Upload
truongdieu
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan
BAGIAN 2 KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN
DI KABUPATEN LAMONGAN
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan
1 | Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Kemiskinan di Kabupaten Lamongan
KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN
DI KABUPATEN LAMONGAN
A. KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN
Kemiskinan merupakan salah satu tolok ukur sosio ekonomi dalam menilai keberhasilan
pembangunan yang dilakukan pemerintah di suatu daerah. Banyak sekali masalah-masalah sosial
yang bersifat negatif timbul akibat meningkatnya kemiskinan. Ukuran Kemiskinan Kemiskinan
memiliki banyak definisi, dan sebagian besar sering mengaitkan konsep kemiskinan dengan aspek
ekonomi. Berbagai upaya untuk mendefinisikan kemiskinan dan mengidentifikasikan kemiskinan
sebenarnya menghasilkan suatu konsep pemikiran yang dapat disederhanakan. Pertama, dari
sudut pandang pengukuran, kemiskinan dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan absolut dan
relatif. Kedua dari sudut pandang penyebab, kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi
kemiskinan alamiah dan struktural. Salah satu syarat penting agar suatu kebijakan pengentasan
kemiskinan dapat tercapai maka harus ada kejelasan mengenai kriteria tentang siapa atau
kelompok masyarakat mana yang masuk ke dalam kategori miskin dan menjadi sasaran program.
Selain itu ada syarat yang juga harus dipenuhi yaitu harus dipahami secara tepat mengenai
penyebab kemiskinan itu sendiri di masing-masing komunitas dan daerah/wilayah. Karena
penyebab ini tidak lepas dari adanya pengaruh nilai-nilai lokal yang melingkupi kehidupan
masyarakatnya.
Walaupun begitu, kadang-kadang kemiskinan sering tidak disadari kehadirannya sebagai
masalah oleh manusia yang bersangkutan. Bagi mereka yang tergolong miskin, kemiskinan
adalah sesuatu yang nyata ada dalam kehidupan mereka sehari-hari karena mereka merasakan
hidup dalam kemiskinan. Meskipun demikian belum tentu mereka sadar akan kemiskinan yang
mereka jalani. Kesadaran akan kemiskinan akan dirasakan ketika membandingkan kehidupan
yang sedang dijalani dengan kehidupan orang lain yang tergolong mempunyai tingkat kehidupan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan
2 | Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Kemiskinan di Kabupaten Lamongan
ekonomi lebih tinggi. Hal ini menyulitkan pemerintah ketika akan menentukan penduduk miskin,
karena mereka (penduduk) sendiri tidak sadar akan kemiskinannya.
Kemiskinan memiliki banyak definisi, dan sebagian besar sering mengaitkan konsep
kemiskinan dengan aspek ekonomi. Berbagai upaya untuk mendefinisikan kemiskinan dan
mengidentifikasikan kemiskinan sebenarnya menghasilkan suatu konsep pemikiran yang dapat
disederhanakan. Pertama, dari sudut pandang pengukuran, kemiskinan dibedakan menjadi dua
yaitu kemiskinan absolut dan relatif. Kedua dari sudut pandang penyebab, kemiskinan dapat
dikelompokkan menjadi kemiskinan alamiah dan struktural. Salah satu syarat penting agar suatu
kebijakan pengentasan kemiskinan dapat tercapai maka harus ada kejelasan mengenai kriteria
tentang siapa atau kelompok masyarakat mana yang masuk ke dalam kategori miskin dan
menjadi sasaran program. Salain itu ada syarat yang juga harus dipenuhi yaitu harus dipamahi
secara tepat mengenai penyebab kemiskinan itu sendiri di masing-masing komunitas dan
daerah/wilayah. Karena penyebab ini tidak lepas dari adanya pengaruh nilai-nilai lokal yang
melingkupi kehidupan masyarakatnya.
Kemiskinan seringkali ditandai dengan tingginya tingkat pengangguran dan
keterbelakangan. Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan
terbatas aksesnya terhadap kegiatan ekonomi sehingga akan tertinggal jauh dari masyarakat
lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi.
Seseorang dikatakan miskin secara absolut apabila pendapatannya lebih rendah dari garis
kemiskinan absolut atau dengan istilah lain jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum. Ukuran garis kemiskinan yang digunakan oleh Biro Pusat Statistik
(BPS) berdasarkan pendekatan kemiskinan absolut, diukur dengan menghitung jumlah penduduk
yang memiliki pendapatan per kapita yang tidak mencukupi untuk mengkonsumsi barang dan
jasa yang nilainya ekuivalen dengan 20 kg beras per kapita per bulan untuk daerah pedesaan, dan
30 kg beras untuk daerah perkotaan. Standar kecukupan pangan dihitung setara 2.100 kilo kalori
per kapita per hari ditambah dengan pengeluaran untuk kebutuhan non makanan (perumahan,
berbagai barang dan jasa, pakaian).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan
3 | Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Kemiskinan di Kabupaten Lamongan
Seringkali masalah kemiskinan timbul bersama dengan masalah pengangguran. Kedua
masalah ini erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki suatu wilayah. Jika
diasederhanakan dalam contoh yaitu, apabila seseorang miskin maka tidak dapat melanjutkan
ke sekolah yang lebih tinggi. Dengan rendahnya pendidikan seseorang membuat dirinya terbatas
untuk mencari lapangan pekerja.
Mudrajad menyebutkan penyebab kemiskinan akan bermuara pada teori lingkaran setan
kemiskinan (vicious cycle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar dan
kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas. Rendahnya produktifitas
menyebabkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan
mengakibatkan rendahnya pula tabungan. Rendahnya tabungan maka rendah pula investasinya.
Pendapatan yang rendah salah satunya disebabkan karena minimnya akses masyarakat ke
pasar kerja. Banyak kendala yang menyebabkan sulitnya masuk ke pasar kerja tersebut, antara
lain ilmu dan keterampilan yang dimiliki oleh pencari kerja kurang sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh sektor industri/perusahaan atau bahkan jumlah pencari kerja yang melebihi jumlah
lapangan pekerjaan, hal ini menyebabkan timbulnya Pengangguran Struktural. Penyebab lainnya
adalah masih dibutuhkan waktu bagi pencari dan penyedia pekerjaan untuk bertemu, hal ini
disebut Pengangguran Friksional, sedangkan pengangguran karena adanya musim tertentu
misalnya nelayan yang tidak bisa melaut karena ombak besar maka termasuk kategori
Pengangguran Musiman.
Data pada Gambar 1 menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten
Lamongan mengalami fluktuasi, yaitu peningkatanyang cukup signifikan pada tahun 2005 sd 2008
dan periode 2010-2011, dan mulai mengalami penurunan setelah itu hingga saat ini. Penganggur
terbanyak dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah penganggur dengan
pendidikan Diploma I/II/III dengan TPT sebesar 14,23 persen dan Sekolah Menengah Kejuruan
dengan TPT sebesar 9,96 persen, sedang yang terendah adalah penganggur dengan pendidikan
SMP yaitu sebesar 1,13 persen.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan
4 | Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Kemiskinan di Kabupaten Lamongan
Gambar 1 Tingkat Pengangguran Terbuka di Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Lamongan
Tabel 1 Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten Lamongan
Tabel 1 menunjukkan kondisi ketenagakerjaan Kabupaten Lamongan pada Agustus 2018
dilihat dari jumlah penduduk usia kerja tahun 2018 meningkat dibanding tahun 2017 sebesar
3,44 ribu orang, berbeda dengan jumlah penduduk yang aktif secara ekonomi justru mengalami
penurunan sebesar sebesar 3,48 ribu orang. Hal ini terlihat dari jumlah angkatan kerja yang
mengalami penurunan dari 638,330 ribu orang pada tahun 2017 menjadi 634,84 ribu pada 2018.
2,73 2,21
5,03
3,93 3,40
5,67 6,31 6,30
4,92
3,62
6,14
4,75 4,93 4,30 4,10 4,12 4,36 4,52
5,06 5,00
8,51
7,72
6,79 6,42
5,08
4,25
5,33
4,09 4,30 4,19 4,47
4,00
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2017
Kabupaten Lamongan Jawa Timur
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan
5 | Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Kemiskinan di Kabupaten Lamongan
Tidak mengherankan, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Kabupaten Lamongan
menurun dari 68,65 persen pada tahun 2017 menjadi 68,02 persen pada tahun 2018. Sisanya
sekitar 0,63 persen (3,48 ribu orang) memilih keluar dari pasar kerja untuk bersekolah, mengurus
rumah tangga, dan melakukan kegiatan lainnya. Sementara pada Gambar 2 tampak proporsi
pekerja banyak di sektor pertanian, yang disusul sektor Perdagangan dan Jasa.
Sementara pada Gambar 3 tampak bahwa penduduk berusia 15 tahun keatas didominasi
pada tingkat pendidikan dasar yaitu SD/MI/Paket A, pola yang sama terjadi baik pada tingkat
Propinsi Jawa Timur maupun Kabupaten Lamongan. Hal ini merupakan tantang bagi
pengentasan kemiskinan dan kualitas SDM Kabupaten Lamongan, mengingat pendidikan adalah
salah satu aspek penting dalam berbagai sendi kehidupan dan bernegara.
Informasi yang didapatkan dari Gambar 4 menujukkan pola penurunan jumlah penduduk
miskin di Kabupaten Lamongan hingga tahun 2017 menjadi 171.380 jiwa (14,42 %). Hal tersebut
menunjukkan trend penurunan, yang mirip dengan trend penurunan pengangguran terbuka di
Kabupaten Lamongan, sehingga perlu kiranya tingkat pengangguran terbuka terus diturunkan
dari waktu ke waktu dengan cara membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, mengingat
kategori Pencari Pekerjaan merupakan jenis terbanyak di pengangguran terbuka (Gambar 5)
Gambar 2 Persentase orang yang bekerja menurut Sektor Lapangan Pekerjaan, 2013 – 2017
61,24 58,53
60,71 61,20
46,98 44,57
47,33
39,48
22,15 22,96 20,15 20,54
17,32 15,77 11,72
16,13
7,18 6,59 10,90 11,89
3,17 5,73 5,17 6,37 -
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
2.013 2.014 2.015 2.017
Total
Pertania
Perdagangan
Jasa
Konstruksi
Industri
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan
6 | Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Kemiskinan di Kabupaten Lamongan
Gambar 3 Persentase penduduk berusia 15 tahun ke Atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, 2017
Gambar 4 Data Penduduk Miskin Kabupaten Lamongan 2013 - 2017
20,97
29,38
21,39
16,42
5,87
1,27
4,37
0,34
20,78
25,31
23,26
18,91
5,27
0,92
5,25
0,29
- 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00
Tidak Punya Ijazah SD
SD/MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SMA/SMK/MA/ Paket C
SMK/MAK
D1/D2 /D3
D4/S1
S2/S3
Lamongan Jawa Timur
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan
7 | Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Kemiskinan di Kabupaten Lamongan
Gambar 5 Kategori Pengangguran Terbuka di Kabupaten Lamongan (Agustus 2017)
B. REKOMENDASI
Berdasar pada pemaparan kondisi kemiskinan dan pengangguran di Kabupaten Lamongan,
maka dapat dirumuskan beberapa rekomendari berikut :
A. Salah satu cara untuk menanggulangi kemiskinan dengan memperbaiki kualitas sumberdaya
manusianya. SDM merupakan penggerak suatu perekonomian wilayah. Indikator baik atau
tidaknya kualitas sumber daya manusia yaitu salah satunya melalui Angka Melek Huruf.
Penanggulangan kemiskinan menjadi penting karena jika tidak diatasi segera kemiskinan akan
berdampak pada level yang lebih jauh seperti kualitas kehidupan manusia dan kesehatan.
B. Pengembangan sumber daya manusia yaitu pekerja sektor formal dan informal, yaitu dengan
meningkatkan aksesibilitas fasilitas pendidikan. Kebijakan ini bisa dilakukan dengan
membangun, merehabilitasi dan menjalankan fasilitas pendidikan dan pelatihan atau Balai
Latihan Kerja (BLK) atau UPT Pelatihan di kecamatan dengan jumlah penduduk yang banyak,
sehingga kedepan ada harapan kualitas pekerja dapat meningkat.
20997
23091285 1729
0
5000
10000
15000
20000
25000
MencaariPekerjaan
MempersiapkanUsaha
Merasa TidakMungkin Mendapat
Pekerjaan
Sudah PunyaPekerjaan Tapibelum Mulai
Bekerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan
8 | Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Kemiskinan di Kabupaten Lamongan
C. Perlunya disediakan paket kredit usaha mikro yang murah dan mudah. Disebut murah karena
tingkat bunga kreditnya rendah dan disebut mudah karena prasyarat dan prosedurnya
mudah dan jelas, dengan jaminan yang fleksibel bahkan mungkin tanpa jaminan.
D. Membuka fasilitas Bursa Kerja sehingga antara pencari kerja dan perusahaan dapat lebih
cepat bertemu. Lokasi Bursa Kerja selain di Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja, juga
didistribusikan ke tingkat kecamatan/kelurahan dan portal website sehingga informasi
kesempatan kerja dapat diakses lebih luas dengan cara online.