35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bernafas merupakan kegiatan yang setiap hari dilakukan oleh makhluk hidup dengan cara menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida ke atmosfir. Proses pertukaran gas – gas tersebut dalam tubuh dikenal sebagai sistem respirasi. Dalam mempelajari Sistem Respirasi kita akan dihadapkan pada berbagai organ yang mempunyai berbagai bagian dan fungsi yang berbeda - beda. Dalam hal ini Sistem Respirasi kita dibagi dalam dua bagian yaitu yang pertama Sistem respirasi bagian atas ( upper respiratory tracks ) dan Sistem respirasi bagian bawah ( lower respiratory tracks ). Sistem respirasi bagian atas ( upper respiratory tracks ) terdiri dari berbagai bagian yang mempunyai berbagai macam fungsi berbeda dan saling melengkapi satu sama lain dalam melakukan kegiatan bernafas. Pada Sistem respirasi bagian atas ( upper respiratory tracks ) juga mempunyai berbagai sistem pertahanan terhadap benda asing yang dapat mengganggu kelancaran kegiatan bernafas pada bagian ini, pilek merupakan salah satu bentuk pertahanan terhadap benda asing yang terjadi pada Sistem respirasi bagian atas.

Bagian Isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dkk

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bernafas merupakan kegiatan yang setiap hari dilakukan oleh makhluk

hidup dengan cara menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida ke

atmosfir. Proses pertukaran gas – gas tersebut dalam tubuh dikenal sebagai sistem

respirasi. Dalam mempelajari Sistem Respirasi kita akan dihadapkan pada

berbagai organ yang mempunyai berbagai bagian dan fungsi yang berbeda -

beda. Dalam hal ini Sistem Respirasi kita dibagi dalam dua bagian yaitu yang

pertama Sistem respirasi bagian atas ( upper respiratory tracks ) dan Sistem

respirasi bagian bawah ( lower respiratory tracks ). Sistem respirasi bagian atas

( upper respiratory tracks ) terdiri dari berbagai bagian yang mempunyai berbagai

macam fungsi berbeda dan saling melengkapi satu sama lain dalam melakukan

kegiatan bernafas. Pada Sistem respirasi bagian atas ( upper respiratory tracks )

juga mempunyai berbagai sistem pertahanan terhadap benda asing yang dapat

mengganggu kelancaran kegiatan bernafas pada bagian ini, pilek merupakan

salah satu bentuk pertahanan terhadap benda asing yang terjadi pada Sistem

respirasi bagian atas.

1.2 Manfaat Penulisan

Dari laporan diskusi kelompok kami ini diharap pembaca dapat

mendapat manfaat, pengetahuan baru tentang pilek dan sistem respirasi

atas secara normal mengenai anatomi dan fungsinya secara benar dan tepat

serta mengetahui sistem pertahanan pada saluran pernafasan bagian atas

( upper respiratory track ) . Manfaat laporan ini juga sebagai bahan

presentasi kelompok kami dalam pleno.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skenario

Gara – gara main bola ...

Rio (14 tahun) berkali – kali bersin di kelas. Ia juga berulang – ulang

menyeka hidungnya yang meler oleh rhinorrhea. Betapa tidk nyaman

kondisi Rio sekarang, apalagi berada di dalam kelas. Ia takut bersin –

bersinnya mengganggu konsentrasi teman – teman yang lagi mengikuti

pelajaran matematika. Sebenarnya keadaan ini sudah mulai dirasakannya

semalam. Kemarin sore Rio main bola di lapangan Pramuka bersama teman

– teman karang taruna di gangnya. Meskipun hujan deras, permainan tetap

dilanjutkan sampai selesai. Setiba di rumah Rio langsung tidur karena

kelelahan. Ia terbangu saat mendengar suara mobil ayahnya masuk ke

pekarangan. Saat itu Rio merasa badannya hangat dan jalan napasnya terasa

terganggu. Semalaman Rio tidak nyenyak tidurnya akibat pilek yang

dideritanya. Suaranya menjadi agak serak dan penciumannya juga terasa

berkurang. Karena kondisinya ini, nasi goreng untuk sarapan pagi yang

biasanya berbau sedap tidak dapat tercium olehnya. Rio berangkat sekolah

tanpa menyentuh makanan favoritnya itu.

2.2 Identifikasi Istilah

1. Bersin

Reflek superfisial yang berasal dari reaksi pada lapisan membran mukosa

pada rongga hidung dan dengan mudah dimunculkan oleh rangsangan

kimia atau mekanis. Bersin terjadi akibat pengeluaran secara kuat udara

melalui saluran nafas dengan kecepatan yang kencang. Hal ini untuk

membantu membersihkan saluran nafas.

( dikutip dari http://staff.unud.ac.id/~suartha/?page_id=8)

2. Rhinorrhea

Sekret bebas berupa lendir cair dari hidung.

(Dorland,2002)

3. Jalan napas (Airway)

Jalan yang dilalui udara masuk dan keluar paru.

(Dorlan,2002)

4. Meler

Material yang dikeluarkan dari saluran nafas melalui nares eksternal.

Leleran ini diklasifikasikan berdasarkan sifat fisik yaitu serous, mukoid,

purulen, dan haemorrhagik, atau kombinasi dari ketiganya.

(dikutip dari http://staff.unud.ac.id/~suartha/?page_id=8)

5. Pilek (Cold)

Gangguan kataral saluran pernafasan bagian atas, yang mungkin berasal

dari virus, infeksi campuran, atau reaksi alergi.

(Dorland,2002)

6. Serak (Hoarseness)

Kualitas suara yang kasar atau berisik. Disebut juga trachyponia.

(Dorland,2002)

7. Penciuman

proses, cara, perbuatan mencium.

(dikutip dari http://kamusbahasaindonesia.org/penciuman)

2.3 Identifikasi Masalah

1. Mengapa Rio Bersin?

2. Apa penyebab Rio pilek?

3. Apa penyebab penciuman Rio terganggu?

4. Mengapa hujan menyebabkan bersin dan pilek?

5. Mengapa pilek dan bersin menyebabkan suara menjadi serak?

2.4 Analisa Masalah

1. Karena benda asing masuk melalui hidung, sehingga memunculkan

pertahanan tubuh

Mekanisme bersin :

Bulu – bulu hidung (vibrissae) menahan benda asing dan sekresi mukosa

yang berlebih akan meransang saraf trigeminus dan meneruskan ke medula

oblongata, kemudian uvula akan menekan benda asing keluar dan

terjadilah bersin.

1. Reseptor meneruskan rangsangan ke pusat

2. Pusat proses penerjemahan di rangsangan yang ada di

medula oblongata

3. Efektor terjadi respon, seperti bersin secara spontan

2. Ada dua jenis penyebab pilek

a. Allergen : berhubungan dengan sistem imunitas dalam tubuh

b. Non – Allergen : berasal dari infeksi virus, jamur, bakteri.

3. Penyebab penciuman Rio terganggu karena silia tertutup oleh lendir

mukosa berlebih yang dihasilkan sel Goblet sehingga ridak dapat

membaui.

4. Cuaca yang dingin saat hujan menyebabkan pembuluh darah menyempit,

sehingga energi dalam tubuh terfokus untuk tetap mempertahankan

kehangangatan tubuh dan akibatnya sistem imun dalam tubuh turun.

Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme yang patogen dalam tubuh

maupun yang berasal dari hasil evaporasi (penguapan) air hujan mudah

masuk ke dalam tubuh, sehingga tubuh memberikan pertahanan berupa

bersin dan pilek.

5. Pilek dan bersin yang disebabkan oleh sekresi kelenjar mukosa berlebih

menyebabkan gangguan pada pita suara sehingga suara yang dihasilkan

menjadi kasar atau berisik.

2.5 Strukturisasi Konsep

SISTEM RESPIRASI ATAS

Terdiri dari

Rongga Hidung

Sinus Paranasal

Faring

Laring

Penciuman Pernapasan Pertahanan

Imun

Biokimia

Mekanik

Mikrobiologi

Mekanisme

Vokalisasi

2.6 Sasaran Pembelajaran

1. Mengetahui bagian – bagian dari saluran pernafasan atas yang terdiri dari

rongga hidung, faring, laring, dan sinus paranasal.

2. Mekanisme penciuman yang normal.

3. Mekanisme pernafasan pada saluran nafas atas.

4. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap gangguan saluran pernafasan atas.

2.7 Belajar Mandiri

Pada tahap belajar mandiri ini, kami mencari bahan-bahan untuk mencapai

ssasaran pembelajaran dari referensi-referensi wajib dan beberapa referensi

tambahan yang dicantumkan dalam daftar pustaka.Hasil pembelajaran mandiri ni

digunakan untuk materi dkk 2 dan pleno.

2.8 Sintesis

1. Sistem respirasi terbagi menjadi 4 bagian yakni:

a. Rongga Hidung (Cavum Nasi)

Rongga hidung (cavum nasi) berbentuk terowongan dari depan ke

belakang di pisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi

cavum nasi kanan dan kiri. Batas rongga hidung (cavum nasi) di

dinding inferior merupakan dasar rongga hidung yang di bentuk oleh os

maxilla dan os palatum dan dinding superior atau atap hidung sangat

sempit dan di bentuk oleh lamina kribriformis (lempeng tulang).

Gambar 1. Septum nasi

Rongga hidung menurut buku Histologi Dasar, Junqueira LC

terbagi menjadi 2, yakni :

Vestibulum.

Dimulai dari bagian paling luarnya yakni nares (cupid hidung) lalu

ke dalam vestibulum dimana disana terdapat kelenjar sebasea (minyak),

kelenjar keringat, dan juga vibrissa (rambut pendek tebal). Di vibrissa

inilah terjadi proses penyaringan partikel-partikel besar lebih dari 6

micrometer. Di bagian luar vestibulum, mengandung epitel bertanduk

namun dibagian dalamnya berganti menjadi epitel respirasi khusus.

Fosa nasal

Di dalam fosa nasal ini ada 2 bilik kavernosa yang dibagi oleh septum

nasi . Selain itu, di dalamna juga terdapat konka, yakni 3 tonjolan bertulang

yang keluar dari bagian lateral fosa nasal. Konka terbagi menjadi 3 bagian,

yakni konka media, konka superior, dan konka inferior. Di bagian konka

inferior dan konka media dilapisi oleh mukosa respiratoria, sedangkan di

bagian konka superior dilapisi oleh mukosa olfaktoria.

Mukosa Respiratoria Mukosa Olfaktoria

Epitel silindris bertingkat +

kinoosilia + sel goblet

Selain di konka superior, juga

ada di atap cavum nasi dan

septum nasi bagian atas

Tidak memiliki fila olfaktoria Memiliki fili olfaktoria

Lamina basialis terlihat jelas Epitel berlapis silindris

bertingkat + silia tanpa sel

goblet

Lamina propria menyatu dengan

periosteum dan perikondrium

Lamina propria mengandung

kelenjar Bowman

Tidak memiliki sel penyangga,

sel basal, dan sel pembau

(olfaktorius)

Memiliki sel penyangga, sel

basal, dan sel pembau

(olfaktorius)

(Histologi Dasar, Junqueira LC)

Adapun fungsi rongga hidung secara umum :

Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air

conditioning),penyaring udara,humidifikasi,penyeimbang dalam

pertukaran tekanan dan mekanisme imunologi local.

Fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir

udara untuk menampung stimulus penghidu.

Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara,membantu proses

bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang.

Fungsi static dan mekanik untuk meringankan beban kepala,proteksi

terhadap trauma dan pelindung panas

Reflex nasal

Larynx (Tenggorokan)

(Buku ajar Ilmu kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala

dan Leher, Damayanti S dan Retno S wardani, 2007, Fk UI dikutip dari

Ballenger JJ. The technical anatomy and physiology of the nose and

accessory sinuses. In desease of the nose, throat, ear, head and neck.

Ed.14. Ballenger JJ, Lea and Febiger, Philadhelphia, London, 1991)

Di dalam cavum nasi, terdapat beberapa pembuluh darah, antara lain :

A. Labialis sup

A. Ethmoidalis posterior dan anterior

Palatinus mayus

Sphenopalatinus mayus

Di dalam cavum nasi juga terdapat beberapa saraf, antara lain :

Nervousa special Neuron olfaktori (n.1)

Nervousa general palatines mayus dan naso paltinus

Nervousa spesifik intermedius (n.7)

(Yokochi)

b. Sinus Paranasal

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang

sulit di deskripsikan karena bentuknya bervariasi pada tiap individu.

Sinus paranasal adalah sinus (rongga) pada tulang yang berada di

sekitar nasal. Sinus paranasal dilapisi oleh epitel silindris bertingkat

yang lebih tipis bersilia dan mengandung sedikit sel goblet di dalamnya.

Rongga-rongga pada tengkorak ini (sinus paranasal) berhubungan

dengan hidung melalui lubang-lubang kecil dan secara terus-menerus

sinus paranasal menghasilkan lendir (mukus) yang dialirkan ke hidung

sebagai akibat dari aktifitas sel epitel bersilia.

Ada empat pasang sinus pranasal mulai dari yang terbesar sinus

maxillaries,sinus frontalis,sinus ethmoidalis,dan sinus sphenoidale.

Sinus maxillaris adalah sinus terbesar,sinus maxillaries ini yang terbaik

yang di evaluasi secara radiografi dengan pandangan waters (Program

Diagnostik. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Seth R. Thaller

dan Mark S. Granick. EGC. 1995). Saat lahir sinus maxilla bervolume 6-8

ml,sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai

ukuran maksimal,yaitu 15 ml saat dewasa.Sinus maxilla berbentuk

pyramid.Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang

disebut dengan fossa kanina,dinding posteriornya adalah permukaan infra-

temporal maksila,dinding medialnya ialah dinding lateral rongga

hidung,dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding inferiornya

ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan

palatum.Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial

sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infudibulum etmoid.

Sinus frontalis terletak di dalam os frontale,yang tepatnya terletak di

belakang lengkungan superciliary (Program Diagnostik. Penyakit Telinga,

Hidung, dan Tenggorokan. Seth R. Thaller dan Mark S. Granick. EGC.

1995). Sinus frontal terbentuk semenjak bulan ke-empat fetus,berasal dari

sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid.Sesudah

lahir,sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan

mencapai ukuran maksimal sebelum 20 tahun.Sinus frontal kanan dan kiri

biasanya tidak simetris,satu lebih besar dibandingkan lainnya dan

dipisahkan oleh sekat yang teletak di garis tengah.Kurang lebih 15% orang

dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih 5% sinus

frontalnya tidak berkembang.Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm

tingginya,lebarnya 2,4 dan dalamnya 2 cm.Sinus frontal biasanya

bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk.

Sinus ethmoid berbentuk pyramid dengan dasarnya di bagian

posterior.Ukurannya dari anterior ke posterior  4-5 cm,tinggi 2,4 cm,dan

lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior.Sinus

ethmoid berongga-rongga,terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang

tawon,yang terdapat di dalam massa bagian lateral os ethmoid,yang

terletak antara konka media dan dinding medial orbita.Sel-sel ini

jumlahnya bervariasi.Atap sinus ethmoid di sebut fovea ethmoidalis yang

berbatasan dengan lamina kribrosa.Dinding lateral sinus adalah lamina

papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus tehmoid dari rongga

orbita.Di bagian belakangg sinus ethmoid posterior berbatasan dengan

sinus Sfenoid.

Sinus sphenoid terletak dalam os sphenoid di belakang sinus ethmoid

posterior (Program Diagnostik. Penyakit Telinga, Hidung, dan

Tenggorokan. Seth R. Thaller dan Mark S. Granick. EGC. 1995). Sinus

sphenoid dibagi menjadi dua sekat yang disebut dengan septum

intersfenoid.Ukurannya adalah 2 cm tingginya,dalamnya 2,3 cm dan

lebarnya 1,7 cm.Volume nya bervariasi  dari 5 sampai 7,5 ml.Batas-

batasnya ialah,sebelah superior terdapat fossa selebri media dan kelenjar

hipofisa,sebelah inferiornya atap nasofarynx,sebelah lateral berbatasan

dengan sinus kavernosus dan a.karotis interna dan di sebelah posteriornya

bbebatasan dengan fossa serebri posterior di daeran pons.

Gambar 2. Dinding lateral dari cavum nasi, konka dihilangkan.

(Buku ajar Ilmu kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan

Leher, Damayanti S dan Retno S wardani, 2007, Fk UI dikutip dari

Ballenger JJ. The technical anatomy and physiology of the nose and

accessory sinuses. In desease of the nose, throat, ear, head and neck.

Ed.14. Ballenger JJ, Lea and Febiger, Philadhelphia, London, 1991)

c. Farynx

Farynnx merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid

(Anatomi dan Fisiologis untuk paramedic. Evelyn Pearce. PT.Gramedia Pustaka

Utama Jakarta. 1993). Farynx berfungsi sebagai katup pembatas antara trakea dan

kerongkongan.

Farynx dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan letaknya, yakni :

Nasofaring (posterior hidung).

Di dalamnya terdapat 2 tuba eustachius yang menghubungkannya dengan

telinga bagian tengah.

Orofaring (posterior mulut)

Dipisahkan dengan nasofaring oleh platum lunak muscular. Di dalam

orofaring terdapat plica glossoepiglotica medial, lateral vallecule

epiglotika dan tonsilla pharynx.

Laringofaring (posterior laring)

Berada mengelilingi esophagus dan laring. Di dalamnya terdapat aditus

laringis dan resesus piriformis.

Gambar 3. Bagian kepala dan leher yang menunjukkan sub-divisi dari faring.

Di dalam faring terdapat 4 tonsilla yakni, tonsilla palatine, tonsilla pharyngica,

tonsilla lingualis, dan tonsilla tubaria.

Di dalam faring terdapat otot-otot faring, antara lain :

Circular/Constri (luar), berfungsi untuk melebarkan dan menyempitkan.

Terdiri dari, Mm. Constructor Pharynx superior, media, dan inferior

Longitudinal (dalam), berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan.

Terdiri dari, Mm. Stylopharynx, Mm. Palatopharynx, dan Mm.

Salpingopharynx.

Gambar 4. Otot-otot penyusun pada faring

d. Larynx

Larynx terletak di bagian terbawah dari farynx yang memisahkan

dari collumna vertebrata,berjalan dari farynx sampai ketinggian vertebrata

servikalis dan masuk ke dalam trachea di bawahnya.Larynx terdiri atas

kepingan tulang rawan yang di ikat bersama oleh ligament dan

membrane,yang terbesar diantaranya adalah tulang rawan tiroid dan di

sebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus yang di kenal sebagai

jakun,yaitu sebelah depan leher. Fungsi laring adalah sebagai katup

saluran pernafasan, penjaga salauran pernafasan, dan juga menghasilkan

suara karena di dalam laring terdapat glottis (pita suara).

Gambar 5. Gambaran eksternal dari laring. (a)anterior (b)anterolateral

Larynx terbagi menjadi dua lempengan:

Lempengan atas terdapat lekukan berupa vena tulang rawan krikoid yang

terletak di bawah tiroid,bentuknya seperti cin-cin mohor dengan mohor

cin-cinnya disebelah belakang.

Lempengan bawah terdapat tulang krawan aritenoid yang menjulang di

sebelah belakang krikoid,dan kanan dan kiri tulang rawan kunci form dan

tulang rawan kornikulata.

(Anatomi dan Fisiologis untuk paramedic. Evelyn Pearce. PT.Gramedia

Pustaka Utama Jakarta. 1993)

Tulang rawan yang ada di laring antara lain :

Hyalin (besar). Antara lain, tulang rawan tiroid, tulang rawan krikoid,

tulang rawan, dan tulang rawan aritenoid.

Elastis (kecil). Antara lain tulang rawan epiglottis, tulang rawan

kuneiform, tulang rawan kornikulata, tulang rawan ujung arifenoid.

Epiglotis pada laring terbagi menjadi 2 berdasarkan letaknya :

Permukaan pharyngeal Permukaan laryngeal

Epitel berlapis pipih tebal Epitel berlapis pipih tipis

Terdapat propria papil Tidak ada propria papil

Tidak ada kelenjar serosa Ada kelenjar serosa

Di bawah epiglottis terdapat 2 pasang lipatan, yakni :

Plika ventribularis Plika Vokalis

Epitel berderet silindris Epitel berlapis pipih

Tidak ada muskulus vokalis Ada muskulus vokalis

Terdapat kelenjar serosa Tidak ada kelenjar serosa

Di antara keduanya terdapat vemtrikulus dr morgagni.

Gambar 6. Gambaran laring yang terlihat dari laringoskopi.

Di dalam laring terdapat 6 cartilago, antara lain :

Cartilago Epiglottis

Cartilago Thyroid

Cartilago Cricoid

Cartilago Arytenoid

Cartilago Conciform

Cartilago Corniculatum

Otot-otot pada laring antara lain :