Bahan Batu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mmm

Citation preview

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    1/29

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman

    Babilonia dan Mesir kuno dengandiketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu

    saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistemkaliks ginjal,

    pielum, ureter, buli-buli dan uretra.

    Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau

    memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada

    batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel

    uretra.

    Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara

    berkembang banyak ditemukan batu buli-bulisedangkan di negara maju lebih banyak

    dijumpai batu saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi

    statusgizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari.

    Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu

    salurankemih.Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan

    gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi salurankemih, dehidrasi dan keadaan-

    keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).

    1.2 Tujuan

    1. Memahami pengertian, penyebab, jenis, serta tanda dan gejala yang muncul pada penyakit

    Batu Ginjal.

    2. Menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja untuk perawatan pasien

    penderita Batu Ginjal.

    3. Menguraikan prosedur perawatan yang digunakan untuk pasien penderita Batu Ginjal.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 PENGERTIAN

    Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada

    ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan.

    Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di

    suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin.

    Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter

    dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang

    berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh sepertiteh atau merah.

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    2/29

    (brunner and suddatrh, 2002: 1460).

    Urolithiasis adalah :

    Pembentukan batu (calculus) dalam saluran kemih.

    Keadaan penyakit yang berhubungan dengan adanya batu dalam saluran kemih.

    Batu atau kalkuli dibentuk didalam saluran kemih mulai dari ginjal kekandung kemih oleh

    kristalisasi dari substansi ekskresi didalam urine. Urolithiasis merujik pada adanya batu

    dalam sitem perkemihan. Sebanyak 60% kandungan batu ginjal terdiri atas kalsium oksalat,

    asam urat, magnesium, ammonium dan fosfat atau gelembung asam amino.

    2.2 ANATOMI FISIOLOGI GINJAL

    Sistem perkemihan

    Sistem urinari adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin.

    Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot

    sphincter, dan uretra.

    a. Ginjal

    Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakangn peritoneum pada kedua

    sisi vertebra lumbalis melekat langsung pada dinding abdomen.

    Fungsi ginjal :

    mengeluarkan zat toksik/ racun

    keseimbangan cairan

    keseimbangan asam basa

    mengeluarkan sisa metabolism (ureum, kreatin dll)

    b. Ureter

    Terdiri dari 2 pipa yang masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih.

    Lapisan dinding ureter terdiri dari :

    lapisan luar (jaringan ikat/ fibrosa)

    lapisan tengah (otot polos)

    Lapisan dinding ureter terjadi gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang mendorong urine

    melalui ureter.

    c. Vesika Urinaria

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    3/29

    Sebuah kantung dengan otot yang mulus dan berfungsi sebagai penampung air seni yang

    berubah-ubah jumlahnya karena kandung kemih dapat mengembang dan mengempis.

    Proses miksi:

    Distensi kandung kemih ( 250 cc) reflek kontraksi dinding kandung kemih relaksasispinkter internus relaksasi spinkter eksternus pengosongan kandung kemih.

    Kontraksi kandung kemih dan relaksasai spinkter dihantarakan melalui serabut saraf

    simpatis.

    Persarafan vesika urinaria diatur torakolumbal dan kranial dari sistem saraf otonom.

    d. Ureter

    Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih.

    Berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

    Dalam anatomi, uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan

    luar tubuh.Uretra berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih atau ekskresi

    dan sistem seksual.

    Pada pria, berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani.

    e. Fungsi Homeostasis ginjal

    Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah. Ginjalmempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melaluin pertukaran ion hidronium dan

    hidroksil.

    Akibatnya, urin yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.

    Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis yangn melibatkan

    aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi.

    Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau kekurangan air akan

    segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan

    umpan balik negative.

    Kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik (vasopresin, untuk menekan sekresi air)

    sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya konsentrasi

    cairan jaringan akan kembali menjadi 98%.

    2.3 ETIOLOGI

    Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran

    urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang

    masih belum terungkap (idiopatik).

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    4/29

    Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran

    kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

    Faktor intrinsik, meliputi :

    a. Herediter : diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.

    b. Umur : paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

    c. Jenis kelamin : jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

    Faktor ekstrinsik, meliputi:

    a. Geografi, pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada

    daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).

    b. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat

    meningkatkan insiden batu saluran kemih.

    c. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.

    d. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau

    kurang aktivitas fisik (sedentary life).

    Teori Terbentuknya Urolithiasis atau Batu Ginjal

    1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu

    (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendapdi dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa

    kristal atau benda asing saluran kemih.

    2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum atau protein urine (albumin, globulin

    dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.

    3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk

    kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida.

    Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu

    dalam saluran kemih.

    Komposisi batu

    Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam

    urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi

    batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.

    a. Batu Kalsium

    Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar

    75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:

    Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karenapeningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    5/29

    reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi

    tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.

    Hiperoksaluria : Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada

    pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh ,kopi

    instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.

    Hiperurikosuria : Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine

    dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat.

    Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari

    metabolisme endogen.

    Hipositraturia : Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat

    sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat.

    Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom

    malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.

    Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat

    timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat

    menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat

    b. Batu Struvit

    Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh

    adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea

    (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas danStafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa

    melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam

    magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat

    (MAP) dan karbonat apatit.

    c. Batu Urat

    Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh

    penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik

    (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein

    mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhiterbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH kurang dari 6, volume urine

    kurang dari 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria).

    2.4 PATOFISIOLOGI

    Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Batu terbentuk ketika

    konsentrasi supstansi seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat meningkat. Batu

    juga dapat terbentuk ketika difisiensi supstrats tertentu. Seperti sitrat yang secara normal

    mencegah kristalisasi dalam urine, serta status cairan pasien.

    Infeksi, stasis urine, serta drainase renal yang lambat dan perubahan metabolic kalsium,hiperparatiroid, malignansi, penyakit granulo matosa (sarkoldosis, tuberculosis), masukan

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    6/29

    vitamin D berlebih merupakan penyebab dari hiperkalsemia dan mendasari pembentukan

    batu kalsium. Batu asam urat dapat dijumpai pada penyakit Gout.

    Batu struvit mengacu pada batu infeksi, terbentuk dalam urine kaya ammonia alkalin

    persisten akibat uti kronik. Batu urinarius dapat terjadi pada inflamasi usus atau ileostomi.

    Batu sistin terjadi pada pasien yang mengalami penurunan efek absorbsi sistin (asamammonia) turunan.

    2.5 GAMBARAN KLINIK DAN DIAGNOSIS

    Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang

    telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-

    vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal

    ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didapatkan demam atau menggigil.

    Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-

    kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya adanya

    pertumbuhan kuman pemecah urea.

    Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal

    dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV.

    Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya batu salran

    kemih (kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam darah dan urine).

    Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-opak dan

    paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen).

    http://wiriblog.files.wordpress.com/2012/01/3.png
  • 5/19/2018 Bahan Batu

    7/29

    Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi

    ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang tidak

    tampak pada foto polos abdomen.

    Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV seperti pada

    keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada pregnansi. Pemeriksaan ini dapatmenilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai echoic shadow), hidronefrosis,

    pionefrosis atau pengkerutan ginjal.

    2.6 PENATALAKSANAAN

    Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar

    tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat.

    Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi,

    infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa,

    dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau

    pembedahan terbuka.

    2.6 PENCEGAHAN

    Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya mencegah

    timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau

    kambuh >50% dalam 10 tahun.

    Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat.

    Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:

    a. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari.3.

    b. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu.

    c. Aktivitas harian yang cukup.

    d. Medikamentosa

    Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:

    a. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan

    suasana urine menjadi lebih asam.

    b. Rendah oksalat.

    b. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria.

    c. Rendah purin.

    d. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II.

    2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    8/29

    Urinalisa: warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah; secara umummenunjukan SDM,

    SDP, kristar (sistin, asam urat, kalsium oksalat), serpihan, mineral, bakteri, pus; pH mungkin

    asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat

    amonium, atau bau kalsium fosfat).

    Urine (24 jam):kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat.

    Kultur urin: mungkin menunjukan ISK (Stapilococus aureus, proteus, klebsiela,

    pseudomonas)

    Survey biokimia: peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein,

    elektrolit.

    BUN/ Kreatinin Serum Urine: abnormal (tinggi padsa serum/redah pada urine) sekunder

    terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

    Kadar klorida dan bikarbonat serum: peninggian kadar klorida dan penurunan kadar

    bikarbonat menunjukan adanya asidosis tubulus ginjal.

    Hitung darah lengkap: SDP mungkin meningkat menunjukan infeksi/septikemia.

    SDM: biasanya normal.

    Hb/Ht: abnormal jika pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong presipitasi

    pemadatan) atau anemia (pendarahan, disfungsi/gagal ginjal)

    Hormon paratiroid: mungkin meningkat jika ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsikalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).

    Foto rontgen KUB: menunjukkan adanya kalkuli dan/atau perubahan anatomik pada area

    ginjal dan sepanjang ureter.

    IVP: memberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau

    panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter) dan garis bentuk

    kalkuli.

    Sisteureterokopi: visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu

    dan/atau efek obstruksi.

    CT Scan: mengidentifikasi/menggambarkan kalkuli dan massa lain; ginjal, ureter dan distensi

    kandunng kemih.

    Ultrasound ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

    2.8 KOMPLIKASI

    a. Obstruksi urin dapat teerjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di saluran

    kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter

    membengkak oleh urin. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atastempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    9/29

    ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat

    memekatkan urine sehingga terjadi ketidak seimbangan elektrolit dan cairan.

    b. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidristatik interstisium. Obstruksi yang tidak

    diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kepiler sehingga terjadi iskemia nefron

    karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jka kedua ginjal terserang.

    c. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine, kemungkinan infeksi bakteri meningkat.

    d. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang.

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    3.1 PENGKAJIAN

    Aktivitas / istirahat

    Gejala: Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu

    tinggi.

    Keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.

    Sirkulasi

    Tanda:peningkatan tekanan darah/nadi. Kulit hangat dan kemerahan, pucat.

    Eliminasi

    Gejala: Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya.

    Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh.

    Rasa terbakar, dorongan berkemih.

    Tanda: oliguria, hematuria, piuria.

    Perubahan pola berkemih

    Makanan / cairan

    Gejala: Mual/muntah, nyeri tekan abdomen.

    Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan/atau fosfat.

    Tanda: distensi abdominal, penurunan adanya bising usus, muntah.

    Nyeri/kenyamanan

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    10/29

    Gejala:Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada

    panggul di regio sudut kostovertebral; dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun ke

    lipat paha/genitalia. Nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus

    ginjal.

    Tanda: Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakanlain.

    Melindungi; perilaku distraksi.

    Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.

    Keamanan

    Gejala: penggunaan alkohol.

    Demam, menggigil.

    Penyuluhan/pembelajaran

    Gejala:Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronik.

    Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya.

    Penggunaan antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid,

    pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

    3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Nyeri akut

    Dapat dihubungkan dengan:

    Peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral.

    Trauma.

    Kemungkinan penyebab:

    Keluhan nyeri kolik.

    Perilaku melindungi/distraksi, gelisah, merintih, fokus pada diri sendiri, tegangan otot.

    Respons otonomik.

    Kriteria evaluasi:

    Pasien akan:

    Melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol.

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    11/29

    Tampak rileks, mampu tidur atau istirahat dengan tepat.

    Intervensi Rasional

    Mandiri

    1. Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10)dan penyebaran. Perhatikan tanda non-verbal,

    contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah,

    merintih, menggelepar.

    2. Jelaskan penyebab nyeri dan petingnya

    melaporkan ke staf terhadap perubahan

    kejadian/karakteristik nyeri.

    3. Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan

    punggung, lingkungan istirahat.

    4. Bantu atau dorong penggunaan nafas

    berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas

    terapeutik.

    5. Dorong/bantu dengan ambulasi sering sesuai

    indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan

    sedikitnya 3-4 liter per hari dalam toleransi

    antung.

    6. Perhatikan keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen.

    Kolaborasi

    7. Berikan obat sesuai indikasi:

    Narkotik,contoh meperidin (demerol),

    morfin.

    Antispasmodik, contoh flavoksat (uripas),

    oksibutin.

    Korikosteroid.

    8. Berikan kompres hangat pada punggung.

    9. Pertahankan patensi kateter bila digunakan.

    1. Membantu mengevaluasi tempat obstruksi

    dan kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri

    panggul sering menyebar ke punggung, lipatpaha, genitalia sehubungan dengan

    proksimitas saraf pleksus dan pembuluh

    darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-

    tiba dan hebat dapat mencetuskan ketakutan,

    gelisah, ansietas berat.

    2. Memberikan kesempatan untuk pemberiananalgesik sesuai waktu (membantu dalam

    meningkatkan kemampuan koping pasien dan

    dapat menurunkan ansietas) dan

    mewaspadakan staf akan kemungkinan

    lewatnya batu/terjadi komplikasi.

    Penghentian tiba-tiba nyeri biasanya

    menunjukkan lewatnya batu.

    3. Meningkatkan relaksasi, menurunkan

    tegangan otot dan memningkatkan koping.

    4. Mengarahkan kembali perhatian dan

    membantu dalam relaksasi otot.

    5. Hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu,

    mencegah statis urine dan membantu

    mencegah pembentukan batu selanjutnya.

    6. Obstruksi lengkap ureter dapat

    menyebabkan perforasi dan ekstravasasi

    urine ke dalam area parineal. Ini

    membutuhkan kedaruratan bedah akut.

    7.

    Biasanya diberikan selama episode akut

    untuk mrnurunkan kolik uretral dan

    meningkatkan relaksasi otot.

    Meurunkan refleks spasme dapat

    menurunkan kolik dan nyeri.

    Mungkin digunakan untuk memnurunkan

    edema jaringan untuk membantu gerakan

    batu.

    8. Menghilangkan tegangan otot dan dapat

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    12/29

    menurunkan refleks spasme.

    9. Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan

    resiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi.

    2. Perubahan eliminasi urin

    Dapat dihubungkan dengan:

    Stimulasi kandung kemih oleh batu.

    Obstruksi mekanik, inflamasi.

    Kemunngkinan dibuktikan oleh:

    Urgensi dan frekuensi; oliguria (retensi)

    Hematuria.

    Kriteria evaluasi:

    Pasien akan:

    Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya.

    Tidak mengalami tanda obstruksi.

    Intervensi Rasional

    Mandiri

    1. Tentukan pola berkemih normal pasien danperhatikan variasi.

    2. Dorong meningkatkan pemasukan cairan.

    3. Periksa semua urine. Catat adanya keluaran

    batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa.

    4. Selidiki keluhan kandung kemih penuh;

    palpasi untuk distensi suprapubik. Perhatikan

    penurunan keluaran urine, adanya edema

    periorbital/tergantung.

    Kolaborasi

    5. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh

    elektrolit, BUN, kreatinin.

    1. Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas

    saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan

    berkemih segera. Biasanya frekuensi dan

    urgensi meningkat bila kalkulus mendekati

    pertemuan uretrovesikal.

    2. Peningkatan dehidrasi membilas bakteri,

    darah, dan debris dan dapat membantu

    lewatnya batu.

    3. Penemuan batu memungkinkan

    identifikasi tipe batu dan mempengaruhi

    pilihan terapi.

    4. Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan

    distensi jaringan (kandunng kemih/ginjal)

    dan potensial resiko infeksi, gagal ginjal.

    5. Peninggian BUN, kreatini dan elektrolit

    mengindikasikan disfungsi ginjal.

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    13/29

    6. Ambil urin untuk kultur dan sensitivitas.

    7. Berikan obat sesuai indikasi, contoh:

    Asetazolamid (diamox), alupurinol

    (ziloprim).

    Hidroklorotiazid (esidrix, hidroiuril),

    klotalidon (higroton).

    Amonium klorida: kalium atau natrium

    fosfat.

    Agen antigout, contoh alupurinol (ziloprim).

    Antibiotik.

    Natrium bikarbonat.

    Asam askorbat.

    8. Pertahankan patensi kateter tak menetap

    (ureteral, uretral, atau nefrostomi) bila

    menggunakan.

    9. Irigasi dengan asam atau larutan alkallin

    sesuai indikasi.

    10. Siapkan pasien/bantu untuk prosedur

    endoskopi.

    Kolaborasi

    11. Stents ureteral.

    6. Menentukan adanya ISK, yang menjadi

    penyebab atau gejala komplikasi.

    7.

    Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untukmenurunkan pembentukan batu asam.

    Mungkin digunakan untuk mencegah statis

    urine dan menurunkan pembentukan batu

    kalsium bila tidak berhubungan dengan

    proses penyakit dasar seperti hipertiroidisme

    primer atau abnormalitas vitamin D.

    Menurunkan pembentukan batu fosfat.

    Menurunkan produksi asam urat/ potensial

    pembentukan batu.

    Adanya ISK/alkalin urine potensial

    pembentukan batu.

    Mengganti kehilangan yang tidak dapat

    diatasi selama pembuangan bikarbonat

    dan/atau alkalinasi urine dapat menurunkan

    atau mencegah pembentukan beberapa

    kalkuli.

    Mengasamkan urine untuk mencegah

    berulangnya pembentukan batu alkalin.

    8. Mungkin diperlukan untuk membantu

    aliran urine/mencegah retensi dan

    komplikasi.

    9. Mengubah pH urine dapat membantu

    pelarutan batu dan mencegah pembentukan

    batu selanjutnya.

    10. Kalkulus pada ureter distal dan tengah

    mungkin digerakan oleh sistokop endoskopi

    dengan penangkapan batu dalam kantung

    kateter.

    11. Kateter diposisikan diatas batu untuk

    meningkatkan dilatasi uretra/lewatnya batu.

    Irigari kontinu atau intermiten dapat

    dilakukan untuk membilas ureter dan

    mempertahankan pH urine.

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    14/29

    3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

    Faktor resiko meliputi:

    Mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvik umum dari ginjal atau kolik uretral)

    Diuresis pascaobstruksi.

    Kriteria evaluasi:

    Pasien akan:

    Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil dan berat

    badan dalam rentang normal, nadi perifer normal, membran mukosa lembab, turgor kulit

    baik.

    Intervensi Rasional

    Mandiri

    1. Awasi pemasukan dan pengeluaran dankarakteristik urine.

    2. Catat insiden muntah, diare. Perhatikan

    karakteristik dan frekuensi muntah dan diare,

    uga kejadian yang menyertai atau

    mencetuskan.

    3. Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4

    liter per hari dalam toleransi jantung.

    4. Awsi tanda vital. Evaluasi nadi, TD,

    turgor kulit dan membran mukosa.

    5. Timbang berat badan setiap hari.

    Kolaborasi

    6. Awasi Hb/Ht, elektrolit.

    7. Berikan cairan IV.

    8. Berikan diet tepat, cairan jernih, makanan

    lembut sesuai toleransi.

    9. Berikan obat sesuai indikasi: antiemetik,

    contoh proklorperazin.

    1. Memberikan informasi tentanng fungsi

    ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi

    dan pendarahan. Pendarahan dapat

    mengindikasikan peningkatan obstruksi atau

    iritasi ureter.

    2. Mual/muntah dan diare secara umum

    berhubungan dengan kolik ginjal karena

    saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan

    lambung. Pencatatan dapat membantumengesampingkan kejadian abdominal lain

    yang menyebabkan nyeri atau menunjukan

    kalkulus.

    3. Mempertahankan keseimbangan cairan

    untuk homeostasis juga tindakan mencuci

    yang dapat membilas batu keluar. Dehidraasi

    dan ketidakseimbangan elektrolit dapat

    terjadi sekunder terhadap kehilangan cairan

    berlebihan (muntah dan diare)

    4. Indikator hodrasi/volume sirkulasi dan

    kebutuhan intervensi.

    5. Peningkatan berat badan yang cepat

    mungkin berhubungan dengan retensi.

    6. Mengkaji hidrasi dan keefektifan/

    kebutuhan intervensi.

    7. Mempertahankan volume sirkulasi (bila

    pemasukan oral tidak cukup) meningkatkan

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    15/29

    fungsi ginjal.

    8. Makanan mudah cerna menurunkan

    aktivitas GI/iritasi dan membantu

    mempertahankan cairan dan keseimbangan

    nutrisi.

    9. Menurunkan mual/muntah.

    4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

    Dapat dihubungkan dengan:

    Kuranng terpajan/mengingat; salah interpretasi informasi

    Tidak mengenal sumber informasi.

    Kemungkinan dibuktikan oleh:

    Pertanyaan, meminta informasi, pernyataan salah konsepsi.

    Menyatakan masalah.

    Tidak akurat mengikuti instruksi/terjadiya komplikasi yang dapat dicegah.

    Kriteria evaluasi:

    Pasien akan:

    Menyatakan pemahaman proses penyakit.

    Menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.

    Melakukan perubahan perilaku yang perlu dan berpartisipasi dalam program pengobatan

    Intervensi Rasional

    Mandiri

    1. Kaji ulang proses penyakit dan harapan

    masa datang.

    2. Tekankan pentingnya peningkatan

    pemasukan cairan, contoh 3-4 liter per hari.

    Dorong pasien untuk melaporkan mulut

    kering, diuresis berlebihan/ berkeringat dan

    untuk meningkatkan pemasukan cairan baik

    bila haus atau tidak.

    1. Memberikan pengetahuan dasar dimana

    pasien dapat membuat pilihan berdasarkan

    informasi.

    2. Pembilasan sistem ginjal menurunkan

    kesempatan stasis ginjal dan pembentukan

    batu. Peningkatan kehilangan

    cairan/dehidrasi memerlukan pemasukan

    tambahan dalam kebutuhan sehari-hari.

    3. Diet tergantung pada tipe batu.

    Pemahaman alasan pembatasanmemnerikan kesempatan pada pasien

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    16/29

    3. Kaji ulang program diet, sesuai individual.

    4. Diet rendah purin, contoh membatasi

    daging berlemak, kalkun, tumbuhan polong,

    gandum, alkohol.

    5. Diet rendah kalsium, contoh membatasi

    susu, keju, sayur berdaun hijau, yogurt.

    6. Diet rendah oksalat, contoh pembatasan

    coklat, minuman mengandung kafein, bayam.

    7. Diet rendah kalsium/fosfat dengan jeli

    karbonat aluminium 30-40 ml, 30 menit per

    am.

    8. Diskusikan program obat-obatan, hindari

    obat yang dijual bebas dan membaca semua

    lebel produk/kandungan dalam makanan.

    9. Mendengar dengan aktif tentang program

    terapi/perubahan pola hidup.

    10. Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan

    evaluasi medik contoh nyeri berulanng,

    hematuria, oliguria.

    11. Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap

    insisi/kateter bila ada.

    membuat pilihan informasi, meningkatkan

    kerja sama dalam program dan dapat

    mencegah kekambuhan.

    4. Menurunkan pemasukan oral terhadap

    prekursor asam urat.

    5. Menurunkan resiko pembentukan batu

    kalsium.

    6. Manurunkan pembentukan batu kalsium

    oksalat.

    7. Mencegah kalkulus fosfat dengan

    membentuk presipitat yang tak larut dalam

    traktus GI, mengurangi beban nefron

    ginjal. Juga efektif melawan bentuk

    kalkulus kalsium lain.

    8. Obat-obatan digunakan untuk

    mengasamkan atau mengalkalikan urine,

    tergantung pada penyebab dasar

    pembentukan batu. Makan produk yang

    mengandunng bahan yang

    dikontraindikasikan secara individu

    (contoh kalsium fosfat) potensial

    pembentukan obat ulang.

    9. Membantu pasien bekerja melalui

    perasaan dan meningkatkan rasa kontrol

    terhadap apa yang terjadi.

    10. Dengan peningkatan kemungkinan

    berulanngnya batu, intervensi segera

    mencegah komplikasi serius.

    11. Meningkatkan kemampuan perawatan

    diri dan kemandirian.

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 KESIMPULAN

    Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada

    ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan.

    Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di

    suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin.

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    17/29

    Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter

    dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal.

    Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine

    berwarna keruh seperti teh atau merah.

    4.2 SARAN

    Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat membuat laporan

    kasus yang sesuai dan dapat menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan pengetahuan dan

    keterampilan yang dimiliki.

    DAFTAR PUSTAKA

    Doenges Marlyn (2000),Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

    Price & Wilson (1995),Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,

    Jakarta

    Purnomo, BB ( 2000),Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta

    Corwin J. Elizabeth (2009),Buku Saku Patofisiologi, Ed 3, ECG, Jakarta

    Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    18/29

    Askep Urolithiasis

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejakzaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih

    mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari

    sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di

    ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di

    saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli

    karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.

    Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,

    infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan

    merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.

    Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di

    negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih

    banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini

    dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di

    seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.

    Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan

    gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan

    keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).Secara epidemiologis

    http://1.bp.blogspot.com/-pjQv9MS1sYI/T6v2cSpcn0I/AAAAAAAAABE/_0uf_vjAAfU/s1600/images+(2).jpg
  • 5/19/2018 Bahan Batu

    19/29

    terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang

    dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    1. Apa yang dimaksud dengan Urolithiasis?

    2. Apa yang menyebabkan Urolithiasis?

    3. Bagaimana manifestasi klinik Urolithiasis?

    4. Bagaimana patofisisologi Urolithiasis?

    5. Bagaimana komplikasi Urolithiasis ?

    6. Bagaimana cara penatalaksanaan urolithiasis?

    7. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita urolithiasis ?

    1.3 TUJUAN PENULISAN

    1 Untuk mengetahui defenisi Urolithiasis

    2 Untuk mengetahui etiologi Urolithiasis

    3 Untuk mengetahui manifestasi klinik Urolithiasis

    4 Untuk mengetahui patofisisologi Urolithiasis

    6 Untuk mengetahui komplikasi Urolithiasis

    7 Untuk mengetahui penatalaksanaan urolithiasis

    8 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penderita urolithiasis ?

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Defenisi Urolithiasis

    Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Urolithiasis

    merupakan penyakit yang salah satu tanda gejalanya adalah pembentukan batu di

    dalam saluran kemih.

    Klasifikasi urolithiasis :

    1) Batu kalsium

    Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80 % dari seluruh

    batu saluran kemih. Kandungan batu ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, ataucampuran dari kedua unsur itu.

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    20/29

    Faktor terjadinya batu kalsium :

    Faktor tejadinya batu kalsium adalah:

    a) Hiperkasiuria yaitu Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi

    karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan

    kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya

    peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme

    primer atau tumor paratiroid.

    b) Hiperoksaluria yaitu ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai

    pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti

    the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama

    bayam.

    c) Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam

    urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium

    oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin

    atau berasal dari metabolisme endogen.

    d) Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat

    sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia

    dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian

    diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.

    2) Batu struvit

    Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini

    disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah

    kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim

    urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi

    amoniak.

    3) Batu asam urat

    Batu asam urat merupakan 5-10 % dari seluruh batu saluran kemih. Diantara

    75-80 % batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran

    kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien penyakitgout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang dapat menyebabkan penyakit antikanker,

    dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone,

    thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai

    peluang yang lebih besar untuk mendappatkan penyakit ini.

    4) Batu jenis lain

    Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang

    dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu kelainan

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    21/29

    dalam absorbsi sistin di mukosa usus. Demikian batu xanthin terbentuk karena penyakit

    bawaan berupa defisiensi enzim

    2.2 Etiologi Urolithiasis

    Terbentuknya batu saluran kemih ada hubungannya dengan gangguan aliran

    urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain

    yang masih belum terungkap (Idioptik).

    1) gangguan saluran kemih : fomisis, striktur meatus, hipertrofi prostate, refluks vesiko-

    ureteral, ureterokele, konstriksi hubungan ureteropelvik.

    2) gangguan metabolisme : hiperparatiroidisme, hiperurisemia, hiperkalsiuria.

    Hiperkalsemia (kalsium serum tinggi) dan hiperkalsiuria (kalsium urin tinggi) dapat

    disebabkan oleh :

    hiperparatiroidisme

    asidosis tubular renal

    malignasi

    penyakit granulamatosa (sarkoidosis, tuberculosis), yang menyebabkan peningkatan

    produksi vitamin D oleh jaringan granulamatosa.

    Masukan vitamin D yang berlebihan.

    Masukan susu dan alkali.

    Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisitemia, mieloma multiple), yang menyebabkan

    proliferasi abnormal sel darah merah dari sumsum tulang.

    3) Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus

    mirabilis).

    4) Dehidrasi : kurang minum, suhu lingkungan tinggi.

    5) Benda asing : fragmen kateter, telur sistosoma.

    6) Jaringan mati (nekrosis papil).

    7) Multifaktor : anak di negara berkembang, penderita multitrauma.

    Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah

    terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik

    yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu faktor yang

    berasal dari lingkungan di sekitarnya.

    Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

    1) Hereditair (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya

    2) Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

    3) Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan

    pasien perempuan.

    Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    22/29

    1) Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih

    yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk

    batu), sedangkan daerah bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu

    saluran kemih.

    2) Iklim dan temperatur

    3) Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang

    dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih

    4) Diet : diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu

    saluran kemih.

    5) Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk

    atau kurang aktifitas atau sedentary life.

    2.3 Manifestasi Klinik Urolithiasis

    Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya,

    besarnya dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum

    yaitu hematuria, baik hematuria terbuka atau mikroskopik; nyeri pinggang, sisi, atau

    sudut kostovertebral; pielonefritis dan atau sistitis; pernah mengeluarkan batu kecil

    ketika kencing; nyeri tekan kostovertebral; gangguan faal ginjal. Selain itu bila disertai

    infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin

    demam atau tanda sistemik lain.

    Manifestasi klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya

    obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,

    menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter

    proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai demam, menggigil dan disuria)

    dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.

    Batu di piala ginjal berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus di

    area kostovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai.

    Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa,

    akut dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering merasa ingin

    berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat

    aksi abrasif batu.

    Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan

    berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan

    obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin. Jika infeksi berhubungan

    dengan adanya batu, maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai sepsis yang mengancam

    kehidupan pasien.

    2.4 Patofisiologi Urolithiasis

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    23/29

    Mekanisme pembentukan batu ginjal atau urologi belum diketahui secara pasti.

    Berbagai faktor mempengaruhi proses pembentukan batu. Faktor utama yaitu

    supersaturasi filtrat. Faktor lain yaitu PH urine, stasis urine dan deficiensi faktor

    penghambat pembentuk batu.

    Batu terbentuk dari calsium, phospat, oxalat, asam urat, struvit dankristal cystine. Dan yang paling banyak adalah batu calsium yaitu calsium phopat dancalsium oxalat. Batu asam urat dibentuk dari pengaruh metabolisme purine, batu struvitterbentuk karena akibat dari ure splitting bacteri dan mengandung magnesium, phospatdan amonium. Batu cystine terbentuk dari crystal cystine sebagai akibat dari defektubulur renal.

    Ketika filtrat yang harus diekskresikan semakin meningkat konsentrasinya,keadaan ini sangat mendorong terjadinya keadaan supersaturasi. Contohnya sebagaiefek immobilisasi yang lama dapat menyebabkan mobilisasi calsium dari tulang sehinggakadar serum kalsium meningkat yang berdampak terhadap beban yang harusdiekskresikan. Jika intake cairan tidak adekuat akan terjadi supersaturasi dan akanterbentuk batu, lebih banyak batu kalsium.

    PH urine dapat meningkatkan atau melarutkan batu saluran kemih. Batu asam

    urat cenderung terbentuk pada keadaan urine yang asam. Batu struvit dan kalsium

    phosfat cenderung terbentuk pada keadaan urine yang alkali. Batu kalsium oxalat tidak

    dipengaruhi oleh PH urine. Batu dibentuk di ginjal dan menuju ureter dan turun kedalam

    vesika urinaria. Sering kali batu tersangkut di sudut uretepelvie ataupun dilekukkan

    uretero visikal. Bila batu menyumbat dan menghambat aliran urine menyebabkan

    dilatasi ureter sehingga terjadi keadaan hidroureter. Rasa nyeri karena spasme ureter

    terasa sangat berat dan seperti diremes atau ditusuk dan dapat menyebabkan shock.

    Dapat juga klien mengalami hematuria karena kerusakan lapisan urethelial. Jika

    obstruksi tidak segera diatasi atau dihilangkan, urin stasis dapat menyebabkan infeksi

    dan secara bertahap mengganggu fungsi ginjal pada bagian yang dipengaruhi. Obstruksi

    terus menerus dapat menyebabkan hidroneprosis atau pembesaran ginjal.

    2.7 Penatalaksanaan Urolithiasis

    Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,

    menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan

    mengurangi obstruksi yang terjadi.

    Indikasi pengeluaran batu saluran kemih :

    1) Obstruksi jalan kemih

    2) Infeksi

    3) Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    24/29

    4) Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi

    5) Batu metabolic yang tumbuh cepat.

    Pengobatan

    a) Pengurangan nyeri

    Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk

    mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin

    diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air

    hangat diarea panggul dapat bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami

    muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan

    pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu

    sehingga mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari

    mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran urin

    yang besar.

    b) Pengangkatan batu

    Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk

    menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera

    mengurangi tekanan-belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.

    c) Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)

    Adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di

    kaliks ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa

    batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan.

    d) Metode Endourologi Pengangkatan Batu

    Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan

    (atau nefrolitotomi perkutan) dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan

    yang sudah dilebarkan ke dalam parenkim ginjal.

    e) Ureteroskopi

    Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat

    ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser,

    lithotripsy elektrohidraulik atau ultrasound kemudian diangkat.

    f) Pelarutan batu

    Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk

    melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang

    beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu

    yang mudah larut (struvit).

    g) Pengangkatan batu

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    25/29

    Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan

    dengannefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi,jika

    ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat

    dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat

    dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung kemih. Jika batu

    berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung

    kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini

    disebut sistolitolapaksi.

    Farmakologi yang diterapkan

    Analgesia untuk meredakan nyeri dan memberi kesempatan batu untuk keluar

    sendiri. Opioid (injeksi morfin sulfat, petidin hidroklorida)au obat AINS (mis ketorolac

    dan naproxen) dapat diberikan, bergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat

    digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotic dilakukan apabila

    terdapat infeksi sal kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi

    sekunder.

    Setelah dikeluarkan, batu ginjal dapat dianalisis dan obat tertentu dapat

    diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya. Preparat

    diuretic tiazida akan mengurangi kandungan kalsium dalam urine dengan menurunkan

    ekskresi kalsium dalam tubulus ginjal. Produksi asam urat dapat dikurangi dengan

    pemberian alopurinal. Urine yang asam harus dibuat basa dengan preparat sitrat.

    Pencegahan

    Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak

    kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka

    kekambuhan saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% dalam 10

    tahun.

    Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang

    menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya

    pencegahan itu dapat berupa :

    1) Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak

    2-3 liter per hari

    2) Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu

    3) Aktifitas harian yang cukup

    4) Pemberian medikamentosa

    Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderita

    absorbtif tipe II. Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah :

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    26/29

    1) Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan

    suasana urine menjadi lebih asam

    2) Rendah oksalat

    3) Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri

    4) Rendah purin

    Beberapa makanan dan minuman yang harus dibatasi untuk mencegah urolithiasis

    diantaranya :

    a) Makanan kaya vitamin D harus dihindari (vitamin D meningkatkan reabsorpsi kalsium).

    b) Garam meja dan makanan tinggi natrium harus dikurangi (Na bersaing dengan Ca

    dalam reabsorpsinya diginjal).

    c) Daftar makanan berikut harus dihindari :

    Produk susu: semua keju (kecuali keju yang lembut dan keju batangan); susu dan

    produk susu (lebih dari cangkir per hari); krim asam (yoghurt).

    Daging, ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal, sardine, sweetbread, telur, ikan.

    Sayuran: bit hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak cina, buncis kering, kedelai,

    seledri.

    Buah: kelembak, semua jenis beri, kismis, buah ara, anggur.

    Roti, sereal, pasta: roti murni, sereal, keripik, roti gandum, semua roti yang dicampur

    pengembang roti, oatmeal, beras merah, sekam, benih gandum, jagung giling, seluruh

    sereal kering (kecuali keripik nasi, com flakes).

    Minuman: teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua minuman yang dibuat dari susu

    atau produk susu.

    Lain-lain: kacang, mentega kacang, coklat, sup yang dicampur susu, semua krim,

    makanan pencuci mulut yang dicampur susu atau produk susu (kue basah, kue kering,

    pie)

    2.6 Komplikasi Urolithiasis

    1) Obstruksi Ginjal

    2) Perdarahan3) Infeksi

    4) Hidronefrosis

    2.7 Asuhan Keperawatan Pada Penderita Urolithiasis

    1. PENGKAJIAN

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    27/29

    Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya

    adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan

    kesehatan klien yang memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien.

    a) Identitas pasien, mencakup nama, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan,

    pekerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.

    b) Riwayat kesehatan

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Biasanya klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul, nyeri muncul dari pinggang

    sebelah kiri dan menjalar ke depan sampai ke penis. Penyebab nyeri tidak di ketahui.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Kemungkinan klien sering mengkonsumsi makanan yang kaya vit D, klien suka

    mengkonsumsi garam meja berlebihan, dan mengkonsumsi berbagai macam makanan

    atau minuman dibuat dari susu/ produk susu.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Dikaji apakah keluarga klien mengalami batu ginjal atau penyakit lainnya.

    Riwayat Keperawatan :

    a. Aktivitas/istirahat:

    Gejala :

    Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk

    Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi

    Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler,

    tirah baring lama)

    b. Sirkulasi

    Tanda :

    Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)

    Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

    c. Eliminasi

    Gejala :

    Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya

    Penurunan volume urine

    Rasa terbakar, dorongan berkemih

    Diare

    Tanda :

    Oliguria, hematuria, piouria

    Perubahan pola berkemih

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    28/29

    d. Makanan dan cairan:

    Gejala :

    Mual/muntah, nyeri tekan abdomen

    Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat

    Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup

    Tanda :

    Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus

    Muntah

    e. Nyeri dan kenyamanan :

    Gejala :

    Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal

    menimbulkan nyeri dangkal konstan)

    Tanda :

    Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi

    Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

    f. Keamanan:

    Gejala :

    Penggunaan alkohol

    Demam/menggigil

    g. Penyuluhan / pembelajaran:

    Gejala :

    Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis

    Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme

    Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid,

    pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

    Pemeriksaan Diagnostik

    Pemeriksaan Laboratorium

    a) Urinalisa :

    warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri

    (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).

    pH : normal 4,6 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat),

    alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat),

  • 5/19/2018 Bahan Batu

    29/29

    Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin

    meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing ,

    BUN hasil normal 5 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk

    mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan

    Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam

    saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi).

    Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25

    mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa

    yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap

    tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

    b) Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau

    polisitemia.

    c) Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang

    reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.

    Pemeriksaan radiologi

    d) Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada

    area ginjal dan sepanjang uriter.

    e) IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau

    panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).

    f) Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan

    batu atau efek ebstruksi.g) USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.