Upload
bobby-faisyal-rakhman
View
226
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dkk
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bernafas merupakan kegiatan yang setiap hari dilakukan oleh makhluk
hidup dengan cara menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida ke
atmosfir. Proses pertukaran gas – gas tersebut dalam tubuh dikenal sebagai sistem
respirasi. Dalam mempelajari Sistem Respirasi kita akan dihadapkan pada
berbagai organ yang mempunyai berbagai bagian dan fungsi yang berbeda -
beda. Dalam hal ini Sistem Respirasi kita dibagi dalam dua bagian yaitu yang
pertama Sistem respirasi bagian atas ( upper respiratory tracks ) dan Sistem
respirasi bagian bawah ( lower respiratory tracks ). Sistem respirasi bagian atas
( upper respiratory tracks ) terdiri dari berbagai bagian yang mempunyai berbagai
macam fungsi berbeda dan saling melengkapi satu sama lain dalam melakukan
kegiatan bernafas. Pada Sistem respirasi bagian atas ( upper respiratory tracks )
juga mempunyai berbagai sistem pertahanan terhadap benda asing yang dapat
mengganggu kelancaran kegiatan bernafas pada bagian ini, pilek merupakan
salah satu bentuk pertahanan terhadap benda asing yang terjadi pada Sistem
respirasi bagian atas.
1.2 Manfaat Penulisan
Dari laporan diskusi kelompok kami ini diharap pembaca dapat
mendapat manfaat, pengetahuan baru tentang pilek dan sistem respirasi
atas secara normal mengenai anatomi dan fungsinya secara benar dan tepat
serta mengetahui sistem pertahanan pada saluran pernafasan bagian atas
( upper respiratory track ) . Manfaat laporan ini juga sebagai bahan
presentasi kelompok kami dalam pleno.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
Gara – gara main bola ...
Rio (14 tahun) berkali – kali bersin di kelas. Ia juga berulang – ulang
menyeka hidungnya yang meler oleh rhinorrhea. Betapa tidk nyaman
kondisi Rio sekarang, apalagi berada di dalam kelas. Ia takut bersin –
bersinnya mengganggu konsentrasi teman – teman yang lagi mengikuti
pelajaran matematika. Sebenarnya keadaan ini sudah mulai dirasakannya
semalam. Kemarin sore Rio main bola di lapangan Pramuka bersama teman
– teman karang taruna di gangnya. Meskipun hujan deras, permainan tetap
dilanjutkan sampai selesai. Setiba di rumah Rio langsung tidur karena
kelelahan. Ia terbangu saat mendengar suara mobil ayahnya masuk ke
pekarangan. Saat itu Rio merasa badannya hangat dan jalan napasnya terasa
terganggu. Semalaman Rio tidak nyenyak tidurnya akibat pilek yang
dideritanya. Suaranya menjadi agak serak dan penciumannya juga terasa
berkurang. Karena kondisinya ini, nasi goreng untuk sarapan pagi yang
biasanya berbau sedap tidak dapat tercium olehnya. Rio berangkat sekolah
tanpa menyentuh makanan favoritnya itu.
2.2 Identifikasi Istilah
1. Bersin
Reflek superfisial yang berasal dari reaksi pada lapisan membran mukosa
pada rongga hidung dan dengan mudah dimunculkan oleh rangsangan
kimia atau mekanis. Bersin terjadi akibat pengeluaran secara kuat udara
melalui saluran nafas dengan kecepatan yang kencang. Hal ini untuk
membantu membersihkan saluran nafas.
( dikutip dari http://staff.unud.ac.id/~suartha/?page_id=8)
2. Rhinorrhea
Sekret bebas berupa lendir cair dari hidung.
(Dorland,2002)
3. Jalan napas (Airway)
Jalan yang dilalui udara masuk dan keluar paru.
(Dorlan,2002)
4. Meler
Material yang dikeluarkan dari saluran nafas melalui nares eksternal.
Leleran ini diklasifikasikan berdasarkan sifat fisik yaitu serous, mukoid,
purulen, dan haemorrhagik, atau kombinasi dari ketiganya.
(dikutip dari http://staff.unud.ac.id/~suartha/?page_id=8)
5. Pilek (Cold)
Gangguan kataral saluran pernafasan bagian atas, yang mungkin berasal
dari virus, infeksi campuran, atau reaksi alergi.
(Dorland,2002)
6. Serak (Hoarseness)
Kualitas suara yang kasar atau berisik. Disebut juga trachyponia.
(Dorland,2002)
7. Penciuman
proses, cara, perbuatan mencium.
(dikutip dari http://kamusbahasaindonesia.org/penciuman)
2.3 Identifikasi Masalah
1. Mengapa Rio Bersin?
2. Apa penyebab Rio pilek?
3. Apa penyebab penciuman Rio terganggu?
4. Mengapa hujan menyebabkan bersin dan pilek?
5. Mengapa pilek dan bersin menyebabkan suara menjadi serak?
2.4 Analisa Masalah
1. Karena benda asing masuk melalui hidung, sehingga memunculkan
pertahanan tubuh
Mekanisme bersin :
Bulu – bulu hidung (vibrissae) menahan benda asing dan sekresi mukosa
yang berlebih akan meransang saraf trigeminus dan meneruskan ke medula
oblongata, kemudian uvula akan menekan benda asing keluar dan
terjadilah bersin.
1. Reseptor meneruskan rangsangan ke pusat
2. Pusat proses penerjemahan di rangsangan yang ada di
medula oblongata
3. Efektor terjadi respon, seperti bersin secara spontan
2. Ada dua jenis penyebab pilek
a. Allergen : berhubungan dengan sistem imunitas dalam tubuh
b. Non – Allergen : berasal dari infeksi virus, jamur, bakteri.
3. Penyebab penciuman Rio terganggu karena silia tertutup oleh lendir
mukosa berlebih yang dihasilkan sel Goblet sehingga ridak dapat
membaui.
4. Cuaca yang dingin saat hujan menyebabkan pembuluh darah menyempit,
sehingga energi dalam tubuh terfokus untuk tetap mempertahankan
kehangangatan tubuh dan akibatnya sistem imun dalam tubuh turun.
Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme yang patogen dalam tubuh
maupun yang berasal dari hasil evaporasi (penguapan) air hujan mudah
masuk ke dalam tubuh, sehingga tubuh memberikan pertahanan berupa
bersin dan pilek.
5. Pilek dan bersin yang disebabkan oleh sekresi kelenjar mukosa berlebih
menyebabkan gangguan pada pita suara sehingga suara yang dihasilkan
menjadi kasar atau berisik.
2.5 Strukturisasi Konsep
SISTEM RESPIRASI ATAS
Terdiri dari
Rongga Hidung
Sinus Paranasal
Faring
Laring
Penciuman Pernapasan Pertahanan
Imun
Biokimia
Mekanik
Mikrobiologi
Mekanisme
Vokalisasi
2.6 Sasaran Pembelajaran
1. Mengetahui bagian – bagian dari saluran pernafasan atas yang terdiri dari
rongga hidung, faring, laring, dan sinus paranasal.
2. Mekanisme penciuman yang normal.
3. Mekanisme pernafasan pada saluran nafas atas.
4. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap gangguan saluran pernafasan atas.
2.7 Belajar Mandiri
Pada tahap belajar mandiri ini, kami mencari bahan-bahan untuk mencapai
ssasaran pembelajaran dari referensi-referensi wajib dan beberapa referensi
tambahan yang dicantumkan dalam daftar pustaka.Hasil pembelajaran mandiri ni
digunakan untuk materi dkk 2 dan pleno.
2.8 Sintesis
1. Sistem respirasi terbagi menjadi 4 bagian yakni:
a. Rongga Hidung (Cavum Nasi)
Rongga hidung (cavum nasi) berbentuk terowongan dari depan ke
belakang di pisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi
cavum nasi kanan dan kiri. Batas rongga hidung (cavum nasi) di
dinding inferior merupakan dasar rongga hidung yang di bentuk oleh os
maxilla dan os palatum dan dinding superior atau atap hidung sangat
sempit dan di bentuk oleh lamina kribriformis (lempeng tulang).
Gambar 1. Septum nasi
Rongga hidung menurut buku Histologi Dasar, Junqueira LC
terbagi menjadi 2, yakni :
Vestibulum.
Dimulai dari bagian paling luarnya yakni nares (cupid hidung) lalu
ke dalam vestibulum dimana disana terdapat kelenjar sebasea (minyak),
kelenjar keringat, dan juga vibrissa (rambut pendek tebal). Di vibrissa
inilah terjadi proses penyaringan partikel-partikel besar lebih dari 6
micrometer. Di bagian luar vestibulum, mengandung epitel bertanduk
namun dibagian dalamnya berganti menjadi epitel respirasi khusus.
Fosa nasal
Di dalam fosa nasal ini ada 2 bilik kavernosa yang dibagi oleh septum
nasi . Selain itu, di dalamna juga terdapat konka, yakni 3 tonjolan bertulang
yang keluar dari bagian lateral fosa nasal. Konka terbagi menjadi 3 bagian,
yakni konka media, konka superior, dan konka inferior. Di bagian konka
inferior dan konka media dilapisi oleh mukosa respiratoria, sedangkan di
bagian konka superior dilapisi oleh mukosa olfaktoria.
Mukosa Respiratoria Mukosa Olfaktoria
Epitel silindris bertingkat +
kinoosilia + sel goblet
Selain di konka superior, juga
ada di atap cavum nasi dan
septum nasi bagian atas
Tidak memiliki fila olfaktoria Memiliki fili olfaktoria
Lamina basialis terlihat jelas Epitel berlapis silindris
bertingkat + silia tanpa sel
goblet
Lamina propria menyatu dengan
periosteum dan perikondrium
Lamina propria mengandung
kelenjar Bowman
Tidak memiliki sel penyangga,
sel basal, dan sel pembau
(olfaktorius)
Memiliki sel penyangga, sel
basal, dan sel pembau
(olfaktorius)
(Histologi Dasar, Junqueira LC)
Adapun fungsi rongga hidung secara umum :
Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air
conditioning),penyaring udara,humidifikasi,penyeimbang dalam
pertukaran tekanan dan mekanisme imunologi local.
Fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir
udara untuk menampung stimulus penghidu.
Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara,membantu proses
bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang.
Fungsi static dan mekanik untuk meringankan beban kepala,proteksi
terhadap trauma dan pelindung panas
Reflex nasal
Larynx (Tenggorokan)
(Buku ajar Ilmu kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala
dan Leher, Damayanti S dan Retno S wardani, 2007, Fk UI dikutip dari
Ballenger JJ. The technical anatomy and physiology of the nose and
accessory sinuses. In desease of the nose, throat, ear, head and neck.
Ed.14. Ballenger JJ, Lea and Febiger, Philadhelphia, London, 1991)
Di dalam cavum nasi, terdapat beberapa pembuluh darah, antara lain :
A. Labialis sup
A. Ethmoidalis posterior dan anterior
Palatinus mayus
Sphenopalatinus mayus
Di dalam cavum nasi juga terdapat beberapa saraf, antara lain :
Nervousa special Neuron olfaktori (n.1)
Nervousa general palatines mayus dan naso paltinus
Nervousa spesifik intermedius (n.7)
(Yokochi)
b. Sinus Paranasal
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang
sulit di deskripsikan karena bentuknya bervariasi pada tiap individu.
Sinus paranasal adalah sinus (rongga) pada tulang yang berada di
sekitar nasal. Sinus paranasal dilapisi oleh epitel silindris bertingkat
yang lebih tipis bersilia dan mengandung sedikit sel goblet di dalamnya.
Rongga-rongga pada tengkorak ini (sinus paranasal) berhubungan
dengan hidung melalui lubang-lubang kecil dan secara terus-menerus
sinus paranasal menghasilkan lendir (mukus) yang dialirkan ke hidung
sebagai akibat dari aktifitas sel epitel bersilia.
Ada empat pasang sinus pranasal mulai dari yang terbesar sinus
maxillaries,sinus frontalis,sinus ethmoidalis,dan sinus sphenoidale.
Sinus maxillaris adalah sinus terbesar,sinus maxillaries ini yang terbaik
yang di evaluasi secara radiografi dengan pandangan waters (Program
Diagnostik. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Seth R. Thaller
dan Mark S. Granick. EGC. 1995). Saat lahir sinus maxilla bervolume 6-8
ml,sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai
ukuran maksimal,yaitu 15 ml saat dewasa.Sinus maxilla berbentuk
pyramid.Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang
disebut dengan fossa kanina,dinding posteriornya adalah permukaan infra-
temporal maksila,dinding medialnya ialah dinding lateral rongga
hidung,dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding inferiornya
ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan
palatum.Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial
sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infudibulum etmoid.
Sinus frontalis terletak di dalam os frontale,yang tepatnya terletak di
belakang lengkungan superciliary (Program Diagnostik. Penyakit Telinga,
Hidung, dan Tenggorokan. Seth R. Thaller dan Mark S. Granick. EGC.
1995). Sinus frontal terbentuk semenjak bulan ke-empat fetus,berasal dari
sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid.Sesudah
lahir,sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan
mencapai ukuran maksimal sebelum 20 tahun.Sinus frontal kanan dan kiri
biasanya tidak simetris,satu lebih besar dibandingkan lainnya dan
dipisahkan oleh sekat yang teletak di garis tengah.Kurang lebih 15% orang
dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih 5% sinus
frontalnya tidak berkembang.Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm
tingginya,lebarnya 2,4 dan dalamnya 2 cm.Sinus frontal biasanya
bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk.
Sinus ethmoid berbentuk pyramid dengan dasarnya di bagian
posterior.Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm,tinggi 2,4 cm,dan
lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior.Sinus
ethmoid berongga-rongga,terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang
tawon,yang terdapat di dalam massa bagian lateral os ethmoid,yang
terletak antara konka media dan dinding medial orbita.Sel-sel ini
jumlahnya bervariasi.Atap sinus ethmoid di sebut fovea ethmoidalis yang
berbatasan dengan lamina kribrosa.Dinding lateral sinus adalah lamina
papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus tehmoid dari rongga
orbita.Di bagian belakangg sinus ethmoid posterior berbatasan dengan
sinus Sfenoid.
Sinus sphenoid terletak dalam os sphenoid di belakang sinus ethmoid
posterior (Program Diagnostik. Penyakit Telinga, Hidung, dan
Tenggorokan. Seth R. Thaller dan Mark S. Granick. EGC. 1995). Sinus
sphenoid dibagi menjadi dua sekat yang disebut dengan septum
intersfenoid.Ukurannya adalah 2 cm tingginya,dalamnya 2,3 cm dan
lebarnya 1,7 cm.Volume nya bervariasi dari 5 sampai 7,5 ml.Batas-
batasnya ialah,sebelah superior terdapat fossa selebri media dan kelenjar
hipofisa,sebelah inferiornya atap nasofarynx,sebelah lateral berbatasan
dengan sinus kavernosus dan a.karotis interna dan di sebelah posteriornya
bbebatasan dengan fossa serebri posterior di daeran pons.
Gambar 2. Dinding lateral dari cavum nasi, konka dihilangkan.
(Buku ajar Ilmu kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan
Leher, Damayanti S dan Retno S wardani, 2007, Fk UI dikutip dari
Ballenger JJ. The technical anatomy and physiology of the nose and
accessory sinuses. In desease of the nose, throat, ear, head and neck.
Ed.14. Ballenger JJ, Lea and Febiger, Philadhelphia, London, 1991)
c. Farynx
Farynnx merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid
(Anatomi dan Fisiologis untuk paramedic. Evelyn Pearce. PT.Gramedia Pustaka
Utama Jakarta. 1993). Farynx berfungsi sebagai katup pembatas antara trakea dan
kerongkongan.
Farynx dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan letaknya, yakni :
Nasofaring (posterior hidung).
Di dalamnya terdapat 2 tuba eustachius yang menghubungkannya dengan
telinga bagian tengah.
Orofaring (posterior mulut)
Dipisahkan dengan nasofaring oleh platum lunak muscular. Di dalam
orofaring terdapat plica glossoepiglotica medial, lateral vallecule
epiglotika dan tonsilla pharynx.
Laringofaring (posterior laring)
Berada mengelilingi esophagus dan laring. Di dalamnya terdapat aditus
laringis dan resesus piriformis.
Gambar 3. Bagian kepala dan leher yang menunjukkan sub-divisi dari faring.
Di dalam faring terdapat 4 tonsilla yakni, tonsilla palatine, tonsilla pharyngica,
tonsilla lingualis, dan tonsilla tubaria.
Di dalam faring terdapat otot-otot faring, antara lain :
Circular/Constri (luar), berfungsi untuk melebarkan dan menyempitkan.
Terdiri dari, Mm. Constructor Pharynx superior, media, dan inferior
Longitudinal (dalam), berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan.
Terdiri dari, Mm. Stylopharynx, Mm. Palatopharynx, dan Mm.
Salpingopharynx.
Gambar 4. Otot-otot penyusun pada faring
d. Larynx
Larynx terletak di bagian terbawah dari farynx yang memisahkan
dari collumna vertebrata,berjalan dari farynx sampai ketinggian vertebrata
servikalis dan masuk ke dalam trachea di bawahnya.Larynx terdiri atas
kepingan tulang rawan yang di ikat bersama oleh ligament dan
membrane,yang terbesar diantaranya adalah tulang rawan tiroid dan di
sebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus yang di kenal sebagai
jakun,yaitu sebelah depan leher. Fungsi laring adalah sebagai katup
saluran pernafasan, penjaga salauran pernafasan, dan juga menghasilkan
suara karena di dalam laring terdapat glottis (pita suara).
Gambar 5. Gambaran eksternal dari laring. (a)anterior (b)anterolateral
Larynx terbagi menjadi dua lempengan:
Lempengan atas terdapat lekukan berupa vena tulang rawan krikoid yang
terletak di bawah tiroid,bentuknya seperti cin-cin mohor dengan mohor
cin-cinnya disebelah belakang.
Lempengan bawah terdapat tulang krawan aritenoid yang menjulang di
sebelah belakang krikoid,dan kanan dan kiri tulang rawan kunci form dan
tulang rawan kornikulata.
(Anatomi dan Fisiologis untuk paramedic. Evelyn Pearce. PT.Gramedia
Pustaka Utama Jakarta. 1993)
Tulang rawan yang ada di laring antara lain :
Hyalin (besar). Antara lain, tulang rawan tiroid, tulang rawan krikoid,
tulang rawan, dan tulang rawan aritenoid.
Elastis (kecil). Antara lain tulang rawan epiglottis, tulang rawan
kuneiform, tulang rawan kornikulata, tulang rawan ujung arifenoid.
Epiglotis pada laring terbagi menjadi 2 berdasarkan letaknya :
Permukaan pharyngeal Permukaan laryngeal
Epitel berlapis pipih tebal Epitel berlapis pipih tipis
Terdapat propria papil Tidak ada propria papil
Tidak ada kelenjar serosa Ada kelenjar serosa
Di bawah epiglottis terdapat 2 pasang lipatan, yakni :
Plika ventribularis Plika Vokalis
Epitel berderet silindris Epitel berlapis pipih
Tidak ada muskulus vokalis Ada muskulus vokalis
Terdapat kelenjar serosa Tidak ada kelenjar serosa
Di antara keduanya terdapat vemtrikulus dr morgagni.
Gambar 6. Gambaran laring yang terlihat dari laringoskopi.
Di dalam laring terdapat 6 cartilago, antara lain :
Cartilago Epiglottis
Cartilago Thyroid
Cartilago Cricoid
Cartilago Arytenoid
Cartilago Conciform
Cartilago Corniculatum
Otot-otot pada laring antara lain :