20
TETANUS A. Konsep Penyakit Pengertian Tetanus Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman clostridium tetanik, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan di ikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka. Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karna mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa yunani yaitu tetenus dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperefleksia menyebapkan trismus (lockjaw), Spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus). Spasme global, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan. Etiologi Tetanus Clostiridim tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabung genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat 1

Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sistem Persarafan

Citation preview

Page 1: Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

TETANUS

A. Konsep Penyakit

Pengertian Tetanus

Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin

kuman clostridium tetanik, bermanisfestasi dengan kejang otot secara

proksimal dan di ikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot

massater dan otot-otot rangka.

Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya

karna mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari

bahasa yunani yaitu tetenus dari teinein yang berarti menegang. Penyakit

ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperefleksia

menyebapkan trismus (lockjaw), Spasme otot umum, melengkungnya

punggung (opistotonus). Spasme global, kejang dan spasme dan paralisis

pernapasan.

Etiologi Tetanus

Clostiridim tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti

penabung genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob.

Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksis (tetanus

spasmin), yang mula-mula akan menyebapkan kejang otot dan saraf

perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani

yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yan salah.

Faktor predisposisi

1. Umur tua atau anak-anak

2. Luka yang dalam dan kotor

3. Belum terimunisasi

Patofisiologi Tetanus

Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat

disebapkan berbagai keadaan antara lain:

1

Page 2: Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

1. Luka tusuk dalam. Misalnya luka tusuk karena paku,kuku,pecahan

kaleng,pisau,cangkul dll.

2. Luka klarena kecelakaan kerja (kena perang, kecelakaan lalu lintas).

3. Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.

Tanda gejala pada tetanus

1. Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari

2. Keteganganotong rahang dan leher(mendadak)

3. Kesukaran membuka mulut (trismus)

4. Kaku kuduk (EPISTOTONUS), Kaku dinding perut dan tulang

belakang

5. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus

Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, di dahului dengan

ketengan otot terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran

membuka mulut (trismus) karena spasme otot massater. Kenjang otot ini

akan berlanjut kekuduk (opistotonus) dinding perut dan sepanjang tulang

belakang. Bila serangan kejang toni sedang berlangsung seriming tampak

risus sardonukus karna spasme otot

Muka dengan gambaran alis tertarik keatas, sudut mulut tertarik

keluar dan kebawa, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang

khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai

dalam ekstrensi lengan kaku dan tangan mengempal biasanya kesadaran

tetap baik.

Serangan timbul proksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara,

cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena

kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin

bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak) kadang

dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir

Komplikasi pada tetanus

1. Bronkopneumoni

2. Asfiksia dan sianosis

2

Page 3: Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

Pemeriksaan penunjang/pemeriksaan diagnostik pada tetanus

1. Pemeriksaan fisik: adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama

pada rahang

2. Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/l, peninggian tekanan otak,

deteksi kuman sulit.

3. Pemeriksaan ECG dapat telihat gambaran aritmia ventrikuler

Penatalaksanaan medik pada tetanus

a. Umum

Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan

harus segera di berikan:

Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobin

tetanus disekitar luka tidak boleh dibrikan IV

Sedativa-terapi relaksan: Thiopental sodium (penthotal sodium)

0,4% IV drip: Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB di berikan

secara IM, IV atau PO Tiap 3-6 jam, Paraldehyde (Panal) 0,5 mg/kg

BB per-im tiap 4-6 jam.

Agen anti cemas: Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap

3-4 jam, dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5

mg/kg BB/24 jam untuk dewasa

Beta-adrenergik bolcker, propanolol, 0,2 mg aliquots, untuk total

dari 2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik,

digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas jantung

Penanggulangan kejang: isolasi penderita pada tempat yang tenang,

kurangi rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemberian

obat penenang

Pemberian penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi) dapat

diganti dengan tetrasiklin untuk membunuh klostirida vegetatif

Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit

Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urin

3

Page 4: Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali

fungsi otot dan ambulasi selama penyembuhan

b. Pembedahan

Problema pernafasan: Trakeostomi(k/p) dipertahankan beberapa

minggu: intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas

Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

A. Identitas klien meliputi :

Nama, alamat, umur, jenis kelamin, status, suku,

B. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Adanya luka parah dan luka bakar dan imunisasi yang tidak

adekuat

b. Riwayat kesehatan dahulu

Klien perna mengalami kejang sewaktu kecil

c. Riwayat kesehatan keluarga

mempunyai penyakit yang sama dengan dirinya

C. Pemeriksaan fisik

1. Sistem pernapasan: dyspnea asfiksia dan sianosis akibat kontraksi

otot pernapasan

2. Sistem kardiovaskuler:disritmia,takikardi hipertensi dan

pendarahan, suhu tubuh awalnya 38-40

3. Sistem neurologis: irritabillity (awal), kelemahan, konvulsi(ahir),

kelumpuhan satu atau beberapa saraf otak

4. Sistem perkemihan: retensi urin (distensi kandung kemih dan urin

output tidak ada/oliguria

5. Sistem pencernaan: konstipasi akibat tidak ada pergerakan usus

6. Sistem integument dan muskuloskletal: nyeri kesemutan pada

tempat luka, berkeringatan, pada awalnya didahului trismus,

4

Page 5: Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

spasme otot muka dengan peningkatan kontraksi alis mata, otot

kaku dan kesulitan menelan.

7. Apabila hal ini berlanjut terus maka akan terjadi status konvulsi

dan kejang umum. (Marlyn Doengoes, nursing care plan, 1993

D. Pola aktifitas sehari-hari

1. Nutrisi

Kebiasaan:

Pola makan

- Frekuensi makan : 3-4 kali sehari

- nafsu makan : baik

- makanan pantangan : tidak ada

Perubahan setelah sakit :

Klien mengatakan kurang nafsu makan dan kadang muntah

Porsi makan tidak dihabiskan

BB menurun

2. Eliminasi

Kebiasaan:

- BAB (buang air besar)

- frekuensi : 2-3 kali sehari

- warna : kuning

- konsistensi: padat

Perubahan selama sakit tidak ada

- BAK

- Frekuensi : 4 kali 5 kali sehari

- Selama sakit frekuensi 3-4 kali sehari

3. Istrahat dan tidur

- Klien bisa tidur malam nyenyak dan tidak sering terbangun tengah

malam

- Perubahan selama sakit, klien mengatakan tidak bisa tiddur seperti biasa

5

Page 6: Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

4. Hygine

Kebiasan:

- Klien dapat mandi sendiri setiap hari

- Perubahan selama sakit : klien mengatakan jarang mandi

4. Aspek psikososial

a. Pola pikir

Klien keluarganya telah mengetahui tentang perawatan dirinya selama

di rumah sakit, diruma, dan keluarganya mengharapkan klien sembuh

dari penyakitnya

b. Konsep diri

- Gambaran diri

Klien mengalami perubahan BB, oleh karena itu klien merasa sangat

terganggu dengan keadaanya saat ini

- Ideal diri

Klien ingin penyakitnya lekas sembuh

- Harga diri

Klien merasa minder dengan keaadan fisiknya saat ini

- Identitas diri

Klien adalah anggota keluarga kandung

d. Hubungan kmunikasi

Interaksi klien dengan keluarga dan lingkungan sekitar kurang

begitu baik karena klien merasa minder dengan keadaanya

2. Diagnosa keperawatan

1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan penumpukan

sputum pada trakea dan spasme otot pernapasan

2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu

akibat spasme otot-otot pernapasan

3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efek

toksin (bakterimia)

4. Perubahan nutrisi, kuranng dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kekakuan otot pengunyah

6

Page 7: Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

5. Hubungan interpersonal targangu berhubungan dengan kesulitan

bicara

6. Gangguan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi

lemah dan sering kejang

7. Resiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

berhubungan dengan intake yang kurang dan oliguria

8. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang

9. Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit

tetanus dan penanggulangannya berhuhubungan dengan

kurangnya informasi

10.Kurangnya kebutuhan istrahat berhubungan dengan sering kejang

3. Perencanaan

Dx. 1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan sputum pada trakea dan spasme otot pernapasan, ditandai

dengan ronchi, batuk tidak efektif disertai dengan sputum atau lendir.

Tujuan : jalan nafas efektif

Kritia :

- Klien tidak sesak, lendir atau sleam tidak ada

- Pernafasan 16-18 kali/menit

NO Interfensi Rasional

1 Bebaskan jalan napas dengan

mengatur posisi kepala ekstensi

Secara anatomi posisi kepala ekstensi

kepala ekstensi merupakan cara untuk

meluruskan rongga pernapasan sehingga

proses respirasi tetap berjalan lancar

dengan menyingkirkan pembuatan jalan

nafas.

2 Pemeriksaan fisik dengan cara

auskultasi mendengarkan suara

nafan (adakah ronchi) tiap 2-4

jam sekali

Ronchi menunjukan adanya ganguan

pernapasan akibat atas cairan atau sekret

yang menutupi sebagian dari saluran

pernafasan sehingga perlu dikeluarkan

untuk mengoptimalkan jalan nafas.

7

Page 8: Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

3 Bersihkan mulut daqn saluran

nafas dari sekret dan lendir

dengan melakukan suction

Sunction merupakan tindakan bantuan

untuk mengeluarkan secret sehingga

mempermudah proses respirasi.

4 Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat dapat

menswuplai dan memberikan cadangan

oksigen , sehingga mencegah terjadinya

hipoksia.

5 Observasi tanda-tanda vital

tiap2 jam

Dyspeneu, sianosis merupakan tanda

terjadinya ganguan nafas disertai dengan

kerja jantung yang menurun timbul

takikardi dan capilary refill time yang

memanjang /lama.

6

7

Observasi timbulnya gagal

nafas

Kolaborasi dalam pemberian

obat pengencer sekresi

(mukolitik)

Ketidakmampuan tubuh dalam proses

respirasi di perlukan intervensi yang

kritis dengan menggunakan alat bantu

pernapasan (mekanical ventilation)

Obat mukolitik dapat mengencerkan

sekret yang kental sehingga

mempermudah pengeluaran dan

mencegah kekentalan

DX 2. Gangguan pada nafas berhubungan dengan jalan napas terganggu akibat

spasme otot-otot pernapasan, yang ditandai dengan kejang rangsang, kontraksi

otot-ototn pernapasan, adanya lendir dan sekret yang menumpuk

T ujuan : Pola nafas teratur dan normal

Kriteria :

Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuhan oksigen

Tidak sesak, pernapasan normal 16-18 kali/menit

Tidak sianosis

8

Page 9: Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

No Intervensi Rasionsal

1 Monitor irama pernapasan dan

respirasi rate

Indikasi adanya penyimpangan atau

kelainan dari pernapasan dapat di lihat

dari frekuensi, jenis pernapasan, dan

irama nafas

2 Atur posisi luruskan jalan nafas Jalan nafas yang longgar dan tidak ada

sumbatan proses respirasi dapat

berjalan dengan lancar

3 Obserfasi tanda dan gejala sianosis Sianosis merupakan salah satu tanda

manifestasi ketidakadekuatan suplay

o2 pada jaringan tubuh perifer

4 Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat

dapat mensuplai dan memberikan

cadangan oksigen, sehingga mencegah

terjadinya hipoksia

5 Observasi tanda-tanda vital tiap 2

jam

Dyspneu, sianosis merupakan tanda

terjadinya gangguan nafa di sertai

dengan kerja jantung yang menurun

dan timbul takikardia dan capylari

refill time yang memanjang lama

6 Observasi timbulnya gagal nafas Ketidak mampuan tubuh dalam proses

respirasi di perlukan intervensi yang

kritis dengan menggunakan alat bantu

pernafasan

7 Kolaborasi dalam pemeriksaan

analisa gas darah

Kompensasi tubuh terhadap gangguan

proses difusi dan perfusi jaringan.

Dx.3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efek toksinyang

di tandai dengan suhu tubuh 38-40 c, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari⁰

10.000/mm3

Tujuan suhu tubuh normal

Kriteria : 36-37 c, hasil leb sel darah putih(leukosit) antara 5.000-10.000/mm3⁰

9

Page 10: Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

No Intervensi Rasional

1 Atur suhu lingkungan yang

nyaman.

Iklim lingkungan dapat mempengaruhi

kondisi dan suhu tubuh individu

sebagai suatu proses adaptasi melalui

proses evaporasi dan konveksi

2 Pantau suhu tubuh tiap 2 jam Identifikasi perkembangan gejala-

gejala kearah syok

3 Berikan hidrasi atau minuman

yang cukup adequat

Cairan-cairan membantu menyegarkan

badan dan merupakan kompresi badan

dari dalam

4 Lakukan tindakan tekni aseptik

dan antiseptik pada perawatan

luka

Perawatan luka mengeliminas

kemungkinan toksin yang masih berada

di sekitar luka

5 Berikan kompres dingin bila tidak

terjadi eksternal rangsangan

kejang

Kompres dingin merupakan salah satu

cara untuk menurunkan suhu tubuh

dengan ara proses konduksi

6 Laksanakan program pengobatan

antibiotik dan antipieretik

Obat-obat antibakterial dapat

mempunyai spektrum luas untuk

mengobati bakteri gram positif atau

bakteri gram negatif. Antipieretik

bekerja sebagai proses termoregulasi

untuk mengantisipasi panas

7 Kolaboratif dalam pemeriksaan

lab leukosit

Hasil pemeriksaan leukosit yang

meningkat lebih dari 10.000 /mm3

mengidentifikasikan adanya infeksi dan

untuk mengikuti perkembangan

pengobatan yang di programkan

10

Page 11: Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

Dx.4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan

kekakuan otot pengunyah yang ditantai dengan intake kurang, makanan dan

minuman yang masuk lewat mulut kembali lagi dapat melalui hidung dan berat

badan menurun beserta hasil pemeriksaan protein atau albumin kurang dari 3,5

mg%

Tujuan kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria :

- BB optimal

- Intake adequat

- Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg%

NO Intervensi Rasional

1 Jelaskan faktor yang

mempengaruhi kesulitan dalam

makan dan pentingnya makanan

bagi tubuh

Dampak dari tetanus adalah adanya

kekakuan dari otot pengunyah

sehingga klien mengalami kesulitan

menelan dan kadang timbul reflek

balik atau kesendak. Dengan tingkat

pengetahuan yang adequat diharapkan

klien dapat berpartipasif dan koperatif

dalam program diit

2 Kolaboratif :

Pemberian diit TKTP cair, lunak

atau bubur kasar

Diit yang di berikan sesuai dengan

keadaan klien dari tingkat membuka

mulut dan proses mengunyah

Pemberian cairan per IV line Pemberian cairan per infus di berikan

pada klien dengan ketidakmampuan

mengunyah atau tidak bisa makan

lewat mulut sehingga kebutuhan

nutrisi terpenuhi

Pemasangan NGT bila perlu NGT dapat berfungsi sebagai

masuknya makanan juga untuk

11

Page 12: Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

Dx.5. Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejang.

Tujuan : Cedera tidak terjadi.

Kriteria :

- Klien tidak ada cedera

- Tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengaman

NO Intervensi Rasional

1 Identifikasi dan hindari faktor

pencetus

Menghindari kemungkinan terjadinya

cedera akibat dari stimulus kejang

2 Tempatkan pasien pada tempat

tidur pada pasien yang memeakai

pengaman

Menurunkan kemungkinan adanya

trauma jika terjadi kejang

3 Sediakan disamping tempat tidur Antisipasi dini pertolongan kejang

akan mengurangi resiko yang dapat

memperberat kondisi klien

4 Lindungi pasien pada saat kejang Mencegah terjadinya bantuan/trauma

yang memungkinkan terjadinya cedera

fisik

5 Catat penyebap mulai terjadinya

kejang

Pendokumentasian yang akurat,

memudahkan pengontrolan dan

identifikasi kejang

Dx.6. Defenisi folume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adequat.

Tujuan : Anak tidak memperlihatkan kekurangan volume cairan.

Kriteria :

- Membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

NO Intervesi Rasional

1 Kaji intake dan out put setiap 24

jam

Memberikan informasi tentang status

caira/volume sirkulasi dan kebutuhan

penggantian

2 Kaji tanda-tanda dehidrasi,

membran mukosa, dan turgor kulit

setiap 24 jam

Indikator keadekuatan sirkulasi perifer

dan hidrasi seluler

12

Page 13: Bahaan Untuk SAK Pasien Dengan TETANUS

3 Berikan dan pertahankan intake

oral dan parenteral sesuai indikasi

(infus 12 tts NGT 40 cc/4 jam)

dan di sesuakan dengan

perkembangan kondisi pasien

Mempertahankan kebutuhan cairan

tubuh

4 Monitor berat jenis urine dan

pengeluaranya

Mempertahankan intake nutrisi untuk

kebutuhan tubuh

6 Pertahankan kepatenan NGT Penurunan keluaran urine pekat dan

peningkatan berat jenis urine di duga

dehidrasi/peningkatan kebutuhan

cairan

13