biakan campuran. Keuntungan penggunaan biakan campuran adalah mengurangi resiko apabila mikrobia yang lain tidak aktif melakukan fermentasi. 2. Unggul Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikrobia harus mampu menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dan hasil yang besar. Sifat unggul yang ada harus dapat dipertahankan. Hal ini berkaitan dengan kondisi proses yang diharapkan. Proses rekayasa genetik dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat jasad dengan maksud mempertinggi produk yang diharapkan dan mengurangi produk-produk ikutan. 3. Stabil Pada kondisi yang diberikan, mikrobia harus mempunyai sifat-sifat yang tetap, tidak mengalami perubahan karena mutasi atau lingkungan.

4. Bukan patogen Mikrobia yang digunakan adalah bukan patogen bagi manusia maupun hewan, kecuali untuk produksi bahan kimia tertentu. Jika digunakan mikrobia patogen harus dijaga, agar tidak menimbulkan akibat samping pada lingkungan. [1] Dalam proses fermentasi alkohol digunakan yeast. Yeast ini dapat mengubah glukosa menjadi alkohol dan gas CO2. Yeast merupakan

mikroorganisme bersel satu, tidak berklorofil dan termasuk golongan eumycetes. Dari golongan ini dikenal beberapa jenis, antara lain Saccharomyces anamenesis, Schizosaccharomyces pombe dan Saccharomyces cereviside. Masing-masing mempunyai kemampuan memproduksi alkohol yang berbeda. Syarat-syarat yang dipergunakan dalam memilih yeast untuk fermentasi, adalah: - Cepat berkembang biak - Tahan terhadap alkohol tinggi - Tahan terhadap suhu tinggi - Mempunyai sifat yang stabil - Cepat mengadakan adaptasi terhadap media yang difermentasi. [5] Pertumbuhan kultur mikroba umumnya dapat digambarkan dalam suatu kurva pertumbuhan. Pertumbuhan mikroba dapat terbagi dalam beberapa tahap seperti pada gambar berikut:

Gambar 7.2.1 Kurva Pertumbuhan Mikroba

Keterangan: 1. Fasa Stationer Fasa yang disebut fasa adaptasi/lag phase. Pada saat ini mikroba lebih berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan medium baru daripada tumbuh ataupun berkembang biak. Fasa ini juga berlangsung seleksi. Hanya mikroba yang dapat mencerna nutrisi dalam medium untuk pertumbuhannya lah yang dapat bertahan hidup. 2. Fasa pertumbuhan dipercepat Fasa dimana mikroba sudah dapat menggunakan nutrisi dalam medium fermentasinya. Pada fasa ini mikroba banyak tumbuh dan membelah diri sehingga jumlahnya meningkat dengan cepat. 3. Fasa eksponensial Fasa ini merupakan akhir fasa pertumbuhan dipercepat. Pada fasa ini laju pertumbuhan tetap pada laju pertumbuhan maksimum. 4. Fasa pertumbuhan diperlambat Dimulai pada akhir fasa eksponensial. Pertumbuhan mikroba yang begitu cepat tidak diimbangi tersedianya nutrisi yang cukup. Hal yang memperlambat pertumbuhan mikroba adalah terjadinya inhibisi ataupun represi yang terjadi karena terakumulasinya produk metabolit sekunder hasil aktifitas fermentasi mikroorganisme. 5. Fasa kematian Fasa ini terjadi apabila nutrisi sudah benar-benar tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan mikroorganisme. Selain itu umur sel juga sudah tua, sehingga pertahan sel terhadap lingkungan yang berbeda dari kondisi biasanya juga berkurang. [8] Sifat fisis alkohol : 1. Titik didih Karena alkohol dapat membentuk ikatan antara molekul-molekulnya, maka titik didih alkohol lebih tinggi dari titik didih eter. [2]

Dari grafik di atas dapat diamati bahwa: - Titik didih sebuah alkohol selalu jauh lebih tinggi dibanding alkana yang memiliki jumlah atom karbon sama. - Titik didih alkohol meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah atom karbon. [7] 2. Kelarutan dalam air Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air, sedangkan halida padanannya tidak larut dalam air. Kelarutan dalam air ini langsung disebabkan oleh ikatan hidrogen antara alkohol dengan air. 3. Bersifat polar Alkohol dan eter terdiri dari molekul polar. Sifat kimia alkohol : 1. Reaksi substitusi alkohol Dalam larutan asam, alkohol mengalami substitusi Reaksi eliminasi alkohol: CH3CH2OH + 3H2OAlkohol Air H2SO4 pekat 180C

CH2 = CH2 + H2OAir

Alkohol, bereaksi eliminasi dan menghasilkan alkena. Karena air dilepaskan dalam eliminasi ini, maka reaksi ini disebut reaksi dehidrasi. Meskipun asam sulfat sering digunakan sebagai katalis, namun asam kuat apa saja bisa menyebabkan dehidrasi. 2. Alkohol dapat dibakar CH3CH2OH + 3H2OAlkohol Air

2CO2 + 3H2OKarbon dioksida Air

Etanol yang digunakan dalam minuman diperoleh dari peyeastan karbohidrat yang berkataliskan enzim (fermentasi gula dan pati). Satu tipe enzim mengubah karbohidrat ke glukosa, kemudian ke etanol. Sumber karbohidrat untuk peyeastan tergantung pada ketersediaan dan tujuan

penggunaan alkohol. Selain jagung dan residu molase dari pabrik gula, kentang, beras, ubikayu dan buah-buahan juga dapat digunakan. Peyeastan buah-buahan, sayur-sayuran atau biji-bijian berhenti bila kadar alkohol telah mencapai 1416%. Jika diinginkan kadar yang lebih tinggi, campuran itu harus disuling. [2] Saccaromyces cereviceae, merupakan khamir yang paling popular dalam pengolahan makanan. Khamir ini telah lama digunakan dalam pembuatan wine dan bir. [4] Pada prinsipnya, reaksi dalam proses pembuaan alkohol dengan fermentasi adalah sebagai berikut: C6H12O6Glukosa invertase

2 C2H2O5 + CO2Alkohol Karbon dioksida

Jika digunakan disakarida seperti sakarosa, reaksinya adalah sebagai berikut: Reaksi hidrolisis reaksi fermentasi sama seperti penggunaan

monosakarida: C12H22O11Sukrosa

2 C6H12O6 [4]Glukosa

Pada pembuatan fermentasi alkohol, hal pertama yang harus dibuat adalah starter. Starter merupakan variabel tunggal yang paling berpengaruh. Semakin banyak volume starter maka akan semakin besar pula kadar alkohol yang diperoleh. Fungsi dari pembuatan starter adalah mengurangi lag phase, sehingga waktu fermentasi semakin cepat dan kadar etanol yang dihasilkan semakin besar pula. Selain itu, jumlah yeast yang digunakan harus tepat karena jika yeast yang digunakan untuk mengkonversi glukosa menjadi alkohol sedikit maka kemampuan yeast untuk fermentasi menjadi berkurang, begitupula jika yeast yang digunakan berlebihan akan menghambat proses fermentasi dimana akan terjadi fase pertumbahan lag (lambat). [8]

Adapun bahan-bahan nabati yang dapat digunakan untuk memproduksi alkohol, diantaranya: 1. Molase Contoh: sari buah, tebu.C6H12O6 Sacharomyces cereviceae C2H5OH + 2CO2 Glukosa Alkohol Karbon dioksida

2. Pati

Contoh: Ubi kayu (pati) terdiri 15 20 % adalah kulitnya. [6] (C6H10O5)n + n-1 H2OPati Air

nC6H12O6Glukosa

[8]

C6H12O6 Sacharomyces cereviceae C2H5OH + 2CO2 3. SelulosaGlukosa Alkohol Karbon dioksida

Contoh: sabut buah siwalan Pembuatan etanol dari sabut buah siwalan melalui 3 tahap, yaitu: 1. Tahap pemurnian selulosa Sabut buah siwalanNaOH

Selulosa (C6H10O5)n nC6H12O6Glukosa

2. Tahap hidrolisis selulosa (C6H10O5)n + n H2OSelulosa Air

3. Tahap fermentasiC6H12O6 Sacharomyces cereviceae C2H5OH + 2CO2 [12] Glukosa Alkohol Karbon dioksida

Produksi alkohol dari biomassa, telah dilakukan orang sekurangkurangnya sudah 2.000 tahun. Alkohol memiliki manfaat antara lain: 1. Sebagai minuman Beberapa jenis minuman dan kandungan alkoholnya: - Beer - Dry wine - Vermouth : 28% : 8 14 % : 18 20 % : 25 40 % : 40 50 % [9]

- Cocktail wine : 20 21 % - Cordial - Spirits

2. Sebagai bahan kimia dan pelarut Etanol dengan kadar 76% digunakan sebagai zat antiseptik. Etanol juga banyak sebagai bahan pembuat plastik, bahan peledak, kosmestik. 3. Sebagai bahan bakar Campuran etanol dengan metanol digunakan sebagai bahan bakar yang biasa dikenal dengan nama Spirtus. Biethanol dengan kadar alkohol rendah berkisar antara 40%-60% dapat diproduksi dengan cara fermentasi dan penyulingan bahan umbi-umbian dan sejenisnya. 4. Dalam bidang farmasi. [7] Alkohol 70 % yang digunakan sebagai pembersih luka. 7.3. Alat dan Bahan A. Alat-alat yang digunakan :

B. Bahan-bahan yang digunakan: - ammonium sulfat (NH4)2SO4 - aquadest (H2O) - asam sulfat (H2SO4) pekat - gula (C6H12O6) - indikator amilum (C6H10O5)n) - kaliumdikromat (K2Cr2O7) - kalium iodide (KI) - natriumtiosulfat Na2S2O3 . 5H2O - Saccharomyces cereviceae

Autoklaf batang pengaduk Beakerglass botol aquadest botol gelap buret corong kaca Erlenmeyer gelas arloji gelas ukur incubator karet gelang karet penghisap kertas saring kompor listrik labu ukur neraca digital

pipet tetes pipet volume plastik Shaker Water Bath statif dan klem

7.4. Prosedur Percobaan A. Pembuatan starter Mencampur 117 gram gula dan 500 mL aquadest, mengaduk sampai larut, sterilkan dalam autoklaf Menambahkan sampai larut Menginokulasikannya dengan Saccharomyces ceriviceae 10 tetes pada campuran Menimbang campuran sebelum diinkubasi berat awal = a Menginkubasi sampuran dengan menutupnya dengan plastik berlubang Menimbang campuran setelah diinkubasi 24-48 jam berat akhir = b Membuat starter dengan kadar 10 %. B. Fermentasi Alkohol - Mencampur 117 gram gula dan 500 mL aquadest, mengaduk sampai larut, menyeterilkannya dalam autoklaf dan didinginkan - Menambahkan (NH4)2SO4 1,25 gram ke dalam campuran dan mengaduk sampai larut - Menambahkan starter 10% (50 mL) pada campuran, mengatur pH 4-5 dengan H2SO4 - Menutup dengan plastik berlubang, memasukkan campuran ke dalam shaker sampai terjadi kenaikan suhu - Mengeluarkan campuran dari shaker, menginkubasi pada suhu 25-30oC dengan menutup dengan plastik berlubang 30-70 jam. (NH4)2SO4 1,25 gram ke dalam larutan, mengaduk

C. Menentukan kadar alkohol hasil fermentasi Menyaring hasil fermentasi Menimbang 1,7 g K2Cr2O7 dan melarutkannya dengan aquadest sampai 100 mL Menimbang 0,69 g Na2S2O3 dan melarutkannya dengan aquadest sampai 100 mL Menimbang 10 mL alkohol hasil fermentasi yang telah disaring dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer Menambahkan 8 mL K2Cr2O7 dan mengaduknya hingga homogen lalu menambahkan 0,5 mL H2SO4 pekat Memanaskan larutan selama 10 menit agar terjadi oksidasi etanol menjadi asam asetat . Menambahkan larutan KI sampai volumenya 100 mL kemudian memasukannya ke dalam botol dan menyimpannya di tempat yang gelap selama 5 menit Menitrasi larutan di atas terhadap I2 yang terbentuk dengan larutan Na2S2O3 dengan indikator amilum. 7.5. Data Pengamatan Tabel 7.5.1. Data pengamatan fermentasi alkohol No. 1. Bahan Aguadest Gula (NH4)2SO4 Na2S2O3 H2SO4 K2Cr2O7 KI Prosedur Pengamatan Awal Bentuk: cair kristal serbuk cair serbuk kristal serbuk Akhir Warna: jernih putih putih jernih putih pekat orange putih

Sacharomyces ceriviceae Amilum (C6H10O5)n 2. Pembuatan Starter a. Gula + H2O lar. 1

cair cair Sebelum disterilkan Bentuk : cair Warna : kuning jernih

putih agak keruh putih Setelah disterilkan Bentuk : cair Warna : kuning jernih Bentuk : cair Warna : kuning jernih

b. Lar. 1 + (NH4)2SO4 lar.2

c. Lar. 2 + Saccaromyces Sebelum inkubasi cereviceae lar. 3 Bentuk : cair Warna : jernih Berat : 936,4

Setelah inkubasi Bentuk : cair Warna : jernih Berat : 938,0

gram (Beakerglass + larutan) 3. Proses Fermentasi a. Gula + H2O lar. A Sebelum disterilkan Bentuk : cair/larutan Warna : kuning jernih

gram (Beakerglass + larutan) Sesudah disterilkan Bentuk : cair/larutan Warna : kuning jernih

b. Lar. 1 + (NH4)2SO4 lar. B c. Lar. B + Lar. 3 lar. C Bentuk : cair Warna : kuning jernih pH lar. D :6

Bentuk : cair Warna : kuning jernih Bentuk : cair Warna : kuning jernih pH :4

d. Lar. C masuk ke shaker Bentuk : cair Warna : kuning

Bentuk : cair Warna : kuning

jernih Suhu berlubang Lar. E : 30 oC

jernih Suhu : 34 oC

e. Lar. D aerasi dengan tutup Sebelum diaerasi Bentuk : cair Warna : kuning jernih 4. Menentukan kadar alkohol a. Lar. E disaring lar. F

Setelah diaerasi Bentuk : cair Warna : kuning jernih

Bentuk : cair agak mengental Warna : kuning jernih

b. K2Cr2O7 + H2O lar. G

Setelah dilarutkan Bentuk : larutan/ cair Warna : orange

c. Na2S2O3 + H2O lar. H

Sebelum dilarutkan Bentuk : cair Warna : jernih

Setelah dilarutkan Bentuk : larutan Warna : jernih Setelah dilarutkan Bentuk : larutan Warna : jernih Bentuk : cair Warna : orange

d. KI + H2O lar. I

Sebelum dilarutkan Bentuk : cair Warna : jernih

e. Lar. F + K2Cr2O7 lar. J f. Lar. J + H2SO4 lar. K g. Lar. K Lar. L

Bentuk : cair Warna : orange Sebelum dipanaskan Bentuk : cair Warna : orange Setelah dipanaskan Bentuk : cair Warna : biru tua kehijauan

h. Lar. L + KI dan di masukkan ke dalam botol gelap lar. M

Bentuk : cair Warna : biru tua kehijauan lebih muda dari sebelumnya

i. Lar. M + amilum lar. N

Bentuk : cair Warna : biru muda

j. Lar. N dititrasi dengan Sebelum dititrasi Na2S2O3 Bentuk : cair

Setelah dititrasi Bentuk : cairan

Warna : biru muda Warna : biru muda agak putih Volume : 14,8 mL 7.6. Persamaan Reaksi Persamaan reaksi dari sukrosa menjadi alkohol: (C6H10O5)n + n-1 H2OSukrosa Air

nC6H12O6Glukosa[7]

C6H12O6 Sacharomyces cereviceae C2H5OH + 2CO2 Glukosa Alkohol Karbon dioksida

Larutan Na2SO3 dengan K2Cr2O7 Reduksi : Oksidasi : 6e + 14H+ + Cr2O722S2O32Cr2O72- + 14H+ + 2S2O72ion kromat ion hidogen ion tiosulfat

2Cr3- + 7H2O S4O62- + 2e

x1 x3

2Cr3- + 7H2O + S2O62ion kromium air tetrationat

Larutan I2 yang terbentuk direaksikan dngan Na2S2O3 Reduksi : I2 + 2e 2IS4O62- + 2e 2I- + S4O62ion iodide ion tetrationat

Oksidasi : 2S2O32I2 + 2S2O32iodium ion tiosulfat

7.7. Perhitungan A. Perhitungan massa jenis alkohol hasil praktikum. Diketahui: Wa Wb Dijawab: = 50,4 gram = 23,2 gram mL

Vpicno = 25

=B.

=

= 1,008 gram/ml

Perhitungan kadar starter a = massa sel sebelum inkubasi = 936,4 gram b = massa sel setelah inkubasi = 938,0 gram Kadar starter = 100% = 100% = 0,1708 %

C.

Perhitungan kadar alkohol dari hasil fermentasi Diketahui: massa K2Cr2O7 BM K2Cr2O7 massa Na2S2O3 BM C2H5OH Volume hasil titrasi - N K2Cr2O7 = == = 0,346 N

= 1,7 gram = 294 gram/mol = 0,69 gram

BM Na2S2O3 . 5H2O = 248 gram/mol = 46 gram/mol = 14,8 mL

N Na2S2O3.5H2O =

= mol ekuivalen K2Cr2O7 = = mol ekuivalen Na2S2O3 = =

= 0,056 N

N K2Cr2O7 0,0346 = 2,768 10-4 mol ekivalen N Na2S2O3

0,056 = 8,29 10-5mol ekivalen

mol ekivalen C2H50H = mol ek K2Cr2O7 - mol ek Na2S2O3 = 2,768 10-4 8,28 10-5 = 1,94 x 10-4 mol ekivalen kadar C2H5OH = = = 7.8. Pembahasan Proses fermentasi tergantung pada suhu, pH, jenis bahan dasar, cara dan waktu fermentasi. Fungsi gula dalam fermentasi alkohol adalah untuk memberikan rasa manis dansumber energi.( ( ) )

100% 100 %

(

)

)

100% = 0,1129%

Dalam proses fermentasi alkohol digunakan khamir murni dari Saccharomyces cerevisiae yang mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Fungsi Ammonia biasanya digunakan untuk kontrol pH dan sumber nitrogen untuk memproduksi serum albumin yang menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Kalau Garam ammonium seperi ammonium

sulfat

(NH4)2SO4 akan membuat kondisi asam dan sebagai sumber

nitrogen. [8] Penambahan H2SO4 dalam pembuatan alkohol adalah pH sampai pada batas-batas yang dinginkan. Fungsi dari pembuatan starter adalah mengurangi lag phase, sehingga waktu fermentasi semakin cepat dan kadar etanol yang dihasilkan semakin besar pula. Selain itu, starter juga berfungsi agar mikroba bisa beradaptasi terlebih dahulu. K2Cr2O7 untuk mengoksidasi dalam suasana asam. [11] Natrium tiosulfat merupakan suatu zat pereduksi. Shaker berfungsi untuk menghomogenkan dan menaikkan suhu larutan. Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna pada larutan yang dititrasi. Kadar alkohol yang dihasilkan rendah, yaitu 0,0763 % hal ini karena tidak adanya perlakuan destilasi untuk meningkatkan kadar alkohol. Fungsi plastik berlubang sebagai tempat keluar masuknya udara, udara yang masuk berguna untuk membekali oksigen dan meratakan khamir, sedangkan sebagian udara yang keluar menyebabkan timbulnya busa dan gelembung gas CO2. Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi.- Kadar alkohol yang dihasilkan kecil karena kurang lamanya proses

penyimpanan dalam botol gelap. Dimana apabila penyimpanannya lama maka kandungan alkoholnya juga semakin besar. Selain itu, menurunnya aktifitas yeast yang digunakan karena mengalami fase kematian yang disebabkan nutrisi mulai berkurang.

7.7. Kesimpulan Dari proses fermentasi larutan gula dengan bantuan khamir Sacharomyces cereviceae dihasilkan alkohol dan CO2 menurut reaksi: C6H12O5 Sacharomyces cereviceae C2H5OH + 2CO2 Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan kadar alkohol sebesar 0,1129%.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Hidayat, Nur, Mardiana, Sri Suhartini, 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: ANDI

2. 3. 4. 5.

Fessenden, J. Ralp. 2001. Kimia Organik Edisi III. Jakarta: Erlangga. Rachman, Ansori. 1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. Bogor. Annonymous, http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-hamidah.pdf (__________,http://eprints.undip.ac.id/.../makalah_penelitian_yang_baru_Rat na_Sari.pdf

6. 7. 8. 9.

(__________,http://eprints.undip.ac.id/784/1/MAKALAH_PENELITIAN.pdf (__________, http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/ (__________, Fermentasi, Pengantar Teknologi Pertanian (__________, http://www.chem-is-try.org, 2011

10. (__________, http://nusaindah.tripod.com/alkohol.htm 11. (__________, http://ilyasjelek.blogspot.com/2010/08/alkohol.html 12. (__________, http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3207240249.pdf